Anda di halaman 1dari 84

pSAMPUL LUAR

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP


TRADISI PAMOGHI DALAM RESEPSI PERNIKAHAN
(STUDI KASUS DI DESA KEMBANG KECAMATAN
TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO)

SKRIPSI

Disusun Oleh:
MAISIH
NIM : 1215014
NIMKO : 2015.4.033.0603.1.000239

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (AHWAL


AL-SYAKHSIYAH)
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2019

i
SAMPUL DALAM
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
TRADISI PAMOGHI DALAM RESEPSI PERNIKAHAN
(STUDI KASUS DI DESA KEMBANG KECAMATAN
TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO)

SKRIPSI

Disusun Oleh:
MAISIH
NIM : 1215014
NIMKO : 2015.4.033.0603.1.000239

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (AHWAL


AL-SYAKHSIYAH)
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2019

1
PENYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Maisih

NIM/NIRM : 1215014/2015.4.033.0603.1.000239

Program Studi : Hukum Keluarga (Ahwal Al-Syakhsiyah)

Fakultas : Agama Islam

Perguruan Tinggi : Universitas Pesantren Tinggi Dalur Ulum Jombang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yangberjudul: “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Tradisi Pamoghi Dalam Resepsi Pernikahan (Studi Kasus Di Desa

Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso)” ini secara keseluruhan

adalah hasil karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang di rujuk

sumbernya.

Jombang, 03 Mei 2019

Yang membuat pernyataan,

Maisih

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal yang berjudul : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Pamoghi


Dalam Resepsi Pernikahan (Studi Kasus Di Desa
Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Bondowoso)

Di Tulis Oleh : Maisih

NIM/NIMKO : 1215014

Program Studi : Hukum Keluarga (Ahwal Al-Syakhshiyah)

Fakultas : Agama Islam

Perguruan Tinggi : Universitas Pesantren Tinggi Darul ’Ulum


Jombang
Setelah diteliti dan diadakan perbaikan seperlunya, kami dapat dapat
menyetujuinya untuk dipertahankan di depan sidang tim penguji skripsi Fakultas
Agama Islam Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang.

Jombang, 03 Mei 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Haris Hidayatulloh, M.H.I H.M Samsukadi, Lc, M.Th.I


NIPY. 11011110179 NIPY. 11080012222

Mengetahui,
Ketua Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Al-Syakhsiyah)
Fakultas Agama Islam
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang

Mahmud Huda, M.S.I


NIPY. 110106111

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Pamoghi Dalam

Resepsi Pernikahan (Studi Kasus Di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari

Kabupaten Bondowoso), ditulis oleh: Maisih telah diujikan dalam sidang Tim

Penguji Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Jombang pada:

Hari :
Tanggal :
Dan dinyatakan LULUS dengan Predikat:

Dekan Fakultas Agama Islam


Universitas Pesantrn Tinggi Darul Ulum Jombang

Mujianto Solichin, M.Pd.I


NIPY.11010209035

TIM PENGUJI:

Nama Tanda Tangan

1. Agus Mahfudin, M. Si 1)

(Penguji Utama)

2. Mahmud Huda, M.S.I 2)

(Ketua Penguji

3. Lulus Oktavia Kartikasari, S.Pd 3)

(Sekertaris)
ABSTRAK

v
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PAMOGHI DALAM
RESEPSI PERNIKAHAN (STUDI KASUS DI DESA KEMBANG
KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO)

Maisih
Prgram Studi Hukum Keluarga (Ahwal Al-Syakhsiyah), Fakultas Agama Islam,
Unipdu Jombang
Pembimbing I: Haris Hidayatulloh, M.H.I
Pembimbing II: H.M Samsukadi, Lc, M.Th.I

Abstrak

Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga, keluarga bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan yang maha Esa, pelaksanaan pernikahan terdapat resepsi
pernikahan dengan tujuan sebagai bentuk syukuran maupun pengumuman. Resepsi
pernikahan di masyarakat memiliki karakteristik tersendiri dalam pelaksanaannya Seperti
yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kembang yakni menambahkan adat yang berbeda
yaitu pamoghi didalam pelaksanaan resepsi pernikahan. Penyusun memandang adat
tersebut dari tinjauan Hukum Islam, apakah tradisi yang dilakukan masyarakat Desa
Kembang bertentangan dengan Hukum Islam atau sudah sesuai. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pelaksanaan tradisi adat pamoghi dan mengetahui pendapat dari
tinjauan hukum Islam terhadap tradisi tersebut. Adapun metode yang digunakan adalah
field rieserch yang digunakan untuk mengumpulkan informasi melalui wawancara
terhadap masyarakat serta melakukan observasi ke tempat agar mengetahui
pelaksanaannya secara langsung. Penyusun menggunakan teknis analisis deskriptif
analitik yakni menggambarkan suatu gejala atau fakta dengan apa adanya dan akurat.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tradisi pamoghi telah turun temurun di laksanakan
di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso bertujuan sebagai simbol
kenang-kenangan diawal pernikahan dan diberikan pada waktu resepsi pernikahan, tradisi
ini tidak memiliki unsur yang dilarang dalam syriat islam dan tetap di terima di masyrakat
sampai saat ini.

Kata Kunci: Tradisi, Pamoghi, Pernikahan, Resepsi, Hukum Islam

vi
MOTTO

“Belajarlah dari hari kemarin, jalani kehidupan di hari ini, berharaplah


untuk hari esok. Yang terpenting adalah, jangan berhenti untuk bertanya”

Albert Einstein

vii
PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:


Kedua orang tuaku yang selama ini tidak henti-hentinya mendoakan dan

menyayangiku dengan sepenuh hati, serta untuk keluarga besar mabh ares yang

telah memberi semangat untukku dalam proses pencapaian kesuksesan.

Teman-teman HK angkatan 2015 tercinta karena tanpa semangat dan

kekompakan kalian yang terus menjaga silaturahim dalam kekeluargaan kita,

terimakasih suda duka dalam kebersamaan kita bantuan serta dukungan dari

kalian mungkin aku tak bisa sampai disini. Tetap semangat teman-teman dalam

perjuangan kalian masing-masing aku yakin kalian adalah orang yang hebat.

Teman-teman kamar 16B asrama muzamzamah chosyiah yang selama ini

setiap harimya bersama dan memberi semangat dalam melangkah bersama hingga

saat ini, kebersamaan kita akan menjadi sejarah berharga dalam perjalanan

hidupku dari canda, tawa, bahkan perbedaan pendapat tapi semua itu menjadi

pemanis di hari-hari 4 tahun kita bersama.

Kepada dosen-dosen Hk terimakasih banyak bimbingannya selama ini

semoga ilmu dari beliau-beliau semua manfaat dan barokah untuk kami.

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua yang telah terlibat

dalam pembuatan skripsi ini, semoga karya ini bermanfaat dan berguna untuk

kemajuan pengetahuan dimasa yang akan datang.

viii
KATA PENGANTAR

Bismhirrohmanirrohim, alhamdulillah segala puji syukur saya panjatkan

atas kehadirat Allah SWT yang telah memerikan rahmat serta hidayahnya,

sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Tradisi Pamoghi Dalam Resepsi Pernikahan (Studi Kasus

Di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso)”.

Penyusun menyadari skripsi ini tidak akan pernah selesai tanpa bantuan,

bimbingan, perhatian dan motivasi dari berbaga pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Zaimuddin Wijaya As’ad Umar, Ms. Selaku ketua yayasan

Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum jombang.

2. Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA, selaku Rektor Universitas Pesantren

Tinggi Darul Ulum Jombang.

3. Bapak Mujianto Sholihin, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Pesantren Tinggi Darul ulum Jombang.

4. Bapak Mahmud Huda, S.H.I., M.S.I selaku Ketua Prodi S1 Hukum

Keluarga Fakultas Agama Islam UNIPDU Jombang.

5. Bapak Haris Hidayatulloh, M.H.I selaku dosen pembimbing I yang

telah memberikanarahan, saran dan masukan dalam proses pembuata

skripsi ini.

ix
6. Bapak H.M Samsukadi, Lc, M.Th.I, selaku dosen pembimbing II yang

telah dengan sabar mengajarkan penulisan serta motivasi untuk

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Segenap dosen dan penguji semoga saran-saran bermanfaat nantinya

untuk penulis

8. Umi Ita dan Ayah Ali selaku pengasuh Asrama Muzamzamah

Chosyiah yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada

penulis dalam pembuatan skripsi.

9. Kepada Kepala Desa, perangkat Desa dan masyarakat Desa Kembang

Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso yang telah banyak

mendukung penulis dalam pembuatan skripsi.

10. Kepada orang tuaku yang telah menjadi sumber semangatku dalam

proses penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, hal ini

karena keterbatasan wawasan penulis, oleh karena itu segala kritik dan saran yang

bersifat membagun sangat diperlukan oleh penulis untuk kesempernaan skripsi

ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat semua mahasiswa maupun pihak

umum dan khususnya untuk penulis sendiri.

Jombang, 03 Mei 2019

Penulis

Maisih

x
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR ...................................................................................................... i
SAMPUL DALAM ................................................................................................. ii
PENYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
ABSTRAK .............................................................................................................. v
MOTTO ................................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
TRANSLITERASI ............................................................................................... xiii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Ruang Lingkup Masalah ............................................................................. 5
C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
F. Penilitian Terdahulu .................................................................................... 7
G. Sistematiaka Pembahasan ........................................................................... 8
BAB II ................................................................................................................... 10
LANDASAN TEORI ............................................................................................ 10
A. Pengertian Pernikahan ............................................................................... 10
B. Pengertian Resepsi Pernikahan ................................................................. 21
C. Pengertian Pamoghi .................................................................................. 25
D. Kajian ‘Urf Dalam Ushul Fiqh................................................................. 27
BAB III ................................................................................................................. 31
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 31
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 31

xi
B. Sumber Data .............................................................................................. 31
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 32
D. Teknik Analisis Data ................................................................................. 33
BAB IV ................................................................................................................. 35
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 35
A. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 35
B. Deskripsi Tradisi Pamoghi Dalam Resepsi Pernikahan Di Desa Kembang
Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso. ......................................... 44
C. Tinjauan Hukum Isalam Terhadap Tradisi Pamoghi Dalam Resepsi
Pernikahan Di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Bondowoso ................................................................................................ 51
BAB V................................................................................................................... 59
PENUTUP ............................................................................................................. 59
A. Kesimpulan ............................................................................................... 59
B. Saran .......................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
TRANSLITERASI

Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan


‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
‫ب‬ Ba' B Be
‫ت‬ Ta' T Te
‫ث‬ tha' Th Te dan Ha
‫ج‬ Jim J Je
Ha (dengan titik di
‫ح‬ h h}
bawah)
‫خ‬ kha' Kh Ka dan Ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Dhal Dh De dan Ha
‫ر‬ Ra' R Er
‫ز‬ Zai Z Zet
‫س‬ Sin S Es
‫ش‬ Syin Sh Es dan ha
Es (dengan titik di
‫ص‬ S}a>d s}
bawah)
De (dengan titik di
‫ض‬ D}ad d}
bawah)
Te (dengan titik di
‫ط‬ T{a' t}
bawah)
Zet (dengan titik di
‫ظ‬ Z}a z}
bawah)
‫ع‬ ‘ain ‘ Koma terbalik di atas
‫غ‬ Ghayn Gh Ge dan Ha
‫ف‬ Fa' F Ef
‫ق‬ Qaf Q Qi
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L El
‫م‬ Mim M Em
‫ن‬ Nun N En
‫و‬ Wawu W We
‫هـ‬c Ha' H Ha
‫ء‬ Hamzah ‘ Apostof
‫ي‬ Ya' Y Ye

xiii
Konsonan Rangkap karena Syiddah ditulis Rangkap

‫ِعدَّة‬ Di tulis 'iddah

Ta' Marbutah
1. Bila dimatikan ditulis h

‫هيبة‬ Di tulis hi>bah

‫جزية‬ Di tulis Jizyah

(Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah


terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya,
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).

Jika ta>’ marbu>t}ah terdapat pada susunan s}ifah-mawsu>f/na’t-man’u>t,


maka ditulis dengan h.

‫المرأة الصالحة‬ Di tulis Al-Mar‘ah al-


S{a>lih}ah

2. Bila ta' marbut}ah terdapat pada susunan id}afah, maka ditulis t

‫زكاة الفطر‬ Di tulis zaka>t al-fit}r

Vokal Pendek
Tanda Vokal Transliterasi
‫ــَــ‬ A
‫ــِــ‬ I
‫ــُــ‬ U

Vokal Rangkap
Tanda Vokal Transliterasi
‫ـَـ ي‬ Ay
‫ـَـ و‬ Aw

xiv
Vokal Panjang

Tanda Vokal Transliterasi


‫ـَـ ا‬ a>
‫ـِـ ي‬ i>
‫ـُـ و‬ u>

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan sehari-hari manusia di ajarkan untuk menjadi makhluk

sosial, yang artinya manusia tidak bisa melakukan sesuatu dengan sendiri

melainkan membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi. Karena pada

dasarnya manusia di berikan naluri terhadap kepekaan untuk bersama salah

satu contohnya yakni pernikahan yang setiap manusia mempunyai insting

hasrat kuat untuk membentuk hidup bersama. Manusia mempunya nafsu

sebagai naluriah dalam mendorong hasrat sehingga hasrat tersebut tercipta

misalnya adalah hasrat dalam seksual. Islam mengajarkan dalam berhubungan

seksual harus ada yang namanya sebuah pernikahan dimana dalam

pernikahan menjadi suatu yang sakral dari yang berhubungan seksual di

anggap zina menjadi halal.

Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga,

keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa.1

Hukum Islam memberikan pengertian pernikahan yang dalam bahasa

Islam disebut pernikahan dengan dua pandangan yaitu dengan secara luas

maupun yang secara sempit. perkawinan secara luas sebagai pemenuhan

1
A.M. Ismatulloh, “Konsep Sakinah, Mawaddah dan Rahmah dalam Al-Quran (Perspektif
Penafsiran Kitab al-quran dan tafsirnya)”, Mazahib Jurnal Pemikiran Hukum Islam, Vol. 14, No.
1, (Juni 2015), 54.

1
2

kebutuhan emosi dan seksual yang sah dan benar guna memperoleh

keturunanyang sah dan sebagai fungsi sosial. Sedangkan pernikahan secara

sempit seperti yang tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam menyebutkan

dalam pasal 2 bahwa pernikahan merupakansuatu akad yang sangat kuat atau

mi<tsa<qon ghali<d}an untuk nenaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah.2

Pernikahan merupakan unsur yang meneruskan kelangsungan

kehidupan manusia dan masyarakat di bumi ini, pernikahan menyebabkan

adanya keturunan dan keturunan akan menimbulkan keluarga yang nantinya

berkembang menjadi kerabat dan masyarakat.3 Pada umumnya puncak sakral

dalam pernikan antara seorang laki-laki dan perempuan akan melalui berbagai

macam tindakan dari kedua belah pihak misalnya penikahan yang dilakukan

di pedesaan, masih sangat kental dengan budaya gotong royong dari

membantu segi tenaga maupun materi.

Pada prosesnya pernikahan akan melibatkan berbagai pihak dari sanak

keluarga, tetangga serta kerabat. Hubungan sosial dalam prosesi pernikahan

akan melibatkan banyak peran agar pelaksanaan tersebut terlaksana dan

menjadi hukum sosial yang dianggap sah oleh masyarakat. Di berbagai

tempat dalam prosesi pernikahan mempunyai peraturan-peraturan adat

tersendiri yang dilakukan dari awal peminangan sampai acara inti yakni akad

pernikahan.

2
Aulia Muthiah, Hukum Islam-Dinamika Seputar Hukum Keluarga (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press, 2017), 50.
3
Moh. Ikbal, “Uang Panaik Dalam Perkawinan Adat Suku Bugis Makasar”, Al-Hukama The
Indonesian Journal Of Islmic Family Law, Vol. 6, No. 1, (Juni 2016), 192.
3

Dalam sebuah ikatan pernikahan ada beberapa rukun yang telah di

syariatkan dalam Islam yakni salah satunya mahar, yang mana mahar

merupakan pemberian harta dari seorang laki-laki (suami) kepada seorang

perempuan (istri) pada saat melangsungkan pernikahan.

Pada setiap daerah tertentu pemberian mahar memiliki karakteristik

tersendiri dalam pelaksanaannya salah satunya yaitu di daerah yang

mempunyai kultur budaya yang masih melekat sesuai dengan kebiasaan

mereka lakukan, termasuk terhadap pada rukun dan syarat sahnya pernikahan

yang di berlakukan syarat–syarat lain untuk terpenuhi menurut kebiasaan adat

di daerahnya. Sebagaimana yang terjadi di Desa Kembang Kecamatan

Tlogosari Kabupaten Bondowoso yang mempunyanya adat mensyaratkan

pamoghi yakni lokasi yang akan menjadi tempat penelitian di dalam skripsi

ini. Pamoghi adalah sebuah istilah yang bisa dikatakan sebagai barang

bawaan yakni seserahan dari seorang laki–laki untuk perempuan, yang

pelaksaannya biasanya dibawa pada hari terakhir berlangsungnya resepsi

pernikahan.

Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten yang masih

termasuk dalam provinsi Jawa Timur dan terletak di sebelah timur pulau Jawa

serta kota tersebut terkenal dengan sebutan tapal kuda tetapi pada tahun baru-

baru ini lebih di kenal dengan sebutan kota kopi, kota Bondowoso memiliki

23 kecamatan dan sepuluh kelurahan serta 209 desa termasuk Desa Kembang.

Dalam pernikahan tradisi di daerah tersebut saat seseorang akan

menikah ialah langkah pertama adalah melamar (khitbah) terlebih dahulu.


4

Apabila kedua calon memiliki komitmen menuju kejenjang yang lebih serius

yakni melangsungkan ijab kabul yang berarti mereka akan sah menjadi

pasangan suami istri dan mengadakan resepsi pernikahan dengan bermaksud

mengabarkan terhadap tetangga tentang pernikahan secara umum yang

diakhiri dengan seserahan selain mahar di hari terakhir resepsi pernikahan

yang harus diberikan oleh seseorang suami kepada istri.

Pada seserahan itu biasanya masyarakat menyebutnya ater pamoghi

yang bisa diartikan ater adalah mengantar dan pamoghi adalah barang

bawaan selain mahar seperti kursi,tempat tidur, piring, lemari, jajan tumpeng,

ayam dll. Hal ini pelaksanaannya seperti terlalu memberatkan terhadap

seorang laki-laki dan melihat perekonomian yang memiliki tingkatan berbeda

dapat di katagorikan sebagai suatu tradisi beban sepihak, tetapi tradisi ini

sudah mengakar menjadi adat kebiasaan mereka padahal di dalam Islam

menjelaskan bahwasanya Islam tidak pernah memberikan kesulitan terhadap

suatu perkara bahkan memberikan kemudahan bagi umatnya tidak terkecuali

pada suatu pernikahan.

Melihat fakta yang telah terjadi yakni tradisi seserahan selain mahar

yang menjadi syarat dalam pernikahan (pamoghi) maka penulis mimiliki

keinginan mengkaji permasalahan tersebut dari segi hukum Islam dengan

mengangkat penilitian berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi

Pamoghi dalam Resepsi Pernikahan di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari

Kabupaten Bondowoso”.
5

B. Ruang Lingkup Masalah

Agar penulisan proposal ini menjadi fokus dalam pembahasannya,

maka penulis memberikan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Fokus penelitian ini pada tinjauan hukum Islam terhadap tradisi pamoghi

dalam resepsi pernikahan

2. Obyek yang di teliti yaitu masyarakat Desa Kembang Kecamatan

Tlogosari Kabupaten Bondowoso

3. Lokasi penelitian ialah di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten

Bondowoso.

4. Waktu penelitian yang di butuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini

membutuhkan waktu dari 2 Februari 2019- 03 Mei 2019.

5. Variabel Penelitian

a. Hukum Islam adalah penerapan dari ajaran islam yang berpusat dari

keimanan.

b. Pamoghi adalah sebuah istilah yang bisa dikatakan sebagai barang

bawaan yakni seserahan dari seorang laki–laki untuk perempuan, yang

pelaksaannya biasanya dibawa pada hari terakhir berlangsungnya

resepsi pernikahan.

c. Resepsi pernikahan adalah suatu pesta atau jamuan karena

berlangsungnya sebuah pernikahan sebagai bentuk syukuran maupun

pengumuman
6

C. Rumusan Masalah

Dengan melihat hal tersebut di atas, maka ada beberapa hal yang perlu

untuk diangkat sebagai rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan tradisi adat pamoghi dalam resepsi pernikahan

yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kembang Kecamatan Tlogosari

Kabupaten Bondowoso?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap tradisi adat pamoghi dalam

resepsi pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kembang

Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan tradisi pamoghi dalam resepsi pernikahan

yang dilakukan oleh masyarakat Desa kembang Kecamatan Tlogosari

Kabupaten bondowoso.

2. Untuk mengetahui pendapat–pendapat tinjauan dari hukum Islam terhadap

tradisi adat pamoghi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kembang

Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi dan gambaran seputar tradisi adat pamoghi

dalam resepsi pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Desa kembang

Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso dan segala bentuk

permasalahannya.
7

2. Dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pecinta penelitian

hukum dalam rangka pengembangan hukum Islam umumnya dan

khususnya hukum Islam seputar adat tradisi pamoghi dalam resepsi

pernikahan.

3. Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai bahan perbandingan bagi

penulis selanjutnya.

F. Penilitian Terdahulu

Sebelumnya sudah ada penelitian yang juga melakukan penelitian

skripsi ini terkait masalah tradisi pamoghi ialah:

Pertama skripsi yang ditulis oleh Nuri Intovia Wahyuningsih (2016)

yang berjudul “Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi Pak Bereng dan

Implikasinya Dalam Membentuk Keluarga Sakinah (Studi Kasus di Desa

Kejawan Kec. Grujungan Kab. Bondowoso)”.4 Penelitian tersebut hanya

terfokus pada tradisi pak bereng (Pamoghi) dalam pembentukan keluarga

sakinah tanpa mengedepankan sisi hukum Islam.

Kedua skripsi yang ditulis oleh Ahmad Mujahir “Pandangan Tokoh

Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Tradisi Doi’ Panai’ DalamPernikahan

Adat Suku Makassar Perspektif Al-Maslah{ah{ Al-Mursalah{ (Studi Di Desa

Selenrang Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros)”5 dalam skripsi ini tradisi

doi’ panai’ sama halnya dengan seserahan yang diharuskannya diberikan dari

4
Nuril Intovia Wahyudi, Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi Pak Bereng dan Implikasinya
dalam Membentuk Keluarga Sakinah, (Skripsi, Al-Ahwal Al- Syakhsiyah Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2016) .
5
Ahmad Muhajir, Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Tradisi Doi’ Panai’
Dalam Pernikahan Adat Suku Makassar Perspektif Al-Maslahah Al-Mursalah, (Skripsi, Al-Ahwal
Al-Syakhsiyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2017.
8

calon suami kepada calon istrinya dalam pernikahan, yang membedakannya

ialah perbedaan dalam prosesinya serta skripsi sekarang lebih menekankan

pada segi hukum Islamnya tetapi tidak menghilangkan pendapat-pendapat

tokoh dan masyrakat disana.

G. Sistematiaka Pembahasan

Proposal ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk penulisan proposal

Fakultas Agama Islam Prodi Ahwal Al-Syakhshiyah.

BAB I Uraian pendahuluanyang berisi gambaran umum yang berfungsi

sebagai pengantar dalam memahami pembahasan bab berikutnya.

Bab ini memuat pola dasar penulisan skripsi yaitu meliputi : Bab

ini berisi tentang latar belakang masalah, ruang lingkup penelitian,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian dahulu

dan sistematika pembahasan.

BAB II Berisi tentang pengertian hukum Islam, pengertian resepsi

pernikahan yang meliputi tinjauan hukum Islam terhadap resepsi

pernikahan, pengertian pamoghi serta pelaksanaan pada adat

tersebut.

BAB III Menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi dan sumber data

penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel

penelitian, validasi data dan teknik analisa data.

BAB IV Mengkaji dan menganalisa secara mendalam tentang fenomena

tradisi adat pamoghi dalam resepsi pernikahan dari segi tinjauan


9

hukum Islamyang di lakukan oleh masyarakat Desa Kembang

Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso.

BAB V Merupakan bab penutup yang berisikan Kesimpulan dan Saran.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pernikahan

Pernikahan dalam literatur fikih berbahasa Arab disebut dengan

dua kata yaitu nikah dan zawa<j Kata nikah berarti “bergabung”,

“hubungan kelamin” dan juga berarti akad.6

Pengertian pernikahan secara terminologi adalah akad yang

menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan

karena ikatan suami istri, dan membatasi hak dan kewajiban antara

seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahram.7

KHI menjelaskan pengertian pernikahan dalam pasal 2,


“pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau untuk mentaati perintah
Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.”8 Firman Allah dalam
Surat Al-Rum ayat 21.9

‫َو ِمن آيَاتِ ِه أَن َخلَقَ َل ُكم ِمن أَنفُ ِس ُكم أَز َوا ًجا ِلتَس ُكنُوا ِإلَي َها َو َج َع َل بَينَ ُكم‬
ٍ ‫َم َودَّة ً َو َرح َمةً ۚ إِ َّن فِي َٰذَ ِل َك ََليَا‬
‫ت ِلقَو ٍم يَت َ َف َّك ُرون‬
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dia
menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi kaum yang berpikir”.10

6
Moh Makmun, Keluarga Sakinah (Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2015), 30.
7
Farhatul Aeni, Hukum Nikah Ulang Wanita Hamil Di Luar Nikah Tinjauan Kompilasi Hukum
Islam (KHI) Dan Ulama Astanajapura (Skripsi, IAIN Stekh Nurjati Cirebon, 2015), 1.
8
Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga (Yogyakarta: Pustaka Baru,
2017), 61.
9
Aizid Rizem, Fiqh Keluarga Terlengkap, (Yogyakarta: Laksana, 2018), 49.
10
Terjemah surah Ar-Ruum ayat 21, Al-quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011) 477.

10
11

Golongan ulama mempunyai pendapat sendiri dalam mengartikan

pernikahan, menurut Syafi’iyah kata nikah itu berarti akad dalam arti

yang sebenarnya (hakiki) dapat juga untuk hubungan kelamin namun

dalam arti tidak sebenarnya, dan ulama Hanafiyah bahwa kata nikah itu

mengandung arti secara hakiki untuk berhubungan kelamin.

Dalam fikih para ulama menjelaskan bahwa menikah mempunyai

hukum sesuai dengan kondisi dan faktor pelakunya. Hukum tersebut

adalah wajib bagi orang yang sudah mampu menikah, sunah bagi orang

yang nafsunya telah mendesak dan mampu menikah, haram bagi orang

yang tidak mampu memenuhi nafkah batin maupun lahir, makruh bagi

orang orang yang lemah syahwat dan tidak mampu memberi belanja

kepada istrinya, mubah bagi orang yang tidak terdesak oleh alasan-alasan

yang mengharamkan untuk menikah.11

Akad pernikahan menurut hukum Islam ada yang sah dan ada

yang batal, akad pernikahan dikatakan sah apabila akad tersebut

dilaksanakan dengan syarat-syarat dan rukun-rukun yang lengkap sesuai

dengan ketentuan agama.

