Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

QIRA’AT AL-QUR’AN

Mata Kuliah : Ulumul Al-Qur’an


Dosen Pengampu : Enan Kusnadar S,Pd.I M.Pd

DISUSUN OLEH :
Kelompok 5
Eka Pratiwi Putri Suhada (0106.2301.004)
Silfa Alifatu Sidkiah (0106.2301.006)
Naila Lutfiyatul (0106.2301.001)
Tia Setiani (0106.2301.025)

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

STAI DR. KH. EZ MUTTAQIEN


KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul Qira’at Qur’an ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah
untuk memenuhi tugas dari Dosen. Enan Kusnandar , S.Pd.I M.Pd pada mata
kuliah Ulum Al-Qur’an. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang ap aitu Qira’at Qur’an bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Terimakasih kepada Dosen, Enan Kusnandar S.Pd.I M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Ulum Al-Qur’an yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
Terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian dari
kata sempurna. Oleh karna itu, kritik dan saran sangat dinantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Purwakarta, 31 Oktober 2023


DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi


Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril yang diturunkan secara
berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun yakni di Makkah dan
Madinah1. Al-qur’an merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada
Rasulullah SAW sebagai petunjuk sekaligus pedoman bagi seluruh umat
manusia terkhusus umat islam dalam menghadapi segala problematika
dalam kehidupan.

Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang masih terjaga


keasliannya. Mulai dari proses pewahyuannya maupun cara
penyampaian, dan periwayatannya dilakukan melalui tradisional dan
hafalan2. Proses seperti ini yang mutawatir dari generasi ke generasi,
telah menjamin keutuhan dan keasliannya. Al-Qur’an sebagai petunjuk
umat manusia, selalu di kaji sejak zaman dulu sampai sekarang ini dalam
berbagai aspeknya. Mulai dari aspek Sejarah turun, Sejarah pembukuan,
penafsiran, sampai pada aspek cara membacanya sesuai Qira’at.
Qira’at merupakan salah satu cabang ilmu dalam “Ulum Al-
Qur’an” ilmu ini termasuk berjasa dalam menggali, menjaga dan
mengajarkan berbagai “cara membaca” Al-Qur’an yang benar dan sesuai
dengan yang telah di ajarkan Rasulullah SAW3.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Qira’at Al-Qur’an?


2. Bagaimana pembagian Qira’at Al-Qur’an?
3. Apa saja aspek yang membedakan dalam Qira’at Al-Qur’an

1
Achmad Zuhdi. Dkk. 2021. Studi Al-Qur’an, Surabaya: UIN Sunan Ampel Press. 45.
2
Bahtian yusup.2019. Qira’at Al-Qur’an Al tadabbur: jurnal ilmu Al-qur’an dan tafsir vol.04 No.02,229.
3
Ibid.Hal 59.
C. Tujuan Kepenulisan

1. Memahami definisi Qira’at Al-Qur’an


2. Memahami pembagian Qira’at Al-Qur’an dari berbagai segi
3. Mengetahui aspek yang membedakan dalam Qiraat Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Qira’at Al-Qur’an

Secara Bahasa Qira’ah merupakan bentuk Masdar dari kata “Qara


a” yang berarti membaca. Sedangkan istilah dalam ulumul qur’an,
qirq’at ialah: suatu mazhab yang di anut oleh seorang imam qira’at yang
berbeda dengan imam qira’at lainnya dalam membacakan Al-qur’an, baik
perbedaan dalam hal pengucapan huruf-huruf maupun dalam pengucapan
keadaan-keadaanya. 4 secara terminologi, seperti yang di kemukakan oleh
‘Abdul fatah al-qadi dalam al-budur al-zahirah fii qira’at al-asyr al-
mutawatirah, juga dikutip oleh ahmad fathonidalam bukunya qira’at
tujuh:
“ ilmu yang membahas tentang tatacara pengucapan kata-kata al-qur’an
berikut cara penyampaiannya, baik yang disepakati maupun yang di ikhtilafkan
dengan cara menyandarkan setiap bacaannya kepada salah seorang imam qira’at”

Menurut az-zarqani, qiraat merupakan “suatu mazhab yang di anut


oleh seorang imam qira’at yang berbeda dengan yang lainnya dalam
pengucapan al-qur’an al-karim serta sepakat Riwayat-riwayat dan jalur-
jalur daripadanya, baik perbedaan ini dalam pengucapan huruf-huruf
maupun lahjahnya.5
Abdul qodir Muhammad al manshur mendefinisikan bahwa qiraat
adalah ilmu tentang cara mengucapkan kalimat-kalimat al-qur’an dan
perbedaannya dengan menyandakan kepada perawinya.6

