Anda di halaman 1dari 15

i

PENGUMPULAN AL-QUR’AN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Untuk Mata Kuliah “Studi Qur’an dan Hadis”

Dosen Pengampu : HASANAL KHULUQI, M.Ag.

Disusun oleh:

Kelompok 4

1. FARA RIZKY ANANDA PUTRI (12212193029)


2. HELENA FERANSI (12212193037)
3. DIYAH ANGGI NOVIANA (12212193081)

SEMESTER 1
JURUSAN TADRIS KIMIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2019
ii

PRAKATA
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT. atas segala rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pengumpulan Al-Qur’an”. Dengan hadirnya makalah ini diharapkan
dapat memberi informasi baru bagi para pembaca, khususnya mahasiswa pogram
studi Tadris Kimia.
Sholawat dan salam tetap terhaturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak
mungkin makalah ini tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor IAIN TULUNGAGUNG
yang telah memberi kesempatan untuk kami dapat menempuh
pendidikan di IAIN TULUNGAGUNG.
2. Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan FTIK
3. Bapak Hasanal Khuluqi, M.Ag selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Studi Qur’an Hadis yang telah memberikan bimbingan dan
mengarahkan kami, sehingga kami mendapat pemahaman dan
pengertian yang benar mengenai mata kuliah ini.
4. Teman-teman se-angkatan jurusan Tadris Kimia yang telah
memberikan dukungan dan motivasinya kepada kami.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini. karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam
diri penulis, mohon kritik dan saran. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua.
Tulungagung, 11 September 2019

Penulis
iii

DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................... i

PRAKATA ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1

C. Tujuan Masalah ............................................................................. 1

D. Batasan Masalah ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengumpulan Al-Qur’an ............................................. 3

B. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi ..................................... 3

C. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Khulafaur Rasyidin ............. 5

D. Perbedaan Pengumpulan Al-Qur’an antara Abu Bakar

dan Utsman bin Affan ................................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 10

B. Saran .............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur'an merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan
tuntunan untuk mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Al-Qur'an
merupakan kitab autentik dan unik yang mana redaksi, susunan maupun
kandungan maknanya berasal dari wahyu, sehingga Al-Qur an terpelihara dan
terjamin sepanjang masa. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi SAW. secara
berangsur-angsur dalam masa yang relatif panjang, yakni dimulai sejak
zaman Nabi SAW diangkat menjadi Rasul dan berakhir pada masa menjelang
wafatnya Oleh karena itu, Al-Qur an belum sempat dibukukan seperti adanya
sekarang
Meskipun demikian, upaya pengumpulan ayat-avat Al-Qur pada an
masa itu tetap berjalan Setüap kali Nabi selesai menerima ayat-ayat Al-
Qur'an yang diwvahyukan kepadanya, Nabi lalu memerintahkan kepada para
sahabat tertentu untuk menuliskannya di samping juga menghafalnya
Penulisan ayat-ayat Al-Qur an tidaklah seperti vang kita saksikan sekarang
Selain karena mereka belum mengenal alat-alat tulis, Al-Qur'an hanva ditulis
pada kepingan-kepingan tulang pelepah kuma atau batu-batu, sesuai
denganpada kepingan-kepingan tulang, pelepah kurma, atau batu-batu, sesuai
dengaa peradaban masyarakat waktu itu. Tulisan yang akan dituangkan ini
mengupas tentang sejarah pengumpulan Al Qur an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengumpulan Al-Qur'an?
2. Bagaimana pengumpulan Al-Qur an pada masa Nabi?
3. Bagaimana pengumpulan Al-Qur an pada masa Khulafaur Rasyidin?
4. Apa perbedaan pengumpulan Al-Qur an antara Abu Bakar dan Utsman bin
Affan?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang pengertian pengumpulan Al-Qur'an.
2

2. Untuk mengetahui pengumpulan Al-Qur'an pada masa Nabi masa


Khulafaur
3. Untuk mengetahui pengumpulan Al-Qur'an pada Rasyidin.
4. Untuk mengetahui perbedaan pengumpulan Al-Qu'an antara Abu Bakar
dan Utsman bin Affan.

