Anda di halaman 1dari 16

“MUNASABAH AL-QUR’AN”

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

STUDI AL-QUR’AN

Dosen pengampu :
Dr. H. Darmawan, SHI., MHI.

Oleh :
1. Nur Laili Azizah (G73218062)
2. Nurrusofia Hanum (G73218063)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2019
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan
nikmat dan berkat-Nya sehingga makalah ini bisa terselesaikan untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Studi Qur’an.
Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
karena telah memberikan petunjuk untuk membedakan mana yang baik dan
yang buruk. Menuntun umat manusia menuju jalan yang diridhoi-Nya, yaitu
agama Islam.
Penulis mengucapkan terima kasih atas terselesaikannya makalah ini
yang tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, yang secara tulus
memberikan bantuan berupa sumbangan ide maupun materi pembahasan serta
bantuan lainnya yang tidak dapat dijelaskan satu persatu.
Makalah ini disusun dengan harapan agar pembaca dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang Munasabah Al-Qur’an.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
dalam penyelesaiannya masih banyak ditemukan kekurangan serta kesalahan.
Penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 22 Maret 2019

(Penulis)

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2
BAB II ...................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
A. PENGERTIAN MUNASABAH ................................................................................. 3
B. LATAR BELAKANG MUNCUKNYA ILMU MUNASABAH .............................. 7
C. URGENSI DAN KEGUNAAN MUNASABAH AL-QUR’AN................................ 8
D. DASAR MUNASABAH DALAM AL-QUR’AN .................................................... 10
BAB III ................................................................................................................................... 12
PENUTUP .............................................................................................................................. 12
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-qur’an adalah kitab suci umat islam yang diturunkan oleh Allah
SWT dengan jalan mutawattir kepada nabi Muhammad SAW sebagai
mu’jizat kerasulannya, yang berisi wahyu Allah untuk memberi
petunjuk kepada manusia kearah yang terang dan jalan yang lurus agar
manusia beriman kepada Allah SWT sebagai pencipta alam semesta
sehingga mustahil untuk meyakini Tuhan selain Allah SWT,

Setelah wahyu Allah turun ke bumi maka kewajiban manusia tidak


lain hanyalah ingat terhadap Allah bahwa penciptaan mereka tidaklah
sia-sia, tetapi telah diskenarioi langsung oleh sang maha pencipta yaitu
Allah SWT yang mengatur segala urusan dilangit dan dibumi,
mewajibkan taat terhadap segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-nya dengan turut terhadap apa yang diperintahkan oleh nabi
Muhammad SAW.

Memang benar ketika masa nabi Muhammad SAW semua


ketidaktahuan sahabat terhadap ayat Al-Qur’an bisa langsung
ditanyakan pada nabi Muhammad SAW tentang maksudnya, tetapi
untuk massa setelah wafatnya nabi Muhammad SAW tidak ada lagi
penjelasan dari nabi rasululloh SAW, hanya tinggal hadist, khabar, atsar
yang diyakinin asli dari nabi yang dapat dijadikan rujukan. Seperti
penjelasan atau penafsiran ayat Al-Qur’an. Dengan hadist yang
menerangkan Asbabun Nuzul mengenai turunnya ayat tersebut ,akan
tetapi permasalahan selanjutnya timbul, bagaimana dengan ayat yang
tidak ada asbabun nuzulnya? Sebagian ulama memasukan sebuah ilmu

1
yang termasuk dalam kategori Ulumul Qur’an yaitu Munasabah
Alqur’an.

Lahirnya pengetahuan tentang teori munasabah ini tampaknya


berawal dari kenyataan bahwa sistematika Al-Qur’an sebagaimana
terdapat dalam Mushaf Usmani sekarang, sekarang tidak berdasarkan
atas fakta kronologis turunnya.1 Sehubungan dengan ini , ulama salaf
berbeda pendapat tentang urutan surat didalam alqur’an. Segolongan
dari mereka berpendapat bahwa hal itu didasarkan pada tauqifi dari nabi
Muhammad SAW. Golongan lain berpendapat bahwa hal itu didasarkan
atas ijtihad para sahabat setelah bersepakat dan memastikan bahwa
susunan ayat-ayat adalah tauqifi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan macam-macam munasabah Al-Qur’an ?
2. Apa latar belakang munculnya ilmu munasabah Al-Qur’an ?
3. Apa urgensi dan kegunaan mempelajari munasabah Al-Qur’an ?
4. Apa dasar munasabah dalam Al-Qur’an ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam munasabah Al-
Qur’an
2. Untuk mengetahui latar belakang munculnya ilmu munasabah Al-
Qur’an
3. Untuk mengetahui urgensi dan kegunaan mempelajari munasabah
Al-Qur’an
4. Untuk mengetahui dasar munasabah dalam Al-Qur’an

1
Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, (PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung: 2011), hlm 121

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MUNASABAH

Kata “Munasabah” secara etimologis berarti “Musyakalah”


(keserupaan) dan “Muqarabah” (kedekatan). Adapun menurut pengertian
terminologis, beberapa Ulama’ mendefinisikan sebagai berikut.

Menurut Al-Zarkasyi, Munasabah adalah mengaitkan bagian-bagian


permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafadz umum dan lafadz khusus,
atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, ‘illat dan ma’lul,
kemiripan ayat, pertentangan (ta’arudh) dan sebagiannya. Lebih lanjut dia
mengatakan bahwa kegunaan ilmu ini adalah “menjadikan bagian-bagian
kalam saling berkait sehingga penyusunannya menjadi seperti bangunan yang
kokoh yang bagian-bagiannya tersusun harmonis”.

Dengan redaksi yang agak berbeda, al-Qathathan berkata, munasabah


adalah menghubungkan antara jumlah dengan jumlah dalam suatu ayat, atau
antara ayat dengan ayat pada sekumpulan ayat, atau antar surah dengan surah.
Menurut Ibnu Al-‘Arabi, munasabah adalah keterikatan ayat-ayat Al-Qur’an
sehingga seolah-seolah merupakan satu ungkapan yang mempunyai satu
kesatuan makna dan keteraturan redaksi.

Sebagai kesimpulannya, munasabah adalah pengetahuan tentang


berbagai hubungan unsur-unsur dalam al-qur’an, seperti hubungan antara
jumlah dengan jumlah pada suatu ayat. Ayat dengan ayat pada suatu surah,
surah dengan surah pada sekumpulan surah, surah dengan surah, termasuk
hubungan antara nama surah dengan isi atau tujuan surah, antara fawatih al-
suwar dengan isi surah, fashilah (pemisah) dengan isi ayat, dan fawatih al-
suwar dengan khawatim al-suwar.2

2
Acep Hermawan, M.Ag., ‘Ulumul Qur’an, (PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung: 2011) hal. 122

3
Tentang adanya hubungan tersebut, maka dapat diperhatikan lebih
jelas bahwa ayat-ayat yang terputus-putus tanpa adanya kata penghubung
(pengikat) mempunyai munasabahatau persesuaian antara yang satu dengan
yang lain.3

Jika ditinjau dari segi materinya dalam Al Qur’an munasabah dibagi


menjadi tujuh macam, yaitu :

1. Munasabah antara surat dengan surat sebelumya.4 Satu surah berfungsi


menjelaskan surat sebelumya. Seperti pada Al Fatihah ayat 6 :

َ‫ط ْال ُم ْست َ ِقي َْم‬


ََ ‫الص َرا‬
ِ ‫اِ ْه ِدنَا‬

Artinya : "Tunjukilah kami jalan yang lurus," (QS. Al-Fatihah 1: Ayat 6)

Dijelaskan Q.S Al Baqarah ayat 2 :

ََ‫ْبَ فِ ْي َِه ُهدًى ِل ْل ُمت َّ ِقيْن‬ َُ ‫ٰذ ِلكََ ْال ِك ٰت‬


ََ ‫ب‬
َ ‫ل َري‬

Artinya : "Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk


bagi mereka yang bertakwa," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 2)

Dalam dua ayat yang berbeda surah tersebut. Dijelaskan bahwa untuk
mendapat jalan yang lurus adalah dengan mengikuti Al Qur’an.