1. Hukum Pernikahan

Hukum nikah ada lima yaitu:

1. Wajib

bagi orang yang mengharapakan keturunan dan merasakan takut

untuk melakukan zina jika tidak menikah baik dalam keadaan senang

11
Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiah, “Pernikahan dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam”,
Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, Vol. 5, No. 2, (Desember 2014), 293.
12

atau tidak, serta sekalipun nikah akan memutuskan ibadah yang tidak

wajib dan sudah mampu untuk menikah.

2. Sunnah

bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mampu menikah,

tetapi masih mampu menahan dirinya untuk tidak melakukan zina.

3. Makruh

bagi orang yang tidak senang terhadap nikah dan tidak

mengharapkan keturunan, serta nikahnya dapat memutuskan ibadah

yang tidak wajib.

4. Mubah

bagi orang yang tidak takut melakukan zina, tidak

mengharapkan ketrunan dan tidak memutuskan ibadah yang tidak

wajib.

5. Haram

bagi orang yang dalam pernikahannya membahayakan, tidak

bisa memberikan nafkah sekalipun senang nikah dan tidak takut

zina.12

2. Rukun dan Syarat Pernikahan

Dalam melaksanakan pernikahan calon mempelai harus memenuhi

kriteria dalam rukun perkawinan, rukun perkawinan ada lima yaitu:

1. Calon suami, syarat-syaratnya:

1. Beragama Islam

12
Asy-Syekh Al-Imam Abu Muhammad, Berbukan Madu Menuruy Syariat Islam, (Terj.) Qurratul
‘Uyun (Surabaya: Al-Hidayah, 1994) 1.
13

2. Laki-laki, bukan banci (musykil) yaitu seseorang yang tidak jelas

statusnya.

3. Jelas orangnya, diketahui asal-usulnya jelas identitasnya dan

berada ditempat saat akan dilaksanakan akad pernikahan.

4. Dapat memberikan persetujuan, barakal dan tidak gila, memahami

arti pernikahan dan akad yang akad di ucapkan.

5. Tidak terdapat halangan perkawinan.

2. Calon istri, syarat-syaratnya:

1. Beragama Islam

2. Perempuan bukan banci (musykil) yaitu seseorang yang tidak jelas

statusnya.

3. Jelas orangnya diketahui asal-usulnya jelas identitasnya dan

berada ditempat saat akan dilaksanakan akad pernikahan.

4. Dapat memberikan persetujuan, barakal dan tidak gila, memahami

arti pernikahan itu.

5. Tidak terdapat halangan perkawinan.

3. Wali nikah

Perwalian dalam istilah fikih di sebut wilayah, yang berarti

penguasan dan perlindungan. Dalam istilah fikih perwalian ialah

penguasaan penuh yang diberikan oleh agama kepada seorang untuk

menguasai dan melindungi orang.


14

Macam-macam wali nikah dalam perkawinan dibagi menjadi tiga,

yaitu wali menurut asal mulanya, menurut kekuasaannya dan menurut

keberadaannya di tempat.13

1. Wali Menurut Asal Mulanya

Wali menurut asal mulanya ada dua yaitu:

a. Wali nasab

Wali nasab adalah orang yang berasal dari keluarga dari mempelai

wanita dan berhak menjadi wali, urutan kedudukan kelompok yang satu

didahulukan dari kelompok yang lain berdasarkan erat tidaknya susunan

kekerabatan dengan calon mempelai wanita.

b. Wali hakim

Wali hakim adalah orang yang diangkat oleh pemerintah atau

lembaga masyarakat yang biasa disebut Ahlu Al-H{alli Wa Al-‘Aqdi

untuk menjadi qad{i dan diberi wewenang untuk bertindak sebagai wali

dalam suatu pernikahan. Dalam prakteknya wali hakim yang diangkat

oleh pemerintah pada saat ini adalah Pegawai Pencatat Nikah (PPN).

Untuk dapat menggunakan wali hakim diperlukan beberapa syarat antara

lain:

1. Tidak punya wali nasab sama sekali karena mati.

2. Wali gaib, wali yang berada di tempat yang jaraknya mencapai

Masu-fa>t Al-Qasri>.

Muhammad Lutfi Syarifuddin, “Tinjauan Umum Tentang Wali Nikah”, Jurnal An-Nuha, Vol. 5,
13

No. 1, (Juli 2018), 118-134.


15

3. Walinya di penjara.

4. Walinya ‘adal.

2. Wali Menurut Keberadaannya

Wali menurut keberadaannya ada dua yaitu Wali Aqrab dan Wali

Ab’ad. Dalam pelaksanaan perkawinan, apabila masih ada wali Aqrab

dan memenuhi syarat, maka wali Ab’ad tidak boleh mengawinkan wanita

yang bersangkutan. Apabila wali Aqrab tidak memenuhi syarat, maka

hak kewalian itu berpindah kepada wali Ab’ad.

3. Wali Menurut Kekuasaannya

Wali menurut kekuasaannya ada dua, yaitu:

a. Wali Mujbir adalah seorang wali yang berhak atau yang memiliki daya

paksa terhadap anak wanitanya yang akan dinikahkan.

b. Wali Gairu Mujbir adalah wali yang tidak memiliki daya paksa tetapi ia

memberikan khiyar atau pilihan dan tidak memiliki hak mengakad

nikahkan meski itu suatu keharusan dan bagi wali tidak sah menikahkan

tanpa izin dari orang yang diwakilkan.

4. Saksi nikah

1. Dua orang saksi laki-laki

2. Hadir dalam ijab kabul

3. Dapat mengarti maksud akad


16

4. Islam dan adil

5. Dewasa, berakal, tidak terganggu ingatan tidak tuna rungu atau

tuli.

5. Ijab kabul

1. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

2. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai

3. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata

tersebut

4. Antara ijab dan kabul itu tersambung

5. Antara ijab dan kabul itu jelas maksudnya

6. Orang yang terkait dengan ijab dan kabul tidak sedang ihram haji

atau umroh.

Adapun syarat-syarat pernikahan menurut Undang-Undang Nomor

1 tahun 1974 tentang Pernikahan adalah :14

1. Pernikahan harus didasarkan atas persetujuan kedua mempelai.

2. Untuk melangsungkan pernikahan seorang yang belum mencapai

umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua.

3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua yang telah meninggal

dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya,

maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua

yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan

kehendaknya.

14
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 6.
17

4. Dalam hal orang tua yang telah meninggal dunia atau dalam keadan

tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari

wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai

hubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas selama mereka

masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.

5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang tua yang disebut

dalam ayat (2), (3) dan (4) dalam pasal ini,atau salah seorang atau

lebih diantara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka

pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan

melangsungkan pernikahan atas permintaan orang tersebut dapat

memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang

tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) dalam pasal ini.

6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku

sepanjang hukum masing-masing agama dan kepercayaanya itu dari

yang bersangkutan.

3. Tujuan perkawinan

Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi

petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga harmonis, sejahtera

dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota

keluarga sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin

disebabkan terpenuhnya keperluan hidup lahir dan batinnya, sehingga

timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga.


18

Tujuan dari sebuah pernikahan telah tercantum dalam QS. Al-Rum

ayat 21 yang berbunyi sebagai berikut

‫َو ِمن آ َياتِ ِه أَن َخ َلقَ َل ُكم ِمن أَنفُ ِس ُكم أَز َوا ًجا ِلتَس ُكنُوا ِإلَي َها َو َج َع َل َبينَ ُكم‬
ٍ ‫َم َودَّة ً َو َرح َمةً ۚ ِإ َّن فِي َٰذَ ِل َك ََليَا‬
َ‫ت ِلقَو ٍم يَت َ َف َّك ُرون‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

Menurut Imam Al-Ghazali tentang faedah melangsungkan

perkawinan, maka tujuan perkawinan itu dapat dikembangkan menjadi

lima, yaitu:

a. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan

b. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan

menumpahkan kasih sayangnya

c. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan

kerusakan.

Adapun tujuan pernikahan yang dikutip di buku “Kamus Fiqh”,

antaraa lain sebagai berikut:15

a. Memperoleh ketentraman dalam hidup

b. Mendapatkan kasih sayang

c. Terpeliharanya agama

d. Memperoleh keturunan

e. Terbinanya kehidupan pribadi, keluarga dan sosial

f. Terpeliharanya kehormatan dan terkendalinya nafsu syahwat

15
Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh (Jakarta: Amzah, 2013), 174.
19

g. Terpeliharanya keadilan dalam masalah warisan

h. Terus mendapat pahala meskipun sudah meninggal dunia dengan adanya

anak saleh

Adapun pernikahan mempunyai empat unsur, antara lain:16

a. Merupakan upacara luhur untuk menghalalkan hubungan suami isteri.

b. Pernyataan perkawinan menggunakan kalimat Allah, yaitu lafadz nikah

atau tazwij, atau dengan terjemah dari kedua kata tersebut.

c. Upacara luhur itu merupakan majelis yang harus dihadiri setidaknya oleh

calon mempelai pria, wali dari calon mempelai wanita, dan dua orang

saksi.

d. Sahnya perkawinan ditentukan oleh syara’.17

4. Hikmah Pernikahan

Menurut Ali Ahmad Al-Jurjawi hikmah-hikmah perkawinan itu

banyak antara lain:18

1. Dengan pernikahan maka banyaklah keturunan, sebagai salah satu

sunah nabi yang telah disampaikan kita harus memperbanyak

keturunan umtuk dilestarikan populasi di bumi sampai makmur.

2. Keadaan hidup mausia tidak akan tentram kecuali jika keadaan rumah

tangganya teratur.

16
Ibid., 174.
17
Nova Evanti, Uang Panaik Dalam Perkawinan Adat Bugis Perspektif ‘Urf (Skripsi, Universitas
Pesantren Tingi Darul Ulum Jombang, 2018), 12.
18
Abduls Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2003), 65.
20

3. Laki-laki dan perempuan adalah dua sekutu yang berfungsi

memakmurkan dunia masing-masing dengan ciri khasnya berbuat

dengan berbagai macam pekerjaan.

4. Sesuai dengan tabiatnya, manusia itu cenderung mengasihi orang yang

dikasihi, salah satu contohnya ialah seorang istri dalam rumah tangga.

Istri sebagai teman dan penenang untuk suami dalam mengatur

kehidupan.

5. Manusia diciptakan dengan memiliki rasa kecemburuan untuk menjaga

kehormatan dan kemuliaannya, artinya dalam pernikahan mampu

menjaga terhadap hawa nafsu karena dengan pernikahan seorang laki-

laki dan perempuan yang awalnya saat berhubungan ialah zina tetapi

dengan pernikahan menjadi halal.

6. Perkawinan akan memelihara keturunan serta menjaganya.

7. Berbuat baik yang banyak lebih baik dari pada berbuat baik sedikit,

pada dasarnya pernikahan akan mendapatkan keturunan yang banyak

dengan itu maka akan memperoleh pahala dalam kebaikan.

8. Manusia itu jika telah mati terputuslah seluruh amal perbuatannya

yang mendatangkan rahmat dan pahala kepadanya. namun apabila

masih meninggalkan anak dan istri, mereka akan mendoakannya

dengan kebaikan hingga amalnya tidak terputus dan pahalanyapun

tidak ditolak, Salah satunya yaitu doa anak saleh untuk kedua orang

tuanya.
21

B. Pengertian Resepsi Pernikahan

Resepsi pernikahan di dalam Islam dapat disebutkan dengan kata

Al-Wali>mat ‘Urs. Al-Wali>mat Al-‘Urs terdiri dari dua kata, yaitu Al-

Wali>mah dan Al-‘Urs. Al-Walimah secara etimologi berasal dari bahasa

arab, yaitu dari kata (‫ )الوليمة‬dalam bahasa indonesia berarti pesta,

jama’nya adalah (‫)والئم‬. Sedangkan al-urs secara etimologi berasal dari

bahasa arab, yaitu (‫ )عرس‬yang dalam bahasa Indonesia berarti perkawinan

atau makanan pesta. Pengertian walimah ‘ursy secara terminologi adalah

suatu pesta yang mengiringi akad pernikahan, atau perjamuan karena

sudah menikah.19 Jadi dapat di simpulkan resepsi pernikahan adalah suatu

pesta atau jamuan karena berlangsungnya sebuah pernikahan sebagai

bentuk syukuran maupun pengumuman.

Pada Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso

resepsi pernikahan merupakan acara yang telah rutin dilaksanakan, seperti

pendapat bapak Amra yang mengatakan: “resepsi ataupun walimah di

Desa Kembang biasanya dilaksanakan sampai tiga hari dari mulai

persiapan pelaksanaannya hingga acara selesai, hari pertama gotong-

royong dalam persiapan, hari kedua akad tetapi ada juga yang sudah akad

di lain waktu sebelumnya, menyambut tamu-tamu undangan, dan hari ke

tiga yaitu walimahan (doa) dan serah trima pamoghi”.20 Kata walimahan

adalah penyebutan masyarakat daerah sana pada umumnya, yang

beranggapan bahwa acara tersebut merupakan acara inti dari suatu

19
Aldila Maudina, Walimah Urs Dalam Perspektif Hadist (Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018), 16.
20
Amra, Wawancara, 9 Februari 2019.
22

resepsi pernikahan yang di dalamnya berupa doa syukur atas

terselenggaranya akad pernikahan oleh pihak kedua mempelai.

