Skripsi
Diajukan Sebagai Tugas Akhir Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Oleh :
NIM : 1113032100014
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
1438 H/2017 M
ABSTRAK
Judul Skripsi : “Tradisi Perkawinan Merariq Suku Sasak di Lombok: Studi Kasus
Integrasi Agama dengan Budaya Masyarakat Tradisional”
Tradisi Merariq ini tidak di benarkan dalam Islam, karena proses peminangan
dalam Islam dengan peminangan tradisi Merariq sangat berbeda dan tradisi ini banyak
menimbulkan kemudharatan dan bertentangan dengan hukum Islam. Walaupun begitu
Merariq tetap diakui sebagai status hukum karena merupakan salah satu adat istiadat.
Kata Kunci : Suku Sasak, Tradisi Perkawinan Merariq, Integrasi Agama dengan
Budaya Masyarakat Desa Sade.
iv
KATA PENGANTAR
henti-henti memberikan nikmatnya untuk kita sehingga sampai detik ini kita
kebahagiaan. Tidak lupa juga salam serta sholawat terus saya ucapkan
3. Dr. Media Zainul Bahri, M.A, selaku Ketua Jurusan Studi Agama-
v
Administrasi Umum. Dr. M. Suryadinata, M.A, selaku Wadek III
kecil sampai waktu yang tak terkira, semoga beliau berdua selalu
7. Kepada keluarga bapak Ir. H. Ikhsan Gemala Putra dan Ibu Hj.
vi
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas doa dan dukungannya
12. Dan kepada semua orang yang saya kenal maupun yang mengenal
vii
Semoga peran-peran beliau semua mendapat imbalan yang
menyadari bahwa sedikit karya tulis ini bukanlah akhir dan puncak dari
viii
DAFTAR ISI
ix
C. Tujuan dalam Tradisi Merariq yang Menghasilkan Nilai
Kebudayaan .................................................................................... 48
BAB IV FAKTOR DOMINAN ANTARA AGAMA DAN BUDAYA DALAM
TRAIDI MERARIQ
A. Tujuan Merariq ............................................................................... 53
B. Alasan Merariq ............................................................................... 59
C. Perspektif Merariq .......................................................................... 64
BAB V PENUTUPAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 68
B. Saran-saran ...................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
x
BAB I
PENDAHULUAN
(seperti candi, tari-tarian, seni rupa, seni suara, kesusastraan dan filsafat)
saja. Sedangkan kebudayaan dalam antropologi jauh lebih luas sifat dan
paling abstrak dari adat-istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai budaya
1
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 144-
145.
1
2
hidup manusia dalam masyarakat, tetapi sebagai konsep suatu nilai budaya
itu bersifat sangat umum, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, dan
biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Namun, justru karena
sifatnya yang umum, luas, dan tidak konkret itu, maka nilai-nilai budaya
dalam suatu kebudayaan berada dalam daerah emosional dari alam jiwa
itu juga, para individu tersebut sejak kecil telah diresapi dengan nilai
sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah sebabnya nilai-
adat dan agama lokal di Indonesia. Begitu juga halnya dengan Islam di
yang cukup penting di dalam kajian mengenai Islam di wilayah ini. Dalam
2
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, h. 153.
3
dengan agama Islam, budaya Bali dan adat khas Lombok sendiri. Namun
demikian, sejauh ini belum cukup banyak kajian yang memfokuskan diri
kepada Islam dan dinamika agama lokal, bukan hanya terkait dengan Islam
pentingnya penelitian ini, di mana agama lokal dilihat sebagai suatu sistem
menjamin hak-hak yuridis dan hak-hak sipil setiap warga negara, disini
para pemeluk dan pengikut agama lokal seperti yang terdapat di Lombok
agama yang sama. Dalam kenyataannya dua atau lebih orang dengan
agama yang sama belum tentu mempunyai praktik atau cara pengamalan
3
Suhanah, Dinamika Agama Lokal di Indonesia (Jakarta: Kementrian Agama, 2004),
h.161-162.
4
suatu komunitas agama ini mudah kita dapati dalam setiap masyarakat,
disenangi oleh setiap pribadi manusia dan merupakan fitrah bagi setiap
dalam bentuk keluarga hdan dari situlah akan terlahir beberapa suku dan
bangsa.5
yang fitrah bagi manusia yang sudah tertanam dan terpatri dalam hati dan
guna saling mengisi dan membagi perasaan suka maupun duka. Hidup ini
4
Khadziq, Islam Dan Budaya Lokal, Belajar Memahami Realitas Agama Dalam
Masyarakat (Yogyakarta: Teras, 2009), h.42-43.
5
Musifin As’ad dan Salim Basyarahil, Perkawinan dan Masalahnya (Jakarta: Pustaka
Al-Kaustar, 1993), h. 14.
6
As’ad dan Basyarahil, Perkawinan dan masalahnya, h. 17-18.
5
artinya melarikan. Kawin lari, adalah sistem adat penikahan yang masih
perkawinan Sasak.9
merupakan ritual asli (genuine) dan leluhur masyarakat Sasak yang sudah
7
M Harfin Zuhdi, Praktik Merariq: Wajah Sosial Masyarakat Sasak (Mataram: LEPPIM
IAIN Mataram, 2012).
8
Fachrir Rahman, Pernikahan di Nusa Tenggara Barat antara Islam dan Tradisi
(Mataram: LEPPIM IAIN Mataram, 2012).
9
Nur Yasin, hukum perkawinan Islam Sasak (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 150-
151.
6
Mudjitahid, mantan wagub NTB dan kini ketua Masyarakat Adat Sasak
adat Sasak yang memiliki persamaan dengan adat suku Bali, tetapi
kebiasaan atau adat, khususnya perkawinan Sasak, adalah adat Sasak yang
budaya produk impor dan bukan asli (ungenuine) dari leluhur masyarakat
dipelopori oleh tokoh agama, Pada tahun 1955 di Bengkel Lombok Barat,
Tuan Guru Haji Saleh Hambali menghapus, kawin lari (Merariq) karena
dianggap manifestasi Hinduisme Bali dan tidak sesuai dengan Islam. Hal
yang sama dapat dijumpai di desa yang menjadi basis kegiatan Islam di
Lombok merupakan pengaruh dari tradisi kasta dalam budaya Hindu Bali.
