Anda di halaman 1dari 8

EKSISTENSI DAN KEHUJJAHAN AL-KITAB

SEBAGAI SUMBER ISTIMBATH HUKUM


A.PENGERTIAN AL-QURAN

Secara etimologi (Bahasa) Al-Quran berarti bacaan karena makna tersebut di ambil dari Bahasa arab
yang di baca quran yaitu bentuk Masdar dari kata Qoro-a yang bermakna membaca atau bacaan. Ada
yang berpendapat bahwa qur’an adalah masdar yang bermakna isim maf’ul, karenanya ia berarti yang
dibaca atau maqru, Menurut para ahli bahasa, kata yag berwazan fu’lan memiliki arti kesempurnaan.
Karena itu Al-Qur’an adalah bacaan yang sempurna. Sedangkan pengertian menurut istilah (terminologi)
Al-Qur’an adalah:” kitab Allah yang diturunkan kepada utusan Allah, Muhammad SAW. Yang ter
maktub dalam mushaf, dan disampaikan kepada kita secara mutawatir, tanpa ada keraguan.
EKSISTENSI DAN HAKEKAT AL-QURAN SEBAGAI WAHYU TRANSENDENTAL

Wahyu dalam prespetif Al-Quran :


Al-Syumûliyah (komprehensif) artinya ajaran-
Menurut pendapat ahli Wahyu bermakna ilham fitri kepada
ajaran yang ada dalam Islam mencakup semua
manusia, seperti wahyu Allah kepada ibunya Nabi Musa.
aspek kehidupan manusia Maka ajaran Islam
Allah berfirman dalam surat al-Qashash ayat 7 :Kami
itu mencakup diri manusia baik secara ruhani, ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu
jasmani maupun akalnya. Dan mencakup khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai Nil.

kehidupan dunia dan akhirat, mencakup amal Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah pula bersedih
hati, Karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
perbuatan untuk dunia dan akhirat secara
kepadamu, dan men- jadikannya salah seorang dari para
bersamaan
rasul.
 

PEREDIOSASI PEMELIHARAN AL-QURAN

  Masa Nabi SAW Masa Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq

 Allah menghendaki wahyu yang telah  Setelah Nabi wafat tahun 11 H. (632 M) Abu bakar
diturunkan-Nya itu terpelihara keorisilannya diangkat menjadi Khalifah (Kepala Negara)
Menggantikannya. Tak lama kemudian sebagian kaum
selama-lamanya. Ada dua cara yang dicatat
muslim murtad. Mereka tak mau membayar zakat. Selain
oleh sejarah dalam pemeliharaan Al-Qur’an itu muncul beberapa Nabi palsu yang memberontak
yaitu dengan menghafal dan menuliskannya. terhadap Abu bakar seperti Musaylimah al-Kadzdzab, al-
Dalam berbagai riwayat yang sahih disebutkan aswad al-Ansi, Sajah binti al-Harists dan lain-lain
bahwa
Masa setiap turun
Khalifah Usman bin Affan
Telah dimaklumi bahwa Nabi SAW memebrikan
kelonggaran kepada sahabat-sahabatnya untuk membaca
al-Qur’an lebih dari satu huruf (dialek) sesuai dengan
yang diajarkan jibril demi memudahkan umat membaca
dan menhafalnya
KODIFIKASI AL-QURAN

Al-Qur’an merupakan buku pedoman umat islam di seluruh dunia.Karena


sesuai dengan tujuan di turunkannya Al-quran ke muka bumi ini adalah
untuk mnejadi pentunjuk bagi seluruh manusia.Akan tetap,Dibalik
segudang keistimewaan Al-Qur’an,banyak sejarah yang mengikuti
perkembangan Al-Quran,diantaranya adalah sejarah penyususunan Al-
Quran atau dalam istiilah lain kodifikasi.

pengumpulan Al-Qur’an ditempuh melalui dua cara, yaitu


1. Al-jam’u fis-sudur(dikumpulkan di dalam hati), yaitu dilakukan melalui metode
hafalan para sahabat
2. Al-jam’u fis-sutur(dikumpulkan di media tertentu), yaitu dilakukan dengan
menuliskan ayat-ayat yang disampaikan oleh Rasulullah SAW di pelepah kurma,
lempengan batu, kulit hewan atauapun tulang hewan
HASIL PENULISAN AL-QUR’AN BELUM TERSUSUN SECARA BERURUTAN SESUAI AYAT ATAUPUN SURAHNYA TETAPI RASULULLAH SAW
TELAH MEMBERIKAN PETUNJUK KEPADA PARA PENULISAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG LETAK TIAP-TIAP AYAT DAN SURAH

