Anda di halaman 1dari 117

INTERAKSI ISLAM DAN ADAT DALAM

PERNIKAHAN ADAT MELAYU BENGKALIS

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

M. Kurnia Putra
NIM: 11140440000040

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019M / 1440H
ABSTRAK

M. Kurnia Putra NIM 11140440000040. “INTERAKSI ISLAM DAN ADAT DALAM


PERNIKAHAN ADAT MELAYU BENGKALIS”. Skripsi Program Studi Hukum
Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1440 H/2018 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana rangkaian upacara pernikahan adat
Melayu Bengkalis serta apa saja nilai-nilai keislaman yang terkandung di dalamnya, selain itu
juga untuk memahami bagaimana relasi Islam pada setiap prosesi perkawinan serta makna
yang terkandung di dalamnya.

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research), dan merupakan jenis
penelitian kualitatif. Sumber data yang didapatkan berupa data primer dan sekunder, metode
penulisan yang digunakan pada penelitian ini ialah deskriptif kualitatif yaitu penelitian untuk
memberikan gambaran tentang suatu keadaan masyarakat tertentu. Teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu melalui observasi, wawancara secara mendalam, dan studi pustaka.
Metode analisis data pada penelitian ini dengan metode induktif yaitu melakukan
pengembangan teori melalui pengungkapan fakta, dan deduktif yaitu menarik fakta atau
kesimpulan yang bersifat umum untuk dijadikan fakta atau kesimpulan umum yang bersifat
khusus.

Hasi penelitian ini menjelaskan bahwa dari berbagai prosesi upacara adat perkawinan Melayu
Bengkalis tidak semuanya berlandaskan perintah agama Islam, namun hanya mengikuti
kebiasaan yang sudah dilaksanakan oleh turun-temurun masyarakat Melayu dari zaman
dahulu. Diantara upacara adat yang berlaku berdasarkan atas perintah Islam ialah merisik,
meminang, antar belanja, Ijab kabul, khatam kaji, berarak. Adapun sebaliknya, upacara
pernikahan yang tidak didasari oleh aturan agama Islam ialah menggantung, berinai curi,
berandam, tepung tawar, bersanding, makan berhadap, mandi kumbo taman. Berbagai
upacara di atas hanya mengikuti kebiasaan adat yang telah lama dicontohkan oleh sesepuh
adat Melayu dari dahulu hingga saat ini, namun secara keseluruhan dari semua prosesi
pernikahan adat Melayu Bengkalis mempunyai makna dan nilai tersendiri sehingga masih
menjadi pedoman masyarakat Melayu untuk dilaksanakan dalam prosesi perkawinan.

Kata Kunci : Interaksi Islam dan Adat Pernikahan Budaya Melayu Bengkalis

Pembimbing : Dr. H. Abdul Halim, M.Ag.

Daftar Pustaka :
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan hidayah serta
inayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi. Shalawat serta salam
semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW
serta seluruh keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih atas
keterlibatan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syaariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Wakil Dekan I, II, dan III
fakultas Syariah dan Hukum.
2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. Ketua Progam Studi Hukum Keluarga beserta
Sekretaris Prodi Hukum Keluarga, Indra Rahmatullah, SHI.,MH yang senantiasa
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan skripsi
ini.
3. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag., dosen pembimbing skripsi penulis, yang telah sabar
dan terus memberikan arahannya untuk membimbing penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
4. Hj. Mesraini selaku dosen penasihat akademik penulis, yang telah sabar
mendampingi hingga akhir semester dan memberikan arahan kepada penulis
terkait desain judul skripsi ini dan untuk seluruh Dosen Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing
penulis selama masa perkuliahan, yang tidak bisa penulis sebut semuanya tanpa
mengurangi rasa hormat penulis.
5. Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Staf Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis
serta memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna
menyelesaikan skripsi ini.

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………i

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………..ii

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………..iii

ABSTRAK………………………………………………………………….iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………v

PEDOMAN LITERASI…………………………………………………….vi

DAFTAR ISI……………………………………………………………….vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah…………………………...5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..6

D. Review Study Terdahulu………………………………...……7

E. Metode Penelitian………………………………………...…...7

F. Sistematika Penulisan………………………………………...11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERNIKAHAN MENURUT

HUKUM ISLAM

A. Pengertian Perkawinan……………………………………….12

B. Dasar Hukum Perkawinan……………………………………16

C. Rukun dan Syarat Perkawinan……………………………….18


BAB III POTRET BUDAYA DAN SOSIAL KEAGAMAAN

KABUPATEN BENGKALIS

A. Letak Geografis dan Demografis Kabupaten Bengkalis……25

B. Kondisi Pendidikan dan Ekonomi Masyarakat……………..30

C. Keadaan Sosial dan Keagamaan……………………………33

BAB IV RELASI ISLAM DAN ADAT DALAM TRADISI

PERKAWINAN MELAYU BENGKALIS

A. Prosesi Perkawinan Adat Melayu Bengkalis

1. Prosesi Sebelum Perkawinan……………………………38

2. Prosesi Saat Perkawinan………………………………...48

3. Prosesi Setelah Perkawinan……………………………..50

B. Nilai-nilai Islam Dalam Prosesi Perkawinan Melayu

1. Prosesi Sebelum Perkawinan………………………...….65

2. Prosesi Saat Perkawin………………………………..…77

3. Prosesi Setelah Perkawinan……………………….....….79

C. Interaksi Islam dan Adat Dalam Tradisi Perkawinan Melayu.87

BAB V PENUTUP

A. Simpulan……………………………………………………..92

B. Saran…………………………………………………………93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan hubungan manusia yang berlawanan jenis yang

menghasilkan kedamaian jiwa, ketenangan fisik dan hati, ketenangan hidup

dan penghidupan, keceriaan ruh dan rasa, kedamaian laki-laki dan perempuan,

kebersamaan diantara keduanya untuk meretas kehidupan baru dan

membuahkan generasi baru pula.1

Pernikahan juga dimaksudkan untuk menahan pandangan mata dari

hal-hal yang dilarang, menjaga kemaluan, dan menjauhkan manusia dari

bentuk-bentuk hubungan yang tercela. Pernikahan sangat dibutuhkan dalam

kehidupan bermasyarakat guna melangsungkan kehidupan umat manusia

serta untuk mempertahankan eksistensi kemanusiaan di muka bumi ini. Ia

sangat disenangi oleh setiap pribadi manusia dan merupakan hal yang fitrah

bagi setiap makhluk Tuhan. Dengan perkawinan akan tercipta suatu

masyarakat kecil dalam bentuk keluarga dan dari sana pula akan lahir

beberapa suku dan bangsa.2

Bengkalis Negeri junjungan terkenal adat budaya Melayu yang begitu

kental sampai pada saat ini. Sebuah pepatah mengatakan “biar mati anak asal

jangan mati adat” dari pepatah di atas menunjukkan bahwa begitu besar dan

pentingnya menjaga adat Melayu bagi masyarakat Bengkalis. Secara umum

1
Butsainan As-Sayyid Al-Iraqy, Rahasia Pernikahan Yang Bahagia, (Jakarta: pustaka
Azza, 1997), cet.1, h. 19.
2
Syaikh Abdul Aziz Bin Abdurrahman Al Musnad, Perkawinan dan Masalahnya,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), cet.1, h.14.

1
2

adat perkawinan orang Melayu Bengkalis dimulai dengan merisik dan diakhiri

dengan upacara menyembah. Dari keseluruhan prosesinya terlihat jelas

kebesaran kebudayaan budaya Melayu yang dimiliki masyarakat Melayu di

Riau.3

Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan memiliki

berbagai corak kebudayaan yang bernilai cukup tinggi. Keanekaragaman

corak budaya merupakan kekayaan yang menjadi kebanggaan bangsa

Indonesia. Bangsa yang bermartabat niscaya bangsa yang tahu identitas

dirinya. Untuk itu ia berusaha mengenal dan menghayati rangkaian nilai-nilai

luhur yang mengalir dalam kehidupan masyarakat dan bangsanya. Pada

hakikatnya kehidupan manusia merupakan bagian dari siklus kebudayaan,

karena kebudayaan dalam arti luas menyangkut seluruh aspek kehidupan

manusia itu sendiri.4

Tradisi perkawinan merupakan kebiasaan turun temurun yang

diwariskan oleh nenek moyang kepada anak cucunya untuk dilakukan pada

saat acara perkawinan. Tradisi atau adat istiadat perkawinan semua adatnya

memiliki makna dan kaidah atau aturan yang harus ditaati, apabila dilanggar

akan menerima sanksi adat.5

3
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan Pusat Pengajian
Bahasa dan Kebudayaan Melayu, (Universitas Riau, 2003), h. 12.
4
Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 142.
5
Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru: UNRI
Press, 2000), cet. 1, h. 15.
3

Orang Melayu di Bengkalis masih melestarikan tradisi leluhur, Ini

terlihat dari masih dilestarikannya adat perkawinan tradisional meskipun tidak

seutuh pada zaman dahulu.Realitas ini menjadi bukti kelekatan mereka kepada

ajaran leluhur (Ibrahim Mukhmar, 2002). Upacara adat Melayu Bengkalis

memiliki rangkaian acara yang panjang dan meriah, ritual acara digelar kurang

lebih 4 hari, baik di rumah pengantin laki-laki maupun perempuan. Selama itu,

kesenian Melayu seperti tari zapin, tradisi berzanji, dan burdah digelar untuk

menyemarakkan acara. Tidak lupa juga tradisi pantun berbalas dilantunkan,

khususnya saat pertunangan.6

Upacara adat perkawinan Melayu Bengkalis diilhami oleh upacara

perkawinan kerajaan Siak Sri Indrapura di Riau. Perkawinan ini juga

mengenai tata cara yang berbeda, misalnya untuk golongan raja, bangsawan

atau orang biasa, seperti terlihat dalam pembuatan pelamin yang bertingkat. 7

Islam adalah sistem akidah,syariah dan akhlak yang mengatur segala

peri kehidupan dan penghidupan manusia dalam berbagai hubungan.Hal itu

mencakup hubungan manusia dengan tuhannya, manusia dengan sesamanya,

dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya8.

Salah satu cakupan ajaran Islam yang berisi tentang hubungan manusia

dan sesamanya adalah dalam bidang perkawinan, perkawinan dalam

6
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan Pusat Pengajian
Bahasa dan Kebudayaan Melayu, (Universitas Riau, 2003), h. 12.
7
(Tim pusat Pengajian Bahasa dan kebudayaan Melayu Universitas Riau (P2BKM-
UNRI), 2003; MS. Suwardi, 1991)
8
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press),
I:19 Wawasan Islam, (Jakarta: C.V. Rajawali, 1986), cet.1, h.21.
4

kehidupan manusia adalah sesuatu yang dianggap sakral.Perkawinan menjadi

pertalian yang legal untuk mengikatkan hubungan antara dua insan yang

berlainan jenis kelamin. Sebap, dengan cara inilah diharapkan prosesi manusia

di muka bumi ini akan terus berlanjut dan berkesinambungan. Hal ini sesuai

dengan tujuan perkawinan yaitu mempunyai keturunan yang sah 9.

Dalam prakteknya, hukum Islam selalu mengakomodasi dan

berasimilasi dengan adat istiadat masyarakat dimana hukum Islam

dipraktekkan oleh masyarakat tersebut. Dalam kasus seperti ini, Islam telah

menetapkan kualifikasi adat istiadat yang bisa diakomodasi oleh Islam antara

lain: adat istiadat itu harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat

dalam Al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas10. Sebaliknya hukum adat yang

tidak sesuai dengan dalil-dalil Syar’I maka tidak diterima oleh hukum Islam.

Dalam bidang perkawinan, asimilasi antara kedua sistem tersebut

terdapat hampir pada semua prosesi-prosesi adat perkawinan Melayu yakni

dari awal hingga akhir, seperti adat mencari jodoh yang tepat, meminang,

hingga acara walimatul’ursy. Namun demikian, konsep perkawinan dalam

Islam lebih sederhana dibandingkan dengan adat perkawinan Melayu yang

telah mendapat penambahan-penambahan.11

9
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Undang-
undang No. 1 Tahun 1974, tentang perkawinan), (Yogyakarta : Liberti, 1999), cet.4, h. 57.
10
Ibn Najim, Zain al-Abidin bin Ibrahim, al-Asybah wa an-Nazair, (Beirut: Dar al-Kutub
al-Imiah, 1413 H / 1993M), h. 93.
11
Selamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: CV Pustaka Setia,
1999), 1, h. 11.
5

Sesuai dengan sifatnya, hukum adat hanya berlaku di daerah tertentu

saja. Hal tersebut disebabkan karena adat digali dari kebiasaan-kebiasaan

masyarakat tersebut. Seperti halnya adat perkawinan Melayu yang menjadi

topik penelitian ini.

B. Batasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan masalah

Agar dalam pembahasan penelitian ini terarah dan tersusun secara

sistematis pada pembahasan yang menjadi titik sentral, maka perlu penulis

uraikan tentang pokok-pokok bahasan dengan memberikan perumusan dan

pembatasan masalah.

Untuk mendapat pembahasan yang objektif, maka dalam skripsi

ini penulis membatasinya dengan pembahasan berkisar pada nilai-nilai

rangkaian upacara pernikahan adat Melayu di Bengkalis.

2. Rumusan Masalah

Dalam hukum Islam tentunya telah memberikan konsep yang jelas

tentang praktek pernikahan berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah yang

shahih (sesuai dengan pemahaman para salafu shalih). Karena itu sudah

semestinya setiap pernikahan harus mengikuti sesuai aturan agama walau

dengan berbagai macam adat dan budaya yang berbeda. Adapun yang

menjadi rumusan masalah pada penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana nilai-nilai Islam pada rangkaian pernikahan adat Melayu

Kabupaten Bengkalis?
6

2. Bagaimana relasi hukum Islam pada prosesi perkawinan adat Melayu

Kabupaten Bengkalis?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui nilai-nilai Islam pada rangkaian upacara pernikahan

adat Melayu Bengkalis.

b. Untuk mengetahui bagaimana relasi Islam pada prosesi pernikahan adat

Melayu Bengkalis.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademis, penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan atau

bahan informasi awal untuk info penelitian lainnya terutama terkait

topik penulisan yang sama.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini dipandang berguna bagi pemuka adat

budaya Melayu Bengkalis untuk memahamkan dan mengaplikasikan

unsur-unsur prosesi pernikahan yang sesuai dengan Islam atau yang

tidak sesuai dengan Islam.

c. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan mampu menambah

pengembangan pemikiran setiap pribadi terkait pernikahan sesuai adat.

d. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis dan

khususnya bagi para pembaca tentang pernikahan.


7

D. Review Studi Terdahulu

Untuk menemukan pembahasan dari penulisan skripsi ini penulis

menelaah literatur yang sudah membahas tentang judul yang akan penulis

kemukakan dalam penulisan skripsi.

1. Judul Skripsi Mandi Taman Dalam Pernikahan Adat Melayu Desa

Tualang Kecamatan Tualang Menurut Hukum Islam tahun 2016 yang

disusun oleh Rahmi Kurniati NIM : 11121203806 Program Studi

Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum UIN Suska Riau. Hanya

saja skripsi ini membahas salah satu dari rangkaian pernikahan adat

Melayu yang ada di Provinsi Riau yaitu mandi taman.

2. Judul skripsi Pengejawatan Hukum Islam Dalam Adat Perkawinan

Budaya Melayu Kecamatan Keritang Kabupaten Indra Giri Hilir

tahun 2010 yang disusun oleh Maryanto NIM : 05350018 Program

studi Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta. dalam skripsi ini penulis juga meneliti tentang

pernikahan adat Melayu Kabupaten Indra Giri Hilir Profinsi Riau.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan yaitu penelitian

yang sumber data primernya berasal dari temuan-temuan di lapangan. Sifat


8

dari penelitian ini adalah deskriptif, yaitu mendeskripsikan data yang ada

di lapangan yang sesuai dengan hukum perkawinan Islam.12

Sosiologi empiris merupakan penelitian non doktrinal yang bertitik

tolak pada data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek

penelitian, seperti masyarakat sebagai sumber pertama dalam suatu

penelitian. Dengan kata lain penelitian ini menekankan kepada pencarian

jawaban mengenai fenomena sosial yang terjadi dalam pemberlakuan

hukum, sehingga akan menjawab pertanyaan signifikan sosial hukum atau

efektifitas hukum.13

2. Sumber Data

Sumber data dimaksudkan semua informasi baik yang merupakan

benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa atau gejala baik secara

kuantitatif atau kualitatif.14

a. Data Primer

Data Primer merupakan sumber data utama yang diperoleh

secara langsung sebagai sumber data pada penelitian ini, yaitu berupa

wawancara terhadap tokoh masyarakat, tokoh ulama dan tokoh adat.

Pokok-pokok tersebut guna untuk menghindari terjadinya

penyimpangan dari pokok masalah penelitian selama wawancara.

12
Etta Mamang Sangaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dalam
Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), cet.1, h. 28.

13
Yayan Sopyan, PengantarMetodePenelitian, h. 32
.
14
Sukandar rumidi, MetodePenelitian, (Yogyakarta, Gadjah University Press, 2004)
9

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data tambahan yang diperoleh

secara tidak langsung yang bersumber dari studi kepustakaan yang

berupa buku-buku, jurnal, skripsi, artikel, pendapat para ahli atau

sumber data yang lain yang relevan dan berhubungan dengan penelitian

ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam upaya pengumpulan data untuk memahami realitas yang ada

serta untuk lebih memfokuskan penelitian ini, penulis menggunakan

beberapa metode yang dapat memberikan informasi dan data-data yang

maksimal:

a. Observasi (penelitian lapangan)

Yaitu menghimpun data primer dengan wawancara, dilakukan secara

langsung kepada informan, dengan menggunakan daftar pertanyaan

sebagai pedoman wawancara, agar mendapatkan informasi yang lebih

fokus dengan masalah yang diteliti.

b. Wawancara

Yaitu suatu metode pengumpulan data yang melalui proses dialog dan

Tanya jawab (langsung dan lisan) yang dilakukan oleh penulis kepada

sampel penelitian tentang masalah-masalah yang diteliti15.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview)

15
Burhan Bugin, penelitian kualitatif: Ekonomi, Kebijakan Public, (Jakarta: Kencana,
2011), Ed. 1 cet 1, h, 14
10

adalah suatu alat pengumpulan data yang digunaka untuk memperoleh

informasi yang jelas dan akurat yang berkaitan dengan hal yang diteliti.

c. Studi Keperpustakaan

Yaitu suatu usaha untuk memperoleh data atau informasi yang

diperlukan serta menganalisis suatu permasalahan melalui sumber-

sumber kepustakaan. Penyusunan yang menggunakan kepustakaan

dilakukan dengan membaca, mempelajari serta menganalisa

literatur/buku-buku dan sumber buku lainnya yang berkaitan dengan

penelitian ini.

4. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data yang telah terhimpun, penulis

menggunakan beberapa metode yaitu:

1. Metode Induktif, yaitu metode yang bertujuan melakukan

pengembangan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.

Dalam metode ini, pernikahan menurut hukum Islam dikembangkan

melalui fakta-fakta yang ada pada pernikahan adat Melayu di

Bengkalis16.

2. Metode deduktif, yaitu metode yang dipakai dengan menarik fakta

atau kesimpulan yang bersifat umum, untuk dijadikan fakta atau

kesimpulan umum yang bersifat khusus.17

16
Etta Mamang Sangaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dalam
Penelitian, h. 19.
17
Sutrisno Hadi, Metodelogi Resreach, (Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2007), h.26.
11

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” dengan

sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas

beberapa sub bab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun

perinciannya adalah sebagai berikut:

Bab ke satu, Pendahuluan yang mengantarkan seluruh pembahasan

selanjutnya. Berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, review studi

terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab ke dua, Menguraikan gambaran umum tentang konsepsi

perkawinan menurut hukum Islam.

Bab ke tiga, potret Kabupaten Bengkalis yang terdiri atas kondisi

geografis, keadaan demografis, sosial, pendidikan, ekonomi masyarakat dan

agama.

Bab ke empat, membahas tentang prosesi perkawinan adat Melayu

Bengkalis dan nilai-nilai islam yang terkandung di dalamnya. Pembahasan ini

dibagi ke dalam beberapa bagian yaitu sebelum perkawinan, saat

berlangsungnya perkawinan dan setelah prosesi perkawinan.

Bab ke lima, yaitu penutup yang berisikan kesimpulan dan

permasalahan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran

dari solusi permasalahan.


BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG RANGKAIAN PERNIKAHAN

MENURUT HUKUM ISLAM

A. Pengertian Perkawinan

Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada

semua makhuk-Nya, baik pada pada manusia, hewan, maupun tumbuh-

tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt sebagai jalan bagi

makhluk-Nya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya. 1

Perkawinan dalam literatur fiqih berbahasa Arab disebut dengan dua

kata yaitu nikah (‫ )نكح‬dan zawaj (‫)زواج‬. Kedua kata ini yang terpakai dalam

kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Al-Quran dan

Hadist Nabi.2 Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam Al-Quran dalam arti

kawin, seperti dalam surat al-Nisa‟ ayat 3:

            

              

  


Artinya: “dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.
kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah
lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Q.S. An-Nisa Ayat 3).
1
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009). h.6
.
2
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fikih. cet 2. (Jakarta: Kharisma Putra Utama). h.
73.

12
13

Perkawinan dalam istilah Arab juga diartikan dengan al-Nikah yang

bermakna al-Wath’ dan al-dammu wa al tadakhul. Dalam kalimat lain

perkawinan diartikan juga dengan al-dammu wa al jam’u atau ibarat’an al

wath’ wa al ‘aqd diartikan dengan makna berkumpul dan akad.3 Berdasarkan

pengertian hal ini para ulama mengartikan dengan makna suatu hubungan

biologis. Dewasa ini kerap kali dibedakan antara perkawinan dan pernikahan,

akan tetapi pada perinsipnya perkawinan dan pernikahan hanya berbeda dalam

menarik akar katanya saja.4

Kata “Zawaj” dipergunakan dalam Al-Qur‟an sebagai pasangan atau

jodoh yang dipergunakan dalam pengertian perkawinan.

           

Artinya: “apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapa


banyakkah kami telah menumbuhkan padanya berbagai pasangan (tumbuh-
tumbuhan) yang baik?”. (Q.S As-Syuara ayat 7).

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dijelaskan bahwa perkawinan

adalah pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalizan untuk mentaati

perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. dari berbagai

penjelasan terminologi yang telah dikemukakan terlihat jelas bahwa

perkawinan adalah fitrah ilahi.

3
Wahbah Al-Zuhaili, al-fiqh al-Islami wa adillatuhu, Juz Vll, (Damasyq; Dar al-fikr,
1989), h.29
4
Sudarsono. Hukum Keluarga Nasional. (Jakarta : Rineka Cipta , 1997), h. 62.
14

Ulama Fikih berbeda-beda dalam mendefinisikan makna perkawinan,

yaitu:5

a. Ulama Hanafiyyah, mendefinisikan pernikahan sebagai suatu akad yang

berguna untuk memiliki dengan sengaja, dapat diartikan pula bahwa

seorang laki-laki dapat menguasai perempuan dengan seluruh anggota

badannya untuk mendapatkan kesenangan atau kepuasan.

b. Ulama Syafī„iyyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad

dengan menggunakan lafaz nikah dan zauj yang artinya dengan pernikahan

seseorang dapat memiliki atau mendapatkan kesenangan dari pasangannya.

c. Ulama Malikiyyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad

yang mengandung arti mut„ah untuk mencapai kepuasan dengan tidak

mewajibkan adanya harga.

d. Ulama Hanābilah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah akad dengan

menggunakan lafaz inkāh atau tazwīj untuk mendapatkan kepuasan.

Tahir mahmood mendefinisikan perkawinan sebagai sebuah ikatan lahir

batin antara seorang pria dan wanita masing-masing menjadi suami istri dalam

rangka memperoleh kebahagiaan hidup dan membangun keluarga dalam

sinaran ilahi.

Beberapa penulis juga terkadang menyebut pernikahan dengan kata

perkawinan. Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin”

yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,

melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.

5
Selamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: CV Pustaka Setia,
1999), cet.1, h. 10-11.
15

Perkawinan menurut syarak ialah akad serah terima antara laki-laki dan

perempuan yang bertujuan untuk memberikan kepuasan antara satu sama lain

dan untuk membentuk suatu kehidupan berumah tangga yang bahagia serta

masyarakat yang sejahtera. Zawwaj atau nikah adalah akad yang secara

keseluruhan di dalamnya mengandung kata inkah atau tazwij6.

Perkawinan sangat penting bagi pergaulan masyarakat, hidup bersama

dalam sebuah keluarga yang kemudian melahirkan anak keturunan merupakan

sendi yang utama bagi pembentukan negara dan bangsa. Kesejahteraan dan

kebahagiaan hidup bersama ini menentukan kesejahteraan dan kebahagiaan

masyarakat dan negara, sebaliknya rusak dan kacaunya hidup bersama akan

menimbulkan rusak dan kacaunya bangunan masyarakat.

Mengingat peranan yang dimiliki dalam hidup bersama ini sangat

penting bagi tegak dan sejahteranya masyarakat, maka negara membutuhkan

tata tertib dan kaidah-kaidah yang mengatur hidup bersama ini. Peraturan-

peraturan inilah yang menimbulkan pengertian perkawinan, yaitu hidup

bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang memenuhi syarat-

syarat yang termasuk dalam peraturan tersebut.7

Tata tertib kaidah-kaidah inilah yang berlaku di Indonesia yang dalam

bentuk konkritnya disebut hukum perkawinan atau istilah lain yang sama

maksudnya yang telah berlaku sejak dahulu sampai sekarang.

6
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009). h.8.
7
Soedaryo Soimin, Hukum Orang dan Hukum Keluarga, (Jakarta: Sinar Grafika). h. 3
16

Tata tertib dan kaidah-kaidah ini pula telah yang telah dirumuskan

dalam suatu Undang-undang pokok perkawinan, yaitu Undang-undang No, 1

Tahun 1974 berbunyi: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria

dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa.

B. Dasar Hukum Perkawinan

Perkawinan merupakan suatu hal yang diperintahkan dan dianjurkan

oleh syara‟ yang sekaligus merupakan sunnah Rasulullah saw. Pada hakikatnya

perkawinan merupakan akad yang membolehkan laki-laki dengan perempuan

berbuat sesuatu yang sebelumnya dilarang, sehingga dapat dikatakan bahwa

hukum asal dari perkwainan adalah boleh atau mubah8. Jika dilihat dari

sifatnya sebagai sunnah Allah dan Sunnah Rasul, tentu tidak semata-mata

bahwa hukum asal dari perkawinan itu mubah.9

Perintah dan anjuran untuk melaksanakan perkawinan sudah tertera

secara jelas didalam Al-Qur‟an dan hadist Nabi saw. Sebagaimana dalam

firman Allah;

           

         

8
Mubah: suatu perbuatan yang dibolehkan mengerjakannya, tidak diwajibkan dan tidak
pula diharamkan
9
Amir Syarifuddin, Hukum perkawinan Islam di Indnonesia, Antara Fiqih dan Undang-
undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 43.
17

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia


menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cndrung
dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Rum ayat 21)

Para pakar hukum Islam berbeda pendapat dalam menentukan

kedudukan hukum perkawinan. Secara umum dapat diberikan perincian hukum

nikah berdasarkan kondisi orang yang mau melaksanakan perkawinan tersebut,

karena apabila berubah illah suatu hukum, maka hukum yang lahirpun akan

berubah pula.10

1) Wajib, bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kesanggupan untuk

kawin sedang ia khawatir terhadap dirinya akan tergelincir pada perbuatan

zina seandainya tidak segera kawin.Melaksanakan perkawinan merupakan

satu-satunya jalan baginya untuk menghindari dari perbuatan terlarang

tersebut, maka hukum melakukan perkawinan adalah wajib.11

2) Sunat.12 Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan

untuk melangsungkan perkawinan, jika pelaksanaannya tidak disegerakan

tidak dikhawatirkan akan berbuat zina, maka hukum melakukan

perkawinan bagi orang tersebut adalah sunnat.

10
Ahmad Sudirman Abbas, Pengantar Pernikahan, Analisa Perbandingan Antar Mazhab,
(Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h. 7.
11
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan (Jakarta : Bulan Bintang
1988). h. 23
12
suatu yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan oleh mukallaf dengan tuntutan yang
tidak mengikat, apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak mendapat
dosa.
18

3) Haram. Bagi orang yang mempunyai keinginan dan tidak mempunyai

kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksakan kewajiban-kewajiban

dalam rumah tangga. Contoh lain, apabila seorang laki-laki mempunyai

keinginan untuk mengawini seorang wanita dengan maksud menganiaya

atau memperolok-olokkannya maka haramlah bagi laki-laki tersebut untuk

melaksanakan perkawinan dengan perempuan yang bersangkutan.13

4) Makruh.14Orang yang tidak memiliki kemapuan untuk kawin. Pada

hakekatnya orang tidak memiliki kesanggupan untuk kawin ini dibolehkan

untuk melakukan perkawinann tetapi ia dikhawatirkan tidak dapat

mencapai tujuan dari perkawinannya, karena itu dianjurkan sebaiknya ia

tidak melakukan perkawinan sampai setelah ia mampu.15

5) Mubah. Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya,

tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan berbuat zina dan

apabila melakukan juga tidak ada melantarkan isteri.16

C. Rukun dan Syarat Perkawinan

1. Menurut Hukum Islam

Rukun ialah bagian yang tidak terpisahkan dari suatu perbuatan

(ibadah) yang menentukan sah atau tidak dan ada atau tidaknya perbuatan

13
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: 1974), h. 50
14
Sesuatu yang apabila dikerjakan kurang baik, tetapi apabila ditiggalkan akan
mendapatkan pahala.
15
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. h. 24
16
Abd. Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat, h. 18-20
19

tersebut.17 Merupakan bagian dalam rangkaian dalam sebuah pekerjaan,

seperti membasuh muka dalam berwudhu atau adanya calon mempelai

dalam pelaksanaan pernikahan.

Syarat ialah sesuatu yang mesti ada dalam suatu pekerjaan dan

akan menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu

tersebut tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan tersebut, seperti menutup

aurat pada saat shalat atau keharusan beragama islam bagi calon pengantin

laki-laki dan perempuan. Adapun suatu pekerjaan (ibadah) yang sudah

memenuhi rukun dan syarat, maka pekerjaan itu bisa dikatakan sah.18

Pembahasan mengenai rukun perkawinan merupakan perasalahan

yang serius di kalangan para fuqoha.19Bentuk dari konsekuensinya terjadi

silang pendapat mengenai apa yang termasuk rukun dan mana yang

termasuk rukun, temasuk yang menentukan mana yang rukun dan mana

yang syarat.20

Menurut Syafi‟iyyah mengenai syarat perkawinan itu adakalanya

menyangkut sighat, wali calon suami dan isteri dan juga shuhud. Adapun

mengenai dengan rukunnya bagi mereka ada lima syarat yaitu calon suami-

isteri, wali, dua orang saksi dan sighat.

17
Iqbal Dawami. Kamus Istilah Islam, (Jakarta: Qudsi Media 2012). cet.1, h. 111.
18
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet.1, h. 45-
46.
19
Bentuk jamak dari faqih, mereka yang sangat alim dalam ilmu fikih dan yang
berhubungan dengan perkara itu.
20
Kama Rusdiana dan Jaenal Arifin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: 2007).
cet.1, h. 4.
20

Ulama Malikiyyah berpandangan rukun nikah ada lima, yaitu wali,

mahar, calon suami-isteri, dan sigaht. Dari sini terlihat jelas bahwa para

ulama tidak saja berbeda pendapat pada ditelnya, syafi‟i menjadikan dua

orang saksi sebagai rukun sedangan Malikiyyah tidak menempatkan saksi

sebagai rukun.

Menurut Hanafiah, perkawinan itu terdiri dari syarat-syarat yang

berhubungan dengan sighat, berhubungan dengan dua calon mempelai dan

berhubungang dengan kesaksian.

Menurut jumhur ulama rukun perkawinan ada lima dan masing-

masing rukun memiliki syarat-syarat tertentu. Untuk mempermudah

pembahasan maka uraian rukun perkawinan akan disamakan dengan uraian

syarat-syarat dari rukun tersebut.21

1. Calon suami. Syaratnya adalah;

a. Beragama Islam

b. Laki-laki

c. Jelas orangnya

d. Dapat memberikan persetujuan

e. Tidak terdapat halangan perkawinan

2. Calon Istri, syarat-syaratnya;

a. Beragama meskipun Yahudi atau Nasrani

b. Perempun

c. Jelas orangnya
21
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia. Studi
kritis perkembangan hukun islam dari fikih, UU No 1/1974 sampai KHI. (Jakarta : Kencana 2004).
cet.1, h. 63
21

d. Dapat dimintai persetujuan

e. Tidak terdapat halangan perkawinan

3. Wali nikah, syarat-syaratnya.

a. Laki-laki

b. Dewasa

c. Mempunnyai hak perwalian

d. Tidak terdapat halangan perwalian

Wali yang dimaksud di dalam rukun nikah adalah wali nasab, yaitu

anggota keluarga laki-laki bagi calon pengantin perempuan yang

mempunyai hubungan darah patrilinial dengan calon mempelai

perempuan.22Termasuk di dalamnya ialah bapak, datuk, sdr. Laki-laki

bapak, dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu wali nasab dapat digantikan

oleh wali hakim, yaitu penguasa atau wakil penguasa yang berwenang

dalam bidang perkawinan. Biasanya penghulu atau petugas pencatatan

nikah, jika wali nasab itu tidak ada atau tidak ditemukan. Jika wali nasab itu

tidak mau atau tidak bersedia menikahkan calon mempelai perempuan,

maka wali hakimlah yang bertindak untuk menikahkannya. 23

Wali nasab terbagi menjadi dua. Pertama wali mujbir, yaitu wali

yang berhak memaksa menentukan perkawinan dan dengan siapa seorang

perempuan itu mesti kawin. Kedua wali nasab biasa, yaitu wali yang tidak

mempuyai kekuasaan untuk memaksa seorang perempuan dengan siapa ia

harus menikah. Seperti saudara laki-laki kandung atau sebapak, paman yaitu

22
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: 1974), h. 65
23
Hassan Saleh dkk, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008), cet.1, h. 300.
22

saudara laki-laki kandung atau sebapak, dari bapak dan seterusnya anggota

keluarga laki-laki menurut garis keterunan patrilinial.

4. Saksi nikah
a. Minimal dua orang saksi

b. Hadir dalam ijab kabul

c. Dapat mengerti maksud akad

d. Islam

e. Dewarsa

Adanya saksi dalam sebuah upacara pernikahan berguna untuk

kemaslahatan bagi kedua belah pihak dan masyarakat. Hal ini mengingat

jika terjadi pengingkaran oleh salah seorang dari pasangan maka hal itu

dapat dikuatkan dengan adanya dua orang saksi, juga misalnya ada

kecurigaan masyarakat terhadap pasangan yang baru menikah maka kedua

orang saksi itu dapat menjadi pembela terhadap adanya akad pernikahan

dari sepasang suami istri itu. Menyangkut pula keturunan apakah benar yang

lahir adalah dari pernikahan suami istri tersebut, kedua saksi itu dapat

memberikan kesaksiannya. 24

5. Ijab Qobul, syarat-syaratnya;

a. Adanya pernyataan perkwinan dari wali

b. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai

c. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata

tersebut

d. Antara ijab dan qabul bersambungan

24
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet.1, h. 65.
23

e. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya

f. Orang yang terkait dengan ijab qabul tidak sedang ihram haji atau

umrah

g. Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu

calon mempelai atau wakilnya, wali dari mempelai wanita dan dua

orang saksi.

Ijab dilakukan oleh pihak wali dari mempelai perempuan

sedangkan kabul dilakukan oleh mempelai laki-laki. Ijab dan kabul

dilakukan di dalam satu majlis dan tidak boleh ada jarak yang lama antara

ijab dan kabul karena akan merusak kesatuan akad dan kelangsungan akad,

masing-masing ijab dan kabul juga harus dapat didengar dengan baik oleh

kedua belah pihak dan dua orang saksi.25 Pelaksanaan ijab kabul harus

digunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh masing-masing pihak yang

melangsungkan akad nikah sebagai pernyataan kemauan yang timbul dari

kedua belah pihak.

Kendatipun dalam hal-hal tertentu, seperti posisi wali dan saksi

masih menjadi ikhtilaf di kalangan ulama, namun mayoritas sepakat dengan

rukun yang lima ini.

2. Menurut Hukum Perdata

Syarat perkawinan adalah segala hal mengenai perkawinan yang

harus dipenuhi berdasarkan peraturan perundang-undangan sebelum

25
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h. 57.
24

pernikahan dilangsungkan. Persyaratan perkawinan menurut Burgerlijk

Wetboek voor Indonesia (BW) dibedakan menjadi dua bagian.

a. Syarat intern

Syarat intern merupakan syarat terhadap para pihak terutama mengenai

kehendak, wewenang dan persetjuan orang lain yang diperlukan para

pihak untuk mengadakan perkawinan.

b. Syarat eksterm

Syarat ekstren adalah syarat-syarat dan formalitas yang harus dipenuhi

oleh para pihak baik sebelum maupun pada waktu mereka

melangsungkan perkawinan, misalnya pendaftaran di kantor catatan

sipil (KCS).

Persyaratan perkawinan menurut UU perkawinan terdiri dari syarat

materil dan syarat formil. Syarat materil adalah syarat-syarat yang

melekat pada diri pihak-pihak yang melangsungkan perkawinan, dsebut

juga sebagai syarat subjektif. Syarat formil ialah tata cara atau prosedur

melangsungkan perkawinan menurut agama dan undang-undang,

disebut juga sebagai syarat objektif.26

26
Kama Rusdiana dan Jaenal, Perbandingan Hukum Perdata,(Jakarta 2007), cet.1, h. 8.
BAB III

POTRET KABUPATEN BENGKALIS

A. Letak Geografis dan Demografis Kabupaten Bengkalis

1. Letak Geografis Kabupaten Bengkalis

Kabupaten Bengkalis dengan Ibukota Bengkalis merupakan salah satu

dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan

bagian pesisir timur pulau Sumatera. Secara geografis, posisi wilayah

Kabupaten Bengkalis pada posisi 2º7º37,2” – 0º55º33,6” Lintang Utara

dan 100º57º57,6” – 102º30º25,2” Bujur Timur. Wilayah Kabupaten

Bengkalis terdiri dari pulau dan daratan serta memiliki kawasan pesisir

dan laut dengan garis pantai sepanjang 446 Km yang berbatasan dengan1 :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka;

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak dan

Kabupaten Kepulauan Meranti;

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Dumai, Kabupaten Rokan

Hilir, dan Kabupaten Rokan Hulu;

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Meranti.

Kabupaten memiliki letak yang sangat strategis, berada di tepi alur

pelayaran internasional yang paling sibuk di dunia, yaitu Selat Malaka

serta berada pada kawasan segitiga pertumbuhan ekonomi Indonesia

1
Geografi Kabupaten Bengkalis

25
26

Malaysia-Singapura (IMS-GT) dan kawasan segitiga pertumbuhan

ekonomi Inonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT).

Secara administrasi Pemerintah, Kabupaten Bengkalis terbagi menjadi

11 Kecamatan, 155 desa/kelurahan dengan luas wilayah 7.793,93 km².

Tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis sekitar 498.335 jiwa

dnegan agama yang sifatnya yang heterogen, mayoritas penduduknya

adalah penganut agama Islam. Disamping suku Melayu yang merupakan

mayoritas penuduk, juga terdapat suku-suku lainnya seperti : suku

Minang, suku Jawa, suku Bugis, suku Batak, etnis Tionghoa dan

sebagainya.

Bengkalis sebagai ibu kota kabupaten dikenal juga dengan julukan

Kota Terubuk karena daerah ini adalah penghasil telur ikan terubuk yang

sangat disukai masyarakat karena rasanya yang amat lezat dan tentu saja

menyebapkan harga telur ikan terubuk menjadi amat mahal. Kota lainnya

adalah Duri sebagai daerah penghasil minyak.

Bengkalis merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-

rata sekitar 2-6,1 m dari pemukaan laut. Sebagian besar merupakan tanah

organolos, yaitu jenis tanah yang banyak mengandung bahan organik. Di

daerah ini juga terdapat beberapa sungai, tasik (danau) serta 2 pulau besar

dan kecil. Beberapa pulau besar itu adalah Pulau Rupat (1.524,84 km²) dan

pulau Bengkalis (938,40 km²).2

2
Topografi Kabupaten Bengkalis
27

Bengkalis mempunyai iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh iklim

laut dengan temperatur 26ºC – 32ºC. Musim hujan biasa terjadi sekitar

bulan September – Januari dengan curah hujan rata-rata berkisar antara

809-4.078 mm/tahun. Periode musim kering (musim kemarau) biasanya

terjadi antara bulan Februari hingga Agustus.3

Kabupaten Bengkalis wilayah administrasinya sebagian besar berada

di Pulau Sumatera, namun ibu kotanya berada di Pulau Bengkalis.

