Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah Dosen Pengampu

Studi Al-Qur’an Ferlan Niko, S.H.I., M.


Sy.

“TERTIB AYAT DAN SURAT DALAM AL-QUR’AN”

DISUSUN OLEH:

1. KRISNA SAKTI PRAWIRO NEGORO (12280214022)

2. LUKMANUL HAKIM (12280210203)

3. MUHAMMAD NUZUL (12280214132)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


2022/2023

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW


beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.

Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala
hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bimbingan,
petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a dan memohon kepada
Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh di mata
Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir


amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

  
(PENYUSUN)

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar......................................................................................ii         
Daftar Isi................................................................................................iii

BAB I......................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................1
A.    LatarBelakangMasalah......................................................................1 
B.     RumusanMasalah..............................................................................1
C.     TujuanMasalah.................................................................................2   

BAB II.....................................................................................................3            
PEMBAHASAN....................................................................................3
URUTAN AYAT DAN SURAT DALAM AL-QURAN.....................3
A.    Urutan ayat al-Qur’an tauqifi atau taufiqi.........................................3   
B.     Urutan surat Al-Qur’an tauqifi ataukah taufiqi ...............................4
C.     Pendapat ulama mengenai surat al-Anfal dan at-Taubah ................7      
D.    Pengertian tanqis dan hokum melakukannya....................................8

BAB III...................................................................................................10 
PENUTUP..............................................................................................10
Kesimpulan..............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................11
   

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Al-qur’an merupakan kitab suci umat islam yang sangat mulia. Kitab yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat jibril
selama kurang lebih dua puluh tiga tahun, sebagai pedoman umat islam di penjuru
dunia, karena al-qur’an memiliki banyak keistimewaa. Selain daripada itu dalam
proses penyusunan al-Qur’an disusun secara bertahap, yaitu dimulai dari nabi
Muhammad saw, hingga pada masa Utsman bin Affan yng berhasil
mengumpulkan al-Qur’an sehingga menjadi mushaf al-qur’an, dimana al-qur’an
yang hadir dihadapan dan sering kita baca adalah mushaf dari rasm usman yang
telah disetujui oleh jumhur ulama sebagai mushaf yang tertib ayat dan surahnya
berdasarkan apa yang ada pada masa Rosullulloh., tetapi banyak penyusunan
surah dalam al-qur’an yang menimbulkan perbedaan dan memberikan kedudukan
dalam setiap surah. Namun ada pula beberapa ulama yang berpendapat lain
tentang susunan surah dalam mushaf ustmani tersebut. Hal tersebut dikarenakan
adanya perbedaan mushaf para salaf (para sahabat sebelum al-Qur’an ini
dikumpulkan) dalam  hal  penertiban surah.
Dalam pembahasan kali ini  penulis menyajikan tentang sistematika dalam
penyusunan surah dan perbedaan pendapat tentang tertib surah-surah Qur'an.
Sebagian mengatakan bahwa apakah merupakan ketentuan langsung dari Alloh
dan Rasul-Nya (tauqifi), atau hanya merupakan susunan yang dibuat oleh para
shahabat (taufiqi). Dan pendapat ketiga merupakan perpaduan antara kedua
pendapat sebelumnya. Semoga memberi manfaat bagi kita semua.
                                                  

B.  Rumusan Masalah

iv
1.        Apakah urutan ayat Al-Qur’an  itu tauqifi atau taufiqi?
2.        Apakah urutan surat Al-Quran itu tauqifi atau taufiqi?
3.        Bagaimana penjelasan ulama mengenai surat al-anfal dan at-taubah?
4.        Apa pengertian tanqis dan hokum melakukannya?

C.  Tujuan Masalah
1.        Untuk mengetahui urutan ayat Al-qur’an itu tauqifi atau taufiqi
2.        Untuk mengetahui urutan surat Al-qur’an itu tauqifi atau taufiqi
3.        Untuk mengetahui penjelasan ulama mengenai surat al-anfal dan at-tubah.
4.        Untuk mengetahui pengertian tanqis dan hokum melakukannya

