Anda di halaman 1dari 19

TARTIB AL AYAT WA FAWATIH WA KHAWATIM AS SUWAR

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata


Kuliah Studi Al-Qur‟an

DOSEN : Dr. A. Miswar, M.Ag.

DISUSUN OLEH :

Lisnawati (80500229)

PROGRAM MAGISTER EKONOMI SYARIAH UNIVERSITAS


ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya tercurah kepada Allah Subhanahu Wata‟ala Dzat
yang Maha Agung yang kekuasaanNya meliputi langit dan bumi serta isinya yang
membukakan jalan yang terang pada penulis sehingga dapat merampungkan makalah ini.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa keberhasilan penulis menuntaskan mata kuliah
ulumul qura‟an dengan sebuah karya berbentuk makalah sederhana ini merupakan bentuk
campur tangan dari Allah SWT berupa Rahmat, Taufik, dan HidayahNya. Untaian puspita
salam semoga selalu tercurah kepada Nabiullah Muhammad Shallallahu Alayhi Wasallam
Nabi yang telah mengantarkan ilmu dan pengetahuan bagi kita manusia sehingga dapat
mengantarkan manusia menuju jenjang kehidupan yang lebih mulia. Salawat juga
disampaikan kepada para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang tetap istiqomah
dijalanNya.
Penulisan makalah yang berjudul “TARTIB AL AYAT WA FAWATIH AS
SUWAR” ini tidak lepas dari bimbingan Ibu Dr. A. Miswar, M.Ag. Selaku dosen mata
kuliah Studi Qur‟an.Dengan penuh pengharapan, semoga penulisan makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi penulis khususnya, semua pembaca pada umumnya, Penulis
ucapkan banyak terimah kasih dan semoga diberikan balasan berupa kebaikan dari Allah
Subhanahuwata‟ala.

Makassar, 3 November 2022

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran adalah Qalam Allah Subhanahu Wata‟ala yakni mukjizat, yang
kemudian diturunkan ke Nabi Muhammad Saw. dilakukan melalui perantara
pembawa wahyu dalam hal ini malaikat Jibril, disampaikan kepada para sahabat,
kemudian sampai kepada umat manusia dengan cara yang mutawattir dan bagi
yang membacanya adalah bernilai ibadah. Didalamnya terkandung petunjuk dan
pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup, baik di dunia
dan di akhirat, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Isra‟ 17:9,
“Sesungguhnya Al Qur‟an memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya”.
Sebagai kitab suci al-Qur‟an, sejak pewahyuannya hingga kini, telah
mengarungi sejarah panjang selama empat belas abad lebih. Diawali dengan
penerimaan pesan ketuhanan Al-Qur‟an oleh Muhammad, kemudian
penyampaiannya kepada generasi pertama Islam yang telah menghafalnya dan
merekamnya secara tertulis, hingga stabilitas teks dan bacaannya yang mencapai
kemajuan berarti pada abad ke-3 H dan abad ke- 4 H serta berkulminasi dengan
penerbitan edisi standar Al-Qur‟an di Mesir pada 1342 H/1923, kitab suci kaum
muslimin ini tetap menyimpan sejumlah hikmah dalam berbagai tahapan perjalan
sejarahannya.
Al-Qur‟an terdiri atas surah-surah dan ayat-ayat, baik yang pendek
maupun yang panjang. Ayat adalah sejumlah kalam Allah yang terdapat dalam
sebuah surah dari al-Qur‟an. Surah adalah sejumlah ayat al-Qur‟an yang
mempunyai permulaan dan kesudahan. Tartib atau urutan ayat-ayat al-Qur‟an ini
adalah tauqifi dari Rasulullah SAW. (ketentuan dari Rasulullah SAW. atas
petunjuk dari Allah melalui malaikat Jibril). Dan diawali dengan beberapa
pembukaan (Fawatih al Suwar) yang pembahasannya tetap aktual sampai
sekarang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Tartib Al Ayat wa Al-Suwar?
2. Bagaimana Pengertian Fawatih Al-Suwar?
3. Bagaimana Pengertian Khawatim Al-suwar?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tartib Al-ayat

