Anda di halaman 1dari 13

ILMU MUNASABAH

DOSEN PENGAMPU :
DRA. TASNIM IDRIS, M.AG.

OLEH ;

MUSTIKA ( 200802025 )
SITI ZAHARA ( 200802053 )

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR - RANIRY
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan berkat rahmat
dan hidayahNya, makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kita curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu dosen Dra. Tasnim Idris, M.Ag yang
telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami, dan tidak luput juga kami ucapkan
terima kasih banyak kepada teman-teman semuanya.
Kami memohon maaf kepada Ibu dosen Dra. Tasnim Idris, M.Ag dan kepada teman
teman semuanya apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam proses pembuatan
makalah ini, baik dari segi bahasanya maupun isinya, kami menerima kritik dan saran dari
kalian agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

Banda Aceh, 21 Maret 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................iii
B. Rumusan Masalah........................................................................................iii
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................iii

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Munasabah.............................................................................1
B. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Munasabah...................................................2
C. Macam-macam Munasabah..............................................................................2
D. Pandangan Ulama mengenai Munasabah.........................................................4
E. Manfaat mempelajari Ilmu Munasabah................................................................6

BAB III PENUTUP


Kesimpulan............................................................................................................7
Saran......................................................................................................................8

DAFTAR PUSAKA..........................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sebagai umat Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an haruslah mengerti tentang isi
kandungan di dalam Al-Qur’an. Karena dengan mempelajari isi kandungannya kita akan
memahami dan mengetahui hukum-hukum dan juga syari’at Islam. Diantara kitab kitab suci
yang lain, al-Qur’an merupakan kitab yang paling sempurna dan yang menyempurnakan kitab-
kitab sebelumnya. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat
Jibril secara berangsur-angsur. Ia diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam dan petunjuk
bagi manusia. Al-Qur’an adalah sumber segala kebenaran dan sumber inspirasi bagi siapapun.
Kitab Al-Qur’an berisi berbagai macam petunjuk dan peraturan yang disyariatkan karena
beberapa sebab dan hikmah yang bermacam-macam. Ayat-ayatnya diturunkan sesuai dengan
situasi dan kondisi yang membutuhkan. Susunan ayat-ayat dan sura-tsuratnya ditertibkan
sesuai dengan yang terdapat di lauh mahfudh, sehingga tampak adanya persesuaian antara ayat
yang satu dengan ayat yang lain dan antar surat satu dengan surat yang lain. Dalam mempelajari
Al-Qur’an ada sebuah ilmu yang namanya Ilmu Munasabah.Ilmu Munasabah adalah ilmu yang
mempelajari tentang keserasian makna, kesesuaian/korelasi antara ayat yang satu dengan ayat
yang lain di dalam Al-Qur’an, sehingga dapat menjadikan hikmah tersendiri bagi orang yang
mempelajarinya. Karena itu Ilmu Munasabah sangatlah penting untuk memperdalam
pengetahuan kita tentang isi kandungan Al-Qur’an.

B. Rumusan masalah

a. Apa pengertian ilmu Al-Munasabah


b. Siapa yang pertama kali menemukan ilmu munasabah dan kapan ditemukannya ?
c. Berapa macam ilmu munasabah dalam Al-Quran?
d. Bagaimana pendapat Ulama sekitar tentang ilmu munasabah ?
e. Apa saja manfaat mempelajari ilmu munasabah?

C. Tujuan pembahasan

a. Untuk mengetahui pengertian ilmu Munasabah.


b. Untuk mengetahui sejarah perkembangan munasabah
c. Untuk mengetahui pendapat Ulama mengenai ilmu munasabah.
d. Untuk mengetahui macam-macam ilmu munasabah.
e. Untuk mengetahui fungsi dan faedah dari ilmu mun

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU AL-MUNASABAH

Munasabah berasal dari kata ‫ ﻣﻨﺎﺳﺒﺔ ﻳﻨﺎﺳﺐ ﻧﺎﺳﺐ‬yang berarti dekat, serupa, mirip, dan
rapat. ‫ ﺍﻟﻤﻨﺎﺳﺒﺔ‬sama artinya dengan ‫ﺑﺔ‬
‫ ﺍﻟﻤﻘﺎﺭ‬yakni mendekatkannya dan menyesuaikannya.; ‫ ﺍﻟﻨﺴﻴﺐ‬art
inya ‫( ﺍﻟﻘﺮﻳﺐ ﺍﻟﻤﺘﺼﻞ‬dekat dan berkaitan). An-Nasib juga berarti Ar-Rabith, yakni ikatan, pertalian,
hubungan.

