b. E-mail : Leni566934@gmail.com
SKRIPSI
Oleh:
LENI TRI WULANDARI
NIM: 21110017
v
PERSEMBAHAN
Sekripsi ini kupersembahkan kepada sang maha pencipta, Allah swt, Nabi
Muhammad saw, kedua almarhum orang tuaku, Suamiku tercinta yang selalu
sabar dan setia memberiku semangat, Ibnuku tersayang yang selalu menghiburku,
perbuatan kalian dicatat sebagai amal yang memenuhi timbangan di akhirat dan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan.
Salam dan sholawat semoga selalu terlimpah kepada Nabi dan Rasulullah
Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
Perspektif Hukum Islam (Study Kasus antara Dukuh Jaten Desa Mojo dengan
skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk menyelesaikan program
study S1 Hukum Keluarga Islam fakultas syari‟ah Instisut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga. Penulisan skripsi ini disadari oleh penulis masih banyak
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan apresiasi yang
2. Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku dekan fakultas syari‟ah IAIN salatiga.
3. Bapak Dr. Ilyya Muhsin, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan
vii
4. Seluruh anggota penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menilai
tokoh Agama serta Adat yang mana telah memberikan kontribusi terhadap
10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas bantuan dan
dukungan yang telah diberikan. Akhirnya diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat
viii
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
JUDUL
ABSTRAK ................................................................................................................. ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 5
x
E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 6
A. Konsep Perkawinan................................................................................. 16
Boyolali...........................................................................................42
xi
1. Gambaran Umum Dukuh Jaten Desa Mojo............................ 42
b. Jumlah Penduduk………………………………………… 42
c. Keadaan Pendidikan……………………………………… 43
d. Keagamaan………………………………………………. 43
e. Keadaan Ekonomi………………………………………… 44
b. Jumlah Penduduk………………………………………… 45
c. Keadaan Pendidikan……………………………………… 45
d. Keagamaan………………………………………………. 46
e. Keadaan Ekonomi……………………………………….. 46
A. Kesimpulan ...................................................................................... 63
B. Saran 64
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Jumlah penduduk Dukuh Jaten berdasarkan jenis kelamin ................... 42
Table 3.3 Jumlah penduduk Dukuh Bandung berdasarkan jenis kelamin ............. 45
Tabel 3.5 Pelaku perkawinan antara Dukuh Jaten dengan Dukuh Bandung..... ..... .....48
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
merupakan peristiwa penting bagi kehidupan manusia.
ْ َْواَ ًْ ِنحُى
َّ ااْلٌََب َهً ِه ٌْ ُن ْن واَل
ِصب ِل ِح ٍْيَ ِه ْي ِعجَب ِد ُم ْن َوا
2
yang layak(menikah) dari hamba-hamba sahayamu
yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin,
Allah akan memberi kemampuan kepada mereka
dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya, Allah Maha mengetahui.
Islam.
4
ِ ْص ٍْجَ ٍخ فًِ ْاْلَز
ٍ َض َو َْل فِ ًْ اَ ْى فُ ِس ُن ْن اِ َّْلفِ ًْ ِمز
ت ِّه ْي قَ ْج ِل اَ ْى ِ بة ِه ْي ُّه
َ صَ ََهب ا
ِ ّ ًَل َعل
للا ٌَ ِسٍْس َ ِاِ َّى َذل,ًَ ْج َساَهَب
B. Fokus Penelitian
5
Penelitian ini terfokus pada masyarakat yang
Boyolali?
Dukuh Bandung Desa Beji dengan Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan
C. Tujuan Penelitian.
Boyolali.
Bandung Desa Beji dengan Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan Andong
Kabupaten Boyolali.
Dukuh Bandung Desa Beji dengan Dukuh Jaten Desa Mojo Kecamatan
6
D. Manfaat Penelitian
E. Penegasan Istilah
(Ghozali, 2003:7).
7
menyatukan dan menggalang persatuan antara masyarakat (Indiyawati:
beramal, baik dalam bentuk ibadah atau dalam bentuk amal lainnya
(Sudarsono, 1992:169).