v
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Urutan ayat Al-Qur’an itu tauqifi atau taufiqi
Al-Qur’an terdiri atas surah-surah dan ayat-ayat, baik yang panjang
maupun yang pendek. Ayat adalah sejumlah kalam alloh yang terdapat dalam
sebuah surah dari Qur’an.Surah adalah sejumlah ayat Quran yang mempunyai
permulaan dan kesudahan.Tertib atau urutan ayat-ayat dalam Al-Qur’an adalah
tauqifi dari rasulullah. Ada beberapa argumentasi yang menguatkan pendapat ini “
a.       Terdapat sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan beberapa ayat dari surah-
surah. Ini menunjukkan ayat-ayat bersifat tauqifi sebab jika tertibnya dapat
diubah, tentulah ayat-ayat ini tidak akan didukung oleh hadits-hadits tersebut.
b.      Imam As-Sayuti berkata: ijma’ dan nash banyak sekali yang menetapkan bahwa
tertib ayat adalah tauqifi, yaitu berdasarkan petunjuk dari Nabi Muhammad
SAW.dari riwayat Huzairah bin al-Yamani mengatakan bahwa Rasulullah
membaca surah al-A’raf dalam shalat magrib, Nasai meriwayatkan bahwa
Rasulullah membaca surat al-Mukminun pada shalat subuh dan Imam Muslim
meriwayatkan bahwa Rasulullah membaca surat Qaf ketika Khutbah, riwayat-
riwayat tersebut menunjukkan bahwa penyusunan ayat-ayat Qur’an adalah tauqifi.
([1])

Dengan demikian, tertib ayat-ayat al-Qur’an seperti yang ada dalam


mushaf yang beredar di antara kita adalah tauqifi, tanpa diragukan lagi. Al-Suyuti,
setelah menyebutkan hadis-hadis berkenaan dengan surah-surah tertentu
mengemukakan: “Pembacaan surah-surah yang dilakukan Nabi di hadapan para
sahabat itu menunjukkan bahwa tertib atau susunan ayat-ayatnya tauqifi. Sebab,
para sahabat tidak akan menyusunnya dengan tertib yang berbeda dengan yang
mereka dengar dari bacaan Nabi. Maka sampailah tertib ayat seperti demikian
kepada tingkat mutawatir.([2])
B.  Urutan surat Al-Qur’an itu tauqifi atau taufiqi

vi
Ada tiga pendapat ulama terkait persoalan ini, yaitu:

1.              Seluruh Tertib Surah dalam Al-Qur’an Bersifat Tauqifi


As-Suyuthi menyatakan bahwa pendapat ini dikemukakan oleh sekelompok
ulama, di antaranya al-Qadhi Abu Bakr dalam salah satu pendapatnya. Pendapat
ini juga didukung oleh ulama kontemporer, Syaikh Manna’ al-Qaththan dan
Syaikh Muhammad ‘Ali al-Hasan.
Menurut pendapat ini, tertib surah dalam Al-Qur’an seluruhnya bersifat
tauqifi, diberitahu oleh Jibril kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berdasarkan perintah Allah ta’ala. Ada beberapa argumentasi yang menguatkan
pendapat ini:

a) Tidak ada seorang pun shahabat yang menentang penyusunan Al-Qur’an sesuai
tertib mushhaf ‘Utsmani. Mereka semua sepakat untuk menerima mushhaf
‘Utsmani, sekaligus membakar mushhaf-mushhaf lain yang tidak sesuai dengan
mushhaf ‘Utsmani. Seandainya tertib surah hanya ijtihadi, tentu mereka akan
membiarkan adanya mushhaf-mushhaf lain.

b) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca sebagian surah secara tertib


pada saat Shalat. Ibn Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengumpulkan al-mufashshal  dalam satu rakaat.

c) Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibn Mas’ud, beliau berkata tentang Surah Bani
Israa-il, al-Kahf, Maryam, Thaha, dan al-Anbiya, “Sesungguhnya surah-surah ini
termasuk yang diturunkan di Makkah, dan yang pertama-tama aku pelajari.”
Beliau menyebutkan urutan surah-surah tersebut sebagaimana urutannya yang
dikenal sekarang.

d) al-Kirmani berkata, “Tertib surah seperti sekarang ini mengikuti tertib surah di
sisi Allah –subhanahu wa ta’ala– di al-Lauh al-Mahfuzh. Dan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca ulang al-Qur’an di hadapan Jibril sekali setiap tahun
saat mereka bertemu, dan beliau membaca ulang al-Qur’an di hadapan Jibril dua

vii
َ ْ‫تُر‬ ً ‫يَوْ ما‬ ‫َواتَّقُوا‬
kali pada tahun wafatnya beliau, dan saat turun ayat terakhir, yaitu: ‫ج‬