Sehubungan dengan itu, Kota Bengkalis senantiasa dikunjungi orang-

orang dari pulau Sumatera untuk urusan Pemerintahan seperti pembuatan

surat-surat izin dan lain sebagainya.

Jarak kota Bengkalis dengan Ibukota Provinsi (Pekanbaru) sejauh 173

km. Untuk mencapai ibukota provinsi digunakan dua jalur transportasi

yaitu laut dan darat, dengan jarak tempuh 6 jam perjalanan. Jalur lau

ditempuh melalui Selat Bengkalis dan melalui sungai Siak. Sedangkan

jalur darat ditempuh melalui selat Bengkalis menuju Siak.

3
Iklim Kabupaten Bengkalis
28

Berikut adalah daftar kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkalis:

Tabel II.1

No Kecamatan Kota Kecamatan Luas Kecamatan

1 Bantan Selat Baru 424,40 km²

2 Bengkalis Bengkalis 514,00 km²

3 Bukit Batu Sungai Pakning 1.128,00 km²

4 Mandau Duri 937,47 km²

5 Rupat Batu Panjang 1.524,85 km²

6 Rupat Utara Tanjung Medang 628,50 km²

7 Pinggir Pinggir 2.503,00 km²

8 Siak Kecil Lubuk Muda 742,21 km²

9 Bathin Solapan Sebangar -

10 Bandar Laksamana Tenggayun -

11 Talang Muandau Beringin -


29

2. Letak Demografis Kabupaten Bengkalis

Kabupaten Bengkalis dikatagorikan sebagai wilayah kabupaten

dengan jumlah penduduk yang jumlahnnya yang relatif besar

dibandingkan dengan wilayah kabupaten lain yang ada di Provinsi Riau.

Angka kelahiran dan kematian berbanding sangat kontradiktif yang berarti

bahwa tingkat kelahiran sangat tinggi jika dibadingkan dengan angka

kematian. Kenyataan ini makin dikuatkan dengan anggapan masyarakat

bahwa banyak anak banyak pula rezki, secara tidak langsung menjadi

motivasi bagi masyarakat untuk memperbanyak keturunan sebanyak-

sebanyaknya.4

Perkembangan Kabupaten Bengkalis terlihat sangat meningkat

dari tahun ke tahun, ini diketahui dari jumlah penduduk, pendidikan,

agama, dan lainnya. Dari jumlah tersebut dapat diketahui menurut data

statistik tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bengkalis pada tahun 2018

tercatat sebanyak 543.786 jiwa yang terdiri 281.253 jiwa laki-laki dan

262.533 jiwa perempuan. Kecamatan yang paling banyak penduduknya

adalah Kecamatan Mandau yaitu 239.361 jiwa dan kecamatan yang paling

sedikit penduduknya adalah Kecamatan Rupat Utara yaitu 14.030 jiwa.

Kecamatan di Kabupaten Bengkalis yang terpadat pada tahun

2018 yaitu Kecamatan Mandau dengan tingkat kepadatan mencapai 255

jiwa per kilometer persegi, sedangkan KecamatanRupat Utara merupakan

kecamatan yang paling jarang penduduknya dengan tingkat kepadatan 22

4
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu Kabupaten Bengkalis
30

jiwa per kilometer persegi. Rata-rata angka laju pertumbuhan penduduk

untuk Kabupaten Bengkalis dalam 5 tahun terakhir (2012-2017) yaitu

sekitar 2,33%, dimana pertumbuhan terbesar terjadi padaTahun 2016

sebesar 3,61%.

Proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Bengkalis menggunakan

pendekatan Linier dengan dasar pemikiran bahwa perkiraan pertambahan

penduduk akan terus tumbuh mengikuti pola pertumbuhan yang linier

karena sebagai daerah baru dengan potensi/ peluang untuk kemungkinan

berusaha lebih baik akan menjadi daya tarik yang kuat bagi penduduk luar

untuk memasuki wilayah Kabupaten Bengkalis (Imigrasi).

B. Pendidikan dan Ekonomi Masyarakat

Pendidikan merupakan tiang untuk meningkatkan sumber daya

manusia demi memperoleh ilmu pengetahuan untuk meraih kemajuan anak

bangsa. Hal inilah yang diterapkan oleh kabupaten Bengkalis dengan

melakukan pemerataan pembangunan yang dilaksanakan dengan segala bidang,

baik bersifat fisik maupun mental, maka didirikan berbagai sekolah di setiap

daerah di Kabupaten Bengkalis.

Sementara itu pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan

menentukan dalam gerak pembangunan dan serta untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat terhadap ketaatan akan peraturan dan ketentuan yang

berlaku di masyarakat. Dalam bidang pendidikan, Ibu Kota Bengkalis dapat

dikatakan sebagai pusat pendidikan karena di daerah ini dapat dikatakan

lengkap mulai taman kanak-kanak sampai pendidikan perguruan tinggi baik


31

Negeri atau swasta, dengan adanya fasilitas ini akan dapat meningkatkan

Sumber Daya Manusia yang berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonmi masyarakat.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Bengkalis salah satunya berisi tentang menjadikan Bengkalis

sebagai pusat kota pendidikan, pemerintah daerah sangat menfokuskan

kemajuan pendidikan yang ada di Bengkalis. Hal ini didorong dengan

terpenuhinya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang sudah ada dari

pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sehingga Kabupaten

Bengkalis berpotensi besar untuk menjadi pusat Pendidikan.

Adapun sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Bengkalis sebagai

berikut :

TABEL III. 3

JUMLAH SARANA PENDIDIKAN DI KABUPATEN BENGKALIS

JUMLAH
NO. JENIS PENDIDIKAN
NEGERI SWASTA
1 PAUD
KB - 142
SPS - 17
TPA - 6
RA - 35
TK 4 164
4 364
JUMLAH
368
2 DIKDAS
32

SD 305 32
MI 1 20
SMP 75 23
384 125
JUMLAH
509
SEKOLAH MENENGAH
3
ATAS
SMA 40 12
SMK 9 8
MA 4 41
53 61
JUMLAH
114
4 PERGURUAN TINGGI
POLITEKNIK 1
STIE 1
STAIN 1
AKADEMI KOMUNITAS 1
3 1
JUMLAH
4

Pada mulanya kabupaten Bengkalis dikembangkan menjadi daerah

dengan konsentrasi pada sektor pertanian, industri, perdagangan dan

pariwisata. Perekonomian daerah ini tumbuh karena perkembangannya

dilakukan secara terpadu oleh pemerintah dan swasta. Dengan ekonomi yang

dimiliki daerah ini maka setiap keputusan atau kebijakan dalam menangkap

peluang pengembangan dapat segera dihasilkan tanpa melalui proses

birokrasi yang panjang. Kondisi inilah yang diharapkan menjadi keunggulan

Kabupaten Bengkalis dalam menghadapi globalisasi dan persaingan.


33

Penduduk Kabupaten Bengkalis sebagian besar bermata pencaharian

nelayan dan bertani, ini dikarenakan kondisi alam yang mendukung terutama

dalam sumberdaya hasil laut yang cukup melimpah. Mata pencaharian yang

lainnya seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), POLRI, buruh atau jasa,

perdagangan dan lain-lain

Dalam perekonomian masyarakat terdapat beberapa tingkatan yaitu

rendah, sedang dan tinggi. Begitu pula yang dialami oleh masyarakat

Kabupaten Bengkalis. Hal ini terlihat dari kehidupan mereka yang masih

minim untuk mengakses permodalan, jaringan pemasaran, dan sumber

pengetahuan dan teknologi. Sehingga mereka hanya mendapat ruang lingkup

usaha yang tergolong kecil dan terencar. Dengan begitu mereka sulit untuk

menjalani menejemen usaha yang efisien baik konteks produksi maupun

pemasaran.

Berbagai studi menunjukkan rendahnya perekonomian yang dialami

oleh masyarakat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : skala usaha yang

tergolong kecil dan dijalankan tidak sesuai dengan menejemen usaha yang

efisien, baik tahap produksi hingga pemasaran. Selain itu, alasan dari ketidak

berhasilan usaha karena kurangnya teknologi dan pengetahuan dari

masyarakat itu sendiri.

C. Kondisi Sosial dan Keagamaan

Kota Bengkalis sebagai ibukota Kabupaten Bengkalis merupakan

daerah yang baru saja berkembang, secara historis Bengkalis pernah

memegang peranan penting dalam sejarah. Sehubungan dengan itu di


34

Kabupaten Bengkalis ini banyak ditemukan bangunan-bangunan bersejarah

dan rumah-rumah tua walaupun banyak diantaranya sudah punah maupun

tidak utuh lagi.

Indonesia adalah negara yang akan kaya dengan kebudayaan,

keanekaragaman adat istiadat, dan berbagai macam suku bangsa. Tidak jauh

berbeda dengan apa yang ada di Provinsi Riau, khususnnya di Kabupaten

Bengkalis yang memiliki berbagai suku dan agama yaitu: Melayu, Minang,

Jawa. Pada umumnya mayoritas suku masyarakat desa senggoro ialah Melayu,

terkenal dengan ramah dan lemah lembutnya dalam berkomuniaksi. Begitu

juga dengan agama, di desa Senggoro terdapat berbagai agama yang dianut

oleh masyarakatnya seperti Cina Kristen, dll.

Masyarakat Melayu Bengkalis beragama Islam dan dalam

kesehariannya identik dalam kebudayaa Islam. Upacara-upacara tradisional

cendrung dengan tradisi Islam dan juga nilai-nilai kehidupan bernuansa

Islami. Sehubungan dengan itu dalam filsafah Melayu menyebutkan bahwa

“Melayu adalah Islam, apabila tidak Islam berarti tidak Melayu”

Secara sosial, masyarakat Bengkalis dikenal ramah dan sangat santun

dalam bersikap, hal ini terlihat dari penilaian yang dilontarkan oleh beberapa

pendatang musiman mauman maupun yang telah menetap lama di wilayah ini.

Ketika berjumpa mereka tidak segan-segan untuk menyapa walaupun tidak

saling kenal sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh budaya mereka yang

menjunjung tinggi persaudaraan dan silaturahmi dengan sesama.


35

Mayoritas masyarakat Bengkalis memeluk agama Islam, sehingga

hampir seluruhnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarkat lebih

mengarah kepada unsur keagamaan terkhusus ketika hari besar Islam. Setiap

tahun masyarkat selalu mengadakan kegiatan keagamaan seperti Maulid Nabi,

Isra Mi’raj yang dilaksanakan di setiap rumah ibadah, sekolah maupun di

kantor. Terkadang setiap acara tersebut juga diselingi dengan perlombaan

islami bagi anak-anak sepert Festival anak Shaleh.

Disetiap rumah ibadah juga mempunyai program mingguan yaitu

pesantren kilat setiap hari minggu pagi ba’da subuh, dimana kegiatan ini

dikhususkan bagi anak-anak TK hingga SD. Kegiatan yang sangat positif yang

bertujuan untuk melatih dan membina anak-anak untuk berani tampil maju

kedepan dengan berbagai praktek seperti Sholat, azan, hafalan surat pendek

dan pelajaran lainnya.

Pada agenda tahunannya juga dilaksanakan Musabakah Tilawatil

Qur’an (MTQ) yang pesertanya telah dibina oleh masing-masing pengurus

Masjid atau Mushalla yang ada di lingkungan desa, sehingga semua kalangan

mendapatkan binaan dan pelatihan dalam berbagai cabang MTQ yang

diperlombakan.

Meskipun mayoritas masyarakat Bengkalis beragama Islam, namun

hal tersebut sedikitpun tidak merusak hubungan yang bisa mempengaruhi

kehidupan di masyarakat. Hingga saat ini belum pernah terjadi perselisihan

anatar beda agama atau suku yang menyebabkan perpecahan antara satu

dengan yang lainnya.


BAB IV

RELASI ISLAM DAN ADAT DALAM PERKAWINAN MELAYU BENGKALIS

Prosesi pernikahan masyarakat Melayu Bengkalis adalah sebuah

manifestasi adat yang masih berlangsung sampai saat ini. Jika ditilik satu persatu

dari setiap rentetan prosesi adat perkawinan, maka terdapat hikmah di balik tradisi

tersebut. Islam dijadikan sebagai poros bagi kehidupan masyarakat Melayu,

sehingga memberikan pengaruh besar pada dimensi kehidupan.1

Sumber adat yang digunakan di Bengkalis adalah berasal dari Bukit Batu,

tata cara mengenai aturan pernikahan adat Melayu di Riau ini berbeda-beda.

Dalam perkembangan sejarah dan budaya di Provinsi Riau menjelaskan bahwa

negeri ini pernah dipimpin oleh beberapa kerajaan seperti Siak, Rambah, Rokan,

Gunung Sahilan. Kerajaan ini dahulunya merupakan pusat kebudayaan yang

dipimpin oleh Sultan (Raja) yang bertahta, mempunyai mentri dan orang-orang

besar serta datuk-datuk yang membantu mengatur negeri dan adat istiadat di

kawasan kerajaan masing-masing.

Bengkalis sendiri bukanlah merupakan sumber adat bagi masyarakat

Riau, sumber adatnya adalah Siak dan Bukit Batu. Karena Bengkalis dulunya

berada di bawah kerajaan Bukit Batu, maka adat yang digunakan adalah adat

Bukit Batu.2 Hadirnya para pendatang di Kabupaten Bengkalis menimbulkan

pengaruh besar bagi masyarakat tempatan, ada Pergeseran yang terjadi pada

1
Mahyudin Al Mudra, Redefinisi Melayu, Upaya Menjembatani Perbedaan Konsep
Kemelayuan Bangsa Serumpun, (Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu,
2008), cet. 1, h. 10.
2
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 37-40.
36
37

aturan tetap diantaranya saat prosesi tepuk tepung tawar di Bukit Batu. Pada

realisasinya dilaksanakan satu persatu antara laki-laki dan perempuan, sedangkan

di Bengkalis Pelaksanaanya dijadikan sekaligus kedua mempelai. Begitu juga saat

perosesi antar belanja yang harus menggunakan tepak, sedangkan di Bengkalis

tanpa harus menggunakan tepak.3

Pernikahan antara bujang4 dan dara5 itu sendiri baru dapat melalui proses

upacara adat setelah terjadinya kesepakatan antara kedua belah pihak.

Musyawarah dari pihak keluarga laki-laki diadakan setelah anak bujang

menyampaikan maksudnya kepada ayah bundanya bahwa dia ingin memikat anak

gadis yang merupakan idamannya. Pihak keluarga laki-laki mengadakan

musyawarah dengan sanak saudara untuk mengirim orang yang bijak dan pandai

mengadakan pengintipan kepada anak perempuan yang telah menjadi pilihan.

Suku Melayu mengenal pepatah “Adat bersendikan Syara‟, dan Syara‟

bersendikan Kitābullah”. Merupakan pepatah yang mengokohkan bahwa adat

Melayu berlandaskan syariat Islam serta mengandung nilai-nilai luhur keislaman

yang menjadi landasan dan sandaran kehidupan batiniah dan lahiriah masyarakat

Melayu.6

3
Menurut KBBI, tepak adalah kotak kecil bertutup, dibuat dari pandan atau kayu dan lain
sebagainya untuk tempat sirih, tembakau, rokok dan lain-lain.
4
Bujang, sebutan untuk pemuda yang masih perjaka atau belum menikah di suku Melayu.
5
Dara, sebutan untuk gadis yang masih perawan atau belum menikah di suku Melayu.
6
Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 497
38

A. Prosesi Perkawinan Adat Melayu Bengkalis

1. Prosesi Sebelum Perkawinan

a. Merisik

Merisik merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam proses

perkawinan yang bertujuan untuk menyelidiki keberadaan seorang calon

pengantin.7 Merisik adalah suatu cara yang dilaksanakan secara diam-diam

oleh pihak laki-laki kepada seorang gadis atau anak dara yang menjadi

idamannya. 8

Dalam pelaksanaannya, orang tua dari pihak laki-laki atau diwakili

oleh keluarga dekatnya untuk mencari tahu tentang diri dan keadaan

keluarga pihak perempuan. sampailah pada pertanyaan apakah wanita yang

dimaksud sudah menjadi milik seseorang atau belum, jika belum dipinang

orang lain maka akan dilanjutkan dengan proses peminangan dimana pihak

laki-laki membawa sebuah cincin sebagai tanda bahwa perempuan tersebut

sudah dipinang oleh seseorang.9

Merisik dapat dilakukan berdasarkan keinginan orang tua maupun atas

permintaan anak laki-laki yang bersangkutan. Adapun pihak yang diutus

untuk berkunjung dan mencari inforasi hendaknya berkomunikasi dengan

bahasa yang sopan dan halus, seperti dengan menanyakan apakah kembang

7
Ediruslan Pe Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet. 1, h. 15
.
8
Tara, Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20 Juli 2018.
9
Suyud, Mantan Kepala Desa Senggoro dan Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview
Pribadi, Bengkalis, 2 Juli 2018.
39

itu sudah ada yang menjaga? Kalau belum punya saya ada kumbang.10 Atau

dengan mengatakan bahwa maksud kedatangannya untuk mencari tanaman

bunga, dan apabila dijawab oleh si pemilik rumah bahwa di rumah kami

tidak ada menanam bunga atau jika ditanya mau bunga apa, barulah

menjawab bahwa yang dicari bukan bungan yang ade di sekeliling rumah,

tetapi bunga yang dekat dapur (anak gadis pemilik rumah).11

Hal seperti ini juga akan terjadi serupa pada pihak perempuan, yaitu

mengadakan upacara merisik secara diam-diam kepada pihak calon laki-

laki, untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku calon menantu,

apakah dia seorang perjaka belum belum beristri, ada pekerjaan, sopan dan

santun, taat beragama serta senang bergaul di masyarakat. 12

b. Meminang

Meminang mengandung arti meminta seorang perempuan untuk

dijadikan isteri atau bisa juga disebut melamar seseorang. Jika telah ada

kesepakatan dari pihak laki-laki, maka kemudian disampaikan kepada pihak

perempuan bahwa pihak laki-laki akan datang melakukan peminangan pada

tanggal yang sudah disepakati tadi. Oleh karena sudah ada pemberitahuan,

maka keluarga perempuan mempersiapkan perangkat adat berupa tepak

sirih, begitu pula dengan pihak laki-laki yang harus mempersiapkan

10
Rizal, selaku budayawan dan MC Adat di Kec.Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis,
29 Juni 2018.
11
Syaukani Al Karim, Budayawan dan Anggota DPRD Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis 5 Juli 2018.
12
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru: CV Suka Bina, 2008)
Cet. 1, h. 11.
40

perlengkapan adat berjunjung, yaitu sebuah tepak sirih lengkap dengan

isinya.13 Upacara meminang dilaksanakan setelah pihak laki-laki

mendapatkan informasi kepastian dari anak dara maupun keluarganya

bahwa anak dara belum mempunyai ikatan dengan laki-laki lain.

Kata meminang pada umumnya disebut juga dengan melamar. Tata

cara pelaksanaanya berbeda meski sudah diketahui oleh banyak orang.

Untuk tata cara Melayu sendiri, cara meminang dilakukan dalam bentuk

sederhana. Utusan dari pihak laki-laki yang datang hanya beberapa orang

saja, namun ada juga orang tua pihak laki-laki yang hadir secara langsung di

kediaman anak dara untuk berbincang kepada orang tuanya. 14 Sebelum

melamar pihak perempuan sudah harus diberitahu terlebih dahulu, dan

peminangan dilakukan pada malam hari setelah shalat Isya, di dalam

peminangan inilah terdapat pembahasan waktu pelaksanaan hantaran

belanja dan besaran jumlahnya.15

Utusan pihak laki-laki yang dikirim untuk berkunjung ke rumah pihak

perempuan biasanya adalah orang tua-tua pilihan dan cerdik, bijaksana,

pandai meluruskan yang bengkok, menyelesaikan yang kusut, pandai

bertutur secara adat kebiasaan Melayu, dapat menjadi penyambung lidah,

bijak berunding serta tahu adat istiadat.

13
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 12-13.
14
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan Pusat
Pengajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu, (Universitas Riau, 2003), h. 17.
15
Basrah, Kepala Desa Senggoro, Interview Pribadi, Bengkalis, 10 Juli 2018.
41

Ketibaan utusan pihak laki-laki ke rumah pihak perempuan lalu

dipersilahkan masuk ke rumah dan duduk di ruang tengah rumah. Setelah

duduk berhadapan antara kedua belah pihak, maka langkah pertama dari

tuan rumah menyorongkan tepak tanda penerimaan tamu dengan tulus hati.

