Anda di halaman 1dari 14

PENYUSUNAN URUTAN AYAT DAN SURAT DALAM AL-QUR’AN

MAKALAH

Ditulis untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah

“Ushulul Qur’an”

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Aisyah Andini Januar (23101007)

Annisa Rahmadani Putri (23101025)

Kasiahani (23101063)

Dosen Pengampu :

M. Irhas Fakhruddin., M.Ag.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINNGI AGAMA ISLAM

PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR’AN

(STAI-PIQ) SUMATERA BARAT

1445 H / 2023 M.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.


Tuhan semesta alam. Atas izin dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah SAW. Semoga syafa’atnya mengalir kepada kita di
hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul “Penyusunan Urutan Ayat dan Surat


dalam al-Qur’an” ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul
al-Qur’an selama proses penyusunan makalah,penulis mendapat bantuan
dan bimbingan dari beberapa pihak, khususnya dari dosen pembimbing
pada mata kuliah Ushul al-Qur’an ini, yaitu ustadz M. Irhas Fakhruddin.,
M.Ag.

Penulis menyadari bahwa pada makalah ini masih banyak memeliki


kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca. Harapan penulis semoga apa yang penulis
tuangkan di dalam makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Akhir kata, terimakasih.

Padang, 26 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Tartib Ayat al-Quran ...........................................................................................2
B. Tartib (urutan) surah dalam al-Qur’an ..................................................................4
C. Istilah-istilah dalam pembagian surat ...................................................................7
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 10
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Quran, juga dikenal sebagai Quran, adalah kitab suci agama Islam,
Kata "Al-Quran" berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau
"pengajaran". al-Quran dianggap sebagai wahyu terakhir yang diberikan
oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Kitab
suci ini terdiri dari 114 surah atau bab, yang terdiri dari ayat-ayat yang
mengandung. petunjuk, ajaran, dan hukum-hukum yang menjadi pedoman
bagi umat Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Quran memiliki peran penting dalam kehidupan umat Islam,


membimbing mereka dalam ibadah, moral, etika, dan tuntunan kehidupan.
Kitab suci ini juga mengandung berbagai cerita, perumpamaan, dan hikmah
yang menginspirasi dan mendidik umat Islam dalam mencapai pemahaman
yang lebih dalam tentang agama dan kehidupan.

Penyusunan ayat dan surah dalam al-Quran adalah suatu proses yang
penuh hikmah dan kedalaman. al-Quran adalah kitab suci dalam agama
Islam, dianggap sebagai wahyu langsung dari Allah kepada Nabi
Muhammad SAW. Penyusunan ayat dan surah dalam al-Quran memiliki
beberapa prinsip dan karakteristik khusus:Penyusunan ayat dan surah dalam
al-Quran adalah hasil dari kebijaksanaan Allah, yang memandu, mengajar,
dan memberikan petunjuk bagi umat manusia. Ini adalah sebuah warisan
spiritual yang mendalam dalam Islam, dan penghormatan terhadap al-Quran
adalah aspek dalam praktik keagamaan umat islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Tartib ayat al-Qur’an
2. Tartib (Urutan) Surah dalam al-Qur’an
3. Istilah-istilah dalam pembagian surat (al-Sab’u al-Matsaniy, al-Mi’un, al-
Matsaniy, ala-Mufashal

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tartib Ayat al-Quran

“Tartib al-Qur'an "adalah merupakan istilah dari bahasa Arab yang


terdiri dari dua kata yaitu, kata "Tartib" dan kata "Qur`an". Kata Tartib
dalam kamus Al-Kautsar, merupakan isim masdar dari kata ra-ta-ba yang
artinya urut-urutan atau peraturan.

