Anda di halaman 1dari 13

MUNASABAH AL-QUR’AN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Studi Al-Qur’an”

Disusun oleh:

Haydar Jamalul I.H (401190260)

Sevia Ratna Dilla (401220219)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap segala puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan inayah serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Munasabah Al-Qur’an”

Sholawat serta salam tetap terlimpah curahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang rela mengikuti ajarannya.
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih atas
segala bimbingan, nasehat serta petunjuk kepada semua pihak, khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Studi Al-Qur’an Bapak Wahyu Hanafi Putra, M.Pd.I. Semoga jerih
payah serta ketulusan beliau mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Aamiin.

Menyadari keterbatasan pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan penyusun dalam


penyusunan makalah ini maka, penyusun yakin bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Namun, penyusun tetap berharap dengan adanya makalah ini semoga dapat memberi
kemanfaatan. Khususnya terdapat penyusun dan kepada pembaca umumnya. Penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini.

Ponorogo, 2 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pengertian Munasabah Al-Qur’an............................................................2


B. Macam-Macam Munasabah Al-Qur’an...................................................2
C. Metode Mencari Munasabah Al-Qur’an..................................................5
D. Peranan Munasabah Dalam Tafsir...........................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................8
B. Saran.............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini al-qur’an banyak di abaikan, terutama oleh kaum pemuda.
Mereka semua tidak terlalu meminati untuk mendalami isi dan mengajarkannya
karena mereka sibuk dengan dunianya masing-masing. Padahal kaum pemuda saat
inilah yang akan menggantikan dan meneruskan estafet keilmuan di zaman yang akan
mendatang.
Al-Qur’an sangatlah berperan aktif dalam setiap aktivitas di masyarakat.
Secara tidak sadar al-qur’an telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat muslim, namun sayang kajian mengenai ulumul al-qur’an semakin hari
semakin ditinggalkan.
Al-Qur’an sebagai petunjuk umat Islam memegang peran penting terhadap
perkembangan teologi Islam. Karena al-qur’an merupakan sumber dan terpercaya dari
seluruh disiplin, baik ilmu pengetahuan agama maupun ulumul. Maka, kajian
terhadap al-qur’an seharusnya menjadi semakin menarik.
Salah satu dalam kajian ini adalah “munasabah”. Diharapkan bahwa para
mahasiswa akan leih mengenal dan memahami arti munasabah dalam al-qur’an.
Sehingga dapat menganalisis keterkaitan antara ayat maupun surat dalam al-qur’an,
sehingga bisa mempermudah dalam mempelajari al-qur’an dan mengkaji lebih dalam
isi yang terkandung di dalam al-qur’an secara ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Munasabah Al-Qur’an?
2. Apa Macam-Macam Munasabah Al-Qur’an?
3. Bagaimana Metode Dalam Mencari Munasabah Al-Qur’an?
4. Apa Peranan Munasabah Dalam Tafsir?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Munasabah Al-Qur’an
2. Mengetahui macam-macam dari Munasabah Al-Qur’an
3. Mengetahui Metode Dalam Mencari Munasabah Al-Qur’an
4. Mengetahui Peran Munasabah Dalam Tafsir