2. Munasabah nama surah dengan isi atau tujuan surah. Contoh surat an nisa
yang artinya perempuan. Surat an nisa juga banyak menjelaskan tentang
persoalan wanita. Seperti Q.S An Nisa ayat 3 :

ِ ْ‫َو إ ِ ْن ِخ فْ ت ُ ْم أ َ اَّل ت ُق‬


َ ‫س ط ُ وا ف ِ ي ا لْ ي َ ت َا َم ٰى ف َ ا نْ ِك ُح وا َم ا ط َ ا‬
‫ب ل َ ك ُ ْم ِم َن الن ِ سَ ا ِء‬

3
Ahmad Syadali, ‘Ulumul Qur’an, ( PUSTAKA SETIA, Bandung: 1999) hal. 168
4
M. Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Ulum Al Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus. 1999), 75

4
ْ‫اح دَ ة ً أ َ ْو َم ا َم ل َ كَت‬
ِ ‫ث َو ُر ب َ ا عَ ۖ ف َ إ ِ ْن ِخ فْ ت ُ ْم أ َ اَّل ت َع ْ ِد ل ُ وا ف َ َو‬ َ ‫َم ث ْ ن َ ٰى َو ث ُ ََل‬
‫أ َيْ َم ا ن ُ ك ُ ْم ۚ ذٰ َ ل ِ َك أ َ ْد ن َ ٰى أ َ اَّل ت َع ُ و ل ُ وا‬

Artinya : "Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka
nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat.
Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka
(nikahilah) seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki.
Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim." (QS. An-
Nisa' 4: Ayat 3)

3. Hubungan antara fawatihus suwar dengan isi surah. Misalnya jumlah


huruf alif, lam, mim pada surah surah yang diawali dengan alif lam mim
semuanya dapat dibagi 19.5

4. Hubungan antar kalimat satu dengan kalimat lain dalam satu surah.
Contohnya Q.S Al Fatihah ayat 2 :

ََ‫ب ْالعٰ لَ ِميْن‬ َٰ ِ ُ‫ا َ ْل َح ْم َد‬


َِ ‫لِلِ َر‬

Artinya : "Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam."

(QS. Al-Fatihah 1: Ayat 2)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa “segala puji bagi Allah” dan
dikalimat selanjutnya dijelaskan bahwa kenapa segala puji bagi Allah
karena Allah adalah tuhan seluruh alam.

5. Hubungan antara ayat peratama dengan ayat terakhir suatu surah.


Contohnya Qs Al Mu’minun Ayat 1 :

ََ‫ح ْال ُمؤْ ِمنُ ْون‬


ََ َ‫قَ َْد ا َ ْفل‬

5
M. Quraish Shihab, Kemukjizatan Al Qur’an., 15

5
Artinya : "Sungguh beruntung orang-orang yang beriman," (QS. Al-
Mu'minun 23: Ayat 1)

Kemudian dibagian akhir Q.S Al Mu’minun ayat 117 ditemukan kalimat :

ََ‫ح ْال ٰـك ِف ُر ْون‬


َُ ‫ل يُ ْف ِل‬
َ َ َ‫اِنَّه‬

Artinya : Sungguh orang-orang kafir itu tidak akan beruntung."


(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 117)

Kedua ayat tersebut memiliki korelasi bahwa orang yang beruntung adalah
orang yang mukmin, sedangkan orang yang tidak beruntung adalah orang
yang kafir.

6. Hubungan antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam satu surah. Kata
“muttaqin” dalam Q.S. Al Baqarah ayat 2 :

ََ‫ْبَ فِ ْي َِه ُهدًى ِل ْل ُمت َّ ِقيْن‬ َُ ‫ٰذ ِلكََ ْال ِك ٰت‬


ََ ‫ب‬
َ ‫ل َري‬

Artinya : "Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk


bagi mereka yang bertakwa," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 2)

Yang kemudian dijelaskan apa itu kata “muttaqin” pada ayat berikutnya.
Q.S Al Baqarah ayat 3 :

‫ص ََل ة َ َو ِم ام ا َر َز قْ ن َ ا ه ُ ْم ي ُ نْ فِ ق ُ و َن‬
‫ا ل ا ِذ ي َن ي ُ ْؤ ِم ن ُ و َن ب ِ ا لْ غ َ يْ بِ َو ي ُ قِ ي ُم و َن ال ا‬