Ayat memiliki arti antara lain mukjizat (q.s Al-Baqarah:211), tanda (Q.s Al-
Baqarah:24) pelajaran atau ibrah (Q.S An-Nahl:67) hal yang mengagumkan (Q.S Al-
mu‟minun:50)1 . sedangkan secara terminologis ayat diartikan sebagai sekelompok kata
yang memiliki awal dan akhir yang masuk dalam suatu surat al-qur‟an
Surat secara bahasa memiliki arti Al-Mazilah” (posisi). Surat dari al-quran dikenal
karena posisinya pada suatu tempat berdampingan . Sedangkah secara istilah para ahli
berbeda pendapat dalam mendefinisikan surat diantaranya2 “sekelompok atau
sekumpulan ayat-ayat al-Qur‟an yang berdiri sendiri, yang mempunyai permulaan dan
penghabisaan”. Manna Khalil mendefinisikaan surat sebagai berikut: “surat adalah
kumpulan atau jumlah ayat-ayat al-Qur‟an yang memiliki permulaan dan akhiran”.Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa surat adalah sekumpulan ayat-ayat al-Qur‟an
yang berdiri sendiri dan memiliki permulaan serta akhiran sebagai tingkatan untuk
membedakan antara surat yang satu dengan surat lain.
Tartib al-Ayat wa al-Suwar Dalam Pandangan al-Zarqani
Tartib Al-Ayat Urutan ayat sebagaimana yang kita lihat sekarang di dalam mushaf-
mushaf adalah berdasarkan “tauqifi” Nabi SAW dari Allah SWT. Dalam hal ini ra‟yudan
ijtihad tidak memiliki kesempatan di dalamnya. Malaikat jibril yang membawa ayat-ayat
itu kepada Rasulullah SAW. dan memberikan bimbingan letak ayat itu dalam suratnya.
Kemudian beliau membacakannya kepada para sahabat serta memerintahkan para
penuliswahyu untuk menuliskannya dengan menjelaskan surat yang menjadi induk
ayat itu, sekaligus letak penaruhannya3. Beliau membacakannya berkali-kali baik
dalam shalat, menyampaikan dalam nasehat pemberian nasehat, maupun sewaktu
memberikan sebuah keputusan.

1
Fakhruddin Faiz, Hermeneutika al-Qur‟an (Yogyakarta; Al-qalam, 2002). Hlm. 21
2
Depdikbud, kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta; Balai Pustaka, 2005) Hlm. 192
3
Liliek Channa, Ulumul qur‟an (Surabaya: koperteis IV Press, 2010)

4
Urutan ayat telah tersebar luas dikaji, dibaca dalam shalat, atau
mengambil dan mendengarkan dari sebagian yang lain dengan urutan seperti yang
dikenal pada masa sekarang ini. Para sahabat tidak memiliki kewenangan dalam
pengurutan ayat-ayat al-Qur‟an, bahkan penghimpunan yang terjadi pada masa Abu
Bakar tidak lebih dari pemindahan al-Qur‟an yang dituliskan pada pelepah-pelepah
kurma atau lempengan-lempengan batu ke dalam shahifah-shahifah4. Dan
penghimpunan al-Qur‟an pada masa Utsman juga tidak lebih dari penyalinan al-quran.
Qur‟an dari shahifah-shahifah ke dalam mushaf, dari kedua penghimpunan ini tetap tidak
lepas berdasarkan pada urutan yang dihafalkan dari Nabi saw. dan Allah SWT.
Memang demikian menurut ijma‟ tentang urutan ayat tidak bisa diragukan lagi, sejumlah
ulama meriwayatkan hal ini diantaranya az-Zarkasyi dalam kitab al-Burhan dan Abu
Ja‟far al-Munasabat mengatakan urutan ayat terjadi dengan tauqif dari Rasulullah SAW.
Indikasi lain yang menjelaskan susunan ayat bersifat tauqifi adalah ketika bacaan
Rasulullah menjadi imam shalat yang mengurutkan susunan ayat-ayat al-Qur‟an dalam
membacanya atau ketika berkhutbah Juma‟at.
Tartib al-Suwar Pada masa Rasullullah SAW al-Qur‟an sudah di tulis secara
keseluruhan oleh para sahabat, hanya saja belum tersusun rapi sebagaimana al-Qur‟an
yang kita temui sekarang, bahkan surat-suratnya pun belum diurutkan secara detail.
Banyak faktor pada masa Rasullullah SAW al-Qur‟an tidak kumpulkan secara utuh
karena pada saat itu al-Qur‟an masih dalam masa pembentukan (proses). Tidak sedikit
ayat yang turun belakangan berfungsi sebagai penghapus (nasikh) hukum atau bacaan
sebelumnya, sehingga menjadi salah satu kesulitan tersendiri jika al-Qur‟an dibukukan
dalam bentuk mushaf. Hingga akhirnya, para sahabat bersepakat untuk mengumpulkan
semua al-Qur‟an melalui sejarah panjang seperti yang kita jumpai pada saat ini. Dalam
masalah ini, ada tiga pendapat ulama tentang penyusunan surat di dalam al-Qur‟an:

Shahifah merupakan sehelai kertas atau tulang yang ditulisi, sedangkan secara istilah shahifah disini
4

maksudnya lembaran tertentu yang didalamnya dihimpun al-quran pada masa abu bakar ra.

