Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH STUDI QUR’AN

“ Qira’at al-Qur’an ”

Diajukan untuk dipresentasikan pada Mata Kuliah Studi Qur’an pada Program Studi

Dirasah Islamiyah Konsentrasi Hukum Islam

Pasca Sarjana UIN Alauddin Makassar

Dosen Pengampuh :

Prof. Dr. Kasjim Salenda, SH, M.Th.I


Prof. Dr. H. Syarifuddin Ondeng, M.Ag

Oleh :

Muh. Irsyad Fattah

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita

kesehatan dan kesempatan dalam rangka mengikuti perkuliahan sebagai kewajiban

mahasiswa untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan kematangan dalam

berfikir. Tidak lupa juga mengirimkan Shalawat dan salam kepada baginda Nabi

besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke

alam yang terang benderang.

Terimah kasih pula kami ucapkan kepada Ibu/Bapak dosen selaku pengampuh

dari mata kuliah Studi Qur’an ini yang telah memberikan bimbingan serta arahan

sehingga makalah yang berjudul “Qira’at al-Qur’an” ini selesai tepat waktu. Adapun

dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan

oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,

aamiin.

Penyusun

Muh. Irsyad Fattah


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….……1

A. Latar Belakang …………………………………………………...……… .1


B. Rumusan Masalah ……………………...……………………………..…. .2

BAB II PEMBAHASAN …..……………………………………………………...3

A. Pengertian Qira’at Al-Qur’an…………………..…………………..…….3


B. Sebab-Sebab Timbulnya Perbedaan Qira’at……………………...………4
C. Jenis dan Hukum Qira’at Menurut Sanadnya ..…………………….….....5
D. Para Qari’ Qira’at dan dan Daerah Penyebarannya………………………8
E. Contoh Perbedaan Qira’at………………………………………………..11

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..14


A. Kesimpulan………………………………………………………….……..14
B. Saran ………..…………………………………………………...………...14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa hidup Nabi Muhammad SAW, perhatian umat terhadap kitab Al-

Qur’an ialah memperoleh ayat-ayat Al-Qur’an dengan mendengarkan, membaca dan

menghafalkannya secara lisan dari mulut ke mulut. Pada periode pertama, Al-Qur’an

belum dibukukan, sehingga dasar pembacaan dan pelajarannya masih secara lisan.

Hal ini berlangsung terus sampai pada masa sahabat, masa pemerintah Khalifah Abu

Bakar dan Umar r.a. Pada masa mereka, Kitab Al-Qur’an sudah dibukukan dalam

satu mushaf. Pembukuan Al-Qur’an tersebut merupakan ikhtiar khalifah Abu Bakar

r.a. atas inisiatif Umar bin Khattab r.a.

Pada masa Khalifah Utsman bin Affan r.a. mushaf Al-Qur’an itu disalin dan

dibuat banyak, serta dikirim ke daerah-daerah Islam yang pada waktu itu sudah

menyebar luas guna menjadi pedoman bacaan pelajaran dan hafalan Al-Qur’an. Hal

itu diupayakan Khalifah Utsman, karena pada waktu ada perselisihan sesama muslim

di daerah Azzerbeijan mengenai bacaan AlQur’an. Perselisihan tersebut hampir saja

menimbulkan perang saudara sesama umat Islam. Sebab, mereka berlainan dalam

menerima bacaan ayat-ayat Al-Qur’an karena oleh Nabi Muhammad SAW diajarkan

cara bacaan yang relevan dengan dialek mereka masing-masing. Tetapi karena tidak

memahami maksud tujuan Nabi Muhammad SAW, lalu tiap golongan menganggap

hanya bacaan mereka sendiri yang benar, sedang bacaan yang lain salah, sehingga

mengakibatkan perselisihan.1

1
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), h. 242-243.

1
Itulah pangkal perbedaan qira’at dan tonggak sejarah tumbuhnya ilmu qira’at

Tatkala para qari’ sudah tersebar di berbagai pelosok. qira’attersebut diajarkan secara

turun temurun dari guru ke guru, sehingga sampai pada para imam qira‟at, baik yang

tujuh maupun sepuluh.

