ULUMUL QUR’AN
oleh ;
. Citra Ramadiani
. Edi Okta Yasa
. Rahmad Samsudin
. Salsabila Azura
. Yuyun Aisah
Dosen Pengampuh
Yusrah M.Pd.I
Pekanbaru 20231
Kata Pengantar
1
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt , yang telah memberikan rahmat dan hidayah nya sehingga
kami mampu menyelesaikan Makalah yang berjudul ‘’ SEJARAH TURUN DAN PENULISAN AL-
QUR’AN ‘’ Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugasd msts kuliah ‘’ ULUMUL
QUR’AN’’
Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yusrah M.Pd.I Selaku dosen
pembimbing mata kuliah ulumul qur’an yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini ,
serta teman teman yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan penyususan makalah ini .
Kami mohon maaf , kepada ibu dosen Yusrah M.Pd.I khususnya , dan umum nya kepada para
pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini baik dari segi
bahasanya maupun isinya . Oleh karena itu , kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
Akhirnya , semoga makalah ini bias memberikan manfaat bagi penulis dan bagi pembaca .
Aamiin .
Tim Penyusun2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sekali berbagai
pendapat mengenai Al-Qur’an
baik dari pengertian,
perkembangan, serta penulisan Al-
Qur’an. Selain itu juga, masih
banyak seseorang
yang mengaku beragama islam
dan berpedoman kitab Al-
Qur’an namun belum
mengerti dan paham betul
mengenai Al-Qur’an. Maka dari itu
beberapa ahli membuat
suatu kesepakatan mengenai ilmu
yang berkaitan dengan Al-Qur’an
yang dinamakan
Ulumul Qur’an.
Dari segi turunnya Al-Qur’an
dan penulisan Al-Qur’an
terdapat pula beberapa
perbedaan pendapat para ahli. Dari
beberapa perbedaan pendapat
tersebut, para ahli
kemudian mengkaji lebih
mendalam dari segi pengertian Al-
Qur’an, sejarah turunnya
Al-Qur’an, penulisan serta rasm
Al-Qur’an pada masa Nabi
Muhammad SAW serta
Khulafaur Rasyidin dan
bagaimana proses
penyempurnaan Al-Qur’an pada
masa
setelah para Khulafaur Rasyidin
telah wafa
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran merupakan kitab suci umat islam, yang didalamnya terdapat keseluruhan aturan,
norma, nilai, anjuran bahkan larangan yang menjadi pedoman hidup manusia. Sebelum mengetahui
lebih jauh tentang Al-Quran, kita harus memahami terlebih dahulu sejarah turun dan penulisan Al-
Quran, dari zaman Nabi Muhammad s.a.w sampai dengan masa kita sekarang ini.
Al Qur’an diturunkan secara beransur-ansur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun,
13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan dari langit oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril a’s. Sejarah penurunannya selama 23
tahun secara berangsur-angsur telah memberi kesan yang sangat besar dalam kehidupan seluruh
manusia. Berikut akan dijelaskan sejarah penurunan dan penulisan Al-Quran dari zaman Nabi s.a.w lalu
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Al-Qur’an
C. Pengumpulan Al-Qur’an
D. Rasm Al-Qur’an3
3IV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur'an atau Qur'an, adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang dipercayai Muslim
bahwa kitab ini diturunkan oleh Allah, yang diturunkan kepada nabi Muhammad. Kitab ini terbagi ke dalam
beberapa surah 114 surah dan setiap surahnya .
pengertian Al-Quran menurut istilah adalah kalamullah (firman Allah SWT) yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang
sampai kepada kita dengan jalan mutawatir dan membacanya menjadi ibadah.
Syekh Muhammad Khudari Beik mengatakan dalam Tarikh At-Tasyri Al-Islami, definisi Al-Quran
adalah lafaz berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dipahami isinya dan
selalu diingat, disampaikan dengan cara mutawatir, tertulis dalam mushaf yang dimulai dengan surah Al
Fatihah dan diakhiri surah An Nas.