5
1) ijtihad sahabat (bukan tauqif), pendukung pendapat ini Imam Malik, al-Qadhi
Abu Bakar dan Ibnu Faris. Untuk menguatkan pendapat ini mereka
mengemukakan pendapat bahwa mushaf para sahabat itu berbeda-beda di
dalam tartib surat-suratnya sebelum khalifah Utsman memerintahkan untuk
menghimpun dan menyeragamkannya. Seandainya tartib surat berdasarkan
tauqifi, tentu sahabat tidak akan mengabaikannya sebagaimana
digambarkan riwayat-riwayat yang ada5. Mushaf Ubaiy, misalnya diawali
dengan surah al-Fatihah, al-Baqarah, an-Nisa kemudian Ali-Imran dan Al-
An‟am. Mushaf Ibnu Mas‟ud diawali dengan al-Baqarah, an-Nisa‟, Ali Imran dan
seterusnya.

2) berdasarkan tauqif dari Nabi, telah ditetapkan oleh Rasullullah SAW berdasarkan
wahyu. Mereka berpendapat jika tartib surat hanya hasil ijtihad para sahabat
tentu mereka yang memiliki mushaf yang berbeda-beda akan berpegang teguh
terhadap mushaf masing-masing, akan tetapi mereka sepakat mau menerima
mushaf Utsmani dan membakar selain itu. Rasullullah SAW telah membaca
beberapa surat dalam shalat secara berurutan menurut riwayat dari Ibn Abi Syaibah
bahwa Rasullullah SAW telah menghimpun al-Mufassal dalam satu rakaat.
Menurut riwayat dari Ibn Hilal, ia telah mendengar Rabi‟ah telah ditanya, kenapa
surat al-Baqarah dan al-Imran didahulukan letaknya, padahal sudah 80 lebih
surat Makkiyah yang di turunkan di Madinah. Ia menjawab, “Keduanya
didahulukan, karena al-Qur‟an di susun berdasarkan pemberitahuan dari
Rasullullah SAW yang telah menyusunnya, itulah yang sampai kepada kami karena
itu jangan tanyakan lagi hal itu”6. Senada dengan Abu Ja‟far al-Nuhas, Ibn al-
Hisar berpendapat susuna surah-surah dalam al-Qur‟an ditetapkan dengan wahyu,
ia merujuk kepada satu riwayah yang mengatakan bahwa Nabi pernah bersabda
“letakkanlah ayat ini di surah ini”.

3) bahwa urutan surat sebagian berdasarkan tauqif dan sebagian yang lain merupakan
hasil ijtihad sahabat. Meskipun demikian pendapat ini yang dipilih oleh
5
Ansharuddin M, Sistematika susunan surat didalam Al-quran.,212
6
A. Athaillah, Sejarah Al-quran Verifikasi tentang otentitas Al-quran (Yogyakarta pustaka belajar, 2010) hlm. 206-
207

6
sejumlah besar ulama. Dan barang kali inilah yang paling tepat, karena banyak
sekali hadits yang menunjukkan bahwa urutan sebagian surat tauqifi sebagaimana
yang dilihat pada pendapat kedua.

Banyak juga dasar yang menunjukkan bahwa sebagian lain ijtihad sebagiamana
ungkapan pendapat yang pertama. Berbedanya tartib surat pada mushaf para sahabat
diakibatkan dari faktor belum turunnya al-Qur‟an secara lengkap sehingga para sahabat
menuliskan mushaf sesuai dengan informasi diterima dan didengarkan dari Rasulullah.
Selain itu mereka menulis tartib surat al-Qur‟an hanya untuk kepentingan pribadi untuk
memudahkan mereka dalam menghafalnya, oleh karena tartib surat bukanlah ijtihad
masing-masing sahabat. Maka para sahabat sepakat menerima dan berpegang dengan
tartib surat dalam mushaf merupakan tauqif dari Rasulullah.

Berbicara tentang urutan surat di dalam al-Qur‟an al-Zarqani berpendapat bahwa


urutan surat merupakan tauqif dari Rasullullah SAW. Menurut beliau tidak ada suatu
surat yang diletakkan tanpa pengajaran dan petunjuk dari Rasullullah SAW.
Ketauqifan surat ini bisa di rujuk kepada kesepakatan para sahabat yang memiliki
mushaf al-Qur‟an pada saat itu mereka memberikan hasil tulisan masing-masing kepada
Utsman kemudian mereka sepakat terhadap al-Qur‟an hasil penghimpunan Utsman. Tidak
ada seorang pun dari para sahabat yang keberatan terhadap kesepakatan itu, jadi jika
urutan itu bukan tauqif maka tentu akan terjadi pertentangan. Adapun
mengurutkan surat dalam pembacaan hukumnya tidak wajib hanya sunnah
sebagaimana dikutip dari pernyataan Imam Nawawiy dalam kitab at-Tibyan:
“ Ulama mengatakan: sebaiknya membaca al-Qur‟an berdasarkan urutan mushaf,
mula-mula membaca al-fatihah kemudian al-Baqarah dilanjutkan dengan Ali-Imran dan
seterusnya secara berurutan baik dalam shalat maupun diluarnya.”
Sebagian mengatakan dianjurkan bila seseorang telah membaca suatu surat maka
pembacaan berikutnya adalah surat yang jatuh setelahnya, dalilnya adalah bahwa
urusan mushaf dibuat itu karena hikmah sehingga urutan seperti itu seyogyanya
tetap dipelihara.
Akhir kata urutan ayat maupun surat dalam al-Qur‟an baik urutan itu tauqifiy,
ijtihadi, sebagaian tauqifi sebagian ijtihadi seyogyanya tetap dihormati, lebih-lebih