Sebab-sebab mengapa hanya tujuh imam qira’atyang masyhur padahal masih

banyak imam-imam qira’atlain yang lebih tinggi kedudukannya, karena sangat

banyaknya periwayat qira’atmereka. Ketika semangat dan perhatian generasi

sesudahnya menurun, mereka lalu berupaya untuk membatasi hanya pada qira’atyang

sesuai dengan khaf mushaf serta dapat mempermudah penghafalan dan pendabitan

qira’atnya.2

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Qira’at ?

2. Bagaimana Sebab Timbulnya Qira’at ?

3. Bagaimana Jenis-Jenis Qiraa’at menurut sanadnya ?

4. Bagaimana para Qari’ dan Daerah Penyebarannya ?

5. Bagaimana Contoh Perbedaan Qira’at ?

2
Manna Khalil Al-Qaththan, Studi-studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera Antar Nusa, 2016),
h. 249.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qira’at

Secara etimologi qira’at merupakan kata jadian (masdar) dari kata kerja qara’a

(membaca). Sedangkan secara terminologi ada beberapa definisi yang dikemukakan

oleh para ulama antara lain:

1. Ibnu al-Jazari

Qira’at adalah ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata Al-

Qur’an dan perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbahkan kepada

penukilnya. 3

2. Al-Zarqasyi

Qira’at adalah perbedaan cara-cara melafalkan Al-Qur’an, baik mengenai

huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf tersebut seperti takhfif

(meringankan), tasqil (memberatkan) atau yang lainnya.4

3. Al-Shabuni

Qira’at adalah suatu mazhab cara melafalkan Alqur’an yang dianut oleh salah

seorang imam berdasarkan sanad-sanad yang bersambung kepada Rasulullah

saw.

Dari definisi tersebut walaupun redaksi berbeda-beda, tapi pada hakikatnya

mempunyai makna yang sama, yakni ada beberapa cara melafalkan Alqur’an

walaupun sama-sama berasal dari sumber yang sama yaitu Rasulullah saw. Dengan

demikian, bahwa qira’at berkisar pada dua hal yaitu:

3
Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 23
4
Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, h. 25

3
1. Qira’at berkaitan dengan cara melafalkan Al-Qur’an yang dilakukan oleh

seorang imam dan berbeda dengan imam lainnya.

2. Cara melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan pada riwayat yang

mutawatir dari Nabi saw.

Jadi, yang dimaksud dengan Ilmu Qira’at Al-Qur’an adalah ilmu yang

mempelajari tentang cara membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang berupa wahyu Allah

SWT, dipilih oleh salah seorang imam ahli qira’at, berbeda dengan cara ulama lain,

berdasarkan riwayat-riwayat mutawatir sanadnya dan selaras dengan kaidah-kaidah

bahasa Arab serta cocok dengan bacaan terhadap tulisan Al-Qur’an yang terdapat

dalam salah satu mushaf Utsman.5

B. Sebab-Sebab Timbulnya Perbedaan Qira’at

Qira’at sebenarnya telah muncul sejak masa Nabi saw., walaupun pada saat

itu qira’at bukan merupakan suatu disiplin ilmu, karena perbedaan para sahabat

melafazkan Al-Qur’an dapat ditanyakan langsung kepada Nabi saw., sedangkan Nabi

tidak pernah menyalahkan para sahabat yang berbeda itu, sehingga tidak panatik

terhadap lafaz yang digunakan atau yang pernah didengar Nabi. Asumsi ini dapat

diperkuat oleh riwayat-riwayat sebagai berikut:

1. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab ra,

berkata: “Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca AlQur’an surah al-

Furqan, aku mendengar bacaannya mengandung beberapa huruf yang belum

pernah dibacakan oleh Rasulullah saw. kepadaku, sehingga setelah selesai

shalatnya aku bertanya kepadanya: Siapa yang membacakan ini kepadamu? Ia

menjawab Rasulullah yang membacakan kepadaku! Setelah itu aku

5
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), h. 340-341.