F. Telaah Pustaka
8
diwariskan nenek moyang masih tetap dipertahankan.
9
kabupaten Sragen serta bagaimana perkawinan adat jawa
agama.
G. Metode Penelitian
10
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang
2. Kehadiran peneliti
partisipan penuh, yang mana penulis ikut serta membaur dengan objek
yang akan diteliti. Akan tetapi kehadiran penulis sebagai peneliti telah
diketahui statusnya.
3. Lokasi Penelitian
11
harus melakukan ritual adat tertentu. Sampai saat ini masyarakat
itu.
a. Wawancara/Interview
sebagai berikut:
c. Dokumentasi
13
bentuk pengolahan terhadap data-data tersebut
antara lain :
a. Reduksi Data
b. Display Data
tindakan.
c. Penarikan Kesimpulan
14
angan-angan atau keinginan penelitian.
Triagulasi dengan sumber yang sama tetapi dengan cara atau metode
yang berbeda. Triagulasi juga dilakukan dengan cara atau metode yang
tidak sia-sia dan hanya menambah waktu saja. Hal ini dapat tercapai
15
seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi,
2009:331).
7. Tahap-tahap Penelitian
laporan.
H. Sistematika Penulisan
penulisan.
Bab ketiga berisi mengenai paparan data dan temuan penelitian. Bab
ini memuat data yang berkenaan dengan hasil penelitian terhadap larangan
perkawinan antara Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh Bandung Desa
16
Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Subbab ini membahas
larangan perkawinan antara Dukuh Bandung, Desa Beji dan Dukuh Jaten,
Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Serta
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Perkawinan
1. Pengertian
18
Perkawinan adalah suatu cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi
tujuan seperti dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pada pasal 1 yang
disebutkan bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
tersebut meliputi syarat bagi kedua mempelai, wali, dan saksi. Demikian pula
menuruthukum islam adalah Pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
merupakan ibadah. Sepeti firman Allah yang artinya “Dan segala sesuatu
Allah”.
B. Dasar Hukum
Negara Islam tetapi sebagai Negara yang mengakui otoritas agama dalam
hukum adat dan hukum barat. Sedangakan untuk hukum perkawinan Indonesia
19
Hukum Islam. Hukum Nikah (perkawianan), yaitu hukum yang mengatur
kebutuhan biologis antarjenis, dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan
dilakukan oleh semua mahluk ciptaan Allah. Hukum perkawinan ialah hukum
yang mengatur tentang perkawinan yang berdasarkan Al-Qur‟an dan sunnah agar
suatu perkawinan diridhoi oleh Allah. Sebagai firman Allah pada surat Al-Dzariat
ayat 49
ََو ِهي ُم ِّل َش ًْ ٍء َخلَ ْقٌَب َشوْ َجٍ ِْي لَ َعلَّ ُن ْن رَ َر َّمسُوى
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah.
Qs.An-nisa ayat 1
ٌَب أٌَُّهَب الٌَّبسُ إًَِّب َخلَ ْقٌَب ُمن ِّهي َذ َم ٍس َوأًُثَى َو َج َع ْلٌَب ُم ْن ُشعُىثًب َوقَجَبئِ َل لِزَ َعب َزفُىا
segolongan fuqoha’ yakni jumhur (mayoritas ulama) berpendapat bahwa nikah itu
hukumnya sunnat. Golongan Zhahiriyah berpendapat bahwa nikah itu wajib. Para
ulama Malikiyah mutaakhirin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk sebagian
orang, sunnat untuk sebagian lainnya dan mubah untuk segolaongan lainnya.
21
Bagi fuqoha yang berpendapat nikah itu wajib bagi sebagian orang, sunnat
untuk sebagian yang lain, dan mubah untuk sebagian yang lain, maka pendapat ini
didasarkan atas pertimbangan kemaslahatan. Qiyas seperti ini yang disebut qiyas
mursal, yakni suatu qiyas yang tidak mempunyai dasar penyadaran. Kebanyakan
ulama mengingkari qiyas tersebut, tetapi dalam mazhab maliki tampak jelas
disamping ada yang sunnat, wajib, haram dan yang makruh. Di Indonesia,
yang mampu untuk melangsungkan perkawinan. Namun dilihat dari kondisi orang
perbuatan dosa, sementara ia mampu untuk menikah. Hal ini didasarkan pada
pemikiran hukum bahwa setiap muslim wajib menjaga diri itu untuk tidak
berbuat yang terlarang. Jika penjagaan diri itu wajib, maka hukum melakukan
22
“sesuatu yang wajib tidak sempurna kecuali
sama dengan hukum pokok yakni menjaga diri dari perbuatan maksiat.