7
dalam penulisan mushaf, karena hal itu mendapat legitimasi ijma‟ sahabat. Sedang ijma‟
merupakan hujjah. Di samping itu, karena menyimpang darinya membawa fitnah.
Sedang menolak fitnah dan menyumbat segala kemungkinan munculnya kerusakan
adalah wajib.
Dari beberapa penjelasan maka dengan menggunakan pendekatan historis penulis
telah menemukan adanya keterkaitan antara terbentuknya teori Tartib al-Ayat wa al-
Suwar yang tidak terlepas dari adanya sejarah panjang mulai dari proses awal turunnya al-
Qur‟an pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup hingga proses pembukuannya
menjadi sebuah mushaf. tartib al-Ayat bersifat tauqifiy dan sudah menjadi kesepakatan
para ulama dengan merujuk kepada riwayat yang menunjukkan penetapan Nabi tentang
urutan dari ayat al-Qur‟an:
‫ ٌزي‬v‫ أبي به عثمان عه "الُسسة‬،‫قال العاص‬: ‫صًب ثم بصشي شخص إر جالسا َسلم علًي هلال صلى هلال سُسل عىذ كىت‬
ُ ‫أن كاد حتى‬
Rasullullah samping ‫ ًق يلز‬،‫قال بألسض‬: ‫مه ضع المُ ٍبزا األيت ٌزي أضع أن مشوي فأ يل جبش أتاوي" فقال بصشي شخص ثم‬
di duduk sedang berkata:”Aku ia al-ash, Abi bin Utsman “Dari
SAW, tiba-tiba pandangannya menjadi tajam lalu kembali seperti semula,
kemudian beliau bersabda: Jibril telah datang kepadaku dan memerintahkan agar
aku meletakkan ayat ini” (Musnad Ahmad bin Hanbal: no.17918).
Indikasi lain yang menjelaskan tartib al-Ayat bersifat tauqifiy bahwa Nabi selalu
mengulangi hafalannya di hadapan Malaikat Jibril pada setiap tahunnya, dan pada tahun
terakhir sebelum wafatnya Nabi sempat mengulangi hafalannya. Kemudian bacaan
Nabi ketika sholat beliau selalu mengurutkan bacaannya, atau pun ketika beliau khutbah
jum‟at. Sebagaimana hadits-hadits shahih tentang bacaan Nabi terhadap sejumlah
surat al-Baqarah, al-Imran kemudian an-Nisa‟. Sedangkan mengenai tartib al-Suwar
terlepas dari tiga silang pendapat yang telah penulis paparkan di atas maka tartib al-
Suwar juga bersifat tauqifiy karena jika melirik kembali kepada sejarah, para sahabat
menulis surat al-Qur‟an hanya untuk kepentingan pribadi untuk memudahkan proses
menghafal. Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa susunan tersebut bukan ijtihad sahabat,
dan sikap ini di tunjukkan dengan sepakatnya para sahabat untuk menerima dan
berpegang teguh kepada tartib mushaf yang disusun Utsman dan timnya.

8
B. Pengertian Fawatih Al-Suwar
Istilah "fawatih" adalah jamak dari kata "fatih" atau "fatihah" yang secara lughowi
berarti pembuka. Sedangkan "suwar" adalah jamak dari kata "surah" sebagai sebutan dari
sekumpulan ayat-ayat Al-qur'an yang diberi nama tertentu.
Secara bahasa, fawatih al-suwar adalah pembukaan-pembukaan surat. Jika
pembukaan surat itu diawali dengan huruf-huruf Hijaiah, maka huruf tersebut umumnya
disebut dengan huruf-huruf yang terpisah (ahrufun muqattha'ah). Sebab, posisinya yang
memang berdiri sendiri dan tidak bergabung membentuk sebuah kalimat. Para ulama tafsir
mengatakan bahwa pembuka surat dalam al-Qur'an memiliki karakter dan kategori
tersendiri.
Seluruh surat dalam al-qur‟an di buka dengan sepuluh macam pembukaan dan tidak
ada satu surat pun yang keluar dari sepuluh macam tersebut. Setiap macam pembukaan
memiliki rahasia tersendiri sehingga sangat penting untuk kita pelajari. Diantara pembuka
surat itu diawali dengan huruf-huruf terpisah (al-Ahruf al-Munqata‟ah), kata, maupun
kalimat. Semua bentuk ini memberi pesan tertentu yang hanya bisa dipahami oleh mereka
yang memahami tafsir Al-qur'an.
C. Bentuk-bentuk Pembukaan Surah-Surah Al-Qur’an
Beberapa ulama telah melakukan penelitian tentang fawatih al-suwar dalam al-
Qur‟an, diantaranya adalah Imam al-Qasthalani, beliau membagi kepada sepuluh macam.
Sementara ibnu Abi al-Isba juga telah melakukan penelitian dan beliau membagi kepada
lima macam saja. Dalam pembahasan ini akan mengetengahkan pendapat al-Qasthalani .
Adapun sepuluh macam menurut beliau adalah :
Al-Quran di turunkan terdiri dari 114 surah dengan bermacam-macam bentuk
pembukaanya, seperti :
Macam-macam Jumlah
NO. pembukaan Surah Contoh surah Keterangan