Artinya : "(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan


sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada
mereka," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 3)

7. Hubungan antara penutup surah dengan awal surah berikutnya. Q.S Al


Waqi’ah ayat 96:

6
َ‫سبِحَْ بِاس َِْم َربِكََ ْالعَ ِظي ِْم‬
َ َ‫ف‬

Artinya : "Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang


Maha Besar." (QS. Al-Waqi'ah 56: Ayat 96)

Kemudian selanjutnya surah Al Hadid ayat 1 :

ِ ‫اْل َ ْر‬
ُ‫ض ۖ َو ه ُ َو ا لْ ع َ ِز ي ُز ا لْ َح ِك ي م‬ ْ ‫ت َو‬
ِ ‫ّلِل ِ َم ا ف ِ ي ال س ا َم ا َو ا‬
‫ح ِا‬َ ‫سَ ب ا‬

Artinya : "Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (QS. Al-Hadid 57: Ayat 1)

Munasabah al qur’an diketahui berdasarkan ijtihad, bukan berdasarkan


petunjuk nabi saw (tawqifi). Setiap orang bias saja menghubungkan
berbagai hal di dalam kitab Al Qur’an.

B. LATAR BELAKANG MUNCUKNYA ILMU MUNASABAH


Sejumlah pengamat Barat memandang Al-Qu’ran sebagai suatu kitab
yang sulit dipahami dan diapresiasi. Bahaya, gaya, dan aransemen kitab ini
pada umumnya menimbulkan masalah khusus bagi mereka. Sekalipun bahasa
arab yang digunakan dapat dipahami, terdapat bagian-bagian di dalamnya
yang sulit dipahami6
Ilmu munasabah merupakan kajian yang cukup penting dalam ruang
lingkup ulumul Qur’an, karena itu banyak ulama’ tafsir terdahulu yang
mencurahkan segala perhatiannya pada kajian ini.
Lahirnya pengetahuan tentang teori korelasi (munasabah) ini berawal
dari kenyataan bahwa sistematika Al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam
Mushaf ‘Utsmani sekarang tidak berdasarkan fakta kronologis turunyya Al-
Qur’an.7 Itulah sebab terjadinya perbedaan pendapat di kalangan ulama’ salaf
tentang urutan surat di dalam Al-Qur’an. Segolongan dari mereka berpendapat

6
Acep Hermawan,‘Ulumul Qur’an, (PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung: 2011), hlm 121
7
TIM Penyusun MKD, Studi Al-Qur’an, (UINSA Press: 2011), hlm. 282-283

7
bahwa hal itu didasarkan pada tauqify dari Nabi Saw. Golongan kedua
berpendapat bahwa hal itu didasarkan atas ijtihad para sahabat setelah
bersepakat dan memastikan bahwa susunan ayat-ayat adalah tauqify.
Golongan ketiga berpendapat serupa dengan golongan pertama, kecuali pada
surah Al-Anfal dan At-Taubah yang dipandang bersifat ijtihadi
C. URGENSI DAN KEGUNAAN MUNASABAH AL-QUR’AN

Pengetahuan mengenai korelasi atau munasabah antara ayat-ayat


bukanlah tauqifi (sesuatu yang di tetapkan oleh rasullallah, melainkan hasil
ijtihad mufassir, buah penghayatan terhadap kemujizatan Al-Qur’an, rahasia
retorika dan keterangannya mandiri. Apabila korelasi itu halus maknannya,
keharmonisan konteksnya, sesuai asas-asas kebahasaan dalah bahasa arab,
korelasi itu dapat diterima. Ini bukan berarti bahwa para mufassir harus
mencari kesesuaian bagi setiat ayat, karena Al-Qur’an turun secara bertahap,
sesuai dengan peritiwa-peristiwa yang terjadi. Seseorang mufassir terkadang
dapat membuktikan munasabah antara ayat-ayat dan terkadang tidak. Oleh
sebab itu, ia tidak perlu memaksakan diri untuk menemukan kesesuaian itu.
Jika demikian maka kesesuaian itu hanyalah sesuatu yang dibuat-buat dan hal
ini tidak disukai. 8

