Anda di halaman 1dari 17

MUNASABAH AL QUR’AN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


Study Al-Qur’an

Dengan Dosen Pengampu:


Dr. H. Kholilur Rahman M.Pd.I

Disusun oleh :
Moh. Irfan Hidayatulloh
(2022390101727)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY
GENTENG - BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan sedikit dari
ilmu-Nya Yang Maha Luas sehingga upaya penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen
mata kuliah Study Al Qur‟an yang telah memberikan tugas kepada kami, sehingga kami dapat
mempelajari lebih dalam tentang Munasabah Al Qur‟an.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Tentunya kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua.

Banyuwangi, 09 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL………………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................................1


A. Latar Belakang Masalah................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pengertian Munasabah ..................................................................................................................3
B. Macam-macam Munasabah........................................................................................................4
C. Metode Mencari Munasabah.......................................................................................................9
D. Peranan Munasabah dalam Tafsir ............................................................................................9
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al qur‟an adalah kitab suci ummat Islam dan telah disepakati bahwa kitab ini
merupakan rujukan dalam menjawab persoalan hukum dan akhlak di tengah kehidupan ummat
Islam, diatur cara berhubungan dengan masyarakat sesama muslim dan masyarakat non muslim,
pengaturan tersebut jelas dan transparan, peraturan – peraturan yang terdapat di dalamnya pada
intinya menjadikan manusia yang baik, ihsan, hidup di dunia bahagia dan hidup di akhirat juga
bahagia.

Sebagai seorang Muslim kita memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai imani
Alquran. Dalam pada itu, tidak mudah begitu saja memisahkan diri dengan nilai tersebut.
Mempelajari Alquran bagi seorang muslim tidak hanya semata-mata mencari kebenaran ilmiah,
namun lebih dari itu yakni mencari isi kandungan dari rahasia Alquran. Jika ayat-ayat Alquran itu
diperhatikan sepintas lalu terkesan seperti tidak ada korelasi satu dengan yang lain, baik dengan
yang sebelum maupun dengan yang sesudahnya, karena ayat-ayat tersebut tampak seolah-olah
terputus atau terpisah. Tetapi bila diamati secara seksama akan nampak jelas adanya munasabah
(korelasi) yang erat antara yang satu dengan lainnya. (Usman, 2009 : 164)

Namun pada itu, kita tidak bisa pungkiri bahwa teori munasabah ini merupakan ranah
ijtihad bersifat ijtihadi. Hingga kita akan menemukan beberapa bagian yang saling berkaitan
sama lainya. Seperti yang di ungkapkan Rahmat Syafii, bahwa teori munasabah ijtihadi ini
memiliki gejala gejala yang terdapat dalam munasabah itu sendiri seperti : hubungan logis yang
dapat diterima dan hubungan logis bagi masing-masing ahli. Beliau menambahkan, yang pada
akhirnya timbul dua aliran antara yang mengatakan semua surat memiliki hubungan dan tidak
semua surat memiliki hubungan. (Syafii, 2006 : 36)

B. Rumusan Masalah
Didalam makalah yang singkat ini, kami mengambil beberapa rumusan masalah yang
berkaitan dengan munasabah Al Qur‟an yaitu:

1
a. Apa Pengertian Munasabah?
b. Apa Saja Macam-macam Munasabah?
c. Apa Saja Metode Mencari Munasabah?
d. Apa Peranan Munasabah dalam Tafsir?

C. Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui lebih mendalam tentang :
a. Pengertian Munasabah
b. Macam-macam Munasabah
c. Metode Mencari Munasabah
d. Peranan Munasabah dalam Tafsir

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Munasabah
Munāsabah secara etimologis berarti hubungan persesuain, sedangkan dalam bahasa
Arab arti munasabah dapat dijelaskan berarti muqarabat; saling berdekatan atau saling
menyerupai, juga dapat hubungan kekerabatan, aspek hubungan atau keterkaitan antara satu
kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat. Antara satu ayat dengan ayat lain dalam
serangkaian ayat-ayat Al-quran, antara satu surah dengan surah lainnya.„Ibnul „Arabi
mengatakan munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Al-Quran antara yang satu dengan lainnya
sehingga seperti satu kata yang runtut dan teratur maknanya. (Ammar, Ja‟iz, 2003 : 528)