al-Fatihah Ayat tersebut


Surah yang dimulai al-An‟am bertujuan hendak
1 5 surah
dengan lafal tahmid al-Kahfi menegaskan
Saba‟ adanya sifat-sifat

9
Fathir yang maha
terpuji bagi
zat Allah

1. al-Isra‟
2. al-A‟la 7 macam surah

3. al-Hadid yang terakhir


Surah yang dimulai 4. l-Hasyr menggunakan
7 surah
dengan lafal “tabaraka” 5. al-Shaf bentuk masdar,
fi‟il madhi‟, fi‟il
6. al-Jumu‟ah
mudhari‟.
7. al-Taghabun
Surah yang dimulai dengan lafal seruan :
1. al-Ma‟idah
seruan dengan yang 2. al-Hujurat
3 surah
“‫اايٍا الزيــــه امىـــُـا‬v‫”ي‬ 3.al-
Mumtahanah
yang dengan seruan 1. al-Ahzab
”‫“ياابٍا الىبي‬ 3 surah 2. al-Thariq
2
3. al-Tahrim
yang dengan seruan 1. an-Nisa‟
2 Surah
”‫“ياايٍا الىاس‬ 2. al-Hajj
yang dengan seruan
1 Surah 1. al-Muddatsir
”‫ااٍيا المـــــذثــــــــش‬v‫“ي‬
yang dengan seruan 1. al-
1 surah
v”‫“ياايٍا المــــــزمل‬ Muzammil
1. al-Anfal Ada yang
Surah yang dimulai
2. at-Taubah memakai fi‟il
dengan jumlah
3 23 Surah 3. an-Nahl madhi‟,
khabariyah (kalimat
4. al-Anbiya‟ mudhari‟dan
berita)
5. al-Mu‟minun cara lain.

1
6.an-Nur‟
7. al-Ma‟arij
8. Nuh
9. al-Qiyamah
10.al-Balad
11.„Abasa
12.al-Qadr
13. az-Zumar
14.
Muhammad
15. al-Fath
16. al-Qamar

17. ar-Rahman

18.al-
Mujaddilah
19. al-Haqqah
20. al-
Bayyinah
21. al-Qari‟ah
22. at-Takasur
23. al-Kausar
1.as-Shaffat
2.az-Zhariyat
3.at-Thur
Surah yang dimulai 4.an-Najm
4 dengan huruf sumpah َ 15 Surah 5.al-Mursalat
(waw) 6.an-Nazi‟at
7.al-Buruj
8.at-Thariq
9. al-Fajr

1
10.as-Syams
11.al-Layl
12.ad-Dhuha
13.at-Tiin
14.al-Adiyat
15.al-Ashr
1.al-Waqi‟ah
2.al-Munafiqun
Surah yang dimulai 3.at-Takwir
5 dengan huruf 7 surah 4.al-Infithar
syarat (idza) 5.al-Insyiqaq
6.az-Zilzalah
7.an-Nashr
1. al-Jiin
2. al-Alaq
Ke 6 surah
Surah yang dimulai 3. al-Kafirun tersebut di awali
6 6 buah
dengan perintah (amr) 4. al-Ikhlas dengan kata-kata

5. al-Falaq ‫( قل‬qul)

6. an-Nas
1. ad-Dahr
2. an-Naba‟
Surah yang dimulai 3. al-Ghasyiyah
7 dengan kalimat 6 buah
4. al-Insyirah
pertanyaan
5. al-Fil
6. al-Ma‟un
Surah yang dimulai 1. al-Mutaffifin
8 dengan lafal yang 3 surah 2. al-Wail
berarti do‟a 3. al-Masad
9 Surah yang dimulai 1 surah 1. al-Quraisy