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Munasabah Al-Qur’an


Munāsabah secara etimologis berarti hubungan persesuain, sedangkan dalam
bahasa Arab arti munasabah dapat dijelaskan berarti muqarabat; saling berdekatan
atau saling menyerupai, juga dapat hubungan kekerabatan, aspek hubungan atau
keterkaitan antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat. Antara satu ayat
dengan ayat lain dalam serangkaian ayat-ayat Al-quran, antara satu surah dengan
surah lainnya, ‘Ibnul ‘Arabi mengatakan munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Al-
Quran antara yang satu dengan lainnya sehingga seperti satu kata yang runtut dan
teratur maknanya.1
Sedangkan pengertian Munāsabah menurut istilah bisa dipahami dari pendapat
al-Syaikh Wali al-Din al-Malawi sebagaimana yang dikutip oleh Nawir Yuslem, yang
mengatakan bahwa I’jaz al-Qur’an adalah uslub-nya yang tinggi dan susunannya
yang indah. Yang pertama kali perlu dicari dalam ayat-ayat Alquran adalah ayat yang
menyempurnakan ayat sebelumnya atau ayat yang berdiri sendiri (mustaqillat), yang
mempunyai hubungan dengan ayat sebelumnya. Demikian juga pada surat-surat Al
qur’an dicari hubungan suatu surat dengan surat sebelumnya.2
Menurut beberapa ahli tafsir seperti Az-Zarkasyi, Manna’ Al Qaththan, Al
Biqa’I berpendapat sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar, mereka menyebutkan
defenisi Munasabah secara terminologi adalah sebagai berikut:
1. Menurut Az-Zarkasyi 3
Munasabah adalah suatu hal yang dapat difahami. Tatkala dihadapkan
kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.
2. Menurut Manna’ Al Qaththan:4

1
Imam Jalaluddin As Suyuti, Samudra Ulumul Qur’an (Al-Itqan fi ulumil qur’an), alih bahasa : Farikh Marzuki
Ammar, Imam Fauzi Jai’z jilid I ,(Surabaya:PT,Bina Ilmu, 2003) h. 528
2
Nawir Yuslem, Ulumul Qur’an (Bandung:Citapustaka Media Perintis, 2010), h. 36.
3
Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Bandung:Pustaka Setia, 2010), h.82
4
Ibid, h.83

2
Munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan didalam satu
ayat atau antar ayat pada beberapa ayat,atau antar surat (didalam Alquran).
3. Menurut Al Biqa’i 5
Mununasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan
dibalik susunan atau urutan bagian-bagian Alquran, baik ayat dengan ayat, atau
surat dengan surat.

Dari beberapa defenisi diatas dapat dijelaskan bahwa Munāsabah adalah


keterkaitan atau hubungan antara surah-surah, ayat-ayat dalam Alquran, baik awal
dengan akhir surah, hubungan tersebut menjelaskan makna antar ayat atau antar
surah baik korelasi secara umum atau khusus, rasional, persepsi atau imajinatif atau
korelasi berupa sebab akibat, illat dan ma’lul perbandingan dan perlawanan, nama
surah dengan isi surah melalui hasil ijtihad.

B. Macam-Macam Munasabah Al-Qur’an


1. Dari segi sifatnya, munasabah al-qur’an dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
Pertama, zhahirul irtibath artinya munasabah al-qur’an terjadi karena bagian
dari al-qur’an yang satu dengan yang lainnya nampak jelas dan kuat. Terkadang
dalam beberapa ayat al-qur’an menerangkan tentang deretan materi sedangkan
ayat yang satu berupa penguat, penafsir, penyambung, penjelas, pengecualian,
atau pembatas antara ayat yang satu dengan ayat yang lain. Sehingga semua ayat
didalam al-qur’an menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. Dalam
hal ini dapat diambil contoh seperti hubungan antara ayat 1 dan 2 dari surat al-
Isra’ yang menjelaskan tentang di Isra’ kannya Nabi Muhammad saw dan diikuti
keterangan tentang turunnya Taurat kepada Nabi Musa as. Dalam kedua ayat
tersebut nampak jelas bahwa keduanya telah memberikan keterangan tentang
diutusnya Nabi dan Rasul.6
Kedua, khafiyul irtibath artinya munasabah al-qur’an terjadi karena bagian-
bagian al-qur’an tidak ada kesesuaian sehingga tidak terlihat adanya hubungan
antara keduanya bahkan terlihat masing-masing ayat berdiri sendiri, baik karena
ayat yang disambungkan dengan ayat yang lainnya maupun karena yang satu
bertentangan dengan yang lain. Sebagai contoh terdapat dalam surat al-Ghasyiyah
ayat 17-20:

5
Ibid, h.83
6
Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), hal. 164.

3
َ‫﴾ َوِإلَى ال َّس َما ِء َك ْيف‬١٧  ﴿ ‫ت‬ ْ َ‫أَفَاَل يَ ْنظُرُونَ ِإلَى اِإْل بِ ِل َك ْيفَ ُخلِق‬

ِ ْ‫﴾ َوِإلَى اَأْلر‬١٩  ﴿ ‫ت‬


َ‫ض َك ْيف‬ ِ ُ‫﴾ َوِإلَى ْال ِجبَا ِل َك ْيفَ ن‬١٨  ﴿ ‫ت‬
ْ َ‫صب‬ ْ ‫ُرفِ َع‬
٢٠  ﴿ ‫ت‬ ْ ‫﴾ ُس ِط َح‬
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia
diciptakan? (17) Dan kepada langit, bagaimana ia ditinggikan? (18) Dan kepada
gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (19) Dan kepada bumi bagaimana ia
dihamparkan? (20).
Jika diperhatikan, ayat-ayat tersebut sepertinya tidak berkaitan satu dengan
yang lain, padahal hakekatnya saling berkaitan erat. Penyebutan dan penggunaan
kata seperti unta, gunung, langit, dan bumi pada ayat tersebut berkaitan erat
dengan kebiasaan kehidupan yang dilakukan mereka di kalangan lawan bicara
yang tinggal di padang pasir yang mana hidupnya bergantung pada ternak (unta),
tetapi keadaan tersebut tidak akan berjalan kecuali dengan adanya air yang
diturunkan dari langit untuk menumbuhkan rumput dimana rumput itu digunakan
mereka untuk mengembala, dan mereka memerlukan gunung serta bukit untuk
berlindung/berteduh, serta mencari rumput dengan berpindah-pindah diatas
hamparan bumi yang luas.7
2. Dari segi materinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Pertama, munasabah antar ayat al-qur’an disini berarti hubugan/kesesuain
antara satu ayat dengan ayat lainnya. Kedua, munasabah antar surat. Dalam hal
ini, munasabah al-qur’an antara surat-surat didalam al-qur’an mempunyai rahasia
tersendiri dalam susunan surat-suratnya. Sehingga susunan didalam al-qur’an
disusun dengan berbagai aspek yang logis dan filosofis.8
Adapun cakupan hubungan antara surat tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Hubungan antara nama-nama surat, seperti surat al-Mu’minun dilanjut
dengan surat an-Nur kemudian diteruskan dengan surat al-Furqon. Dalam
hubungan nama surat tersebut yaitu orang-orang mu’min berada dibawah
cahaya (nur) yang menerangi mereka, sehingga mereka bisa membedakan
yang haq dan yang bathil.9

7
Muhammad Chirzin, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 53.
8
Supiana dan M. Karman, Op-Cit, hal. 166.
9
Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 188.

4
b. Hubungan antara permulaan surat dan penutup surat sebelumnya, seperti
permulaan surat al-Hadid dan penutup surat al-Waqi’ah memiliki relevansi
yang jelas, yaitu keserasian serta hubungan dengan tasbih.
c. Hubungan antara awalan surat dan akhiran surat dalam al-qur’an. Misalnya
seperti, dalam surat al-Qashash diawali dengan kisah nabi Musa dan
Fir’aun serta kroni-kroninya, sedangkan akhiran surat tersebut
menggambarkan pernyataan Allah supaya umat Islam tidak menjadi
penolong bagi orang-orang yang kafir, sebab Allah lebih mengetahui
tentang hidayah.
d. Hubungan antara dua surat dalam hal materi dan isinya. Seperti antara
surat al-Fatihah dan surat al-Baqarah. Yang mana didalam surat al-Fatihah
berisikan tema yang global mengenai aqidah,muamalah,kisah,janji,dan
ancaman. Sedangkan didalam surat al-Baqarah menjadikan penjelasan
yang lebih rinci lagi dari surat al-Fatihah.