Sedangkan pengertian Munāsabah menurut istilah bisa dipahami dari pendapat al-
Syaikh Wali al-Din al-Malawi sebagaimana yang dikutip oleh Nawir Yuslem, yang mengatakan
bahwa I’jaz al-Qur’an adalah uslub-nya yang tinggi dan susunannya yang indah. Yang pertama
kali perlu dicari dalam ayat-ayat Alquran adalah ayat yang menyempurnakan ayat sebelumnya
atau ayat yang berdiri sendiri (mustaqillat), yang mempunyai hubungan dengan ayat
sebelumnya. Demikian juga pada surat-surat Al qur‟an dicari hubungan suatu surat dengan surat
sebelumnya. (Yuslem, 2010 : 36)

Menurut beberapa ahli tafsir seperti Az-Zarkasyi, Manna‟ Al Qaththan, Al Biqa‟I


berpendapat sebagaimana dikutip oleh Rosihon Anwar, mereka menyebutkan defenisi
Munasabah secara terminologi adalah sebagai berikut :

1. Menurut Az-Zarkasyi :
Munasabah adalah suatu hal yang dapat difahami. Tatkala dihadapkan kepada akal,
pasti akal itu akan menerimanya. (Anwar, 2010 : 82)
2. Menurut Manna’ Al Qaththan :
Munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan didalam satu ayat atau
antar ayat pada beberapa ayat,atau antar surat (didalam Alquran). (Anwar, 2010 : 83)

3
3. Menurut Al Biqa’i :
Mununasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan dibalik
susunan atau urutan bagian-bagian Alquran, baik ayat dengan ayat, atau surat dengan
surat. (Anwar, 2010 : 83)

Dari beberapa defenisi diatas dapat dijelaskan bahwa Munāsabah adalah keterkaitan
atau hubungan antara surah-surah, ayat-ayat dalam Alquran, baik awal dengan akhir surah,
hubungan tersebut menjelaskan makna antar ayat atau antar surah baik korelasi secara umum
atau khusus, rasional, persepsi atau imajinatif atau korelasi berupa sebab akibat, illat dan ma‟lul
perbandingan dan perlawanan, nama surah dengan isi surah melalui hasil ijtihad.

B. Macam-macam Munasabah

Menurut al-Suyuti sebagaimamana yang dikutip oleh Nawir Yuslem, sekurang-


kurangnya ada tujuh macam munasabah Alqur‟an, yaitu :
1. Munasabah antara surat yang satu dengan surat sebelumnya;
2. Munasabah antara nama surat dengan tujuan turunya;
3. Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu ayat;
4. Munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam satu surat;
5. Munasabah antara kalimat penutup ayat (fasilah) dengan kandungan ayatnya;
6. Munasabah antara awal uraian dengan akhir uraian suatu surat, dan
7. Munasabah antara penutup satu surat dengan awal surat berikutnya. (Yuslem, 2010 : 37)
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan diuraikan masing-masing munasabah tersebut :
1). Munasabah antara surat yang satu dengan surat sebelumnya
Surat-surat yang ada dalam Alquran mempunyai munasabah, sebab surat yang datang
kemudian menjelaskan beberapa hal yang disebutkan secara global pada surat sebelumnya.
Misalnya surat Al Baqarah memberikan perincian serta penjelasan terhadap surat Al Fatihah.
Sedangkan surat Ali Imran yang merupakan urutan surat berikutnya memberikan penjelasan
lebih lanjut terhadap kandungan surat Al Baqarah, yaitu ancaman Allah terhadap orang-orang
kafir karena pengaruh harta dunia. Ayat dari surat-surat tersebut berbunyi :

4
Artinya :
“Segala puji untuk Allah Tuhan semesta alam (QS. Al Fatihah;2)
“Ingatlah kepadaku, niscaya Aku ingat pula kepadamu”. (QS.Al Baqarah : 152)
“Sesungguhnya orang-orang kafir, harta benda, dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak
dapat menolak siksaan mereka yang disediakan Allah. Dan mereka adalah bahan bakar api
neraka (QS. Ali Imran : 10)

2). Munasabah antara nama surat dengan tujuan turunnya.