‫هللا‬ ‫ِإلَى‬ ‫فِي ِه‬  َ‫عُون‬, Jibril memerintahkan Nabi untuk meletakkannya di antara ayat
riba dan ayat utang.”
2.       Seluruh Tertib Surah dalam Al-Qur’an Bersifat Ijtihadi
Pendapat ini menyatakan bahwa tertib surah yang terdapat di mushhaf
‘Utsmani sekarang merupakan ijtihad dari para shahabat ridhwanullahi ‘alaihim
ajma’in, bukan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada argumentasi yang
mendukung pendapat ini:
 Fakta bahwa tertib surah pada mushhaf yang dimiliki oleh sebagian
shahabat berbeda dengan tertib surah pada mushhaf ‘Utsmani. Misalnya:  
1)      Mushaf Ali disusun berdasarkan tertib Nuzul, yakni dimulai dengan Iqra’,
kemudian Muddassir, lalu Nun, Qalam, kemudian Muzzammi, dan seterusnya
hingga akhir surah Makki dan Madani.
2)      Dalam mushaf Ibn Mas’ud yang pertama ditulis adalah surah al-Baqarah,
kemudian Nisa dan kemudian Ali ‘Imran.([3])
3)      Dalam mushaf Ubai yang pertama ditulis adalah Fatihah, Baqarah, kemudian
Nisa dan kemudian Ali ‘Imran.([4])

3.       Sebagian Tertib Surah dalam Al-Qur’an Bersifat Tauqifi, dan Sebagian Lagi
Ijtihadi
Yang mana ada riwayat-riwayat yang menunjukkan tertib (pengurutan)
sebagian surat di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Telah datang riwayat
yang menunjukkan bahwa tertib as-Sab’u ath-Thiwal, al-Hawaamiim(surat yang
diawali dengan Haamiim), al-Mufashshal (surat-surat pendek), pada masa
beliau shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup. Telah diriwayatkan dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:
“Bacalah olehmu dua surat yang bercahaya; Al-Baqarah dan Ali Imran.”
Dan juga diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam apabila hendak tidur setiap malamnya menggabungkan (menempelkan)
kedua telapak tangannya, kemudian meniupnya lalu membaca: al-Ikhlash dan al-
Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Naas). (HR. al-Bukhari) 

viii
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:”Tertib sebagian surat-surat atau sebagian
besarnya tidak mengahalanginya untuk disebut tauqifi.”dia berdalil dengan hadits
dari al-Hafizh Ibn Hajar berikut ini, “Tertib sebagian surah, atau sebagian
besarnya, tidak dapat ditolak bersifat tauqifi.” Untuk mendukung pendapatnya,
beliau mengemukakan hadits Hudzaifah ats-Tsaqafi sebagai berikut,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada kami, ‘Telah datang
kepadaku waktu untuk membaca hizb (bagian) dari Al-Qur’an, dan aku tidak
ingin keluar sebelum menyelesaikannya.’
Kemudian kami bertanya kepada para shahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, ‘Bagaimana kalian membagi bacaan Al-Qur’an?’ Mereka
menjawab, ‘Kami membaginya menjadi tiga surah, lima surah, tujuh surah,
sembilan surah, tiga belas surah, dan bagian al-mufashshal dari Qaf sampai kami
khatam. (Dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud).
Mengomentari hadits ini, Ibn Hajar berkata, “Ini menunjukkan bahwa
tertib surah-surah seperti dalam mushhaf sekarang adalah tertib surah pada masa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Selanjutnya beliau berkata, “Dan
mungkin juga tertib tersebut hanya pada bagian al-mufashshal saja, bukan yang
lain.”
Menurut az-Zurqani, pendapat ketiga ini merupakan pendapat yang paling
baik dan didukung oleh ulama-ulama terkemuka. Hal ini menurut beliau karena
merangkum dalil-dalil yang menunjukkan bahwa sebagian tertib surah memang
bersifat tauqifi dan atsar dari Ibn ‘Abbas yang menunjukkan tertib sebagian surah
yang lain bersifat ijtihadi.
Kritik Syaikh Manna’ al-Qaththan Terhadap Pendapat Kedua dan Ketiga.
Syaikh Manna’ al-Qaththan menyatakan bahwa pendapat yang kedua,
yang menyatakan bahwa seluruh tertib surah berdasarkan ijtihad para shahabat,
tidak bersandarkan pada suatu dalil. Ijtihad sebagian shahabat mengenai tertib
surah dalam mushhaf mereka merupakan ikhtiar mereka sebelum Al-Qur’an
dikumpulkan secara tertib. Dan ketika pada masa ‘Utsman, Al-Qur’an
dikumpulkan dan ditertibkan ayat-ayat dan surah-surahnya pada satu huruf, dan
umat menyepakati pengumpulan tersebut, para shahabat tersebut meninggalkan