Resepsi pernikahan merupakan jamuan makanan dalam rangka

mengalami kebahagian yang sama seperti resepsi lainnya, hanya saja ia

sunnah dan lebih utama. Salah satu hikmah resepsi pernikahan adalah

menginformasikan atau mengiklankan dan mempublikasikan pernikahan.

Karena itu ia dianjurkan dan sangat disarankan. An-nawawi dalam syarah

muslim memaparkan pendapat yang lebih tepat menurut pendukung

madzhab kami resepsi pernikahan adalah sunnah yang sangat dianjurkan,

madzhab ini didukung oleh Imam Malik dan lainnya, dalam kitab

Arraudh Ma’a Al-Hasyiyah pada jilid 6 halaman 405 tertulis resepsi

pernikahan adalah sunah dan mengandung banyak keutamaan. Ia tidak

wajib, Al-Muwafiq mengatakan tidak diperselisihkan lagi resepsi

pernikahan itu tidak wajib dan dalam kitab Nail tersebut adalah hanya

ajuran, Imam Al-Qurtubi mengatakan bahwa pendapat masyhur

menyebutkan resepsi pernikahan hanya dianjurkan maksudnya tidak

wajib dan tidak pula sunah dan dalam fatwa Ibnu Taimiyah pada halaman

209 mengatakan bahwa resepsi pernikahan sunah.21

Kadar biaya dalam resepsi yang dikeluarkan dalam acara resepsi

jangan sampai berlebih-lebihan. Rasulullah SAW pernah mengadakan

walimah (resepsi) dengan biaya kurang dari harga satu ekor kambing.22

Hal ini tidak ada batasan berapa besar atau yang menjadi acuan umum
21
Syaikhul Arif, “Resepsi Pernikahan Dalam Islam”, Jurnal Aktualita, Vol. 9, No. 1, (2018), 94.
Akbar Budiman, Praktik Resepsi (Walimah) Perkawinan Adat Suku Bugis Dalam Tinjauan ‘Urf
22

(Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2014), 17.
23

standart dalam melaksanakan resepsi pernikahan mulai hidangan yang

disajikan hingga pernak-pernik hiasan dalam resepsi pernikahan.

Resepsi pernikahan banyak melibatkan berbagai kalangan karena

biasanya seorang yang melaksanakan resepsi pernikahan mengundang

sanak keluarga serta teman-teman dari mempelai ataupun dari orang

tuanya, hal ini menyebabkan akan banyak yang menghadiri acara

tersebut dan dalam islam juga menjelaskan hukum menghadiri undangan

resepsi pernikahan yaitu menurut para ulama Hanafiah menghadiri atau

memenuhi undangan resepsi pernikahan hukumnya sunah. Sedangkan

jumhur ulama menyatakan bahwa menghadiri resepsi pernikahan fard{u

(wajib) ‘ain. Tidak ada alasan untuk tidak menghadiri resepsi pernikahan

seperti kedinginan, kepanasan atau sibuk.

Menghadiri walimah bagi yang diundang hukumnya wajib.

Menurut Jumhur Ulama hadis-hadis tersebut secara tegas mewajibkan

untuk memenuhi undangan, apabila tidak ada halangan maka sebaiknya

untuk menghadiri undangan kecuali ada udzur atau halangan yang tidak

memungkinkan untuk menghadirinya. Misalnya karena ada hal yang

tidak bisa di tinggalkan ataupun karena jarak tempuh yang terlampau

jauh, maka tidak apa apa jika tidak menghadiri.23

Adapun Etika dalam mendatangi resepsi pernikahan adalah:24

1. Jika yang diundang memiliki alasan yang kuat atau karena

perjalanannya terlalu jauh hingga sangat menyulitkan, maka ia boleh tidak

23
Ibid, Aldila Maudina, 27.
24
Ibid, 29.
24

menghadirinya. Berdasarkan riwayat Atha bahwa Ibnu Abbas pernah

diundang mengahadiri acara walimah. Sementara beliau sendiri sibuk

memberesi urusan pengairan, ia berkata kepada orang-orang :

“Datangilah undangan saudara kalian tersebut, sampaikanlah salam saya

kepadanya dan kabarkan bahwa saya sedang sibuk.”

2. Mendoakan keberkahan bagi pengantian pria dan wanita, ada beberapa

doa yang dianjurkan untuk dibaca dalam hal ini, akan tetapi diantara doa

yang masyhur adalah doa yang terdapat pada hadis yang diriwayatkan oleh

Abu Hurairah. Doa tersebut adalah

َ َ‫ار َك لَ َك للاُ ب‬
‫ار َك‬ َ َ‫علَي َك َوب‬
َ ‫خَي ٍر فِي َبي َن ُك َما َو َج َم َع‬
“Semoga Allah memberkahimu di waktu bahagia dan
memberkahimu di waktu susah, serta semoga Allah
mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan.”

3. Meninggalkan acara resepsi pernikahan jika melihat kemungkaran di

dalam nya, dalam pelaksanaan resepsi pernikahan harus menjauhi etika

keji yang sudah begitu memasyarakat dewasa ini, yaitu adanya

percampuran (pembauran) antara laki-laki dan perempuan, minum-

minuman khamar dan bebagai kemaksiatan lain yang erat kaitannya

dengan pelaksanaan resepsi pernikahan. Di masyarakat sering ditemui

adanya perbuatan keji dalam pelaksanaan resepsi pernikahan, misalnya

adanya hiburan seperti dangdut para hadirin yang datang menikmati

hiburan tersebut. Bercampurnya antara laki-laki dan perempuan dalam

satu tempat. Hal yang seperti ini sebaiknya dihindari, karena perbutan

yang seperti itu dilarang oleh agama.


25

Adapun hikmah dari resepsi pernikahan adalah :

1. Dalam rangka mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa akad

nikah sudah terjadi sehingga semua pihak mengetahuinya dan tidak ada

tuduhan dikemudian hari

2. Merupakan rasa syukur kepada Allah Swt

3. Tanda penyerahan anak gadis kepada suami dari kedua orang tua

4. Sebagai resminya akad nikah

5. Tanda memulai hidup baru bagi suami istri yang sudah melakukan akad

nikah

6. Realisasi arti sosiologis dari akad nikah

7. Mengumpulkan kaum kerabat serta teman-teman.25

C. Pengertian Pamoghi

Pamogi istilah tersebut berasal dari bahasa daerah yakni bahasa

madura secara bahasa adalah bawaan atau seserahan .Dan di dapat

artikan secara istilah biasanya di sebutkan tradisi ater (mengantar)

pamoghi yaitu bawaan atau seserahan harta suami yang dibawa oleh

pihak suami kepada pihak isteri dengan arti tidak diserahkan kepadanya.

Adapun barang yang dibawa tersebut lebih dikonotasikan pada

seisi rumah yaitu berupa lemari, seperangkat meja kursi,tempat tidur dan

perabotan rumah tangga (gelas, piring, sendok).26

25
Nursaniah Harahap, Hukum Menghadiri Undangan Walimatul ‘Urs Dalam Jumlah Yang
Banyak Serta Berjauhan Dalam Satu Waktu Menurut Pendapat Fungsionaris Majelis Ulama
Indonesia Kabupaten Deli Serdang (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatra Utara, 2018), 53.
26
Nur Intovia, Pandangan Masyarakat, 120.
26

Apabila pihak laki-laki tidak mampu untuk membawa pamoghi

tersebut, maka dampak sosial yang akan terjadi bagi laki-laki yaitu akan

dikucilkan dengan sebutan Abendeh Segundung (hanya bawa diri saja)

oleh keluarga isteri, sehingga suasana kekeluargaannya pun bisa

dikatakan tidak harmonis.27

Sebagian masyarakat desa tersebut bila tidak mampu untuk

menahan ketidakharmonisan dalam keluarganya, maka tahapan yang

akan dilakukan oleh mereka adalah cerai. Apabila ketidakharmonisan

mereka terjadi sampai pada tahap perceraian maka status pamoghi itu

akan dibawa kembali oleh pihak suami bukan diambil ataupun diberikan

kepada isteri.28

Akan tetapi pada saat melangsungkan resepsi pernikahan yag

biasanya dilakukan pada setelah akad dengan keadaan seorang laki-laki

tidak mampu untuk melaksanakan ater pamoghi, maka pihak suami bisa

melakukan negoisasi terhadap pihak istri dan menganggap pamoghi

tersebut sebagai hutang yang bisa di berikan kapan saja setelah

keberlangsungan pernikan, tapi dengan syarat ater pamoghi tetap harus

di laksanakan dari pihak suami.

Alasan masyarakat Desa Kembang menggunakan tradisi tersebut

adalah karena pamoghi merupakan salah satu bentuk tanggung jawab

seorang suami kepada isterinya dalam memberikan nafkah dan hal

27
Novikawati, Tradisi Penyerahan Prabotan Rumah Tanggah Dalam Pernikahan di Gampong
Seulalah Baru (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa, 2015), 56.
28
Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam Suatu anlisis Dari Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam cet.5 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004). 91.
27

tersebut bukan termasuk mahar. Ketika seseorang menikah kemudian

mampu membawa Pamoghi tersebut, maka perabotan itu akan dibawa

satu hari setelah calon suami melakukan akad nikah, pada waktu

dilangsungkannya resepsi pernikahan. Pada saat itulah pihak suami

membawa dan meletakkan pamoghi (perabotan) tersebut di kediaman

isterinya. Kemudian, seorang suami juga akan tetap tinggal di kediaman

istri bersama keluarga istrinya dengan alasan agar istri sebagai anak

masih bisa merawat orang tuanya sampai lansia.

Adapun maksud disini harta pamoghi dari laki–laki yang telah di

berikan kepada wanita dapat di ambil kembali jika ada permasalahan

dalam keluarganya, misalkan keduanya bercerai maka pamoghi dapat di

bawa pulang kembali oleh si laki–laki akan tetapi jika sudah mempunyai

anak dan ikut bersama ibunya secara langsung harta pamoghi akan di

wariskan kepada anaknya.

D. Kajian ‘Urf Dalam Ushul Fiqh

1. Pengertian ‘Urf

Menurut Al-Ghazali ‘urf diartikan dengan:

‫س ِلي َمةُ بِل َقبُو ِل‬ ِ ُ‫قضرفِى النُّفُو ِس ِمن ِج َه ِة العُقُو ِل َوتَلَقَّته‬
َّ ‫الطبَاعُ ال‬ َّ ‫َمااس‬
“Keadaan yang sudah tetap pada jiwa manusia, dibenarkan oleh akal
dan diterima pula oleh tabiat yang sejahtera.”

2. ‘Urf dan Adat

Pengertian ‘urf secara etimologi berarti “sesuatu yang dipandang

baik dan diterima oleh akal sehat”. Al-‘urf (adat istiadat) yaitu sesuatu
28

yang sudah diyakini mayoritas orang, baik berupa ucapan atau perbuatan

yang sudah berulang-ulang sehingga tertanam dalam jiwa dan diterima

oleh akal mereka.

Secara terminologi Abdul-Karim Zaidan, Istilah ‘urf berarti:

“Sesuatu yang tidak asing lagi bagi satu masyarakat karena telah menjadi

kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan

atau perkataan”, Menurut Ulama Usuliyyin ‘urf adalah “Apa yang bisa

dimengerti oleh manusia (sekelompok manusia) dan mereka jalankan, baik

berupa perbuatan, perkataan, atau meninggalkan”. ‘Urf adalah apa yang

dikenal oleh manusia dan menjadi tradisinya baik ucapan, perbuatan atau

pantangan-pantangan, dan disebut juga adat, menurut istilah ahli syara’,

tidak ada perbedaan antara ‘urf dan adat istiadat.29

3. Macam-Macam ‘Urf

Ulama ushul fikih membagi ‘urf menjadi tiga macam :30

1. Dari segi objeknya

a. Al-‘Urf Al-Lafdzi adalah kebiasaan masyarakat dalam

mempergunakan lafal/ungkapan tertentu dalam mengungkapkan

sesuatu, sehingga makna ungkapan itulah yang dipahami dan

terlintas dalam pikiran masyarakat.31

b. Al-‘Urf Al-Amali adalah ‘urf yang berupa perbuatan. ‘Urf amali

adalah kebiasaan masyarakat yang berkaitandengan perbuatan

29
Musa Aripin, “Eksistensi Urf Dalam Kompilasi Hukum Islam”, Jurnal Al-Maqasid, Vol. 2, No.
1, (2016), 208.
30
Totok jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fikih (Jakarta: Amzah, 2009). 335.
31
Ibid, 338
29

biasa atau mu’amalah keperdataan. Adapun yang dimaksud

perbuatan biasa adalah perbuatan masyarakat dalam masalah

kehidupan mereka yang tidak terkait dengan kepentingan orang

lain, seperti kebiasaan libur kerja pada hari tertentu dalam satu

minggu.32

2. Dari segi cakupannya

a. Al-‘Urf Al-‘Amm adalah ‘urf yang berlaku pada suatu tempat,

masa, dan keadaan. Atau kebiasaan tertentu yang berlaku secara

luas di seluruh masyarakat dan di seluruh daerah.33

b. Al-‘Urf Al-Khas adalah ‘urf yang hanya berlaku pada tempat,

masa, dan keadaan tertentu saja. Atau kebiasaan yang berlaku di

daerah dan masyarakat tertentu.34

3. Dari segi keabsahannya

a. Al-‘Urf Shahih adalah ‘urf yang baik dan dapat diterima karena

tidak bertentangan dengan syara’. Atau kebiasaan yang berlaku

ditengah-tengah masyarakat yang tidak bertentangan dengan

nash (ayat-ayat Al-quran atau hadis), tidak menghilangkan

kemaslahatan mereka, dan tidak pula membawa mudharat

kepada mereka.35

b. Al-‘Urf Al-Fasid adalah ‘urf yang tidak baik dan tidak dapat

diterima, karena bertentangan dengan syara’. Atau kebiasaan

32
Ibid, 334.
33
Ibid, 337.
34
Ibid, 337.
35
Ibid, 339.
30

yang bertentangan dengan dalil-dalil syara’dan kaidah-kaidah

dasar yang ada dalam syara’.36

4. Syarat-Syarat ‘Urf di Terima Sebagai Dalil dalam Penetapan Hukum

Menurut ulama ushul fikih, ‘urf baru bisa dijadikan pertimbangan

dalam penetapan hukum syara’ apabila memenuhi persyaratan-

persyaratan sebagai berikut:37

a. Adat atau ‘urf bernilai maslahat dan dapat diterima akal sehat

b. Adat atau ‘urf itu berlaku umum dan merata dikalangan orang-

orang yang berada dalam lingkungan adat itu, atau dikalangan

sebagaian besar warganya.

c. ‘Urf yang dijadikan sandaran dalam penetapan hukum itu telah

ada (berlaku) pada saat itu, bukan ‘urf yang muncul kemudian.

d. Adat tidak bertentangan dan melalaikan dalil syara’ yang ada atau

bertentangan dengan prinsip yang pasti.