1
dengan kata “karena”
10 Surah yang dimulai dengan huruf potong
Dengan huruf potong satu :
a. Qaf 1 surah 1. Qaaf
b. Shad 1 surah 1. Shad
c. Nun 1 surah 1. al-Qalam
Dengan huruf potong dua :
1. Ghafir
2. Fushilat
3. az-Zukhruf
4. ad-Dukhan
a. Haamim 7 surah
5. al-Jaziyah

6. asy-Syura‟

7. al-Ahqaf
b. Yaasiin 1 surah 1. Yaasiin
c. Thaahaa 1 surah 1. Thaha
d. Taasiin 1 surah 1. an-Naml
3. Dengan huruf potong tiga :
1. al-Baqarah
2. Ali Imran
3. al-Ankabut
a. Alif lam mim 6 surah
4. ar-Rum
5. Luqman
6. as-Sajadah
1. Yunus
2. Hud
b. Alif lam ra 5 surah 3. Yusuf
4. Ibrahim
5. Al-Hijr

1
D. RAHASIA HURUF POTONG PADA PERMULAAN SURAH
Ulama tafsir telah membahas masalah ini panjang lebar menurut visi (tinjauannya)
mereka masing-masing. Ulama itu seperti : Imam al-Zamakhsyariy dalam kitabnya “al-
Kasysyat” menyebutkan jumlah huruf potong yang digunakan pada permulaan surah yang
29 itu ada 14 huruf, yang berarti separo dari 29 huruf hijaiyah.Huruf lam dan mim yang
paling banyak terpakai. Seolah-olah isyarat itu memberi kesan (kata qadhi‟ Abu Bakar)
bahwa siapa yang menuduh al-Qur‟an itu bukan ayat-ayat Tuhan dipersilahkan
menggunakan huruf-huruf selebihnya untuk menyusun suatu kalimat yang sanggup
menandingi al-Qur‟an. Sekalipun sebahagian ulama tetap mengatakan huruf-huruf potong
itu adalah rahasia Ilahi yang ada dalam al-Qur‟an dan tidak mungkin diketahui melainkan
Allah saja. Namun tidaklah menghalangi orang untuk menggali terus segala rahasia yang
terdapat di dalamnya.
E. PENDAPAT ULAMA TENTANG FAWATIH SUWAR.
Ibnu Abi al-Asba' memaparkan bahwa pembuka pembuka surat itu bertujuan untuk
menyempurnakan dan memperindah bentuk-bentuk penyampaian, baik dengan sarana
berupa pujian maupun melalui huruf-huruf. Pembuka pembuka itu juga bertujuan untuk
merangkum segala materi yang akan disampaikan lewat kata kata awal. Awal atau
pembuka surat yang berupa huruf-huruf terpisah atau huruf muqattha'ah, menurut Al-
Hubbi, merupakan bentuk peringatan kepada Nabi Muhammad Saw. Allah swt.
mengingatkan Rasul-Nya dengan huruf pembuka surat itu karena Dia mengetahui bahwa
sebagai manusia terkadang Nabi Muhammad saw. sangat sibuk. Karena itulah, Jibril
menyampaikan wahyu dengan pembukaan, seperti Alif Lam Mim dan lainnya, agar
Rasulullah saw. menerima dan memperhatikannya. Abu Bakar Shiddiq berkata, "Tiap-tiap
kitab mempunyai rahasia, dan rahasia al-Qur'an adalah awal surahnya." Sementara itu,
Ibnu Mas'ud juga berpendapat bahwa tiap-tiap huruf di awal surat tersebut merupakan
ilmu yang disembunyikan dan rahasianya tertutup oleh kekuasaan Allah swt., sehingga
tidak sedikit para mufasir yang hanya memperkirakan maknanya. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan ilmu dan latar belakang pengetahuan mereka sehingga untuk makna
yang hakiki ayat tersebut dikembalikan kepada Allah SWT.
Para ulama lainnya berpendapat bahwa pembuka surat berupa huruf-huruf yang
terpisah itu merupakan nama bagi surat-surat. Ada juga yang menyebut huruf huruf