Quraish Shihab As-Suyuthi menyatakan bahwa munasabah adalah ada-nya keserupaan


dan kedekatan diantara berbagai ayat, surah, dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan.
Hubungan tersebut dapat berbentuk keterkaitan makna antara ayat dan macam-macam hubungan,
atau kemestian dalam fikiran (nalar).

Makna tersebut dapat dipahami, bahwa apabila suatu ayat atau surah sulit ditangkap
maknanya secara utuh, maka menurut metode munasabah ini mungkin dapat dicari penjelasannya
di ayat atau di surah lain yang mempunyai kesamaan atau kemiripan.

Secara terminologis, munasabah adalah kemiripan-kemiripan yang terdapat pada hal-hal


tertentu dalam Al-Quran baik surat maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan uraian satu dengan
yang lainya. Sedangkan

Menurut bahasa, munasabah berarti hubungan atau relevansi, yaitu hubungan persesuaian
antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang sebelum atau sesudahnya.
Ilmu munasabah berarti ilmu yang menerangkan hubungan antara ayat atau surat yang satu dengan
ayat atau surat yang lainnya.

Menurut istilah, ilmu munasabah / ilmu tanasubil ayati was suwari ini ialah ilmu untuk
mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-bagian Al-Qur’an yang mulia.

Ilmu ini menjelaskan segi-segi hubungan antara beberapa ayat / beberapa surat Al-Qur’an.
Apakah hubungan itu berupa ikatan antara ‘am (umum) dan khusus / antara abstrak dan konkret /
antara sebab-akibat atau antara illat dan ma’lulnya, ataukah antara rasional dan irasional, atau
bahkan antara dua hal yang kontradiksi. Jadi pengertian munasabah itu tidak hanya sesuai dalam
arti yang sejajar dan paralel saja. Melainkan yang kontradiksipun termasuk munasabah, seperti
sehabis menerangkan orang mukmin lalu orang kafir dan sebagainya.

1
Karena itu, ilmu munasabah itu merupakan ilmu yang penting, karena ilmu itu bisa
mengungkapkan rahasia kebalaghahan Al-Qur’an dalam menjangkau sinar petunjuknya.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN MUNASABAH

Menurut Asy Syarahbani Orang pertama yang menulis ilmu munasabah adalah Abu Bakar an-
Nausaburi (w. 324 H) pada masa keemas an islam (abad I-IV H) yaitu Ketika terjadi lonjakan besar
dalam perkembangan ilmu keislaman. sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abu Hasan ;

‫ﺑﻮﺑﮑﺮ ﺍﻟﻨﻴﺴﺒﻮﺭﻯ‬
‫ﺍﻭﻝ ﻣﻦ ﺍﻁﻬﺮﺑﺒﻐﺪﺍﺩ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﻤﻨﺎﺳﺒﺔ ﻫﻮ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺍ‬
“Orang pertama yang memunculkan ilmu munasabah di Baghdad adalah Syaih Abu Bakar
anNaisabur dan aku tidak melihat dari selainnya.”

Kemudian setelah anaisabur disusul Abu Bakar ibn Ziyad Yang mengarang kitab Al-
Burhan fi munasabati suwaril Qur’an.Kemudian disusul oleh al-Biqio yang menulis kitab
Nidzmudurar fi tanasubi ayat wasuwar, dan al-Suyuti yang menulis kitab asror al Tanzil
Watanasubit durar fi tana subi ayat wassuwar, serta M. Shodiq al Ghiman yang mengarang
Jauharul Bayan fie Tanasubisuwaril Qur’an.

Selain itu ada juga para ulama lain ; az-Zamakhsyari, ar-Razi, al-Baidhawi, Abu Hayyan, al-
Alusi, Rasyid Ridha, Sayyid Qutb, Dr. Muhammad Abdullah Darraz dan lain-lain turut menyentuh
tentang ilmu ini dan mempraktikkannya dalam penulisan kitab-kitab tafsir mereka.

