Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGUMPULAN AL-QUR'AN DALAM ARTI MENHAPALNYA


PADA MASA NABI SAW

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Intensif Ulumul Qur'an”


Dosen Pembimbing:
Haji Hamli, M.Pd.I

Disusun Oleh :

M.Hafizh
Muhammad Azka Maulana
Barkatullah Ahyani

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu tercurah
keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh keluarganya, sahabat
dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang berjudul
“PENGUMPULAN AL-QUR'AN DALAM ARTI MENHAPALNYA PADA MASA
NABI SAW” sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia program studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Amuntai
dapat diselesaikan.
Kami sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali menerima
bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, kami selaku kelompok 6,
menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan tersebut, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Kami memohon maaf apabila dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik
dari segi isi maupun teknik penulisannya, untuk itu kami mengharapkan kritik, saran dan
bimbingan dari semua pihak untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah
ini bermanfaat dan berguna buat kita semua, Aamiin

Amuntai, 10 Mei 2022

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengumpulan al-Qur’an Pada Masa Rasulullah ................................................ 3

B.Penerbitan Ayat dan Surat Dalam Al-Quran ...................................................... 7

C.Arti Al- Quran dalam Menghafalnya pada masa nabi Saw ................................ 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 12

B. Saran .................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur‟an, sebagaimana yang disampaikan oleh as- Shabuni adalah Kalam Allah
yang bernilai Mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara
Malaikat Jibril yang tertulis dalam Mashahif. Dan membacanya bernilai Ibadah. Yang
diawali dengan Surat al- Fatihah dan diakhiri dengan Surat an-Nas.1

Mengacu pada definisi tersbut agaknya kita akan memahami bahwa al-Qur‟an
memang berupa satuan buku yang tertulis. kendati al-Qur‟an diwahyukan secara lisan,
Al- Qur‟an sendiri secara konsisten menyebut dirinya sebagai kitab tertulis. Penulisan
Wahyu memang telah dilakukan sejak Zaman Rasulullah, bahkan Nabi sendiri yang
memerintahkan hal tersebut.

Namun untuk pembukuannya bukanlah nabi yang memerintahkan, al-Qur‟an


dibukukan setalah Nabi Wafat. Terlebih jika kita membaca al-Qur‟an yang saat ini biasa
kita baca, maka kita akan dikejutkan dengan fakta bahwa ayat yang pertama kali turun
justru diletakan dibagian akhir darial-Qur‟an, bukan di awal. Seharusnya itu menjadi
pertanyaan tersendiri bagi kita, lantas siapa yang yang menyusun al- Qur‟an hingga
akhirnya bisa menjadi seperti yang kita baca saat ini?.

Untuk itu maka perlu kajian yang khusus membahas hal tersebut guna setidaknya
memberikan informasi yang memadai mengenai hal tersebut, mengingat kajian
semacam itu akan berpengaruh bagi pembuktian atas keorisinilan al- Qur‟an yang kita
baca saat ini. Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa perlu untuk menyusun
sebuah makalah pendek dengan judul “pengumpulan al-qur'an dalam arti menhapalnya
pada masa nabi saw”.

Makalah ini tentu saja bukan makalah yang sangat sempurna dan tidak ada
kesalahan sama sekali, atas hal tersbut penulis meminta maaf atas segala kesalahan yang

1
ada dalam kmakalah ini, serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyusunan makalah-makalah setelahnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengumpulan al-Qur‟an dilakukan?

2. Bagaimana Penerbitan Urutan Ayat dan Surat dalam al- Qur‟an?

3. Arti Al-Quran dalam menghafalnya pada masa nabi saw?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah Pengumpulan al-Qur‟an.

2. Untuk mengetahui Penerbitan Urutan Ayat dan Surat dalam al-Qur‟an.

3. Untuk mengetahui Al-Quran dalam arti menghafalnya pada masa nabi saw

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pengumpulan Al-Qur‟an menurut para „ulama terbagi menjadi 2 macam yaitu:


Pertama, pengumpulan dalam arti hifzhuhu (menghafalnya dalam hati). Kedua,
pengumpulan dalam arti Kitabatuhu kulluhu (penulisan qur‟an semuanya) baik dengan
memisahkan ayat-ayat dan surat- suratnya, atau menertibkan ayat-ayat semata dan setiap
surat ditulis dalam satu lembaran secara terpisah, ataupun menertibkan ayat-ayat dan surat-
suratnya dalam lembaran- lembaran yang terkumpul, yang menghimpun semua surat
sebagiannya ditulis sesudah bagian yang lain.

A. Pengumpulan al-Qur’an Pada Masa Rasulullah

Sejak awal pewahyuan Al-Qur‟an hingga menjadi sebuah mushaf, telah melalui
proses panjang. Mulai dari Ayat yang pertama turun sampai ayat yang terakhir turun,
benar-benar terjaga kemurniaanya. Upaya untuk menjaga dan memelihara ayat-ayat agar
tidak terlupakan atau terhapus dari ingatan terus-menerus dilakukan. Upaya-upaya
tersebut dengan carayang sederhana yaitu Nabi Menghafal Ayat-ayat itu dan
menyampaikannya kepada para sahabat yang kemudian juga menghafalnya sesuai dengan
yang disampaikan Nabi. Upaya kedua yang dilakukan Umat Islam dalam upaya
pemeliharaan Al-Qur‟an adalah mencatat atau menuliskannya dengan persetujuan Nabi.

Pada mulanya, bagian-bagian al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad


dipelihara dalam ingatan Nabi dan para sahabatnya. Tradisi hafalan yang kuat di kalangan
masyarakat Arab telah memungkinkan terpeliharanya al- Quran dalam cara semacam itu.
Jadi, setelah menerima suatu wahyu, Nabi Lalu menyampaikannya kepada para
pengikutnya, yang kemudian menghafalkannya. Sejumlah hadits menjelaskan berbagai

3
upaya Nabi dalam merangsang penghafalan wahyu-wahyu yang telah diterimanya. Salah
satu di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh Utsman bin Affan bahwa Rasulullah
pernah bersabda: “Yang terbaik di antara kamu adalah mereka yang mempelajari al-Quran
dan kemudian mengajarkannya.”1

Semasa hidup Nabi Muhammad dikenal beberapa orang yang dijuluki sebagai Qari‟
yaitu seorang yang menghafal al- Qur‟an, adapun para Qari‟ pada masa Nabi Muhammad
adalah sebagai berikut : Keempat Khulafa‟ur Rasyidin, Tholhah, Said, Ibn Mas‟ud,
Hudaifa, Abu Hurairah, Ibn „Umar, Ibn Abbas, „Amr bin „Ash, Abdullah bin „Amr bin
„Ash, Mu‟awiyah bin Abu Sufyan, Ibn Jabir, Abdullah bin Sa‟ib, „Aisyah, Hafshah,
Ummu Salamah.
Sedangkan untuk penulisan wahyu yang turun, dikenal beberapa sahabat yang
bertugas untuk menuliskan wahyu yang turun atas perintah Rasulullah sendiri. Para penulis
wahyu tersebut kemudian mendapat julukan sebagai Kutabul Wahyu. Adapun para penulis
wahyu pada masa nabi muhammad yaitu Khulafaur Rasyidin, Muawiyah, Zaid bin Sabit,
„Ubai bin Ka‟ab, Khalid bin Al-Walid dan Tsabit bin Qays.
Namun karena keterbatasan media tulis yang digunakan pada waktu itu sehingga
para sahabat menggunakan apa saja yang dapat digunakan sebagai media tulis dalam
menuliskan wahyu. Beberapa media tulis yang digunakan para sahabat untuk menuliskan
wahyu sebegaimana yang disampaikan oleh az-Zarqany adalah : lembaran lontar atau
perkamen (Riqa), batu tulis berwarna putih (Likhaf), pelapah kurma (Asib),
tulang belikat(Aktaf), tulang rusuk (Adlla’), lembaran kulit (Adim).
Namun yang menjadi catatan dari pengumpulan al- Qur‟an pada masa Rasulullah
adalah walupun telah ada penulisan pada masa Rasulullah atas perintah beliau sendiri,
hanya saja pada saat itu al-Qur‟an yang dituli masih berupa lembaran yang tercecer dan
belum disatukan. Mengenai hal tersebut, az-Zarqany secara khusus menjelaskan alasan
yang mendasari hal tersebut, yaitu :

1
H.M. Rusdi Khalid, Mengkaji Ilmu-ilmu Al-Qur’an, ( Alauddin Universiti Press : Makassar, 2011). Hal.55

4
1. Keterbatasan Media untuk membukukan al-Qur‟an pada masa Rasulullah, tidak seperti
pada masa Abu Bakar bahkan „Utsman yang cenderung lebih mudah menemukan
bahan baku pembukuannya.
2. Pada saat itu para Qari‟ masih sangat banyak, dan Islam belum menyebar seperti pada
masa Abu Bakar maupun Ustman.
3. Singkatnya jarak antara berhentinya wahyu dan wafatnya Nabi.
4. Ayat-Ayat al-Qur‟an yang turun terkadang untuk menghapus
keberlakuan ayat sebelumnya.
5. Al-Qur‟an tidak turun sekaligus, melainkan dengan jalan sedikit demi sedikit
(Munajaman) selama rentang duapuluh tahun atau lebih.
6. Urutan ayat turun kepada Nabi berdasarkan Asbabun Nuzul, sedangkan urutan ayat
dalam al-Qur‟an tidak disusun berdasakan hal tersebut.2

Pada masa Nabi Muhammad SAW, pengumpulan Al-Qur'an tidak dilakukan


secara tertulis seperti sekarang. Saat itu, Al-Qur'an masih berada dalam bentuk lisan dan
dihafal oleh para sahabat Nabi. Hafalan ini menjadi sangat penting, karena pada masa itu
belum ada teknologi pencetakan dan penulisan yang memadai.

Pada awal mula turunnya wahyu, Nabi Muhammad SAW menghafalkan ayat-ayat
tersebut dan juga mengajarkannya kepada para sahabatnya. Para sahabat yang menghafal
ayat-ayat tersebut juga mengajarkannya kepada orang lain dan demikian seterusnya.
Dalam proses ini, pentingnya hafalan Al-Qur'an sangat ditekankan, sehingga menjadi
tradisi dan budaya di kalangan umat Islam.

Selain hafalan, pengumpulan Al-Qur'an dilakukan dengan cara mencatat ayat-


ayat tersebut pada bahan-bahan yang ada pada masa itu, seperti kulit unta, daun palem,

2
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, (Jakarta : Yayasan Abad Demokrasi, 2011). Hal.151

5
dan tulang. Namun, catatan-catatan ini masih dalam bentuk terpisah-pisah dan belum
terkumpul menjadi satu kesatuan yang utuh.

Pengumpulan Al-Qur'an secara tertulis baru dilakukan pada masa khalifah Abu
Bakar as-Siddiq. Pada masa itu, terjadi perang melawan orang-orang yang mengaku
sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Dalam perang tersebut, banyak
sahabat yang hafal Al-Qur'an gugur, sehingga Khulafaur Rasyidin khawatir bahwa terjadi
kehilangan sejumlah ayat-ayat Al-Qur'an.

Kemudian, Umar bin Khattab, salah seorang sahabat Nabi dan khalifah setelah
Abu Bakar as-Siddiq, mengusulkan untuk mengumpulkan seluruh Al-Qur'an dalam
bentuk tertulis. Abu Bakar as-Siddiq awalnya tidak setuju dengan usulan ini, namun
setelah dipertimbangkan dan didiskusikan dengan para sahabat, akhirnya disepakati
untuk melakukan pengumpulan Al-Qur'an.Pengumpulan Al-Qur'an dilakukan dengan
mengumpulkan catatan-catatan ayat-ayat Al-Qur'an yang ada pada masa itu, baik yang
disimpan dalam bentuk tulisan maupun yang masih dalam bentuk hafalan. Setelah semua
ayat-ayat terkumpul, dilakukan verifikasi untuk memastikan kesesuaian dengan hafalan
para sahabat yang masih hidup.

Setelah semua ayat-ayat dipastikan benar dan sesuai, dilakukan penulisan Al-
Qur'an secara resmi dan disimpan dalam satu lembaran besar yang dikenal sebagai
mus'haf. Mus'haf ini kemudian dibagikan ke seluruh penjuru khalifah untuk disebarkan
dan dipelajari oleh umat Islam.3

Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan cara
menghafal dan mencatat ayat-ayat Al-Qur'an secara terpisah-pisah. Pada awal mula
turunnya wahyu, Nabi Muhammad SAW menghafalkan ayat-ayat tersebut dan juga
mengajarkannya kepada para sahabatnya. Para sahabat yang menghafal ayat-ayat

3
Badruddin Muhammad bin Abdullah az-Zarkasy, al-Burhan Fi Ulum al-Qur’an, (Cairo : Dar at-Turats, tt). Hal. 233

6
tersebut juga mengajarkannya kepada orang lain dan demikian seterusnya. Dalam proses
ini, pentingnya hafalan Al-Qur'an sangat ditekankan, sehingga menjadi tradisi dan
budaya di kalangan umat Islam.