5. Penerapan ‘Urf

Penerapan ‘urf didasari dengan suatu kondisi secara global syara’

menggariskan suatu tuntutan, sementara tidak ditemukannya batasan

bakunya adalah pada ‘urf, karena terbentuknya ‘urf berdasarkan pada

perubahan waktu dan perbedaan masa. Para ulama ushul fiqh juga sepakat

36
Ibid, 337.
37
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, cet 5 (Jakarta: Kencana, 2009), 401.
31

hukum-hukum yang didasarkan pada ‘urf bisa berubah sesuai dengan

perubahan masyarakat.38

Dalam proses pengambilan hukum ‘urf (adat) hampir selalu

dibicarakan secara umum. Namun telah dijelaskan di atas bahwa ‘urf dan

adat yang sudah diterima dan diambil oleh syara’ atau yang secara tegas

ditolak oleh syara’ tidak perlu diperbincangkan lagi tentang alasannya.

38
Faiz Zainuddin, “Konsep Islam Tentang Adat”, Journal Of, Al-Lisan, Vol 7, No. 2 (Desember
2015), 394.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian

ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menerapkan studi

kasus hal ini peneliti harus terjun lapangan, terlibat dengan masyarakat

setempat. Peneliti harus mengetahui kondisi dan situasi masyarakat yang

diteliti.39 Peneliti dalam penelitian ini termasuk Non-partisipan sebab

peneliti mengambil data dari pihak yang bersangkutan dengan penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari

Kabupaten Bondowoso yang melaksanakan adat tradisi pamoghi, dalam

penelitian ini penulis menggunakan jenis hukum empiris karena untuk

mengidentifikasi pelaksanaan hukum di masyarakat agar memahami tentang

apa yang dialami subyek peneliti misalnya, perilaku, persepsi dan lain-lain

dengan cara deskripsi memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

B. Sumber Data

Adapun sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data Primer

Merupakan data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari

sumber aslinya, jadi dengan kata lain data yang diambil oleh peneliti

secara langsung dari objek tidak melalui perantara oleh pihak lain. Adapun

yang menjadi data primer dalam penelitian terhadap tradisi pamoghi

39
Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2001), 121.

31
32

adalah sesepuh desa yakni bapak Amra, Sumiati dan Mu’din pasangan

suami istri yang menjadi pelaku tradisi, perangkat desa, ibu Misyani,

Ustadz Abd. Halim selaku masyarakat.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh bukan secara langsung dari sumbernya.

Dalam penelitian ini sumber data sekunder adalah data tertulis seperti

sumber buku, arsip dokumen dari Desa serta jurnal yang berkenaan

dengan masalah ini.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan

data sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku, gejala,

kejadian, atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang sedang di

teliti.40 Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui lebih dekat dengan

obyek yang akan diteliti yang meliputi tentang Resepsi Pernikahan, urf,

serta tradisi pamoghi yang di lakukan di Desa Kembang Kecamatan

Tlogosari Kabupaten Bondowoso.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan

40
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 37.
33

pertanyaan.41 Dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan wawancara

secara lisan serta tatap muka langsung untuk memperoleh data mengenai

semua hal yang berkaitan dengan tinjauan hukum Islam adat tradisi

pamoghi.

3. Metode Dokumentasi

Dokumen diartikan sebagai catatan tertulis atau gambaran sesuatu

yang telah terjadi. Dokumen merupakan fakta dan data tersimpan dalam

berbagai bahan yang berbentuk dokumentasi. Bentuk data yang tersedia

adalah foto, surat-surat, laporan, peraturan, biografi dan lainya yang

tersimpan. Dokumen tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga

memberi peluang pada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah

terjadi.42

Dari dokumentasi ini peneliti mencoba melampirkan foto dari

wawancara serta pelaksanaan terhadap pamoghi.

D. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan

menggunakan metode analisis Deskriptif-Normatif yaitu suatu analisis

yang bertujuan untuk memberi deskriptif mengenai keadaan atau

fenomena secara mendalam dari semua aspek. Metode analisis ini

bertujuan mengetahui deskripsi perihal tradisi pamoghi dalam resepsi

pernikahan yang selanjutnya dianalisis menggunakan tinjauan hukum

41
Aunu Rofiq Djaelani, “Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatiif”, Journal Of
Majalah Ilmiah Pawiyatan, Vol. 20, No. 1 (Maret 2013), 87.
42
Ibid., 88.
34

Islam. Kemudian data tersebut diuji dengan ketentuan yang ada sesuai

dengan rumusan-rumusan hukum Islam tersebut. Hasil penelitian dan

pengujian tersebut disimpulkan menggunakan metode deskriptif dengan

pola pikir deduktif, yaitu analisis dengan menggambarkan secara

sistematis terlebih dahulu mengenai tradisi pamoghi untuk selanjutnya

dianalisis Hukum Islam.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis Desa Bandung

Desa Kembang mempunyai luas wilayah 3565 Ha yang kondisinya

terdiri dari:

a. Ketinggian dari permukaan air laut : 2226 M dpl

b. Luas tanah sawah : 418 Ha

c. Luas tanah pekarangan : 42 Ha

Desa Kembang berbatasan dengan 4 wilayah desa, yaitu:

a. Sebelah utara : Desa Trotosari (kec.Tlogosari)

b. Sebelah selatan : Desa Brambang Ds. (kec.Tlogosari)

c. Sebelah Timur : Desa Gunosari (kec.Tlogosari)

d. Sebelah Barat : Desa Tlogosari (Kec.Tlogosari)

Luas wilayah Desa Kembang 3.565 ha. terdiri dari:

a. Tanah sawah : 418 ha

b. Tanah Kering (tegal) : 490 ha

c. Permukiman : 42 ha

d. Tanah Hutan lindung : -

e. Tanah hutan Produksi : -

f. Tanah Hutan Konversi: -

35
36

g. Tanah lainnya : 2.615 ha

Desa kembang memiliki wilayah bawahan yaitu Dusun Salak yang

terdiri dari 1 Rw dan 9 Rt, Dusun Koparas terdiri dari 1 Rw 4 Rt, Dusun

Krajan terdiri dari 2 Rw 11 Rt, Dusun Panggang terdiri dari 1 Rw 11 Rt.

2. Struktur Organisasi Pemerintah Desa

Pemerintah Desa Kembang dipimpin oleh Kepala Desa terpilih

yang dilantik oleh Bupati Bondowoso. Adapun Kepala Desa yang pernah

menjabat hingga sekarang adalah sebagai berikut :

1. Soer ( Tahun 1950 s.d 1967 )

2. Sumardi ( Tahun 1967 s.d 1974 )

3. Romidi ( Tahun 1974 s.d 1983 )

4. Totok Mathari ( Tahun 1984 s.d 2002)

5. Kursiyanto ( Tahun 2007 s.d 2013)

6. Buzairi ( Tahun 2015 s.d 2021)

Pada saat ini Desa Kembang dipimpin oleh 1 (satu) orang Kepala

Desa, 1 (satu) orang Sekretaris Desa, 6 (enam) orang Pelaksana Teknis

dan 8 (delapan) orang Kepala Dusun.

Secara umum pelayanan pemerintah Desa Kembang kepada

masyarakat cukup memuaskan. Dalam beberapa sesi wawancara langsung

dengan masyarakat Desa Kembang yang dipilih secara acak, terungkap

bahwa dalam memberikan pelayanan pengurusan administrasi

kependudukan, pertanahan dan lain-lain dikerjakan dengan cepat dan


37

dilayani selama 24 jam, baik pelayanan pada jam kerja di kantor maupun

di luar jam kerja di rumah Kepala Desa, Sekretaris Desa atau Perangkat

Desa lainnya.

3. Sejarah Desa Kembang

Tentang asal usul Desa Kembang sampai saat ini belum mendapat

gambaran yang jelas. Hal ini karena keterbatasan dan ketidakmampuan

dari para tokoh masyarakat yang ada sekarang untuk memperoleh

informasi mengenai sejarah asal mula Desa Kembang. Disamping itu juga

tidak adanya dokumen atau buku yang mampu memberikan gambaran

yang pasti tentang sejarah Desa Kembang.

Menurut cerita bahwa asal mula mengapa Desa ini dinamai Desa

Kembang adalah dahulu kala daerah ini merupakan daerah yang sangat

subur sehingga disana-sini banyak terdapat tanaman bunga yang beraneka

macam, cerita tersebut diperkuat dengan cerita sesepuh desa dimana

sewaktu jaman penjajahan jepang bahwa ada sebuah taman yang cukup

luas yaitu taman bunga dan taman tersebut dijaga oleh pak Mukti. Karena

masyarakat Desa Kembang yang asli penduduknya mayoritas berbahasa

Madura maka taman bunga yang dahulunya ada disebut taman kembang

sehingga akhirnya desa ini dinamai Desa Kembang.

4. Keadaan Sosial Budaya

a. Kependudukan

Berdasarkan data administrasi pemerintah desa, jumlah penduduk

yang tercatat secara administrasi, jumlah total jiwa. Penduduk berjenis


38

kelamin laki-laki berjumlah 3152 jiwa, sedangkan berjenis kelamin

perempuan berjumlah 3332 jiwa, dengan rincian Dusun Salak laki-laki 622

perempuan 652 , Dusun Koparas laki-laki 526 perempuan 555, Dusun

Krajan laki-laki 1.221 Perempuan 1.252, Dusun Panggeng Laki-laki 783

Perempuan 873, dan total keseluruhan yaitu 6484 jiwa.43

Dari total jumlah penduduk Desa Kembang, yang dapat

dikategorikan kelompok rentan dari sisi kesehatan mengingat usia, yaitu

penduduk yang berusia >60 tahun. Jumlah yang paling banyak 45,8.%

adalah antara usia 0 sampai dengan 5 Tahun Sementara jumlah penduduk

usia produktif yaitu dari usia 21-40 tahun sejumlah 18,5%.

Dari usia >60 tahun tersebut jumlah penduduk berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 2,2 % dan perempuan ada 2,6.%. Sedang pada usia 0-5

tahun, yang berjenis kelamin laki-laki 22,7% dan perempuan

23,1.%.Penduduk usia produktif pada usia antara 21-40 tahun di Desa

Kembang jumlahnya cukup signifikan, yaitu 1218 jiwa atau 18,5% dari

total jumlah penduduk. Terdiri dari jenis kelamin laki-laki 48,4.%,

sedangkan perempuan 51,5%.

Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah laki-laki/wanita usia

produktif lebih banyak. Dengan demikian sebenarnya perempuan usia

produktif di Desa Kembang dapat menjadi tenaga produktif yang cukup

signifikan untuk mengembangkan usaha-usaha produktif diharapkan

43
Buku Administrasi Desa Kembang Kecamatan Tlogosari, Februari 2019.
39

semakin memperkuat ekonomi masyarakat, sementara ini masih bertumpu

kepada tenaga produktif dari pihak laki-laki.44

b. Mata pencaharian Pokok

Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Kembang

dapat teridentifikasi ke dalam beberapa bidang mata pencaharian, seperti :

petani, buruh tani, PNS/TNI/POLRI, karyawan swasta, pedagang,

wiraswasta, pensiunan, buruh bangunan/tukang, peternak.

Berdasarkan tabulasi data tersebut teridentifikasi, di Desa

Kembang jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian ada

79,40%. Dari jumlah total penduduk, kehidupannya bergantung di sektor

pertanian, ada 16,9 % dari total jumlah penduduk, Jumlah ini terdiri dari

buruh tani terbanyak, dengan 33,7% dari jumlah penduduk yang

mempunyai pekerjaan atau 79,40% dari total jumlah penduduk. Petani

sebanyak 16,9% dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan.

Terbanyak Kedua adalah Peternak dengan 11,4% dari jumlah

penduduk yang mempunyai pekerjaan. Sementara penduduk yang lain

mempunyai mata pencaharian yang berbeda-beda, ada yang berprofesi

sebagai PNS, karyawan swasta, sopir, wiraswasta, tukang bangunan, dan

lain-lain.45

Dengan demikian dari data tersebut menunjukkan bahwa warga

masyarakat di Desa Kembang memiliki alternatif pekerjaan selain sektor

buruh tani dan petani. Setidaknya karena kondisi lahan pertanian mereka

44
Ibid.
45
Ibid.
40

sangat tergantung dengan curah hujan alami. Di sisi lain, air irigasi yang

ada tidak dapat mencukupi untuk kebutuhan lahan pertanian di Desa

Petung secara keseluruhan trutama ketika musim kemarau. Sehingga

mereka pun dituntut untuk mencari alternatif pekerjaan lain.

c. Kondisi Kesehatan

Desa kembang sudah ada pelayanan kesehatan yaitu Bidan Desa,

Postu, Perawat, dan 8 Posyandu yang kondisi keterangannya masih

melayani dengan baik. Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Desa

Kembang dibidang kesehatan :

1. Kebanyakan masyarakat belum memahami arti pola hidup

bersih dan sehat serta kurangnya fasilitas dan tempat mandi

yang memadai sehingga masih banyak warga yang mandi di

sungai.