2. Nikah haram, Nikah diharamkan bagi yang belum mampu berjima’ dan
menerlantarkan orang lain, masalah wanita yang dikawini itu tidak diurus
hanya agar wanita itu tidak dapat kawin dengan orang lain.
3. Nikah Makruh, Nikah Makruh bagi yang membutuhkannya dan khawatir jika
dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak kawin. Hanya saja orang ini
4. Nikah Sunnah, Nikah disunnahkan bagi orang yang mampu dan memenuhi
syarat syah nikah akantetapi masih sanggup mengendalikan diri. Dalam hal
5. Nikah Mubah, Nikah dimubahkan bagi orang yang tidak memiliki pendorong
maupun penghalang apapun untuk menikah. Ia tidak wajib menikah dan tidak
ditujukan bagi orang yang antara pendorong dan penghambatnya untuk kawin
mahluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya. Allah menjaga manusia
aturan terperinci atau hkum mengenai tata cara hidup khususnya dalam hal
perkawinan.
1. Rukun yaitu sesuatu yang harus ada untuk menentukan sah dan tidaknya
sebagai berikut;
1). Calon mempelai laki-laki ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
syarat yang harus dipenuhi oleh calon suami berdasarkan ijtihad para
ulam, yaitu
(e). Calon mempelai laki-laki tahu/ kenal pada calon istri serta tahu
(f). calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan perkawinan itu.
(h). Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.
ّ بز َو
للاُ ٌَ ْد ُع َى إِلَى َ ِأُوْ لَـئ
ِ ٌَّل ٌَ ْد ُعىىَ إِلَى ال
ِ ٌَّْال َجٌَّ ِخ َو ْال َو ْغفِ َس ِح ثِئ ِ ْذًِ ِه َوٌُجٍَ ُِّي آٌَبرِ ِه لِل
بس
25
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih
baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya
mereka mengambil pelajaran.”
(b). Tidak ada halangan Shara yaitu tidak bersuami atau dalam
Allah,
An-Nisa 4:19
علُىهُ َّي ُ ىا الٌِّ َسبء َمسْ هًب َوْلَ رَ ْع ْ ُىا ْلَ ٌَ ِحلُّ لَ ُن ْن أَى رَ ِسثْ ٌٌَُب أٌَُّهَب الَّ ِرٌيَ آ َه
ْط َهب آرَ ٍْزُ ُوىهُ َّي إِْلَّ أَى ٌَؤْرٍِيَ ثِفَب ِح َش ٍخ ُّهجٌٍََِّ ٍخ َوعَب ِشسُوهُ َّيِ ُىا ثِجَع ْ لِزَ ْرهَج
للاُ فٍِ ِه َخ ٍْسًاّ ىا َش ٍْئًب َوٌَجْ َع َل ْ ُُوف فَئِى َم ِس ْهزُ ُوىهُ َّي فَ َع َسى أَى رَ ْن َسه ِ ثِ ْبل َو ْعس
َمثٍِسًا
tanpa wali”
mendapatkan wali.
27
berpendapat, wali mujbir adalah berlaku bagi „ashabah
(Sudarsono, 1994:52).
juga saksi itu satu orang lelaki dan dua orang perempuan.
4. Islam.
28
d. Sighat akad Nikah (ijab dan qobul).
boleh ada jarak yang lama antara ijab dan Kabul yang
atas:
Menurut ulama Hanafiyah, rukun nikah itu hanya ijab dan qobul saja
(yaitu akad yang dilakukan oleh pihak wali perempuan dan calon pengantin
29
laki-laki). Sedangkan menurut imam syafi‟I berkata bahwa rukun nikah itu ada
3. Wali.
empat, yaitu:
2. Calon pengantinperempuan.
syarat-syarat terpenuhi itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban
sebagai suami istri. Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada
dua:
30
1. Calon mempelai perempuannya halal dikawini oleh laki-laki yang ingin
haram dinikahi, baik karena haram dinikahi untuk sementara maupun untuk
selama-lamanya.
dinyatakan:
perkawinan sepenuhnya kepada ketentuan yang diatur oleh agama orang yang
yang berlaku.
Jadi bisa disimpulkan bahwa rukun dan syarat dalam perkawinan yang dimuat
dalam Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang
calon mempelai perempuan, kedua adanya wali dari pihak perempuan, ketiga
D. Konsep Kepercayaan.
agama islam.
E. Larangan Perkawinan
tersebut harus dicatatkan. Meskipun perkawinan telah memenuhi rukun dan syarat
yang ditentukan belum tentu perkawinan tersebut sah, karena karena masih
32
tergantung lagi pada satu hal, yaitu perkawinan itu telah lepas dari segala hal yang
Larangan perkawinan dalam bahasa ini adalah orang-orang yang tidak boleh
pria dengan seorang wanita menurut syara’ dibagi menjadi dua yaitu:
1. Larangan Muabbad
bersifat abadi.
Larangan perkawinan tersebut didasarkan dalam firman Allah dalam surat An-nisa
ayat 23;
بدُ ٌََذ َعلَ ٍْ ُن ْن أ ُ َّههَبرُ ُن ْن َوثٌََبرُ ُن ْن َوأَ َخ َىارُ ُن ْن َو َع َّوبرُ ُن ْن َو َخبْلَرُ ُن ْن َوث
ْ ُح ِّس َه
َظ ْعٌَ ُن ْن َوأَ َخ َىارُ ُنن ِّهي َ ْذ َوأُ َّههَبرُ ُن ُن الالَّرًِ أَز ِ بد اْلُ ْخ ُ ٌََخ َوث ِ َاْل
ُىز ُمن ِّهي ًِّ َسآئِ ُن ُنِ بد ًِ َسآ ِئ ُن ْن َو َزثَب ِئجُ ُن ُن الالَّ ِرً فًِ ُحج ُ َظب َع ِخ َوأ ُ َّهه َ ال َّس
ىا َد َخ ْلزُن ثِ ِه َّي فَالَ ُجٌَب َح َعلَ ٍْ ُن ْن َو َحالَئِ ُلْ ًُالالَّرًِ َد َخ ْلزُن ثِ ِه َّي فَئِى لَّ ْن رَ ُنى
َُىا َث ٍْيَ اْلُ ْخزَ ٍْ ِي إَْلَّ َهب قَ ْد َسلَف
ْ أَ ْثٌَبئِ ُن ُن الَّ ِرٌيَ ِه ْي أَصْ الَثِ ُن ْن َوأَى رَجْ َوع
ِ للاَ َمبىَ َففُىزًا ز
َّحٍ ًوب ّ إِ َّى
33
a. Nasab (keturunan)
nasab adalah:
dalam garis keturunan garis ke atas, yaitu ibu, nenek (dari pihak
seterusnya kebawah.
saja.
seterusnya kebawah.
35
musyaharah hanya disebabkan karena semata-
c. Sesusuan
adalah:
36
1. Ibu susuan yaitu ibu yang menyusui,
melakukan perkawian
melakukan perkawinan.
seseorang, bukan hanya secara fisik, namun juga jiwa dan akhlak.
37
makanan. Karena itu terlihat ada keserupaan dalam karakter akhlak
mereka.
selama-lamanya.
2. Larangan Muaqqot
untuk sementara.
a. Halangan Bilangan
38
Seorang pria dilarang melangsungkan
b. Halangan Mengumpulkan
itu tidak haram menikahi adik atau kakak perempuan dari wanita
c. Halangan Kehambaan
d. Halangan Kafir
39
Seorang wanita islam dilarang menikah dengan seorang
e. Halangan Ihram
f. Halangan Sakit
Wanita yang sakit yang tidak bisa sembuh dan lumpuh serta
dinikahi.
g. Halangan „iddah
i. Halangan Peristrian.
j. Halangan perzinaan
40
Seorang perempuan melakukan perzinaan
a. Nikah mut’ah
41
perbuatan terlarang maka diizinkan oleh nabi
b. Nikah muhalil
c. Nikah syigar
42
laki-laki mengawinkan putrinya dengan si wali tadi tanpa bayar
mahar.
Tetapi Abu hanifah berpendapat, kawin syighar itu sah, hanya bagi
sebagai mahar sangatlah tidak tepat, sebab wanita itu bukan sebagai
d. Nikah tahwid
rukunnya.
3. Hikmah Perkawinan.
43
a. Dengan pernikahan maka banyaklah keturunan. Ketika keturunan itu
in makmur.
SAW bersabda;
di akhirat”
44
Sesuai dengan tabiatnya, manusia itu cenderung
f. Berbuat baik yang banyak lebih baik daripada berbuat baik sedikit.
dan menerobos jalan yang jahat. Perkawinan merupakan jalan alami dan
biologis yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan
naluri seks ini. Dengan perkawinan, badan jadi segar, jiwa jadi tenang, mata
terpelihara dari melihat yang haram perasaan tenang menikmati barang yang
halal.
45
2. Perkawinan merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak menjadi
memelihara nasab yang oleh islam sangat diperhatikan. Dan dalam penjelasan
yang lalu telah dikemukakan sabda Nabi Muhammad SAW tentang hal ini
3. Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana
kemanusiaan seseorang.
memperbanyak produksi.
5. Adanya pembagian tugas, dimana yang satu mengurusi dan mengatur rumah
46
Jadi secara secara singkat dapat disebutkan bahwa hikmah perkawinan itu
antara lain:
6. Menjalin silaturrahmi antara dua keluarga, yaitu keluarga dari pihak suami
47
BAB III
JATEN
KABUPATEN BOYOLALI
A. Gambaran Umum Dukuh Jaten Desa Mojo Dan Dukuh Bandung Desa Beji
Boyolali.
berikut:
Mojo.
Desa Beji.
48
4). Sebelah Utara adalah Dukuh Mojo dan Dukuh
b. Jumlah Penduduk
NO Keterangan Jumlah
1 Laki-laki 1210
2 Perempuan 1180
Jumlah 2390
negeri.
d. Keagamaan
50
laki-laki, Nariyahan adalah pembacaan sholawat
e. Keadaan Ekonomi
Kabupaten Boyolali.
b. Jumlah Penduduk
N Ketera Ju
O ngan mla
h
52
1 Laki- 401
laki
2 Perem 381
puan
Jumlah 782
Sumber: data kependudukan kelurahan Desa Beji
c. Keadaan Pendidikan
d. Keagamaan.
53
melakukan yasinan di Bangsal Makam. Nariyahan
e. Keadaan ekonomi
B. Ritual Larangan Perkawinan antara Dukuh Jaten Desa Mojo dengan Dukuh
keturunan yang sholeh serta sholehah. Ini jelas berbeda dengan perkawinan
Salah satunya akan terjadi malapetaka bahkan kematian disalah satu pengantin
dukuh Bandung pada tanggal 7 mei 2017 “wong bandung intok wong jaten ki
ora oleh, amargo dayange biso nesu. Yen nganti nglanggar biso mati”(orang
bandung dapat orang jaten itu tidak boleh, karena penunggu dukuh bisa marah.
Kepercayaan ini sudah mendarah daging dari dulu hingga sekarang, sejak
55
”nalika jaman semono danyang jaten karo danyang bandung pado
serek, ora akur. Nganti poro danyang nguni janji ojo ngasi anak
keturunan jaten nikah karo anak keturunan soko bandung, lajeng
sakkualiane. Yen enek wong nglanggar biso ciliko nganti salah siji
pengantin mati, iku uwes kejadian naliko semono wong jaten besanan karo
bandung, salah siji pengantin mati”
(pada zaman dahulu roh penunggu dukuh jaten dan roh penunggu
dukuh bandung podo sebel, tidak akur. Sampai para roh penunggu
mengucap janji jangan sampai anak keturunan dukuh jaten dapat anak
keturunan dukuh bandung begitu pula sebaliknya. Jika ada yang melanggar
maka aka ada petaka bahkan kematian. Ini sudah terjadi pada zaman
dahulu terjadi pernikahan antara dukuh jaten dengan dukuh bandung,
kemudian salah satu pengantin mati.) (wawancara dengan Sardi 4 April
2016).