1
tersebut sebagai huruf sumpah. Mereka meyakini, Allah SWT telah bersumpah atas nama
seluruh huruf, hanya saja Dia meringkasnya menjadi beberapa bagian huruf . Sekalipun
banyak para ulama yang mencurahkan perhatian mereka untuk mengkaji pembuka surat,
khususnya huruf-huruf yang terpisah, tetapi ada juga ulama yang tidak terlalu menganggap
serius dalam memandang huruf-huruf tersebut. Al-Qurtubi, misalnya, ia menuturkan, "Aku
tidak melihat keberadaan dari huruf-huruf muqatthaah itu selain pada awal surat. Aku pun
tidak dapat memahami maksud-maksud tertentu yang dikehendaki Allah melalui huruf
huruf tersebut"Para ulama banyak yang membicarakan masalah ini diantara mereka ada
yang berani menafsirkannya, yang mana huruf-huruf itu adalah rahasia yang Allah saja
yang mengetahuinya. Ada pun penafsiran ulama itu adalah sebagai berikut:
1) Az-Zamakhasyary berkata dalam tafsirnya, mengenai huruf-huruf ini ada beberapa
pendapat. Pertama nama surat. Kedua, sumpah Allah. Ketiga disebut huruf itu di
permulaan surat supaya menarik perhatian dan yang mendengarkan Al-Quran.
2) As-Sayuthy menerangkan bahwa yang demikian itu suatu rahasia (sirr) dari bahasa-
bahasa yang hanya diketahui Allah sendiri. Dalam pada itu As-Sayuthy menukilkan
beberapa pendapat Ibnu Abbas yang berpendapat sebagai berikut:
Alif lam mim = Ana Allahu a'lamu = Aku Allah yang lebih mengetahui.
Alif lam mim shad = Anna Allah a'lamu wa atshilu = Aku Allah, Aku mengetahui dan
menjelaskan segala perkara.
Alif lam mim ra = Ana Allah ara = Aku Allah, Aku melihat.
3) As-Sayuthy menerangkan juga bahwa sebagian dari huruf huruf tersebut nama Allah,
seperti gaf, thasin mim, aliflam mim shad. Dalam bab ini para ulama telah bersusah
payah mencari pengertiannya dengan berbagai takwil. Dan ada yang memaknakannya
seperti orang yang memaknakan teka-teki. Umpamanya, alif lam ra, ha mim, nun adalah
dari kata Ar-Rahmanu.
4) Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa makna kaf ha ya ain shad bahwa kaf itu dari
Karim = Yang Mulia, ha itu dari Hadin = memberi petunjuk, ya dari Hakim = yang
Maha Bijaksana, ain dari A'lim = Yang Maha Mengetahui dan shad dari Shadiq = Yang
Maha Benar
5) Al-Quwaibi mengatakan bahwasanya kalimat itu merupakan peringatan bagi Nabi,
mungkin pada saat itu beliau dalam keadaan sibuk, maka Allah menyuruh Jibril untuk

1
memberikan perhatian terhadap apa yang disampaikan kepadanya.
6) As-sayyid Rasyid Ridha tidak membenarkan al-quwaibi diatas, karena nabi senantiasa
dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatangan wahyu. Rasyid ridha
berpendapat sesuai dengan ar-Razi bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada
orang-orang musyrik mekkah dan ahli kitab madinah. Karena orang-orang kafir apabila
nabi membaca al-Qur‟an mereka satu sama lain menganjurkan untuk tidak
mendengarkannya, seperti dijelaskan dalam surat fushilat ayat 26.
7) Ulama salaf berpendapat bahwa „„Fawatih al-Suwar‟‟ telah disusun semenjak jaman
azali, yang demikian itu melengkapi segala yang melemahkan manusia dari
mendatangkan seperti al-Qur,an. Oleh karena I‟tiqad bahwa huruf-huruf itu telah
sedemikian daari azalinya, maka banyaklah orang yang telah berani menafsirkannya dan
tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap huruf-huruf tersebut
F. Pengertian Khawatim as-Suwar
Istilah “khawatim” adalah bentuk dari “khatimah”, yang berarti penutup atau
penghabisan dan “suwar”yang berarti surah. Menurut bahasa “khawatim alsuwar” berarti
penutup surah Al-Qur‟an. Menurut istilah “khawatim al-suwar” adalah ungkapan yang
menjadi penutup dari surah-surah Al-Qur‟an yang memberi isyarat berakhirnya
pembicaraan sehingga merangsang untuk mengetahui hal-hal yang di bicarakan
sebelumnya.
G. Macam-macam Khawatim as-Suwar
Macam-macam khawatim as-suwar dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan
dengan isi kandungan ayatnya. Berdasarkan penelitian ada 16 jenis khawatim as-suwar:
1. Penutup dengan mengagungkan Allah (Al-Ta‟zhim) Penutup ini terdapat pada 17
surah yaitu surah Al-Maidah, Al-Anfal, AlAnbiya, An-Nur, Luqman, Fathir,
Fushilat, Al-Hujurat, Al-Hadid, Al-Hasyr, Al-Jumu‟ah, Al-Munafiqun, Al-
Taghobun, Al-Thalaq, Al-Jin, Al-Mudatstir, Al-Qiyamah, dan At-Tin.
2. Penutup dengan anjuran ibadah dan tasbih. (Al-ibadah wa Al-tasbih) Penutup ini
terdapat pada 6 surah , yaitu surah Al-A‟raf, Al-Hijr, At-Thur, Al-Najm, dan Al-
Alaq.
3. Penutup dengan pujian (Al-Tahmid)Walaupun pujian ini tidak persis di akhir surah,
melainkan sebelumnya, tetapi tetap di golongkan sebagai penutup. Penutup ini