Tuan rumah mempersilahkan tamu untuk mengambil sirih dengan

perlengkapannya, kemudian hal yang sama dilakukan oleh tamu yaitu pihak

laki-laki menyorongkan tepaknya kepada tuan rumah.16 Selesai acara

seremonial serah menyerah tepak sirih dari kedua belah pihak, maka

dimulailah dengan kata bersambut yang didahulukan dengan pantun Melayu

yang dimulai oleh tuan rumah, contohnya sebagai berikut:

Pihak Perempuan :
Kelapa pandan airnya wangi,
bersama diminum tuan puteri,
ketibaan tuan kami junjung tinggi,
apa hajat datang ke rumah kami.

Pihak Laki-laki :
Kelapa puan pohonnya tinggi,
Daunnya ramai sangatlah rindang,
Dari jauh kami datang kemari,
Menyampaikan pesan amanat orang.

Pihak perempuan :
Kalau belayar mengarungi laut,
bintang di langit harus dipahami,
sebelum menyampai pesan amanat,
silahkan jamah sirih dan pinang kami.

16
Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet. 1, h. 26.
42

Pihak laki-laki :
Jauh berjalan ke negeri Kelakap,
menyebrang sungai membawa setanggi,
sirih dan pinang sudah disantap,
jamah pulalah sirih pinang kami.

c. Menggantung

Sebelum majelis pernikahan di perbuat, maka dilaksanakan terlebih

dahulu pekerjaan menggantung. Yaitu membersihkan dan menghias rumah

dengan menggunakan bermacam-macam tabir yang digantung dan membuat

langit-langit dari kain berwarna merah, kuning dan hijau. Mengganti dan

memasang langsi tingkap, memasang dan menghias tempat tidur baru yang

lengkap untuk pengantin baru, dan hal-hal lainnya yang diperlukan untuk

menghadapi majelis pernikahan tersebut.17

Pekerjaan ini dikerjakan secara beramai-ramai dari sanak saudara dan

handai taulan. Prosesi menggantung ini dipimpin oleh Mak Andam18 yang

dibantu oleh anak-anak muda laki-laki dan anak muda perempuan serta

didampingi oleh para perempuan setengah baya.19 Pekerjaan menggantung

ini dikerjakan 5 hari atau 7 hari sebelum acara akad nikah dan upacara

langsung atau acara bersanding pengantin perempuan dengan pengantin

laki-laki.

17
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 33
18
Tukang rias sekaligus pelindung ke dua calon pengantin dari berbagai gangguan
penyakit dan gangguan yang dating secara gaib.
19
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 29.
43

Membuat pelaminan diesebut dengan gerai besar dan terdiri dari

beberapa tingkat, biasanya pada masa dahulu jumlah tingkatan gerai besar

tergantung kepada tingkat sosial para penganti. Seperti kalau golongan

keluarga sultan memiliki 9 tingkat, keturunan tengku-tengku memiliki 7

tingkat, untuk anak datuk dan anak orang besar kerajaan memiliki 5 tingkat

sedangkan orang biasa hanya 3 tingkat. Gerai ini berfungsi sebagai tempat

bersanding bagi pengantin perempuan dan pengantin laki-laki serta sebagai

tempat upacara adat tepuk tepung tawar.20

Kegiatan ini mencerminkan tingginya rasa gotong royong masyarkat,

keluarga dan tanggung jawab moral mereka terhadap sesamanya. Dalam

kegiatan ini akan terlihat kekompakan dan rasa kasih mengasih antara ahli

bait, saudara dan masyarakat setempat. Para saudara atau masyarakat tidak

hanya rela berkorban tenaga akan tetapi juga rela berkorban uang seperti

membawa makanan untuk membantu meringankan beban ahli bait.21

d. Berinai Curi

Prosesi berinai curi adalah upacara yang memberikan tanda-tanda

dengan memberikan inai pada telapak tangan, kuku, jari tangan dan kaki

pengantin. Inai ini sendiri terbuat dari daun inai yang telah ditumbuk halus

kemudian dicampur dengan air asam jawa sampai warnanya berubah

20
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 33.

21
Rizal, selaku Budayawan dan MC Adat di Kec.Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 29 Juni 2018.
44

menjadi kemerahan. Prosesi ini merupakan simbol bahwa sang mempelai

wanita baru saja sah menjadi seorang pengantin baru.22

Pekerjaan ini dilakukan oleh orang tua-tua kaum perempuan saja,

pengantin perempuan diberikan pakaian yang bagus dan dibaringkan di atas

kasur. Setelah selesai menempelkan inai dengan rapi dijari pengantin maka

dibiarkan beberapa waktu, lalu jika sudah cukup inai pun dilepaskan.23

Berinai harus dilakukan secara terpisah, karena jika dilakukan dengan

bersandingan maka akan berkurang makna berarak keesokan harinya.24

Pada prosesi ini jika dilakukan sesuai dengan adat terdahulu maka

banyak terdapat syarat atau aturannya, seperti cara mengantarkan inai dari

rumah calon pengantin perempuan ke rumah pengantin laki-laki dengan

membawa tepak dan dilaksanakan tepung tawar. Namun pada

pelaksanaannya sudah jarang dilakukan, hanya saja sebatas dihadiri oleh

keluarga dan pada prosesinya diiringi dengan nyanyian rebana oleh ibu-

ibu.25

e. Berandam

Berandam adalah suatu kegiatan yang dilakukan kepada kedua calon

pengantin sehari sebelum menikah. Kegiatan berandam ini dapat pula

22
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 51
23
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 65.
24
Elinawati, selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis yang juga berprofesi sebagai
guru, Interview Pribadi, Bengkalis 18 Juli 2018.
25
Tara, Selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20
Juli 2018.
45

dikatakan “bergunting rambut kecil”, yaitu mencukur atau merapikan bulu

roma pada bagian dahi, pelipis, alis, tengkuk, bulu tangan dan bagian kaki.26

Upacara berandam lazim dilaksanakan besok harinya yakni selesai

upacara berinai curi. Di dalam berandam ada prosesi tepung tawarnya yang

dihadiri oleh sanak keluarga dan besar kecilnya acara berandam ini tidak

akan menggunakan biaya karena tidak ada pestanya dan tidak ada makan-

makannya. Sebelum berandam, pengantin perempuan dihias mengenakan

baju Melayu Kebaya Labuh kemudian melakukan tepuk tepung tawar

terlebih dahulu. Berandam hanya dilakukan oleh pengantin perempuan dan

dilaksanakan di rumah pengantin perempuan yang dihadiri oleh semua

keluarga terdekat. Berandam dilakukan untuk membersihkan kotoran yang

terdapat di muka, leher dan tengkuk pengantin perempuan.27

Berandam dipimpin oleh Mak Andam yang ahli di bidang ini, semua

bulu roma dicukur bersih menggunakan pisau cukur yang tajam. Bulu alis

mata dirapikan dan dibentuk taji ayam lalu bulu mata dilentikkan dan

sebagainya. Pelaksanaan upacara berandam ini dimulai pada pagi hari

setelah matahari naik untuk mengambil syafaat matahari sehingga pengantin

perempuan bercahaya seperti matahari pagi. 28 Di dalam adat melayu, ketika

26
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 56.
27
Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, cet ke-1
(Pekanbaru: UNRI Press, 2000), h. 43
28
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 61
46

mengandam sebenarnya hanya merapikan alis. Namun sekarang banyak

ditemukan pengantin perempuan yang mencukur habis alis matanya 29

Dalam kegiatan pelaksanaan berandam ini masih banyak kerja Mak

Andam yang harus diselesaikan dengan menyapukan bedak sejuk yang

berwarna putih ke alis mata pengantin yang dibentuk seperti bulan sabit,

serta membersihkan kotoran yang terdapat di muka, baik di pipi, kening, di

leher dan di tengkuk pengantin. Tugas terakhir Mak Andam adalah

memberikan sekapur sirih pemanis kepada pengantin untuk dimakan oleh

pengantin sebagai pemerah bibir sekaligus diberi bacaan doa oleh Mak

andam, supaya nantinya si pengantin kelihatan manis dan cantik disebut

sirih pemanis.30

f. Antar Belanja

Antar belanja pada dasarnya ialah menyerahkan uang belanja dari

pihak laki-laki kepada pihak perempuan, sebagai lambang gotong royong

dan kebersamaan untuk memmbantu pihak perempuan dalam melaksanakan

perhelatan perkawinan. hal ini dilakukan karena dalam pelaksanaan upacara

pernikahan yang banyak memerlukan biaya ialah pihak perempuan.31

Baiya yang diperlukan digunakan untuk mempersiapkan perlengkapan

seperti pengadaan pelaminan atau gerai, tempat peraduan, bangsal atau

29
Yong Syarif, Selaku Budayawan dan Tokoh Masyarakat Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 3 juli 2018.
30
Suyud, Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis 2 Juli 2018.
31
Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 121.
47

tenda dan upacara-upacara lainnya seperti berinai, akad nikah dan upacara

langsung. Waktu antaran belanja biasanya dilakukan setelah shalat Zuhur

atau setelah shalat Isya.

Upacara antar belanja ini dilaksanakan di rumah mempelai

perempuan. Pengantin laki-laki didampingi oleh keluarga terdekat, tetangga,

membawa peralatan dan kelengkapan upacara hantaran belanja seperti tepak

sirih, uang hantaran sesuai dengan jumlah yang telah disepakati saat

meminang, barang-barang pengiring sesuai dengan kemampuan dari pihak

laki-laki dan bunga rampai.32

Pada umumnya apa bila dari pihak perempuan mungingkari janji

maka ia diharuskan mengembalikan semua uang dan hantaran sebanyak dua

kali lipat dan jika dari pihak laki-laki yang mungingkari janji maka semua

uang dan hantaran tersebut menjadi milik perempuan.33

Pada realitanya masyarakat Bengkalis penentukan jadwal pernikahan

pada saat prosesi peminangan berlangsung, sehingga banyak yang terjadi di

Begkalis bahwa upacara akad Nikah dilaksanakan secara langsung setelah

selesainya proses antar belanja. Bahkan ini sudah menjadi tradisi yang

sering dilakukan oleh masyarakat Bengkalis, Namun mengenai konsep

terkait jadwal pelaksanaannya tergantung permintaan dan sesuai dengan

kesanggupan pihak keluarga.34

32
Suyud, Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis 2 Juli 2018.
33
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 59.
34
Pipin, selaku Mak Andam di Kecamatan Rupat, Interview Pribadi, Rupat, 20 juli 2018.
48

2. Prosesi Pada Saat Perkawinan

Akad nikah adalah suatu upacara agama yang sangat sakral dan

dipersiapkan secara besar-besaran di rumah pengantin perempuan, Prosesi

yang sangat ditunggu oleh pihak keluarga.35 Menjadi sebuah kenangan yang

berkesan dan mermakna jika diadakan di rumah, karena jika dilaksanakan di

Kantor Urusan Agama, maka yang bisa menyaksikan hanya orang-orang

tertentu saja. Inilah yang membuat pelaksanaan Ijab Kabul masyarakat

Bengkalis dilaksanakan di Rumah mempelai perempuan, namun ada juga

dilaksanakan di kantor Urusan Agama.36

Pada saat ijab kabul berlangsung, sesuai dengan adat melayu bahwa

pengantin perempuan harus berada di dalam sebuah ruangan, tidak

diperkenankan untuk mengikuti secara langsung. adapun yang berada di luar

cukup pihak laki-laki, wali dan saksi saja. Menurut adat yang berada di

ruangan tersebut hanyalah mak andam dan beberapa pihak keluarga

perempun, tidak diperkenankan ada laki-laki di ruangan tersebut walau

saudara kandung sekalipun.37

Prosesi ijab kabul biasanya setelah magrib atau setelah isya. Pada

umumnya masyarakat Bengkalis melaksanakan prosesi ini setelah isya

sembari menunggu kehadiran keluarga pengantin laki-laki maupun tamu

35
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 72.
36
Syaukani Al Karim, selaku Budayawan dan Anggota DPRD Bengkalis, Interview
Pribadi, Bengkalis, 5 Juli 2018.
37
Suyud, Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis 2 Juli 2018.
49

undangan.38 Sebelum pengantin laki-laki dan rombongan berangkat ke

rumah pengantin perempuan, terlebih dahulu pengantin laki-laki itu duduk

bersimpuh kepada kedua orang tua dan saudara terdekatnya untuk meminta

maaf sekaligus meminta doa restu agar selamat menghadapi kehidupan baru

yang akan segera dijalani.

Sebelum ijab kabul dilaksanakan, dua orang saksi yang ditemani

orang tua mempelai perempuan pergi menemui pengantin di bilik peraduan

untuk menanyakan apakah setuju dinikahkan dengan laki-laki yang

dimaksud. Kemudian ketika itu pula pengantin perempuan menucapkan

permohonan izin dan doa restu dihadapan orang tua dan para saksi nikah.

Setelah mendapat anggukan atau tanda setuju dari pengantin

perempuan maka dilaksanakan ijab kabul, setelah selesai kemudian pak

penghulu membacakan doa selamat dan pengantin laki-laki membacakan

surat talik yaitu surat perjanjian seorang suami terhadap istrinya. 39

Selesai dari ijab kabul pengantin laki-laki dibawa masuk ke dalam

bilik khusus yang sudah disediakan. Pada malam ini kedua mempelai belum

diperkenankan bertemu meski secara syariat sudah boleh bersama, karena

besoknya ada acara khusus buat mereka disandingkan.40 Jadi selesai prosesi

ini pengantin laki-laki langsung kembali ke rumah orang tuanya atau jika

38
Istiqomah, Selaku Mak Andam di Kec. Bukit Batu, Interview Pribadi, Bengkalis, 1
Agustus 2018.
39
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 76
40
Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 56-59.
50

rumahnya jauh maka biasanya pihak pengantin permpuan sudah

menyediakan sebuah rumah terdeka untuk menginap bagi pengantin laki-

laki dan keluarganya hingga beberapa hari sampai acara pernikahan

selesai.41

3. Prosesi Setelah Perkawinan

a. Tepung Tawar

Upacara adat tepung tawar merupakan suatu kebiasaan yang sakral

dan tidak dapat dipisahkan dari budaya Melayu, hal ini mengandung makna

simbolis untuk keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan yang terwujud

dari orang-orang yang menepung tawari pasangan pengantin.42

Prosesi ini dilaksanakan oleh pemuka masyarakat, orang yang

dituakan, alim ulama, bapak saudara (paman) pengantin laki-laki dan

pengantin perempuan yang dilaksanakan secara bergantian di atas

pelaminan yang didahului oleh pengantin laki-laki. Sedangkan pengantin

perempuan masih berada di bilik peraduannya.43

Pengantin laki-laki yang telah berpakaian lengkap dituntun keluar oleh

Mak Andam dari dalam bilik tadi menuju pelaminan untuk melaksanakan

tepuk tepung tawar, sehingga pusat perhatian tertuju kepadanya.

Perlengkapan alat tepung tawar ini terdiri dari bedak sejuk (air bedak), beras

41
Suyud, Selaku Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 2 Juli
2018.
42
Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 89.
43
Zainudin, selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis. Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
51

kunyit, beras basuh, bunga rampai dan inai colek (daun inai yang sudah

digiling halus) untuk dicolekkan ke tangan pengantin, selanjutnya daun

setawar dan daun sedingin diikatkan dengan daun ribu-ribu untuk perenjis.

Alat alat ini dimasukkan ke dalam mangkuk khusus yang sudah disediakan.

Bagi orang Melayu, masing-masing alat mempunyai makna tersendiri.

Bedak tepung tawar melambangkan penyejuk hati dan peneduh kalbu yang

diharapkan dapat memberikan kesabaran dan kesucian hati bagi yang

ditepung tawari. Beras basuh dilambangkan sebagai pembasuh segala yang

kotor dan membuang segala yang busuk. Beras kunyit melambangkan

kemurahan rezeki. Daun inai yang digiling halus dan diberikan sedikit air

jeruk nipis melambangkan kerukunan dan kesetiaan hidup serta menjauhkan

dari segala bencana. Bunga rampai melambangkan keharuman nama baik

keluarga. Daun setawar sebagai penawar segala yang berbisa dan

membuang segala yang jahat. Serta daun sedingin melambangkan

kedinginan hati dan fikiran.44

Bagi orang Melayu karena kedua mempelai belum boleh duduk

berdua sampai mereka sudah prosesi bersanding, jadi dalam berinai lebai itu

dilakukan satu persatu. Disini sedikit menggunakan biaya, karena terdapat

bingkisan terhadap orang menepung tawari berupa telur merah, nasi kuning

dan kue berkatnya. Kenapa harus telur merah dan nasi kuning karena telur

merah melambangkan bezah dan marwah, dan nasi kuning itu

44
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 81.
52

melambangkan keanggungan. Yang menepung tawari juga bukan dari

keluarga sendiri, pihak laki-laki ditepung tawari keluarga perempuan dan

pihak perempuan ditepung tawari keluarga laki-laki agar bisa saling

mengenal siapa bakal menantu, bakal menantu kemanak atau menantu

sepupu dan lain sebagainya. 45

Sesuai dengan tradisi adat Melayu, pada prosesnya pengantin

perempuan keluar dari biliknya setelah didandani lalu didudukkan di

pelaminan. Setelah itu orang tua yang dihormati atau sesepuh masyarakat

sekitar diikuti orang tua pengantin dan kerabat melakukan tepuk tepung

tawar. Jumlah orang tua yang menepuk tawari pengantin biasanya berjumlah

ganjil, misalnya 3, 5 atau 7 orang, ditentukan langsung oleh keluarga. Jika

berjumlah genap, hal itu justru mengakibatkan sesuatu yang kurang baik

bagi pengantin. Prosesi ini diiringi dengan suara kompang yang dimainkan

oleh group kompang dengan nyanyian syair islami hingga selesai. Setelah

upacara berinai lebai ini selesai maka dilanjutkan dengan pembacaan doa

secara terpimpin oleh sesepuh adat, menunjukkan acara telah usai dan

setelah itu para tamu undangan menyantap hidangan yang telah disediakan

oleh tuan rumah.46

45
.Zainudin, Selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
46
Ijal Seleb, Selaku Budayawan dan juga salah satu guru di MAN 1 Bengkalis, Interview
Pribadi, bengkalis, 18 Juli 2018.
53

b. Khatam Al-Qur‟an

Dalam adat kebudayaan Melayu, khatam Al-Qur‟an menjadi salah

satu rentetan acara yang harus dilalui oleh calon penganten peremuan.

Dalam hal ini pengantin perempuan akan ditemani oleh bebarapa

sahabatnya dan didampingi pula oleh guru ngajinya atau keluarganya. 47

Kegiatan khatam Al-Qur‟an ini menjadi simbol yang sangat penting

bagi calon pengantin perempuan karena hal iini menunjukkan bahwa calon

mempelai perempuan dapat mengaji dengan baik dan benar, karena

perempuan akan menjadi ibu bagi anak-anak suaminya dan seorang ibulah

yang kelak akan mengajari anak-anaknya untuk menjadi anak yang sholeh

dan sholihah, maka dari itu seorang ibu harus bisa membaca Al-Qur‟an

sebagai pedoman dan sandaran hidup manusia.48

Tak hanya itu saja, melalui khatam kaji ini juga menunjukkan

persebatian adat dan budaya Melayu dengan agama Islam. Anak-anak

perempuan yang akan dinikahkan dia harus sudah khatam Al-Qur‟an dan

telah faham dengan seluk beluk agama Islam, sehingga di rumahtangganya

nani sudah sudah memiliki tempat mengadu dan mengagungkan kebesaran

tuhannya.

Acara khatam qur‟an ini dihadiri oleh para ulama dan kaum

perempuan saja, dilaksanakan di rumah pengantn perempuan tepatnya di

hadapan pelaminan. Pada pelaksanaan acara ini disediakan nasi kunyit dan

47
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 79
48
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 64.
54

telur-telur sebagai berkat untuk dibawa pulang bagi yang menghadiri acara

khataman tersebut.49 Untuk khatam Qur‟an itu sendiri pengantin perempuan

membaca juz„amma dari surah aḍ-ḍuḥā sampai an-nās secara selang-seling

dengan kerabat yang mendampinginya, seperti sepupunya, adeknya dan

lain-lain.