Sedangkan kata "Qur`an" mempunyai definisi- definisi yang banyak


sebagaimana dikemukakan oleh beberapa ulama dari berbagai keahlian
dalam bidang Bahasa, Ilmu Kalam, Usul Fiqh dan sebagainya. Namun
definisi-definisi tersebut tentu berbeda antara satu dengan yang lain, karena
Stressing (penekanan-Nya) berbeda-beda disebabkan perbedaan keahlian
mereka. 1

Secara etimologi (bahasa) kata "al-Qur`an", ada beberapa pendapat


ulama tentang itu yang diantaranya :

– Menurut as-Syafi`i
Kata al-Qur`an itu ditulis dan dibaca tanpa hamzah (al-Quran, bukan al-
Qur`an) dan tidak diambil dari kata lain. Ia adalah nama yang khusus
digunakan untuk kitab suci yang diberikan kepada Nabi Muhammad,
sebagaimana nama Injil dan Taurat yang digunakan khusus untuk kitab-
kitab Allah yang diberikan masing-masing kepada Nabi Isa dan Nabi Musa.

1
Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur`an, (Cet. V; Surabaya; CV. Karya
Abditama;1997) h. 1

2
– Menurut al-Farra’
Al-Qur`an tidak menggunakan hamzah dan diambil dari kata qarain jamak
qarinah, yang artinya indikator (petunjuk). Hal ini disebabkan sebagian
ayat-ayat al-Qur`an itu serupa satu dengan yang lain, maka seolah-olah
sebagian ayat-ayatnya itu merupakan indikator dari yang dimaksud oleh
ayat lain yang serupa itu.

– Menurut al-Asy`ari
Lafal al-Qur`an tidak menggunakan hamzah dan diambil dari kata Qarana,
yang artinya menggabungkan. Hal ini disebabkan surat-surat dan ayat-ayat
al-Qur`an itu dihimpun dan digabungkan dalam satu mushaf.
Penyusunan ayat dalam al-Quran memiliki makna dan tujuan
tersendiri yang mencerminkan hikmah ilahi. Tartib wahyu al-Quran disusun
berdasarkan urutan wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW
selama periode wahyu, yaitu sekitar 23 tahun. Oleh karena itu, ayat-ayat
yang diterima lebih awal disusun di bagian awal kitab suci, dan yang
diterima kemudian disusun di bagian akhir.

1. Sifat Tartib al-Qur’an


Sifat dari pada tartib al-Qur’an perlu diketahui untuk memudahkan
kita mengambil hikmah yang terkandung didalamnya, hal ini merupakan as-
Sam`iyyat yang kita dapatkan dari pendahulu kita, namun sifat dari pada
tartib al- Qur'an tersebut para ulama berbeda pendapat, yang segolongan
diantaranya berpendapat bersifat tauqifi (Ketetapan Rasul petunjuk wahyu)
sebagaimana atas dalam sebuah hadis yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad
dan ketiga orang pemilik kitab as-Sunnah dari riwayat Ibnu Abbas, dari
Utsman bin Affan, dijelaskan bahwa apabila turun ayat kepadanya, Nabi
memanggil sebagian sekretarisnya dan bersabda;
"Letakkanlah ayat ini pada surat yang didalamnya terdapat ini....ini..."

3
Dan golongan kedua berpendapat bahwa hal itu didasarkan atas
ijtihad para sahabat setelah bersepakat dan memastikan bahwa susunan
ayat-ayat adalah tauqifi. Sedangkan golongan ketiga berpendapat serupa
dengan golongan pertama, kecuali surah al-anfal (8) dan Bara’ah (9) yang
dipandang bersifat ijtihadi.

Maka demikian sebagian besar ulama berpendapat bahwa urutan


ayat dan surat dalam al-Qur`an bersifat tauqifi, namun hal ini tidaklah
mengharuskan adanya ikatan antara setiap surat itu dan tidaklah selalu ada
ikatan antara surat terdahulu dengan yang kemudian. Demikian pula
penertiban ayat dengan ayat yang memang ditetapkan sendiri oleh Rasul,
tidak pula mengharuskan ada hubungnan antara suatu ayat dengan ayat yang
lain, apabila masing-masing ayat itu mempunyai sebab-sebab yang berbeda-
beda. 2

Sedangkan mengenai penetapan nama-nama surat, demikian halnya


persoalan susunanya, yang mengundang berbagai pendapat diantaranya ada
ulama yang mengatakan bersifat tauqifi, ada pula yang mengatakan ijtihadi,
tetapi pendapat pertama lebih banyak dianut mayoritias ulama.