Karena telah dijelaskan di awal bab 1 bahwa Merariq ini memiliki dua
budaya, yaitu merupakan budaya lokal, dan yang kedua itu Merariq
bagian dari rekayasa sosial budaya Hindu-Bali terhadap suku Sasak, dalam
suku Sasak dikenal adanya strata sosial yang disebut triwangsa. Strata
mereka dalam melihat asal mula kawin lari. Para tokoh adat Sasak yang
tentu mendukung lestarinya tradisi ini. Sedangkan para tokoh agama atau
10
Yasin, hukum perkawinan Islam Sasak, h. 155-157.
11
John Ryan Bartholomew, Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat Sasak (Yogyakarta: PT.
Tiara Wacana Yogya, 2001), h. 49.
8
tuan guru yang berpendapat bahwa budaya kawin lari merupakan tradisi
masyarakat Hindu Bali yang diikuti oleh masyarakat Sasak sudah tentu
guru haji Muharror, meskipun ada perbedaan antara kawin lari di Lombok
dan Bali, dimana bagi umat Hindu, setelah perempuan dilarikan mereka
akad nikah secara Islami, tetap saja tradisi kawin lari sebaiknya
mentradisikan khitbah atau lamaran dari pada kawin lari, namun untuk
Merariq.12
12
Ahmad Fathan Aniq, konflik peran Gender pada tradisi merariq di pulau Lombok
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel) h. 33-35.
9
adalah orang Sasak. Merariq sebagai sebuah tradisi yang biasa berlaku
pada suku Sasak di Lombok ini memiliki logika tersendiri yang unik. Bagi
lain, bagi orang tua gadis yang dilarikan juga cenderung enggan, kalau
lombok itu sangat dihargai, ditambah kalau perempuan itu memiliki tahta
atau garis keturunan bangsaawan, tetapi tetap wanita yang tidak memiliki
tahta atau garis keturunan bangsawan tetap sangat berharga, jika diminta
secara biasa, maka dianggap seperti meminta barang yang tidak berharga.
ngendeng anak manok baen (seperti meminta anak ayam saja). Jadi dalam
13
Yasin, hukum perkawinan Islam Sasak, h. 152-154.
10
B. Rumusan Masalah
agar lebih fokus dan tidak menjadi bias. Oleh karena itu, di sini penulis
Lombok, yaitu:
suku Sasak
D. Kajian Pustaka
mana bukan untuk melihat referensi buku yang ingin kita gunakan tetapi
untuk mengetahui keorisinilan judul yang ingin saya teliti, dan di sisi lain
ini agar kita bisa melacaknya. Kajian pustaka ini bertujuan untuk pijakan
kita dalam menulis penelitian ini untuk mencari data-data terdahulu. Dan
sementara yang berkaitan dengan judul penulis teliti ini membahas tentang
penulis tidak ada sarjana yang membahas tentang judul yang bersangkutan
lain:
1. Tulisan yang pertama adalah buku yang terbit pada tahun 2012 karya
pahami sebagai selarian (kawin lari). Oleh sebab itu tidak heran kalau
2. Tulisan yang kedua adalah buku yang terbit pada tahun 2001 karya
dengan judul “Alif Lam Mim: Kearifan Masyarakat Sasak”. Buku ini
dan modernitas. Kasus antara Ali dan Windi menjadi pintu masuk
3. Tulisan yang ketiga adalah jurnal yang terbit pada tahun 2006 karya
perempuan. Satu hal yang tidak bisa dihindarkan dari sebuah kawin
paling kuat dan dominan. Ada indikasi bahwa orangtua merasa telah
14
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
14
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Grafindo
dll.
a. Observasi
c. Dokumentasi
15
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2006), h. 169.
16
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), h. 186.
17
3) Analisis data
4) Pendekatan Penelitian
a. Pendekatan Antropologis
17
Sumardi Suryabrata, metodologi penelitian (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1998)
h.18.
18
b. Pendekatan Sosiologis
termasuk Agama.19
c. Pendekatan Historis
18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006) h. 15.
19
Peter Connolly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: PT LkiS Printing
Cemerlng, 2002) h. 271
19
d. Pendekatan Teologis
sang peneliti.21
F. Sumber Data
tersebut, dalam hal ini peneliti mempunyai dua sumber data yang pertama
20
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama, h. 149.
21
Media Zainul Bahri, Aneka Pendekatan Studi Agama-agama (Jakarta: 2014), h.8.
20
sumber data primer dan sumber data skunder. Sedangkan sumber sementara
2012.
2001.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I ini terdiri dari tujuh sub bab yang terdiri dari:
diluar Sasak.
BAB V PENUTUP
Sasak secara etimologi, berasal dari kata “sah” yang berarti “pergi”
inilah diduga bahwa leluhur orang Sasak itu adalah orang Jawa. Bukti
lainnya merujuk kepada aksara Sasak yang digunakan oleh orang Sasak
Pendapat lain beranggapan bahwa kata Sasak berasal dari kata sak-
sak yang dalam bahasa Sasak berarti sampan. Pengertian ini dihubungkan
sampan dari arah barat. Sumber lainnya yang sering dihubungkan dengan
kekuasaan Majapahit abad ke-14, ditulis oleh Mpu Prapanca. Dalam kitab
pemaknaan ini merujuk kepada kata Sasak (sa-sak) yang diartikan sebagai
satu atau utama, Lombok (Lomboq) dari bahasa kawi yang dapat diartikan
sebagai jujur atau lurus, mirah diartikan sebagai permata dan adi bermakna
baik. Maka, Lombok Sasak Mirah Adi berarti kejujuran adalah permata
1
Wawancara Pribadi dengan Mahardika (Pemangku Adat Sasak desa Sade Lombok
Tengah, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
23
24
kebudayaan sampai saat ini. Kini, suku Sasak bukan hanya sebuah
Arab, dan Cina adalah para pendatang. Diantara mereka, orang Bali
Tengah.3
B. Letak Geografis
Bali dan disebelah barat Sumbawa. Pada bagian Barat, terletak selat
2
Lalu Lukman, Pulau Lombok dalam Sejarah: ditinjau dari aspek Budaya (Mataram:
2005), h. 3.
3
Erni Budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu versus Waktu Lima (Yogyakarta: LKiS, 2000),
h. 6-7.