4
mengajaknya untuk menghadap pada Rasulullah: Aku mendengar laki-laki ini

membaca surah al-Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah Engkau

bacakan, sedang Engkau sendiri yang telah membacakan surah al-Furqan

kepadaku! Rasulullah menjawab: Begitulah surah ini diturunkan”

2. Imam Muslim dengan sanad dari Ubai bin Kaab berkata: Ketika aku berada di

masjid tiba-tiba masuklah seorang laki-laki untuk shalat dan membaca bacaan

yang aku ingkari, setelah itu masuk lagi laki-laki lain, bacaannya berbeda

dengan laki-laki yang pertama. Setelah kami selesai halat kami menemui

Rasulullah, lalu aku bercerita tentang hal tersebut, kemudian Rasulullah

memerintahkan keduanya untuk membaca, maka Rasulullah saw. mengatakan

kepadaku: “Hai Ubay, sesungguhya aku diutus membaca Al-Qur’an dengan

tujuh huruf”6

Kedua riwayat tersebut membuktikan bahwa lafaz-lafaz Al-Qur’an yang

diucapkan oleh sahabat masing-masing berbeda, kemudian Rasulullah tidak

menyalahkan para sahabat dan memberi jawaban yang sama yaitu Al-Qur’an

diturunkan tujuh huruf. Untuk mengetahui apakah qira’at itu benar atau tidak harus

memenuhi tiga syarat yaitu pertama, sesuai dengan kaedah bahasa Arab kedua, sesuai

dengan mushaf Usmani dan ketiga, sanad-sanadnya harus shahih.7

C. Jenis dan Hukum Qira’at Menurut Sanadnya

Seperti halnya hadis, qira’at berdasarkan kuantitas sanad, terdiri dari beberapa

tingkatan sebagaimana yang dikemukakan oleh para ulama, meskipun antara satu

dengan yang lainnya berbeda pendapat, antaranya :

6
Muhammad Ali, As-Shabuni, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2004)
7
Ratnah Umar, Jurnal Al-Asas, Qira’at al-Qur’an, Vol 3 No 2 (Dosen Tetap FUAD IAIN
Palopo, 2019) h. 39

5
1. Mutawatir

Yaitu qira’at yang diriwayatkan oleh sanad dalam jumlah yang banyak,

bersambung sampai kepada Nabi SAW dan mereka tidak mungkin bersepakat

untuk berdusta. Adapun qira’at yang tergolong kepada qira’at mutawatir ini

adalah, qira’at sab’ah (qira’at tujuh) yang terdiri atas tujuh imam qira’at;

Nafi‘, Ibnu Kasir, Abu ‘Amr, Ibn ‘Amir, ‘Ashim, Hamzah dan al-Kisa’i.8

2. Masyhur

Yaitu qira’at yang diriwayatkan oleh sanad dalam jumlah yang banyak, akan

tetapi sanadnya tidak mencapai derajat mutawatir. Disamping itu sanadnya

sahih, sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan sesuai pula dengan rasm

‘ustmani. Adapun qira’at yang tergolong kepada qira’at masyhur ini adalah,

qira’at yang dinisbatkan kepada tiga imam yang terkenal, yaitu; Abu Ja‘far

Ibn Qa‘qa‘ al-Madani, Ya‘qub al-Hadrami, dan Khalaf al-Bazzar.9

3. Ahad

Yaitu qira’at yang tidak mencapai derajat masyhur, sanadnya sahih, akan

tetapi menyalahi rasm usmani ataupun kaidah bahasa Arab. Qira’at pada

tingkatan ini tidak populer dan hanya diketahui oleh orang-orangyang benar-

benar mendalami qira’at Al-Qur’an. Oleh karena itu, tidak layak untuk

diyakini sebagai bacaan Al-Qur’an yang sah.10

4. Syaz

8
Manna’ Khalil Al-Qaththan, mabahits f ‘ulum al-Quran, (Darul ilmi wal Iman), h.169
9
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Quran, (Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2013) h. 163.
10
Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bandung: CV
Pustakasetia, 1983) h. 45-46

6
Yaitu qira’at yang sanadnya tidak sahih. Qira’at pada tingkatan ini tidak dapat

dijadikan pegangan dalam bacaan yang sah, seperti;

Qira’at di atas merupakan qira’atsyaz dan versi lain dari qira’at yang terdapat

di dalam firman Allah Swt sebagai berikut:

5. Maudhu‘(palsu)

Yaitu qira’at yang dinisbatkan kepada orang yang  mengatakannya

(mengajarkannya) tanpa memiliki asal usul riwayat qira’at sama

sekali. Seperti qiro’at yang dihimpun oleh Muhammad bin Ja’far al Khuza’I

dan al-Khazani. 11

6. Mudroj

Yaitu Qira’at mudraj yaitu qira’at yang menambahkan kalimat

penafsirandalam ayat-ayat al-Qur’an. Ada juga yang berpendapat bahwa

mudrajadalahsuatu yang ditambahkan dalam qira’at dalam bentuk penafsiran12

Dua pendapat tersebut memiliki arti dan makna yang sama. 