Zaman Khalifah Utsman bin Affan


Zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
Utsman membuat salinan Al-Quran sejumlah 6 mushaf(riwayat lain ada yang
Pengumpulan naskah-naskah Al-Quran pada masa Abu Bakar ini
mengatakan 5 eksemplar, 7 eksemplar). Setelah selesai Utsman
disebabkan gugurnya banyak para penghafal Al-Quran pada Perang
mengembalikan mushaf itu kepada Hafshah dan mengirimkan hasil pekerjaan
Yamamah. Umar bin Khathab yang mula-mula mengusulkan agar
tersebut ke seluruh penjuru negeri Islam serta memerintahkan untuk
naskah-naskah tulisan Al-Quran dikumpulkan dan dijadikan satu. Abu
membakar naskah mushaf Al-Qur’an selainnya. Tercatat mushaf hasil salinan
Bakar sempat menolak dan menyatakan tidak berani menginstruksikan
tersebut dikirimkan ke kota-kota besar, yaitu Kuffah, Bashrah, Mesir, Syam,
dilaksanakannya usulan Umar. Namun usulan Umar akhirnya diterima
dan Yaman. Utsman sendiri meminta satu mushaf untuk ia simpan di
karena hal itu sangat penting artinya dan tidak lain adalah suatu kebaikan
Madinah. Mushaf ini belakangan dikenal sebagai Mushaf al-Imam
Abu Bakar menunjuk Zaid bin Tsabit untuk menjadi penanggung jawab
Tulisan yang dipakai oleh tim yang dibentuk Utsman untuk menyalin mushaf
utama dalan memeriksa dan meneliti naskah-naskah Al-Quran yang ada
itu berpegang rasm al-anbath yang tidak dilengkapi syakl(harakat/tanda baca)
untuk kemudian dikumpulkan dan disusun kedalam satu jilid
ataupun nuqath(titik sebagai pembeda huruf)
besar(master volume)
KEHUJJAHAN AL-QURAN SEBAGAI SUMBER ISTIMBATH HUKUM ISLAM

Kebenaran Al-Qur’an Kemukjizatan Al-Qur’an


Abdul Wahab Khallaf (Mardias
Mukjizat memiliki arti “sesuatu yang luar biasa
Gufron, 2009) mengatakan
bahwa “kehujjahan Al-Qur’an yang tiada kuasa manusia membuatnya karena
itu terletak pada kebenaran dan hal itu adalah di luar
kepastian isinya yang sedikitpun kesanggupannya” (Yayasan Penyelenggara
tidak ada keraguan atasnya Penterjemah/Pentafsiran Al-Qur’an, 1990).
 . Dasar-Dasar Al-Qur’an dalam Membuat Hukum  . Al-Qur’an Sebagai Sumber Ijtihad yang
Pertama Ijihad adalah “sebuah usaha untuk
 Allah SWT menurunkan Al-Qur’an untuk dijadikan
dasar hukum yang disampaikan kepada ummat menetapkan hukum Islam berdasarkan Al-Qur’an dan
manusia agar mereka mengamalkan segala perintah-
Hadits” (Lina Dahlan, 2006). Terdapat beberapa
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Pedoman Al-
Qur’an dalam mengadakan perintah dan larangan- macam ijtihad, di antaranya adalah sebagai
Nya adalah tidak memberatkan dan diturunkan secara
berikut:‘Ijma: Kesepakatan ulama,
berangsur-angsur.
DALALAH

Dalalah berasal Secara bahasa kata “‫“ لـــمـ َةد‬adalah bentuk mashdar
(kata ‫ ل‬- ‫ ” ل َد‬kata dari) dasar ‫ ” ً َ ـُ د‬yang berarti menunjukkan dan
kata dalalah sendiri berarti petunjuk atau penunjukkan dalalah.
Sedangkan dalalah menurut istilah adalah penunjukkan suatu lafadz
nash kepada pengertian yang dapat dipahami, sehingga dengan
pengertian tersebut kita dapat mengambil kesimpulan hukum dari
sesuatu dalil nash. Tegasnya, dalalah lafadz itu ialah makna atau
pengertian yang ditunjukkan oleh suatu lafadz nash dan atas dasar
pengertian tersebut kita dapat mengetahui ketentuan hukum yang
dikandung oleh sesuatu dalil nash. Nash al-Qur‟an dan as-Sunnah
adalah merupakan kumpulan lafadz-lafadz yang dalam ushul fiqh
disebut pula dengan dalil dan setiap dalil memiliki dalalah atau
dilalah tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai