Anda di halaman 1dari 11

QIRA’ATUL QUR’AN MASA TABI’IN DAN KODIFIKASI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Qira’at

Dosen pengampu: Dr. Mohammad Nuryansah, M.Hum

Disusun oleh:

Arum Aufanillah 53020220026


Nurlela 53020220040

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Qira’atul Qur’an Masa Tabiin Dan Kodifikasi”
ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Shalawat serta sala kami haturkan kepada
junjungan kami Nabi agung Muhammad Saw yang telah mengantarkan kita sampai ke zaman
ini.

Terimakasih kami ucapkan kepada bapak dosen pengampu mata kuliah qira’atul qur’an
yang telah memberikan kami kesempatan untuk membahas materi ini. Terimakasih pula kami
sampaikan kepada seluruh pihak yang membantu mensupport dalam penulisan makalah ini.

Kami sebagai penulis menyadari bahwasanya dalam tulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kami
dapat memperbaikinya di kemudian hari.

Salatiga, 23 Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5

A. Qira’at Masa Tabi’in .............................................................................................. 5


B. Qira’at Pada Masa Kodifikasi ................................................................................ 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10
B. Saran ....................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyebaran berbagai jenis qira’at diseluruh belahan dunia islam memberikan
dampak yang signifikan terhadap pola pembacaan Al-Qur’an di setiap wilayah. Oleh
karena itu, terdapat banyak perbedaan dalam cara membaca Al-Qur’an diberbagai
daerah. Hal tersebut dapat menimbulkan kesalahan dalam mengartikan perbedaan itu,
bisa jadi masyarakat awam, khususnya kelompok non-muslim menganggap Al-Qur’an
itu berbeda-beda atau tidak konsisten.
Pada dasarnya Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh dialek bacaan yang berbeda
dengan tujuan untuk memudahkan umat islam dalam membaca Al-Qur’an. Seperti
hadits Nabi yang berbunyi;” Rasulullah bertemu malaikat jibril dibatu Mira
(dipinggiran madinah, dekat quba) dan berkata kepadanya, “saya telah diutus kepada
suatu bangsa yang buta huruf, diantaranya, orang tua miskin, nenek-nenek dan juga
anak-anak” Jibril menjawab. “suruhlah mereka membaca al-qur’an dalam tujuh
dialek (ahruf).
Pada pembahasan Ilmu Qira’at, tentunya memiliki sejarah perjalanan panjang dari
masa Nabi Muhammad saw hingga saat ini, khususnya sejarah Qira’atul Qur’an pada
masa Tabi’in dan kodifikasi yang menjadi judul dari penulisan makalah ini, tema ini
dirasa sangat penting untuk dibahas sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan
‘Ulumul Qur’an, dan sebagai bahan kajian pengetahuan untuk mempelajari Ilmu
Qira’at agar mahasiswa dan masyarakat tidak salah dalam memahami dialek Al-Qur’an
yang berbeda-beda.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana qira’atul qur’an pada masa tabi’in ?
2. Bagaimana qira’at pada masa kodifikasi ?
C. Tujuan Masalah
1. Sebagai pengetahuan bagaimana qiratul qur’an yang terjadi pada masa tabi’in.
2. Pengetahuan mengenai qira’at pada masa kodifikasi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Qira’atul Qur’an masa Tabi’in