Al-Biqa‟i sebagaimana yang dikutip oleh Nawir Yuslem menjelaskan bahwa nama-nama
surat Alquran merupakan “inti pembahasan surat tersebut serta penjelasannya”, setiap surat
mempunyai tema pembicaraan yang sangat menonjol, dan tercermin dalam nama-nama
masing-masing surat, seperti surat Al Baqarah, surat Yusuf, surat al-Naml, dan surat al-Jin,
cerita lembu betina dalam surat al Baqarah umpamanya, merupakan pembicaraan surat
tersebut, yaitu kekuasaan Tuhan membangkitkan orang mati. Dengan kata lain, tujuan surat
ini adalah menyangkut kekuasaan Tuhan dan keimanan kepada hari kemudian.(Yuslem,
2010 : 38-39)
3). Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu ayat.
Munasabah antara kalimat dalam Alquran adakalanya memakai huruf athof, dan adakalanya
tidak memakai huruf athof. Yang memakai huruf athof biasanya mengambil bentuk
berlwanan (muthadhodat), misalnya penggunaan ‫ و‬dan ‫ا م‬dalam ayat : (Anwar, 2010 : 70)

5
Sedang munasabah yang tidak memakai huruf athof sandarannya adalah qorinah
ma’nawiyah. Aspek ini dapat mengambil bentuk :
1). At-Tanzir, yaitu membandingkan dua hal yang sebanding, menurut kebiasaan orang yang
berakal, misalnya :

Sebagaimana Tuhanmu menyuruh pergi dari rumahmu dengan kebenaran (berangkat


perang), padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak
menyukainya.

Sedangkan ayat sebelumnya (Q.S Al Anfal ; 4) berbunyi :

Itu adalah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Mereka itu akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian disisi Tuhannya dan mendapat keampunan serta rezeki yang
mulia.

2). Al Mudhodat, artinya berlawanan, misalnya :

Sesungguhnya orang-orang kafir itu sama saja, diberi peringatan atau tidak diberi
peringatan tetap mereka tidak beriman.

Sifat orang kafir ini berlwanan dengan sifat orang mukmin yang membawa
keberuntungan yang dijelaskan pada ayat sebelumnya :

6
Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kapadamu dan
kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat (4). Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung.

4). Munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam satu surat.
Munasabah antar ayat dalam satu surat dapat dilihat dalam surat Al Baqarah ayat 1 sampai
20. Dalam ayat-ayat tersebut Allah memulai penjelasannya tentang kebenaran dan fungsi
Alquran bagi orang-orang yang bertaqwa, dan kemudian dalam ayat berikutnya dibicarakan
tiga kelompok manusia dan sifat-sifat mereka yang berbeda, yaitu mukmin, kafir dan
munafik. (Anwar, 2010 : 42)

5). Munasabah antara kalimat penutup ayat (fasilah) dengan kandungan ayatnya.
Munasabah disini bertujuan untuk :
Tamkin (memperkukuh), Misalnya Surat Al Ahzab ayat 25 :

Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan Allahlah maha kuat lagi
maha perkasa.
Ighal (penjelasan tambahan untuk mempertajam makna) Misalnya Surat An-Naml ayat 80 :

Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang itun mendengar dan (tidak pula)
menjadikan orang-orang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling
membelakang. (Anwar, 2009 : 74)

7
6). Munasabah antara awal uraian dengan akhir uraian suatu surat
Munasabah ini dapat dijumpai, misalnya dalam Surat Al Qashah, permulaan Surat ini (ayat
1-32) menjelaskan perjuangan Nabi Musa, sementara di Akhir Surat (ayat 83-88)
memberikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad SAW yang menghadapi tekanan dari
kaumnya, dan akan mengembalikannya ke Makkah (di awal surat tidak menolong orang
yang berdosa. Dan diakhir Surat, Muhammad dilarang menolong orang-orang kafir).
Munasabah terletak pada kesamaan situasi yang dihadapi, dan sama-sama mendapat jaminan
dari Allah. (Anwar, 2009 : 75)

7). Munasabah antara penutup satu surat dengan awal surat berikutnya :
al-Suyuti sebagaimana dikutip Nawir Yuslem, mengemukakan suatu surat mempunyai
munasabah dengan akhir surat sebelumnya walaupun tidak mudah untuk mencarinya. Ia
memberi contoh pada permulaan Surat Al Hadid yang dimulai dengan kata tasbih : (Yuslem,
2010 : 44)

Semua yang berada dilangit dan yang berada dibumi bertasbih kepada Allah (menyatakan
kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Ayat tersebut bermunasabah dengan akhir surat sebelumnya, al-Waqi‟ah yang


memerintahkan bertasbih.

Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.