Kitab yang khusus membicarakan munasabah ialah al-Burhan fi Munasah tartib al-Qur’an
karya ahmad Ibn Ibrahim al-Andalusi (wafat 807 H) Menurut pengarang Hasbi, penulis
membahas dengan baik masalah munasabah ialah Burhanudin al-Biqa’i dalam kitabnya Nazhmud
Durar fi Tanasubil Ayati Wa Suwar.

C. MACAM-MACAM MUNASABAH

Dalam al-quran terdapat 7 macam munasabah antara lain ;

1. Munasabah Antara Surat dengan Surat

munasabah antar surat dengan surat berfungsi menerangkan atau menyempurnakan


ungkapan pada surat sebelumya. Sebagai contoh Qur’an surat Al-Baqarah : 2
... ‫ﺫﺍﻟﻚ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﻻ ﺭﻳﺐ ﻓﻴﻪ ﻫﺪﻯ ﻟﻠﻤﺘﻘﻴﻦ‬
Artinya : “Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”
(Q. S al-Baqarah / 2 : 2)

2
2. Munasabah Antara Nama Surat dengan Kandungan

Kaitan antara nama surat dengan isi ini dapat di identifikasikan sebagai berikut :

a) isi serta kedudukan surat. Contohnya: surat al-Fatihah disebut dengan umm al-Kitab karena
urgensinya disebut dengan al-Fatihah karena kedudukannya.
b) Perumpamaan (peristiwa atau kisah yang menonjol) Contohnya : al-' Ankabut, al-fatihah,
al-Lahab dll.
c) Cerminan isi pokok, Contohnya al-ikhlas karena mengandung ide poko keimanan serta
kepasrahan, al-Mulk mengandung ide pokok hakikat kekuasan.
d) diambil dari tema spesifik untuk arahan bagi ayat-ayat lain yang ada diberbagai surat.
Contohnya al-Hajj (tema haji), al-Nisa’ ( tatanan kehidupan rumah tangga).
e) diambil dari huruf-huruf tertentu yang terletak di permukaan surat, Contohnya : Thaha,
Yasin, Shad, dan Qaf.

3. Munasabah Antara Satu Kalimat dengan Kalimat Lainnya dalam Satu Ayat

Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam satu ayat dapat dilihat
dari dua segi ;
 adanya hubungan langsung antar kalimat secara konkrit jika hilang/terputus salah satu
kalimat akan merusak isi ayat. Identifikasi munasabah ini memperlihatkan ciri ta’kid /
tasydid (penguat / penegasan) dan tafsir / i’tiradh (interfretasi /penjelasan dan ciri-
cirinya). Contoh ta’kid : "‫"ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﺗﻔﻌﻠﻮﺍ‬, diikuti "‫( "ﻭﻟﻦ ﺗﻔﻌﻠﻮﺍ‬Q.S al-Baqarah / 2:24). Contoh
tafsir : ‫ﺎﺭ ْﻛﻨَﺎ َﺣ ْﻮ َﻟﻪُ ِﻟﻨُ ِﺮ َﻳﻪُ ﻣِ ْﻦ ﺁ َﻳﺎ ِﺗﻨَﺂ‬ َ ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻥَ ٱ ﱠﻟﺬِﻯ ﺃَﺳ َْﺮ ٰﻯﺑِ َﻌ ْﺒ ِﺪ ِﻩ َﻟ ْﻴﻼً ِ ّﻣﻦَ ْٱﻟ َﻤﺴ ِْﺠ ِﺪ ْٱﻟ َﺤ َﺮ ِﺍﻡ ﺇِ َﻟ ٰﻰ ْٱﻟ َﻤﺴ ِْﺠ ِﺪ ٱﻷ َ ْﻗ‬
َ َ‫ﺼﺎ ٱ ﱠﻟﺬِﻱﺑ‬ ُ
 kalimat berdiri sendiri, ada hubungan tetapi tidak langsung secara konkrit, ada
penghubung huruf ‘athaf’ dan tidak ada. Dalam konteks ini, munasabahnya terletak
pada:
a. susunan kalimat berbentuk rangkaian pertanyaan, perintah atau larangan.
Ex: )25 ‫ﻭﻹﻥ ﺳﺄﻟﺘﻬﻢ ﻣﻦ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﺴﻤﺎﻭﺍﺕ ﻭﺍﻷﺭﺽ___ﻟﻴﻘﻮﻟﻮﻥ ﷲ___ﻗﻞ ﺍﻟﺤﻤﺪ — (ﻟﻘﻤﻦ‬

b. Munasabah berbentuk istishrad (penjelasan lebih lanjut).


Ex:
(189 ‫ﻳﺴﺄﻟﻮﻧﻚ ﻋﻦ ﺍﻷﻫﻠﻪ___ﻗﻞ ﻫﻲ___ )ﺍﻟﺒﻘﺮﻩ‬
c. Munasabah berbentuk nazhir / matsil (hubungan sebanding) atau mudhaddah /
ta’kis (hubungan kontradiksi).
Ex:

(177 ‫ﻟﻴﺲ ﺍﻟﺒﺮ ﺍﻥ ﺗﻮﻟﻮﺍ ﻭﺟﻮﻫﻜﻢ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻤﺸﺮﻙ ﻭﺍﻟﻤﻐﺮﺏ___ﻭﻟﻜﻦ ﺍﻟﺒﺮ___)ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬

3
4. Munasabah Antara Ayat dengan Ayat dalam Satu Surat

munasabah ini didaftarkan pada pandangan datar dalam satu surat dan sejumlah ayat,
namun pada hakikatnya semua ayat tersusun dengan tertib dengan ikatan yang padu sehingga
membentuk fikiran serta jalinan informasi yang sistematis. contohnya, Q. S al-Baqarah : 1 – 20
(informasi tentang keimanan, kekufuran, serta kemunafikan).

5. Munasabah Antara Penutup Ayat dengan Isi Ayat Itu Sendiri


Munasabah pada bagian ini, Imam al-Sayuthi menyebut empat bentuk yaitu al-Tamkin
(mengukuhkan isi ayat), al-Tashdir (memberikan sandaran isi ayat pada sumbernya), al-Tawsyih
(mempertajam relevansi makna) dan al-Ighal (tambahan penjelasan). contohnya :
‫ ﻓﺘﺒﺎﺭﻙ ﷲ ﺍﺣﺴﻦ ﺍﻟﺨﺎﻟﻘﻴﻦ‬mengukuhkan ‫ ﺛﻢ ﺧﻠﻘﻨﺎ ﺍﻟﻨﻄﻔﺔ ﻋﻠﻘﺔ‬bahkan mengukuhkan hubungan dengan dua
ayat sebelumnya (al-mukminun: 12-14).

6. Munasabah Antara awal surat dan akhir surat


Salah satu rahasia keajaiban al-Qur’an adalah adanya keserasian serta hubungan yang erat
antara awal surat dan akhir surat. contohnya, dikemukakan oleh al-Zamakhsyari dan al-Kimani
bahwa Q. S al-Mu’minun di awali dengan (respek Tuhan kepada orang-orang mukmin) dan di
akhiri dengan (sama sekali Allah tidak menaruh respek terhadap orang-orang kafir). Dalam Q. S
al-Qasash, al-Sayuthi melihat adanya munasabah antara pembicaraan tentang perjuangan Nabi
Musa menghadapi Fir’aun pada awal surat dengan Nabi Muhammad SAW yang menghadapi
tekanan kaumnya pada situasi yang dihadapi oleh Musa AS dan Muhammad SAW, serta jaminan
Allah bahwa akan memperoleh kemenangan.