Jumhur ulama’ telah sepakat bahwa urutan ayat dalam satu surah
merupakan urutan-urutan tauqifiy, yaitu urutan yang sudah di tentukan oleh
Rasulallah sebagai penerima wahyu. Akan tetapi, mereka berselisih pendapat
tentang urutan-urutan surah dalam mushaf, apakah itu tauqifiy atau ijtihad.9

Secara global, ada dua arti penting munasabah sebagai salah satu
metode untuk memahami Al-Qur’an. Pertama, dari sisi balaghah, korelasi
antara ayat dengan ayat menjadi leutuhan yang indah dalam tata bahasa Ak-

8
Ibid.hlm.296-297
9
Acep Hermawan, M.Ag., ‘Ulumul Qur’an, (PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung: 2011) hal. 123

8
Qur’an dan bila di penggal maka keserasian, kehalusan dan keindahan ayat
akan hilang.

Kedua ilmu ini memudahkan orang memahami makna ayat atau surah,
sebab penafsiran Al-Qur’an dengan ragamnya (bi al-ma’thur dan bi ar-ra’yi)
jelas membutuhkan pemahaman korelasi (munasabah) antara satu ayat dengan
ayat lainnya. Akan fatal akibatnya bila penafsiran ayat di penggal-penggal
sehingga menghilangkan keutuhan makna.

Ilmu munasabah dipahami sebagai pembahasan tentang rangkaian


ayat-ayat beserat korelasinnya, dengan cara turunnya yang berangsur-angsur
dan bertema-tema serta penekanannya yang berbeda-beda. Ketika menjadi
sebuah kitab, ayat-ayat yang terpisah secara waktu dan bahasan itu dirangkai
dalam sebuah susunan yang baku.

Secara singkat manfaat munasabah dalam memahami ayat Al-Qur’an


ada dua yakni: memahami keutuhan, keindahan dan kehalusan bahasa, serta
membantu kita dalam memahami keutuhan makna Al-Qur’an itu sendiri.
Untuk menemukan korelasi antar ayat, sangat di perlukan kejernihan rohani
dan rasio agar kita terhindar dari kesalahan dalam penafsiran.10

Secara umum, ada empat hal yang menunjukkan kegunaan dan pentingnya
kajian munasabah dalam al-Qur’an :

1. Mengetahui korelasi antara ayat dengan ayat atau surah dengan surah, untuk
membuktikan bahwa al-Qur’an merupakan satu kesatuan yang utuh, tersusun
secara sistematis dan berkesinambungan, walaupun diturunkan secara
terpisah-pisah dalam rentang waktu sekitar 23 tahun. Hal ini akan
memperkuat keyakinan, bahwa al-Qur’an merupakan mukjizat dari Allah.

10
Dr. H.Achmad Zuhdi Dh, M.FiI.I.(Koord), Studi Al-Qur’an, (UIN SUNAN AMPEL PRESS, Surabaya:
2018) hal. 296-299

9
2. Munasabah memperlihatkan keserasian susunan redaksi ayat-ayat maupun
kalimat-kalimat Al-Qur’an, sehingga keindahannya dapat dirasakan sebagai
hal yang sangat luar biasa bagi orang yang memiliki dhauq ‘araby.
3. Mengetahui persambungan atau hubungan antara bagian Al-Qur’an, baik
antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surah-surahnya yang satu
dengan yang lain, sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan
terhadap kitab Al-Qur’an dan memperkuat keyakinan terhdap kewahyuan dan
kemukjizatannya.
4. Ilmu munasabah akan sangat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur’an, setelah di ketahui hubungan sesuatu kalimat atau sesuatu ayat dengan
kalimat atau ayat yang lain, terutama terhadap ayat-ayat yang tidak memiliki
sabab an-nuzul, sehingga sangat mempermudah pengistimbatan hukum-
hukum atau isi kandungannya.11

D. DASAR MUNASABAH DALAM AL-QUR’AN

Ash-Shatibiy menjelaskan bahwa satu surat, walaupun dapat


mengandung banyak masalah, namun masalah-masalah tersebut berkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Sehingga seseorang jangan hanya
mengarahkan pandangan pada awal surah, tetapi hendaknya memperhatikan
pula akhir surah, atau sebaliknya. Karena bila tidak demikian akan terabaikan
maksud ayat-ayat yang diturunkan itu.12 Sebab mengetahui adanya hubungan
antara ayat-ayat dan surat-surat itu dapat pula membantu kita memahami
dengan tepat ayat-ayat dan surat-surat yang bersankutan.13