Setelah acara ini selesai maka dilanjutkan dengan pembacaan

berzanji dan marhaban yang pelaksanaannya adalah kaum perempuan,

biasanya dibawakan oleh ibu-ibu group pengajian. Masyarakat bengkalis

pada umumnya bagi ibu-ibu mempunyai group pengajian di masing-masing

tempat yang salah satu programnya ialah bermain rebana, membca berzanji

sehingga bisa menghadiri acara khatam Qur‟an, istilah bahasanya yaitu

menghadap khatam.50

Acara ini tidak menjadi suatu kewajiban untuk dilaksanakan, namun

bagi masyarakat Bengkalis sudah menjadi sebuah tradisi yang kuat dan

tercantum dalam aturan adat Melayu. Mengenai waktu pelaksanaannya tidak

ditentukan secara adat melainkan sesuai dengan keinginan keluarga, pada

umumnya banyak dilaksanakan di pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB, Ini

waktu yang paling efektif untuk diadakan khatam qur‟an sambil mengisi

kekosongan acara sebelum berarak di siang harinya. 51

49
Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 64.
50
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 79.
51
Tara, Selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20
Juli 2018.
55

c. Berarak

Perjalanan dari rumah pengantin laki-laki menuju rumah pengantin

perempuan disebut sebagai prosesi berarak (mengarak pengantin). Sesuai

dengan adat bahwa pengantin laki-laki akan digendong oleh pak cik atau

pamannya sebagai harapan bahwa mereka berasal dari keluarga terhormat,

namun pada umumnya hal ini sudah jarang sekali diperaktekkan pada

masyarakat Bengkalis.52 Yaitu pengantin laki-laki berjalan seperti sama

halnya dengan yang mendampingi saat berarak.

Tujuan dari prosesi ini ialah sebagai media pemberitahuan kepada

seluruh masyarakat sekitar tempat dilangsungkannya perkawinan bahwa

salah seorang dari warganya telah sah menjadi pasangan suami istri.

Disamping itu tujuannya adalah memberitahukan kepada semua lapisan

masyarakat agar turut meramaikan acara perkawinan tersebut ikut

memberikan doa kepada kedua pengantin.53

Prosesi ini juga sangat ditunggu-tunggu oleh keluarga dan masyarakat,

karena keluarga yang datang dari jauh dan para tamu undangan penasaran

ingin melihat kedua pngantin ketika berarak. Banyak diantara tamu

undangan yang hadir menunda untuk beranjak dari rumah demi bisa melihat

acara berarak ini hingga selesai.54

52
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 85
53
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 59
54
Zainudin selaku ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
56

Pengantin laki-laki berpakaian adat Melayu Bengkalis, sesampai di

rumah pengantin perempuan, kemudian dilanjutkan dengan upacara

penyambutan. Dalam budaya Melayu upacara penyambutan tersebut

mempunyai makna yang sangat dalam, oleh karenanya pengantin laki-laki

perlu disambut dengan penuh kegembiraan sebagai bentuk ketulushatian

dalam menerima kedatangan mereka. Pada acara ini diiringi dengan

kompang dan penampilan pancak silat yang merupakan lambang kepiawaian

pengantin laki-laki menghadapi tantangan.55

Upacara penyambutan arak-arakan pengantin laki-laki biasanya

berbentuk tiga macam, yaitu permainan pancak silat, bertukar tepak induk,

dan berbalas pantun pembuka pintu. Makna yang terkandung pada kegiatan

pancak silat ialah pengantin laki-laki sebagai calon kepala rumah tangga

perlu ditantang kejantanan dan kepiawaniannya. Meski hanya sebagai

simbol, pancak silat juga mengandung makna persahabatan dan kasih

sayang yang dibungkus dengan jiwa kepahlawanan. Setelah bermain silat,

rombongan pengantin melanjutkan perjalanan, biasanya diteruskan dengan

kegiatan perang beras kunyit antara pihak pengantin laki-laki dengan pihak

yang menyambutnya.

Perang beras kunyit antar kedua pihak pengantin mengorbankan

permusuhan, melainkan menyuburkan persaudaraan. Setelah selesai maka

dilanjutkan dengan kegitan bertukar tepak induk. Simbol tepak

melambangkan rasa tulus hati dalam menyambut tamu dan juga sebagai

55
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h. 30.
57

lambang persaudaraan. Isi dalam tepak berupa daun sirih, kapur, gambir,

pinang dan tembakau. Kegiatan ini dapat dilakukan di dalam maupun di luar

rumah, bertukar tepak melambangkan ketulusan hati dan bersebatinnya dua

keluarga menjadi satu.56

Waktu pelaksanaan arak-arakan ini antara sesudah shalat Zuhur dan

sebelum shalat Asar, karena adat melayu itu sendiri harus sejalan dengan

syariat, maka tidak dilaksanakan berdekatan dengan waktu shalat Zuhur

sehingga tidak memngganggu waktu sholat.57 Pada masa dulu dilaksanakan

setelah matahari mulai menurun sekitar pukul 14.00 WIB, ditengah antara

waktu zuhur dan asar.

Namun saat ini berarak pada umumnya sering dilaksanakan pas ketika

matahari berada di tengah-tengah, mengingat ketika itu para tamu undangan

masih ramai berdatangan dan bisa disaksikan oleh banyak orang. Jika

diadakannya tepat pukul 14.00 sesuai dengan anjuran adat, maka tidak akan

ramai yang menyaksikan karena tamu undangan sudah mulai pulang. 58

Menjelang dilaksanakan acara arak-arakan, terlebih dahulu

dilaksanakan acara menjemput oleh rombongan pihak perempuan. Arak-

arakan dilakukan oleh orang Melayu selain sebagai pemberitahuan bahwa

ada pernikahan di kampung itu juga sebagai pemberitahuan kepada

56
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h. 69.
57
Kety, Selaku Mak Andam dan juga berprofesi sebagai guru di Bengkalis, Interview
Pribadi, Bengkalis, 15 Juli 2018.
58
Tara, Selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20
Juli 2018.
58

masyarakat sekitar untuk meramaikan acara yang dimaksud dan sekaligus

memberikan doa restu kepada kedua pengantin.59

Ketika acara berarak sedang berlangsung, pengantin laki-laki tidak

didampingi oleh kedua orang tuanya. Hal ini dikarenakan dipandang kurang

pantas seorang anak dihantarkan kedua orang tuanya, jadi ketika berarak

cukup diantarkan dengan pak usu, mak usu, pak ngah, mak ngah dll. Namun

ada pergeseran budaya saat prosesi berarak, dimana orang tua yang

sebenarnya tidak ikut arak-arakan dan hanya mengantarkan sampai pintu

rumah lalu menunggu kedua pasangan tersebut sekarang malah ikut arak-

arakan.60

d. Bersanding

Acara bersanding ialah upacara mendudukkan atau menyandingkan

pengantin laki-laki dan pengantin perempuan di atas gerai pelaminan,

dengan disaksikan oleh seluruh keluarga, sahabat dan jemputan. Upacara ini

termasuk sebuah acara puncak dari seluruh acara perkawinan, dengan tujuan

agar semua tamu undangan yang hadir bisa mengetahui dan melihat secara

langsung serta memberikan doa kepada kedua mempelai.61

Pada prosesi inilah merupakan kesempatan bagi seluruh kerabat

keluarga dan tamu undangan yang menghadiri pesta perkawinan untuk

59
Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 64.
60
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 91.
61
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 81
59

berjabat tangan dan menyampaikan ucapan selamat serta mendoakan kedua

mempelai, bahkan acara ini menjadi momen untuk berfoto bersama.62

Pengantin laki-laki masuk dibimbing oleh Mak Andam menuju

pelaminan dan didudukkan di samping kanan pengantin perempuan yang

sudah sejak tadi duduk di atas pelaminan. Sebelum pengantin laki-laki tiba,

terlebih dahulu pengantin perempuan dikeluarkan dari bilik dan duduk di

atas pelaminan dengan tabir tertutup. Setelah itu Mak Andam segera

membuka tabir pengantin perempuan dan mempersilahkan pengantin laki-

laki duduk bersela di atas pelaminan untuk bersanding berdua. 63

Kedua pengantin bagaikan pinang dibelah dua demikian kata-kata

Mak Andam, biasanya dalam kondisi demikian pengantin perempuan akan

tertunduk malu dengan mata terpejam dengan ucapan mak andam tersebut.

Hal ini yang menjadi aturan adat yang tak boleh dilanggar oleh pengantin.

Kalau mata pengantin dicelikkan atau memandang pengantin laki-laki

dengan mata terbuka berarti pengantin perempuan itu disebut orang

pengantin gatal atau tak beradat.64

e. Makan Bersuap (Makan Berhadab)

Makan bersuap ialah upacara dimana pengantin laki-laki dan

perempuan melakukan makan bersuap-suapan, dengan dipandu oleh Mak

Andam di hadapan orang tua perempuan jemputan dan orang tua dari pihak

62
Suyud, Selaku Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 2 Juli
2018.
63
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h.
31.
64
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 88
60

keluarga laki-laki. Mak Andam mengambil piring untuk kedua pengantin

dan memasukkan nasi dan lauk pauknya, kemudian mengambil tangan

pengantin perempuan untuk menjemput nasi sesuap yang diberikan oleh

pengantin laki-laki begitu juga sebaliknya.

setelah selesai makan suap bersuap (berhadab) kedua pengantin, maka

dilanjutkan makan bersama semua tamu jemputan dengan hidangan yang

disebut makan beradab. Pada dasarnya makan beradab ini tidaklah makan

sampai kenyang tapi cukup sekedarnya saja hanya untuk menjalankan

adat.65

Selesai melaksanakan upacara makan bersuap, kedua pengantin

dibawa turun dari pelaminan dan dibawa ke atas tikar permadani yang telah

disediakan hidangan makan berhadap. Nasi serta lauk pauk untuk kedua

mempelai telah disediakan oleh Mak Andam, kemudian disusul oleh sanak

famili untuk ikut bersama makan berhadap atau makan hadap-hadapan ini.

Maksud dari upacara ini adalah untuk menunjukkan kesetiaan, kecintaan,

pengabdian dan kasih sayang istri kepada suami yang disaksikan oleh

keluarga kedua belah pihak.66

Waktu pelaksanaan upacara ini setelah selesai prosesi berarak dan

bersanding lalu dilanjutkan dengan penyambutan tamu, namun terkait waktu

diadakannya upacara ini kembali ke keluarga. Biasanya masyarakat

Bengkalis melaksanakan upacara makan beradab ini setelah semua resepsi

65
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 66.
66
Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 69.
61

perkawinan selesai, sehingga pengantin dan pihak keluarga keduanya bisa

fokus melaksanakan kegiatan tersebut karena tamu sudah berpulangan. 67

f. Memohon Restu Orang Tua (Menyembah Mertua)

Upacara memohon restu orang tua ialah suatu kegiatan dimana

pengantin laki-laki dan perempuan bersalaman kepada orang tua keduanya

sembari memohon doa dan restu akan pernikahan yang telah dilaksanakan,

dengan dibimbing oleh Mak Andam. Pertama menyembah kepada orang tua

pengantin perempuan terlebih dahulu kemudian diteruskan kepada kedua

orang tua pengantin laki-laki.68

Maksud dari upacara memohon restu ini ialah untuk memohon ampun

kepada kedua orang tua pengantin dan memohonkan doa agar perkawinan

mereka itu berlangsung dengan sejahtera dan membawa kepada masa depan

yang bahagia serta menambah kedekatan hubungan antara keluarga laki-laki

dengan keluarga perempuan.69

Upacara ini sangat mengharukan bagi kedua pengantin dan orang tua

pengantin serta sanak saudara, karena terbayanglah rasa kasih sayang kedua

orang tua kepada mereka semasa kecil. Dibelai, disayangi, dimanja,

dibesarkan, disekolahkan, semua keperluan diberi dan disiapkan semua oleh

orang tua. Sekarang dengan adanya perkawinan ini, kasih sayang sudah

67
Tara, Selaku Mak Andam di Kec. Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20 Juli
2018.
68
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 97.
69
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 83.
62

terbagi antara kedua orang tua, suami dan isteri. Cucuran air mata tidak

dapat dielakkan lagi, kesedihan dan kegembiraan bercampur di hati mereka

masing-masing.70

Pada upacara menyembah bertujuan untuk memperkenalkan kepada

kedua mempelai siapa-siapa saja yang menjadi sanak saudaranya, siapa mak

cik, pak cik, anak kemanak, tante dan lain sebagainya. Diacara menyembah

ini pula kedua orang tua memberi nasehat sekaligus mendoakan anaknya

sebelum menempuh hidup baru dalam berkeluarga.71

Adapun mengenai waktu pelaksanaannya yaitu setelah bersanding.

namun pada umumnya masyarakat Bengkalis melaksanakan upacara ini

setelah akad nikah, karena sudah bisa dipastikan bahwa pada saat akad

nikah semua keluarga dari pihak laki-laki maupun perempuan sedang

berkumpul.

Bagi sebagian orang merupakan waktu yang tepat untuk menyembah

kepada kedua orang tua, tidak akan kondusif jika dilaksankaan setelah

bersnding, karena ketika itu pengantin dan pihak keluarga masih sibuk

menyambut tamu undangan. Soal waktu tidak ada ketentuan khusus namun

sesuai adat dilaksanakan setelah bersanding namun kembali kepada pihak

keluarga yang menentukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang baik. 72

70
Rizal, selaku budayawan dan MC Adat di Kec.Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis,
29 Juni 2018
71
Syaukani Al Karim, Selaku Budayawan dan Anggota DPRD Bengkalis, Wawancara
Pribadi, Bengkalis, 5 Juli 2018.
72
Istiqomah, Selaku Mak Andam di Kec. Bukit Batu. Interview Pribadi, Bengkalis, 1
Agustus 2018.
63

g. Mandi Kumbo Taman

Mandi kumbo taman ini merupakan rangkaian upacara terakhir dari

pernikahan adat Melayu Bengkalis yang hingga saat ini masih terus

dilestarikan. Pada prosesi ini pula disediakan bubur sumsum oleh pihak

keluarga yang dibagi-bagikan kepada para perewang yang selama beberapa

hari telah membantu dalam persiapan pelaksanaan acara hingga selesai.

sebagai bentuk tasyakuran bahwa acara resepsi telah selesai dengan lancar,

istilah bahasanya ialah menghilang Penat.73

Pada upacara mandi kumbo taman banyak makna yang terkandung

didalamnya yang bertujuan membersihkan diri dari segala noda yang telah

dilakukan semasa remaja.74 Selain itu upaya permohonan doa agar bahtera

yang baru dibina kekal dan bahagia dena dikaruniakan keturunan yang soleh

dan solehah. Hal ini tercermin pada peralatan mandi kumbo taman seperti

seperangkat alat tepuk tepung tawar yang terdiri dari air bedak sejuk disertai

daun penepuk yakni daun setawar sedingin, ganda rusa, daun nilam yang

diikat dengan daun ribu-ribu.

Kegiatan ini dilaksanakan di rumah kediaman pengantin, mandi

kumbo taman dilakukan sehari setelah pesta/nikah. Waktu pelaksanaan mandi

kumbo taman menurut adat adalah jam 4 sore. Dalam upacara adat ini kedua

73
Ijal Seleb, selaku Budayawan Bengkalis dan juga sebagai salah satu guru di MAN 1
Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 18 Juli 2018.
74
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h.
93.
64

pengantin menggunakan baju putih. Adapun untuk perempuannya hendaknya

mengenakan pakaian yang menutup aurat.75

Tujuan mandi ini adalah untuk mensucikan kedua pengantin atau

untuk membuang sial, sehingga nantinya kedua pengantin senantiasa rukun

dalam hidup berumah tangga. Sebelum acara ini dimulai, pengantin laki-laki

dan perempuan ditepuk tepung tawar terlebih dahulu, setelah itu kain putih

untuk menyaring air dibentangkan diatas kepala kedua mempelai. Kemudian

dengan membaca Bismillah, penyiraman dimulai.76

B. Nilai-nilai Islam Dalam Prosesi Perkawinan Adat Melayu

Proses adat perkawinan Melayu Bengkalis menyimpan nilai-nilai

kepedulian sosial masayarakat di Kabupaten Bengkalis yang selalu dilaksanakan

dalam acara resepsi pernikahan kebanyakan adat Melayu. Secara umum, adat

perkawinan orang Melayu Bengkalis dimulai dengan merisik dan diakhiri dengan

mandi kumbu taman. Dari keseluruhan prosesinya, terlihat jelas kebesaran

kebudayaan Melayu yangdimiliki Mayarakat Melayu Riau.

Suku Melayu mengenal pepatah “Adat bersendikan Syara‟, dan Syara‟77

bersendikan Kitābullah”. Merupakan pepatah yang mengokohkan bahwa adat

kebudayaan Melayu berlandaskan syariat dan kitabullah serta mengandung nilai-

75
Syaukani Al Karim, Selaku Budayawan dan Anggota DPRD Bengkalis, Interview
Pribadi, Bengkalis, 5 Juli 2018.
76
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h. 85.
77
Aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia
dengan tuhannya, mengatur hubungan sesama manusia dan mengatur hubungan dengan alam
semesta.
65

nilai luhur keislaman yang menjadi landasan dan sandaran kehidupan batiniah dan

lahiriah masyarakat Melayu.

Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk menguraikan nili-nilai keislaman

yang terdapat pada setiap rangkaian upacara adat pernikahan Melayu di

Bengkalis.

1. Prosesi Sebelum Perkawinan

a. Merisik

Upacara merisik merupakan tahapan awal yang di lakukan dalam proses

menuju perkawinan adat Melayu Bengkalis, yaitu melihat dan menyelidiki

tentang keberadaan seorang wanita yang ingin dinikahi.

Sejalan dengan pernikahan menurut hukum Islam dimana seorang yang

hendak menikah dianjurkan untuk melihat dan memeriksa perempuannya

terlebih dahulu yang disebut dengan istilah taarufan, baik dari segi bentuk

fisik maupun akhlak dan perilakunya. 78

Prosesi ini bertujuan untuk mengenal lebih dalam terhadap calon

pengantin, sehingga ketika telah menjadi sepasang suami istri nanti tidak

ada lagi rasa penyesalan yang disebapkan ketidakserasian terhadap

pasangannya. Oleh karena itu, sebelum meminang atau melamar seorang

perempuan, penting untuk memastikan terlebih dahulu bagaimana keadaan

calon pengantin dengan cara merisik79.

78
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1993), cet.3, h. 37.
79
Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, Alih Bahasa
Ahmad Tirmidzi dkk, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), Cet. 2, h. 408.
66

Dalam ajaran Islam menjelaskan, bahwa dilarang bagi seorang lelaki

untuk meminang atau melamar wanita yang sudah dilamar oleh orang lain.

Oleh karena itu pada upacara merisik ini juga bertujuan untuk memastikan

apakah perempuan tersebut sudah dipinang oleh orang lain atau belum, jika

sudah dipinang orang maka tidak boleh bagi lelaki tersebut untuk

melakukan ke tahap selanjutnya yaitu melamar.80

Di dalam riwayat Ibnu Umar ra, bahwasanya ia berkata :

‫اَّلل عهله ْي يه هو هس َّ هَّل َأ ْن يهبيي هع ب ه ْعضُ ُ ُْك عه هَّل ب ه ْيع ي ب ه ْع ٍض هو هَل ه َْي ُط هب َّالر ُج ُل عه هَّل يخ ْط هب ية َأ يخي يه هح ََّّت‬
ُ َّ ‫َنه هى النَّ ي ُِّب هص ََّّل‬
‫هاط ُب‬ ‫هاط ُب قه ْب ه َُل َأ ْو يهأْ هذ هن ه َُل الْخ ي‬‫ي ه ْْتُكه الْخ ي‬
“Nabi Muhammad saw telah melarang sebagian kalian untuk berjual beli
atas jual beli saudaranya. Dan janganlah seseorang meminang atas
pinangan yang lain hingga peminang sebelumnya meninggalkannya, atau
ia telah diijinkan peminang sebelumnya.” ( HR Bukhari, no : 4746 )81

Merisik dalam bahasa Arabnya disebut Nazhor yang artinya

memandang, atau menliti. Adapun dari sudut fiqih nazhor ialah perbuatan

melihat, merisik dan meneliti oleh seorang yang sudah berazam untuk

berkawinan kepada seorang yang ingin dijadikannya pasangan hidup.

Hukum dari merisik ini ialah sunnah.82 Hadits Nabi Saw yang secara jelas

menunjukkan bolehnya melihat calon isteri sebelum khitbah:

80
Zainudin selaku ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
81
Al-Imām Al-Hāfiẓ Abī „Abdillah Muhammad Bin Ismā‟īl, Al-Bukhārī, Ṣahīh Al-
Bukhārī, (Yordania: Bait Al-Afkār), : 600, hadis no. 5142, “Kitab An-Nikāh” “Bāb Lā Yahkṭubu
„Alā Khiṭbati Akhīhi Hattā Yankiha „Au Yada‟ ”, Diriwayatkan dari Makkiy Bin Ibrāhīm, Dari
Ibn Juraij dari Rasulullah.
82
Al-Hamdani, Risalah Nikah, alih bahasa Agus Salim, (Jakarta: Pustaka Amani, 1989),
cet.3, h. 15.
67

Diceritakan oleh al-Mughirah bin Syu‟bah radhiyallahu „anhu, bahwa

beliau hendak melamar seorang wanita. Kemudian Nabi shallallahu „alaihi

wa sallam memberi saran kepadanya,

ْ ‫انْظُْر إِلَيْ َها فَِإنَّهُ أ‬


‫َحَرى أَ ْن يُ ْؤَد َم بَيْ نَ ُك َما‬

Artinya: Lihat dulu calon istrimu, karena itu akan lebih bisa membuat
kalian saling mencintai. (Ahmad 18154, Turmudzi 1110 dan dishahihkan
Syuaib al-Arnauth).83

b. Meminang

Meminang atau melamar ialah upaya yang dilakukan menuju ke arah

terjadinya hubungan perjodohan antara seoranng pria dengan seorang wanita

setelah melalui proses merisik, artinya kedua orang tersebut sudah sama-

sama mengenal dan memahami karakteristik peribadi masing-masing.84

Tidak hanya mengetahui orang yang akan dinikahi saja, namun telah

memahami juga akan keadaan keluarganya dan keturunannya.

Hukum meminang ialah Sunnah, sejalan dengan hukum Islam dimana

sebelum melaksanakan ijab kabul diadakan terlebih dahulu upacara

meminang atau disebut dengan khitbah.85 Hukum perkawinan Islam

mengendaki calon mempelai sudah harus saling kenal sebelum

83
Hadits Shahih: Diriwayatkan oleh At-Tarmidzi (no. 1087), An-Nasa-I (VI/69-70), Ad-
Darimi (II/134) dan laiinnya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Bani Rahimahullah dalam shahih Sunan
Ibni Majah (no. 1511).

84
Zainudin Ali, Hukum Persata Islam di Indonesia.(Jakarta : Sinar Grafika 2007), cet. 2,
h. 9.

85
Meminang atau melamar, yakni pernyataan seorang laki-laki untuk
mengawini/memnikahi seorang perempuan.
68

melaksanakan khitbah, sehingga bisa berjalan dengan lancar tanpa ada

banyak pertanyaan. Adapun terkait cara memilih pasangan yang akan

dinikahi, adat melayu mempunyai dasar atau teori yang sama dengan apa

yang dijelaskan di dalam hadist Nabi Muhammad saw. yaitu, wanita

dinikahi karena empat perkara. Pertama hartanya, kedua kedudukan

statusnya, ketiga karena kecantikannya dan keempat karena agamanya.

Maka carilah wanita yang beragama (Islam) engkau akan beruntung.86

Dampak positif dari khitbah ialah memberikan dorongan agar segera

menikah dan kedua belah pihak akan menjadi lebih yakin untuk hidup

bersama dengan damai, bahagia, sejahtera serta saling mencintai dan

menyayangi.87 Hikmah dalam prosesi khitbah ini ialah;

1. Dengan disyariatkan khitbah khitbah maka calon suami diharapkan

memiliki kemantapan hati untuk melangkah dalam mengarungi

bahtera rumah tangga.

2. Sebagai pengenal terhadap identitas calon istri yang bakal jadi

pasangan hidupnya.

3. Tercapai kemaslahatan bagi kedua belah pihak

4. Tercapainya suasana saling mencintai dan menyayangi diantara

kedua belah pihak.

86
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1993), cet. 3, h. 64.

87
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), cet.1. 5.
69

Penjelasan khitbah juga dijelaskan dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah

ayat 235:

   


         

            

            

             

Artinya: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu
dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini
mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-
nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin
dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada
mereka) perkataan yang ma'ruf. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap
hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah
bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah
kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun.” (QS. Al-Baqarah 235)

Meminang atau melamar merupakan bentuk keseriusan dari keluarga

masing-masing calon pengantin. Pada tahap ini penting sekali untuk benar-

benar serius membicarakan hal-hal yang berhubungan tentang pernikahan

seperti penentuan tanggal, waktu dan segala pernak pernik pernikahan,

sampai membahas perjanjian jika salah satu dari kedua pihak ada yang

mengingkari perjanjian yang telah disepakati bersama.

Bagi orang Melayu jarang sekali terjadi ingkar janji jika memang

sudah melakukan adat merisik tadi karena orang melayu mengutamakan tata
70

krama, tidak mempermalukan orang lain dan tidak menyakiti orang yang

sudah datang secara baik ke rumahnya.88

c. Menggantung

Menggantung merupakan suatu pertanda bahwa perhelatan pernikahan

akan segera dilangsungkan, yaitu kegiatan menata ruang, menghias, dan

memasang alat kelengkapan upacara di tempat yang akan digunakan dalam

upacara perkawinan.

Pemasangannya dilakukan dengan cara menggantung hiasan-hiasan

pelaminan serta tabir yang berwarna merah, kuning dan hijau, membuat

tenda dan dekorasi, menggantung perlengkapan pentas, menghiasai kamar

tidur pengantin, serta menghiasi tempat bersanding kedua calon mempelai.

Karena pernikahan ini merupakan upacara yang sakral, maka harus

dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Dengan membersihkan rumah dan

menghiasnyalah akan memberikan kenyamanan dan merupakan sebuah

penghargaan bagi mempelai untuk menjadi raja ketika prosesi ini.89

Selaras dengan anjuran dalam Islam bahwa hendaklah membersihkan

rumah dan menghiasnya dengan sebaik mungkin, sehingga bisa menjadi

tempat berlindung yang nyaman untuk diri sendiri maupun bagi para tamu.

d. Berinai Curi

88
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 45.
89
Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 119.
71

Inai yang diletakkan kepada kedua calon mempelai sedikit bebeda

diantara calon mempelai laki-laki dengan calon mempelai perempuan.90 Hal

ini berdasarkan kepada syariat agama Islam, dimana pengguanaan perhiasan

atau pakaian kaum laki-laki tidak boleh menyerupai kaum perempuan,

sehingga inai yang diletakkan kepada calon mempelai laki-laki hanya

beberapa jari jemari tangan dan sedikit ditelapak tangan, sedangkan

terhadap calon mempelai perempuan diletakkan inai selain pada jari jemari

tangan, telapak tangan dan sekeliling telapak kaki dibagian pinggir. 91

Islam tidak sepenuhnya melarang seorang wanita untuk berhias, justru


ia mengajarkan cara hias yang baik tanpa harus merugikan, apalagi
merendahkan martabat wanita itu sendiri.92 Dalam firman Allah QS. Al-
A‟raf ayat 31 menjelaskan anjuran bagi hambanya untuk menghias diri
namun tidak berlebihan.

Hikmah dari pemasangan inai ini ialah memberikan tanda kepada

kedua calon mempelai bahwa mereka adalah pengantin baru yang telah

sah, dan sebegai bentuk upaya agar mereka lebih bisa menjaga diri dengan

baik. Biasanya acara dihadiri oleh pihak keluarga pengantin dan kerabat

dekat pengatin juga turut hadir dan berkumpul, sehingga akan

memnyambungkan kembali silaturahim yang baik. 93

90
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 94.
91
Zainudin, Selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
92
https://muslimah.or.id/3779-boleh-berhias-tapi-etika-berhias-wanita-muslimah.html
93
Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 56.
72

e. Berandam

Berandam adalah suatu kegiatan yang dilakukan kepada kedua calon

pengantin sehari sebelum menikah. Kegiatan berandam ini dapat pula

dikatakan “bergunting rambut kecil”, yaitu mencukur atau merapikan bulu

roma pada bagian dahi, pelipis, alis, tengkuk, bulu tangan dan bagian kaki.94

Berdasarkan kepada pandangan yang dimiliki masyarakat Melayu,

bahwa keindahan pada diri seseorang tidak saja terletak pada yang

ternampak di luarnya saja, melainkan keindahan itu terdapat di dalam tubuh

dan jiwa seseorang itu.95

Pekerjaan mengandam ini selain bertujuan untuk mempercantik calon

pengantin perempuan dan membuat kacaknya calon pengantin lelaki, juga

mempunyai keterkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kepada kedua

calon pengantin sebelum dan pada saat bersanding nantinya.

Islam pada prinsipnya tak melarang pengantin (khususnya pengantin

wanita) berhias. Kecantikan dan keindahan pada dasarnya tak bertentangan

dengan ajaran Islam. Namun ketika berhias itu dilakukan secara tidak

proporsional dan bukan pada tempatnya, khususnya bagi pengantin wanita,

hingga mengabaikan prinsip-prinsip halal-haram, maka tentu saja tindakan

itu patut dipertanyakan kembali.

94
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan P2BKM
UNRI, Budaya Tradisional Bengkalis, h. 76.
95
Nizami Jamil dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, h. 71.
73

Sejumlah riwayat mengisyaratkan bahwa berhias untuk pengantin

dibolehkan Islam. Bahwa sunnah berhias bagi pengantin wanita dilakukan

tatkala memasuki hari zafaf, yaitu ketika istri dipertemukan dengan

suaminya untuk memulai kehidupan perkawinan.

Asma' binti Yazid din Sakan radhiyallahu 'anha meriwayatkan sebagai

berikut;

Aku menghias 'Aisyah untuk Rasulullah Saw, lalu aku datang

kepadanya. Kemudian aku memanggil Rasul supaya datang menghampiri

'Aisyah. Rasul datang dan duduk di sampingnya. Kemudian didatangkan

segelas besar susu. Rasulullah Saw meminumnya, lalu memberikan susu itu

kepada 'Aisyah. Ketika itu 'Aisyah terlihat menundukkan kepalanya dan

merasa malu. Asma berkata; aku menyeru kepada 'Aisyah, "Terimalah dari

tangan Nabi Saw." Asma berkata lagi; "Lalu ia ('Aisyah) menerima susu itu

dan meminumnya sedikit." Kemudian Nabi Saw bersabda kepadanya;

"Berilah temanmu itu." (HR Ahmad).

Salah satu tujuan pada prosesi ini ialah untuk mempercantik diri,

dengan memotong dan merapikan bulu-bulu yang terdapat dibadan seperti

alis dan lain-lain sehingga terlihat rapi dan menawan . hal ini selaran dengan

penjelasan dari riwayat di atas bahwa dianjurkan kepada seorang wanita

untuk menghias diri dengan baik supaya terlihat cantik di hadapan

suaminya.96

96
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu, h.
42.
74

Adapun dalam memperindah diri, hendaknya tidak terlalu berlebih-

lebihan sampai merubah ciptaan Allah SWT. Meskipun setiap orang pasti

memiliki dorongan dalam hal keindahan, karena dorongan itu adalah naluri

manusia dan fitrah yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hambanya.97

Seperti yang sering diketahui, banyak sekali ditemukan pengantin

perempuan yang meminta untuk dicukur habis alis matanya. Rasulullah

SAW melarang bersabda:

‫ والواشمت والمستوشمت من غيز‬،‫ والنّامصت والمتن ّمصت‬،‫لعنت الواصلت والمستوصلت‬


98
‫داء‬

Hadis di atas menjelaskan bahwa Allah melaknat wanita yang

menyambung atau minta disambung rambutnya dengan rambut orang lain,

wanita yang mentato atau minta ditato, dan wanita yang mencabut atau

minta dicabut rambut wajahnya.

Meskipun di dalam adat melayu hanya sebatas merapikan alis mata

saja dan tidak sampai mencukur habis, namun masih banyak ditemukan

calon pengantin perempuan yang meminta mak andam untuk mencukur

habis alis matanya. Mencukur habis alis mata sama artinya dengan tidak

mensyukuri ciptaan Allah dengan cara merubah bentuknya. Karena merubah

97
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2013), Cet.2, h. 507.

98
Al-Imām Al-Hāfiẓ Abī Dāwud Sulaimān bin Al-Asy„aṡ As-Sijistānī, Sunan Abī
Dāwud, (Yordania: Dār Al-A„lām), : 576, hadis no. 0774, “Kitāb At-Tarojjul” “Bāb 5”,
Diriwayatkan dari Ibn Sarḥ, dari Ibn Wahb, dari Usāmah, dari Abān bin Ṣāliḥ, dari Mujāhid bin
Jabr, dari Ibn Abbās, dari Rasulullah.
75

ciptaan Allah itu adalah bentuk bujuk rayu syaitan berupa angan-angan

kosong untuk menyesatkan manusia.99

f. Antar Belanja

Antar belanja pada dasarnya ialah menyerahkan uang belanja dari

pihak laki-laki kepada pihak perempuan, sebagai lambang gotong royong

dan kebersamaan untuk memmbantu pihak perempuan dalam melaksanakan

perhelatan perkawinan.100 hal ini dilakukan karena dalam pelaksanaan

upacara pernikahan yang banyak memerlukan biaya ialah pihak perempuan.

Mahar dalam Islam adalah tanda cinta, ia juga merupkan tanda simbol

penghormatan dan mengagungan perempuan yang disyariatkan Allah

sebagai hadiah laki-laki terhadap perempuan yang dilamar ketika

mengiginkannya menjadi pendamping hidup sekaligus sebagai

pengakuannya terhadap kemanusiaan dan kehormatannya. 101

Hikmah pada prosesi ini ialah menunjukkan bahwa seorang laki-laki

tersebut telah siap dan mampu secara lahir batin dalam membentuk

keluarga, hal ini juga menandakan sebuah kerjasama yang kompak dalam

suatu hal. Merupakan kewajiban bagi mempelai laki-laki dan hak bagi

pengantin perempuan.102 melalui upacara ini diharapkan mempelai bisa

99
Budi Santoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, (Pekanbaru: Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987), cet.1, h. 271
100
Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet.1, h. 74.
101
Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Perkawinan Perceraian Keluarga Muslim,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), cet.1, h. 52.
102
Ali Yusuf As-Subki, Fiqih keluarga, Pedoman Berkeluarga Dalam Islam, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2010), cet. 1, h. 143.
76

mempunyai rasa saling tolon menolong dan saling membantu dalam hal

apapun yang akan dihadapi ketika berumahtangga.

Di dalam surat An-nisa ayat 4 Allah telah berfirman:

            

  


Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati,
Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap
lagi baik akibatnya”. (QS. An-Nisa ayat 4)

Dalam surat di atas menjelaskan mengenai kewajiban bagi mempelai

laki-laki untuk memberikan mahar kepada mempelai perempuan demi

membantu meringankan beban yang dipikul selama resepsi acara, karena

mempelai perempuan lebih banyak memerlukan biaya perlengkapan

pernikahan.103

Ada banyak hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya nominal antaran

belanja, seperti tingkat pendidikan terakhir pengantin perempuan atau karena

faktor gengsi yang disebabkan ingin lebih tinggi dari antaran belanjanya anak

saudara atau anak teman. Hal ini berlandaskan firman Allah SWT :

.....104‫يزيد هللا بكم اليسز وال يزيد بكم العسز‬.....

103
Rizal, selaku Budayawan dan MC Adat di Kec.Bengkalis, Interview Pribadi,
Bengkalis, 29 Juni 2018.
104
QS. Al-Baqarah (2) : 185.
77

Berdasarkan kasus di atas, maka antaran belanja yang dipatok nominal

tertentu termasuk kedalam Masyaqqah atau kesukaran. Baik itu kesukaran

dalam arti luas maupun kesukaran yang sebenarnya masih dapat dilakukan

oleh manusia, hanya saja dapat menyebabkan pelaku tadi berada dalam

kesulitan yang berat. Adapun kategori kesukaran pada antaran belanja ini

adalah Al-Masyaqqah al-Mutawassiṭah (Kesukaran menengah sedang) yang

posisinya berada di antara kesukaran tertinggi dan kesukaran terendah.

Kategori ini boleh mendapatkan keringanan (rukhṣah) karena kondisinya

dekat dengan kesukaran tertinggi. 105

Calon pengantin laki-laki yang diberatkan dengan tingginya patokan

antaran belanja dapat menghambat calon pengantin untuk menikah, sehingga

mengganggu kebutuhan yang bersifat ḍaruri.

2. Prosesi Saat Perkawinan

Ijab yaitu lafazd yang diucapkan oleh wali atau yang menggantikan

wali, contohnya dengan mengucapkn “zawwajtuka Fulanah” (aku nikahkan

engkau dengan si fulanah) atau “ankahtuka fulanah”. Qabul ialah lafadz yang

diucapkan oleh suami dengan menyatakan “Qabiltu Hadzan Nikah” (aku

terima pernikahan ini).106 Dalam ijab dan qabul dipakai lafadz inkah dan tazwij

karena dua lafadz ini yang datang dalam Al-Qur‟an. Seperti firman Allah;

      

105
Dahlan Tamrin, Kaidah-kaidah Hukum Islam (Kulliyah Al-khamsah), hlm. 138-139.
106
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h. 83..
78

Artinya: Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap


Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia….(QS. Al-
Ahzab: 37)

             

    

Artinya: “dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah


dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau.
Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk
jalan (yang ditempuh)”. (QS. An-Nisa: 22).

Ijab kabul adalah upacara religius yang melambangkan penyerahan

tanggung jawab seorang ayah kepada calon menantunya yang dilakukan

menurut syariat agama Islam.107 Laki-laki yang diterima lamarannya disebut

calon mempelai laki-laki atau raja sehari bersama rombongan tiba dirumah

calon mempeai perempuan untuk melakukan ijab dan qobul. Diruangan tengah

rumah mempelai perempuan, telah menanti ayah kandung mempelai

perempuan yang disebut wali, dua orang saksi dan Tuan Qadi, serta sanak

keluarga dan para undangan, kesemuanya berpakaian baju kurung melayu. 108

Adat Melayu Bengkalis mengajarkan ijab qabul persis dengan apa yang

di jeaskan oleh hukum Islam, dengan rukun dan syarat yang telah ditetapkan.

107
Butsainan As-Sayyid Al-Iraqy, Rahasia Pernikahan Yang Bahagia, (Jakarta: pustaka
Azza, 1997), cet.1, h. 73.
108
Basrah, Kepala Desa Senggoro, Interview Pribadi, Bengkalis, 10 Juli 2018.
79

Seperti adanya wali, saksi dan lain-lain.“Tidak ada nikah kecuali dengan

adanya wali.” (HR. Al-Khamsah kecuali An-Nasa`i)

Para ulama 4 mazhab sepakat ijab qabul harus dilakukan dalam satu

majlis akad, sehingga andaikan wali mengatakan, “saya nikahkan kamu dengan

putri ku” lalu mereka berpisah sebelum suami mengatakan “aku terima”

kemudian di majlis yang lain atau di tempat lain ia baru menyatakan menerima,

maka ijab qabul ini tidak sah.

3. Prosesi setelah perkawinan

a. Tepung Tawar

Tepung tawar merupakan prosesi untuk memberi doa restu kepada

pengantin. Pemberian doa dilakukan dengan merenjiskan air bedak sejuk

menggunakan daun setawar dan daun sedingin yang diikat dengan daun

ribu-ribu ke telapak tangan kedua mempelai, kemudian mencolek inai di

telapak tangan kedua mempelai lalu menaburkan beras kunyit dan bunga

rampai kepada kedua mempelai.109

Dengan demikian, tepung tawar boleh dilaksanakan karena berisi doa

untuk kebaikan pengantin saat menjalani kehidupan berumah tangga. Selain

itu, cara berdoa menggunakan tumbuhan seperti yang telah disebutkan

diatas juga pernah diamalkan oleh Rasulullah SAW.