2. Biaya berobat yang sangat mahal tidak dapat dijangkau oleh

masyarakat ekonomi menengah ke bawah (miskin). Bantuan

Pemerintah berupa JAMKESMAS yang disempurnakan dengan

BPJS tidak menampung semua keluarga tidak mampu, miskin

bahkan sangat miskin karena data mengacu pada data PPLS

2011, seperti kita ketahui bahwa data tersebut banyak yang

salah sasaran karena pendataan yang hanya melihat dengan

kasat mata tanpa melihat dengan mata hati serta adanya

perubahan sosial ekonomi masyarakat, untuk itu sangat

diharapkan penyempurnaan dan penambahan jumlah penerima


41

JAMKESMA /BPJS serta bantuan biaya kesehatan bagi warga

miskin yang tidak masuk data BPJS berupa program dari Desa

Kembang yaitu kembang sehat, sesuai dengan kondisi riel

masyarakat Desa Kembang agar tidak ada lagi warga yang

tidak mendapatkan pelayanan kesehatan karena alasan tidak

mampu.

3. Program Pemerintah berupa posyandu sangat banyak

membantu keluarga miskin, namun kepadatan penduduk

dengan jumlah ibu hamil dan balita yang cukup banyak serta

kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan

balita yang masih kurang dengan alasan jauh dan sibuk

mengurusi ekonomi, dibutuhkan penambahan jumlah posyandu

dan kader posyandu agar program tersebut dapat menjangkau

semua lapisan masyarakat.

d. Pendidikan

Latar belakang pendidikan masyarakat Desa Kembang sangat

berfariatif, ada yang Sarjana bahkan yang Pasca Sarjana, namun masih

banyak yang hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) bahkan ada yang tidak

tamat Sekolah Dasar (SD) karena alasan tidak mampu dan lebih parah lagi

dengan alasan membantu orang tua mencari nafkah.


42

Jumlah penduduk Desa Kembang berdasarkan jenjang pendidikan

yang ditamatkan kondisi tahun 2015 s/d tahun 2018 adalah sebagai

berikut:46

o Belum Sekolah : 2498 orang

o Pernah sekolah SD tapi tidak tamat : 954 orang

o Tamat SD / sederajad : 3461orang

o Tamat SLTP / sederajad : 457 orang

o Tamat SLTA / sederajad : 317orang

o Tamat D1 : 7 orang

o Tamat D2 : 0 orang

o Tamat D3 : 7 orang

o Tamat S1 : 54 orang

o Tamat S2 : 2 orang

o Tamat S3 : - orang

Dari data di atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa

Kembang Kecamatan Tlogosasi Kabupaten Bondowoso hanya mampu

menyelesaikan sekolah di jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun

(SD dan SMP). Dalam hal kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang

memadahi merupakan tantangan tersendiri.

Rendahnya kualitas tingkat pendidikan di Desa Kembang tidak

terlepas dari terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, di

samping itu tentu masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat.

46
Ibid.
43

Sarana pendidikan di Desa Kembang baru tersedia di tingkat pendidikan

dasar 9 Tahun (SD dan SMP), sementara untuk pendidikan tingkat

menengah ke atas berada di tempat lain yang relatif jauh.

Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternatif bagi persoalan

rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) di Desa Kembang yaitu melalui

pelatihan dan kursus. Namun sarana atau lembaga ini ternyata juga belum

tersedia dengan baik di Desa Kembang bahkan beberapa lembaga

bimbingan belajar dan pelatihan yang pernah ada tidak bisa berkembang.

e. Kondisi Pertanian

Mayoritas petani di Desa Kembang masih menggunakan cara

tradisional dan terlalu fanatik dengan pupuk urea bahkan petani

beranggapan ”Yang namanya pupuk itu Putih“ sehingga keasaman tanah

semakin meningkat yang berakibat kesuburan tanah menurun dan tanaman

mudah terserang penyakit, untuk itu dibutuhkan penyuluhan dari petugas

pertanian sesuai dengan program pemerintah Kabupaten Bondowoso

“Menuju Bondowoso Pertanian Organik “.

f. Keadaan Sosial Budaya

Desa Kembang mayoritas bersuku Madura dan hubungan dengan

suku yang lain utamanya warga pendatang cukup harmonis yang ditandai

dengan suasana hubungan sosial yang damai dan saling menghormati.47

Meskipun secara umum kondisi kerukunan dan kekeluargaan

masyarakat Desa Kembang cukup baik, namun permasalahan sosial

47
Perangkat Desa Kembang, wawancara, 8 Februari 2019.
44

budaya di Desa Kembang adalah sikap suku Tiongkok (China) yang selalu

sibuk dengan usahanya sehingga sulit berbaur dengan masyarakat lainnya,

untuk itu diperlukan pertemuan–pertemuan antar tokoh masyarakat dengan

suku Tiongkok (China) secara rutin dan kontinue.

B. Deskripsi Tradisi Pamoghi Dalam Resepsi Pernikahan Di Desa


Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso.
a. Pengertian Pamoghi

Hasil wawancara peneliti dengan 5 orang masyarakat, bapak

Mu’din dan Sumiati sepasang suami istri, uastad Abd. Halim tokoh agama

sekaligus pelaksana, ibu Misyani yang mengalami pelaksanaan tradisi

pamoghi, serta bapak Amra yakni selaku sesepuh desa di Desa Kembang

beliau mengungkapkan bahwa:

Bapak Amra mengatakan: ”Pamoghi itu adalah kenang-kenangan dari


pihak laki-laki kepada mempelai perempuan, sebagai bagian dari adat
istiadat yang turun temurun dilaksanakan”.48

Dalam prosesnya pamoghi dilaksanakan setelah akad di laksanakan

sehingga status dari keduanya sudah sah menjadi suami istri, Pemberian

ini tidak termasuk kedalam mahar melainkan pemberian setelah

memberikannya mahar.

Ibu sumiati mengatakan: “Pamoghi adalah tradisi yang dilakukan pada


saat orang menikah, dimana seorang laki-laki memberikan barang-
barang bawaan untuk istri sebagai tanda kenangan dan tanggung
jawab diawal dalam menafkahi istrinya, saya merasa juga kalau suami
saya itu bersungguh-sungguh mau menikahi saya mbak dengan
48
Amra, Wawancara, 9 Februari 2019.
45

adanya pamoghi ini soalnya saya dihargai dan dia bertanggung jawab
tidak semata-mata hanya ingin nikah saja” .49

Bapak Mu’din menambahkan: “pamoghi yaitu barang seserahan dari


manten laki-laki untuk manten wanita sebagai tanda tanggung jawab
karena manten laki-laki akan tinggal dirumah manten wanita”.50

Kebiasaan di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten

Bondowoso jika seorang laki-laki dan wanita menikah pada umumnya

laki-laki tinggal dirumah si wanita, yang pertama dengan alasan laki-laki

dituntut untuk bertanggung jawab penuh terhadap istrinya dan membantu

mertua dalam mengurusi keluarga.

Kedua, saat terjadi permasalahan dalam rumah tangga pada

pasangan yang mengakibatkan perpisahan dan suami pulang kerumahnya

sendiri, di pandang lebih baik dari pada wanita yang pulang kerumahnya

sendiri. Karena pada kebiasaan di masyarakat kalau lelaki pulangnya itu

sendiri tetapi kalau wanita itu diantar.

Ibu Misyani menambahkan: “seorang wanita kalau ikut akan malu


kalau sampai diantar oleh keluarga pihak suami dan dampaknya akan
menjadi perbincangan karena di nilai tidak baik, tetapi kalau laki-laki
yang ikut, kalau ada permasalahan mau pulang ya pulang saja”.51

49
Sumiati, Wawancara, 10 Februari 2019.
50
Mu’din, Wawancara, 10 Februari 2019.
51
Misyani, Wawancara, 10 Februari 2019.
46

b. Barang Pamoghi

Pamoghi tidak ditentukan oleh pihak mempelai wanita tetapi secara

langsung pihak laki-laki membawanya, barang pamoghi juga berdasarkan

kemampuan pihak suami apabila pihak suami tidak bisa membawa pada

saat resepsi pernikahan bisa saja pihak suami bernegosiasi pada pihak istri

tetapi tetap harus diberikan lain waktu saat suami sudah mampu

memberikannya.

Ibu Sumiati mengatakan: “yang dibawa biasanya meja, kursi, tempat


tidur dan perlengkapannya, baju, lemari dan perabotan rumah tangga.
Di masyarakat biasanya menyebutkan ungkapan yaitu “ngibeh listrik
tello coppan” (membawa listrik yang tiga cas) maksudnya disini
bawaannya itu yang bermuatan listrik contohnya magicom, kulkas
serta televisi. Jika dari pihak suami orang yang berada ada juga yang
membawa sepeda sebagai pamoghi mbak, biasanya biaya pamoghi
hasil jerih payah suami sendiri tetapi kalau tidak mampu ya dari orang
tua terkadang ada juga sanak keluarga yang patungan untuk ater
pamoghi ini.52

Barang pamoghi tidak menekankan harus membawa keseluruhan

dengan lengkap tetapi harus disertai kemampuan pihak suami, pihak istri

tidak boleh meminta atau menentukan barang pamoghi sebab pada

masyarakat terkesan seperti wanita yang matrealistis.

c. Status Kepemilikan dan kedudukan Pamoghi

Bapak Amra mengatakan: “kepemilikan dari pamoghi menjadi hak


penuh istri, namum apa bila terjadi perceraian saat masih belum

52
Sumiati, Wawancara,10 Februari 2019.
47

memiliki keturunan pihak suami boleh mengambil sebagian yang


sudah diberikan kepada istri. Namun jika memiliki keturunan atau
anak pamoghi dapat diturunkan atau diberikan kepada anak tersebut”.53

Sesuai adat yang berlaku dan di yakini masyarakat Desa Kembang

Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso kepemilikan pamoghi tidak

sama seperti harta bawaan ataupun harta gana-gini, Pasalnya pamoghi

akan berubah status jika ada persoalan yaitu perceraian.

Dari penjelasan bapak Amra dapat disimpulkan bahwa status yang

diawal yakni menjadi hak penuh istri sebab ada penyebutan sebagai

kenang-kenangan dari pihak suami, tetapi akan memjadi kepemilikan

suami saat terjadi perceraian, kerena suami berhak mengambil kembali

kecuali status barang akan tetap di istri kalau sudah ada keturunan karena

status kepemilikannya menjadi hak penuh anaknya, meski anak ikut pihak

suami status kepemilikan tetap hak penuh di anak.

Ibu Misyani menambahkan: “barang yang akan di jemput dari pihak


istri itu mbak, harus menunggu surat cerai keluar dari pengadilan
untuk menghindari persoalan yang membuat kedua keluarga tidak
harmonis meski sudah bercerai, dan membawa sesepuh yang menjadi
pengantar pemeberian dulu”.54

Apabila dilihat dari kedudukannya, pamoghi itu merupakan

pelaksanaan yang bukan kewajiban akan tetapi jika tidak melaksanakannya

dalam perkawinan adat Desa Kembang berdampak pada hukum sosial

ketidak harmonisan dalam keluarganya.


53
Amra, Wawancara, 9 Februari 2019.
54
Misyani, Wawancara, 9 Februari 2019.
48

Ibu sumiati menambahkan: “kalau semisal tidak melaksanakannya


orang pasti bilang “abendeh beden” (bermodal badan) dan menjadi
pembicaraan di kalangan masyarakat, karena memang sudah menjadi
adat yang harus dilaksanakan, Pamoghi kan biasanya dibawa pas
resepsi tidak ada istilah tidak bawa karena pihak istri sudah ngerti
kalau tidak ada dan akan menjadi bahan pembicaraan masyarakat dan
para keluarga istri gak mau anaknya di istilahkan “epajubek
nyamanah gun masalah pamoghi”( dijelek-jelekkan namanya cuma
karena masalah pamoghi) ”. 55

Pada sebuah keluarga yang tidak melaksanakan tradisi pamoghi

akan menjadi pembicaraan dikalangan masyarakat serta akan memberi

dampak katidak tentraman dalam rumah tangganya, pihak suami terkesan

tidak bertanggung jawab karena tinggal di rumah istri hanya membawa

badan saja. Tetapi tradisi ini banyak dilaksanakan ketika yang menikah itu

orang desa sendiri dengan adat yang sama, kepada orang desa yang

menikah dengan adat yang berbeda maka ada yang melaksanakan dan juga

yang tidak melaksanakan.

d. Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Pamoghi

Bapak Amra mengatakan: “tradisi resepsi pernikahan di desa ini


biasanya dilaksanakan tiga hari, hari pertama gotong-royong dalam
persiapan, hari kedua akad tetapi ada juga yang sudah akad di lain
waktu sebelumnya, menyambut tamu-tamu undangan, dan hari ke tiga
yaitu walimahan (doa) dan serah trima pamoghi”.56

55
Sumiati, Wawancara, 10 Februari 2019.
56
Amra, Wawancara, 9 Februari 2019.
49

Adat di Desa Kembang dilaksanakan sebagaimana yang bapak

Amra paparkan diatas, di hari pertama yakni gotong-royang yang

melibatkan seluruh kerabat seta tetangga yang membantu pelaksanaan

resepsi penikahan, mulai dari sajian dekorasi serta penak-pernik yang di

butuhkan di pelaksanaan resepsi.