Seperti yang telah di ketahui bahwasanya terdapat perbedaan mengenai kapan
waktu pastinya mulai di tetapkannya qira’at. Ada yang mengatakan bahwasanya qira’at
sudah di tetapkan sejak turunnya Al-Qur’an di Makkah dan ada pula yang berpendapat
bahwasanya qira’at mulai di tetapkan setelah rasulullah hijrah ke madinah. Pendapat
yang pertama muncul dikarenakan dahulu rasulullah telah mengajarkan kepada para
sahabat bagaimana cara membaca Al-Qur’an bersamaan dengan setelah diturunkannya
ayat. Untuk pendapat kedua sendiri mempertimbangkan bahwasanya setelah rasulullah
hijrah banyak dari berbagai kabilah yang masuk islam, yang mana dari setiap kabilah
memiliki perbedaan dialek, sehingga muncullah perbedaan qira’at.
Memang tidak di sebutkan secara jelas kapan awal mula qira’at itu di ciptakan
tetapi yang telah di jelaskan adalah orang pertama yang menuliskan tentang ilmu qira’at
yaitu Ubaid Al-Qasim Ibn Salam (W. 244 H). beliaulah yang telah mengumpulkan para
imam qira’at dengan bacaannya masing-masing. Tokoh lain yang juga mempelopori
terbentuknya fan ilmu qira’at diantaranya Abu Hasyim Al-Sijistany, Abu Jafar Al-
Thabary Dan Ismail Al-Qodhi1.
Setelah pada masa sahabat banyak yang mendirikan madrasah-madrasah yang
mengajarkan cara membaca Al-Qur’an, pada awal permulaan abad ke 2 H atau pada
masa tabiin mulai muncul beberapa orang yang mulai fokus dalam hal qira’at.
Kebanyakan dari mereka adalah orang yang berasal dari daerah yang disana mendapat
copy an Mushaf Ustmani. Beliau-beliau ini merasa perlu untuk mendirikan atau
memunculkan satu cabang ilmu baru yang terfokus pada qira’at, yang mana cabang
ilmu tersebut telah memenuhi persyaratan dan bisa menjadi disiplin ilmu baru dalam
peradaban islam2.
Terdapat sebuah hadis yang menyebutkan bahwasanya Al-Qur’an itu dibaca
dengan Sab’atu Ahrufin atau tujuh huruf. Bunyi hadisnya adalah:

1
Iwan Romadhan sitorus, “asal usul ilmu qira’at”, el-afkar, vol.7, no.1, 2018, 75-76.
2
Khairunnas jamal, afriadi putra, pengantar ilmu qiraat, kalimedia, 2020, 33.

5
Artinya: “dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata: “Rasulullah Saw berkata kepadaku:
’sesungguhnya Allah memerintahkan aku agar membaca Al-Qur’an dengan satu huruf’,
lalu aku berkata ‘wahai tuhanku, berilah keringanan pada umatku’, kemudian Allah
memerintahkan kepadaku ‘bacalah dengan dua huruf’, maka aku pun berkata lagi :
’wahai tuhanku ringankanlah umatku’, maka Allah pun memerintahkanku, ‘bacalah
dengan tujuh huruf dari tujuh pintu surga, semuanya obat penawar nan memadai’”.
Dari hadis di atas dapat di pahami bahwasanya kita boleh membaca al-qur’an
dengan tujuh huruf atau tujuh dialek. Suatu ketika khalifah Umar bin Khattab
mendengar Hisyam bin Hakim membaca surah Al-Furqon dengan bacaan yang berbeda
dengan bacaan yang pernah di dapatnya dari rasulullah. Dan ketika beliau
mengadukannya kepada rasulullah, beliau membenarkan bacaan keduanya. Dan
rasulullah juga mengatakan bahwasanya Al-Qur’an di turunkan dengan tujuh huruf dan
menyuruh mereka untuk membaca Ql-Qur’an dengan bacaan yang mudah3.
Pada masa tabiin terdapat banyak sekali imam yang ada di beberapa daerah4,
diantaranya:
1. Makkah: Abdullah ibn Katsir Al-Dari (w.120/737), Humaid Bin Qais Al-A’raj
(w.123/740) dan lainnya
2. Madinah: Abu Ja’far Yazid Bin Al-Qa’qa’(w.130/747), Nafi’ Bin Abdurrahman Bin
Abi Nu;Aim(w.169/785)
3. Syam: ‘Abdullah al-Yahshubi yang terkenal dengan julukan Ibnu ‘Amir (w.
118/736), Isma‘Il Bin ‘Abdillah (w. 170/786).
4. Basrah: Zabban bi al-‘Ala’ bin ‘Ammar yang terkenal dengan julukan Abu ‘Amr
(w. 154/770), ‘Abdullah bin Abi Ishaq (w. 117/735), ‘Isa bin ‘Amr, ‘Ashim al-
Jahdari (w.128/745), Ya‘kub bin Ishaq al-Hadhrami (w. 205/820), dan yang lainnya.
5. Di Kufah: ‘Ashim bin Abi al-Najud al-Asadi (w. 127/744), Hamzah bin Habib al-
Zayyat (w. 188/803), Sulaiman al-A‘masi (w.119/737), al-Kisa’i (w. 189/804), dan
yang lainnya.
Terdapat tujuh imam yang di kenal dalam bidang qira’at dari para tabiin5 adalah :
1. Ibn Amir Nama lengkapnya Abu Imran Abdullah bin Amir al-Yashubi yang
merupakan seorang Qodhi di Damaskus pada masa pemerintahan Ibn Abd al-
Malik.Beliau lahir pada tahun 21 H. Beliau berasal dari kalangan tabi‟in yang

3
Ahmat saepuloh, qira’at pada masa awal islam, episteme, vol.9, no.1, 2014, 30-32.
4
Khairunnas jamal, afriadi putra, pengantar ilmu qiraat, kalimedia, 2020, 34.
5
Iwan Romadhan sitorus, “asal usul ilmu qira’at”, el-afkar, vol.7, no.1, 2018,77-78.