ix
mushhaf-mushhaf yang ada pada mereka. Seandainya tertib surah merupakan
hasil ijtihad, tentu mereka akan tetap berpegang pada mushhafnya masing-masing.
Sedangkan mengenai pendapat ketiga, Syaikh Manna’ al-Qaththan
menyatakan bahwa dalil-dalilnya hanya terdapat pada nash-nash yang
menunjukkan tertib tauqifi, sedangkan yang ijtihadi tidak bersandar pada dalil.
Dan, ketetapan tauqifi dengan dalil-dalilnya tidak berarti yang selain itu
merupakan hasil ijtihad.
C.    Mengenai surat Al-anfal dan At-Taubah

As-Suyuthi mengatakan tertib susunan surah Al-Qur’an itu tauqifi kecuali


surah Al-Anfal dan At-Taubah, berdasarkan riwayat Ibnu Abbas : “Aku bertanya
kepada Utsman : ‘Apakah yang mendorongmu mengambil Anfal yang termasuk
katagori masani dan Bara’ah (At-Taubah) yang termasuk mi’in untuk kamu
gabungkan keduanya menjadi satu tanpa kamu tuliskan diantara
keduanya Bismillahirrahmaanirrahim, dan kamu pun meletakaannya pada as-
sab’uth thiwaal (tujuh surat panjang) ?’.
Usman menjawab, “   Telah turun kepada Rasulullah surah-surah yang
mempunyai bilangan ayat. Apabila ada ayat turun kepadanya, ia panggil beberapa
orang penulis wahyu dan mengatakan,  Letakkanlah ayat ini pada surah yang di
dalamnya terdapat ayat ini dan ini.” Surah Anfal termasuk surah pertama yang
turun di madinah. Sedang surah Bara’ah termasuk yang terakhir diturunkan. Surah
Anfal serupa dengan surah yang turun dalam surah Bara’ah, sehingga aku mengira
bahwa surah bara’ah adalah bagian dari surah Anfal. Dan sampai wafatnya
Rasulullah tidak menjelaskan kepada kami bahwa surah Bara’ah adalah sebagian
dari surah Anfal. Maka oleh karena itu aku gandengkan keduanya, dan aku tidak
menuliskan di antara kedua surat tersebut:

 ‫بسم هللا الرحمن الرحي̀م‬


Lalu aku menempatkannya di as-Sab’u ath-Thiwal.’” (HR. Ahmad, Abu Dawud,
at-Tirmidzi, an-Nasaai, Ibnu Hibban, dan al-Hakimrahimahumullah) 

x
Kritik Syaikh Manna’ al-Qaththan
Mengenai hadis tentang surah al-Anfal dan Taubah yang diriwayatkan dari
Ibn Abbas di atas, isnadnya dalam setiap riwayat berkisar pada Yazid al Farsi
yang oleh Bukhari dikategorikan dalam kelompok du'afa'. Di samping itu dalam
hadis inipun tedapat kerancuan mengenai penempatan basmalah pada permulaan
surah, yang mengesankan seakan-akan Usman menetapkannya menurut
pendapatnya sendiri dan meniadakannya juga menurut pendapatnya sendiri. Oleh
karena itu dalam komentarnya terdapat hadis tersebut dalam musnad Imam
Ahmad. Syaikh Ahmad Syakir, menyebutkan, "Hadis itu tak ada asal mulanya"
paling jauh hadis itu hanya menunjukan ketidak tertiban kedua surah tersebut.

