“ Qira’at al-Qur’an ”
Diajukan untuk dipresentasikan pada Mata Kuliah Studi Qur’an pada Program Studi
Dosen Pengampuh :
Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
berfikir. Tidak lupa juga mengirimkan Shalawat dan salam kepada baginda Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke
Terimah kasih pula kami ucapkan kepada Ibu/Bapak dosen selaku pengampuh
dari mata kuliah Studi Qur’an ini yang telah memberikan bimbingan serta arahan
sehingga makalah yang berjudul “Qira’at al-Qur’an” ini selesai tepat waktu. Adapun
dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan
oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
aamiin.
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….……1
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa hidup Nabi Muhammad SAW, perhatian umat terhadap kitab Al-
menghafalkannya secara lisan dari mulut ke mulut. Pada periode pertama, Al-Qur’an
belum dibukukan, sehingga dasar pembacaan dan pelajarannya masih secara lisan.
Hal ini berlangsung terus sampai pada masa sahabat, masa pemerintah Khalifah Abu
Bakar dan Umar r.a. Pada masa mereka, Kitab Al-Qur’an sudah dibukukan dalam
satu mushaf. Pembukuan Al-Qur’an tersebut merupakan ikhtiar khalifah Abu Bakar
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan r.a. mushaf Al-Qur’an itu disalin dan
dibuat banyak, serta dikirim ke daerah-daerah Islam yang pada waktu itu sudah
menyebar luas guna menjadi pedoman bacaan pelajaran dan hafalan Al-Qur’an. Hal
itu diupayakan Khalifah Utsman, karena pada waktu ada perselisihan sesama muslim
menimbulkan perang saudara sesama umat Islam. Sebab, mereka berlainan dalam
menerima bacaan ayat-ayat Al-Qur’an karena oleh Nabi Muhammad SAW diajarkan
cara bacaan yang relevan dengan dialek mereka masing-masing. Tetapi karena tidak
memahami maksud tujuan Nabi Muhammad SAW, lalu tiap golongan menganggap
hanya bacaan mereka sendiri yang benar, sedang bacaan yang lain salah, sehingga
mengakibatkan perselisihan.1
1
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), h. 242-243.
1
Itulah pangkal perbedaan qira’at dan tonggak sejarah tumbuhnya ilmu qira’at
Tatkala para qari’ sudah tersebar di berbagai pelosok. qira’attersebut diajarkan secara
turun temurun dari guru ke guru, sehingga sampai pada para imam qira‟at, baik yang
sesudahnya menurun, mereka lalu berupaya untuk membatasi hanya pada qira’atyang
sesuai dengan khaf mushaf serta dapat mempermudah penghafalan dan pendabitan
qira’atnya.2
B. Rumusan Masalah
2
Manna Khalil Al-Qaththan, Studi-studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera Antar Nusa, 2016),
h. 249.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qira’at
Secara etimologi qira’at merupakan kata jadian (masdar) dari kata kerja qara’a
1. Ibnu al-Jazari
penukilnya. 3
2. Al-Zarqasyi
3. Al-Shabuni
Qira’at adalah suatu mazhab cara melafalkan Alqur’an yang dianut oleh salah
saw.
mempunyai makna yang sama, yakni ada beberapa cara melafalkan Alqur’an
walaupun sama-sama berasal dari sumber yang sama yaitu Rasulullah saw. Dengan
3
Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 23
4
Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, h. 25
3
1. Qira’at berkaitan dengan cara melafalkan Al-Qur’an yang dilakukan oleh
Jadi, yang dimaksud dengan Ilmu Qira’at Al-Qur’an adalah ilmu yang
mempelajari tentang cara membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang berupa wahyu Allah
SWT, dipilih oleh salah seorang imam ahli qira’at, berbeda dengan cara ulama lain,
bahasa Arab serta cocok dengan bacaan terhadap tulisan Al-Qur’an yang terdapat
Qira’at sebenarnya telah muncul sejak masa Nabi saw., walaupun pada saat
itu qira’at bukan merupakan suatu disiplin ilmu, karena perbedaan para sahabat
melafazkan Al-Qur’an dapat ditanyakan langsung kepada Nabi saw., sedangkan Nabi
tidak pernah menyalahkan para sahabat yang berbeda itu, sehingga tidak panatik
terhadap lafaz yang digunakan atau yang pernah didengar Nabi. Asumsi ini dapat
1. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab ra,
berkata: “Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca AlQur’an surah al-
5
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), h. 340-341.