Selain hafalan, pengumpulan Al-Qur'an dilakukan dengan cara mencatat ayat-ayat


tersebut pada bahan-bahan yang ada pada masa itu, seperti kulit unta, daun palem, dan
tulang. Catatan-catatan ini disebut mushaf-mushaf dan terdapat dalam beberapa versi.
Versi-versi ini dihasilkan karena mushaf-mushaf tersebut disalin oleh beberapa sahabat
Nabi Muhammad SAW, yang memiliki variasi dalam penulisan dan pembacaan ayat-
ayat Al-Qur'an.

Namun, meskipun terdapat variasi dalam penulisan dan pembacaan ayat-ayat Al-
Qur'an pada versi-versi mushaf tersebut, para sahabat dan orang-orang yang menghafal
Al-Qur'an selalu memastikan kesesuaian ayat-ayat yang dihafalkan dengan mushaf yang
ada. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesinambungan dan kesahihan Al-Qur'an sebagai
pedoman hidup umat Islam.

Pada masa Nabi Muhammad SAW, Al-Qur'an tidak ditulis secara lengkap dan
disusun dalam satu buku seperti sekarang. Sebaliknya, Al-Qur'an masih berada dalam
bentuk lisan dan terus dihafal dan diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya hafalan Al-Qur'an pada masa itu dan juga
menjelaskan mengapa kemampuan hafalan ayat-ayat Al-Qur'an sangat dihargai dalam
tradisi Islam hingga saat ini.

Dalam kesimpulannya, pengumpulan Al-Qur'an pada masa Nabi Muhammad SAW


dilakukan dengan cara menghafal dan mencatat ayat-ayat Al-Qur'an secara terpisah-
pisah dalam beberapa versi mushaf. Meskipun terdapat variasi dalam penulisan dan
pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an pada versi-versi mushaf tersebut, para sahabat dan
orang-orang yang menghafal Al-Qur'an selalu memastikan kesesuaian ayat-ayat yang

7
dihafalkan dengan mushaf yang ada. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesinambungan
dan kesahihan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup umat Islam.4

B. Penerbitan Ayat dan Surat Dalam Al-Quran

Al-Qur'an versi panjang terdiri dari 30 juz atau bagian, dan setiap juz terdiri
dari beberapa surat atau chapter. Penertiban ayat dan surat dalam Al-Qur'an versi
panjang didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT dan diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW.

Pertama-tama, setiap surat dalam Al-Qur'an versi panjang memiliki sebuah


nama yang menggambarkan tema atau isi dari surat tersebut. Nama-nama surat
tersebut juga ditetapkan oleh Allah SWT dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW. Kemudian, urutan surat dalam Al-Qur'an versi panjang juga ditetapkan oleh
Allah SWT. Surat-surat tersebut disusun berdasarkan urutan wahyu yang diterima
oleh Nabi Muhammad SAW. Surat-surat yang diturunkan pada awal-awal Islam
biasanya terdapat pada awal-awal Al-Qur'an versi panjang, sementara surat-surat
yang diturunkan pada akhir masa kenabian Nabi Muhammad SAW biasanya terdapat
pada bagian akhir Al-Qur'an versi panjang.

Setiap surat dalam Al-Qur'an versi panjang terdiri dari ayat-ayat yang
diurutkan secara teratur dan sistematis. Ayat-ayat tersebut disusun berdasarkan tema
atau topik yang dibahas dalam surat tersebut. Selain itu, ayat-ayat dalam surat juga
diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan pembaca untuk memahami isi dari
surat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa penertiban ayat dan surat dalam Al-Qur'an
versi panjang sangatlah penting dan ditentukan oleh Allah SWT melalui Nabi
Muhammad SAW. Penertiban yang sistematis dan teratur ini memudahkan pembaca

4
Muhammad Ali ash- Shabuni, Ibid, Hal. 89.

8
untuk memahami isi dari Al-Qur'an dan menyerap pesan-pesan yang ingin
disampaikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, bagi umat Islam, mempelajari Al-
Qur'an versi panjang dengan benar dan memahami penertiban ayat dan suratnya
merupakan salah satu tugas penting yang harus dilakukan..5

Al-Quran adalah kitab suci bagi umat Islam yang dianggap sebagai pedoman
hidup. Penertiban ayat dan surat dalam Al-Quran sangat penting untuk memudahkan
umat Islam dalam mempelajari dan memahami pesan yang terkandung dalam kitab
suci tersebut. Proses penerbitan ayat dan surat dalam Al-Quran dimulai ketika Nabi
Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT. Wahyu tersebut kemudian
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat dan dicatat dalam
bentuk tulisan. Pada awalnya, ayat-ayat Al-Quran ditulis secara terpisah dan belum
memiliki penertiban tertentu.

Kemudian, pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi peristiwa yang disebut
dengan “Perang Riddah” di mana banyak orang yang mengaku sebagai nabi setelah
Nabi Muhammad SAW wafat. Pada masa itu, terdapat pula beberapa sahabat Nabi
Muhammad SAW yang gugur dalam perang tersebut, sehingga Khulafaur Rasyidin
khawatir jika ayat-ayat Al-Quran hilang bersamaan dengan sahabat yang gugur
tersebut.

Untuk menghindari hal tersebut, Khulafaur Rasyidin melakukan


pengumpulan seluruh ayat Al-Quran yang telah ditulis pada lembaran-lembaran dan
tulisan-tulisan yang tersebar di masyarakat. Setelah itu, ayat-ayat tersebut disusun
berdasarkan penertiban yang telah ditentukan oleh Nabi Muhammad SAW. Proses
penyusunan ini juga melibatkan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW yang telah
menghafal ayat-ayat Al-Quran secara lengkap.

5
Mana’ Qathan, Ibid, Hal. 126

9
Proses pengumpulan dan penertiban ayat dan surat dalam Al-Quran
dilanjutkan pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Pada masa itu, terdapat
beberapa perbedaan dalam penulisan Al-Quran yang digunakan oleh masyarakat
Islam di berbagai wilayah. Untuk menghindari perbedaan tersebut, Utsman bin Affan
memerintahkan untuk membuat salinan Al-Quran yang disusun berdasarkan
penertiban yang telah ditentukan pada masa Khulafaur Rasyidin. Salinan Al-Quran
tersebut kemudian disebarluaskan ke berbagai wilayah Islam.

Dalam perkembangannya, Al-Quran juga mengalami penertiban dan


pembagian ayat yang lebih terperinci. Pembagian tersebut disebut dengan tajwid atau
ilmu membaca Al-Quran yang benar. Tajwid memperhatikan kaidah-kaidah bunyi
yang digunakan dalam pembacaan Al-Quran. Dengan demikian, pengumpulan dan
penertiban ayat dan surat dalam Al-Quran merupakan proses penting dalam
memudahkan umat Islam dalam mempelajari dan memahami kitab suci tersebut.6

Berikut adalah beberapa referensi yang dapat digunakan untuk membaca lebih lanjut
mengenai pengumpulan Al-Qur'an dalam arti menghafalnya pada masa Nabi SAW:
1. Al-Quran al-Karim
Al-Quran al-Karim merupakan sumber utama mengenai pengumpulan Al-
Qur'an pada masa Nabi SAW. Kitab suci ini memuat seluruh ayat dan surat yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dan menjadi pedoman bagi umat Islam
hingga saat ini.
2. Al-Itqan fi Ulum al-Qur'an karya Jalaluddin as-Suyuti
Al-Itqan fi Ulum al-Qur'an adalah buku terkenal yang membahas berbagai
aspek mengenai Al-Qur'an, termasuk pengumpulan Al-Qur'an pada masa Nabi
SAW. Buku ini ditulis oleh seorang ulama besar, Jalaluddin as-Suyuti, dan telah
menjadi referensi penting bagi para ahli studi Al-Qur'an.