Contoh :

11
Bahtian Yusuf, Qira’at al-Qur’an, (Bandung: Pasca serjana UIN Sunan Gunung
Djati,2019), h. 6
12
Bahtian Yusuf, Qira’at al-Qur’an, h. 8

7
Qira’at di atas adalah qira’at Zubair, ia menambahkan lafaz yang digaris

bawahi sebagai penjelas atau sebagai tafsir.

Secara umum, qira’at Al-Qur’an hanya terdiri atas tiga macam yaitu qira’at

mutawatir, syaz, dan ahad.13 Pendapat yang dikemukakan oleh al-Zarqani di atas

mengindikasikan tiga hal pokok yang menjadi syarat utama sebuah qira’at bisa

diterima sebagai qira’at qur’aniyyat (diakui ke-qur’an-annya), yaitu;

1. Sanadnya sahih dan mutawatir

2. Sesuai dengan rasm ustmani

3. Sesuai dengan kaidah bahasa Arab

D. Para Qari’ Qira’at dan dan Daerah Penyebarannya

Menurut catatan sejarah, timbulnya penyebaran Qiraat dimulai pada masa

tabi’in, yaitu pada awal abad II H. tatkala para qari telah tersebar di berbagai pelosok

daerah dan wafat di daerah tersebut. Mereka lebih suka mengemukakan Qira’at

gurunya dari pada mengikuti Qiraat Imam-imam lainnya. Qiraat-Qiraat tersebut

diajarkan secara turun temurun dari guru ke murid, sehingga sampai kepada para

Imam Qiraat, baik yang tujuh, sepuluh, atau yang empat belas.14

Berdasarkan hasil kajian yang mendalam terhadap berbagai macam qira’atAl-

Qur’an yang berkembang pada saat itu, Ibnu Mujahid menyimpulkan bahwa hanya

ada tujuh macam qira’at yang dianggap memenuhi syarat dan layak diterima sebagai

qira’at Al-Qur’an. Tujuh macam qira’ atau yang dikenal dengan sebutan qira’at tujuh

13
Khairunnas Jamal dan Afriadi Putra, Pengantar Ilmu Al-Qur’an, (Yogyakarta: Kalimedia,
2020), h. 10
14
Ahmad Syadzali, Ulumul Quran I (Bandung., Pustaka Setia, 2004

8
itu adalah qira’at yang dipopulerkan oleh tujuh orang imam, yaitu Imam Nafi, Ibnu

Katsir, Abu Amr, Ibnu amir, Ashim, Hamzah, dan Kisa’i.15

1. Imam Nafi, nama lengkapnya Nafi al-Madani Ibnu Abdurrahman bin Abi

Nu‟aim Abu Ruwaim al-Laitsi. Lahir tahun 70 H dan wafat tahun 169 H.

Beliau termasuk Imam tsiqah yang berasal dari Ashbahan. Beliau belajar

qira’atdari Abi Ja‟far Yazid bin Al-Qa‟qa‟ Al-Madani, Ibnu Hurmuz Al-

A’raj, dan Muslim bin Jundub. Semua guru Nafi ini mempelajari qira’atdari

sahabat seperti Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Ubay, dan Az-Zubir bin Al-

Awwam. 16 Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:

a. Qalun, nama lengkapnya Abu Musa Isa bin Mina az-Zarqa, penguasa Bani

Zahrah. Lahir pada tahun 120 H dan meninggal tahun 220 H. Beliau

seorang Qari’ penduduk Madinah dan sekitarnya.

b. Warsy, nama lengkapnya Utsman bin Sa‟id al-Qibthi al-Mishri, penguasa

Quraisy. Lahir tahun 110 H dan meninggal pada tahun 197 H di Mesir.17

2. Ibnu Katsir, nama lengkapnya Abdullah Abu Ma’bad al-Athar ad-Dari al-

Farisi al-Makki. Lahir pada tahun 45 H dan meninggal tahun 120 H. Beliau

belajar qira’at dari sahabat Nabi SAW ialah Abdullah bin Sa’ib. Adapun dua

orang perawinya yang terkenal adalah:

a. Al-Bazzi, nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Abu al-

Hasan al-Bazzi. Beliau seorang qari‟ di Makkah dan Muadzin di masjid al-

Haram. Lahir pada tahun 170 H dan meninggal pada tahun 250 H.