B. Tartib (urutan) surah dalam al-Qur’an

Urutan surat dalam al-Qur'an yang kita jumpai sekarang telah melewati
proses penertiban yang tidak mudah. Dapat dimaklum bahwa al-Qur'an
adalah sumber nomor wahid bagi umat Islam dalam pengambilan hukum-
hukum, dan lebih dari itu, ia adalah pedoman hidup umat Islam.

Terkait pembahasan tentang penertiban surat- surat ini, kita akan


menemukan istilah tawqifi dan ijtihadi. Tawqifi berarti berdasarkan
tuntunan dari Nabi langsung, Ijtihadi berarti berdasarkan ijtihad dan usaha

2
M.Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu al-Qur`an; Media-media Pokok dalam Menafsirkan al-Qur'an,
(Jakarta; PT. Bulan Bintang: 1972), h. 40-41

4
para sahabat Nabi dalam menentukan urutan-urutan ini Ada tiga pendapat
mengenai penertiban surat- surat dalam al-Qur'an. Yaitu :

1. Semuanya ijtihadi
Pertama, urutan surat-surat dalam al-Qur'an bersifat ijtihadi dari para
sahabat Nabi. Pendapat ini dinisbatkan kepada jumhur ulama (mayoritas
ulama), di antaranya Imam Malik dan al-Qadhi Abu Bakar. Ibnu Faris
mengatakan, terdapat dua proses dalam penghimpunan al-Qur'an.

Pertama, urutan surat al-Qur'an, ini diserahkan pada sahabat.


Kedua, penghimpunan ayat dalam surat al-Qur'an, ini ditentukan oleh Nabi
langsung Ada dua alasan yang mendasari pendapat yang pertama ini.
a. Pertama, mushaf yang dimiliki para Sahabat berbeda-beda urutannya
sebelum masa kekhalifahan Utsman radliyallahu 'anh, meskipun mereka
mengurutkan surat-surat di dalamnya berdasarkan apa yang mereka
dapatkan dari Nabi.
b. Kedua, riwayat dari Ibnu Asytah dari jalur Ismail bin 'Abbas, dari
Hibban bin Yahya, dari Abu Muhammad al-Qurasyi: Utsman
memerintahkan para sahabat untuk mengikuti surat Sab'u at-Thiwal
(tujuh surat yang panjang), kemudian Utsman menjadikan surat al-Anfal
dan at-Taubah pada urutan ketujuh dengan tanpa memisahkan keduanya
dengan basmalah.3

2. Semuanya Tauqifi

Kedua, urutan surat-surat dalam al-Qur'an semuanya tauqifi dari


Rasulullah sebagaimana urutan ayat-ayat al-Qur'an. Dalil yang dipegang
oleh ulama yang berpendapat demikian, yaitu para sahabat bersepakat atas
mushaf pada masa Utsman, di mana ketika itu semua mushaf yang berbeda
sudah dilenyapkan agar tak terjadi fitnah di kalangan Muslim.

3
Ajahari. (2018). Ulumul Qur'an (Ilmu-Ilmu Alqur'an). Yogyakarta: Aswaja Pressindo

5
Selain itu, mereka juga memiliki riwayat yang menguatkan pendapat
mereka. Di antaranya:
Rasulullah bersabda pada kami, "Telah turun kepadaku hizb (bagian) al-
Qur'an, sehingga aku tidak ingin keluar sampai selesai." (Aus bin
Hudzaifah) berkata, "Kami bertanya kepada para sahabat Rasulullah
'Bagaimana kalian membagi pengelompokan al-Qur'an?' Mereka
menjawab, 'Kami membaginya menjadi tiga surat, lima surat, tujuh surat,
sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb Al-Mufashshal yaitu
dari surat Qaf sampai akhir"." (HR Ahmad)

Riwayat ini menunjukan bahwa penertiban surat- surat dalam al-


Qur'an telah zaman Rasulullah. Namun demikian, pendapat ini pun
memiliki beberapa sanggahan. di antaranya, bahwa riwayat yang mereka
gunakan terkait urutan surat tidak terjadi pada semua surat, namun hanya
sebagiannya saja. Maka tak dapat disimpulkan juga bahwa urutan surat-
surat dalam al-Qur'an semuanya tawqifi.