25
Lombok dan pada bagian Timur, terdapat selat Alas. Disebelah utara
Lombok juga berbatasan dengan laut Jawa dan disebelah timur lautan
banyak curah hujan dan disebelah timurnya, Sumbawa dan NTT, yang
realif tandus dan kering. Pada tanggal 14 Agustus 1958, Propinsi Sunda
Kecil dipisahkan menjadi tiga propinsi: Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB),
dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Bali menjadi propinsi tersendiri dengan
dari Flores hingga Timor (termasuk pulau-pulau yang sangat kecil) dengan
Propinsi NTB terdiri dari enam kabupaten dan satu kota. Enam
kabupaten itu adalah Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur
yang terletak di Pulau Lombok dan Sumbawa, Dompu, dan Bima yang
merata di keenam kabupatennya. Lebih dari 70% atau sekitar 2,4 juta
4
Erni Budiwanti, Islam Sasak, h. 4-5
26
kawasan dengan luas 470,000 kilometer atau hampir seperempat dari luas
penduduk NTB tinggal di pedesaan dan hidup dengan bertani. Dan lebih
Tenggara (Sunda Kecil). Jumlah populasinya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahasa
Sasak terdiri atas beberapa dialek, yaitu dialek Sasak Pejanggi, Sasak
tingkatan, yaitu halus dalam, halus biasa, dan Kasar. Peneliti akan
Punjut, karena salah satunya penulis juga penasaran akan hal tradisi-tradisi
yang ada di sasak Punjut ini dan juga sebelumnya penulis mengetahui desa
mempelajari dan mendalami apa itu desa sade dan sasak Punjut yang ada
di Lombok dan juga sasak Punjut yang masih asli sampai saat ini yaitu
walaupun hanya sebagian kecil tradisi yang dijalankan sampai saat ini,
5
Erni Budiwanti, Islam Sasak, h. 6.
27
karena pada saat ini sudah hampir menjalankan Islam sempurna sekarang
Letak kampung ini 50 km arah Tenggara Kota Mataram (Ibu Kota NTB)
dan 19 km dari kota Praya (Ibu Kota Lombok Tengah). Desa Sade
dan 116 derajat BT. Desa Sade terletak pada ketinggian120-126 m di atas
yaitu Sebelah Barat Dusun Penyalu, Sebelah Utara Dusun Selak, sebelah
kepercayaan asli orang Sasak. Orang Sasak pada waktu itu, menganut
kepercayaan ini, disebut sebagai Sasak Boda. Kendati demikian agama ini
leluhur dan berbagai dewa lokal lainnya merupakan fokus utama dari
6
Lalu Erwan Husnan, Ungkapan Tradisional Masyarakat Sasak (NTB: KSU Primaguna,
2012) , h. 5-6.
7
Wawancara Pribadi dengan Mahardika (Pemangku Adat Sasak desa Sade Lombok
Tengah, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
28
selatan. Kelompok Boda ini konon adalah orang-orang Sasak yang dari
Lombok.9
agama Islam menyentuh pulau Lombok. Salah satunya karena peran Sunan
diklasifikasikan tiga kelompok utama; Boda, Wetu Telu, dan Islam (Wetu
Lima).10
beberapa bagian utara dan selatan Pulau Lombok. Meliputi Bayan, dataran
8
Erni Budiwanti, Islam Sasak, h. 8
9
Erni Budiwanti, Islam Sasak, h. 11
10
Lalu Lukman, Pulau Lombok dalam Sejarah, h. 6
29
dan Tanjung di Lombok Barat. Istilah Islam wetu telu diberikan karena
penganut kepercayaan ini beribadah tiga kali di bulan puasa, yaitu sholat
pada waktu Magrib, Isya, dan waktu Subuh. Penganut kepercayaan wetu
telu melakukan ibadah tiga waktu itu, konon pada saat penyebaran agama
yang didapat oleh orang-orang terdahulu orang sasak seperti itu, sampai
saat ini pun orang Sasak memahaminya seperti itu. Di luar bulan puasa,
mereka hanya satu hari dalam seminggu melakukan ibadah, yaitu pada
hari Kamis dan atau Jumat, meliputi waktu Asar. Salah satu alasan mereka
diwakili oleh pemangku atau orang yang mempunyai ilmu lebih tinggi
dilakukan oleh pemimpin agama mereka; para kiai dan penghulu. Para
dengan gaya arsitektur khas suku Sasak; dari kayu dan bambu, dengan
bagian atapnya terbuat dari jenis alang-alang atau sirap dari bambu.
Dengan denah berbentuk persegi empat dan bagian atap seperti piramid
arsitektur masjid ini mirip dengan Arsitektur masjid lama yang ada di
30
dan Kejawen. Kemudian mengapa saat ini orang sasak sudah beralih
perkembangannya wetu telu justru lebih dekat dengan Islam. Dari peneliti
temui bahwan sekarang hampir semua suku Sasak bahkan di desa sade
Penganut paham Islam wetu telu ini tersebar di beberapa desa dan
antara wetu telu dengan wetu lima, mengapa karena meski wetu telu lebih
percaya kepada pemangku adat dan wetu lima lebih kepada ajaran agama,
tetapi tetap saja, sama sama berkeyakinan kepada yang satu yaitu
berkeyakinan yang disebut kepada Tuhannya, dalam wetu telu hanya cara
pemangku, sedangkan wetu lima atau Islam sekarang lebih kepada pribadi
11
H. Masnun, Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Al-Madjid: Gagasan dan Gerakan
Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara Barat (Mataram: Pustaka Al-Miqdad, 2007), h.53.
12
Wawancara Pribadi dengan Mahardika (Pemangku Adat Sasak desa Sade Lombok
Tengah, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
31
penghubung antara umatnya dalam suatu hal, semisal dalam tradisi Islam
seperti itu diharuskan ada pak ustad yang memimpin doa-doa dalam acara
atau praktik ibadah sehari-hari. Islam seperti yang diamalkan oleh wetu
paham wetu telu sudah dianggap sesuai dengan ajaran Islam. Maksud
paham wetu telu sudah dianggap sesuai dengan ajaran Islam disini, ialah
orang sasak pada saat ini walaupun mereka masih meyakini wetu telu
syariat Islam pada masa sekarang ini. Mereka paham wetu telu hanya
meyakini wetu telu hanya karena menghargai tradisi keturunan dari nenek
moyangnya saja.13
Islam. Ia percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kepada nabi dan rasul,
malaikat, hari akhir, serta percaya adanya surga dan neraka. Hanya saja
13
H. Masnun, Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam, h.55.
32
sedangkan nabi-nabi yang lain tidak banyak disebut. Mereka membaca dua
kalimat syahadat yang dalam istilah wetu telu yang disebut nyadat.14
menjadi kepala atau ketua adat (pemangku adat). Pemangku juga bisa di
aspek ilmu agama yang lebih dan juga berwibawa. Permohonan dimaksud
Tuhan, menurut paham Islam wetu telu cukup dikerjakan oleh para Tuan
Guru atau kyai. Oleh karena itu tugasnya yang tergolong berat, maka Tuan
14
Sumber data dari Kejaksaan Negeri Nusa Tenggara Barat, Data-data tentang Ajaran
Wetu Telu di Nusa Tenggara Barat (Mataram: tanggal 30 maret 2017).