7. Munasabah Antara Penutup Surat dengan Awal Surat Berikutnya.

Munasabah pada bagian ini, imam al-sayuthi menyebutkan kedalam 4 bentuk yang pertama
 Al-Tamkin (mengukuhkan isi ayat)
 Al-Tashdir (sandaran isi ayat pada sumbernya)
 Al-Tausyih (mempertajam hubungan makna) dan
 Al-Iqhal (tambahan penjelasan)

D. PANDANGAN ULAMA’ MENGENAI MUNASABAH

Dalam menyikapi munasabah, para ulama membagi kedalam 2 golongan :


1. Golongan yang tertarik dengan munasabah,
Golongan pertama diwakili oleh Abu Bakar al-Nisabury, Fakhrudin al-Razi, Fakhrudin al-
Razi seorang ulama yang sangat peduli terhadap munasabah, baik munasabah antar ayat atau
antar surat. Golongan ini beralasan karena ayat-ayat al-Qur’an di dalam surat-suratnya tidak
dijadikan berbab-bab dan berpasal-pasal dan nampaknya memang tidak teratur, bahkan kadang
didapati satu ayat yang berisi perintah dengan satu ayat lain yang berisi larangan, yang di

4
antaranya sudah diselingi ayat lain yang berisi qisshah, maka tidak mungkin ayat-ayat itu
berhubungan dengan ayat lainnya.
2. Golongan yang tidak tertarik dan menganggap munasabah tidak perlu di kaji
Golongan ini beralasan karena letak tiap-tiap ayat dan surat al-Qur’an sejak diturunkan
sudah diatur dan ditertibkan oleh Allah SWT dan Nabi SAW, yang hanya diperintahkan kepada
para penulis waktu dan tempat tiap-tiap ayat dan surat diturunkan.

Al-Qhurtubi meriwayatkan pernyataan Ibn Ath-Thibb bahwa tertib surat Al-Quran di


perselisihkan, Dalam hal ini ada tiga golongan:
a. Tertib surat berdasarkan ijtihad para sahabat. Pendapat ini diikuti oleh jumhur ulama seperti
Imam Malik, Al-Qhadi Abu Bakr At-Thibb. Beberapa alasan mereka adalah :
o Tidak ada petunjuk langsung dari Rasulullah tentang tertib surah dalam Al-Quran.
o Sahabat pernah mendengar Rasul membaca Al-Quran berbeda dengan susunan surah
sekarang, hal ini di buktikan dengan munculnya empat buah mushaf dari kalangan sahabat
yang berbeda susunannya antara yang satu dengan yang lainnya. Yaitu mushaf Ali, mushaf
‘Ubay, mushaf Ibn Mas’ud, mushaf Ibnu Abbas.
o Mushaf yang ada pada catatan sahabat berbeda-beda ini menunjukkan bahwa susunan surah
tidak ada petunjuk resmi dari Rasul.
o Alasan lain adalah riwayat Abu Muhammad Al-Quraysi bahwa Umar memerintahkan agar
mengurutkan surat At-Tiwal. Akan tetapi, riwayat ini diberi catatan kaki oleh As-Sayuthi
agar diteliti kembali.

b. Susunan surat berdasarkan petunjuk Rasulullah Saw (taukifi).


Di antara ulama yang yang berpendapat demikian adalah Al-Qadhi Abu Bakr Al-Anbari, Ibn
Hajar, Al-Zarkasyi dan As-Sayuthi. Alasan yang dikemukakan sebagai berikut :
o Ijma’ sahabat terhadap mushaf Utsman. Ijma’ ini tak akan mungkin terjadi kecuali kalau
tertib itu tauqifiy, seandainya bersifat ijtihadiy, niscaya pemilik mushaf lainnya akan
berpegang teguh pada mushafnya.
o Hadist tentang hijzb Al-Quran yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Dawud dari
Huzaifah As-Syaqafi.

c. Tertib surat sebagian taukifi dan sebagian ijtihadiy. Di antara yang berpendapat demikian
adalah Al-Baihaqi. Menurutnya: “seluruh surat susunannya berdasarkan tauqif Rasul kecuali surat
Baraah dan Al-Anfal.
Al-Qhadi Abu Muhammad Ibn Athiyah termasuk golongan ini, Dan alasan Lainnya:
Ternyata tidak semua nama-nama surah itu diberikan oleh Allah, tapi sebagiannya diberikan oleh
Nabi dan bahkan ada yang diberikan oleh para sahabat. Adapun yang diberikan oleh Allah adalah
misalnya surat Al-Baqarah, At-Taubah, Ali Imran dll. Nama surah yang diberikan oleh Nabi
adalah yang Nabi sendiri menyebutkan surah tersebut, seperti surah Thaha dan Yasin. Oleh para
sahabat seperti Al-Baro’ah, yaitu surat yang di awali dengan lafal basmalah.