Di hari kedua yaitu akad akan tetapi banyak juga yang terjadi di

masyrakan akad sudah dilaksanakan jauh-jauh hari sebelumnya, damn

penerimaan tamu undangan biasanya pengantin menempati kuade (kursi

pelaminan) yang telah dipersiapkan waktu ini bisa memakan waktu sampai

malam.

Hari ketiga yaitu walimahan atau doa, masyarakat pada umumnya

mengundang seorang ceramah atau sesepuh desa dan tokoh masyarakat

untuk memimpin, dalam pembacaan solawat pengantin keliling

bersalaman kepada seluruh yang hadir serta sanak keluarga, maksud ini

sebagai tanda pelepasan dari kedua belah pihak keluarga dan permohonan

meminta restu dalam keluarga baru yang akan mereka bina.

Walimah dikasanakan di tempat mempelai wanita dan pihak laki-

laki datang dengan membawa seserahan pamoghi. Setelah doa selesai

barulah pihak juru bicara dari laki-laki menyampaikan tujuan dan maksud

kedatangannya, Pamoghi memang begitu saja langsung diberikan tetapi

ada tata cara yakni contoh kata-kata yang di pakai pada prosesi ater

pamoghi.

Juru bicara mempelai laki-laki: “assalamualaikum, kami datang


dengan maksud ikut mendoakan serta memberikan kenang-kenangan
50

untuk pengantin wanita serta mengantarkan pengantin laki-laki yang


akan tinggal disini, semoga barang-barang ini bermanfaat dan diurus
sebaik-baik mungkin seperti membina rumah tangga bersama”.

Juru bicara mempelai wanita: “waalaikumsalam, amin terimakasi


kehadirannya serta kami terima kenang-kenangannya semoga ini awal
dan mejadi terakhir untuk membina rumah tangga dari mempelai”.57

Setelah itu biasanya dari sesepuh menasehati kedua mempelai

dalam membina rumah tangga dan diharapkan kedua mempelai menjadi

keluarga sakinah, mawadda dan warahmah.

Faktor-faktor yang masih dilakukannya adat tersebut sampai

sekarang

Bapak Amra mengatakan: “karena merupakan adat dan budaya turun


temurun yang pelaksanaannya menjadi suatu kewajiban tersendiri”.58

Bapak Mu’din mengatakan: “dari faktor adat istiadat yang telah


dilakukan dan diterima di desa ini”.59

Kebudayaan dapat berbeda di berbagai tempat dan mempunyai

tujuan makna tersendiri, maysarakat dan budaya merupakan perwujudan

dari bentuk perlaku manuasia.

57
Amra, Wawancara, 9 Februari 2019.
58
Amra, Wawancara, 9 Februari 2019.
59
Mu’din, Wawancara, 9 Februari 2019.
51

C. Tinjauan Hukum Isalam Terhadap Tradisi Pamoghi Dalam Resepsi


Pernikahan Di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Bondowoso

Pernikahan merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari

manusia sebab pernikahan menjadi sebuah kebutuhan pada manusia dalam

keberlangsungan kehidupan di dunia dengan tatanan yang teratur,

perkawinan akan menyatukan se-orang dengan seseorang lainnya serta

dalam waktu lebih lama akan membentuk sebuah populasi dalam

masyarakat.

Pada tatanan masyarakat pernikahan mempunyai banyak perbedaan

dalam segi aturannya, Ada beberapa faktor menjadi pemicu dalam

perubahan tersebut salah satunya adat istiadat yang dianut dalam sebuah

daerah itu. Di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten

Bondowoso termasuk memiliki fenomena berbeda diantara daerah lainnya,

yakni dalam mengatur pernikahan daerah Desa Kembang Kecamatan

Tlogosari Kabupaten Bondowoso menambahkan ritual tradisi pamoghi

sebagai adat istiadat yang turun temurun dilaksanakan. Filosofi

dilakukannya ialah sebagai rasa tanggaung jawab serta kenang-kenangan

dari pihak suami terhadap pihak istri dengan tujuan pernikahan tersebut

bisa langgeng, bahagia dalam membina rumah tangga. Dilaksanakannya

tradisi pamoghi sudah dilaksnakan dari orang-orang terdahulu hingga tetap

terlaksana sampai sekarang, tradisi ini dilakukan dengan penuh

pertimbangan dari kedua belah pihak yang mempunyai hajat dan


52

mempunyai makna bagi yang melangsungkan pernikahan serta masyrakat

disana.

Ustadz Abd. Halim Mengatakan: “menurut rukun syariat proses


pernikahan dengan adanya tradisi pamoghi ini sudah lengkap dan
memenuhi terhadap syariat, tetapi memang perlu diklarifikasi kembali
dalam tradisi pamoghi karena diharuskannya serta terkesan
memberatkan terhadap pihak laik-laki yang hendak ingin
melaksanakan pernikahan”.60

Permaslahan dalam tradisi ini ialah keharusan proses tradisi

pamoghi serta memberatkannya, proses ini di nilai bertentangan dengan

hukum syariat islam, karena dalam islam sendiri tidak ada keharusan serta

memberatnya sepihak.

Saat tradisi ini tidak dilaksanakan maka dampaknya ke sebuah

keluarga diyakini masyrakat akan mengganggu sebuah ketentraman dalam

rumah tangga dan menilai sepihak yakni pihak suami tidak memiliki rasa

bertanggung jawab, sehingga masyarakat hingga sampai saat ini seperti

melegalkan dan tetap mentradisikan adat tersebut hingga sekarang.

Adapun pemberian yang wajib dan menjadi syarat sahnya dalam sebuah

pernikahan menurut syariat Islam di terangkan dalam firman Allah SWT

sebagai berikut:61

ُ‫سا فَ ُكلُوه‬ َ ‫صدُقَاتِ ِه َّن نِحلَةً فَإِن ِطبنَ َل ُكم‬


ً ‫عن شَيءٍ ِمنهُ نَف‬ َ ِ‫َوآَتُوا الن‬
َ ‫سا َء‬

60
Abd. Halim, Wawancara, 9 Februari 2019.
61
Al-Quran, ayat 4 (an nisa), 24.
53

‫َه ِنيئًا َم ِريئًا‬


Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)
sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan
senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) dengan penuh kelahapan lagi baik akibatnya.62

Pamoghi dalam perkawinan menjadi keharusan dalam adat desa

kembang tetapi beda dengan mahar dan harus sama-sama terpenuhi, Untuk

menanggapi kejadian di atas, para ahli ushul fiqh tidak secara langsung

menggunakan Maslah{ah{ Mursalah{ sebagai konsep dasar dalam

menentukan hukumnya, Namun ada syarat-syarat tertentu yang digunakan

dalam mengkajinya. Salah satunya digunankan oleh para ulama sebagai

dasar yakni pendapat Al Ghazali.

Menurut Al-Ghazali dapat dijadikan dalil (h{ujjah) penetapan

hukum Islam dengan ketentuan:63

1) Maslahat itu sejalan dengan tindakan syara’, mula’imah litasarufat

asy-syar’

2) Tidak berlawanan dengan Al-Quran, as-Sunnah ataupun ijma>’

3) Menempati level dharuriyat atau h{ajiyat yang setingkat dengan

dharuriyat

4) Berstatus qat{’i atau zann yang mendekati qat{’i

62
Khazanah Rabbani Publizher, Alquran dan terjemahannya, (Bandung: penerbit Diponegoro,
2009), hal 82.
63
Ahmad Munif Suratmaputra, “Reorientas Pemikiran Al-Ghazali Tentang Maslahah Mursalah
Dengan Pembaruan Hukum Islam”, Journal MISYKAT, Vol. 3, No. 2, (Desember 2018), 60.
54

5) Dalam kasus tertentu diperlukan persyaratan qat{’iyah, dharuriyat, dan

Kulliyat, seperti kasus tawanan muslim yang dijadikan perisai oleh

musuh dan sejenisnya.

Menurut ulama dalam ushul fiqh berpendapat dalam kitab mawadi

Al- awwaliyah merujuk pada Abdul Hamid Hakim dalam kaidah 21, Al-

‘a>dah Al-muhakkamah artinya adalah adat kebiasaan atau bisa diartikan

dengan tradisi yang bisa dijadikan hukum, maksudnya adat atau trdisi yang

masih berlaku di kalangan masyarakat bisa dijadikan dasar hukum untuk

masyarakat di daerah itu.

Serta dijelaskan juga oleh ulama ushul fiqh tentang adat atau

kebiasaan dalam kajian ‘urf, dalam ‘urf ulama sepakat bahwa adanya Al-

‘urf al-Sah{ih{, yaitu adat yang tidak bertentangan dengan syara’, baik

yang menyangkut dengan kebiasaan ucapan maupun kebiasaan perbuatan

dapat di jadikan h{ujjah dalam menentukan hukum syara’. Menurut ahli

fikih maliki dalam menjadikan dalam hukum pada suatu h{ujjah harus

terlebih dahulu meneliti kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat dahulu,

sehingga hukum yang ditetapkan tidak menghilangkan suatu kemaslahan

yang sudah ada dan berjalan di daerah tertentu.

Para ulama mazhab, menurut Imam Al-Syatibi yaitu ahli ushul fiqh

Maliki dan Ibn Qayyim Al-Jauziyah yaitu ahli ushul fiqh Hambali, mereka

menerima dan menjadikan adat istiadat sebagai dalil syara’ dalam


55

menetapkan hukum, apabila tidak ada ayat atau hadist yang menjelaskan

suatu masalah yang dihadapi, termasuk pernikahan adat.64

Dalam hal ini tradisi yang sudah menjadi kebiasaan dalam

masyarakat melihat paparan diatas dan tradisi yang terjadi di Desa

Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso tidak menduduki

hukum sebagai sesuatu yang diwajibkan tetapi saat tidak melaksanakannya

berdampak kekhawatiran serta mengganggu terhadap keharmonisan dalam

rumah tangga, dari hal itulah yang menyebabkan adanya penekanan dalam

proses tradisi pamoghi dilaksanakan tetapi hanya di daerah itu saja yang

meyakininya.

Bila ditinjau dari kulturalistik masyarakat Desa Kembang

Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso masih memegang teguh

kebudayaan di daerahnya seperti yang di utarakan bapak ustad Abd. Halim

waktu diwawancarai yakni, adat yang menjadi budaya lokal masih

merupakan kebiasaan yang berjalan dilingkungan Desa kembang secara

turun temurun sampai saat ini. Fenomena budaya dan adat istiadat didesa

Kembang dapat terlihat pada penyelenggaraan pernikahan, dan hal ini

tidak ada dalam Al-Quran dan Hadis.65

Menurut Musthafa Ahmad Al-Zarqa’ ‘urf merupakan bagian dari

adat, karena adat lebih umum dari ‘urf. Suatu ‘urf menurutnya harus

berlaku pada kebanyakan orang di daerah tertentu , bukan pribadi atau

kelompuk tertentu dan ‘urf bukanlah kebiasaan alami sebagaimana yang

64
Siti Mukaromah, Perkawinan Adat Jawa Dalam Pemikiran Hukum Islam, (Skripsi: Institut
Agama Islam Negeri Salatiga, 2016), 92.
65
Abd. Halim, Wawancara, 9 Februari 2019.
56

berlaku dalam kebanyakan adat, tetapi muncul dari suatu pemikiran dan

pengalaman. Adat juga di definisikan dengan:

‫المتكرر من غير عالقة عقلية‬ ‫األمر‬


“Sesuatu yang dikerjakan secara berulang-ulang tanpa adanya
hubungan rasional”66

Dalam agama islam pada dasarnya tidak memberatkan suatu hal

akan tetapi juga tidak memudahkan begitu saja untuk mengambil suatu

keputusan hukum, asalkan pada prosesiannya adat istiadat yang

dilaksanakan tidak melakukan unsur yang dilarang oleh syariat islam.

Mengenai harta benda dalam perkawinan, dilihat dari cara

perolehannya, dapat dibedakan seperti berikut:

1) Barang-barang bawaan (gana), yang tetap menjadi milik pihak yang

memperolehnya dan akan kembali kepada keluarganya kalau suami dan

istrinya meninggal tanpa anak.

2) Harta penghasilan, yaitu harta yang diperoleh oleh masing-masing

pihak sebelum perkawinan, dan akan menjadi milik pribadi masing-

masing selama perkawinan.

3) Harta bersama yang diperoleh selama perkawinan (disebut gana gini)

dikuasai secara bersama.67

Dari penjelasan diatas memanglah tidak ada pemberian pamoghi

dalam perkawinan. Akan tetapi pamoghi disini sebagai sebuah kenang-

kenangan yang niatnya memuliakan seorang wanita dengan tanggung

66
Ibid, 93.
67
Taufiqurrohman Syahuri, Leggilasi Hukum Perkawinan Indonesia (Jakarta: Kencana, 2013), 66.
57

jawab nafkah awal sebagai instrumen awal keharmonisan dalam

berkeluarga dan tidak ada unsur yang merugikan karena meski terlihat

keharusan untuk pihak laki-laki pamoghi dibuat melalui kesepakatan, serta

juga melihat kemampuan dari keluarga pihak suami.