6
belajar Qiraat dari al-Mughirah Ibn Abi Syihab al-Mahzumi, Usman bin Affan dan
Rsulullah SAW. Beliau wafat tahun 118 H Damaskus. Rowi beliau yang terkenal
dalam Qiraat yaitu Hisyam (wafat tahun 245H) dan Ibn Dzakwan (wafat tahun
242H).
2. Ibn Katsir Nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah Ibn Katsir Al-Dary al-
Makky. Beliau adalah imam Qiraat di Mekkah dari kalangan tabi‟in yang pernah
hidup bersama sahabat abdullah Ibn Zubair, Abu Ayyub al-Anshari dan Anas Ibn
Malik. Beliau wafat tahun 291 H, rowinya yang terkenal adalah Al Bazy (wafat
tahun 250 H) dan Qunbul (wafat tahun 291 H).
3. AshimAl-Khufy Nama lengkapnya Ashim Ibn Abi Al-Najud al-Asadi. Beliau
seorang tabi’in yang wafat sekitar tahun 127-128 H di Kuffah. Beliau merupakan
imam qira’at Kufah yang paling bagus suaranya dalam membaca al-qur’an. Kedua
perawinya yang terkenal adalah Syu’bah (wafat tahun 193H) dan Hafs (wafat tahun
180 H).
4. Abu Amr Nama lengkapnya Abu Amr Zabban Ibn A‟la Ibn Ammar al-Bashri yang
sering juga dipanggil Yahya. Beliau merupakan satu-satunya imam qiraat yang
paling banyak guru qira‟at nya. Beliau seorang guru besar qira‟at di Kota Bashrah
yang wafat di Kuffah pada tahun 154 H. Rowinya yang terkenal ialah Abu Amr ad-
Dury (wafat tahun 246 H) dan Ibnu Zyad as- Susy (wafat tahun 261 H).
5. Hamzah Nama lengkapnya Hamzah Ibn Habib Ibn Imarah al-Zayyat al-Fardh al-
Thaimi yang sering dipanggil Ibn Imarah. Beliau berasal dari kalangan hamba
sahaya ikrimah Ibn Robbi‟ Mthaimi yang wafat di Hawan pada masa khalifah Abu
Ja‟far al-Manshur tahun 156 H. Kedua perawinya yang terkenal adalah Kholaf (w.
229 H) dan Khollad (w 220 H).
6. Nafi‟ Nama lengkapnya Abu Ruwaim Nafi’ Ibn Abd Al-Rahman Ibn Abi Na’im al-
Laisry. Beliau lahir di Isfahan pada tahun 70 dan wafat di Madinah pad tahun 169
H. Perawinya adalah Qolun (w. 220 H) dan Warsy (w. 197 H).
7. Al-Kisa‟i Nama lengkapnya Abul Hasan Ali Ibn Hamzah Ibn Abdillah Al-Asady.
Selain imam Qori‟ beliau terkenal juga sebagai imam nahwu golongan Kufah.
Beliau wafat pada tahun 189 H di Ray Perawinya yang terkenal adalah Abd al-Haris
(wafat tahun 242 h) dan Ad-Dury (wafat tahun 246 H).

Tujuh imam di atas adalah para imam yang di sebut dengan imam qira’ah sab’ah
yang telah masyhur di pelajari oleh beberapa kalangan.