3. Sebagian Ijtihadi Sebagian Tauqifi

Ketiga, urutan surat-surat dalam al-Qur'an sebagian tawqifi,


sebagian ijtihadi. Sebagaimana yang dituturkan al-Qadhi Abu Muhammad
bin 'Athiyyah, "Sesungguhnya kebanyakan surat- surat dalam al-Qur'an
sudah diketahui urutannya pada masa Nabi, seperti surat Sab'u ath-Thiwal,
dan al-Mufasshal. Adapun selainnya, urutannya kemungkinan diserahkan
kepada generasi selanjutnya."

Pengarang kitab Manahil al-'Irfan, az-Zarqâni berpendapat bahwa


pendapat ketiga ini lebih utama, karena ia melihat kedua pendapat awal,
yakni dalil yang mereka gunakan berindikasi sebagiannya ijtihadi,

6
sebagiannya tawqifi. Hanya saja di sini terjadi perbedaan pendapat
mengenai mana saja surat-surat yang tawqifii, dan mana saja yang ijtihadi. 4

C. Istilah-istilah dalam pembagian surat

Adapun pembagian surat-surat dalam al-Qur’an terbagi menjadi empat


macam :5
1. As-Sab'u ath-thiwal
(tujuh surat yang panjang-panjang) permulaannya adalah surat al-
Baqarah dan akhirnya adalah surat baro'ah. Seperti inilah kebanyakan
ulama' mengatakan. Tetapi Al- Hakim, An-Nasa’i dan selain keduanya
meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Abbas ra, la berkata: Yang
dimaksud dengan as Sab'u ath-thiwal adalah Surat Al-baqarah, Ali-imran,
An-nisa', Al- maidah, Al-an'am Dan Al-a'raf.

Perawi hadits di atas berkata Abdullah bin Abbas menyebutkan surat


yang ketujuh pula, tapi saya melupakannya. Sedangkan dalam sebuah
riwayat yang sahih dari Ibnu Abi Hatim dan lainnya dari Said bin Jubair, la
mengatakan bahwa yang kurang itu adalah: Surat Yunus. Hadits seperti ini
sudah diterangkan di depan dari Ibnu Abbas ra. Sedangkan dalam riwayat
lain dalam Al Mustadrak disebutkan bahwa surat itu adalah Al-Kahfi.

2. Al-Mi'uun,
yaitu surat-surat yang panjangnya sedikit dibawah As-Sab'u Ath-
Thiwal, Dinamakan demikian karena setiap ayatnya berjumlah seratus ayat
atau kurang lebih dari itu.

4
https://id.quora.com/Surah-di-Al-Quran-tidak-turun-dengan-susunan-yang-ada-di-kitab-Al-
Quran-bagaimana-cara-penyusunan-tersebut
5
Dr. fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi (Yogyakarta; 1996), ulumul qur’an, h.144.

7
3. Al-Matsaani,
yang panjangnya dibawah Al-Mi’un. Karena ia dibaratkan nomor dua
setelah Al-Mi’un. Al-Farra berkata: Al-Matsaani adalah surat yang ayat-
ayatnya kurang dari seratus, karena Al-Matsaani ini menjadi nomor dua dari
Ath-Thuul dan juga nomor dua dari Al-Mi’un.
Dan ada pula yang mengatakan: Disebut demikian karena banyaknya
matsal atau perumpamaan padanya yang mutsanna (dua-dua), yaitu dengan
adanya Ibar (pelajaran-pelajaran) dan kebaikan-kebaikan. Yang
mengisahkannya adalah An-Nakzawi
As-Sakhawi dalam Jamal Al-Qurra berkata: Al-Matsaani adalah surat-
surat yang kisah-kisah didalamnya diceritakan secara dua- dua. Dan
kadang-kadang kata “Al-Matsan” ini dipergunakan untuk menyebut seluruh
al-Qur'an dan juga untuk menyebut Al-Fatihah.