6
As-Suyuthi, Ibid. Hal. 406.

10
3. Al-Tadwin al-Qur'ani fi Zaman al-Rasul karya Mahmud Shaltut
Buku ini membahas secara rinci mengenai proses pengumpulan Al-Qur'an
pada masa Nabi SAW, termasuk metode yang digunakan untuk menghafal dan
mencatat ayat-ayat Al-Qur'an secara terpisah-pisah.
C. Arti Al- Quran dalam Menghafalnya pada masa nabi Saw
Pada masa Nabi Muhammad SAW, Al-Qur'an dikumpulkan dan disebarkan
melalui dua cara utama, yaitu penghafalan dan penulisan. Meskipun saat itu belum ada
bentuk tertulis dari Al-Qur'an seperti yang kita kenal sekarang, para sahabat Nabi telah
menghafal dan menuliskan ayat-ayat Al-Qur'an secara terpisah-pisah. Penghafalan ayat-
ayat Al-Qur'an pada masa Nabi SAW memiliki peran yang sangat penting dalam
menjaga keaslian dan kemurnian Al-Qur'an. Nabi Muhammad SAW sendiri adalah
contoh utama dalam hal menghafal Al-Qur'an, dan dia sering mengajarkan para sahabat
untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur'an dengan cara yang baik dan benar.
Selain itu, para sahabat Nabi juga saling membantu untuk menghafal Al-Qur'an.
Mereka mengadakan pertemuan dan mengulang-ulang ayat-ayat Al-Qur'an bersama-
sama sebagai cara untuk memperkuat hafalan mereka. Beberapa sahabat bahkan
menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk memperdalam
pemahaman mereka tentang Al-Qur'an. Proses penghafalan ayat-ayat Al-Qur'an ini
dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti. Para sahabat tidak hanya menghafal ayat-
ayat Al-Qur'an, tetapi mereka juga memperhatikan tajwid (cara membaca Al-Qur'an)
dan memperbaiki kesalahan jika ada.
Penghafalan ayat-ayat Al-Qur'an juga sangat penting karena pada saat itu belum
ada teknologi yang memungkinkan penyebaran Al-Qur'an dengan mudah seperti
sekarang. Oleh karena itu, para sahabat Nabi menghafal Al-Qur'an dan mengajarkannya
kepada orang-orang di sekitar mereka, sehingga Al-Qur'an dapat tersebar dengan baik
ke seluruh penjuru Arabia pada masa itu.
Dalam kesimpulannya, penghafalan ayat-ayat Al-Qur'an pada masa Nabi
Muhammad SAW sangat penting dalam menjaga keaslian dan kemurnian Al-Qur'an.

11
Penghafalan yang hati-hati dan teliti oleh para sahabat Nabi telah memastikan bahwa
Al-Qur'an dapat diteruskan dengan baik dari generasi ke generasi hingga saat ini.7

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Upaya yang dilakukan Rasulullah untuk menjaga dan memelihara ayat-ayat agar tidak
terlupakan atau terhapus dari ingatan dengan cara yang sederhana yaitu Nabi Menghafal
Ayat-ayat itu dan menyampaikannya kepada para sahabat yang kemudian juga
menghafalnya sesuai dengan yang disampaikan Nabi. Upaya kedua yang dilakukan Umat
Islam dalam upaya pemeliharaan Al- Qur‟an adalah mencatat atau menuliskannya dengan
persetujuan Nabi. Ulama sepakat bahwa urutan Ayat al-Qur‟an adalah Tauqifi berdasarkan
perintah dari Allah yang disampaikan oleh Rasulullah. Sedangkan untuk urutan Surat,
„Ulama terbagi atas dua pendapat yaitu : Pertama, urutan Surat sebagian adalah Tauqifi,
sebagian lain berdasarkan Qia‟at sahabat. Kedua, urutan surat dalam al- Qur‟an
sepenuhnya Tauqifi dari Allah.

B. SARAN

Dalam makalah para pembaca dan penulis bisa saja mencari sumber yang lebih
banyak lagi untuk memperlajari tentang al-quran.

7Ibid. Hal. 407

12
DAFTAR PUSTAKA

Mana‟ Qathan, Mabahits Fi ‘Ulum al-Qur’an, (Cairo : Maktabah Wahbah, 1995).

H.M. Rusdi Khalid, Mengkaji Ilmu-ilmu Al-Qur’an, ( Alauddin Universiti Press :


Makassar, 2011).

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, (Jakarta : Yayasan Abad


Demokrasi, 2011). Muhammad Abdul Adzim az-Zarqany, Manahil al-‘Irfan Fi
‘Ulum al-Qur’an, Jilid I, (Beirut : Dar al-Kitab al- Araby, 1995).

Shubhi Sholih, Mabahits Fi Ulum al-Qur’an, Cet.X. (Beirut : Dar al-Ilmi, 1977).

Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2013).

Badruddin Muhammad bin Abdullah az-Zarkasy, al- Burhan Fi Ulum al-Qur’an,


(Cairo : Dar at-Turats, tt).

Muhammad Ali ash- Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta : Pustaka
Amani, 2001).

13

Anda mungkin juga menyukai