1
terdapat ada 11 surah yaitu surah Al-Isra‟, An-Najm, Yasin, AsShaff, As-Shafat, Z-
Zumar, Al-Jatsiyah, Ar-Rahman, Al-Waqi‟ah, Al-Haqqah dan Al-Nashr.
4. Penutup dengan doa Penutup ini terdapat pada surah Al-Mu‟minun dan Al-
Baqarah.
5. Penutup dengan wasiat Penutup ini terdapat pada 7 surah yaitu Ar-Rum, Al-
Dukhan, As-Shaff, AlA‟la, Al-Fajr, Ad-Dukhan, dan Al-Ashr.
6. Penutup dengan perintah dan masalah takwa Penutup ini terdapat pada surah Ali-
Imran, An-Nahl dan Al-Qamar.
7. Penutup dengan masalah kewarisan Penutup ini terdapat pada surah An-nisa.
8. Penutup dengan janji dan ancaman (Al-Wa‟d wa Al-wa‟id)
9. Penutup dengan hiburan bagi nabi Muhammad Penutup ini antara lain terdapat pada
Penutup ini antara lain surah ALKautsar, Al-Kafirun.
10. Penutup dengan sifat Al-Qur‟an Penutup ini antara lain terdapat pada Penutup ini
antara lain surah Yusuf, Shad dan Al-Qalam
11. Penutup dengan bantahan (Al-Jadl) Penutup ini antara lain terdapat pada Penutup
ini antara lain surah Ar-Ra‟ad.
12. Penutup dengan Ketauhidan Penutup ini antara lain terdapat pada Penutup ini
antara lain surah At-Taubah, Ibrahim, Al-Kahfi, dan Al-Qashash
13. Penutup dengan Kisah Penutup ini antara lain terdapat pada Penutup ini antara lain
surah Maryam, At-Tahrim, Abasa dan Al-Fil.
14. Penutup dengan anjuran Jihad Penutup ini antara lain terdapat pada Penutup ini
antara lain surah Al-Hajj
15. Penutup dengan perincian maksud Penutup ini antara lain terdapat pada Penutup ini
antara lain surah Al-Fatihah, Asy-Syu‟ara dan At-Takwir.
16. Penutup dengan pertanyaan Penutup ini antara lain terdapat pada Penutup ini antara
lain surah AlMulk, At-Tin, dan Al-Mursalat.

1
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1) Tartib atau urutan ayat-ayat al-Qur‟an ini adalah tauqifi dari Rasulullah SAW.
tartib al-Suwar terlepas dari tiga silang pendapat yang telah penulis paparkan di
atas maka tartib al-Suwar juga bersifat tauqifiy karena jika melirik kembali kepada
sejarah, para sahabat menulis surat al-Qur‟an hanya untuk kepentingan pribadi
untuk memudahkan proses menghafal. Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa
susunan tersebut bukan ijtihad sahabat, dan sikap ini di tunjukkan dengan
sepakatnya para sahabat untuk menerima dan berpegang teguh kepada tartib
mushaf yang disusun Utsman dan timnya.
2) Fawatih al-suwar adalah pembukaan-pembukaan surat. Jika pembukaan surat itu
diawali dengan huruf-huruf Hijaiah, maka huruf tersebut umumnya disebut dengan
huruf-huruf yang terpisah (ahrufun muqattha'ah). Sebab, posisinya yang memang
berdiri sendiri dan tidak bergabung membentuk sebuah kalimat. Para ulama tafsir
mengatakan bahwa pembuka surat dalam al-Qur'an memiliki karakter dan kategori
tersendiri.
3) Istilah “khawatim” adalah bentuk dari “khatimah”, yang berarti penutup atau
penghabisan dan “suwar”yang berarti surah. Menurut bahasa “khawatim alsuwar”
berarti penutup surah Al-Qur‟an. Menurut istilah “khawatim al-suwar” adalah
ungkapan yang menjadi penutup dari surah-surah Al-Qur‟an yang memberi isyarat
berakhirnya pembicaraan sehingga merangsang untuk mengetahui hal-hal yang di
bicarakan sebelumnya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Blog Andreas Yudha P. Huruf-huruf Al-Muqaththa‟a Dalam Al-Qur‟an


Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur'an, Syaikh Manna' Al Qatthan, Ummul Qura, Jakarta 2017

Mardan. Al-Qur‟an Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur‟an Secara Utuh, Jakarta;


Pustaka Mapan, 2009.
Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, DR. Subhi As Shalih, Tim Pustaka Firdaus, Jakarta 2008
Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur'an & Tafsir, Teungku Muhammad Hasbi Ash-
Shiddieqy, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2014.
Pengantar Ulumul Qur'an dan Ulumul Hadits Teori Dan Metodologi, Rusydie Anwar,
S.Thi, Yogyakarta 2015.
www.academia.edu/8480331/fawatihus_suwar

Anda mungkin juga menyukai