C. Metode Mencari Munasabah


Para ulama menjelaskan bahwa pengetahuan tentang munasabah bersifat ijtihadi.
Artinya, pengetahuan tentangnya ditetapkan berdasarkan ijtihad karena tidak
ditemukan riwayat, baik dari Nabi maupun para sahabatnya. Oleh karena itu tidak ada
keharusan mencari munasabah pada setiap ayat. Alasannya Alquran diturunkan secara
berangsur-angsur mengikuti berbagai kejadian dan pristiwa yang ada. Oleh sebab itu,
terkadang mufassir menemukan keterkaitan suatu ayat dengan yang lainnya dan
terkadang tidak. Ketika tidak menemukan keterkaitan itu, ia tidak diperkenankan
memaksakan diri.10
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah langkah-langkah untuk mencari
Munasabah. Berikut ini adalah laingkah-langkah yang biasa ditempuh oleh ahli tafsir
mutaakhirin dan dipandang dapat memudahkan mencari munasabah, yaitu:
1. Memperhatikan tujuan yang dibahas dalam surat.
2. Memperhatikan uraian-uraian dari ayat-ayat sesuai dengan tujuan yang dibahas
dalam surat.
3. Menentukan tingkat uraian-uraian itu;apakah ada hubungannya atau tidak ada.

10
Ibid, h. 83

5
Ketika menarik kesimpulan dari uraian-uraian tersebut harus memperhatikan
ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebih-lebihan.11

D. Peranan Munasabah Dalam Tafsir


Mengetahui Munasabah dalam tafsir tidak kalah pentingnya dengan asbab al-
nuzul. Kalau asbab al-nuzul  membahas ayat dari segi sebab-sebab turunnya atau latar
belakang historisnya. Sedangkan munasabah membahas ayat-ayat dari sudut
hubungannya (Korelasi). Walaupun jumhur ulama berpandangan bahwa menjelaskan
dan mencari asbab al-nuzul adalah jalan yang kuat dalam memahami ayat-ayat
Alquran, tidak berarti bahwa peranan munasabah dalam tafsir tidak ada. Dalam
memahami ayat-ayat Alquran, pengetahuan tentang munasabah sangat membantu. Hal
ini disebabkan ayat-ayat Alquran tersusun berdasarkan petunjuk Allah sehingga
pengertian suatu ayat kurang dapat dipahami begitu saja tanpa memahami ayat-ayat
sebelumnya. Dengan demikian, munasabah Alquran mempunyai peranan dalam
memahami ayat-ayat Alquran.12
Ayat-ayat Alquran itu banyak bercerita tentang umat-umat terdahulu, baik
peristiwa yang berlaku pada mereka maupun kewajiban-kewajiban yang pernah
dibebankan atas mereka. Jika suatu ayat dipelajari, tanpa melihat keterkaitannya
dengan ayat-ayat lain, maka mungkin akan terjadi penetapan hukum yang sebenarnya
hukum itu dibebankan kepada umat sebelum nabi Muhammad SAW, yang tidak
diwajibkan kepada umat Muhammad SAW. Bahkan tanpa bantuan munasabah ini
seperti yang telah disinggung diatas mungkin terjadi kekeliruan dalam memahami
ayat seperti pemahaman kaum Bathiniyyah terhadap penggalan ayat:13

Dan membuangkan dari mereka beban-beban dan belenggu yang ada pada
mereka. (QS.Al-A’raf (7) : 15)

Kaum Bathiniyyah memahami ayat ini, “bahwa ada orang-orang tertentu yang
telah dibebaskan dari larangan dan kewajiban agama yang dianggap sebagai belenggu
bagi mereka; orang-orang yang telah sampai pada peringkat tersebut boleh berbuat