D. Batasan masalah
Batasan masalah diperlukan agar dalam penyusunan makalah ini lebih
terarah dan permasalahan tersebut tidak terlalu suntuk dihadapi. Penyusunan
makalah ini akan membahas “Pengertian Pengumpulan Al-Qur'an
Pengumpulan Al-Qur'an pada Masa Nabi, Pengumpulan Al-Qur'an pada
Masa Khulafaur Rasyidin, dan Perbedaan Pengumpulan Al-Qu'an antara Abu
Bakar dan Utsman bin Affan”.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengumpulan Al-Qur’an


Pengumpulan Al Qur’an adalah penyusunan dalam bentuk tulisan dan
mushaf Al-Qur-an. Pengumpulan Al-Qur’an terbagi dalam beberapa periode.
Hal ini dilakukan sebagai pelestarian Al-Qur-an dalam bentuk lain selain
hafalan para sahabat. Catatan sejarah Al Qur-an menyatakan sepanjang hidup
Nabi, memiliki kesempatan menerima wahyu sampai menjelang akhir
hidupnya. Para sahabat banyak yang hafal Al Qur-an secara keseluruhan
maupun sebagian.1

B. Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Nabi


Pada masa ketika Nabi Muhammad Saw. masih hidup, setiap turun
wahyu Al-Qur’an, Nabi Muhammad memanggil para sahabat untuk
mendengarkan ayat-ayat yang turun tersebut. Nabi membacakan di hadapan
mereka dan menyuruh mereka yang pandai tulis menulis dan pandai
membaca untuk menuliskannya. Menurut sebagian pendapat, jumlah penulis
Al-Qur’an pada masa Nabi mencapai 40 orang sahabat.2 Terdapat beberapa
sahabat dari 40 sahabat yang ditunjuk untuk menuliskan Al-Qur’an yakni
Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin
Ka’ab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak
diperintahkan.
Para sahabat itu diperintah Rasul untuk menulis wahyu Al-Qur’an
yang diterima dari Allah dan meletakkan urutan-urutannya sesuai dengan
pentunjuk beliau berdasarkan petunjuk dari Allah melalui Malaikat Jibril.
Setelah turun beberapa ayat dalam Al-Qur’an sehingga mendapat satu surah,
Nabi memberi nama surah tersebut sebagai tanda yang membedakan antara
satu surah dengan surah yang lain dan beliau menyuruh untuk meletakkan
basmalah di permulaan surah yang baru tersebut. Semua ayat-ayat Al-Qur’an

1Abd. Kadir, Dirasat Islamiyah, (Sidoarjo: Dwi Putra Pustaka Jaya), hal.62
2
Cahaya Khaeroni, Sejarah Al-Qur’an, (Universitas Muhammadiyah Metro: jurnal
Historia vol.5.No.II,2017), hal.196
4

ditulis di hadapan Nabi di atas benda-benda yang sangat sederhana, misalnya


batu, tulang dan kulit binatang, pelepah kurma dan lain-lain, kemudian
disimpan di rumah Nabi dalam keadaan terpencar-pencar dan belum tersusun
kedalam suatu mushaf seperti sekarang. 3 Di samping itu, masing-masing para
penulis tersebut juga menulis ayat-ayat Al-Qur’an untuk catatan pribadi dan
menghafal diluar kepala. Demikian juga para sahabat lain menghafal ayat-
ayat Al-Qur’an yang mereka terima dari Nabi atau dari sesama sahabat Nabi.
Selain itu, Nabi juga membuat aturan, yaitu hanya Al Qur'an saja yang
diperbolehkan untuk ditulis dan melarang selainnya termasuk Hadits maupun
pelajaran-pelajaran yang keluar dari mulut Nabi Saw. Rasul Saw bersabda
"Janganlah kalian menulis sesuatu dariku kecuali Al-Qur’an, barangsiapa
yang menulis sesuatu dariku selain Al-Qur’an maka hendaklah ia
menghapusnya". Hal ini bertujuan agar apa yang dituliskannya adalah betul-
betul Al Qur'an dan tidak tercampur aduk dengan selain Al Qur'an dan benar-
benar terjamin kemurniannya. Pada masa ini pengumpulan Al-Qur’an
ditempuh dengan dua cara:

1. al Jam'u fis Sudur


Para sahabat langsung menghafalnya diluar kepala setiap kali
Rasulullah Saw. menerima wahyu. Hal ini bisa dilakukan oleh mereka
dengan mudah terkait dengan kultur (budaya) orang Arab yang menjaga
Turats (peninggalan nenek moyang mereka diantaranya berupa syair atau
cerita) dengan media hafalan dan mereka sangat masyhur dengan
kekuatan daya hafalannya.

2. al Jam'u fis Suthur


Wahyu turun kepada Rasulullah ketika beliau berumur 40 tahun yaitu
12 tahun sebelum hijrah ke Madinah. Kemudian wahyu terus menerus
turun selama kurun waktu 23 tahun berikutnya dimana Rasulullah setiap
kali turun wahyu kepadanya selalu membacakannya kepada para sahabat
secara langsung dan menyuruh mereka untuk menuliskannya. Penulisan

3
Nasruddin, Sejarah Penulisan Al-Qur’an, ( UIN Alauddin Makassar: Jurnal
Rihlah. Vol 2.No.I,2015), hal.56
5

pada masa Rasulullah belum terkumpul menjadi satu mushaf disebabkan


beberapa faktor, yaitu:
a. Tidak adanya faktor pendorong untuk membukukan Al-Qur’an
menjadi satu mushaf mengingat Rasulullah masih hidup dan
masih selalu menanti turunnya wahyu dari waktu ke waktu. Di
samping itu karena banyaknya sahabat yang menghafal Al-
Qur’an dan sama sekali tidak ada unsur-unsur yang diduga
akan mengganggu kelestarian Al-Qur’an.
b. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, maka suatu hal
yang logis bila Al-Qur’an bisa dibukukan dalam satu mushaf
setelah Nabi Saw wafat.4

C. Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Khulafaur Rasyidin


Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Khulafaur Rasyidin akan kami
bagi menjadi dua periode, yakni pada masa Khalifah Abu Bakar dan Khalifah
Ustman bin Affan.
1. Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar
Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar diangkat menjadi khalifah.
Sebagai seorang khalifah baru, Abu Bakar dihadapkan kepada berbagai
masalah yang berat, seperti banyaknya orang islam yang murtad, orang
yang enggan membayar zakat, dan nabi palsu. Sehingga terjadi
pertempuran yang meyebabkan 70 orang muslim penghafal Al-Qur’an
meninggal dunia. Semakin berkurangnya penghafal Al-Qur’an
menjadikan umat islam kesulitan untuk mempelajari Al-Qur’an.5
Maka Umar bin Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar agar
bersedia memberikan perintah resmi untuk melakukan kodifikasi Al-
Qur'an. Semula Abu Bakar masih ragu dengan gagasan Umar ini sebab
mengikuti inisiatif yang tidak pernah diperbuat oleh Rasulullah. Namun,
Umar pun terus mendesak dan meyakinkan Abu Bakar bahwa ini
merupakan tindakan yang baik dan tidak melanggar ajaran agama Islam.
Setelah dipertimbangkan matang-matang oleh khalifah Abu Bakar

4 Cahaya khaeroni, Sejarah Al-Qur’an, (Universitas Muhammadiyah Metro: jurnal


Historia vol.5.No.II,2017), hal.197
5 Abd. Kadir, Dirasat Islamiyah, (Sidoarjo: Dwi Putra Pustaka Jaya), hal.63
6