Kemudian, permulaan surat Al Baqarah (2) : (Anwar, 2010 : 95)

Artinya :
“Alif Lam Mim. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya;petunjuk bagi mereka
yang bertakwa” (QS.Al Baqarah:1-2).

8
Ayat ini bermunasabah denga akhir Surat Al Fatihah (1) : (Anwar, 2010 : 95)

Artinya :
“…..Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat “(QS.
Alfatihah : 7)

C. Metode Mencari Munasabah


Para ulama menjelaskan bahwa pengetahuan tentang munasabah bersifat ijtihadi.
Artinya, pengetahuan tentangnya ditetapkan berdasarkan ijtihad karena tidak ditemukan
riwayat, baik dari Nabi maupun para sahabatnya. Oleh karena itu tidak ada keharusan
mencari munasabah pada setiap ayat. Alasannya Alquran diturunkan secara berangsur-angsur
mengikuti berbagai kejadian dan pristiwa yang ada. Oleh sebab itu, terkadang mufassir
menemukan keterkaitan suatu ayat dengan yang lainnya dan terkadang tidak. Ketika tidak
menemukan keterkaitan itu, ia tidak diperkenankan memaksakan diri. (Anwar, 2010 : 83)

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah langkah-langkah untuk mencari Munasabah.
Berikut ini adalah laingkah-langkah yang biasa ditempuh oleh ahli tafsir mutaakhirin dan
dipandang dapat memudahkan mencari munasabah, yaitu :
1. Memperhatikan tujuan yang dibahas dalam surat.
2. Memperhatikan uraian-uraian dari ayat-ayat sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam
surat.
3. Menentukan tingkat uraian-uraian itu;apakah ada hubungannya atau tidak ada.
4. Ketika menarik kesimpulan dari uraian-uraian tersebut harus memperhatikan ungkapan
bahasanya dengan benar dan tidak berlebih-lebihan. (Yuslem, 2010 : 45)

D. Peranan Munasabah dalam Tafsir


Mengetahui Munasabah dalam tafsir tidak kalah pentingnya dengan asbab al-nuzul.
Kalau asbab al-nuzul membahas ayat dari segi sebab-sebab turunnya atau latar belakang

9
historisnya. Sedangkan munasabah membahas ayat-ayat dari sudut hubungannya (Korelasi).
Walaupun jumhur ulama berpandangan bahwa menjelaskan dan mencari asbab al-nuzul adalah
jalan yang kuat dalam memahami ayat-ayat Alquran, tidak berarti bahwa peranan munasabah
dalam tafsir tidak ada. Dalam memahami ayat-ayat Alquran, pengetahuan tentang munasabah
sangat membantu. Hal ini disebabkan ayat-ayat Alquran tersusun berdasarkan petunjuk Allah
sehingga pengertian suatu ayat kurang dapat dipahami begitu saja tanpa memahami ayat-ayat
sebelumnya. Dengan demikian, munasabah Alquran mempunyai peranan dalam memahami
ayat-ayat Alquran. (Yuslem, 2010 : 46)

Ayat-ayat Alquran itu banyak bercerita tentang umat-umat terdahulu, baik peristiwa
yang berlaku pada mereka maupun kewajiban-kewajiban yang pernah dibebankan atas mereka.
Jika suatu ayat dipelajari, tanpa melihat keterkaitannya dengan ayat-ayat lain, maka mungkin
akan terjadi penetapan hukum yang sebenarnya hukum itu dibebankan kepada umat sebelum
nabi Muhammad SAW, yang tidak diwajibkan kepada umat Muhammad SAW. Bahkan tanpa
bantuan munasabah ini seperti yang telah disinggung diatas mungkin terjadi kekeliruan dalam
memahami ayat seperti pemahaman kaum Bathiniyyah terhadap penggalan ayat : (Kadar, 2009 :
110)

Dan membuangkan dari mereka beban-beban dan belenggu yang ada pada mereka. (QS.Al-
A’raf (7) : 15)

Kaum Bathiniyyah memahami ayat ini, “ bahwa ada orang-orang tertentu yang telah
dibebaskan dari larangan dan kewajiban agama yang dianggap sebagai belenggu bagi mereka;
orang-orang yang telah sampai pada peringkat tersebut boleh berbuat apa saja yang mereka
sukai”. Padahal ayat ini tidak dapat dilepaskan dari ayat sebelumnya. (Kadar, 2009 : 112)

Lebih jauh lagi, peranan munasabah dalam Tafsir adalah :