Kemudian ada pendapat berbeda mengenai cerita larangan tersebut,
perkawinan antara dukuh jaten dengan dukuh bandung itu dilarang karena
antara dukuh ada hubungan saudara antar danyang / roh penunggu dukuh.
“danyange jaten lan danyang bandung iku sedulur, dadine wong jaten ora
oleh nikah karo wong bandung.”(roh penunggu dukuh jaten dan roh penunggu
dukuh bandung itu satu keluarga, jadi orang jaten tidak boleh menikah dengan
Sejatine wong jaten oleh wong bandung iku oleh asal nganggo selametan
utowo diguyup salah sijining dukuh. (sebenarnya orang jaten dapat orang
bandung itu boleh asal dengan ritual selamatan atau disatukan di salah satu
anak adalah salah satu dusun dan apabila melakukan perkawinan secara besar-
besaran dengan adat jawa maka sang pembawa acara tidak boleh menyebut
salah satu dukuh yang dilarang. Adapun ritual selamatan ialah pembacaan
56
do‟a yang dipimpin oleh modin/tokoh agama dengan do‟a meminta
berupa:
1. Sego Gedhe
2. Sego Ambeng
Muhammad saw.
57
4. sego bucu
beri keselamatan.
5. Sekar konyoh
6. Ingkung
7. Gudang
Dengan berbagai cerita dari waktu ke waktu masyarakat warga Jaten dan
perkawinan yang bisa membuat pecah belah serta malapetaka. Perkawinan antara
menurut adat kepercayaan setempat. Akan tetapi sejak tahun 1996 hingga tahun
2014 telah terjadi empat kali perkawinan. Adapun perkawinan tersebut dilakukan
oleh :
dengan Bahrudin dari pihak dukuh Jaten. “kadung tresno tur yen wes jodone
tetep tak jalani mbk, sing penting sah lan dongane leh apek wae”(terlanjur
cinta terus sudah jodoh tetap saya jalani mbk, yang penting sah dan berdo‟a
dengan Bahrudin dengan ritual selamatan dan pengangkatan anak oleh salah
59
satu warga dukuh jaten dengan akad di KUA yang letaknya sudah berbeda
perkawinam secara adat jawa (ada ritual panggih dan besanan). Dalam ritual
ini panggih atau kumpul temanten dengan tidak menyebut daerah asal salah
satu dukuh. Dalam acara panggih pembawa acara hanya menyebut Rarik dari
dukuh Jaten dengan Bahrudin dari Dukuh Jaten pula. Acara besan juga
keluarga dari Dukuh Bandung hanya ikut kumpul dan berangkat dari orang
oleh wahyuni dan Mulyadi masih dengan ritual selamatan,ini karena “kasep
enek ngendikane wong tuo mbk, mengkeh nag marai malati.”(terlanjur ada
omongan dari orang tua mbk, nanti kalau mencelakai) (wawancara dengan
60
bandung, akan tetapi pernikahan mereka masih sirri. Ini dilakuakan karena
semua pihak sangat percaya dengan larangan tersebut. “nikah amargo cinta,
Nagging amargo enek larangan ceritone wong tuo wes perecoyo wae mbk,
mawaddah warrohmah. Tetapi karena ada larangan dari cerita orang tua
2017). Dengan demikian masyarakat Dukuh Jaten dan Dukuh Bandung masih
61
turun temurun” (walaupun agamanya islam rajin sholat,
2. Faktor keyakinan
kenapa terjadi dan tidak melihat dari sisi yang lain yang
62
ada musibah bahkan kematian membuat masyarakat
3. Faktor keluarga
63
satuan terkecil dari sebuah kelompok sesudah keluarga.
belah.