4
mengajaknya untuk menghadap pada Rasulullah: Aku mendengar laki-laki ini
membaca surah al-Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah Engkau
2. Imam Muslim dengan sanad dari Ubai bin Kaab berkata: Ketika aku berada di
masjid tiba-tiba masuklah seorang laki-laki untuk shalat dan membaca bacaan
yang aku ingkari, setelah itu masuk lagi laki-laki lain, bacaannya berbeda
dengan laki-laki yang pertama. Setelah kami selesai halat kami menemui
tujuh huruf”6
menyalahkan para sahabat dan memberi jawaban yang sama yaitu Al-Qur’an
diturunkan tujuh huruf. Untuk mengetahui apakah qira’at itu benar atau tidak harus
memenuhi tiga syarat yaitu pertama, sesuai dengan kaedah bahasa Arab kedua, sesuai
Seperti halnya hadis, qira’at berdasarkan kuantitas sanad, terdiri dari beberapa
tingkatan sebagaimana yang dikemukakan oleh para ulama, meskipun antara satu
6
Muhammad Ali, As-Shabuni, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2004)
7
Ratnah Umar, Jurnal Al-Asas, Qira’at al-Qur’an, Vol 3 No 2 (Dosen Tetap FUAD IAIN
Palopo, 2019) h. 39
5
1. Mutawatir
Yaitu qira’at yang diriwayatkan oleh sanad dalam jumlah yang banyak,
bersambung sampai kepada Nabi SAW dan mereka tidak mungkin bersepakat
untuk berdusta. Adapun qira’at yang tergolong kepada qira’at mutawatir ini
adalah, qira’at sab’ah (qira’at tujuh) yang terdiri atas tujuh imam qira’at;
Nafi‘, Ibnu Kasir, Abu ‘Amr, Ibn ‘Amir, ‘Ashim, Hamzah dan al-Kisa’i.8
2. Masyhur
Yaitu qira’at yang diriwayatkan oleh sanad dalam jumlah yang banyak, akan
sahih, sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan sesuai pula dengan rasm
‘ustmani. Adapun qira’at yang tergolong kepada qira’at masyhur ini adalah,
qira’at yang dinisbatkan kepada tiga imam yang terkenal, yaitu; Abu Ja‘far
3. Ahad
Yaitu qira’at yang tidak mencapai derajat masyhur, sanadnya sahih, akan
tetapi menyalahi rasm usmani ataupun kaidah bahasa Arab. Qira’at pada
tingkatan ini tidak populer dan hanya diketahui oleh orang-orangyang benar-
benar mendalami qira’at Al-Qur’an. Oleh karena itu, tidak layak untuk
4. Syaz
8
Manna’ Khalil Al-Qaththan, mabahits f ‘ulum al-Quran, (Darul ilmi wal Iman), h.169
9
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Quran, (Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2013) h. 163.
10
Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bandung: CV
Pustakasetia, 1983) h. 45-46
6
Yaitu qira’at yang sanadnya tidak sahih. Qira’at pada tingkatan ini tidak dapat
Qira’at di atas merupakan qira’atsyaz dan versi lain dari qira’at yang terdapat
5. Maudhu‘(palsu)
dan al-Khazani. 11
6. Mudroj
mudrajadalahsuatu yang ditambahkan dalam qira’at dalam bentuk penafsiran12
Dua pendapat tersebut memiliki arti dan makna yang sama.
Contoh :
11
Bahtian Yusuf, Qira’at al-Qur’an, (Bandung: Pasca serjana UIN Sunan Gunung
Djati,2019), h. 6
12
Bahtian Yusuf, Qira’at al-Qur’an, h. 8
7
Qira’at di atas adalah qira’at Zubair, ia menambahkan lafaz yang digaris
Secara umum, qira’at Al-Qur’an hanya terdiri atas tiga macam yaitu qira’at
mutawatir, syaz, dan ahad.13 Pendapat yang dikemukakan oleh al-Zarqani di atas
mengindikasikan tiga hal pokok yang menjadi syarat utama sebuah qira’at bisa
tabi’in, yaitu pada awal abad II H. tatkala para qari telah tersebar di berbagai pelosok
daerah dan wafat di daerah tersebut. Mereka lebih suka mengemukakan Qira’at
diajarkan secara turun temurun dari guru ke murid, sehingga sampai kepada para
Imam Qiraat, baik yang tujuh, sepuluh, atau yang empat belas.14
Qur’an yang berkembang pada saat itu, Ibnu Mujahid menyimpulkan bahwa hanya
ada tujuh macam qira’at yang dianggap memenuhi syarat dan layak diterima sebagai
qira’at Al-Qur’an. Tujuh macam qira’ atau yang dikenal dengan sebutan qira’at tujuh
13
Khairunnas Jamal dan Afriadi Putra, Pengantar Ilmu Al-Qur’an, (Yogyakarta: Kalimedia,
2020), h. 10
14
Ahmad Syadzali, Ulumul Quran I (Bandung., Pustaka Setia, 2004
8
itu adalah qira’at yang dipopulerkan oleh tujuh orang imam, yaitu Imam Nafi, Ibnu
1. Imam Nafi, nama lengkapnya Nafi al-Madani Ibnu Abdurrahman bin Abi
Nu‟aim Abu Ruwaim al-Laitsi. Lahir tahun 70 H dan wafat tahun 169 H.