akhirnya beliau menyetujui usul Umar tersebut dan segera mengutus Zaid
bin Tsabit dibantu oleh beberapa sahabat lainnya untuk mengumpulkan
dengan secermat mungkin semua tulisan tentang ayat-ayat Al-Qur'an
yang masih berserakan di berbagai kulit binatang, pelepah kurma, tulang-
tulang, dan lain sebagainya. 6
Cara kerja yang dirancang oleh Zaid adalah pengumpulan Al Qur-an
yang tidak didasarkan pada hafalan para shahabat semata, tetapi Zaid
juga mengumpulkan bukti autentik tulisan Al Qur’an yang tersebar dan
dimiliki oleh banyak sahabat.
Akhirnya, tersusunlah sebuah mushaf yang susunan ayat-ayatnya
sesuai dengan susunan ayat yang telah diajarkan oleh Rasulullah sendiri.
Di mana penyusunan surah-surah dalam Al-Qur'an bersifat mekanis,
didasarkan atas panjang pendeknya surah. Surah-surah Makiyah, yang
berjumlah sekitar 90 surah yang didalamnya memuat keesaan Allah dan
sebagainya. Sedangkan surah-surah Madinah sebanyak 24 surah yang
diturunkan memiliki cakupan yang sangat luas, dan sarat dengan muatan
hukum-hukum Islam. Demikianlah, keadaan Al-Qur'an setelah
dibukukan oleh Zaid bin Tsabit.
Langkah selanjutnya, Abu Bakar membakar habis seluruh naskah ayat
Al-Qur'an lama yang masih berserakan di berbagai pelepah kurma, kulit-
kulit binatang, batu-batu halus, tulang-tulang, dan lain sebagainya.
Tindakan ini memang tepat sekali. Sebab sekiranya seluruh naskah ayat
Al-Qur'an yang lama tadi tidak dibakar habis, tentu ada kemungkinan
timbulnya keraguan bagi generasi sesudahnya yang kebetulan
menemukan naskah yang tidak lengkap. Akhirnya, naskah baru yang di
dalamnya terhimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur'an secara lengkap tadi
dipegang oleh Abu Bakar sehingga beliau wafat. Sepeninggal beliau,
naskah tadi dipindahkan kepada Umar selama pemerintahannya. Sesudah
Umar wafat, naskah tersebut dipindahkan ke rumah Hafsah sampai masa

6 Syamsuddin Asyrofi, Benarkah Al Qur’an Terjaga Kemurniannya?, (Malang:


Aditya Media Publishing), hal 34
7

pengumpulan dan penyusunan kembali di masa sahabat Utsman bin


Affan. 7
2. Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Utsman Bin Affan
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan umat islam telah tersebar ke
berbagai wilayah dari Armenia di sebelah timur, Tripoli di bagian barat,
Yaman di bagian selatan hingga perbatasan Sungai Yarmuk di Syiria.
Umat islam dimanapun selalu bergantung pada ayat-ayat Al-Qur’an.
Mereka terus menghafalnya dan banyak yang menyimpan naskah yang
masih tertulis di atas daun-daunan dan sebagainya. Cara membaca
merekapun beragam sesuai dengan daerah dan dialek masing-masing.8
Di sisi lain perbedaan ini juga disebabkan karena pada masa itu
penulisan Al-Qur’an tanpa titik-titik (di atas dan di bawah huruf), tanpa
syakal (tanda bunyi, seperti fathah, kasrah, dan dhammah), dan cara
membaca Al-Qur’an tidak sama, juga tergantung dari cara pencatatan
pada masing-masing orang. Sebagian bacaan tersebut bercampur dengan
kesalahan, namun masing-masing dari mereka tetap mempertahankan
dan berpegang pada bacaannya.
Mereka khawatir bila keadaan seperti itu terus dibiarkan, akan
mengakibatkan perselisihan dan perdebatan yang berkepanjangan hingga
dapat merusak persatuan umat islam. Orang pertama yang
memperhatikan permasalahan ini adalah Hudzaifah bin al Yaman. Ketika
beliau mengikuti pertempuran dalam menaklukkan Armenia dan
Azerbaijan, beliau pernah mendengar pertikaian kaum muslimin tentang
bacaan Al-Qur’an, dan pernah mendengar perkataan seorang muslim
kepada temannya: “Bacaan saya lebih baik dari bacaanmu.”
Hal ini mengejutkannya, setelah kembali ke Madinah beliau langsung
menemui Utsman bin Affan seraya menceritakan apa yang dilihatnya
mengenai pertikaian kaum muslim tentang bacaan Al-Qur’an. Utsman
bin Affan pun langsung meminta lembaran-lembaran mushaf yang