4
Al-Zarqany, Manahil al-›Irfan •i ‹Ulum al-Quran, Juz I, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), hal. 401
5
Ibid. hal 28
6
Abu al Qasim syihabbudin Abdurrahman bin ismail bin Ibrahim almuqaddasi addimasyqi abu syamah, ibraz al
ma’ani min hirzi al amanai. Beirut: dar kutub al ilmiyyah juz.1 hal 772
Dari berbagai definisi tersebut, bahwa qira’at atau ilmu qira’at
adalah ilmu yang membahas tentang tata cara membaca al-qur’an yang
mencakup berbagai bacaan dari berbagai macam lahjah, yang di
sandarkan kepada imam, rawi, dan thariknya.
Ilmu qira’at bersumber dari Rasulullah SAW, tetapi istilah ini
belum terdapat pada masa Rasulullah SAW. Istilah ilmu qiraat ini baru
muncul pada masa tabiin. Ulama yang pertama kali menulis ilmu qiraat
adalah abu Ubaid al Qasim bin salam, sedangkan yang pertama kali
menulis kitab qiraat sab’ah adalah abu bakr ibnu mujahid. Sehingga bisa
dipastikan bahwa istilah qiraat muncul pada masa. Peletak pertama ilmu
qiraat adalah abu Ubaid al Qasim bin salam. Ibnu jazari menyebutkan
bahwa ulama yang meneliti qiraat dan menjelaskan qiraat syadz serta
mengkaji tentang sanad nya, membedakan yang shohih dan yang maudu’
adalah harun ibnu musa al qari, sedangkan yang Menyusun ilmu qiraat
pertama kali adalah abu Ubaid al-qasim bin salam. 7

B. Latar Belakang timbulnya Qira’at Al-Qur’an

AL-qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada nabi


Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril secara mutawatir.
Kemudian Rasulullah SAW menyampaikan qira’at tersebut kepada para
sahabat dengan berbagai macam variasi bacaan yang berjumlah tujuh,
sebagaimana yang di sabda Rasulullah SAW dalam hadistnya. Bahwa al-
qur’an di turunkan dengan tujuh, huruf (macam qiraat), tujuh huruf tersebut
adalah tujuh macam Bahasa dari Bahasa-bahasa arab yang paling fasih
dikalangan bangsa arab yakni quraisy, saqif, hawazin, kinanah, tamim,
yaman, hawazin. Adanya hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam
membaca, karena setiap daerah memiliki ciri khas dialek sendiri-sendiri,
sehingga Ketika suatu penduduk setempat membaca qira’at menurut dialek
penduduk sebelah, maka akan kesulitan.
Adanya perbedaan Qira’at ditandai dengan peristiwa yang dialami
oleh sahabat Umar dan Hisyam tentang bacaan shalat, dan persebatan ini
masyhur dalam hadist yang diriwayatkan oleh sahabat umar. Bahwasanya
Umar bin Khattab RA, berkata: “Aku mendengar Hisyam bin Hakim
membaca surat Al-Furqan pada waktu Rasulullah SAW. Lalu aku
mendengarkan Kembali bacaannya dan ia membacanya (yaitu surat Al-