10
1. Dapat mengembangkan bagian anggapan orang bahwa tema-tema Alquran kehilangan
relevansi antara satu bagian dan bagian lainnya. Contohnya terhadap firman Allah dalam
Surat Al Baqarah ayat 189 :

Artinya :
Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah:”Bulan sabit itu adalah
tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji;Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertaqwa
dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya; dan bertaqwalah kepada Allah agar
kamu beruntung” (QS.Al Baqarah : 189).
Orang yang membaca ayat tersebut tentu akan bertanya-tanya: Apakah korelasi antara
pembicaraan bulan sabit dengan pembicaraan mendatangi rumah. Dalam menjelaskan
munasabah antara kedua pembicaraan itu. (Anwar, 2010 : 96-97)

2. Mengetahui atau persambungan antara bagian Alquran, baik antara kalimat atau antar ayat
maupun antar surat, sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap
kitab Alquran dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya, serta
dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran setelah diketahui hubungan suatu
kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lain. (Anwar, 2010 : 97)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Munāsabah adalah keterkaitan atau hubungan antara surah-surah, ayat-ayat dalam
Alquran, baik awal dengan akhir surah, hubungan tersebut menjelaskan makna antar
ayat atau antar surah baik korelasi secara umum atau khusus, rasional, persepsi atau
imajinatif atau korelasi berupa sebab akibat, illat dan ma‟lul perbandingan dan
perlawanan, nama surah dengan isi surah melalui hasil ijtihad.
2. Ada tujuh macam munasabah Alqur‟an, yaitu :
1) Munasabah antara surat yang satu dengan surat sebelumnya;
2) Munasabah antara nama surat dengan tujuan turunya;
3) Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu ayat;
4) Munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam satu surat;
5) Munasabah antara kalimat penutup ayat (fasilah) dengan kandungan ayatnya;
6) Munasabah antara awal uraian dengan akhir uraian suatu surat, dan Munasabah
antara penutup satu surat dengan awal surat berikutnya.
3. Para ulama menjelaskan bahwa pengetahuan tentang munasabah bersifat ijtihadi.
Artinya, pengetahuan tentangnya ditetapkan berdasarkan ijtihad karena tidak ditemukan
riwayat, baik dari Nabi maupun para sahabatnya. Oleh karena itu tidak ada keharusan
mencari munasabah pada setiap ayat. Alasannya Alquran diturunkan secara berangsur-
angsur mengikuti berbagai kejadian dan pristiwa yang ada. Oleh sebab itu, terkadang
mufassir menemukan keterkaitan suatu ayat dengan yang lainnya dan terkadang tidak.
Ketika tidak menemukan keterkaitan itu, ia tidak diperkenankan memaksakan diri.
4. Peranan munasabah dalam tafsir sangat penting, yaitu:
1) Dapat mengembangkan bagian anggapan orang bahwa tema-tema Alquran
kehilangan relevansi antara satu bagian dan bagian lainnya.
2) Mengetahui atau persambungan antara bagian Alquran, baik antara kalimat atau
antar ayat maupun antar surat, sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan
pengenalan terhadap kitab Alquran dan memperkuat keyakinan terhadap

12
kewahyuan dan kemukjizatannya, serta dapat membantu dalam menafsirkan ayat-
ayat Alquran setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat
atau ayat yang lain.
B. Saran
Hendaknya Makalah ini bisa digunakan sebagai salah satu sumber pembelajaran dan
bisa bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penyusun dan pembaca.

13
DAFTAR RUJUKAN

Usman,Ulumul Qur’an.Yogyakarta : Teras, 2009.

Syafii, Rahmat, Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung : Pustaka Setia, 2006.

As Suyuti , Imam Jalaluddin,Samudra Ulumul Qur’an (Al-Itqan fi ulumil qur’an). alih bahasa :

Farikh Marzuki Ammar, Imam Fauzi Jai‟z jilid I. Surabaya:PT.Bina Ilmu, 2003.

Yuslem, Nawir, Ulumul Qur’an. Bandung:Citapustaka Media Perintis, 2010.

Anwar, Rosihon, Ulum Alquran. Bandung:Pustaka Setia, 2010.

Anwar, Abu, Ulumul Quran Sebuah Pengantar. Jakarta : Pustaka Amzah, 2009.

M.Yusuf , Kadar, Studi Alquran. Jakarta:Pustaka Amzah, 2009.

14

Anda mungkin juga menyukai