7 Syamsuddin Asyrofi, Benarkah Al Qur’an Terjaga Kemurniannya?, (Malang:

Aditya Media Publishing), hal 37


8
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada), hal 91
8

disimpan Hafshah binti Umar yang ditulis pada masa Khalifah Abu
Bakar untuk disalin.9
Kemudian Khalifah Utsman bin Affan langsung membentuk panitia
yang bertugas untuk membukukan Al-Qur’an dengan menyalin dari
lembaran-lembaran tersebut menjadi buku. Sebelum tim ini bekerja,
Khalifah Utsman bin Affan memberikan pengarahan kepada tim agar:
a. Berpedoman kepada bacaan mereka yang hafal Al-Qur’an
dengan baik dan benar.
b. Bila ada perbedaan pendapat antara mereka tentang bahasa
(bacaan), maka haruslah dituliskan menurut dialek suku
Quraisy.
Maka tugas tersebut langsung dikerjakan oleh panitia dan setelah
tugas selesai, mushaf yang dipinjam dari Hafshah binti Umar itu
dikembalikan kepadanya. Al-Qur’an yang telah dibukukan diberi nama
“Al-Mushaf”, dan panitia menulis Al-Mushaf sebanyak lima buah. Empat
buah diantaranya dikirim ke Makkah, Syiria, Basrah, dan Kufah. Satu
mushaf ditinggalkan di Madinah untuk disimpan oleh Utsman bin Affan
yang diberi nama “Mushaf Al-Imam.” 10
Setelah itu Utsman memerintahkan untuk mengumpulkan semua
lembaran Al-Qur’an yang ditulis sebelum itu dan membakarnya. Dari
mushaf yang ditulis pada zaman Utsman itulah kaum muslim di seluruh
pelosok menyalin Al-Qur’an. Sementara itu metode tulisan dan model
yang ada di dalam mushaf yang ditulis pada masa Utsman dikenal
dengan sebutan Rasm Utsmani. Dengan demikian, maka penulisan Al-
Qur’an di masa Utsman bin Affan memiliki beberapa manfaat antara
lain:
a. Menyatukan umat muslim pada satu macam Al-Qur’an yang
seragam ejaan tulisannya.
b. Menyatukan bacaan, bacaan-bacaan yang tidak sesuai dengan
ejaan mushaf-mushaf Utsman tidak diperbolehkan lagi.
9 Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada), hal 92
10 Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada), hal 93


9

c. Menyatukan tertib susunan surah-surah, menurut urutan seperti


yang terlihat pada Al-Qur’an sekarang.

D. Perbedaan Pengumpulan Al-Qur’an antara Abu Bakar dan Utsman Bin


Affan
Perbedaan pengumpulan Al-Qur’an antara pada masa Khalifah Abu
Bakar dan Khalifah Utsman bin Affan adalah sebagai berikut.

1. Dari segi Latar Belakang


Pada masa Abu Bakar menjadi khalifah, pengumpulan dan
penghimpunan Al-Qur’an dilatar belakangi oleh banyaknya para
penghafal Al-Qur’an yang meninggal dunia akibat dari perang melawan
tiga kelompok pembangkang, yakni orang-orang yang tidak membayar
zakat, orang-orang murtad, dan nabi palsu. Sedangkan pada masa
Khalifah Utsman bin Affan pengumpulan Al-Qur’an dilatar belakangi
oleh banyaknya versi bacaan Al-Qur’an yang berbeda sehingga saling
menyalahkan satu sama lain.

