Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK DOSEN PENGAMPU

Studi Al-Qur’an Rina Pitrida, S.Sy, M.H

PENGUMPULAN, PENULISAN,
&
PEMBUKUAN AL-QUR’AN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Aniratul Hikmah : 120705206347


2. Aulia Sindyani : 12070520680

KELAS : IV/G/ANA/2022
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022/1443 H
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya
kepada kami sehingga kami diberi kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan
makalah ini. Terimakasih bagi Dosen Pengampu, pembimbing kami yang telah memberi
pengarahan dalam pembuatan makalah “Pengumpulan, Penulisan, dan Pembukuan Al-
Qur’an”. Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu dalam memahami setiap
penjelasan mengenai pengumpulan, penulisan, dan pembukuan Al-Qur’an.

Mohon maaf jika terdapat suatu kesalahan baik dalam penulisan ataupun dalam
tata bahasa penulisan makalah ini. Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini banyak sekali kekurangannya. Kami sangat berbesar hati dan berlapang
dada sekali apabila Bapak/Ibu Dosen, teman-teman serta para pembaca lainnya untuk
memberikan saran dan kritiknya.

Selasa, 22 Maret 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................2
C. Tujuan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Penulisan dan Pengumpulan Al-Qur’an.............................3


B. Penulisan dan Pengumpulan Al-Qur’an Masa Nabi
Muhammad SAW...............................................................4
C. Penulisan dan Pengumpulan Al-Qur’an Masa Sahabat
Nabi Muhammad SAW......................................................6
D. Ilmu Rasmul Al-Qur’an......................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................11
B. Saran ..................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’ān ( Arab, Al-Qur’an: ‫رآن‬9‫ )الق‬merupakan kitab suci Agama Islam yang
diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara
malaikat Jibril. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup
wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman, dan
sebagai wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW adalah sebagaimana
yang terdapat dalam surat Al-'Alaq ayat 1-5. Al-Qur'an tidak diturunkan oleh Allah
SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara sekaligus melainkan ayat-ayat al-Qur'an
diturunkan secara berangsur-angsur, ayat demi ayat, surat demi surat yang memakan
waktu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Masa turunnya Al-Qur’an ini dibagi menjadi 2 periode: yaitu periode Mekkah
dan periode Madinah. Periode Mekkah Al-Qur’an diturunkan berlangsung selama 12
tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini
tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah Al-Qur’an diturunkan dimulai
sejak peristiwa hijrah Rasulullah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun
pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah. Ilmu Al-Qur'an yang membahas
mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat Al-Qur'an
diturunkan disebut Asbabun Nuzul (sebab-sebab turunnya suatu ayat).
Pada Zaman Rasulullah, Ayat Al-Qur’an tidak dikumpulkan atau dibukunan
seperti sekarang. Namun disebabkan beberapa faktor, maka ayat Al-Qur’an dimulai
dikumpulkan atau dibukukan, yaitu dikumpulkan didalam satu Mushaf. Pengumpulan
Al-Qur’an pada masa Nabi hanya dilakukan pada dua cara yaitu dituliskan melalui
benda-benda seperti yang terbuat dari kulit binatang, batu yang tipis dan licin, pelapah
kurma, tulang binatang dan lain-lain. Tulisan-tulisan dari benda-benda tersebut
dikumpulkan untuk Nabi dan beberapa diantaranya menjadi koleksi pribadi sahabat
yang pandai baca tulis. Tulisan-tulisan melalui benda yang berbeda tersebut memang
dimiliki oleh Rasulullah namun tidak tersusun sebagaimana mushaf yang sekarang ini.
Peninggalan Nabi pun hanya mewariskan dokument tulisan dari benda-benda
sebagaimana tersebut di atas yang kemudian dipindahkan kepada Khalifah Abu Bakar
As-Siddiq yang tidak lengkap. Berangkat dari bayaknya sahabat nabi yang tewas dalam
peperangan (dikenal dengan perang yamamah) sebagaimana tercatat dalam sejarah
bahwa jumlah penghafal Al-Qur’an yang tewas pada peperangan tersebut mecapai 70
orang. Olehnya itu muncul inisiatif dari Umar bin Khattab untuk membukukan Al-
Qur’an, lalu disampaikanlah niatnya itu pada Khalifah Abu Bakar. Meskipun tidak