33
wetu telu, ada juga yang sudah meninggalkannya dan mengerjakan waktu
menghormati leluhur Budaya mereka tentang wetu telu tersebut. Dan wetu
telu itu mereka tidak pernah mengerjakannya, karena setiap ibadah wetu
telu itu hanya di lakukan oleh pemimpin seperti Pemangku Adat yang
sudah dijelaskan diatas, jadi ibadah wetu telu dahulu dilakukan hanya
mempercayainya saja. Dan tidak ada resiko jika paham wetu telu tidak
meyakininya lagi, tradisi adat keturunan mereka akan benar benar punah
sasak yang masih menganut wetu telu, beda halnya yang sudah
adanya Allah, taat kepada Allah, percaya adanya Nabi Muhammad SAW,
dan juga percaya manusia pertama itu adalah Adam. Masyarakat sasak
15
H. Masnun, Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam, h.65.
34
mereka16
melainkan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain saling
membutuhkan dan hidup dalam suatu kelompok sosial atau homoni socius.
a. Persatuan kelompok
dalam kelompok ini. Nilai pertama bersifat positif dan nilai kedua
etnis sasak yang begitu kuat. Anggota individu dalam kelompok tersebut
terjadi suatu masalah mereka akan saling membantu atas nama kelompok.
Namun begitu, persatuan yang terlalu kuat berujung pada munculnya ego-
kelompok yang berlebihan, yaitu sifat negatif. Hal ini didasarkan pada
kebanyakan dipicu oleh hal sepele. Ungkapan ini memiliki nilai yang
yang hampir sama. Mereka akan selalu saling membantu satu sama lainnya
baik suka maupun duka. Dalam keadaan suka bisa dilihat pada acara
Begitu pula pada saat duka, anggota kelompok akan membantu anggota
kelompok lain ketika sedang tertimpa musibah baik secara fisik, material,
b. Ikatan persatuan
18
Lalu Erwan Husnan, Ungkapan Tradisional, h. 48-49
36
tersebut sangat kuat. Hal inilah yang dicerminkan oleh kelompok ini.
mereka sudah saling percaya yang berpegang pada ucapan yang mereka
ujarkan.19
saling memiliki, suku bangsa Sasak, satu sama lainnya. Dan salah satu dari
kelompok etnis sasak yang saya ambil adalah Desa Sade asli suku Sasak,
itu. Tetapi mereka tetap berinteraksi di luar dari kampung tersebut. Karena
19
Lalu Erwan Husnan, Ungkapan Tradisional, h. 49-50.
20
Wawancara Pribadi dengan Mahardika (Pemangku Adat Sasak desa Sade Lombok
Tengah, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
BAB III
KEBUDAYAAN
Kebudayaan
budaya antara golongan bangsawan dan petani. Ada budaya istana dan ada
1
Bambang Rustanto, Masyarakat Multikultural di Indonesia (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015), h.26.
2
Simbolis Ialah Lambang. kalau proses simbolis ialah peristiwa yang sedang terjadi dan
akan menjadi suatu lambang.
3
Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1987),
h. 3.
37
38
lembaga, simbol dan norma sendiri-sendiri. Dalam hal ini perlu diingat
bahwa sekalipun dikotomi itu ada, ada pula mobilitas budaya, ke atas atau
menjadi tidak fungsional jika simbol dan normanya tidak lagi didukung
kreasi disini ialah cara meminta untuk dinikahkannya yaitu dengan dibawa
lari atau dalam bahasa sasak di sebut Merariq. Dalam Merariq ada 2 versi
yang mana Merariq atau kawin lari yakni perkawinan yang terjadi dengan
4
Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, h. 11.
5
Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, h. 7.
39
apabila tidak mendapat restu dari orang tua calon pengantin wanita. Yang
Merariq jika tidak maka justru orang tua perempuan merasa tersinggung
pada malam hari antara waktu magrib dan isya, dimana si gadis dijemput
pada tempat yang telah disepakati kedua calon pengantin. Dan selanjutnya
seorang wanita “suci” dalam arti telah memasuki masa menopause. Ini
“kawin lari”, sehingga tidak terjadi sesuatu di luar norma susila dan demi
melakukan Merariq ada beberapa proses yang harus dilalui sebagai sarana
penjelasannya:
6
Merariq bisa dikatakan Anomali yang artinya bisa dikatakan suatu penyimpangan tetapi
masih bisa di terima.
7
Sudirman. Bahrie. Lalu Ratmaja, Prosesi Perkawinan Masyarakat Gumi Sasak (NTB:
KSU Primaguna, 2012), h. 5-7.
40
meminang:8
beristri.
proses peminang
8
M. Fachrir Rahman, Pernikahan di Nusa Tenggara Barat antara Islam dan Tradisi
(Mataram: LEPPIM IAIN Mataram, 2013), h.118-119.
41
merencanakan untuk sepakat lari pada malam hari yang telah ditentukan
bersama.9
9
M. Fachrir Rahman, Pernikahan di Nusa Tenggara Barat..., h.119.
10
M. Harfin Zuhdi, Praktik Merariq: Wajah Sosial Masyarakat Sasak (Mataram: LEPPiM
IAIN Mataram, 2012), h. 62.
42
sekolah.
untuk kawin.
samapai jam 23.00 Wita, dan terhina bagi yang Merariq pada
siang hari
keusilan lainnya.
selesai Betikah.11
terdiri atas keliang (kepala dusun), kepala RT, kepala RW dan satu
11
Betikah dalam Bahasa Sasak Ialah Kawin/Nikah.
12
M. Harfin Zuhdi, Praktik Merariq: Wajah Sosial Masyarakat..... h. 65-66.
13
Mbait Wali ialah seseorang yang diutus memberi kabar kepada kedua orang tua calon
pengantin perempuan, bahwa anaknya siap untuk dinikahkan.
44
tiga hari. Persoalan yang sering terjadi dalam penyelesaian adat ini
syariat Islam. 14
selabar. Pada saat ini juga dilakukan beberapa tagihan yang terkait
adat suku sasak yang unik ini mempelai laki-laki dituntut untuk bisa
contoh mahar yang harus diberikan berupa seekor kerbau atau seekor sapi,
bagi para masyarakat suku pedalaman Sasak itu adalah bentuk mahar yang
16
Sudirman. Bahrie. Lalu Ratmaja, Prosesi Perkawinan Masyarakat Gumi, h. 126.
17
Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Syahdan Ilyas MM (Ketua dari Forum Kerukunan
Umat Beragama di Lombok, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 10 April 2017.
46
yang membuat inovasi dalam masyarakat sasak ini adalah “Merariq” itu
sendiri, dimana para lelaki sudah siap rencana untuk membawa lari
kematangan strategi para kaum lelaki suku sasak dalam Merariq. Pasangan
untuk bisa meyakinkan kepala suku adat ketika pasangan yang sudah
berhasil kabur dari kediaman mereka dan kembali setelah kedua orang tua
anak mereka masing-masing, bahwa mereka sudah saling siap satu sama
ketika mempelai laki-laki tidak memiliki harta apapun pada dirinya, maka
keputusan bagaimana dari orang tua mempelai wanita tetapi sejauh ini
apabila hal ini terjadi biasanya orang tua dari mempelai wanita
waktu yang ditentukan dengan kata lain (hutang mahar). Jadi sebagai
uang yang dimiliki atau harta benda yang ada pada diri mempelai laki-laki
tersebut.19
wanita haruslah bisa menjahit dan merajut karena pada dasarnya mata
18
Sudirman. Bahrie. Lalu Ratmaja, Prosesi Perkawinan Masyarakat Gumi, h. 100.
19
Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Syahdan Ilyas MM (Ketua dari Forum Kerukunan
Umat Beragama di Lombok, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 10 April 2017.
47
pencaharian mereka para suku sasak ini adalah bertani. Jadi apabila musim
hujan sudah melanda maka penghasilan dari bertani mereka bisa kurang
hingga 70% dari biasanya. Maka dari itu solusi dari mereka para wanita
bisa menjahit atau merajut dan hasilnya dijual ke sekitar desa bahkan bisa
sampai Kota Mataram. Semua ini juga demi kelangsungan hidup anak
Sasak Merariq muda. Mulai dari kalangan remaja lulusan SMA sampai
bagaimana mereka yang ingin Merariq sudah harus berfikir dewasa untuk
dibawa lari tetapi pada ujungnya orang tua wanita tetap tidak mau merestui
maka keduan pasangan lari ini akan sangat malu pada masyarakat desa.
Bagaimana tidak karena ketika kejadian bawa lari itu terjadi maka kepala
suku dan orang tua para anak pasti menyebarkan berita tersebut, jadi
dari itu kebanyakan para orang tua merestui anak-anaknya yang sudah
terhadap anaknya.21
20
Wawancara Pribadi dengan Mahardika (Pemangku Adat Sasak di Desa Sade Lombok,
Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 10 April 2017.
21
Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Syahdan Ilyas MM (Ketua dari Forum Kerukunan
Umat Beragama di Lombok, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 10 April 2017.
48
Merariq sebagai sebuah tradisi yang biasa berlaku pada suku Sasak
gadis pujaan hatinya. Sementara pada sisi lain, bagi orang tua gadis yang
adalah sesuatu yang berharga, jika diminta secara biasa, maka dianggap
seperti meminta barang yang tidak berharga. Ada ungkapan yang biasa
(seperti meminta anak ayam saja). Jadi dalam konteks ini, Merariq
disamping itu juga cara untuk keluar dari konflik. Mengapa seperti itu,
karena pengertian dari Merariq atau kawin lari itu, bisa karena orang tua
laki-laki melarikan anak perempuannya, maka mau tidak mau itu harus di
kawinkan tetapi tetap ada bayar denda karena sudah melarikan anak gadis
orang.22
22
Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Syahdan Ilyas (Ketua Forum Kerukunan Umat
Beragamadi Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 10 April 2017.
49
yang lainnya.23 Sistem ini merupakan ciri yang tetap dan umum dalam
keturunan.
bangsawan dengan laki-laki dari lapisan status sosial rendah, maka anak
ibunya. 25
lapisan sosial jajar karang (rakyat biasa). Struktur sosial dengan konsep
23
Wayan Geriya, Beberapa Segi Tentang Masyarakat dan Sistem Sosial (Denpasar:
Universitas Udayana, 1981), h. 36.
24
Idrus Abdullah, Penyelesaian Sengketa Melalui Mekanisme Pranata Lokal di
Kabupaten Lombok Barat, Disertasi (Jakarta: Fakultas Hukum Program Pasca Sarjana UI, 2000),
h. 105.
25
M. Harfin Zuhdi, Praktik Merariq: Wajah Sosial Masyarakat, h. 33-34.
50
Lombok:27
Tidak hanya bapak, ibu, kakak, dan adik, tetapi paman, bibi, seluruh
komponen masyarakat.
wali. Ada indikasi kuat bahwa seorang wali merasa telah mmbesarkan
semakin rendah tingkat sosial dan tingkat pendidikan anak serta orang
TRADISI MERARIQ
A. Tujuan Merariq
suku Sasak. Seseorang baru dianggap sebagai warga penuh dari suatu
makna yang sangat luas, bahkan menurut orang Sasak, perkawinan bukan
1
Fachrir Rahman, Pernikahan di Nusa Tenggara Barat antara Islam dan Tradisi
(Mataram: LEPPIM IAIN Mataram, 2013), h.115.
53
54
kekeluargaan.2
Proses tawar menawar dalam kawin lari tampak kuat dan tertuntut
berasal dari suku Sasak. Jika salah satu di antara calon suami isteri
ternyata ada dialog peradaban, adat, dan budaya antara nilai-nilai yang
dengan budaya dan peradaban luar Sasak. Sikap ini menunjukkan adanya
legal jika proses adatnya sesuai dengan proses adat yaitu kesepakatan
orangtua, dan juga bisa dikatakan ilegal jika Merariq ini tidak melalui
perubahan ini memang tidak bisa secara sekaligus, tetapi secara bertahap,
3
Zuhdi, Praktik Merariq.... h.57.
56
juga tradisi adat Sasak Lombok ini sebenarnya sudah banyak yang
tetapi harus ada kerelaan keluarga kedua belah pihak. Pemberian Pisuke
penghargaan atas jerih payah yang dilakukan oleh keluarga sang gadis
dewasa dan siap dinikahkan. Selain itu, diharapkan dengan adanya tradisi
Merariq ada adat yang namanya Pisuke yakni kegiatan transaksi atau
4
M. Nur Yasin, “Kontekstualisasi Doktrin Tradisional Di Tengah Modernisasi Hukum
Nasional: Studi tentang Kawin Lari (Merari’) di Pulau Lombok”, Jurnal Istinbath No. I Vol. IV
Desember 2006, h. 73-75.
5
Pisuke yakni kegiatan transaksi atau negosiasi terkait mahar untuk mempelai wanita.
Kegiatan ini kadang dilakukan dalam waktu yang relative lama dan juga sangat singkat.
Tergantung kesepakatan keluarga kedua belah pihak. Faktor strata sosial dan ekonomi sangat
menentukan jalannya acara pisuke tersebut.
6
Yasin, Kontekstualisasi Doktrin......,h. 82-83.
57
dilakukan dalam waktu yang relative lama dan juga sangat singkat.
tetapi juga untuk menghindari perceraian karena proses awal atas mahar
7
Tradisi nyongkolan mengantar mempelai perempuan kepada pihak keluarga setelah
beberapa saat dilarikan ke rumah pihak keluarga mempelai laki-laki. Tradisi ini biasanya
melibatkan banyak orang (ratusan hingga ribuan orang) yang menggunakan pakaian adat Sasak
Lombok, sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan pihak keluarga mempelai laki-laki
kepada keluarga mempelai perempuan, sekaligus diikuti dengan tradisi minta maaf pengantin laki-
laki dan juga pengantin perempuan atas dosa dan kesalahannya selama ini, khususnya saat mencari
/ melarikan mempelai perempuan. Tradisi ini juga biasanya diiringi dengan musik-musik dan
tarian tradisional khas Sasak-Lombok.
58
memliki batasan atas adat lokal, maka dari itu masyarakat Sasak sangat
percaya menghargai tradisi mereka yang ada dari nenek moyang mereka.
oleh penulis adalah Ir. H. Ikhsan Gemala Putra, beliau adalah seorang
melarangnya, karena itu sudah jadi bagian adat tradisi suku Sasak, maka
8
Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Lalu Mudjitahid (Ketua Masyarakat Adat Sasak di
Lombok, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 08 April 2017.
59
B. Alasan Merariq
unik, dan tidak hanya dapat ditemui di masyarakat Sasak, Lombok, Nusa
Tenggara Barat. Tradisi ini tidak hanya ada di Sasak tetapi juga berbagai
umum tidak dapat dilakukan. Untuk itu, perlu diketahui dan dipahami
9
Wawancara Pribadi dengan Ir. H. Iksan Gemala Putra (Budayawan Sasak di Lombok,
Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 09 April 2017.
10
E.H. Tambunan, Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya
(Bandung: Tarsito, 1982), h. 136.
60
Marlojong. Tradisi Merariq ini menjadi cara paling terhormat bagi laki-
sejarah. Keempat, karena alasan kompetisi. Akan tetapi sekarang ini adat
11
Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Lalu Mudjitahid (Ketua Masyarakat Adat Sasak di
Lombok, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 08 April 2017.
61
yang pantas sampai saat ini dan mudah dilakukan dan meninggalkan
yang sudah tidak cocok di zaman sekarang ini. Pada saat ini Merariq
khas masyarakat Sasak. Mas kawin yang harus diserahkan oleh pihak
12
Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Syahdan Ilyas MM (Ketua Forum Kerukunan Umat
Beragama di Lombok, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 10 April 2017.
13
Wawancara Pribadi dengan Mahardika (Pemangku Adat Sasak desa Sade Lombok
Tengah, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
62
gadis yang hendak di culik. Kedua, terlambat salabar. Denda yang harus
memberikan kabar penculikan adalah tiga hari. Lebih dari tiga hari, maka
jeruman. Denda ini harus dibayarkan oleh mempelai laki-laki karena dia
berasal dari tempat yang berbeda, misalnya si gadis berasal dari Sasak,
pula denda turunan bangsa yang harus dibayarkan oleh pihak mempelai
laki-laki.14
yang harus ditanggung pengantin laki-laki sngat besar. Kondisi seperti ini
membayar sajikrama. Maka dari itu semakin lama banyak orang tidak
C. Perspektif Merariq
14
Erni Budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu versus Waktu Lima (Yogyakarta: LkiS, 2000),
h. 252-254.
15
Budiwanti, Islam Sasak...... h. 261.
16
Wawancara Pribadi dengan H. Lalu Mudjitahid (Ketua Masyarakat Adat Sasak di
Lombok, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 08 April 2017.
64
jauh mau menikahi juga dan ada pula tetangga yang menaruh minat
untuk datang melamar. Agar tidak terjadi perpecahan antar keluarga atau
tetangga, maka orang tua bilang 'palingin keentan'. "Si ibu berpura-pura
atau lari anak perempuannya dengan lelaki yang datang Merariq itu. Tapi
agar tidak retak. Karena salah satu tujuan dari pada Merariq yang sudah
Kenapa keluarga tidak dikasih tetapi orang lain dikasih, karena sebagian
diantara keluarga lebih baik di larikan. Itulah asal usul Merariq yang
Itulah yang pada saat ini Merariq yang masih dijalankan oleh
begitu, itu sudah bermetamorfosa dari tradisi perkawinan Sasak yang asli,
yang mana ada kisah sebuah mitos. Konon, dulu di Lombok ada seorang
raja dengan putri yang sangat cantik. Karena terlalu cantiknya, semua
17
Zuhdi, Praktik Merariq....., h.57.
65
Maka, jika sudah berhasil terculik, pihak keluarga perempuan harus rela
anaknya dinikahkan dengan sang penculik. Maka dari itu satu perempuan
delapan, karena tidak ada istilah pacaran, siapa cepat menculik atau
bertingkat tempat orang tua tidur. Kasur ada di sebelah tangga menuju
lantai dua. Di lantai dua ada dapur, di sebelahnya terdapat kamar kecil
dengan satu kasur dan selimut. Kamar kecil di sebelah dapur itu kamar
gadis, diletakan paling belakang agar tidak mudah diculik anaknya. Itulah
tradisi adat Sasak yang asli yang pernah dijelaskan pada sub sebelumnya,
melarikan anak gadis orang dan menjadi pria sejati kalau berani
18
Salah satu rumah adat tradisional di Desa Sade.
19
Wawancara Pribadi dengan Mahardika (Pemangku Adat Sasak desa Sade Lombok
Tengah, Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
66
tidak ada masalah selama dilakukan dengan ketentuan adat dan ajaran
dampak dari mulai proses awal sampai akhir. Sehingga sebaiknya perlu
yang saat ini mulai meninggalkan tradisi Merariq ialah yang sudah
20
Harfin Zuhdi, Muhammad dkk, Lombok Mirah Sasak Adi: Sejarah Sosial, Islam,
Budaya, dan Ekonomi, (Jakarta: Imsak Press, 2011), h. 10.
67
bagaimanapun adat tradisi harus tetap ada dalam suatu daerah untuk
21
Wawancara Pribadi dengan Ir. H. Iksan Gemala Putra (Budayawan Sasak di Lombok,
Nusa Tenggara Barat) Pada Tanggal 09 April 2017.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Terjadinya integrasi agama dengan Budaya ialah antara Wetu Telu dengan
Merariq tersebut. Maksudnya adalah hubungan Wetu Telu dengan Merariq yaitu
praktik yang terjadi dalam Merariq tersebut adalah ketentuan dari pada Wetu Telu
yang mana, telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa Wetu Telu ini perpaduan
antara Islam dan Hindu. Yang mana dalam konsep Islamnya ini hanya ada solat
Jum’at, solat Idul Fitri dan solat Idul Adha, sedangkan dalam konsep Hindunya,
Wetu Telu ini masih menggunakan unsur-unsur mistik seperti sesajen, dll. Sudah
sempat dijelaskan juga bahwa Merariq merupakan percampuran antara Islam dan
Hindu. Jadi ada hubungannya antara Wetu Telu dan Merariq, yaitu dari cara
praktik dan sejarah awalnya. Konsep agama atau keyakinan yang melahirkan
Merariq ialah Wetu Telu tersebut yang sudah dijelaskan diatas tadi bahwa, praktik
yang terjadi dalam Merariq merupakan lahir dari konsep Wetu Telu.
2. Dari beberapa penjelasan di setiap bab telah dijelaskan bahwa format dari pada
Merariq di Lombok sudah sangat jelas bahwa praktik yang terjadi dalam Merariq
tersebut sangat kental Budayanya. Dari perpaduan antara budaya Sasak, juga
budaya Hindu Bali dan ada Unsur Islamnya juga di dalam praktik Merariq. Ini
yang sangat jelas bahwa Merariq merupakan integrasi agama dengan budaya yang
68
69
kehidupan modern sungguh sangat berat, karena telah kita ketahui bahwa hampir
ketahui bahwa dunia semakin modern, zaman semakin maju yang membuat adat
tradisi hamoir ditinggalkan karna pola fikir manusia yang semakin modern juga
pergeseran makna yang sempit terhadap tradisi budaya menjadi luas karena ilmu
yang modern. Jika kita melihat apakah sama rasanya sepasang kekasih yang
melakukan Merariq dengan yang tidak melakukan Merariq. Itu kita bisa lihat dari
individu orangnya, sebagian orang sasak mungkin sangat bahagia jika menikahnya
Merariq itu juga sudah kesepakatan bersama sepasang kekasih, karena mungkin
zaman yang sudah modern atau pasangan dari pihak perempuan bukan lg dari
keturunan sasak.
4. Skripsi yang penulis buat ini memiliki temuan positif dalam Merariq, bahwa kalau
penulis baca buku-buku terdahulu atau skrispi terdahulu tentang Merariq itu lebih
kepada konten negatif. Karena Merariq ini lahir dari pada agama dan budaya yang
menjadikan integrasi yang saling memahami dan bermakna. Sehingga para tokoh
satu tradisi budaya yang mana tidak bisa dipisahkan dengan agama itu sendiri.
Karena memang agama dan budaya sudah melekat satu sama lain saling
memahami.
70
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang ingin
Merariq ini tetap harus dijaga karena tradisi ini sangat unik dan menjadi
aslian dari pada adat Merariq itu sendiri, agar tidak hilang tradisi
perkawinannya tersebut.
3. Untuk menjaga tradisi perkawinan Merariq di masa modern ini maka harus
Jika terjadi beberapa kendala pendapat dari praktik Merariq tersebut maka
tidak sesuai dengan dunia modern dan diambil baiknya lalu di jaga
keasliannya.
Daftar Pustaka
2009
Agama, 2004
Yasin, Nur. Hukum Perkawinan Islam Sasak, Malang: UIN Malang Press,
2008
Rosdakarya, 2006
71
72
Persada, 1998
Budiwanti, Erni. Islam Sasak: Wetu Telu versus Waktu Lima, Yogyakarta:
LkiS, 2000
Rahman, Fachrir. Pernikahan di Nusa Tenggara Barat antara Islam dan Tradisi,
Lukman, Lalu. Pulau Lombok dalam sejarah: ditinjau dari aspek budaya,
Mataram:2005.
2007.
tentang ajaran wetu Telu di Nusa Tenggara Barat, Mataram: 28 Maret 2017.
yogya, 1987.
Mordenisasi Kawin Lari (Merari) di pulau Lombok, jurnal Istimbath no.1 vol. IV
desember 2006.
Kebudayaannya, Bandung:1982.
74
WAWANCARA
2017.
75
Lampiran 1
Lampiran 2
Pertanyaan Wawancara
Allah
terhadap Allah
2. KEBUDAYAAN
Kebudayaan
Inovasi Kebudayaan?
TRADISI MERARIQ
A. Tujuan Merariq
B. Alasan Merariq
C. Perspektif Merariq
Lampiran 3
Hasil Wawancara :
1. Data Pribadi
Merariq’)
ketahui?
inilah kita bisa lihat bahwa leluhur orang sasak itu adalah orang Jawa.
Bukti lainnya merujuk kepada aksara Sasak yang digunakan oleh orang
Sasak. kata Sasak juga berasal dari kata sak-sak yang dalam bahasa
mirah adi”, pemaknaan ini merujuk kepada kata Sasak (sa-sak) yang
diartikan sebagai satu atau utama, Lombok (Lomboq) dari bahasa kawi
yang dapat diartikan sebagai jujur atau lurus, mirah diartikan sebagai
permata dan adi bermakna baik. Maka, Lombok Sasak Mirah Adi
ini?
84
Mataram (Ibu Kota NTB) dan 19 km dari kota Praya (Ibu Kota
Selemang.
Boda dari orang Sasak asli terutama ditandai oleh animisme dan
orang Sasak yang dari segi kesukuan, budaya, dan bahasa menganut
Islam (Wetu Lima). Awalnya Agama Wetu Telu memiliki ciri sama
Telu justru lebih dekat dengan Islam. Sekarang hampir semua desa
Magrib, Isya, dan waktu Subuh. Di luar bulan puasa, mereka hanya
satu hari dalam seminggu melakukan ibadah, yaitu pada hari Kamis
dan atau Jumat, meliputi waktu Asar. Untuk urusan ibadah lainnya
(tempat ibadah) mereka dengan gaya arsitektur khas Suku Sasak; dari
kayu dan bambu, dengan bagian atapnya terbuat dari jenis alang-
alang atau sirap dari bambu. Dengan denah berbentuk persegi empat
cukup dikerjakan oleh para Tuan Guru atau kyai. Oleh karena itu
tugasnya yang tergolong berat, maka Tuan Guru atau Kyai cukup
Wetu Telu tersebut. Dan Wetu Telu itu mereka tidak pernah
jadi ibadah Wetu Telu dahulu di lakukan hanya diwakilkan saja oleh
saja. Itulah masyarakat sasak yang masih menganut wetu telu, beda
adanya Nabi Muhammad SAW, dan juga percaya manusia pertama itu
memiliki, suku bangsa sasak, satu sama lainnya. Dan salah satu dari
kelompok etnis sasak yang saya ambil adalah Desa Sade asli suku
1. Data Pribadi
Mataram
Lombok
Kebudayaan?
sebut Merariq. Merariq atau kawin lari yakni perkawinan yang terjadi
oleh calon pengantin laki apabila tidak mendapat restu dari orangtua
itu harus dengan Merariq jika tidak maka justru orangtua perempuan
kawin lari di lakukan pada malam hari antara waktu magrib dan isya,
90
suka atau lelakinya saja yang suka dengan wanita, tetap bisa Merariq.
karena apa? Dalam adat suku sasak yang unik ini mempelai laki-laki
berupa seekor kerbau atau seekor sapi, bagi para masyarakat suku
ini adalah “Merariq” itu sendiri, dimana para lelaki sudah siap rencana
bentuk kelihaian dan kematangan strategi para kaum lelaki suku sasak
91
suku adat ketika pasangan yang sudah berhasil kabur dari kediaman
masing, bahwa mereka sudah saling siap satu sama lain untuk
bagaimana dari orang tua mempelai wanita tetapi sejauh ini apabila hal
ini terjadi biasanya orang tua dari mempelai wanita memberikan waktu
yang dimiliki atau harta benda yang ada pada diri mempelai laki-laki
kaum wanita haruslah bisa menjahit dan merajut karena pada dasarnya
mata pencaharian mereka para suku sasak ini adalah bertani. Jadi
mereka bisa kurang hingga 70% dari biasanya. Maka dari itu solusi
dan hasilnya dijual ke sekitar desa bahkan bisa sampai Kota Mataram.
lulusan SMA sampai baru lulu SMP sudah melakukan merariq, jadi
Sedangkan apabila sudah dibawa lari tetapi pada ujungnya orang tua
wanita tetap tidak mau merestui maka keduan pasangan lari ini akan
kejadian bawa lari itu terjadi maka kepala suku dan orang tua para
anaknya
seorang gadis pujaan hatinya. Sementara pada sisi lain, bagi orang tua
anak gadisnya adalah sesuatu yang berharga, jika diminta secara biasa,
anak manok baen (seperti meminta anak ayam saja). Jadi dalam
prosesi pernikahan, disamping itu juga cara untuk keluar dari konflik.
Mengapa seperti itu, karena pengertian dari Merariq atau kawin lari
itu, bisa karena orang tua sang gadis tidak merestui pernikahan
perempuannya, maka mau tidak mau itu harus di kawinkan tetapi tetap
1. Data Pribadi
Mataram
Tenggara Barat
Merariq?
arus utama, tapi yang harus disadari adalah bahwa masyarakat Sasak
memliki batasan atas adat lokal, maka dari itu masyarakat Sasak sangat
keluar dari konteks ajaran agama Islam. Terutama saya sendiri tidak
itu pudaar ?
masyarakat Sasak. Jadi salah satu alasan tradisi Merariq di zaman ini
banyak. Dan juga faktor modernisasi zaman, yang membuat pola fikir
Karena, bagaimanapun adat tradisi harus tetap ada dalam suatu daerah
persen.
1. Data Pribadi
1949
Kekalek Mataram
Beragama Lombok
merupakan adat istiadat dari suku Sasak itu sendiri. Akan tetapi
97
Jawa dan Pulau Sumbawa. Dalam perubahan ini memang tidak bisa
secara sekaligus, tetapi secara bertahap, dan dimulai oleh warga Sasak
hanya 3 % dari suku Sasak yang masih melakukan Merariq. Salah satu
Merariq Tersebut?
salah satunya menjadi cara paling terhormat bagi laki-laki Sasak untuk
sampai saat ini dan mudah dilakukan dan meninggalkan yang sudah
tidak cocok di zaman sekarang ini. Pada saat ini Merariq yang
zaman, yang mana saat ini praktik Merariq itu sudah diketahui oleh
hanya proses adat yang tetap harus dijalankan karena merupakan dari
adat istiadat. Dan agar menjaga tali persaudaraan atau kerabat terdekat
yang juga ingin melamar anak perempuan dari salah satu desa
pacarnya karena itulah yang telah menjadi pilihan anak perempuan itu.
Itulah yang pada saat ini Merariq yang masih dijalankan oleh beberapa
yang mana ada kisah sebuah mitos. Konon, dulu di Lombok ada
seorang raja dengan putri yang sangat cantik. Karena terlalu cantiknya,
pacarnya banyak bisa sampai delapan, karena tidak ada istilah pacaran,
adat dan ajaran agama. Kedua, pandangan kaum terdidik, mereka lebih
melihat pada dampak dari mulai proses awal sampai akhir. Sehingga
Lampiran 4