15
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, h. 148.
16
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2014), h. 52.
17
Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, 152

9
b. Qunbul, nama lengkapnya Muhammad bin Abdurrahman alMakhzumi Abu

Umar al-Makki. Beliau lahir pada tahun 195 H dan meninggal pada tahun

291 H.11

3. Abu Amr bin al-Ala, nama lengkapnya Zabban bin al-Ala at-Tamimi al-

Mazani al-Bashari. Lahir pada tahun 68 H dan meninggal tahun 154 H.

Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:

a. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al-Azdi alBaghdadi

an-Nahwi adh-Dharir. Wafat tahun 26 H.

b. As-Susi, nama lengkapnya Shaleh bin Zaid Abu Syu‟aib as-Susi arRuqi.

Beliau muqri‟ dhabit dan tsiqah dan meninggal tahun 261 H.

4. Ibn Amir ad-Dimasyqi, nama lengkapnya Abdullah Abu Imran alYahshabi.

Beliau seorang Imam qira‟ah di Syam. Lahir tahun 21 H dan meninggal tahun

118 H. Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:

a. Hisyam bin Ammar, nama lengkapnya Abu al-Walid as-Sullami

adDimasyqi. Beliau seorang imam, khatib, dan mufti penduduk Damaskus.

Lahir tahun 153 H dan meninggal tahun 245 H.

b. Ibnu Dzakwan, nama lengkapnya Abu Amr Abdullah bin Ahmad al-Fahri

ad-Dimasyqi. Lahir tahun 173 H dan meninggal tahun 242 H. Beliau

seorang qari‟ di Syam dan Imam di Masjid Jami‟ Damaskus.

5. Ashim bin Abi an-Najud al-Kufi, nama lengkapnya Abu Bakar Ibnu Bahdalah

al-Hannath. Penguasa Bani As‟ad, qari‟ terkemuka di Kufah. Meninggal

tahun 127 H. Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:

a. Syu’bah, nama lengkapnya Abu Bakar bin „Iyasy al-Asadi anNahsyali al-

Kufi al-Hannath. Lahir tahun 95 H dan meninggal tahun 193 H.

10
b. Hafsh bin Sulaiman, nama lengkapnya Abu Umar al-Asadi al-Kufi al-

Bazzar. Lahir tahun 90 H dan meningeal tahun 180 H.

6. Hamzah bin Habib az-Zayyat, nama lengkapnya Abu „Imarh al-Kufi at-Taimi.

Lahir tahun 80 H dan meninggal tahun 156 H. Beliau belajar qira’atdari Abi

Muhammad Sulaiman bin Mahran Al-A‟masy dan Humran bin A‟yan.


18
Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:

a. Khalaf bin Hisyam, nama lengkapnya Abu Muhammad al-Asadi alBazzar

al-Baghdadi. Lahir tahun 150 H dan meninggal tahun 229 H.

b. Khallad, Nama Lengkapnya Abu Isa bin Khalid asy-Syaibani asyShairafi

al-Kufi. Beliau wafat tahun 220 H.

7. Al-Kisa’I, nama lengkapnya Abu al-Hasan Ali bin Hamzah, asli Persia dan

menjadi Imam di Kufah dalam bahasa Arab. Lahir tahun 119 H dan wafat

tahun 189 H. Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:

a. Abu al-Haris, nama lengkapnya al-Laits bin Khalid al-Baghdadi dan wafat

tahun 240 H

b. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al-Azdi alBaghdadi

an-Nahwi adh-Dharir. Wafat tahun 246 H.13

E. Contoh Perbedaan Qira’at

Perbedaan qira’at Al-Qur’an dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa

aspek, para ulama telah mengelompokkan beberapa segi perbedaan tersebut, antara

lain Ibnu Qutaibah, Ibnu al-Jazari yang bersumber dari al-Qurtubi, sebagai berikut:

1. Perbedaan harakat dan syakl, tanpa adanya perbedaan makna ataupun bentuk

tulisan. Ini terdapat pada QS. Al-Baqarah [2]: 282;

18
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, h. 53

11
Kata “walayudarra” dibaca fathah ra-nya dan dapat pula dibaca

“walayudarru“ dibaca dhammah ra-nya, hal ini tanpa merubah makna maupun

tulisan.