Apabila Prosesi tradisi pamoghi yang dilaksanakan di Desa

Kembang Kecamatan Tlogoari Kabupaten Bondowoso dengan demikian

kewajiban dan perintah memurnikan ketaatan dalam beribadah hanya

kepada Allah Saja, jika beribadah (meminta) kepada makhluk lain maka

dianggap syirik (menyekutukan) Allah dengan makhluk lain.68

Dalam Al-Quran telah dijelaskan yakni pada surah Al-Maidah ayat

72, yang berbunyi:

َ َّ ‫لَ َقد َك َف َر الَّذِينَ َقالُوا ِإ َّن‬


‫َّللا ُه َو ال َمسِي ُح اب ُن َمر َي َمۚ َوقَا َل ال َمسِي ُح َيا َب ِني‬
‫علَي ِه‬ َّ ‫َّللا َر ِبي َو َربَّ ُكمۚ ِإنَّهُ َمن يُش ِرك ِب‬
َّ ‫اّللِ فَقَد َح َّر َم‬
َ ُ‫َّللا‬ َ َّ ‫ِإس َرائِي َل اعبُدُوا‬
‫ار‬ َ ‫لظا ِل ِمينَ ِمن أَن‬
ٍ ‫ص‬ َّ ‫ارۚ َو َما ِل‬ ُ َّ‫ال َجنَّةَ َو َمأ َواهُ الن‬

“ sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “sesungguhnya


Allah itu dialah Almasih putra Maryam”. Padahal Almasih (sendiri)
berkata, “wahai bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan tuhanmu”.
Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan
tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seseorang penolong pun bagi
orang-orang yang zalim.”69

Atas dasar paparan ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT

akan melaknat manusia yang menyekutukan serta mengharamkan surga

68
Achmad Mujadid Naya, “Ritual PANANITI (Studi Budaya Masyarakat di Jazirah Leihitu
Kabupaten Maluku Tengah)”, Jurnal Fikratuna, Vol. 8, No. 1, (2016), 44.
69
Ibid, Khazanah Rabbani Publizher, hal 120.
58

bagi orang-orang yang melaksanakannya, jika ayat diatas dikaitkan denga

adat tradisi pamoghi tentu saja tidak ada unsur yang menyekutukan dalam

prosesinya dan tidak benar jika di dalam menyajikan sesaji yang

dikhususkan untuk penunggu desa untuk meminta ketentraman dan

keharmonisan dalam keluarga dan hal itu telah menyalahi akidah pada

hukum Islam. jika di lihat dari segi barang bawaannya yang dibawa oleh

kalangan masyrakat desa kembang pada saat menikah telah dijelaskan pula

dalam hadis Nabi SAW yang artinya:

Dari Ali r.a berkata: Rosulullah SAW, mempersiapkan barang bawaan


untuk Fatimah berupa pakaian, kantong tempat air terbuat dari kulit
bantal. (HR. An-nasa’i).70

Berdasarkan landasan diatas dapat kita ketahui bahwa tradisi

pamoghi ini tidak bertentangan dengan syariat hukum Islam, terkait barang

yang dibawa juga pada zaman dahulu dan sekarang sudah dipastikan ada

perbedaan oleh berkembangkan masa.

Jadi menurut analisa peneliti mengenai Tradisi pamoghi di Desa

Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso adalah tradisi

tersebut termasuk dalam adat kebiasaan yang dilaksanakan dan berlaku di

masyarakat dan telah dilaksanakan sejak lama, turun temurun serta tidak

memiliki unsur yang bertentangan dengan nash Al-Quran maupun hadis,

maka dari itulah adat istiadat ini boleh dilakukan dengan hukum mubah

70
Novika, pandangan masyarakat, 76.
59

(boleh) dengan pertimbangan tidak ada yang dilarang dalam syariat hukum

Islam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sebagai akhir dalam penelitian dan pembahasan yang telah

dipaparkan pada bab-bab sebelumnya maka peneliti dapat menyimpulkan

yakni sebagai berikut:

1. Tahapan melaksanakan resepsi pernikahan yang meliputi tradisi

pamoghi di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten

Bondowoso yang memerlukan tiga hari dalam melaksanakannya dan

diuraikai sebagai berikut:

a. Hari pertama yakni acara gotong-royong dalam mempersiapkan

segala persiapan yang dibutuhkan dalam acara resepsi pernikahan,

mulai dari sajian hingga hiasan-hiasan untuk pengantin dan

sambutan untuk para tamu undangan. Pada prosesi ini banyak

dilibatkan orang-orang yang ikut membantu mulai dari tetangga,

sanak keluarga, maupun kerabat jauh yang ikut hadir dalam

membantu acara resepsi pernikahan tersebut.

b. Hari kedua yakni prosesi akad nikah akan tetapi ada juga yang

sudah akad di jauh-jauh hari sebelumnya, jadi bisa diisi dengan

acara sambutan kepada para tamu undangan. Serta pengantin

menempati kuade (kursi pelaminan) yang telah dipersiapkan untuk

ikut serta menyambut tamu undangan yang hadir.

c. Hari ketiga adalah acara walimahan atau doa bersama atas

syukuran telah terlaksananya akad nikah serta diberikannya

59
60

pengantin keluarga yang bahagia, tentram dan langgeng dalam

membina rumah tangga. Pada hari ketiga selesai walimahan

dilanjutkan dengan prosesi pamoghi yakni keluarga pihak suami

yang datang untuk ikut mendoakan menyerahkan barang pamoghi.

Barang pamoghi contohnya meja, tempat tidur, lemari, perabotan

rumah tangga dan lain-lain, Pamoghi di serahkan oleh juru bicara

pihak laki-laki dan di terima oleh juru bicara pihak wanita.

Pamoghi adalah kebiasaan adat yang telah dilakukan turun

temurun sampai saat ini khususnya di Desa kembang Kecamatan

Tlogosari Kabupaten Bondowoso.

2. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Pamoghi Dalam Resepsi

Pernikahan Di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten

Bondowoso merupakan suatu adat kebiasaan yang berlaku di

masyarakat dan sudah dilaksanakan sejak lama sampai sekarang. Jika

adat tersebut tidak memeliki sesuatu unsur yang bertentangan dengan

nash Al-Quran dan hadis, maka adat tersebut di hukumi mubah (boleh)

dilaksanakan di daerah itu. Namun apabila dalam pelaksanaannya

disertai dengan prosesi yang dapat menyekutukan Allah SWT dan

menyalahi dari syariat Islam, maka itulah yang dilarang dalam syariat

agama Islam.
61

B. Saran

Demi kemajuan budaya yang meelestarikan adat istiadat di daerah

khususnya di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten

Bondowoso, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada seluruh masyrakat Bondowoso khususnya di Desa

Kembang yang dominannya memeluk agama Islam, melihat

fakta dengan adanya tradisi adat pamoghi penulis menyarankan

agar kepada tokoh agama maupun kerabat desa dan sesepuh

desa yang hadir pada saat acara pamoghi hendaknya

memberikan nasehat atau arahan khusus mengenai tradisi

pamoghi kepada masyrakat sekitar, tujuannya untuk

menghilangkan tanggapan pemikiran negatif dari masyarakat

terhadap pasangan suami istri yang tidak melaksanakan tradisi

pamoghi.

2. Untuk pasangan yang tidak melaksanakan tradisi pamoghi

hendaknya melihatlah kepada pola hidup sehari-hari pasangan

bukan dari barang bawaan yang nilai tidak bertanggung jawab,

aka tetapi melihat dari kepribadian serta akhlak yang baik.

3. Kepada mahasiswa perbanyaklah dalam mengkaji adat istiadat

di daerah karena adat kebiasaan atau ‘urf sah{ih{ berlaku dan

berkembang di masyarakat serta tetap di pertahankan

keberadaannya oleh generasi selanjutnya.


62

4. Mengadakan resepsi pernikahan hendaknya dengan

kemampuan yang memliki tadak terlalu berlebih-lebihan karena

tujuannya yakni rasa syukur karena telah diberikannya

kegembiraan dengan pernikahan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Aeni, Farhatul. 2015. Hukum Nikah Ulang Wanita Hamil Di Luar Nikah Tinjauan
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Dan Ulama Astanajapura. Skripsi. Fak.
Syari’ah dan Ekonomi Islam. IAIN Syekh Nurjati, Cirebon.

Arif, Syaikhul. 2018 “Resepsi Pernikahan Dalam Islam”. Jurnal Aktualita. 94-
100.

Aripin, Musa. 2016. “Eksistensi Urf Dalam Kompilasi Hukum Islam”. Jurnal Al-
Maqasid. 207- 219.

Atabik, Ahmad dan Khoridatul Mudhiiah. 2014. “Pernikahan dan Hikmahnya


Perspektif Hukum Islam”. Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam.
287-316.

Azwar. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Budiman, Akbar. 2014. Praktik Resepsi (Walimah) Perkawinan Adat Suku Bugis
Dalam Tinjauan ‘Urf. Skripsi. Fak. Syari’ah. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Buku Administrasi Desa Kembang Kecamatan Tlogosari. 2019.

Choerouningsih, Nur. 2018. Menghadiri Walimah Pernikahan Married By


Accident (MBA) Dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi. Fak. Syari’ah.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Purwokerto.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali


Pers.

Evanti, Nova. 2018. Uang Panaik Dalam Perkawinan Adat Bugis Perspektif ‘Urf.
Skripsi. Universitas Pesantren Tingi Darul Ulum, Jombang.

Harahap, Nursaniah. 2018. Hukum Menghadiri Undangan Walimatul ‘Urs Dalam


Jumlah Yang Banyak Serta Berjauhan Dalam Satu Waktu Menurut
Pendapat Fungsionaris Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Deli
Serdang. Skripsi. Universitas Islam Negeri, Sumatra Utara.
Ikbal, Moh. 2016. “Uang Panaik Dalam Perkawinan Adat Suku Bugis Makasar”,
Al-Hukama The Indonesian Journal Of Islmic Family Law. hal 192-215.

Ismatulloh, A.M. 2015. “Konsep Sakinah, Mawaddah dan Rahmah dalam Al-
quran (Perspektif Penafsiran Kitab al-quran dan tafsirnya)”. Mazahib
Jurnal Pemikiran Hukum Islam. hal 54-64.

jumantoro, Totok. 2009. Kamus Ilmu Ushul Fikih. Jakarta: Amzah.

Kementrian Agama RI. 2011. Terjemah Al-quran dan Tafsirnya. Jakarta: Widya
Cahaya.

Khazanah Rabbani Publizher, 2009. Alquran dan terjemahannya. Bandung:


Penerbit Diponegoro.

Lutfi, Muhammad Syarifuddin. 2018. “Tinjauan Umum Tentang Wali Nikah”.


Jurnal An-Nuha. 118-134.

Makmun, Moh. 2015. Keluarga Sakinah. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.

Maudina, Aldila. 2018. Walimah Urs Dalam Perspektif Hadist. Skripsi. Fak.
Ushuluddin. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Muhajir, Ahmad. 2017. Pandangan Tokoh Masyarakat Terhadap Pelaksanaan


Tradisi Doi’ Panai’ Dalam Pernikahan Adat Suku Makassar Perspektif
Al-Maslahah Al-Mursalah. Skripsi. Fak. Syari’ah. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Muhammad, Asy-Syekh Al-Imam Abu. 1994. Berbukan Madu Menuruy Syariat


Islam, (Terj.) Qurratul ‘Uyun. Surabaya: Al-Hidayah

Mujadid Naya, Achmad. 2016. “Ritual PANANITI (Studi Budaya Masyarakat di


Jazirah Leihitu Kabupaten Maluku Tengah)”. Jurnal Fikratuna. 36-53.

Mukaromah, Siti. 2016. Perkawinan Adat Jawa Dalam Pemikiran Hukum


Islam.Skripsi. Institut Agama Islam Negeri, Salatiga.

Munif Suratmaputra, Ahmad. 2018. “Reorientas Pemikiran Al-Ghazali Tentang


Maslahah Mursalah Dengan Pembaruan Hukum Islam”. Journal
MISYKAT. 29-64.
Muthiah, Aulia. 2017. Hukum Islam-Dinamika Seputar Hukum Keluarga.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Novikawati. 2015. Tradisi Penyerahan Prabotan Rumah Tanggah Dalam


Pernikahan di Gampong Seulalah Baru. Skripsi. Fak. Syari’ah. Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala, Langsa.

Rahman Ghozali, Abduls. 2003. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana.

Ramulyo, Moh. Idris. 2004. Hukum Perkawinan Islam Suatu anlisis Dari
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.

Rizem, Aizid. 2018. Fiqh Keluarga Terlengkap.Yogyakarta: Laksana.

Syahuri, Taufiqurrohman. 2013. Leggilasi Hukum Perkawinan Indonesia.


Jakarta: Kencana.

Syarifuddin, Amir. 2019. Ushul Fiqh Jilid 2. Jakarta: Kencana.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

W. Alhafidz, Ahsin. 2013. Kamus Fiqh. Jakarta: Amzah.

Wahyudi, Nuril Intovia. 2016. Pandangan Masyarakat Terhadap Tradisi Pak


Bereng dan Implikasinya dalam Membentuk Keluarga Sakinah. Skripsi.
Fak. Syariah. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Zainuddin, Faiz. 2015. “Konsep Islam Tentang Adat”. Journal Of Al-Lisan. 379-
396.
BIODATA

Nama : Maisih

Tempat, Tanggal Lahir : Bondowoso, 09 Juli 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten


Bondowoso.

NIM : 1215014

Program Studi : Hukum Keluargan (Ahwal Al-Syakhsiyah)

Fakultas : Fakultas Agama Islam

Nama Universitas : Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang

Email : maisih0907@gmail.com

No. Hp : 081330176126

Riwayat Pendidikan:

1. (2003-2009) SDN Kembang Sari 02

2. (2009-2012) MTS Al-Falah

3. (2012-2015) SMA Ibrahimy Sukorejo

4. (2015-2019) Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang

Anda mungkin juga menyukai