7
Hasan, h.abdur rokhim, dan MA SQ. Qiraat al-qur’an dan tafsirnya.alumni PTIQ, 2020.hal2
Furqan) dalam banyak huruf, dimana Rasulullah SAW tidak pernah
mengajarkan kepadaku. Hamper saja aku menariknya sewaktu ia masih
sholat, namun kutunggu sampai dia salam. Kemudian aku menariknya
dengan selendang yang melilit di lehernya seraya berkata: “siapa yang
mengajarkan kepadamu surat ini sebagaimana aku dengar engkau tadi?” dia
menjawab: “Rasulullah telah mengajarkan kepadaku.” Ku katakan
kepadanya: “engkau bohong!” “demi allah, sesungguhnya bahwa Rasulullah
SAW telah mengajarkan kepadaku surat yang engkau dengar tadi.”
Kemudian aku menyeretnya (menghadap) kepada rosulullah SAW dan lantas
aku berkata: “ya Rasulullah! Sesungguhnya aku mendengar orang ini
membaca surat al-furqon dengan huruf yang tidak (sebagaimana) engkau
ajarkan kepadaku, sedangkan engkau telah mengajarkannya kepadaku.!
Maka Rasulullah SAW berkata: “ lepaskan dia wahai umar!, bacalah hisyam.
“ maka hisyampun membacanya sebagaimana kudengar bacaannya tadi.
Rasulullah bersabda; “ demikianlah al-quran diturunkan.” Kemudian
Rasulullah SAW berkata: “bacalah wahai umar!” maka akupun membacanya
sebagaimana yang telah di ajarkan Rasulullah SAW kepadaku. Setelah itu
Rasulullah SAW bersabda:
“Demikianlah al-qur’an diturunkan.” Seungguhnya al-qur’an
diturunkan sab’ati ahruf (dalam tujuh huruf), makannya bacalah oleh kamu
yang paling mudah dari salah satu huruf-huruf itu. (H.R Bukhori).8
Dari hadist tersebut bisa dipahami, bahwa Rasulullah membenarkan
qiraat yang berbeda, karna memang Rasulullah menerima qiraat dari
malaikat Jibril dengan bervariasi macam bacaan, dan pembedaan qira’at
yang diterima sahabat, yang kemudian imam qira’at mengambil qira’at
tersebut dari para sahabat tadi secara musafahah atau talaqqi.
Sebab munculnya perbedaan qiraat menjadi perdebatan yang cukup
serius dikalangan ulama terdahulu. Meluasnya wilayah islam dan
menyebarnya para sahabat dan tabiin mengajarkan al-qur’an di berbagai kota
menyebabkan timbulnya berbagai qira’ah dan perbedaan antara satu qira’at
dan lainnya. Para ulama menulis qira’at-qira’at ini dan sebagiannya menjadi
masyhur, sehingga lahiralah istilah qira’at tujuh, qira’at sepuluh, dan qira’at
empat belas.9 Ada yang mengatakan bahwa perbedaan qira’at itu di sebabkan
karna allah SWT yang menurunkan melalui malaikat Jibril AS, kemudian
bacaan yang berbeda-beda tersebut di ajarkan oleh nabi SAW kepada para
sahabat, adanya perbedaan taqrir dari nabi SAW yang berkaitan dengan
8
Muhammad bin ismail abu abdillah al bukhori al ja’fi, shahih al bukhori. Beirut: dar ibnu katsir 1407 H, cet ke
3, juz 6, hal 184
9
Amroeni derajat (2017).hlm 107
adanya berbagai macam lahjah di kalangan orang-orang arab. Dan adapula
yang menyebutkan bahwa perbedaan qira’at itu hasil rekayasa dari ilmu
qira’at. Sedangkan menurut kalangan orientalis, adanya perbedaan qira’at
disebabkan karna tidak adanya tanda titik dan harakat. Berdasarkan analisis
pendapat-pendapat para ulama.
Semua pendapat para ulama hakikatnya memiliki tendensi dan rujukan
masing-masing, sehingga adanya perbedaan itu memungkinkan, karna setiap
dasar yang di tempuh itu mengarah ke madzhab atau ulama zaman dahulu
yang memiliki metode-metode tersendiri, tetapi metode tersebut
berlandaskan sumber hukum muttafak, maka adanya perbedaan pendapat
para ulama itu sebagai Rahmat bagi umat. Hal itu di tandai dengan ketetapan
suatu hukum berdasarkan situasi dan kondisi Masyarakat tertentu, oleh karna
itu Masyarakat dapat menggunakan pendapat para ulama sesuai dengan
kemudahan yang di dapatnya, seperti adanya perbedaan zakat yang di
keluarkan di tiap-tiap penduduk dari berbagai daerah, yang semestinya
makanan pokoknya itu berbeda, maka islam memberikan kemudahan dalam
hal tersebut melalui ijtihad dan pendapat para ulama mengenai hal tersebut.
Perbedaan qira’at tidak menjadi problematika di dunia bahkan sampai
masa sekarang, karna setiap daerah identik menggunakan metode taqlid
disetiap masanya, akan tetapi adanya hal tersebut tidak melarang untuk
mengamalkan qiraat lainnya. Hal tersebut seharusnya di realisasikan, agar
ilmu qira’at tidak hanya sebagai karya saja, tapi juga sebagai bentuk
implementasi atau di amalkan kepada Masyarakat demi menjaga keutuhan
ilmu-ilmu agama yang berdampak pada Masyarakat sekitar.
C. Macam-Macam Qira’at
Qira’at berdasarkan kuantitas sanad, terdiri dari beberapa tingkatan
sebagaimana yang dikemukakan oleh para ulama, meskipun antara satu
dengan yang lainnya berbeda pendapat. Diantara tingkatan tersebut seperti
berikut:10
1. Mutawatir, yaitu qira’at yang diriwayatkan oleh sanad dalam jumlah yang
banyak, bersambung sampai kepada nabi SAW dan mustahil bersepakat
untuk berdusta. Adapun qira’at yang tergolong kepada qira’at mutawatir
ini adalah, qiraat sab’ah (qira’at tujuh)
2. Masyhur, yaitu qira’at yang diriwayatkan oleh sanad dalam jumlah yang
banyak, akan tetapi sanadnya tidak mencapai derajat muwatir. Disamping
itu sanadnya shahih, sesuai dengan kaidah Bahasa arab sesuai pula

10
Khairunnas jamal & afriadi putra,2010, pengantar ilmu qira’at, Yogyakarta, kalimedia, hal 8.
dengan Rasm Usmani. Adapun Qira’at yang tergolong pada qira’at
masyhur ini adalah, qira’at yang dinisbatkan kepada tiga imam yang
terkenal, yaitu: Abu Ja’far ibn Qa’qa’ Almadani, Ya’qub Al-Hadrami, dan
Khalaf Al-Bazzar.
3. Ahad, yaitu: qiraat yang tidak mencapai derajat masyhur, sanadnya
shahih, akan tetapi menyalahi rasm Usmani ataupun kaidah Bahasa arab.
4. Syaz, yaitu qiraat yang sanadnya tidak shahih. Qiraat pada tingkatan ini
tidak dapat dijadikan pegangan dalam bacaan yang sah.
5. Maudhu’, yaitu qiraat yang tidak bersumber dari nabi SAW
6. Mudroj, Yaitu qiraat yang disisipkan kedalam ayat al-qur’an sebagai
tambahan yang biasanya dipakai untuk memperjelas makna atau
penafsiran, dan qira’at itu tidak dapat dianggap sebagai bacaan yang sah.

Seperti yang dikemukakan oleh alzarqani dalam manahil, juga


dikutip oleh achmad zuhdi dkk dalam buku studi al-qur’an. Macam-
macam qira’at dalam segi jumlah dapat dibagi menjadu tiga macam qiraat
yang terkenal, yaitu:
1. Qiraat sab’ah, adalah qira’at yang disandarkan kepada para imam
termasyhur yang tujuh. Nafi’, Ibnu Katsir, Abu Amr, Asim, Hamzah,
dan Kisai’.
2. Qiraat asharah, adalah qira’at sab’ah ditambah dengan tiga imam lagi.
Abu Ja’far, Ya’qub, dan Khalaf Al-Ashir.
3. Qiraat Arba’ Ashrah, adalah qira’at asharah yang ditambahkan dengan
emapat qira’at lagi. Al-Hasan Al- Basri, Yahya Al-Yazidi,dan Ash-
Shanbudhi.

D. Tokoh-Tokoh Qira’at
Nama-nama tujuh imam qira’at dan dikenal dua orang perawinya itu
sebagai berikut:11
1.imam ibnu amir di damaskus [syam]
Nama lengkapnya Abdullah bin amir al-yahshabi [8-118 h].beliau
membaca al quran dari mughiroh bin abi syihab (dari utsman bin affan) dan
abu al-darda .perawinya hisyam dan dzakwan.
2.Imam katsir di Makkah

11
Hasanudin af,”perbedaan qiraat dan pengaruhnya terhadap istinbath hukum dalam al-qur’an”, cet.1,
(Jakarta:PT RAJA grafindo persada,1995].146-149.
Nama lengkapnya abu Muhammad Abdullah bin katsir (45-120
H).beliau membaca al-quran dari Abdullah ibn al-saib (dari ubay bin kaab
dan umar bin khattab),mujahid ibn jabar dan dirbas (dari ibnu abbas dari
ubay bin kaab dan zaid bin tsabit).Perawinya al-bazi dan qunbul.
3.Imam ashim di Kuffah
nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ashim Bin Abi najud Al-asadi
(w.129 H).Beliau membaca Al-quran dari Abu Abd Al-rahman Al-simi (dari
Utsman Bin Affan,Ali Bin Abi Thalib Ibnu Masud, Ubay Bin Kaab dan Zaid
Bin Tsabit ). Perawinya syubah dan hafsh.
4.Imam Abu Amr di basrah
Nama lengkap nya Abu Amir Zabban Bin Al-Ala Bin Amamar (68-
154 H).beliau membaca al quran dari Hasan Al-bashri dari Abu Al-aliyah
dari Umar Bin Khattab dan Ubbay Bin Kaab.perawinya Ad-durri dan As-
susi.
5.Imam Hamzah di Kuffah
Nama lengkap Hamzah ibn Hubayb ibn Al-ziyyat Al-kufti (80-156
H).beliau membaca Al-quran dari Ali Sulaiman Al-amasy. Said ja’far As-
shadiq, Hamran ibn A’yan, Manhal ibn Dll.perawinya Khalaf dan Khollad
6.Imam Nafi di Madinah
Nama lengkapnya Nafi ibn Abd Al-Rahman ibn Abi Nu’aym Al-laysi
(169 H).beliau membaca dari Ali Ibn ja’far,Abn Rahman Ibn Hurmuz
Muhammad Ibn Muslim Al-zuhri dan lain. Perawinya qolun dan warsy.
7. Imam al-kisai di kufah
Nama lengkap nya adalah abu hasan ali bin hamzah al-kisa’i (w,187h)
beliau membaca dari hamzah bin hubaib, syu”bah, ismail ibn ja’far dan lain-
lain.
8. Abu ja’far di Madinah
Nama lengkapnya adalah yazid bin qa

Anda mungkin juga menyukai