2. Perbedaan harakat dan syakl, yang berimplikasi terhadap perbedaan makna

namun tulisannya tetap. Contohnya pada QS. Al-Baqarah [2]: 37

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhan-Nya”.

Dapat pula dibaca:

“Kemudian Adam diberikan kalimat dari Tuhan-Nya”

3. Perbedaan huruf, yang berimplikasi terhadap perbedaan makna dan bentuk

tulisannya. Contoh pada QS. AlBaqarah [2]: 259

Kata “nunsyizuha” dengan huruf zal yang berarti Kami (Allah) menyusunnya

kembali tulang-belulang itu. Kemudian dapat juga dibaca “nunsyiruha”

dengan huruf ra yang berarti Kami menghidupkannya kembali.

4. Perbedaan huruf, dan berbeda tulisan, namun maknanya tetap. Contohnya

terdapat pada QS. Al-Qari’ah [101]: 5

Kata “kalihni” bisa pula dibaca “kashaufi” yang bermakna sama yaitu bulu.

12
5. Perbedaan huruf, dan berbeda tulisan serta berimplikasi terhadap perbedaan

makna. Contohnya pada QS. AlWaqi’ah [56]: 29

Kata “watalhin” dengan huruf ha yang berarti pohon pisang bisa dibaca

“watal’ain” dengan huruf ‘ain yang berarti pemandangan.

6. Perbedaan dalam hal al-taqdim (mendahulukan) dan alta’khir (mengakhirkan)

kalimat tertentu dalam susunan ayat. Contohnya dalam QS. At-Taubah [9]:

111

Bisa juga dibaca terbalik

7. Perbedaan dalam bentuk al-ziyadah (penambahan) dan al-nuqsan

(pengurangan) kalimat atau lafaz tertentu dalam susunan ayat. Contohnya

pada QS. At-Taubah [9]: 100

Ditambah huruf “Min” sebelum kata “tahtaha” sehingga berbunyi :

BAB III

13
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Qira’at Al-Qur’an adalah

ilmu yang mempelajari tentang cara membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang berupa

wahyu Allah SWT, dipilih oleh salah seorang imam ahli qira’at, berbeda dengan cara

ulama lain, berdasarkan riwayat-riwayat mutawatir sanadnya dan selaras dengan

kaidah-kaidah bahasa Arab serta cocok dengan bacaan terhadap tulisan Al-Qur’an

yang terdapat dalam salah satu mushaf Utsman.

Kemudian, dari variasinya qira’at yang shahih ada beberapa manfaatnya,

yaitu: Pertama, Menunjukkan betapa terjaganya Al-Qur’an dari perubahan dan

penyimpangan. Kedua, Meringankan umat Islam dan memudahkan untuk membaca

Al-Qur’an.

B. Saran

Tentunya dalam penulisan makalah ini terdapat kekeliruan serta kesalahan

dalam penyusunan baik dari segi materi maupun dari penulisannya. Maka dari itu,

penulis sangat bermohon maaf dan berharap menerima masukan dari pembaca

sehingga mencapai kesempurnaan dalam makalah ini.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan,


Anwar, Rosihan Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2000
Djalal, Abdul Ulumul Qur’an Surabaya: Dunia Ilmu, 2013
Ilyas, Yunahar Kuliah Ulumul Quran, Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2013
Jamal, Khairunnas dan Afriadi Putra, Pengantar Ilmu Al-Qur’an, Yogyakarta:
Kalimedia, 2020
Kadar, M. Yusuf, Studi Al-Qur’an Jakarta: Amzah, 2014
Khalil, Al-Qaththan Manna, Studi-studi Ilmu-Ilmu Qur’an Bogor: Litera Antar Nusa,
2016.
Muhammad Ali, As-Shabuni, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia,
1991
Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Bandung:
CV Pustaka setia, 1983

Syadzali, Ahmad Ulumul Quran I Bandung., Pustaka Setia, 2004


Umar, Ratnah, Jurnal Al-Asas, Qira’at al-Qur’an, Vol 3 No 2 Dosen Tetap FUAD
IAIN Palopo, 2019
Yusuf, Bahtian Qira’at al-Qur’an, Bandung: Pasca serjana UIN Sunan Gunung Djati,
2019

Anda mungkin juga menyukai