Definisi Al-Qur'an juga dijelaskan oleh Syekh Muhammad Abduh. Ia mengatakan, Al-Qur'an adalah
bacaan yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang dipelihara dalam hafalan-hafalan kaum muslimin yang
berminat untuk memeliharanya.
Dari penjelasan tersebut, H. Aminudin dan Harjan Syuhada menyimpulkan ada enam makna yang
terkandung dalam definisi Al-Qur'an, sebagai berikut:
4V
B. Hikmah Dan Dalil Diturunkannya Al Qur’an Secara Berangsur-Angsur
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah s.a.w selam rentang
waku kurang lebih dua puluh tahun, sesuai dengan kasus dan peristiwa ang mendahuluinya, dan sejalan
dengan tuntutan situasi dan keadaan masyarakat yang menjadi objek turunnya.
Kebanyakan ‘ulama berpendapat bahwa satu-astunya kitab Samawiy yang diturunkan secara
berangsur-angsur hanyalah Al-Quran. Al-qur’an turun secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22
hari. 13 tahun di Mekkah menurut pendapat yang rajih (kuat) dan 10 tahun di Madinah. Sebagai bukti dan
dalil tentang turunnya al-qur’an secara berangsur-angsur dapat diketahui dari firman Allah surat al-Isra’
ayat 106 :
Artinya : “Dan al-qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakan
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”.(QS. Al-Israa’: 106)
Artinya : “Berkatalah orang-orang kafir: “mengapa al-qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja ?”, demikian supaya Kami hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan
benar)”.(QS. Al-Furqan: 32)
Kedua ayat diatas menunjukkan suatu bukti bahwa al-qur’an diturunkan secara beransur-angsur,
bagian demi bagian sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi, tidak sebagaimana halnya kitab-kitab
samawi yang lain, seperti Taurat, Injil dan Zabur yang turunnya sekaligus. Seandainya kitab-kitab tersebut
diturunkan secara berangsur-angsur tentulah orang-orang kafir tidak merasa heran terhadap al-qur’an yang
turun secara berangsur-angsur.
Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan beberapa hikmah tentang diwahyukannya al-qur’an secara
berangsur-angsur:
1. Untuk memperteguh dan memperkuat pendirian hati Nabi Muhammad s.a.w manakala orang-orang
musyrik menyakiti beliau.5
5
vi
Artinya : Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya
kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan
peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Huud: 120)
2. Mempermudah penghafalan Al-Quran oleh Nabi s.a.w dan juga para sahabatnya.6
Artinya : Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al-Israa’: 106)
3. Mempermudah umat pada saat itu untuk meninggalkan perbuatan tercela secara berangsur-angsur,
sekaligus mempermudah untuk melaksanakan kewajiban syara’.
Artinya :
90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. 91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud
hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi
itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al-Maidah: 90-91)
4. Mengiringi peristiwa dan kasus yang terjadi, dan sekaligus sebagai koreksi atas kesalahan yang dilakukan.
Artinya : Sesungguhnya Allah Telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang
banyak, dan (Ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak Karena banyaknya
jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang
luas itu Telah terasa sempit olehmu, Kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(QS. At-
Taubah: 25)
Artinya : Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan
kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS. Al-Furqaan: 33)
6. Menunjukkan segi-segi I’jaz Al-Quran yang diturunkan dari Dzat Yang maha bijaksana lagi maha terpuji
baik dalam susunan kata-kata dan kalimat maupun pensyariatannya.
6vii
C. Pengumpulan Al Qur’an
Merujuk kepada definisi al-Qur’an yang sebelumnya telah disepakati oleh para ulama’:
“Al-Qur’an adalah kalam Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada Muhammad saw. dan
dinukil kepada kita secara mutawatir, serta dinilai beribadah ketika membacanya”
Maka, materi al-Qur’an yang merupakan mukjizat itu sampai kepada kita melalui proses penulisan ,
bukan periwayatan. Dengan begitu dapat diartikan dengan memindahkan materi yang sama dari sumber
asli ke dalam mushaf. Karena itu, pengumpulan al-Qur’an itu tidak lain merupakan bentuk penghafalan al-
Qur’an di dada dan penulisannya dalam lembaran. Sebab, dua realitas inilah yang mencerminkan proses
penukilan materi al-Qur’an. Dua realitas penghafalan al-Qur’an di dada dan penulisannya dalam lembaran
ini secara real telah berlangsung dari kurun ke kurun, sejak Rasul hingga kini, dan bahkan Hari Kiamat.