Ilmu munasabah dapat berperan mengganti ilmu asbab an-nuzul,


apabila kita tidak dapat mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tetapi kita bisa

11
Dr. H.Achmad Zuhdi Dh, M.FiI.I.(Koord), Studi Al-Qur’an, (UIN SUNAN AMPEL PRESS,
Surabaya: 2018) hal. 301-302
12
Ibid, hlm. 293
13
Ahmad Syazali dan Ahmad Rofi’I, ‘Ulumul Qur’an I, (Bandung: Pustaka Setia, 1977), hlm. 169

10
mengetahui adanya relevansi ayat itu dengan ayat lainnya sehingga
dikalangan ulama timbul masalah mana yang didahulukan antara mengetahui
sebab turunnya ayat dengan mengetahui hubungan antara ayat itu dengan ayat
lain. Seorang ulama bernama Burhanuddin Al-Biqa’i menyusun kitab yang
sangat berharga dalam ilmu ini, yang diberi nama :

Dikalangan ulama ada yang berpendapat bahwa setiap ayat atau surat
selalu ada relevansinya dengan ayat atau surat lain, ada pula yang berpendapat
bahwa hubungan itu tidak selalu ada. Hanya memang sebagian besar ayat-ayat
dan surah-surah ada hubungannya satu sama lain. Ada pula yang berpendapat,
bahwa mudah mencari hubungan antara suatu ayat dengan ayat yang lainnya,
tetapi sukar sekali mencari hubungan antara suatu surat dengan surat yang
lain.

11
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata “Munasabah” secara etimologis berarti “Musyakalah”
(keserupaan) dan “Muqarabah” (kedekatan). Menurut Al-Zarkasyi,
Munasabah adalah mengaitkan bagian-bagian permulaan ayat dan akhirnya,
mengaitkan lafadz umum dan lafadz khusus, atau hubungan antar ayat yang
terkait dengan sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, kemiripan ayat, pertentangan
(ta’arudh) dan sebagiannya.
Adapun macam-macam munasabah yaitu Munasabah antara surat
dengan surat sebelumya, Munasabah nama surah dengan isi atau tujuan surah,
Hubungan antara fawatihus suwar dengan isi surah, Hubungan antar kalimat
satu dengan kalimat lain dalam satu surah, Hubungan antara ayat peratama
dengan ayat terakhir suatu surah, Hubungan antara satu ayat dengan ayat yang
lain dalam satu surah, Hubungan antara penutup surah dengan awal surah
berikutnya, Hubungan antara penutup surah dengan awal surah berikutnya.
Lahirnya pengetahuan tentang teori korelasi (munasabah) ini berawal
dari kenyataan bahwa sistematika Al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam
Mushaf ‘Utsmani sekarang tidak berdasarkan fakta kronologis turunyya Al-
Qur’an.
Secara singkat manfaat munasabah dalam memahami ayat Al-Qur’an
ada dua yakni: memahami keutuhan, keindahan dan kehalusan bahasa, serta
membantu kita dalam memahami keutuhan makna Al-Qur’an itu sendiri.
Ash-Shatibiy menjelaskan bahwa satu surat, walaupun dapat
mengandung banyak masalah, namun masalah-masalah tersebut berkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Sehingga seseorang jangan hanya
mengarahkan pandangan pada awal surah, tetapi hendaknya memperhatikan
pula akhir surah, atau sebaliknya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, Bandung: PT Remaja Rosdakarya: 2011

Ahmad Syadali, ‘Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1999

M. Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Ulum Al Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdausi, 1999

M. Quraish Shihab, Kemukjizatan Al Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdausi, 1999

TIM Penyusun MKD, Studi Al-Qur’an, UINSA Press: 2011

Ahmad Syazali dan Ahmad Rofi’I, ‘Ulumul Qur’an I, Bandung: Pustaka Setia, 1977

13

Anda mungkin juga menyukai