5
E. MANFAAT MEMPELAJARI ILMU MUNASABAH

1. Mengembangkan anggapan orang yang menganggap bahwa tema dalam AlQur’an tidak
mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain.

2. Mengetahui hubungan bagian Al-Qur’an, baik antar kalimat, ayat, maupun surat. Sehingga
memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap Al-Qur’an dan memperkuat keyakinan atas
kewahyuan dan kemukjizatannya.

3. Mengetahui ketinggian (keindahan) bahasa dalam Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya


yang satu dengan yang lain, serta penyesuaian ayat atau surat satu dengan yang lain.

4. Membantu penafsiran ayat dalam Al-Qur’an setelah diketahui ayat atau kalimat dengan ayat
atau kalimat lain.

Ada tiga arti penting dari munasabah sebagai salah satu metode dalam memahami dan menafsirkan
Al-Qur'an.

1. Dalam sisi balaghah, hubungan antara ayat dengan ayat menjadikan ayat-ayat AlQur'an utuh
dan indah. Bila dipenggal maka keserasian, kehalusan, dan keindahan kalimat yang teruntai
didalam setiap ayat akan menjadi hilang.

2. Ilmu munasabah dapat memudahkan orang dalam memahami makna ayat atau surat. Tanpa
memahami kaitan antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya dalam satu ayat, atau kaitan
antara satu ayat dengan ayat berikutnya, bisa saja seorang yang membaca Al-Qur'an tidak dapat
menangkap keutuhan makna, bahkan dapat menimbulkan kesalahan dalam pemaknaan seperti
yang sudah dijelaskan dalam bagian sebelumnya.

3. Iilmu munsabah sangat membantu seorang mufassir dalam menafsirkan ayatayat Al-Qur'an,
sehingga dapat menjelaskan keutuhan makna ayat atau kelompok ayat. Juga dapat menjelaskan
keserasian antara kalimat dengan kalimat dan ayat dengan ayat, bahkan antara surat dengan surat.
Ilmu munâsabah akan sangat membantu terutama dalam istinbâth hukum.

6
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
munasabah adalah mencari kedekatan, hubungan, kaitan, antara satu ayat atau kelompok
ayat dengan ayat atau kelompok ayat yang berdekatan, baik dengan yang sebelumnya maupun
yang sesudahnya.
Menurut Asy Syarahbani Orang pertama yang menulis ilmu munasabah adalah Abu Bakar
an-Nausaburi (w. 324 H) pada masa keemasan islam (abad I-IV H) yaitu Ketika terjadi
lonjakan besar dalam perkembangan ilmu keislaman
Terdapat macam-macam munasabah diantaranya munasabah kalimat dengan kalimat
dalam satu ayat, munasabah satu ayat dengan ayat sesudahnya, munasabah kelompok ayat
dengan kelompok ayat sebelumnya, munasabah awal surat dengan akhir surat sebelumnya, dan
munasabah satu surat dengan surat lainnya.
Dalam menyikapi munasabah, para ulama membagi kedalam 2 golongan :
1. Golongan yang tertarik dengan munasabah,
Golongan pertama diwakili oleh Abu Bakar al-Nisabury, Fakhrudin al-Razi, Fakhrudin
al-Razi. golongan ini beralasan karena ayat-ayat al-Qur’an di dalam surat-suratnya
tidak dijadikan berbab-bab dan berpasal-pasal dan nampaknya memang tidak teratur,
bahkan kadang didapati satu ayat yang berisi perintah dengan satu ayat lain yang berisi
larangan, yang di antaranya sudah diselingi ayat lain yang berisi qisshah, maka tidak
mungkin ayat-ayat itu berhubungan dengan ayat lainnya..

2. Golongan yang tidak tertarik dan menganggap munasabah tidak perlu di kaji
Golongan ini beralasan karena letak tiap-tiap ayat dan surat al-Qur’an sejak diturunkan
sudah diatur dan ditertibkan oleh Allah SWT dan Nabi SAW, yang hanya diperintahkan
kepada para penulis waktu dan tempat tiap-tiap ayat dan surat diturunkan.

7
8
9

Anda mungkin juga menyukai