Ditinjau dari segi bahasa, al-Jam’u berasal dari kata جمع -يخمع yang artinya mengumpulkan.
Sedangkan pengertian al-Jam’u secara terminologi, para ulama berbeda 7pendapat. Menurut Az-Zarqani,
Jam’ul Qur’an mengandung dua pengertian. Pertama mengandung makna menghafal al-Qur’an dalam hati,
dan kedua yaitu menuliskan huruf demi huruf dan ayat demi ayat yang telah diwahyukan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW. Menurut al-Qurtubi dan Ibnu Katsir maksud dari Jam’ul Qur’an adalah
menghimpun al-Qur’an dalam hati atau menghafal al-Qur’an.
Menurut Ahmad von Denffer, istilah pengumpulan al-Qur’an (jam’ al-qur’ân) dalam literatur klasik
itu mempunyai berbagai makna, antara lain:
Secara kodrati, bangsa arab memiliki daya hafal yang kuat. Hal itu dikarenakan sebagian besar dari
mereka buta huruf atau tidak dapat membaca dan menulis. Sehingga dalam menulis berita, syair, atau
7viii
silsilah keluarga mereka hanya menuliskannya dalam hati. Termasuk ketika mereka menerima ayat-ayat al-
Qur’an yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.
Dalam kitab shahih Bukhari, dikemukakan bahwa terdapat tujuh Huffaz melalui tiga riwayat. Mereka
adalah Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Ma’qal, Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu
Zaid bin Sakan, dan Abu Darda.
Rasulullah telah mengangkat para penulis wahyu Qur’an dari para sahabat pilihan seperti Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abban bin Sa‘id, Khalid bin Sa‘id, Khalid bin al-Walid, Mu‘awiyah bin Abu
Sufyan, Ubay bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit. Selain penulis wahyu, para sahabat yang lainnya pun ikut
menulis ayat-ayat al-Qur’an. Kegiatan ini didasarkan pada sebuah hadits Nabi :
.ُس َوى ا ْلقُ ْر ٰانَ فَ ْليَ ْم ُحه
ِ ش ْيًئاِإاَّل ا ْلقُ ْر ٰانَ َو َمنْ َكت ََب َعنِّي
َ اَل تَ ْكتُبُ ْوا َعنِّي
Artinya :
“Janganlah kamu menulis sesuatu yang berasal dariku kecuali al-Qur’an. Barang siapa telah menulis
dariku selain al-Qur’an, hendaklah ia menghapusnya.” (H.R. Muslim)
Dalam suatu cacatan, disebutkan bahwa sejumlah bahan yang digunakan untuk menyalin wahyu-
wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad, yaitu :
1) Riqa, atau lembaran lontar (daun yang dikeringkan) atau perkamen (kulit binatang).
2) Likhaf, atau batu tulis berwarna putih, terbuat dari kepingan batu kapur yang terbelah secara horizontal
lantaran panas.
3) ‘Asib, atau pelapah kurma, terbuat dari bagian ujung dahan pohon kurma yang tipis.
4) Aktaf, atau tulang belikat, biasanya terbuat dari tulang belikat unta.
5) Aqtab, yaitu papan yang biasa diletakkan diatas punggung unta yang digunakan untuk menahan barang
bawaan.
6) Adim, atau lembaran kulit, terbuat dari kulit binatang asli yang merupakan bahan utama untuk menulis
ketika itu.
Para sahabat menyodorkan al-Qur’an kepada Rasulullah secara hafalan maupun tulisan. Tetapi
tulisan-tulisan yang terkumpul pada jaman nabi tidak terkumpul dalam satu mushaf, dan yang ada pada
seseorang belum tentu dimiliki yang lainnya.8
8ix
D. RASM AL-QUR’AN
Rasm Al-Qur’an atau adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan
dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.
Rasm Al-Qur’an adalah suatu bentuk tata cara penulisan dalam Ayat Al-Qur’an yang
ditetapkan aturannya pada masa kekholifahan ‘Usman Bin ‘Affan. Istilah Rasm Al-Qur’an lahir
bersamaan dengan lahirnya mushaf usman, yaitu mushaf yang ditulis oleh panitia empat yang
terdiri mana panitia penulisan Al-Qur’an tersebut adalah Zaid Bin Tsabit, Sa’aid bin Al-Ash,
Abdulloh Bin Zubair, dan Abdurrohman Bin Al-Harist.
Dari makalah di atas dapat kita Tarik kesimpulan bahwa al-qur’an merupakan kitab suci umat islam
seluruh dunia , yang mana Allah Swt menurunkan wahyunya melalui malaikat jibri dan di sampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw . Sehingga Al-quran dapat di di baca dan di amal kan dalam kehidupan
sehari-hari .
fungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman, penyempurna kitab-kitab suci
sebelumnya, dan sumber pokok ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Oleh karena itu , sebagai umat muslim , kita wajib mengamalkan isi dari setiap yang ada di dalam al-qur’an
untuk menjadi bekal di hari akhir kelak .
Alquran juga bentuk mashdar dari القراةyang berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian
sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan
benar.
Dan beberapa Hikmah tentang diwahyukannya al-qur’an secara berangsur-angsur:
1. Untuk memperteguh dan memperkuat pendirian hati Nabi Muhammad s.a.w manakala orang-orang
musyrik menyakiti beliau.
Artinya : Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya
kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan
peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Huud: 120)
2. Mempermudah penghafalan Al-Quran oleh Nabi s.a.w dan juga para sahabatnya.
Artinya : Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian. (QS. Al-Israa’: 106)11
3. Mempermudah umat pada saat itu untuk meninggalkan perbuatan tercela secara berangsur-angsur,
sekaligus mempermudah untuk melaksanakan kewajiban syara’.12
Artinya :
11
xi
12
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. 91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud
hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi
itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al-Maidah: 90-91)
4. Mengiringi peristiwa dan kasus yang terjadi, dan sekaligus sebagai koreksi atas kesalahan yang dilakukan.
Artinya : Sesungguhnya Allah Telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang
banyak, dan (Ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak Karena banyaknya
jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang
luas itu Telah terasa sempit olehmu, Kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(QS. At-
Taubah: 25)
Artinya : Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan
kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS. Al-Furqaan: 33)
6. Menunjukkan segi-segi I’jaz Al-Quran yang diturunkan dari Dzat Yang maha bijaksana lagi maha terpuji
baik dalam susunan kata-kata dan kalimat maupun pensyariatannya.
Demikan juga degan pengumpulan data data al-qur’an dengan cara tulisan dan juga hafalan , sebab di
zaman para nabi . Banyak para ulama , menghafal dan di tulis di dalam hati nya , sebagai bentuk kasih sayang cinta
kepada Al-Qur’an.
Secara kodrati, bangsa arab memiliki daya hafal yang kuat. Hal itu dikarenakan sebagian besar dari
mereka buta huruf atau tidak dapat membaca dan menulis. Sehingga dalam menulis berita, syair, atau
silsilah keluarga mereka hanya menuliskannya dalam hati. Termasuk ketika mereka menerima ayat-ayat
al-Qur’an yang disampaikan oleh Rasulullah saw .
Rasulullah telah mengangkat para penulis wahyu Qur’an dari para sahabat pilihan seperti Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abban bin Sa‘id, Khalid bin Sa‘id, Khalid bin al-Walid, Mu‘awiyah bin Abu
Sufyan, Ubay bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit. Selain penulis wahyu, para sahabat yang lainnya pun ikut
menulis ayat-ayat al-Qur’an.
Rasm Al-Qur’an atau adalah ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf Al-Qur’an yang
dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang
digunakan.13
13
Xii
DAFTAR PUSTAKA
14
xiii