2. Dari segi Teknik Penghimpunan dan Pembukuan


Pada masa Khalifah Abu Bakar teknik pembukuan Al-Qur’an adalah
dengan cara menghimpun dokumentasi Al-Qur’an yang tercecer di
pelepah kurma, kulit binatang, tulang binatang, dan batu-batuan. Setelah
semuanya terkumpul, baru kemudian dihimpun ke dalam sebuah mushaf.
Al-Qur’an pada masa Abu Bakar sudah ditertibkan urutan ayat dan
surahnya sesuai dengan yang didengar dari Rasulullah. Pada masa
Khalifah Abu Bakar penulisan Al-Qur’an mengandung 7 huruf.
Sedangkan pada masa Khalifah Utsman bin Affan, penulisan disatukan
ke dalam satu bentuk bacaan yakni menggunakan bahasa Arab Quraisy.
10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengumpulan Al-Qur’an adalah penyusunan ayat Al-Qur’an dalam
bentuk tulisan dan dihimpun dalam satu mushaf. Pengumpulan Al-Qur’an
dibagi menjadi beberapa periode, yaitu pengumpulan Al-Qur’an pada masa
Nabi, pengumpulan Al-Qur’an pada masa Khulafaur Rasyidin.
Pada masa Nabi pengumpulan Al-Qur’an dilakukan dengan dua cara,
yaitu pertama al Jam’u fis Sudur dimana para sahabat langsung menghafalnya
diluar kepala setiap kali wahyu turun kepada Rasulullah. Sedangkan yang
kedua al Jam’u fis Suthur, yaitu setiap kali wahyu turun Rasulullah selalu
membacakannya kepada para sahabat secara langsung dan menyuruh mereka
menuliskannya. Para sahabat menulis Al-Qur’an di pelepah kurma, kulit dan
tulang binatang, dan batu-batuan.
Pada masa Abu bakar ayat Al-Qur’an yang tercecer di pelepah kurma,
kulit dan tulang binatang, dan batu-batuan dihimpun menjadi satu dalam
sebuah mushaf. Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan ayat- ayat Al-Qur’an.
Pada masa Utsman bin Affan islam telah berkembang luas. Hal ini
mengakibatkan banyaknya versi bacaan Al- Qur’an yang menyebabkan
perselisihan diantara kaum muslim. Untuk mengatasi hal tersebut Utsman
akhrinya membuat sebuah kebijakan untuk menyeragamkan versi bacaan Al-
Qur’an dengan menggunakan bahasa Arab Quraisy.
Perbedaan pengumpulan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar dan
Utsman bin Affan adalah pengumpulan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar
dilatar belakangi oleh banyaknya penghafal Al-Qur’an yang meninggal
sedangkan pada Utsman bin Affan pegumpulan Al-Qur’an dilatar belakangi
oleh perselisihan cara membaca Al-Qur’an.
11

B. Saran
Penulis menyarankan agar beberapa hal terkait engumpulan Al-Qur’an :
a. Bagi para pembaca yang ingin menambah wawasan dan ingin
mengetahui lebih jauh maka penulis mengharapkan agar membaca
buku-buku yang berkaitan dengan pengumpulan Al-Qur’an.
b. Sebagai pembaca yang baik, setelah membaca dari materi yang telah
disampaikan penulis maka diharapkan pembaca dapat mengamalkan
ilmu yang tertuang didalamnya.
c. Makalah ini dibuat semata-mata sebagai sarana pembelajaran yang
memang dibutuhkan orang muslim dalam mengamalkan ajaran Al-
Qur’an. Harapan penulis agar dapat bermanfaat bagi seluruh umat
muslim pembaca dapat membagikan makalah ini.
12

DAFTAR PUSTAKA

Kadir, Abd. 2016. Dirasat Islamiyahi. Sidoarjo: Dwi Putra Jaya.

Anshori. 2014. Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan.


Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa. 2013.

Khon, Abdul Majid. 2011. Praktikum Qira’at. Jakarta: Amzah. cet. I

Asyrofi, Syamsuddin. 2012. Benarkah Al-Qur’an Terjaga Kemurniannya?.


Malang: Aditya Media Publishing.

Nasruddin. 2015. Sejarah Penulisan Al-Qur’an. UIN Alauddin Makassar:


Kajian Antropologi Budaya.Vol. II,No. 1, 2015.

Muslimin. 2014. Pembukuan dan Pemeliharaan Al-Qur’an. Jakarta: Bumi


Aksara.Vol. 25,No.2,2014

Cahaya Khaeroni. 2017. Sejarah Al-Qur’an. Universitas Muhammadiyah


Metro: jurnal Historia. Vol.5.No.II,2017

Anda mungkin juga menyukai