Beliau termasuk Imam tsiqah yang berasal dari Ashbahan. Beliau belajar
qira’atdari Abi Ja‟far Yazid bin Al-Qa‟qa‟ Al-Madani, Ibnu Hurmuz Al-
A’raj, dan Muslim bin Jundub. Semua guru Nafi ini mempelajari qira’atdari
sahabat seperti Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ubay, dan Az-Zubir bin Al-
a. Qalun, nama lengkapnya Abu Musa Isa bin Mina az-Zarqa, penguasa Bani
Zahrah. Lahir pada tahun 120 H dan meninggal tahun 220 H. Beliau
Quraisy. Lahir tahun 110 H dan meninggal pada tahun 197 H di Mesir.17
2. Ibnu Katsir, nama lengkapnya Abdullah Abu Ma’bad al-Athar ad-Dari al-
Farisi al-Makki. Lahir pada tahun 45 H dan meninggal tahun 120 H. Beliau
belajar qira’at dari sahabat Nabi SAW ialah Abdullah bin Sa’ib. Adapun dua
a. Al-Bazzi, nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Abu al-
Hasan al-Bazzi. Beliau seorang qari‟ di Makkah dan Muadzin di masjid al-
Haram. Lahir pada tahun 170 H dan meninggal pada tahun 250 H.
15
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, h. 148.
16
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2014), h. 52.
17
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, 152
9
b. Qunbul, nama lengkapnya Muhammad bin Abdurrahman alMakhzumi Abu
Umar al-Makki. Beliau lahir pada tahun 195 H dan meninggal pada tahun
291 H.11
3. Abu Amr bin al-Ala, nama lengkapnya Zabban bin al-Ala at-Tamimi al-
a. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al-Azdi alBaghdadi
b. As-Susi, nama lengkapnya Shaleh bin Zaid Abu Syu‟aib as-Susi arRuqi.
Beliau seorang Imam qira‟ah di Syam. Lahir tahun 21 H dan meninggal tahun
b. Ibnu Dzakwan, nama lengkapnya Abu Amr Abdullah bin Ahmad al-Fahri
5. Ashim bin Abi an-Najud al-Kufi, nama lengkapnya Abu Bakar Ibnu Bahdalah
a. Syu’bah, nama lengkapnya Abu Bakar bin „Iyasy al-Asadi anNahsyali al-
10
b. Hafsh bin Sulaiman, nama lengkapnya Abu Umar al-Asadi al-Kufi al-
6. Hamzah bin Habib az-Zayyat, nama lengkapnya Abu „Imarh al-Kufi at-Taimi.
Lahir tahun 80 H dan meninggal tahun 156 H. Beliau belajar qira’atdari Abi
7. Al-Kisa’I, nama lengkapnya Abu al-Hasan Ali bin Hamzah, asli Persia dan
menjadi Imam di Kufah dalam bahasa Arab. Lahir tahun 119 H dan wafat
a. Abu al-Haris, nama lengkapnya al-Laits bin Khalid al-Baghdadi dan wafat
tahun 240 H
b. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al-Azdi alBaghdadi
aspek, para ulama telah mengelompokkan beberapa segi perbedaan tersebut, antara
lain Ibnu Qutaibah, Ibnu al-Jazari yang bersumber dari al-Qurtubi, sebagai berikut:
1. Perbedaan harakat dan syakl, tanpa adanya perbedaan makna ataupun bentuk
18
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, h. 53
11
Kata “walayudarra” dibaca fathah ra-nya dan dapat pula dibaca
“walayudarru“ dibaca dhammah ra-nya, hal ini tanpa merubah makna maupun
tulisan.
Kata “nunsyizuha” dengan huruf zal yang berarti Kami (Allah) menyusunnya
Kata “kalihni” bisa pula dibaca “kashaufi” yang bermakna sama yaitu bulu.
12
5. Perbedaan huruf, dan berbeda tulisan serta berimplikasi terhadap perbedaan
Kata “watalhin” dengan huruf ha yang berarti pohon pisang bisa dibaca
kalimat tertentu dalam susunan ayat. Contohnya dalam QS. At-Taubah [9]:
111
BAB III
13
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Qira’at Al-Qur’an adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang berupa
wahyu Allah SWT, dipilih oleh salah seorang imam ahli qira’at, berbeda dengan cara
kaidah-kaidah bahasa Arab serta cocok dengan bacaan terhadap tulisan Al-Qur’an
Al-Qur’an.
B. Saran
dalam penyusunan baik dari segi materi maupun dari penulisannya. Maka dari itu,
penulis sangat bermohon maaf dan berharap menerima masukan dari pembaca
14
15
DAFTAR PUSTAKA