7
2. Qira’at pada masa kodifikasi
Setelah munculnya para ahli dan imam qira’at pada periode sebelumnya,ilmu
qira’at semakin berkembang dan banyaknya para pengkaji al-qur’an yang
memfokuskan kajiannya terhadap qira’at. Selanjutnya, masuklah kepada masa atau
periode pembukuan al-qur’an, hal ini ditandai dengan adanya kemunculan kitab al-
qira’at yang ditulis oleh Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam (w.157-224/774-838). Inovasi
yang dilakukan oleh Abu Ubaid menjadi preseden bagi para ahli qiraat lainnya untuk
merekam ide;ide mereka mengenai disiplin ilmu qira’at dalam karya tulis.
Diantaranya ada Ahmad bin Jubair al-Kufi (w.258/872) yang menyusun kitab al-
Khamsah, sebuah kitab yang menghimpun nama lima orang qira’at untuk
merepresentasikan ahli qira’at setiap wilayah islam; Ismail bin Ishaq al-Maliki (199-
282/815-896) yang menyusun kitab al-qira’at, Abu Ja’far bin ath Thabari (224-320)
yang menyusun kitab al-qira’at. Abu Muhammad bin Ahmad al-Dajuni (w. 123/740),
dll.
Pada akhir abad ke-3 H ada seorang ulama ahli qira’at dari Baghdad yang bernama
Abu Bakar bin Musa bin al-‘Abbas bin Mujahid (w.245-324/859-935) beliau lebih
dikenal dengan julukan Ibnu Mujahid. Dalam kapasistasnya sebagai seorang syaikh ahli
qira’at, ibnu Mujahid mencoba menawarkan sebuah konsep tentang qira’at sab’ah,
yakni sebuah limitasi jumlah madzhab qira’at yang diwakili oleh tujuh orang Imam
qira’at. Untuk mendukung konsep yang ia tawarkan, beliau menyusun sebuah kitab
yang berjudul kitab Sab’ah fi al-Qira’at.
Menurut al-Zarqani, konsep qiraat sab’ah yang disampaikan oleh Ibnu Mujahid
secara kebutulan, tanpa disertai pretensi apapun. Rumusan konsep qiraat sab’ahyang
terdiri dari tujuh imam qiraat yang menurutnya pantas menjadi orang-orang nomor satu
di bidang qira’at. Pembatasan yang dilakukan oleh Ibnu Mujahid ini tidak serta merta
meniadakan ahli qiraat lain atau mempengaruhi pada periwayat yang lain, melainkan
pembatasan ini semata-mata karena standarisasi yang ia tetapkan sendiri.
Konsep yang ditawarkan oleh ibnu Mujahid ini mengundang perdebatan
dikalangan ulama, diantara mereka ada yang pro dan kontra. Hal ini terjadi karena
ditakutkan akan menimbulkan munculnya anggapan bahwa qira’at sab’ah itu adalah
sab’atu ahruf seperti yang banyak disebutkan dalam riwayat.

8
Namun terlepas dari pro dan kontra tentang konsep qiraat tujuh yang dicetuskan
oleh Ibnu Mujahid, sejarah telah membuktikan bahw konsep ini lebih diterima dan
populer dikalangan umat islam. mungkin peran dan tugas ulama disini adalah
mengingatkan umat bahwa qiraat tujuh yang dikenal saat ini tidak sama sengan sab’atul
ahruf yang diturunkan Jibril as kepada Nabi. Umat islam juga harus memahami bahwa
ilmu qiraat tidak terbatas pada tujuh imam saja. Artinya ada riwayat imam lain yang
qiraatnya juga boleh dibaca selama sesuai dengan kualifikasi validitas qira’at.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa tabi’in mulai muncul imam imam qira’at yang terfokus pada fan
ilmu tersebut. pada masa ini juga sudah muncul imam imam qira’ah sab’ah yang di
pelajari hingga kini. Jadi perbedaan dalam qiraat atau pembacaan al-qur’an itu
sebenarnya memiliki tujuan agar umat islam atau hamba hamba allah itu bisa
dengan mudah mempelajari al-qur’an sesuai dengan dialek masing-masing. Setelah
munculnya para ahli dan imam qira’at pada periode sebelumnya,ilmu qira’at
semakin berkembang dan banyaknya para pengkaji al-qur’an yang memfokuskan
kajiannya terhadap qira’at. Selanjutnya, masuklah kepada masa atau periode
pembukuan al-qur’an, hal ini ditandai dengan adanya kemunculan kitab al-qira’at
yang ditulis oleh Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Salam (w.157-224/774-838).
B. Saran
Dalam penulisan ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan. Kami
selaku penulis menyarankan kepada para pembaca untuk juga mencari referensi lain
yang dapat memperkuat pemahaman mengenai pembahasan ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Saepuloh Ahmat, (2014), “Qira’at Pada Masa Awal Islam”, Episteme, Vol.9, No.1.
Romadhan Iwan, (2018), “Asal Usul Ilmu Qira’at”, El-Afkar, Vol.7, No.1.

Jamal Khairunnas, afriadi putra, (2020), Pengantar Ilmu Qiraat, Yogyakarta:


kalimedia.

11

Anda mungkin juga menyukai