64
BAB IV
BANDUNG
BOYOLALI
Demi memulyakan umatnya, Islam datang dengan penuh berkah. Islam adalah
menghadapi prinsip-prinsip yang berbeda tersebut, maka kita sebagai umat Islam
harus menjalani prinsip yang berdasarkan pada aturan Islam yang hukumnya
bersifat fleksibel yang artinya sesuai dengan segala tempat, kondisi dan zaman.
(Ghozali, 2003:112).
65
Adapun larangan muaqqot antara lain halangan bilangan,
lain adalah;
a. Nikah mut’ah
syahwatnya.
selama-lamanya.
b. Nikah muhalil
66
Nikah muhalil ialah nikah yang dilakukan oleh
c. Nikah syigar
tidak diakui, karena itu hukumnya batal (tidak sah). Tetapi Abu hanifah
berpendapat, kawin syighar itu sah, hanya bagi tiap-tiap anak perempuan
67
perempuannya sebagai mahar sangatlah tidak tepat, sebab wanita itu bukan
Dalam perkawinan ini yang batal adalah segi maharnya, bukan pada
memberikan minuman khamar atau babi, maka akad nikahnya di sini tidak
batal dan bagi perempuannya berhak atas mahar mitsil (maskawin yang
sepadan).
d. Nikah tahwid
Pasal 39
wanita disebabkan:
68
a. Dengan seorang wanita yang melahirkan atau yang menurunkannya atau
keturunannya.
atas.
bawah.
bawah.
d. Dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan ke atas.
Pasal 40
keadaan tertentu:
69
a. Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan
pria lain.
b. Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain.
Pasal 41
iddah.
Pasal 42
roj‟i.
Pasal 43
70
(1). Dalarang melangsungkan perkawinan antara seorang
pria:
tiga kali.
masa iddahnya.
Pasal 44
Jadi dalam hukum Islam tidak ada larangan nikah antar dukuh karena adat
kepercayaan. Apabila pernikahan itu dilakukan secara hukum Islam maka itu akan
tidaklah terlarang. Karena dalam Islam tidak ada hukum yang mengatur. Maka
71
Akan tetapi masyarakat tidak melihat dari segi kepercayaan agama.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpualan
tidak ada ucapan dari Dukuh Jaten dengan Dukuh Bandung, begitu
penunggu Dukuh.
73
karena nasab, pebesanan, sesusuan dan larangan untuk sementara
selain yang sudah diatur secara Qo’i ketidak bolehannya antara lain
secara terperinci dalam bab IV, yaitu pasal 39,40,41,42,43 dan 44.
Jadi dalam hokum islam tidak ada larangan nikah antar dukuh karena
B. Saran
Bandung, mereka tidak hanya memberi alasan yang tidak pasti dan
74
3. Bagi para generasi penerus bangsa yang beragama dan bependidikan,
seharusnya lebih kritis dan selektif dalam berbagai agama dan tradisi
75
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Abdul Rahman. 2003. Fikh Munakahat. Kencana Prenada Media Group:
Jakarta
Harkan, Ai. 2005. Aku Ingin Menikah Tapi. Insan Cemerlang: Sukoharjo
Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka:
Jakarta
Khoiron. 1992. Terjemah Lubabul Hadist 400 Hadist Pilihan. Apolo: Surabaya
Summa, Amin. 2004. Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam. Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Tihani, Sohari Sahrani. 2010. Fikh Munakahat. Raja Grafindo Persada: Jakarta
76
http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/3302: Persepsi Masyarakat Etnis Jawa
Terhadap Tradisi Laranagn Nikah Lusan Besan Menurut Perspektif Hukum Islam
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/jurisdictie/article/viewFile/1592/pdf:
https://darniahbongas.wordpress.com/2010/07/03/pendekatan-sosiologi-salah-
satu-alat-untuk-memahami-agama/
77
Daftar Riwayat Hidup
NIM :211-10-017
Agama : Islam
78
LAMPIRAN
Foto keluarga Mulyadi dan Wahyuni foto keluarga kabul daryono dan suratmini
79
80
81
82
83
84
85
86