1
langsung disetujui oleh Khalifah Abu Bakar, namun alasan Umar bin Khattab bisa
diterima dan dimulailah pengumpulan Al-Qur’an hingga rampung.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sehingga terbentuknya makalah yakni:
1. Apa yang dimaksud penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an ?
2. Bagaimana kronologis penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an masa Nabi
Muhammad SAW ?
3. Bagaimana kronologis penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an pada masa Sahabat
Nabi Muhammad SAW?
4. Apa yang dimaksud Ilmu Rasmul Al-Qur’an?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui sejaran pengumpulan Al-Qur’an masa Nabi Muhammad SAW
3. Untuk mengetahui sejarah pengumpulan Al-Qur’an pada masa Sahabat Rasulullah
4. Untuk mengetahui Ilmu Rasmul Al-Qur’an

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penulisan dan Pengumpulan Al-Qur’an


Al-Qur`an merupakan kumpulan firman atau wahyu yang diberikan Allah SWT
sebagai satu kesatuan kitab kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup
bagi seluruh umat muslim. Menurut syariat Islam, kitab ini dinyatakan sebagai kitab
yang tidak ada keraguan di dalamnya, selalu terjaga dari kesalahan, dan merupakan
tuntunan membentuk ketaqwaan manusia. Kumpulan firman (ayat-ayat Al-Qur’an)
tersebut juga dikenal dengan Istilah Mushaf atau kumpulan dari suhuf-suhuf atau
lembaran-lembaran tertulis yang disatukan.
Dalam kaitannya dengan sejarah penulisan naskah Al-Qur’an secara keseluruhan
naskah Al-Qur’an telah dituliskan sejak masa Nabi Muhammad SAW ketika masih
hidup. Malaikat jibril setiap satu tahunnya menyuruh Nabi Muhammad SAW
mengulang membaca Al-Qur’an yang telah diturunkan dari awal sampai akhir, sedang
di tahun Nabi akan meninggal dunia, hal ini dilakukan dua kali. Dengan ini nyatalah
bahwa susunan ayat-ayat dalam satu surat dan susunan surat itu telah ditentukan oelh
Nabi berdasarkan petunjuk Jibril, dan kemudian terjaga melalui penyampaian lisan.
Istilah yang dikenal dengan penulisan naskah Al-Qur’an pada zaman Nabi adalah
“Jam’u Al-Qur’an” yakni mengumpulkan Al-Qur’an sebagai satu kesatuan, dan hal ini
dilakukan melalui dua cara, yaitu :

1. Mengumpulkan Al-Qur’an dalam Dada.

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi yang ummi. Karena itu, perhatian Nabi
hanya untuk sekedar menghafal dan menghayatiya, agar ia dapat menguasai Al-
Qur’an persis sebagaimana Al-Qur’an yang diturunkan. Setelah itu, beliau
membacakan kepada umatnya sejelas mungkin agar mereka pun dapat menghafal
dan memantapkannya. Hal ini karena Nabi diutus dikalanngan orang-orang yang
ummi (tidak bisa baca tulis).

Allah berfirman yang artinya:

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

(Q.S. Al-Jumu’ah:2)

3
2. Mengumpulkan Al-Qur’an dalam bentuk tulisan

Keistimewaan yang kedua dari Al-Qur’an adalah pengumpulan dan


penulisannya dalam bentuk lembaran-lembaran, atau dalam bentuk sebuah mushaf.
Sesungguhnya penulisan Al-Qu’an dalam bentuk teks sudah dimulai sejak zaman
Nabi saw dan jarang didapatkan, karena pada zaman itu mereka kebanyaknya
mengandalkan kepada hafalan bukan kepada tulisan. Kemudian sedikit demi sedikit
mulai didapatkan perobahan Al-Qur’an dari hafalan ke tulisan dan perobahan Al-
Qur’an menjadi teks terus dijumpai dan dilakukan sampai pada zaman khalifah
Utsman bin Affan ra

Oleh sebab itu, istilah “Jam’u Al-Qur’an” dalam pengertian klasik mempunyai
berbagai makna, seperti menghafal Al-Qur’an, menulis kembali setiap wahyu turun,
mengumpulkan bahan-bahan Al-Qur’an yang telah dituliskan, mengumpulkan
laporan dari orang-orang yang telah menghafalnya, dan mengumpulkan bahan-bahan
yang telah ada, baik verbal atau tulisan.

Sejak awal pewahyuan Al-Qur’an hingga menjadi sebuah mushaf, telah


melalui proses panjang. Mulai dari Ayat yang pertama turun sampai ayat yang
terakhir turun, benar-benar terjaga kemurniaanya. Upaya untuk menjaga dan
memelihara ayat-ayat agar tidak terlupakan atau terhapus dari ingatan terus-menerus
dilakukan. Upaya-upaya tersebut dengan cara yang sederhana yaitu Nabi menghafal
ayat-ayat itu dan menyampaikannya kepada para sahabat yang kemudian juga
menghafalnya sesuai dengan yang disampaikan Nabi. Upaya kedua yang dilakukan
Umat Islam dalam upaya pemeliharaan Al-Qur’an adalah mencatat atau
menuliskannya dengan persetujuan Nabi.

B. Penulisan dan Pengumpulan Al-Qur’an Masa Nabi Muhammad SAW


Pada masa Nabi Muhammad SAW penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an
melalui dua cara yakni hafalan dan penulisan dalam lembaran (shuhuf). Rasulullah
SAW juga menghafal Al-Qur’an dan dipandu langsung oleh malaikat Jibril dalam
sekali setahun. Disaat Rasulullah telah faham dan hafal, kemudian beliau memberikan
dan membacakannya kepada sahabat untuk menghafalkan dan mengingat juga ayat
demi ayat Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW juga sering memberikan ulangan kepada
para sahabat dan menyuruh untuk membacakan Al-Qur’an dihadapan beliau dengan
tujuan membetulkannya jika terjadi kesalahan. Begitu kuatnya Nabi SAW untuk
mengingat dan menghafal setiap wahyu yang telah diterimanya, sehingga sahabat Nabi
menghafalkannya dan berlangsung sampai penghabisan turunya wahyu.

4
Nabi Muhammad SAW merupakan “Sayyid Al-Huffazd” atau penghulu dari
penghafal Al-Qur’an. Beliau juga menjadi tempat bertanya bagi kaum muslim yang
kesulitan tentang Al-Qur,an. Para sahabat pun berlomba-lomba dalam menghafal Al-
Qur’an sehingga semakin banyak yang menghafal Al-Qur’an sebagian bahkan
seluruhnya.
Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi didorong dengan dua faktor :
1. Memback-up hafalan yang telah dilakukan Nabi dan para sahabatnya.
2. Mempresentasikan wahyu dengan cara sempurna.
Pada umumnya masyarakat muslim pada masa Nabi belum ada yang bisa menulis
dan membaca. Tapi, tidak menutup kemungkinan tidak adanya yang bisa membaca
serta menulis diantara mereka. Ada beberapa diantara mereka yang sudah bisa
membaca dan menulis terutama suku Quraisy sebelum Nabi diutus menjadi Rasul,
seperti Zaid bin Tsabit dari orang-orang yang berada di Madinah. Setelah datangnya
Islam, orang-orang yang mampu baca tulis memperoleh perhatian khusus dari Nabi
SAW. Ini dari pemanfaatan tawanan perang yang diharuskan oleh Nabi memberikan
pengajaran menulis kepada para sahabat. Kemudian ketika sudah banyak sahabat yang
bisa membaca dan menulis. Nabi Muhammad SAW merasa Al-Qur’an tidak cukup
hanya dengan dihafal melainkan juga harus ditulis. Dengan demikian akan lebih terjaga
karena ada dua cara dalam memelihara serta menjaga keutuhan Al-Qur’an yaini dalam
dada (Hafalan) dan tulisan. Sejak saat itu sahabat beramai-ramai menulis Al-Qur’an
dengan disaksikan Rasulullah sendiri.
Tentang penulisan wahyu di masa Rasulullah ada beberapa orang yang khusus
ditunjuk untuk menuliskan Al-Qur’an. Mereka di kenal sebagai penulis wahyu yakni
Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab,
Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Mas-’ud, Abu Musa al-Asy’ari, Khalid bin Walid, Aban
bin Sa’id, Mu’awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin Awwam, Handholah bin Ar-Robi,
Al-Asadi, Muatqid bin Fatimah, Abdullah bin Arqam, Tsabit bin Qais, Thalhah bin
Ubaidillah, Sa’ad bin Abi Waqas, Amir bin Fuhairah, Hudzaifah bin Al-Yaman,
Mughiroh bin Asy-Syu’ban, Amru bin ‘Ash dan lain-lain. Terdapat informasi yang
cukupekstensif mengenai bahan-bahan yang digunakan sebagai media untuk
menuliskan wahyu yang turun dari langit melalui Muhammad SAW. Dalam suatu
catatan, disebutkan bahwa sejumlah bahan yang ketika itu digunakan untuk menyalin
wahyu-wahyu yang diturunkan Allah kepada Muhammad, yaitu:
1. Riqa, atau lembaran lontar atau perkamen;
2. Likhaf, atau batu tulis berwarna putih, terbuat dari kepingan batu kapur yang
terbelah secara horizontal lantaran panas;
3. ‘Asib, atau pelapah kurma, terbuat dari bagian ujung dahan pohon kurma yang tipis;
4. Aktaf, atau tulang belikat, biasanya terbuat dari tulang belikat unta;

5
5. Adlla’ atau tulang rusuk, biasaya juga terbuat dari tulang rusuk unta;
6. Adim, atau lembaran kulit, terbuat dari kulit binatang asli yang merupakan bahan
utama untuk menulis ketika itu.

Pembukuan Al-Qur’an dilakukan secara tersusun berdasarkan Hadist Nabi yang


diriwayatkan oleh Ibn Abbas dari Utsman bin Affan bahwa apabila diturunkan kepada
Nabi suatu wahyu, ia memanggil sekretaris untuk menuliskannya, kemudian bersabda
“letakkanlah ayat ini dalam surat yang menyebutkan begini atau begitu”. Pembukuan
Al-Qur’an tersebut tidak disusun berdasarkan kronologis turunnya wahyu. Seperti yang
diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ra, ia berkata :
“Kami di sisi Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, meng-umpulkan Al-Qur’an dari
kulit”.
Para penulis wahyu itu diperintahkan oleh Rasulullah untuk menulis wahyu yang
diterimanya dan peletakan urutan-urutannya sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad
SAW berdasarkan petunjuk Allah SWT melalui Jibril. Kemudian semua ayat-ayat Al-
Qur’an yang telah ditulis di hadapan Nabi SAW di atas benda yang bermacam-macam
itu disimpan di rumah Nabi dalam keadaan masih terpencar-pencar, ayat-ayat belum
dihimpun dalam suatu mushaf atau shuhuf Al-Qur’an. Di samping itu para penulis
wahyu secara pribadi membuat naskah dari tulisan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut untuk
mereka simpan masing-masing. Shuhuf Al-Qur’an yang disimpan di rumah Nabi Saw
dan diperkuat dengan naskah-naskah Al-Qur’an yang dibuat oleh para penulis wahyu
untuk pribadi mereka sendiri serta ditopang dengan hafalan para sahabat yang tidak
sedikit jumlahnya. Maka semuanya dapat menjamin Al-Qur’an agar tetap terpelihara
secara lengkap dan murni.

C. Penulisan dan Pengumpulan Al-Qur’an Masa Sahabat Nabi


1. Masa Abu Bakar
Pada dasarnya, Al-Qur’an sudah ditulis pada masa Nabi Muhammad masih
hidup. Akan tetapi kondisi ayat-ayatnya ditulis masih terpencar-pencar. Ketika Nabi
wafat, kaum muslimin mengangkat Abu Bakar menggantikan Rasulullah menjadi
khalifah pertama ketika masa permulaan.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar timbul keinginan untuk mengumpulkan
Al-Qur’an menjadi satu mushaf. Usaha pengumpulan Al-Qur’an ini timbul ketika
terjadi perang Yamamah pada tahun 12 H yang menyebabkan sebagian orang- orang
yang hafal Al-Qur’an mati Syahid. Hal inilah yang menjadi pemikiran Umar bin
Khattab, betapa besar kerugiannya bila huffazhul Qur’an itu banyak yang meninggal
di medan pertempuran.

6
Umar bin Khattab mengingatkan Khalifah akan bahaya yang mengancam Al-
Qur’an. Kemudian beliau berpendapat agar khalifah mengambil langkah-langkah
untuk mengumpulkan Al-Qur’an menjadi suatu mushaf. Umar kemudian
bermusyawarah dengan Abu Bakar akan pendapatnya untuk mengumpulkan Al-
Qur’an. Pada Mulanya Khalifah menolak pendapat itu, karena tidak pernah
dilakukan Rasulullah semasa hidupnya. Namun Umar menyakinkan bahwa usaha itu
amat baik dan sangat diperlukan.
Abu Bakar lantas memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator
pelaksaan tugas tersebut. Dalam melaksanakan tugasnya Zaid kriteria yang ketat
untuk setiap ayat yang dikumpulkna. Ia tidak akan menerima ayat yang hanya
berdasarkan hafalan tanpa didukung dengan tulisan. Sikap kehati-hatian Zaid dalam
mengumpulkan Al-Qur’an ini didasarkan atas pesan Abu Bakar: ” Duduklah kalian
di pintu masjid. Siapa yang datang kepada kalian membawa catatan Al-Qur’an
dengan dua saksi, maka catatlah”. Dua saksi yang dimaksud ialah :
1) Harus diperoleh secara tertulis oleh seorang sahabat.
2) Harus dihafal oleh slah seorang dari kalangan sahabat.

Zaid bin Tsabit bisa menyelesaikan dalam waktu kurang lebih satu tahun,
tepatnya pada tahun 13 H. Setelah pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun
secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar
menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf tersebut berpindah
kepada Umar sebagai khalifah penerusnya dan setelah umar wafat, selanjutnya
mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafshah yang juga istri Nabi Muhammad.
Lembaran-lembaran yang dikumpulkan dalam satu mushaf pada masa Abu Bkar
memiliki beberapa keistimewaan yang terpenting:
1) Diperoleh dari hasil penelitian yang sangat mendetail dan kemantapan yang
sempurna.
2) Yang tercatat dalam mushaf hanyalah bacaan yang pasti, tidak ada naskah
bacaannya.
3) Ijma umat terhadap mushaf tersebut secara mutawatir bahwa yang tercatat
adalah ayat-ayat Al-Qur’an.
4) Mushaf mencakup qiraat sab’ah yang dinukil berdasarkan riwayat yang
benar-benar sahih.

2. Masa Utsman bin Affan


Pada masa pemerintahan Khalifah ke-3 yaitu Utsman bin Affan, timbul hal-hal
yang menyadarkan beliau untuk memperbanyak naskah mushaf dan mengirimkan ke
kota-kota dalam wilayah negara Islam. Akan tetapi, timbullah perbedaan dalam

7
menbaca Al-Qur’an karena perbedaan bahasa bangsa-bangsa Islam. Perselisihan
dalam membaca Al-Qur’an sudah cukup serius sehingga Khudzaifah melaporkan
kepada khalifah Utsman dan mendesaknya agar mengambil langkah untuk
mengakhiri perbedaan yang terjadi.
Itulah sebabnya Khalifah Utsman berfikir serta merencanakan untuk
mengambil langkah-langkah positif sebelum perbedaan bacaan Al-qur’an semakin
meluas. Usaha Awal yakni mengumpulkan para sahabat yang alim dan jenius seta
mereka terkenal pandai memadamkan dan meredakan persengketaan itu. Akhirnya
mereka sepakat menerima instruksi Utsman yaitu membuat mushaf Hal ini
menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk
membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang
ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku.
Mereka sepakat dalam menerima instruksi Ustman, yakni ‘Utsman mengirim
utusan kepada Hafshah guna meminjam Mushaf yang terwariskan dari ‘Umar. Dari
Mushhaf tersebut, lalu dipilihnya tokoh andal dari kalangan senior sahabat untuk
memulai rencananya. Pilihannya jatuh kepada Zayd bin Stabit, ‘Abdullah bin
Zubayr, Sai‘id bin ‘Ash dan ‘Abdurrahman bin Hisyam mereka dari suku Quraisy,
golongan Muhajirin, kecuali Zayd bin Tsabit, ia golongan Anshar. Usaha yang mulia
ini berlangsung pada tahun 24 H. Sebelum memulai tugas ini, ‘Utsman berpesan
kepada mereka :
“Jika kalian berselisih pendapat dalam qira’ah dengan Zayd bin Stabit, maka
hendaklah kalian menuliskannya dengan lughat Quraisy, karena sesungguhnya
Alquran diturunkan dengan bahasa mereka”.
Setelah memahami pesan di atas, tim ini bekerja dengan ekstra hati-hati dan
teliti, yang kemudian melahirkan satu mushaf yang dianggap sempurna Bersamaan
dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang
dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman
berhasil mencegah bahaya laten yang menjadikan perselisihan di antara umat Islam
pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an. Standar tersebut, yang
kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan
hingga saat ini.
Terdapat banyak perdebatan mengenai sistematika pengurutan surat dan ayat
dalam Al-Qur’an, apakah taqifi atau taufiqi sejak dahulu dan perdebatan tersebut
belumberakhir hingga saat ini. Pendapat pertama, bahwa Al-Qur’an merupak hasil
tauqif Nabi artinya susunan serta urutan surat didapat melalui ajaran beliau.
Pendapat yang kedua, pandangan yang mengatakan bahwa urutan surat Al-Qur’an
adalah berdasarkan Ijtihad sahabat. Pendapat ini disandarkan pada banyaknya
mushaf yang dimiliki oleh sahabat yang berbeda, ada yang tertib urutannya seperti

8
mushaf yang dikenal saat sekarang ini, ada pula yang tertibnya berdasarkan
kronologis turunnya ayat. Pendapat yang kedua ini juga diperkuat oleh Teks Hadist
Mutawatir mengemukakan mengenai turunnya Al-Qur’an dengan tujuh huruf.
Rasulullah saw. Bersabda. “Jibril membacaka kepadaku dengan satu huruf.
Kemudian berulang kali aku meminta agar huruf itu ditambah, iapun
menambahkannya kepadaku hingga tujuh huruf”.
Pada mulanya penulisan huruf-huruf Al-Qur’an tidak diberi tanda titik dan
garis, tetapi tidak mengelirukan dalam membacanya. Namun setelah perkembangan
Islam meluas keluar tanah Arab, maka bagi orang-orang yang bukan bangsa Arab
akan susah dalam membacanya dan mungkin mengelirukan. Yang pertama membuat
baris itu dan pembubuhan tanda syakal berupa fathah, dhamah, dan kasrah dengan
titik yang warna tintanya berbeda dengan warna tinta yang dipakai pada mushaf,
yakni Abu Aswad Dauli di masa Khalifah Muawiyah. Pada masa Daulah Abbasiyah,
yang memulai memberi titik untuk membedakan huruf-huruf yang sama bentuknya
dan tanda syakal diganti. Tanda dhamah ditandai dengan dengan wawu kecil di atas
huruf, fathah ditandai dengan alif kecil di atas huruf, dan kasrah ditandai dengan ya`
kecil di bawah huruf.

3. Perbedaan Mushaf Abu Bakar dan Utsman


Pengumpulan mushaf pada masa Abu Bakar adalah bentuk pemindahan dan
penulisannya Al-Qur’an ke dalam satu mushaf yang ayat-ayatnya sudah tersusun,
berasal dari tulisan yang terkumpul pada kepingan–kepingan batu, pelepah kurma
dan kulit-kulit binantang. Latar belakangnya karena banyaknya huffaz yang gugur.
Sedangkan pengumpulan mushaf masa Usman adalah menyalin kembali mushaf
yanng telah disusun pada masa Abu Bakar dengan tujuan dikirimkan ke negara-
negara Islam. Latar belakangnya karena perbedaan dalam hal membaca Al-Qur’an.

D. Ilmu Rasmul Al-Qur’an

Ilmu Rasmul Al-Qur’an adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penulisan
mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafadz-
lafadz maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakannya. Mushaf Usmani atau Rasmul
Usmani adalah penulisan Al-Qur’an yang dilakukan pada masa Khalifah Ustman bin
Affan dengan berpedoman pada mushaf yang terdapat pada Khafsoh serta hafalan para
sahabat. Para ulama menjelaskan beberapa kaidah yang berlaku dalam penulisan
mushaf Usmani, yaitu:

1. Al-Hadzf (membuang,menghilangkan, atau meniadakan huruf)


2. Al-Jiyadah (penambahan)

9
3. Al-Hamzah
4. Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan.
5. Washal dan Fashal (penyambungan dan pemisahan)
6. Kata yang dapat dibaca dua bunyi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas tentang penulisan dan pembukuan Al-Qur’an dapat disimpulkan
menjadi beberapa hal yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa penulisan dan pembukuan Al-Qur’an dilakukan dalam dua tahap. Tahap
pertama pada masa Nabi dan Tahap yang kedua pada masa Sahabat yakni Abu
Bakar As Shidiq dan Utsman bin Affan.
2. Penulisan dan Pembukuan Al-Qur’an pada masa Nabi masih dalam bentuk
lembaran-lembaran dan masih terpencar-pencar. Penulisan Al-Qur’an pada masa
Nabi didorong dengan dua faktor : a) Memback-up hafalan yang telah dilakukan
Nabi dan para sahabatnya. b) Mempresentasikan wahyu dengan cara sempurna.
3. Penulisan dan Pembukuan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar yakni pebentukan
Mushaf karena banyak para penghafal Al-Qur’an yang telah meninggal dalam
medan perang sehingga dikhawatirkan sebagian Al-qur’an akan hilang.
4. Penulisan dan pembukuan Al-Qur’an masa Utsman bin Affan yang terkenal dengan
sebutan mushaf Utsmani ini karena banyak perbedaan dalam pembacaan Al-Qur’an
di bangsa-bangsa Islam.
5. Urutan surat-surat dalam Al-Qur’an ini bukan didasarkan karena keinginan Nabi
atau para sahabat sendiri melainkan dari Allah melalui petunjuk Jibril.

B. Saran
Dari uraian isi makalah yang kami bahas sangat banyak sekali manfaat serta ilmu
yang kita dapatkan. Kita sebagai umat islam di wajibkan akan selalu menjaga,
memelihara dan mengamalkan Al-Qur’an karim agar kita selalu selamat dunia dan
akhirat. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan isi itu tidaklah lepas dari fitrah
manusia yang jelas bahwa manusia itu tidak luput dari rasa lupa dan salah. Disini kami
mengharapkan bagi para pembaca untuk memberikan respon yang sangat besar kepada
makalah kami, apabila terdapat kesalahan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adnan Amal, Taufik. 2001. Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an. Cet. I, Yogyakarta: Penerbit
Forum Kajian Budaya dan Agama.

Http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Allah , Wikipedia – Ensiklopedia Bebas (Kitab Allah), 20


September 2013.

Khalid, H.M. Rusdi. 2011. Mengkaji Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Cet I, Makassar: Alauddin
Universiti Press.

Hamidy, Zainuddin dan Fachruddin Hs. 1979. Tafsir Qur’an. Cet VII, Jakarta: PT. Bumirestu.

http://runasa.blogspot.com/2012/11/sejarah-turunnya-al-quran.html

Umar, H. Nasaruddin, 2008. Ulumul Qur’an (mengungkap makna-makna tersembunyi Al-


Qur’an).Jakarta:Al-Gazali Centre.

Al-Qathnhan, Syaikh Manna’. 2007. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’a. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.

Aminuddin, H., Drs., 1999. Studi Ilmu Al-Qur’an. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ahmad Syadali, H., Drs., M.A., dan Drs. H. Ahmad Rofi’i. 1997. Ulumul Quran II. Bandung:
CV Pustaka Setia

12

Anda mungkin juga menyukai