11
Yuslem, Quran, h.45
12
Ibid, h.46
13
Kadar M.Yusuf, Studi Alquran, (Jakarta:Amzah, 2009) h.110

6
apa saja yang mereka sukai”. Padahal ayat ini tidak dapat dilepaskan dari ayat
sebelumnya.14
Lebih jauh lagi, peranan munasabah dalam Tafsir adalah :
1. Dapat mengembangkan bagian anggapan orang bahwa tema-tema Alquran
kehilangan relevansi antara satu bagian dan bagian lainnya. Contohnya terhadap
firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 189:

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah:”Bulan


sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji;Dan
bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan
itu ialah kebajikan orang yang bertaqwa dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
pintunya; dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung” (QS.Al
Baqarah : 189).

Orang yang membaca ayat tersebut tentu akan bertanya-tanya. Apakah korelasi
antara pembicaraan bulan sabit dengan pembicaraan mendatangi rumah. Dalam
menjelaskan munasabah antara kedua pembicaraan itu.15

2. Mengetahui atau persambungan/ antara bagian Alquran, baik antara kalimat atau
antar ayat maupun antar surat, sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan
pengenalan terhadap kitab Alquran dan memperkuat keyakinan terhadap
kewahyuan dan kemukjizatannya, serta dapat membantu dalam menafsirkan ayat-
ayat Alquran setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat
atau ayat yang lain.16

14
Ibid, h.112
15
Anwar, Alquran, h.96-97
16
Ibid, h.97

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara Etimologi bahwa Munasabah adalah keserupaan atau kedekatan,
sedangkan secara Terminologi Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba
mengetahui alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian Alquran, baik
ayat dengan ayat, atau surat dengan surat. Dapat disimpulkan bahwa Munasabah
adalah keterkaitan atau hubungan antara surah-surah, ayat-ayat dalam Alquran, baik
awal dengan akhir surah, hubungan tersebut menjelaskan makna antar ayat atau antar
surah baik korelasi secara umum atau khusus, rasional, persepsi atau imajinatif atau
korelasi berupa sebab akibat, illat dan ma’lul perbandingan dan perlawanan, nama
surah dengan isi surah melalui hasil ijtihad.
Dilihat dari macam-macam munasabah, sekurang-kurangnya ada dua macam
munasabah Alqur’an, yaitu:
1. Munasabah antara surat yang satu dengan surat sebelumnya
2. Munasabah antara nama surat dengan tujuan turunnya
3. Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu ayat
4. Munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam satu surat
5. Munasabah antara kalimat penutup ayat (fasilah) dengan kandungan ayatnya
6. Munasabah antara awal uraian dengan akhir uraian suatu surat, dan
7. Munasabah antara penutup satu surat dengan awal surat berikutnya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam mencari munasabah Alquran adalah dengan
Memperhatikan tujuan yang dibahas dalam surat, Memperhatikan uraian-uraian dari
ayat-ayat sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat, Menentukan tingkat uraian-
uraian itu apakah ada hubungannya atau tidak ada, dan Ketika menarik kesimpulan
dari uraian-uraian tersebut harus memperhatikan ungkapan bahasanya dengan benar
dan tidak berlebih-lebihan.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan

8
evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya
tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Imam Jalaluddin As Suyuti, Samudra Ulumul Qur’an (Al-Itqan fi ulumil qur’an), alih
bahasa : Farikh Marzuki Ammar, Imam Fauzi Jai’z jilid I ,(Surabaya:PT,Bina Ilmu, 2003) h.
528
Nawir Yuslem, Ulumul Qur’an (Bandung:Citapustaka Media Perintis, 2010), h. 36.
Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Bandung:Pustaka Setia, 2010), h.82
Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), hal. 164.
Muhammad Chirzin, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 53.
Supiana dan M. Karman, Op-Cit, hal. 166.
Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 188.
Yuslem, Quran, h.45
Kadar M.Yusuf, Studi Alquran, (Jakarta:Amzah, 2009) h.110
Anwar, Alquran, h.96-97

10

Anda mungkin juga menyukai