D.  Pengertian tanqis dan hukum melakukannya

Tanqis berarti pengurangan kadar yang telah ditentukan

Contoh penghapusan bacaan ayat :

‫ فإنه كفر بكم أن ترغبوا عن آبائكم‬، ‫ال ترغبوا عن آبائكم‬


Artinya : “Janganlah kalian membenci bapak-bapak kalian. Sesungguhnya hal itu
adalah kekufuran bagi kalian dengan membenci bapak-bapak kalian.”
Dalilnya adalah perkataan Umar bin Khottob didalam lanjutan hadits
sebelumnya (diatas),”Sesungguhnya kami pernah membaca apa yang kami baca
didalam Kitabullah:
“‫ َأوْ ِإ َّن ُك ْفرًا بِ ُك ْم َأ ْن تَرْ َغبُوا ع َْن آبَاِئ ُك ْم‬،‫ فإنه كفر بكم أن ترغبوا عن آبائكم‬، ‫ال ترغبوا عن آبائكم‬ "
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhori (6830) dan Muslim (1691)
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata : perkatan “Sesungguhnya kami pernah
membaca apa yang kami baca didalam Kitabullah” artinya bacaannya telah
dihapuskan. Dan firman-Nya :

‫ال ترغبوا عن آبائكم‬


 (Janganlah kamu membenci bapak-bapak kalian) artinya janganlah kalian
menasabkan (mereka) kepada selain bapak-bapak mereka.” (Fathul Bari 12/148)
Al Qurthubi mengatakan didalam tafsirnya bahwa pada hakekatnya yang
melakukan penghapusan adalah Allah swt. Dengan demikian keberadaan naskh
dengan adanya ayat-ayat yang dihapuskan dan ayat-ayat yang menghapuskan

xi
tidaklah mengurangi kemurnian Al Qur’an bahwa Al Qur’an berasal dari Allah
swt karena yang berhak melakukan penghapusan tersebut hanyalah Allah swt.
Karena alloh ta’ala telah  menjamin al-qur’an yang agung ini dari perubahan,
penambahan dan pengurangan ataupun pergantian. Dia telah berfirman :

“sesungguhnya kami telah menurunkan al-qur’an dan sesungguhnya kami tetap


memeliharanya” (Al-Hijr:9)

Telah berlaku masa yang cukup lama semenjak al-qur’an diturunkan


(kurang lebih 15 abad ) namun kitab yang suci ini tidak mengalami perubahan,
penambahan pengurangan atau pergantian ini semua menunjukkan kebenaran janji
Alloh Ta’ala.[5]

xii
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.    Tertib atau urutan ayat-ayat dalam Al-Qur’an adalah tauqifi dari nabi, antara
lain Terdapat sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan beberapa ayat dari
surah-surah,
2.    Tertib atau urutan surah-surah dalam al-qur’an terdapat 3 kelompok pendapat
ulama yaitu : Tauqifi  dan ditangani langsung oleh Nabi sebagaimana
diberitahukan oleh Malaikat Jibril kepadanya atas perintah Allah. Ijtihad para
sahabat,. Dan Sebagian surat tertibnya bersifat tauqifi dan sebagian lainnya
berdasarkan ijtihad para sahabat.
3.    As-Suyuthi mengatakan tertib susunan surah Al-Qur’an itu tauqifi kecuali surah
Al-Anfal dan At-Taubah
4.    Yang melakukan berubahan, penambahan,pengurangan ataupun pergantian
hanyalah Alloh SWT, namun apabila beberapa orang menyakini adanya
perubahan kecil dalam al-qur’an . keyakinan mereka tidak akan mencederai
keseluruhan al-qur’an dan vasilitasnya yang sekarang ada ditangan kita.

xiii
DAFTAR PUSTAKA
Al-Itqaan fii ‘Uluum al-Qur’an karya Imam as-Suyuthi (w. 911 H)
Manaahil al-‘Irfaan fii ‘Uluum al-Qur’an karya Syaikh Muhammad
‘Abdul   ‘Azhim az-Zurqani (w. 1367 H)

 Mabaahits fii ‘Uluum al-Qur’an karya Syaikh Manna’ ibn Khalil al-Qaththan

(w. 1420 H)

http://abufurqan.wordpress.com/2012/08/04/ikhtilaf-seputar-tertib-surah-dalam-
al-quran/

xiv

Anda mungkin juga menyukai