109
Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet. 1, h. 68.
80

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti saat menaburkan

beras kunyit, hendaknya tidak mengambil terlalu banyak sehingga

membuang banyak beras kunyit. Atau bahkan jika memang bisa, bagaimana

supaya beras yang sudah ditabur tadi bisa dikumpulkan kembali. Hal ini

mengingat ajaran agama Islam yang melarang untuk berlaku mubazir,

karena mubazir itu merupakan perbuatan yang disenangi setan.110

b. Khatam Al Qur‟an

Membaca Al-Qur‟an merupakan kewajiban yang diperintahkan oleh

Allah kepada setiap hambanya, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam

Al-Qur‟an dan hadist mengenai anjuran untuk membacanya. Khatam kaji

dalam prosesi pernikahan Melayu bukanlah sebuah kewajiban yang

diperintahkan oleh agama Islam, namun hanya untuk memenuhi tradisi adat

Melayu yang menjadi penting untuk dilaksankan khusus bagi pengantin

perempuan.111

Khatam qur‟an merupakan prosesi yang tidak boleh ditinggalkan

dalam upacara adat Melayu Bengkalis. Hal ini menunjukkan bahwa orang

tua pengantin perempuan telah mendidik anaknya dengan baik, khususnya

penanaman ilmu agamanya.112

110
Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet. 1, h. 61.
111
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 84.
112
Tara, Selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 20
Juli 2018.
81

Oleh karena itu, orang-orang yang mahir membaca qur‟an atau biasa

disebut guru ngaji di daerah melayu sangat dicari dan dibutuhkan

keberadaannya. Hampir disetiap desa pasti ada guru ngaji dan setiap orang

tua pasti mengantarkan anaknya untuk belajar Al-Qur‟an.

‫من ق رأ حرف ا من ك تاب هللا ف له ب ه ح س نة وال ح س نة ب ع شر أم ثال ها ال أق ول أل م حرف‬


‫ف وم يم حرفول كن أل ف حرف والم حر‬

Artinya: “Dari Ibnu Mas‟ud ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang
siapa membaca satu huruf dari Quran, dia akan memperoleh satu kebaikan.
Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif
lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu
huruf." (HR Tirimizy dan Baihaqi)

c. Berarak

Adapun berarak adalah kumpulan orang-orang yang melakukan iring-

iringan atau arak-arakan dari rumah pengantin laki-laki atau rumah orang

tertentu jika pengantin laki-laki tersebut berasal dari luar pulau Bengkalis

menuju rumah pengantin perempuan.113

Arak-arakan ini memiliki maksud yang sama dengan berinai, yaitu

i‟lan atau pemberitahuan namun juga memiliki perbedaan. Jika pada saat

berinai dilakukan dirumah dan tidak diketahui banyak orang, akan tetapi

jangka waktu pemberitahuannya sangat lama, yakni hingga inai di tangan

pengantin itu pudar. Berbeda halnya dengan berarak yang berada diluar

rumah dan diketahui banyak orang, namun jangka waktu pemberitahuannya

113
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 68.
82

hanya sebentar, yaitu hingga pengantin laki-laki tiba di rumah pengantin

perempuan.114

Berarak secara tidak langsung sejalan dengan perintah Rasulullah

SAW yang meminta supaya pernikahan itu diberitahukan atau diumumkan.


115
‫ واضزبوا عليو بال ّدفوف‬،‫ واجعلُوه في ا ْلمساجد‬،‫أعلنوا ىذا النّكاح‬

Artinya: umumkanlah pernikahan dan lalukanlah di Masjid serta


(ramaikan) dengan memukul duf (rebana).

d. Bersanding

Apabila pengantin sudah masuk ke rumah, maka langsung

dipertemukan dengan mempelai wanita dan didudukkan di pelaminan secara

bergandengan. Ini menunjukkan kasih sayang antara keduanya dengan

keserasian duduk bersama di pelaminan, pada waktu ini pula pengantin

menunggu tamu untuk salam-salaman dan sekaligus para tamu undangan

mengucapkan selamat dan doa kepada pengantin.116

Lazimnya dalam Islam melarang duduk bersanding dua mempelai saat

menjalani prosesi ini tak lepas dari pro dan kontra para ulama, Namun,

masyarakat yang biasa menjalaninya patut bernafas lega karena tidak semua

pakar Islam mengharamkan. Pasalnya, pendapat yang memperbolehkannya

menganggap bahwa larangan ulama‟ hanya sebatas pada dimungkinkan

114
Elinawati, selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis yang juga berprofesi sebagai
guru, Wawancara Pribadi, Bengkalis 18 Juli 2018.
115
Moch. Abȋ Isȃ bin Surah, at-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi, (Beirut Lebanon: Dar El-
Marefah), II: 276, hadis no. 1095, “Kitab An-Nikāh” “Maa Ja‟a Fi I„lān An-Nikāh”, Hadis hasan
garib, riwayat dari „Aisyah.
116
Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan Pusat
Pengajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu, (Universitas Riau, 2003), h. 35.
83

munculnya syahwat antara dua mempelai yang kemudian berdampak pada

saling berpegangan dan bahkan saling cium seperti yang selama ini

dipertontonkan dalam masyarakat umum.117

Penyandingan dua mempelai dalam masyarakat tertentu sudah

menjadi tradisi yang secara turun- temurun dilakukan. Apalagi, masyarakat

secara umum menganggap duduk berdua tidak akan menimbulkan syahwat

seperti yang dikhawatirkan para pakar yang tidak memperbolehkan

penyandingan.

e. Makan Beradab

Setelah kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan, maka tahap

berikutnya adalah pengakraban satu sama lain di antara kedua pasangan

pengantin beserta masing-masing keluarganya.118

Hal ini disimbolkan dalam prosesi adat makan beradab, makan hadap-

hadapan dan makan nasi damai. Ketiga prosesi ini berbeda pengertian antara

satu dengan lainnya dan waktu pelaksanaan juga tidak sama. Akan tetapi

maksud dan tujuan ketiga prosesi ini hampir sama, yaitu sebagai ajang

pengakraban kedua pengantin beserta seluruh keluarganya. 119

Makan bersama pada adat Melayu ini mengandung simbol berupa

perintah sekaligus larangan yang ada pada Surah Al-Hujurāt ayat 10 dan 11.

117
Zainudin, selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis. Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
118
Yahya Gulita dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008), h. 96.
119
Istiqomah, Selaku Mak Andam di Kec. Bukit Batu, Interview Pribadi, Bengkalis, 1
Agustus 2018.
84

Pada ayat kesepuluh, terdapat penjelasan bahwa sesama mukmin itu

bersaudara dan selanjutnya ada perintah untuk mendamaikan saudara yang

sedang bertikai. Sedangkan ayat kesebelas menggarisbawahi agar menjauhi

segala macam sikap lahir batin yang dapat mengeruhkan hubungan antara

mukmin.

Sikap lahir batin yang dimaksud adalah prasangka buruk, mencari-cari

kesalahan orang lain, mengolok-olok, dan memanggil dengan gelar yang

buruk. Dengan demikian, makan bersama ini sejalan dengan ajaran agama

Islam.120

f. Mohon Restu Orang Tua (Menyembah Mertua)

Maksud memohon restu orang tua di sini adalah untuk mengenalkan

kepada kedua mempelai siapa-siapa saja yang menjadi saudara akibat

pernikahan ini, sehingga kedua pengantin saling mengetahui sejarah

masing-masing keluarga.121

Pada saat ini pula kedua orang tua memberikan nasehat sekaligus

mendoakan anaknya sebelum membina keluarga sendiri. Sedangkan upacara

menyembah ialah mengunjungi sanak famili untuk memohon doa restu.

Kedua upacara adat ini merupakan sarana untuk saling kenal antara satu

keluarga dengan keluarga lainnya.Dengan demikian, komunikasi antara

120
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, h. 651-652.
121
Abdul Hamid Basir, Budaya Tradisional Bukit Batu, h. 55.
85

masing-masing pengantin dengan keluarga barunya dapat terjalin dengan

baik.122

g. Mandi Kumbo Taman

Pelaksanaannya sehari setelah selsai acara resepsi pernikahan, sebagai

bentuk tasyakuran bagi pengantin dan keluarga bahwa acara pernikahan

telah selesai. Karna itu terkadang tidak hanya kedua mempelai saja yang

mandi, melainkan keluarga juga ikut mandi bersama.123

Pada prosesi ini pula keluarga membuat makanan yaitu bubur sumsum

yang dibagi-bagikan kepada sanak saudara, para tetangga yang sudah

membantu dalam pelaksanaan resepsi prnikahan, makna dari bubur sumsum

tersebut ialah mengembalikan tenaga yang telah terkuras selama

mempersiapkan acara menjadi pulih kembali seperti biasa.124

Adapun mandi kumbo taman yaitu memandikan kedua pengantin

dengan tujuan mensucikan dan mendoakan agar dijauhi dari kesialan hidup

berumah tangga. Mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda:

ّ
‫والكن هللا يذىبو‬ ،‫ وما منّا ّإال‬،‫ ثالثا‬،‫ الطيزة شزك‬،‫ الطيزة شزك‬،‫الطيزة شزك‬
125
‫بالتّو ّكل‬

122
Sarah, selaku Mak Andam di Kec. Bengkalis, Interview Pribadi, Bengkalis, 15 Juli
2018.
123
Ediruslan Amarzia, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, (Pekanbaru:
UNRI Press, 2000), cet. 1, h. 49.
124
Elinawati, selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis yang juga berprofesi sebagai
guru, Interview Pribadi, Bengkalis 18 Juli 2018.
125
Al-Imām Al-Hāfiẓ Abī Dāwud Sulaimān bin Al-Asy„aṡ As-Sijistānī, Sunan Abī
Dāwud, (Yordania: Dār Al-A„lām), : 636, hadis no. 3910, “Kitāb Aṭ-Ṭibb” “Bāb Fi aṭ-Ṭiyarah”,
86

Artinya: thiyarah itu sirik, thiyarah itu sirik, thiayarah itu sirik, tidak
ada seorangpun dari antara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu
dari hal ini), hanya saja Allah bisa menghilangkannya dengan tawakkal
kepada-Nya. (HR. Abu Daud)

126
‫ال عدوى وال طيزة وال صفز وال ىامت‬

Artinya: tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan


sendirinya (tanpa kehendak Allah), beranggapan sial, nasip malang karena
tempat, beranggapan sial karena bula safar. (HR. Bukhari Muslim)

Hadis pertama menjelaskan bahwa anggapan-anggapan tentang

kesialan itu adalah syirik, bahkan dalam hal ini Rasulullah mengulang kata-

katanya sebanyak tiga kali.

Hadis berikutnya menjelaskan tentang keyakinan dan kepercayaan

terhadap penyakit menular, gerak-gerik burung dan burung hantu adalah tidak

benar, begitu juga dengan anggapan bahwa bulan ṣafar adalah bulan sial.

Selain tentang larangan mempercayai kesialan tadi, penting juga untuk

memperhatikan aurat pengantin yang dimandikan, jangan sampai kedua

pasangan tersebut membuka aurat di tempat umum karena bertentangan

dengan ajaran agama Islam. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:


127
.....‫ أو ماملكت يمينك‬،‫ احفظ عورتك إالّ من سرجتك‬.....

Diriwayatkan dari Muhammad bin kaṡīr, dari Sufyān, dari Salamah bin Kuhail, dari „īsā bin „āṣim,
dari Zirr bin Ḥubaisy, dari Abdillah bin Mas„ūd, dari Rasulullah SAW.

126
Al-Imām Al-Hāfiẓ Abī Dāwud Sulaimān bin Al-Asy„aṡ As-Sijistānī, Sunan Abī
Dāwud, (Yordania: Dār Al-A„lām), h. 637, hadis no. 3911-, “Kitāb Aṭ-Ṭibb” “Bāb Fi aṭ-Ṭiyarah”,
Diriwayatkan dari Muhammad bin Mutawakkil Al-„asqalāny dan Hasan ibn „Ᾱliy, dari Abdur
Razzāq, dari Ma„mar, dari Abī Salamah, dari Abī Ḥurairah.

127
Moch. Abȋ Isȃ bin Surah, at-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi, (Beirut Lebanon: Dar El-
Marefah), : 535, hadis no. 2794, “Kitab al-Adab” “Maa Ja‟a Fī Ḥifẓil „Aurah”, Diriwayatkan dari
Aḥmad bin Manī‟, dari Mu‟āż bin Mu‟āż dan Yazīd bin Hārūn, dari Rasulullah.
87

Artinya : Jagalah auratmu, kecuali terhadap (penglihatan) istrimu


atau budak yang kamu miliki. (HR. Abu Daud)

Kemudian terdapat pula beberapa hal yang ada di dalam upacara

pernikahan adat melayu Bengkalis, baik itu sebelum maupun sesudah akad

yang bisa dianalisa dengan Hukum Islam, yaitu dengan meninjau bahasa

yang digunakan dalam upacara adat, pemilihan waktu upacara-upacara adat,

pakaian yang digunakan dalam upacara adat dan alat musik yang digunakan

dalam upacara adat.128

C. Interaksi Islam dan Adat Dalam Tradisi Perkawinan Melayu

1. Prosesi Sebelum Perkawinan

Merisik merupakan prosesi pertama pada perkawinan adat Melayu

Bengkalis, dalam realita sesuai adat yaitu pendekatan yang dilakukan

secara langsung oleh seorang pria terhadap wanita yang diinginkan dan

juga melalui perwakilan keluaga. Dalam hukum Islam diartikan

dengan taaruf yang juga bermaksud untuk mendekati seorang wanita

dengan cara yang baik dan tidak melanggar syariah.

Meminang seorang wanita berarti melamar atau meminta seorang

wanita untuk bersedia menjadi istrinya, prosesi pelaksanaannya yaitu

pihak laki-laki sekeluarga berkunjung ke kediaman pihak perempuan

dengan maksud untuk menyampaikan hajadnya. Selaras dengan hukum

Islam bahwa melamar disebut dengan menkhitbah, yaitu pernyataan

128
Zainudin, selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis. Interview Pribadi,
Bengkalis, 30 Juni 2018.
88

yang jelas atas keinginan untuk menikah dengan seorang perempuan.

Tidak ada pertentangan pada prosesi pelaksanaannya antara adat dan

hukum Islam, karena pada sejatinya adat melayu berlandaskan syariat

Islam.

Prosesi menggantung merupakan ajang untuk menghias rumah

pengantin sebelum pelaksanaan acara inti dari pernikahan, yaitu

dengan bergotong royong dan saling bantu membantu dalam menghias

rumah dengan pemasangan gerai pelaminan, tenda dll. Dalam ajaran

Islam menganjurkan bagisesama muslim untuk saling bantu membantu

dalam hal apapun, karena itu pada prosesi ini dipandu oleh Mak

Andam dan sanak keuarga untuk saling kerjasama dalam menghias

rumah atau perlengkapan lainnya.

Berinai curi ialah prosesi mempercantik para pengantin dengan

memberi inai pada jari-jemari pengantin perempuan maupun laki-laki,

tujuannya yaitu untuk memberikan perbedaan antara pengantin dengan

orang lain. Dalam Islam dianjurkan untuk mengias diri, namun tidak

berlebihan.

Upacara berandam yaitu prosesi membersihkan diri pengantin dari

kotoran yang ada di badan pengantin, dengan cara mencukur bulu-bulu

yang menempel di badan dan terlihat oleh mata, tujuannya untuk

mempercatik pengantin sehingga terlihat lebih berseri dari yang

sebelumnya. Dalam hukum hukum Islam timbul kontroversi pada


89

upacara ini, yaitu pada larangan memotong rambut-rambut halus di

badan.

Antar Belanja merupakan prosesi memberian mahar kepada calon

pengantin perempuan, bagi adat Melayu Bengkalis mengenai nominal

mahar yang diberikan yaitu menyesuaikan dengan keperluan

pelaksanaan resepsi pernikahan sebagaimana yang telah disepakati.

Prosesi ini menunjukkan sebuah budaya kerjasama dan saling tolong

menolong antar sesama.

2. Prosesi Saat Perkawinan

Akad nikah merupakan prosesi upacara inti dalam pernikahan,

yaitu dilaksanakannya ijab qabul antara kedua belah pihak yang akan

menentukan sahnya perkawinan. Pada pelaksanaannya sesuai dengan

rukun dan syarat yang disyariatkan agama Islam, hanya saja diawali

dengan pembacaan beberapa buah pantun sebagai pengantar sebelum

berlangsungya akad yang dibawakan oleh pak Qadi.

3. Prosesi Setelah Perkawinan

Prosesi tepuk tepung tawar dalam adat Melayu sebagai simbol

pemberian doa dan restu bagi kesejahteraan kedua pengantin. Para

ulama Ahlussunnah wal Jama‟ah dari dulu tidak ada yang

menentangnya, namun kemudian dengan munculnya aliran pembaruan

Islam, muncullah fatwa-fatwa yang menganggap acara tepung tawar

ini sebagai amalan bid‟ah yang diharamkan. Kemudian dalam


90

perkembangannya, masalah tepung tawar menjadi suatu masalah yang

kontroversial di tengah-tengah umat Islam.

Khatam kaji sudah menjadi sebuah budaya yang harus

dilaksankaan oleh pengantin perempuan pada prosesi pernikahan,

Adat-istiadat perkawinan Melayu selalunya bernafaskan Islam. Oleh

karenanya untuk melangsungkan akad nikah sekaligus pesta

perkawinan, calon pengantin perempuan berkhatam terlebih dahulu.

Dalam Islam tidak ada aturan yang mewajibkan untuk dilaksanakan,

namun sudah menjadi budaya yang kuat bagi adat Melayu sehinggah

harus dilaksanakan.

Berarak merupakan prosesi menuju ke persandingan, yaitu

didampingi oleh gading-gadin, sanak keluarga diarak menuju kerumah

pengantin perempuan. Pada pelaksanaanya sangat ditunggu-tunggu

oleh para tamu undangan, karena penasaran ingin melihat kedua

mempelai. Prosesi berarak ini bertujuan untuk mengumumkan kepada

khalayak ramai akan pernikahan kedua pengantin, sehingga melalui

upacara ini masyarkat luas dengan mudah mengetahuinya. Tidak ada

pertentangan dengan hukum Islam, karena dalam Islam juga

dianjurkan bahwa perawinan itu harus diumumkan.

Upacara bersanding yaitu mendudukkan kedua mempelai di

dalam satu pelaminan, ini menunjukkan bahwa kkeduanya telah sah

menjadi suami istri. Pernikahan menurut hukum Islam harus

umumkan kepada khalayak ramai, sehingga melalui prosesi ini


91

masyarakat bisa lebih cepat mengetahui dan melihat secara langsung

akan kedua mempelai.

Makan Beradab ialah prosesi makan bersama antara kedua

pengantin yang juga diikuti oleh keluarga dari kedua belah pihak,

bertujuan untuk menciptakan kedamaian dan keharmonisan antara

keduanya sehingga kedua keluarga besar tersebut bisa menyatu.

Dalam ajaran Islam, menjaga silaturahim antar sesama muslim sangat

dianjurkan sehingga terciptanya sebuah persaudaraan yang baik.

Menyembah Mertua ialah upacara dimana kedua pengantin

memohon doa restu kepada kedua orang tuanya dan mertua dalam

pernikahan ini. Prosesi ini menunjukkan sebagai bentuk anjuran

ketaatan dan berbuat baik kepada kedua orang tua.

Mandi Kumbo Taman adalah upacara terakhir setelah semua

prosesi terlaksana dengan lancar, sebagai bentuk tasyakuran oleh

pengantin dan keluarga mempelai karena semua rentetan acara telah

selesai. Bersyukur kepada Allah merupakan sebuah kewajiban

sebagaimana yang telah tertera di dalam Al-Qur‟an, namun sengan

cara yang baik pula dan tidak berlebihan. Pada prosesi ini hanya

sebatas bentuk syukur saja, yaitu dengan membersihkan badan dari

kotoran atau kelelahan. Jika pengantin beranggapan lain lebih dari itu,

maka akan berlawanan dengan ajaran Islam.


92

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya, maka penelitian ini

menghasilkan kesimpulan bahwa:

1. Pelaksanaan upacara adat Melayu, khususnya di Kabupaten Bengkalis

terdiri dari beberapa tahapan upacara adat. Tahapan upacara tersebut

terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu sebelum perkawinan, saat perkawinan

dan sesudah akad nikah. Dari bermacam prosesi upacara adat perkawinan

Melayu Bengkalis tidak semuanya berlandaskan perintah agama Islam,

namun hanya mengikuti kebiasaan yang sudah dilaksanakan oleh turun-

temurun masyarakat Melayu dari zaman dahulu. Diantara upacara adat

yang berlaku berdasarkan atas perintah Islam ialah merisik, meminang,

antar belanja, Ijab Kabul, khatam kaji, berarak. Dari berbagai upacara adat

di atas mengandung unsur anjuran dalam Islam untuk dilaksanakan dalam

sebuah perkawinan bagi umat Muslim, hanya saja nama penyebutannya

berbeda.

Adapun sebaliknya, upacara pernikahan yang tidak didasari oleh aturan

agama Islam ialah menggantung, berinai curi, berandam, tepung tawar,

bersanding, makan berhadap, mandi kumbo taman. Berbagai upacara di

atas hanya mengikuti kebiasaan adat yang telah lama dicontohkan oleh

sesepuh adat Melayu dari dahulu hingga saat ini, namun secara

keseluruhan dari semua prosesi pernikahan adat Melayu Bengkalis


93

mempunyai makna dan nilai tersendiri sehingga masih menjadi pedoman

masyarakat Melayu untuk dilaksanakan dalam perkawinan.