4. Al-Mufashshal
Adalah surat-surat pendek yang ada dibawah Al-Matsani Disebut Al-
Mufashshal karena banyak surat yang dipisah dengan basmalah, Pihak lain
menyebut al-mufashshal karena, ayat-ayat yang dimansukh didalamnya
hanya ada sedikit. Dan karena inilah Al-Mufashshal tadi juga disebut
dengan Al-Muhkam. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muhammad bin Ismail Al-Bukhari dari Said bin Jubair, la berkata:
Sesungguhnya surat-surat yang kalian sebut dengan Al-Mufashshal ini
adalah Al-Muhkam, Dan surat Al-Mufashshal yang paling akhir adalah
surat An-Naas. Hal ini tak ada seorang pun yang meragukannya.
Tapi para ulama' berbeda pendapat tentang surat pertama dari Al-
Mufashshal ini, pendapat mereka ada dua belas banyaknya:

Pertama : Surat Qaaf, sesuai dengan hadits Aus yang baru saja disebutkan

Kedua : Surat Al-Hujurat, pendapat ini dibenarkan oleh Imam An-Nawawi

8
Ketiga : Surat Al-qital, pendapat ini, menurut Al-Mawardi adalah pendapat
jumhur ulama

Keempat : Surat Al-Jatsiyah. Pendapat ini dikatakan oleh Qadhi Iyadh.

Kelima : Surat Ash-Shaffat.

Keenam : Surat Ash-Shaff.

Ketujuh : Surat Tabarak (Al-Mulk). Ketiga surat di atas (Ash- Shaffat, Ash-
Shaff dan Al-Mulk) dikisahkan oleh Ibnu Abi Ash-Shaif Al-Yamani dalam
kitabnya An-Nukat 'ala At-Tanbih

Kedelapan :

Kesembilan : Surat Ar-Rahman. Dikisahkan oleh Ibnu As-Sayyid dalam


analisanya terhadap Al-Muwaththa

Kesepuluh : Surat Al-Insan.

Kesebelas ; Surat Sabbihis (al-a'la), pendapat ini dikisahkan oleh Ibnu Al-
firkaah dalam ta'liqnya (keterkaitan) atas A-Marzuqi Kedua belas Surat
Adh-Dhuha. Pendapat ini dikatakan oleh Al- Khattabi dan dia mengatakan
alasannya bahwa karena setiap pembaca selalu memisahkan setiap ayat dari
surat ini dengan takbir. Sedangkan ungkapan Ar-Raghib dalam
mufradatnya: Al-Mufashshal dalam Al-Qur'an adalah surat-surat tujuh yang
terakhir dari Al-Qur'an6

6
Imam Jalaluddin As suyuthi, Al-itqan fi ulumuil qur’an jilid 1 (Surabaya; PT Bina Ilmu, 2006)
h.320

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Materi penyusunan ayat dan surat dalam al-Quran adalah sebuah
aspek penting dalam pemahaman dan studi al-Quran. Dalam al-Quran, ayat-
ayat disusun dengan sangat cermat dan berdasarkan struktur bahasa Arab
yang indah. Kesimpulan dari materi ini adalah bahwa penyusunan ayat dan
surat dalam al-Quran menunjukkan keajaiban bahasa Arab, ketepatan
struktur, dan pesan-pesan mendalam yang terkandung dalam setiap ayat dan
surat. Studi ini membantu umat Islam untuk lebih mendalam dalam
memahami teks suci al-Quran dan mendapatkan wawasan spiritual
yang lebih dalam.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang di
gunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan makalah ini kami terima dengan senang hati.

10
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ulumul Qur`an, (Cet. V; Surabaya; CV. Karya

Abditama;1997) h. 1

M.Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu al-Qur`an; Media-media Pokok dalam Menafsirkan al-Qur'an,

(Jakarta; PT. Bulan Bintang: 1972), h. 40-41

Ajahari. (2018). Ulumul Qur'an (Ilmu-Ilmu Alqur'an). Yogyakarta: Aswaja Pressindo

https://id.quora.com/Surah-di-Al-Quran-tidak-turun-dengan-susunan-yang-ada-di-kitab-Al-
Quran-bagaimana-cara-penyusunan-tersebut

Dr. fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi (Yogyakarta; 1996), ulumul qur’an, h.144.

Imam Jalaluddin As suyuthi, Al-itqan fi ulumuil qur’an jilid 1 (Surabaya; PT Bina Ilmu, 2006) h.320

11

Anda mungkin juga menyukai