2. Dalam upacara adat Melayu tersebut, ada yang boleh dan ada yang tidak

boleh dilakukan dalam hukum Islam, yaitu tingginya patokan antaran

belanja yang dapat mengancam kebutuhan yang bersifat ḍaruri. Kemudian

tinggi pelaminan yang menandakan perbedaan status sosial. Lalu upacara

adat tepung tawar yang harus diperhatikan unsur mubazirnya. Kemudian

berandam yang tidak boleh sampai merubah ciptaan Allah seperti

mencukur habis alis mata pengantin. Selanjutnya kandungan pendidikan

sogok-menyogok pada upacara adat membuka pintu. Lalu segala bentuk

kepercayaan akan kesialan pada saat mandi kumbo taman adalah syirik.

Kemudian hiburan saat pesta, jangan sampai mengganggu kenyamanan

masyarakat sekitar atau mengundang maksiat-maksiat lainnya. Lalu pada

pemilihan kata dalam pantun hendaknya memilih kata-kata yang baik

sehingga maksud dan tujuan pantun itu sendiri tersampaikan.

B. Saran-Saran
Dari penjelasan yang telah peneliti paparkan dan dari fakta temuan saat

berlangsungnya penelitian, dengan itu peneliti ingin memberikan saran,

diantaranya:

1. Kepada tokoh pemuka adat yang memahami pernikahan adat melayu,

khususnya orang-orang yang berada di Lembaga Adat Melayu. Hendaknya

giat menyampaikan pengetahuannya tersebut agar pernikahan adat Melayu

ini tidak punah, khususnya kepada para generasi muda.


94

2. Bagi masyarakat yang belum mengetahui dengan pasti bagaimana

pernikahan menurut adat Melayu, hendaknya tidak melangsungkan

pernikahan dengan asal menggunakan adat Melayu saja. Melainkan

bertanya dan meminta bimbingan kepada para ahli, seperti pengurus

Lembaga Adat Melayu, mak andam ataupun kepada orang Melayu asli

yang paham betul bagaimana pernikahan adat Melayu.

3. Kepada tokoh pemuka adat dan para alim ulama, hendaknya pengantin

laki-laki pada prosesi khatam kaji juga ikut membaca qur’an seperti

pengantin perempuan. Karena pengantin laki-laki adalah seorang imam

atau pemimpin dalam keluarga.


DAFTAR PUSTAKA

As-Sayyid Butsainan, Rahasia Pernikahan Yang Bahagia, Jakarta: pustaka Azza,


1997.

Amarzia Ediruslan, Senarai Upacara Adat Perkawinan Melayu Riau, Pekanbaru:


UNRI Press, 2000.

Aziz Abdul, Perkawinan dan Masalahnya, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993.

Abidin Selamet, Fiqh Munakahat 1, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

Al Mudra Mahyudin, Redefinisi Melayu, Upaya Menjembatani Perbedaan


Konsep Kemelayuan Bangsa Serumpun,Yogyakarta: Balai Kajian dan
Pengembangan Budaya Melayu, 2008.

Ahmad Yahya Sulaiman, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, Alih Bahasa
Ahmad Tirmidzi dkk, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.

Bugin Burhan, penelitian kualitatif: Ekonomi, Kebijakan Public, Jakarta:


Kencana, 2011.

Dawami Iqbal, Kamus Istilah Islam, Yogyakarta, 2012.


Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis bekerjasama dengan Pusat
Pengajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu, Universitas Riau, 2003.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu Kabupaten Bengkalis,


Peluang Incestasi, 2017.
Ghazaly Abd Rahman, Fiqh Munakahat, Jakarta: Prenada Media, 2003.

Gulita Yahya dkk, Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Kecamatan Bukit Batu,
Bengkalis: Lembaga Adat Melayu Bukit Batu, 2008.

Hadi Sutrisno, Metodelogi Resreach, Jakarta: PT. Moyo Segoro Agung, 2007.

Interview Pribadi dengan Tara, Mak Andam di Kecamatan Bengkalis, Bengkalis


20 Juli 2018.

Interview Pribadi dengan Suyud, Tokoh Adat Melayu Bengkalis, Bengkalis, 2 Juli
2018.

1
Interview Pribadi dengan Rizal, selaku budayawan dan MC Adat di
Kec.Bengkalis, Bengkalis, 29 Juni 2018.

Interview Pribadi dengan Syaukani Al Karim, Budayawan dan Anggota DPRD


Bengkalis, Bengkalis 5 Juli 2018.

Interview Pribadi dengan Elinawati, selaku Mak Andam di Kecamatan Bengkalis


yang juga berprofesi sebagai guru, Bengkalis 18 Juli 2018.

Interview Pribadi dengan Basrah, Kepala Desa Senggoro, Bengkalis, 10 Juli 2018.

Interview Pribadi dengan Yong Syarif, Selaku Budayawan dan Tokoh Masyarakat
Bengkalis, Bengkalis, 3 juli 2018.

Interview Pribadi dengan Sarah, selaku Mak Andam di Kec. Bengkalis,


Wawancara Pribadi, Bengkalis, 15 Juli 2018.

Intrview Pribadi dengan Istiqomah, Selaku Mak Andam di Kec. Bukit Batu,
Bengkalis, 1 Agustus 2018.

Interview Pribadi dengan .Zainudin, Selaku Ketua Lembaga Adat Melayu Riau
Bengkalis, Bengkalis, 30 Juni 2018.

Jamil Nizami dkk, Adat Perkawinan Melayu Riau, Pekanbaru: CV Suka Bina,
2008.

Mamang Etta, Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dalam Penelitian,


Yogyakarta: Andi Offset, 2010.

Muchtar Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan


Bintang 1988.

Najim Ibn, Al-Asybah wa an-Nazair, Beirut: Dar al-Kutub al-Imiah, 1993

Nasution Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: C.V. Rajawali,
1986

Nuruddin, Azhari, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana 2004.

Rumidi Sukandar, MetodePenelitian, Yogyakarta, Gadjah University Press, 2004.

Kama, Jaenal, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: 2007.


Santoso Budi, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, Pekanbaru:
Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat 1 Riau, 1987.

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan,


Yogyakarta: Liberti, 1999.

Sohari Tihami, Fikih Munakahat: kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali
Pers, 2009.

Sudarsono. Hukum Keluarga Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Soimin Soedaryo, Hukum Orang dan Hukum Keluarga, Jakarta: Sinar Grafika,

Sudirman Ahmad, Pengantar Pernikahan, Analisa Perbandingan Antar Mazhab,


Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006.

Saleh Hasan dkk, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 200

Shihab M Kuraisy, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 2013.

Thalib Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: 1974.

Tim pusat Pengajian Bahasa dan kebudayaan Melayu Universitas Riau P2BKM-
UNRI, 2003

Venus Antar, Filsafat Komunikasi Orang Melayu, Jakarta: Simbiosa Rekatama


Media, 2015.

.
PEDOMAN WAWANCARA
Informan:

1. Menurut anda bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis dalam
melestarikan adat di Masyarakat?

2. Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan upacara

pernikahan?

3. Apakah ada pergeseran adat yang terjadi pada zaman dahulu dengan yang

berlangsung saat ini?

4. Apa penyebap terjadinya perubahan pada prosesi pernikahan Melayu Bengkalis

saat ini?

5. Menurut anda bagaimana implementasi Islam terhadap prosesi pernikahan adat

Melayu di Bengkalis?

6. Bagaimana pengaruh budaya Melayu Bengkalis terhadap generasi muda saat

ini?

1
2

HASIL WAWANCARA

Informan : H. Zainudin Hari/Tanggal : Senin 18 Juni 2018


Tempat/waktu : Rumah kediaman, 14.00

Pertanyaan : Menurut anda bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis
dalam melestarikan adat di Masyarakat?
Jawaban : Melihat perkembangan saat ini, selaku pengurus LAMR Bengkalis kami
melaksanakan tugas sebagaimana mestinya, yaitu menjaga kelestarian
adat Melayu Bengkalis sebisa mungkin. Adapun mengenai agenda besar
jarang kami lakukan karena harus ada dukungan dari pemerintah daerah,
namu agenda rutin adat Melayu setiap tahunnya tetap terlaksana seperti
acara ulang tahun Bengkalis.

Pertanyaan : Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan


upacara pernikahan di seluruh wilayah Kabupaten Bengkalis.
Jawaban : secara umum mayoritas masyarakat Kabupaten Bengkalis melaksanakan
upacara pernikahan dengan menggunakan adat Melayu, namun pada
prosesinya terkadang ada perbedaan di berbagai wilayah karena
kebiasaan yang sudah berawal dari nenek moyang masyarakat tersebut.

Pertanyaan : Apakah saja pergeseran adat yang terjadi pada zaman dahulu dengan
yang berlangsung saat ini?
Jawaban : Mengenai pergeseran adat sudah dipastikan terjadi pada saat sekarang
ini, dikarenakan berbagai faktor sesuai dengan daerang masing-masing.

Pertanyaan: Apa penyebap terjadinya perubahan pada salah satu prosesi pernikahan
Melayu saat ini?
Jawaban : Terjadinya perubahan pelaksanaan adat Melayu dikarenakan kebiasaan
masyarakat pada umumnya, seperti pada prosesi menyembah mertua.
Jika mengikuti adat Melayu terdahulu maka dilaksankan setelah berarak,
namun saat ini lebih efektif diadakannya ketika setelah akad nikah.

Pertanyaan: Bagaimana implementasi Islam terhadap salah satu prosesi pernikahan


adat Melayu di Bengkalis?
Jawaban : Adat Melayu pada dasarnya berpedoman pada syarat Islam, sehingga
secara keseluruhan prosesi pernikahan atas dasar agama. contohnya pada
3

upacara menyembah mertua, yaitu atas dasar perintah agama untuk taat
dan santun kepada kedua orang tua.

Pertanyaan : Menurut bapak bagaimana pengaruh budaya Melayu terhadap generasi


muda saat ini?
Jawaban : Sejatinya setiap prosesi pernikahan adat Melayu mempunyai hikmah dan
pelajaran bagi masyarakat, menurut saya tentunya sangat berpengaruh
besar bagi pemuda saat ini.

HASIL WAWANCARA

Informan : H. Suyud Hari/Tanggal : Senin, 2 Juli 2018.


Tempat/waktu : Rumah, 09.00

Pertanyaan : Menurut anda bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis
dalam melestarikan adat di Masyarakat?
Jawaban : Menurut saya pengurus lembaga adat Melayu Riau Kab. Bengkalis harus
mempunyai banyak program kebudayaan di tengah masyarakat, karena
melihat kondisi saat ini pengurus LAMR belum ada kebijakan yang
serius demi melestarikan budaya Melayu khususnya di pernikahan.

Pertanyaan : Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan


upacara pernikahan?
Jawaban : Buadaya melayu masih menjadi patokan masyarakat Bengkalis dalam
pelaksanaan pernikahan.

Pertanyaan: Apa saja pergeseran adat yang terjadi pada zaman dahulu dengan yang
berlangsung saat ini?
Jawaban : Pergeseran yang terjadi pada masyarakat terdahulu dengan yang
berlangsung saat ini ialah mandi kumbo taman. dahulu prosesi ini
menjadi sebagai keharusan untuk dilaksanakan secara beramai, namun
saat ini hanya menjadi formalitas saja dan dilakukan secara sendiri.

Pertanyaan: Apa penyebap terjadinya perubahan pada prosesi pernikahan Melayu


saat ini?
4

Jawaban : Penyebab terjadinya perubahan ini dikarenakan banyak timbul


kepahaman masyarakat bahwa tidak semestinya dilakukan secara
beramai-ramai.

Pertanyaan: Bagaimana implementasi Islam terhadap salah satu prosesi pernikahan


adat Melayu di Bengkalis?
Jawaban : Pada prosesi mandi kumbo taman ini pada dasarnya hanya untuk
membersihkan diri dari kotoran, sebagaimana anjuran agama bahwa
harus mencintai kebersihan. Namun pada adat Melayu dijadikan sebuah
anggapan untuk melepas penat dan sebagai tanda syukur atas
terselenggaranya acara pernikahan dengan lancar.

Pertanyaan: Menurut bapak bagaimana pengaruh budaya Melayu terhadap generasi


muda saat ini?
Jawaban : Melihat kondisi kepengurusan LAMR Bengkalis saat ini yang kurang
serius dalam melestarikan budaya Melayu, maka berdampak kurang
menyentuh terhadap anak muda. Hal ini menyebapkan kebanyakan anak
muda di Bengkalis kurang memahami akan adat Melayu Bengkalis
terkhusus pada pernikahan.
5

HASIL WAWANCARA

Informan : H. Abdul Kadir Hari/Tanggal : Selasa 31 Juli 2018


Tempat/waktu : Rumah Dinas, 20.00

Pertanyaan : Menurut bapak bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis
dalam melestarikan adat di Masyarakat?
Jawaban : Masyarkat saat ini sangat menyayangkan dengan keadaan budaya ada di
Bengkalis. Negeri yang berlambangkan budaya Melayu, namun pada
realitanya tidak ada kebijakan bersifat kemelayuan yang menjadi
program LAM Bengkalis. Hal ini menunjukkan lemahnya upaya dalam
melestarikan adat Melayu terhadap masyarakat.

Pertanyaan: Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan


upacara pernikahan?
Jawaban : Adat melayu masih menjadi pedoman masyarakat dalam upacra
pernikahan. bagi masyarkat yang salah satu pihak mempelai
pengantinnya berbeda suku, maka adat kedua suku tersebut digabungkan
dengan tidak mengurangi prosesi yang ada pada adat Melayu.

Pertanyaan: Apakah saja pergeseran adat yang tejadi pada zaman dahulu dengan yang
berlangsung saat ini?
Jawaban : Ada pergseran adat pada prosesi yang berbeda, diantaranya yaitu pada
acara berarak. Jika diikutkan sesuai adat masyarakat dahulu, waktu
pelaksanaannya lebih baik pada pukul 14.00 keatas ketika suasana
sedang teduh dan matahari mulai condong ke barat. Namun saat ini
waktu pelaksanaannya dipercepat, bahkan ketika matahari sedang terik
panas.

Pertanyaan : Apa penyebap terjadinya perubahan pada prosesi pernikahan Melayu


saat ini?

Jawaban : Penyebapnya ialah, dikhawatirkan para sanak keluarga dan tamu


undangan akan pulang dan tidak sempat untuk mengikuti prosesi ini.

Pertanyaan: Bagaimana implementasi Islam terhadap salah satu prosesi pernikahan


adat Melayu di Bengkalis?
Jawaban : Maksud diadaknnya prosesi ini ialah berlandaskan bahwa anjuran agama
Islam mengenai pernikahan yang harus diumumkan di khalayak ramai,
6

maka melalui berarak inilah sebagai bentuk cara yang lebih efektif untuk
mengumumkan pernikahan ke masyarakat luas.

Pertanyaan: Menurut bapak bagaimana pengaruh budaya Melayu terhadap generasi


muda saat ini?
Jawaban : jika budaya Melayu ini betul-betul dilestarikan di masyarakat, maka akan
memberikan nilai-nilai positif bagi pemuda bahkan bias dijadikan
pedoman dalam kesehariannya.

HASIL WAWANCARA

Informan : Syaukani Al Karim Hari/Tanggal : Jum’at 20 Juli 2018


Tempat/waktu : Rumah, 16.00.

Pertanyaan : Menurut bapak bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis
dalam melestarikan adat di Masyarakat?
Jawaban : Menurut saya pengurus LAM Bengkalis sudah mwmpunyai program-
program untuk menjaga keutuhan adat Melayu, namun karna tidak
adanya keseriusan dalam hal ini maka kegiatan LAM Bengkalis
tergolong fakum bahkan tidak berjalan sama sekali.

Pertanyaan: Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan


upacara pernikahan?
Jawaban : Budaya melayu tidak akan pernah hilang di negeri junjungan ini, hanya
saja frekuensi berlangsungnya setiap prosesi acara yang dikurangi.

Pertanyaan: Apa saja pergeseran adat yang terjadi pada zaman dahulu dengan yang
berlangsung saat ini.
Jawaban : Pergeseran yang terjadi diantaranya ialah pada upacara tepuk tepung
tawar. Sesuai dengan aturan adat Melayu,bagi yang menepuktawri
pengantin tu hanyalah pihak kelauarga atau sesepuh laki-laki, namun saat
ini juga dilakukan oleh orang tua atau keluarga perempuan.

Pertanyaan: Apa penyebap terjadinya perubahan pada prosesi pernikahan Melayu


saat ini?
7

Jawaban : Perubahan ini terjadi dikarenakan asumsi masyarakat bahwa karena


pengantin perempuan juga ikut ditepungtawari maka ibu-ibu atau
keluarga perempuan juga berhak untuk menepuktawari pengantin.
Pertanyaan: Bagaimana implementasi Islam terhadap salah satu prosesi pernikahan
adat Melayu di Bengkalis?

Jawaban : Sesama umat Islam haruslah saling mendoakan dalam hal kebaikan baik
secara berjamaah ataupun sebaliknya. Mengenai prosesi inilah
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya terdapat makna yang
mendasar yaitu mengenai harapan baik terhadap sesama muslim dengan
tulus dan ikhlas.

Pertanyaan: Menurut bapak bagaimana pengaruh budaya Melayu terhadap generasi


muda saat ini?
Jawaban : Sejatinya budaya Melayu memberikan pengaruh besar kepada
masyarakat, generasi muda saat ini banyak disibukkan dengan dunia
tegnologi yang canggih sehingga kurang terfikirkan dibenaknya akan
keharusan memahami adat. jika tidak ada kebijakan dari LAM Bengkalis
dalam kewjiban bagi setiap pelajar untuk mengerti adat, maka budaya
Melayu kurang memberikan pengaruh kepada anak muda.

HASIL WAWANCARA

Informan : Ijal Seleb Hari/Tanggal : Minggu 29 Juni 2018


Tempat/waktu : Rumah, 10.00 wib.

Pertanyaan : Menurut anda bagaimana upaya Lembaga Adat Melayu Riau Bengkalis
dalam melestarikan adat di Masyarakat?
Jawaban : Kondisi saat ini LAM tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tembul
sebuah kekeliruan yang diherankan oleh masyarakat akan kefakuman
LAM Bengkalis. Sama sekali tidak ada upaya untuk mensosialisasikan
budaya Melayu di masyarakat, karena keterbatasan mereka untuk
berbuat.

Pertanyaan: Apakah budaya Melayu masih menjadi pedoman dalam pelaksanaan


upacara pernikahan?
8

Jawaban : Pernikahan di Bengkalis pada umumnya tak terlepas dari adat Melayu,
karena sudah menjadi budaya yang mengakar dari zaman dahulu.

Pertanyaan: Apa saja pergeseran adat yang terjadi pada zaman dahulu dengan yang
berlangsung saat ini?
Jawaban : Pergeseran adat Melayu yang terjadi pada zman dahulu dengan yang
sekarang diantaranya ialah pada prosesi berinai curi bagi pengantin laki-
laki. Jika mengikuti adat melayu orang tua terhadulu maka banyak
tahapan upacara yang dilakukan sebelum itu, namun saat ini dipersingkat
dengan menguangi frekuensi adatnya.

Pertanyaan : Apa penyebap terjadinya perubahan pada prosesi pernikahan Melayu


saat ini?
Jawaban : Penyebap terjadinya perubahan tersebut ialah supaya tidak memakan
waktu lama dan cepat selesai, tidak mengurangi rentetan upacara sesuai
adat hanya saja dilakukan secara cepat dan disingkat.

Pertanyaan: Bagaimana implementasi Islam terhadap salah satu prosesi pernikahan


adat Melayu di Bengkalis?
Jawaban : Menghias diri adalah sebuah dalam Islam, namun tidak boleh berlenihan.
Karena ini adalah momen sacral bagi pengantin, maka harus dihias
secantik mungkin untuk memperindah diri sebelum menjadi pasangan
suami Istri. Perlu digarisbawahi karena ini bukan bermaksud yang
macam-macam.

Pertanyaan: Menurut bapak bagaimana pengaruh budaya Melayu terhadap generasi


muda saat ini?
Jawaban : Budaya Melayu sangat berpengaruh baik kepada Masyarakat, karena
terdapat nilai-nilai Keislaman dan pelajaran baik pada setiap prosesi adat
yang ditanampakan di kehidupan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai