Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
NIM. 1112044100032
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui makna filosofis dari ritual posuo
yang merupakan adat Kesultanan Buton, proses dan pengaruh pembentukan
karakter dalam ritual posuo menuju kehidupan berumah tangga, alasan penyebab
gadis-gadis remaja dipilih dalam ritual posuo, dan tinjauan hukum Islam
mengenai ritual posuo.
Penelitian ini merupakan penelitian Empiris yang bertitik tolak pada data
primer yaitu masyarakat eks Kesultanan Buton, kota Baubau dengan data awal
yang diperoleh melalui metode penelitian pustaka (library research) dan
penelitian di lapangan (field research). Penelitian ini berlokasi di Keraton
Kesultanan Buton (Kraton Wolio) tepatnya di Kecamatan Murhum, Kota Baubau
Buton Sulawesi Tenggara. Alasan pemilihan lokasi ini adalah dikarenakan masih
kentalnya ritual posuo yang dilangsungkan di lokasi penelitian.
ii
بسم هلال الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji syukur hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam dengan segala Kemahaan-Nya dan segala r
Ya Allah, limpahkanlah salawat serta salam kepada pemimpin serta suri tauladan kami Muhammad
dan sahabatnya, dan yang mengakui mereka dengan penuh ihsan hingga hari
kiamat.
Penulis menyadari dalam hal apapun tidak ada kata sempurna begitu juga
dengan skripsi ini karena kesempurnaan hanyalah milik Allah swt. Namun, yang
terpenting adalah penulis telah berusaha semaksimal mungkin memberikan yang
terbaik dalam wacana keilmuan dengan skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini
iii
penulis merasa berkawajiban mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada :
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakar
Dr. H Abdul Halim, M. Ag dan Arip Purkon, MA, Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum Ke
Prof. Dr. H. A. Salman Maggalatung, SH., MH, selaku pembimbing skripsi ini yang telah meluang
Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak lupa juga kepad
Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas
iv
Teimakasih kepada kedua adikku Fatahhuddin Amin Kitabi dan Wardatun Kamilah Amin Kitab
Kepada seluruh keluarga HIPPMIB (Himpunan Pemuda Pelajar Mahasiswa Indonesia Buton) Ja
v
Kawan-kawan di LAZIS FATHULLAH yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
Teman-teman seperjuangan Hukum Keluarga 2012 terkhusus kelasa PA.A mba Aish, mba Nafis
kawan-kawan di KKN Expresso, Rahmi, Rani, Putri, Lala, Ita dan yang lainnya yang tidak dapat
Untuk sahabat rantau Fitratussalamah, Muadi Mawaddah dan Putri Zahra dan adik-adik kece dar
Terakhir, kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantun dan
Penulis sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena di
dalamnya masih terdapat kekurangan dan kekeliruan, oleh karena itu kritik dan
saran dari para bembaca yang budiman sangat penulis harapkan demi kebaikan
dan perbaikan karya ilmiah ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi kita semua, terutama bagi penulis sendiri. Amiin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah................................................................................5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................................6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................7
E. Review Studi Terdahulu..........................................................................8
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual..............................................9
G. Metode Penelitian..................................................................................13
H. Sistematika Penulisan............................................................................17
vii
BAB III POTRET KESULTANAN BUTON SULAWESI TENGGARA
DAN KOTA BAUBAU34
Sejarah Kesultanan Buton34
Letak Geografis36
Kondisi Demografis38
Keadaan Ekonomi39
Pendidikan40
Keagamaan41
Keadaan Sosial Budaya41
Sistem Ritual43
BAB V PENUTUP............................................................................................73
A. Kesimpulan............................................................................................73
B. Saran......................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum di Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu sistem, yang terdiri dari unsur-unsur at
Hukum yang berlaku di masyarakat itu sendiri dapat dilihat dari
1
Elfrida R Gultom, Hukum Waris Adat di Indonesia, (Jakarta : Literata Jendela Dunia,
2010), h.1
2
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Qur‟an dan Hadit, (Jakarta :
Tintamas, 1982 ), h.1
1
2
kepada masyaraka ramai. Sedangkan sebutan suci untuk untuk pernyataan segi keagamaan dari s
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan menjelaskan bahwa perkawinan adala
Perkawinan merupakan sebuah ikatan lahir bantin antara laki-laki dan perempuan yang didasari
rahmah.
batin dan bahagia di dunia dan di akhirat kelak. Dari keluarga sejahtera
dan bahagia inilah kelak akan terwujud masyarakat yang tentram dan
sendiri melalui KMA No. 477 tahun 2004 tentang pencatatan nikah,
3
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta : UI-Press, 1986 ) h. 47
3
pengantin (catin) mengadakan bimbingan pranikah atau di kenal dengan suscatin (kursus calon p
Peraturan Dirjen Bimas Islam Kementrian Agama No. DJ. II/491 tahun 2009 menginstruksikan b
sudah ada dan berkembang menjadi sebuah tradisi dalam ritual atau
upacara seperti dalam ritual adat kesultanan Buton. Ritual tersebut dikenal
dengan ritual posuo yang merupakan tradisi yang sudah lama ada dan
wilayah kesultanan.
4
Ritual ini kemudian dilaksanakan dengan cara dipadukan kedua unsur yaitu unsur adat dan unsu
Posuo dilaksanakan khusus bagi gadis remaja yang sudah menginjak usia dewasa yaitu 14 sampa
ritual ini para gadis diberikan pembinaan baik fisik maupun mental berupa
ritual pasuo merupan sebuah bimbingan pranikah bagi para gadis remaja
4
M. Mu‟min Fahimuddin, ed., Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, (Bau-bau :
Penerbit Respect, 2011) h. 250.
5
M. Mu‟min Fahimuddin, ed., Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, h.250
5
Kematangan jiwa bagi calon pasangan pengantin sangan diperlukan untuk menuju kehidup
untuk menuju kehidupan berumah tangga.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai ritu
menuju kehidupan berumah tangga dan tinjauannya dalam hukum Islam
B. Identifikasi Masalah
6
Sayyid Muhammad Husain Fadhullah, Dunia Remaja : Tanya Jawab Seputar Pergaulan
dan problematika remaja, ( Jakarta :Pustaka Hidayah, 2005), h.69
6
posuo.
Penjelasan tentang kehidupan berumah tangga dalam ritual posuo adat Kesultanan Buton.
Gadis-gadis remaja yang dipilih menjadi peserta dari ritual posuo adat Kesultanan Buton.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Melihatbanyaknyamasalahdiatas,untukmempermudah
2. Perumusan Masalah
berikut :
Kesultanan Buton?
Mengapa gadis-gadis remaja dipilih menjadi peserta dalam ritual posuo adat Kesultanan Buton
Bagaimana ritual posuo adat Kesultanan Buton ditinjau dari hukum Islam ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui makna Filosofis yang terkandung dalam ritual posuo adat Kesul
Untukmengetahuiprosespembentukankarakteryang terkandung dalam ritual posuo a
Untukmengetahuipenyebabgadis-gadisremajadipilih
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
b. Secara Praktis
Secara praktis dari hasil penelitian ini adalah untuk memperluas pengetahuan diri
Hukum.
Muhammad Alifudin, dalam jurnal dengan judul tulisan “Signifikansi Upacara Siklus Posuo dala
Tulisan ini menjelaskan tentang pentingnya dan signifikansi upacara atau ritual posuo dalam me
Budi Wahidin, dalam tulisan yang berjudul “Tradisi Pingitan (Posuo) dalam Masyarakat Buton”
Tulisan ini menjelaskan penafsiran kebudayaan masyarkat
1. Kerangka Teori
merupakan budaya yang harus tetap dilestarikan dan dijaga nilai-nilai ritualnya. Teori yang digu
Menurut Koenjaraningrat, adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang berfungsi sebagai
buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti „budi‟ atau
bersangkutan dengan budi dan akal.7 Selain itu, dalam kajian ushul
fiqh juga di kenal istilah „urf‟ yang merupakan sumber hukum Islam.
Ini merupakan satu sumber hukum yang di ambil oleh mazhab Hanafy
dan Maliky, yang berada di luar lingkup nash. „Urf (tradisi) adalah
7
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000),h. 19.
1
masyarakat,8 dimana posuo merupakan ritual yang sudah berlangsung menjadi kebias
menjadi satu teori yang akan digunakan dalam analisis ritual posuo.
Teori-teori di atas, dimaksud untuk menganalisi dampak sebuah ritual terhadap pola pe
Islam.
2. Kerangka Konseptual
domestik.9
8
Muhammad Abu Zahrah, Ushul fiqih, (Jakarta :PT.Pustaka Firdaus, 2011) h.416
9
Sri Lestari, Pisikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga), (Jakarta : Prenada Media grup, 2013) h.10
1
Karakter ialah tabiat, tingkah laku atau kebiasaan yang melekat pada diri seseorang, sed
kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu.10
Bimbingan yang merupakan proses pembentukan karakter terkait kehidupan rumah tang
yang di kenal dengan ritual posuo.
dan dijauhkan dari keluarga dan masyarakat sekitar serta dunia luar
fungsi serta tujuan berkeluarga dan membentuk pribadi dan tabiat juga
10
N. K. Singh dan Mr. A. R. Agwan, Encyclopeadia of the Holy Qur‟an, (New Delhi :
Balaji Offset, 2000), h. 175
1
Sebagaimana ritual adat lainnya, ritual posuo berdasarkan pada atuaran-aturan adat di k
dan sunnah serta tidak menimbulkan kemudharatan atau kerugian.
G. Metode penelitian
pada data primer yaitu masyarakat eks Kesultanan Buton, kota Baubau
yang menjadi dasar metode penelitian dan juga sumber hukum Islam yang ada relevansinya deng
b. Penelitian lapangan (field research)
Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Keraton Kesultanan Buton (Kraton Wolio) tepatnya di kecamatan Mu
3. Sumber Data
b. Data Sekunder : Data yang diperoleh dengan tujuan mengadakan studi review atas dokumen
Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data-data akurat saat penelitian, penulis menggunakan beberapa teknik, yai
Interview (wawancara), adalah dialog yang dilakukan
Tenggara.
1
c. Kepustakaan, yaitu pengumpulan data dari beberapa literatur yang ada kaitannya dengan
5. Jenis Data
Adapun jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kual
diamati.
a. Reduksi Data
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data a
(berbentuk catatan lapangan).
c.Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Pen
digunakan untuk mengambil tindakan.
7. Teknik Penulisan
H. Sistematiaka Penulisan
sebagai berikut:
1
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan, sebagai gambaran umum penelitian, pada bab in
penulisan.
Bab kedua, menjelaskan tentang konsep kehidupan berumah tangga dan berkeluarga yang m
rumah tangga bahagia.
secara umum, meliputi letak geografis dan letak demografis, kondisi sosial
Bab kelima, merupakan penutup yang memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaku
BAB II
RUMAH TANGGA DAN KELUARGA BAHAGIA SERTA PERAN PEREMPUAN DALAM PEMBETUKAN RUM
BAHAGIA
Rumah tangga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan dengan : suatu yang berk
Rumah tangga adalah suatu kumpulan dari masyarakat terkecil, yang terdiri dari pasangan suam
nikah atau perkawinan sesui dengan ajaran agama dan Undang-Undang
orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, sanak saudara dan kaum
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka: 2000), h .758
2
Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga (Keluarga yang Sakinah), (Jakarta :
Pedoman Ilmu jaya), h.26
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h . 413
20
2
anak-anaknya. Ini disebut keluarga batih (nuclear family) dan keluarga yang diperluas (extended
Adapun menurut Koerner dan Fitzpatrick (2004), defenisi tentang keluarga setidaknya dapat diti
1 Defenisi struktural, keluarga didefenisikan berdasarkan kehadiran dan ketidak hadiran anggota
4
Kusdwiratri Setiono, Pisikologi Keluarga, ( Bandung : PT. Alumni, 2011) h. 24
2
pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Defenisi ini memfokuskan pada bagaim
Dalam literatur al-Qur’an, keluarga di istilahkan dengan al-ahlu ( )اا]]الهلyang berarti family, k
66):6) التحشي......(ك ْن ًَا ًسا َ (َيا َأ ُّيَها َّالِز
ُ يي آ َه ٌُىا قُىا ًَْأ ُف َس ُك ْن َوَأ ْهِلي
Artinya : “Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...”
Sedangkan hidup berkeluarga adalah kehidupan bersama dua orang lawan jenis yang bukan
perkawinan tersebut.7
penuh rasa cinta dan kasih sayang. Ia terdiri dari istri yang patuh dan setia,
suami yang jujur dan tulus, ayah yang penuh kasih sayang dan ramah, ibu
yang lemah lembut dan berperasaan halus, putra putri yang patuh dan taat
0):12) ى (الشوم
َ ت ِلَ]قْى ٍم يتَ]ف َّك ُشو
ٍ ِفي َ َك آلَيا
(3 ِر
ل
5
Sri Lestari, Pisikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga), (Jakarta : Prenada Media grup : 2013) h.5
6
Huzaemah T Yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, (Jakarta : yayasan Indonesia
Baru,2013) h.128
7
Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, h.129
8
Huzaemah T. Yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, h.127
2
3. Fungsi cinta kasih, diberikan dalam bentuk memberikan kasih sayang dan
9
William J. Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta : PT. Bumi Aksara) h.3
2
Fungsi melindungi, bertujuan untuk melindungi anak dari tindakan- tindakan yang tidak baik, se
Fungsi reproduksi, merupakan fungsi yang bertujuan untuk meneruskan keturunan, memelihara
Fungsi sosialisasi dan pendidikan, merupakan fungsi dalam keluarga yang dilakukan dengan car
Fungsi ekonomi, adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat
datang.
kerja sama serta kesadaran akan tanggung jawab baik dari pihak suami
Fungi Biologis
Perkawinan dilakukan antaran lain bertujuan agar memperoleh keturunan, dapat memelihara keh
Fungsi Edukatif
Keluarga merupakan tempat pendidikan paling dasar bagi semua anggota keluarganya, dimana o
3. Fungsi Religius
4. Fungsi Protektif
Adapun gangguan eksternal kelurga biasanya lebih mudah dikenali oleh masyarakat yang berada
5. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi ini sendiri berkaitan dengan mempersiapkan anak menjadi anggota masyaraka
6. Fungsi Rekreaif
10
Mufida Ch, Pisikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang : UIN Malang
Press, 2008), h. 42-44
2
setiap orang terutama bagi para remaja, sehingga fungsi-fungsi tersebut harus terus dipelihara
keluarga.
Perkawinan merupakan awal dari kehidupan berumah tangga dan berkeluarga dimana suami istr
Tujuan perkawinan sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 Undang- Undang No. 1 tahun 1974 y
“ perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
memberikan pengarahan yang baik dalam rumah tangga berarti telah ikut
negara adalah kumpulan atau susunan dari masyarkat yang luas. Dari
pembinaan dan pengarahan untuk masyarakat yang baik harus dimulai dari
11
Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga (Keluarga yang Sakinah), (Jakarta :
Pedoman Ilmu jaya) h.36
2
Dalam mewujudkan rumah tangga bahagia sejahtera banyak hal yang harus diselenggarakan sem
Keluarga dan rumah tangga adalah pusat segala-galanya bagi setiap orang baik untuk pendidikan
dicapai, maka dalam perkawinan Islam tujuan dan sasaranya jelas dan
terang, yaitu :
d. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan membentengi diri dari
perbuatan maksiat atau dengan kata lain menyalurkan naluri seksual secara
halal.
12
Modul pembinaan keluarga sakinah, (Jakarta : departemen Agama RI ,2000) h. 158
13
Modul pembinaan keluarga sakinah, h.162
14
Modul pembinaan keluarga sakinah, h.167
2
e. Membina hubungan kekeluargaan yang akrab dan mempererat silaturahmi antar keluarga.
Peran Perempuan dalam Membentuk Rumah Tangga Bahagia
D.
Peran individu mempunyai arti penting dalam sebuah sistem sosial, sebagaimana peran pere
merupakan bagian dari kebutuhan dalam sebuah rumah tangga.
Posisi perempuan dalam Islam, pada dasarnya sejajar dengan kaum laki-laki dalam berbagai m
keberhasilan tugas-tugas suami sebagai pemimpin keluarga.
jabatan penting yang tidak diberikan Allah kepada wanita seperti jabatan
kenabian dan kerasulan. Akan tetapi, bukankah yang melahirkan para nabi
dan rasul adalah kaum wanita ? begitu terhomatnya Maryam, ibunda Nabi
Isa as, sehingga disebutkan dalam al-Qur’an sebagai wanita shalehah dan
Agama Islam memberikan petunjuk mengenai keluarga bahagia (sakinah mawaddah warah
keluarga.16
Rumah tangga sebagai kerajaan kecil dari suatu keluarga, memang sudah selayaknya dipim
kepala keluarga.17
sedangkan suami adalah pemimpin dalam urusan keluarga, hal ini sesuai
15
Hasan M. Noer (ed), Portet Wanita Shalihah, (Jakarta : Penamadani, 2004), h.4-5
16
Huzaemah T yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, (Jakarta : yayasan Indonesia
Baru,2013), h. 96
17
Hasan M. Noer (ed), Portet Wanita Shalihah, (Jakarta : Penamadani, 2004) h.5
18
Hasan M. Noer (ed), Portet Wanita Shalihah, h.6
19
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz II, (Beirut : Darulkitan al Arabi :1422) h.5
3
Artinya : Bhwa sesungguhnya Abdullah Ibn Umar berkata. Aku mendengar Rasulullah saw, beli
Fungsi dan tugas dalam urusan rumah tangga ini bisa saja
namun tetap berada dalam koordinasi dari sang istri. Alangkah bahagianya
Bagi seorang perempuan yang menikah, rasanya belum sempurna statusnya sebagai seoran
melahirkan adalah anjuran agama. Sebagaimana hadits Rasulullah saw20 :
Artinya : Dari Muawwiyah bin Qurrata dari Ma’kul bin Yasari berkata: telah datang seo
Bersabda : “menikalah dengan wanita yang penuh cinta kasih dan
Saat umat Islam sudah banyak, maka hadits ini tidak harus
dimaknai secara kuantitatif tapi lemah secara kualitatif, yaitu tidak sekedar
banyak secara kuantitatif tapi lemah secara kualitatif. Lebih baik sedikit
berkualitas dari pada banyak tak berkualitas dan lebih baik lagi jika
menjadi manusia yang berkualitas. Anak cerdas dan berbudi pekerti baik tidak mungkin
kemudian hari. Sebagaimana Firman Allah :
َى ًلا
ْ ىل ْىا َق
ُ هلل َوْلَيُق
َ ن َفْل َيَتُقىا ا
ْ ي ِه
ْ خاُفىا َعَل
َ ن ُرسَِيًة ِضعًَافا
ْ ي َخْل ِفِه
ْ ك ْىا ِه
ُ ي َلْى َت َش
َ ي ْخشَ َالِزْي
َ وْل
َ4):9)الٌساء.((س ِذ ًْيذا
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan d
Dalam sebuah rumah tangga diperlukan seorang penanggungjawab
utama terhadap perkembangan jiwa dan mental anak, khususnya pada usia
umumnya.21
merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang tua
21
Zaitunah Subhan, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, Jakarta : el-Kahfi,
2008, h. 302.
22
Zaitunah Subhan, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, h. 303.
BAB III
BAUBAU
Kerajaan/Kesultana Buton yang menurut cerita rakyat setempat didirakan oleh imigran dari J
“mia patamiana”, yang berarti “yang empat orang”.
hidup dari abad ke-14. Sebelum Islam diterima sebagai agama resmi,
ajaran agama Hindu mempunyai pengaruh yang cukup kuat. Raja pertama
sampai raja keenam masih menganut agama Hindu, hingga kemudian raja
pada tahun 848 H atau 1540 M dari seorang muballig yang datang dari
34
3
Dari sultan pertama, Murhum, sampai dihapusnya kesultanan pada tahun 1960, telah meme
untuk masuk dalam kehidupan mereka.
budaya leluhur dan syariat Islam. Adat dan syariat Islam ini yang menjadi
Kerajaan/Kesultanan Buton pernah eksis selama 664 tahun lamanya. Dalam masa itu dipimpi
tahun dengan 38 kali pergantian sultan.
B. Letak Geografis
Wilayah Kesultanan Buton terletak di antara kepulauan Maluku dan pulau Sulawesi, dimana
di kawasan bagian tenggara jazirah Sulawesi Tenggara, yaitu :
pulau ini adalah pulau Tiworo, Tobeya Besar dan Tobeya Kecil yang
selatan Buton, pulau Kadatua, Masiring dan Siompu yang terletak di sebelah barat daya pulau B
Sejumlah Pulau yang berjejer di sebelah tenggara pulau Buton yang di kenal dengan kepulauan T
Poleang dan Rumbia yang terletak di daratan jazirah Sulawesi bagian tenggara, berhadapan deng
Pulau Wawoni yang terletak di sebelah utara pulau Buton.
Selain itu masih terdapat sejumlah gugusan pulau-pulau kecil yang terletak di sela-sela pulau-pu
Kesultanan Buton.1
1
A. lightvoet, Beschrijving en Geschi edenis van Boeton, dalam BKI, Vol. 26, s-
Gravenhage, Martinus Nijhoff, h.1-5.
3
Dengan demikian, wilayah Kesultanan Buton tersebut terletak pada 121,40o Bujur Timur da
dan 6,20o Lintang Selatan.2
dan diantara22.30°-122.47°BujurTimur.Berdasarkanletak
geografisnya, Kota Baubau memiliki batas-batas sebagai berikut : Utara berbatasan dengan K
sebelah barat berbatasan dengan Selat Buton.3
C. Kondisi Demografis
Bila dilihat dari segi etnis maka kota Baubau memiliki penduduk
yang homogen yakni mayoritas penduduknya adalah suku Buton. Hal ini
Buton pada masa itu. Adapun penduduk beretnis selain suku Buton yang
Negara.
Baubau tahun 2015, jumlah penduduk yang berdiam di daerah ini pada
2
Susanto Zuhdi dkk, Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara : Kesultanan Buton,
(Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996),h.6
3
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, (Baubau : CV. Kainawa Molagina 2016), h.2
3
tahun 2010 berjumlah 136.981 jiwa. Pada tahun 2015 jumlah penduduk kota Baubau men
76.395 jiwa dan perempuan 78.482 jiwa, dengan demikian dalam lima tahun penduduk
sama dengan 13,06%.4
D. Keadaan Ekonomi
Pada dasarnya setiap manusia selalu berusaha untuk meningkatkan taraf hidupnya. Demikian
pengangguran di kota ini masih sangat tinggi.
angka kerja kota Baubau 2015 sebesar 70.332 orang, dengan jumlah yang
4
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, h. 52-53
5
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, h.65
4
E. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sumber da
sekolah dasar sampai sekolah lanjutan.
Dari survei angkatan kerja tahun 2015 diketahui bahwa penduduk berusia 7 - 24 tahun yang t
lagi sebanyak 11.926 orang .6
dan MI, 32 sekolah SMP dan MTs, 25 sekolah SMA, SMK dan MA.
Berdasarkan data tahun 2015 dapat diketahui bahwa Jumlah murid SD dan
MI sebanyak 20.486 siswa, SMP dan MTs sebanyak 9.738 siswa dan
6
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, h.88
7
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, h.90
4
F. Keagamaan
Masyarakat Buton yang mendiami wilayah kota Baubau khususnya masyarakat kelurahan Mu
dominan menganut agama Islam.
buah.8
meskipun ada kecenderungan patrineal. Hak dan kewajiban suami istri dalam
rumah tangga pada prinsipnya adalah sama, meskipun peran suami kadang
lebih dominan untuk menafkahi dan istri mengurus rumah tangga. Anak laki-
8
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Baubau, Kota Baubau Dalam Angka :Baubau
Municipality in figures 2016, h.110
4
laki dan perempuan memiliki nilai yang sama, begitu pula hak dan mewajiban mereka dalam r
dan istri harus memiliki rasa hormat terhadap mertua.9
Stratifikasi sosial pada masyarakat Buton khususnya kota Baubau bersifat vertikal yang tediri
yang dimaksud mempunyai hak dan kewajiban yang bebeda terutama pada
ongena (perdana mentri besar) dan bonto lainya dan sekaligus sebagai badan
jenis bahasa yang digunakan di Buton. Meski demikian terdapat bahasa induk
9
Yusniar Razak, “Kedudukan Perempuan (Bhisa) Dalam Tradisi Perkawinan Adat
Buton”(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Dayanu Ikhsanuddin
Baubau, 2014), h.40
4
yang dahulunya merupakan bahasa ibu bagi masyarakat Buton yaitu bahas Wolio.10 Pada masya
bahasa persatuan.
H. Sistem Ritual
Manusia dalam kehidupannya sangat lekat dengan masa peralihan. yakni dilahirkannya ke muka
sedang mengandung, upacara kelahiran seorang bayi, upacara akil baligh,
secara bertahap sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam suatu etnis.
1. Sistem kepercayaan yang secara utuh berasal dari ajaran Islam yang
Kepercayaan ini meliputi keyakinan tentang Tuhan yaitu Allah SWT dan
10
Muhammad Alifudin, Islam Buton (Interaksi Islam dengan Budaya Lokal), (Jakarta :
Badan Litbang dan Diklat Depertemen Agama RI, 2007), h. 47
4
mahluk-Nya yang memegang fungsi tertentu seperti malaikat dan para nabi. Selain itu kepercay
Kepercayaan alamiah atau kepercayaan warisan dimana kepercayaan ini terbentuk dari sistem k
Sistem kepercayaan yang bersumber dari nilai-nilai pra Islam tetapi telah diintrepretasi ke dalam
Sistem kepercayaan yang secara utuh masih merupakan nilai-nilai pra
Islam.11
1. Kelompok ritual sehari-hari yang berasal dari ajaran Islam atau rukun
Muchiru dalam sara Patanguna menulis bahwa tradisi Buton masa lalu
mengenal empat bagian salat yaitu : salat al-nafs atau salat al-jasad, salat
jama’ah, salat al-wusta, dan salat azmi. Kemudian puasa, zakat, dan haji.
Buton, baik yang bersumber dari ajaran Islam atau yang diduga bersumber
dari ajaran Islam yaitu, Haro’a, ritual perkawinan yang terdiri dari
11
Muhammad Alifudin, Islam Buton (Interaksi Islam dengan Budaya Lokal), h. 374-375
4
Akomata atau bersanding, mandi kembang, adat menetap di rumah mertua, perceraian serta wari
3. Kelompok ritual berulang tetap yang merupakan yang secara periodik telah terjadwal yaitu r
12
Muhammad Alifudin, Islam Buton (Interaksi Islam dengan Budaya Lokal), h.209-309.
BAB IV
HUKUM ISLAM
istiadat tradisional yang dilaksanakan oleh orang tua kepada anak gadisnya
turun temurun dimana seorang anak gadis yang telah melalui proses ritual
1
Wawancara Pribadi dengan H. ML. Raziluddin, Baubau, 04 Agustus 2016.
2
M. Mu‟min Fahimuddin, ed., Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, (Bau-bau
:Penerbit Respect, 2011) h. 250.
3
Iskandar Engku, Masalah PosuoBagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat Pendidikan di
Kabupaten Dati II Buton, (Baubau : Institut Agama Islam Negri Alaudin Ujung Pandang, 1982),
h.9.
46
4
ini hampir seluruh kebebasannya telah dibatasi yang dikenal dengan istilah
kalambe.4
Tinjauan historis ritual posuo merupakan sebuah tradisi turun temurun yang telah dan masih berl
Syekh Haji La Ode Abdul Ghaniyu juga dikenal di Mesir dan Magribi
nilai Islam dari posuo Wolio. Posuo modifikasi inilah yang kemudian
4
M. Alifudin, Signifikansi Upacara Siklus Posuo Dalam Membangun Semesta
Kepribadian Remaja Wanita Pada Masyarakat Buton, Al-Izzah X, no. 1 (Juli 2015): h.4
5
Wawancara Pribadi dengan La Ode Aslan Azis, Baubau, 21 juli 2016.
6
M. Mu‟min Fahimuddin, ed., Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, (Bau-bau :
Penerbit Respect, 2011) h. 251.
4
lancar.
Ritual posuo yang diadakan khusus bagi para gadis remaja ini
diawali dengan persiapan oleh para keluarga yang akan mengadakan posuo
ini bisa berupa keluarga tunggal (satu keluarga) untuk satu peserta saja
ataupun kolektif yang terdiri dari beberapa keluarga. Adapun hal yang
7
M. Mu‟min Fahimuddin, ed., Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, h. 250.
4
hari ritual ini akan diselenggarakan juga siapa saja dari keluarga yang akan diundang.
Setelah musyawarah, dilanjutkan dengan persiapan perlengkapan untuk posuo seperti ruangan be
maka sebagai gantinya digunakan air yang bersumber dari sungai yang
menghubungi bhisa (tokoh adat) dalam hal posuo ini yaitu menghubungi
bhisa bawine (tokoh adat perempuan) yang akan memandu para peserta di
8
Penabuhan gendang dalam ritual Posuo hanya dilakukan bagi golongan koumu
sedangkan bagi golongan walak tidak ada penabuhan gendang.
5
yang dipanggil diyakini berasal dari kumpulan orang yang pandai dan memiliki citra dan kredibi
Pelaksanaan posuo terdiri dari tiga sesi yaitu molano tangia (malam isak tangis), bhaliana yimpo
para peserta mulai terdiam dan kemudian mulai menangis bagi yang tidak
karena menurut mitos jika ada peserta yang tidak menangis, maka ada
pertanda buruk untuk masa depannya10. Ada juga beberapa peserta yang
tanda telah lepas satu tanggung jawab orang tua dan telah berusaha
melaksanakan ritual ini.11 Inilah sesi pertama yang disebut molano tangia
atau malam isak tangis. Sejalan dengan tangis peserta para penabuh
mengiringi isak tangis peserta. Kemudian ditutup dengan haroa dan makan bersama. Untuk hari
Ritual posuo dilaksanakaan selama 4 sampai 8 hari, dimulai dengan malona tangia (malam isak
Sesi kedua yaitu bhaliana yimpo yang merupakan perubahan gerak
menghadap ke selatan dan kaki ke utara menjadi kepala kearah barat dan
kaki kearah timur begitu pula dengan lulur yang digunakan dimana
dihaluskan.
kerabat dan sahabat serta para tetamu undangan sebagai tanda berakhirnya
posuo dan memandakan gadis yang telah diposuo sudah menjadi gadis
5
dewasa. Sesi ini dilaksanakan pada malam terakhir yang diawali dengan prosesi memandikan pe
Keraton (moji) dengan megusap debu (tanah) pada telapak kaki peserta,
setelah itu resmilah para peserta posuo menjadi gadis dewasa menurut
hikmah posuo kepada tamu undangan dan ditutup dengan perjamuan dan
ucapan selamat serta pemberian hadiah kepada para peserta posuo yang
data yang berasal dari hasil wawancara dengan sejumlah tokoh adat baik
moji maupun bhisa bawine dan sejumlah kepustakaan tentang posuo juga
Usia Remaja adalah usia yang paling indah bagi setiap orang. Pada usia remaja umumnya o
perhatian yang lebih seksama.
kesukaran, di pihak lain ada yang memandang umur remaja adalah umur
Pada Masa ini ada beberapa perilaku yang menonjol pada sebagian
14
Zakiah Drajat, Remaja : Harapan dan Tantangan, (T.tp, CV. Ruhama, 2001) h.13
5
Masa Penting
Perkembangan fisik yang cepat disertai perkembangan mental yang cepat pula, terutama pada aw
Masa Peralihan
Peralihan berarti melanjutkan perkembangan dari suatu tahap ke tahap berikutnya. Segala sesuat
3. Masa bermasalah
pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak
laki-laki atau anak perempuan terdapat dua alasan bagi kesulitan itu,
lebih mandiri atau ingin dianggap sudah mandiri, sehingga kamu mencoba
serta guru-guru.
5
4. Masa Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat peruba
perilaku menurun juga.15
ب ُىْم َع
ٌ ُ ضِر
ْ سِني َن ًَا ْ َ « ُمُرًا ًَْأ َلا َد ُكْم ِبالص ََّالةِ ًَ ُىْم َأْب َنا ُء س-صّلى اهلل عّليو ً ّسلم- س ُل الَِّو
ِ ب ِع ٌُ ال َقالَ َر
َ ن جَِّدِه َق
ْ ن َأِبي ِو َع
ْ عمِْرً ْب ِن ُشَعْيبٍ َع َ نْ ع
ً
)جِع » (ًراه ابٌ داد ِ ن ُيْم ِفى اْل َم َضا
َ ف ِرٌُقا َبْي
َ ًَ سِِني َن
Artinya : Dari Umar bin Syuaib dari Ayahnya, dari Kakeknya Bekata,
Rasulullah saw bersabda : perintahkanlah kepada anakmu solat pada
tujuh tahun pertama, dan pukulah (didiklah) ia pada usia sepuluh tahun,
dan pisahkanlah tempat tidur mereka”(HR.Abu Daud (
dalam hal ini adalah orang tua, keluarga memiliki peran penting dalam
15
Direktorat Urusan Agama Islam dan pembinaan Syri‟ah, Tuntunan Keluarga Sakinah
Bagi Remaja Usia Nikah Seri Pisikologi, (Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan
Syari‟ah, 2006) h. 36
16
Abu Daud, Sunan Abi Daud, juz I, (Beirut : Darulkitan al Arabi, tth) h.185
5
Salah satu cara membentuk karakter remaja yang baik adalah dengan menciptakan suasana
karakter remaja.
Posuo merupakan ritual yang menjadi sistem penanaman nilai-nilai moral dan pembentukan
ritual posuo ada rasa penasaran pada gadis remaja tersebut sehingga
berusaha menjadi lebih baik dan layak untuk diposuo agar bisa menjadi
gadis dewasa yang siap berumah tangga. Adapun unsur pendidikan yang
tangga nantinya.
dalam praktik pemberian bimbingan oleh para bhisa kepada gadis remaja
17
Iskandar Engku, Masalah PosuoBagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat Pendidikan di
Kabupaten Dati II Buton, (Baubau : Institut Agama Islam Negri Alaudin Ujung Pandang, 1982),
h.27
5
sebagai berikut :
Pendidikan seksualitas
Dalam ritual posuo diajarkan mengenai pembawaan diri yaitu palego (pengaturan mengena
kemudian diajarkan menjaga bentuk tubuh dengan diet yang ketat (makna
secara jelas) dimana peserta hanya boleh makan sedikit yang terdiri dari
nasi dan telur rebus dibagi dua dengan yang memasak yang maknanya
agar bisa berbagi dan makanannya juga ditakar hanya sedikit agar peserta
posuo bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain diluaran sana yang
kadang makan kadang juga tidak (makna tersirat dari makanan yang
sedikit), juga diajari tentang bagaimana merawat diri dengan luluran dan
sudah dihaluskan.19
18
Iskandar Engku, Masalah PosuoBagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat Pendidikan di
Kabupaten Dati II Buton,h.29
19
Wawancara Pribadi dengan Naasifa, Baubau, 20 juli 2016.
5
Dari hasil penelitian dan mengenai pembentukan karakter pada gadis remaja, pada umumny
kesucian (keperawanan) gadis Buton.
yang mengaku sangat senang ketika mengetahui akan diposuo karena dulu
disugestikan oleh orang tua untuk berperilaku baik agar bisa diposuo.
diajarkan kehidupan rumah tangga ada yang mengaku tidak diajarkan, ada
depan dan jodoh yang kemudian bagi para narasumber yang berstatus ibu
rumah tangga merasa bahwa apa yang diajarkan dalam posuo itu, termasuk
kehidupan rumah tangga yang hanya secara tersiratpun bagi mereka sangat
5
berdampak kepada keutuhan rumah tangga mereka yang harmonis hingga kini karena bagi
tapi bagi mereka itu sudah takdir dari Allah.
Pengakuan narasumber di atas sejalan dengan penuturan tokoh agama juga yang menerangk
karena yang akan mengajarkan kehidupan rumah tangga secara jelas
adalah langsung dari orang tua dan juga menjadi doa bahwa setelah
diajarkan secara jelas tentang kehidupan rumah tangga saat diposuo yang
20
Wawancara Pribadi dengan La Ode Aslan Azis, Baubau, 21 juli 2016.
6
dari posuo itu kita diajarkan untuk berbakti kepada orang tua saat gadis
dan kepada mertua jika sudah menikah nanti. Karena perempuan itu saat
gadis dia adalah tanggung jawab orang tuanya dan saat menikah dia
adalah tanggung jawab suami sehingga perempuan harus berbakti pada
suami dan orang tua suami (mertua).”21
Informasi lain yang didapat dari bhisa yang dalam hal ini
rumah tangga diajarkan dalam posuo tapi hanya secara tersirat melalui
pengejaran moral dan tingkah laku karena itu akan menjadi kebiasaannya
hingga kehidupan berumah tangga tapi tidak diajarkan secara jelas dan
rinci kecuali bagi peserta posuo yang sudah pasti akan menikah setelah
ritual posuo usai atau sudah jelas calonnya melamar hingga setelah
bersikap sebagai seorang istri atau jika orang tua peserta posuo
kehidupan berumah tangga dalam posuo kepada bhisa maka akan
meminta diajarkan
diajarkan secara jelas juga.22
adalah sebagai pembersih diri bagi seorang gadis untuk menuju kehidupan
dewasa, karena jika tidak posuo rasanya tidak akan lengkap sehingga
adalah ritual posuo sangat bermanfaat untuk menjadi diri yang lebih baik
21
Wawancara Pribadi dengan Nurjaya, Baubau, 21 juli 2016.
22
Wawancara pribadi dengan Naasifa, Baubau, 20 juli 2016.
23
Wawancara Pribadi dengan Wa Ode Mulima, Baubau, 29 juli 2016.
6
lagi ketika menjadi dewasa,24 dan bagi mereka yang sudah menikah berpendapat bahwa m
setelah dewasa nanti semoga menjadi lebih baik. 26
adat, yang kemudian secara alami terus terbentuk dan diterapkan dalam
24
Wawancara Pribadi dengan Wa Ode Deviarni, Baubau, 23 Juli 2016.
25
Wawancar Pribadi dengan Nurjaya, Baubau, 21 juli 2016.
26
Wawancara Pribadi dengan La Ode Aslan Azis, Baubau, 21 juli 2016.
6
Kehidupan rumah tangga menuntut peran penting bagi pihak laki- laki maupun perempuan
membanggakan.
sudah banyak perempuan yang aktif di luaran rumah seperti mengajar serta
tangga kepada asisten rumah tangga tetapi tidak melupakan kodratnya dan
Potret keluarga harmonis dan bahagia yang terlihat dilingkungan masyarakat Buton tentu ti
mengajari mereka selama hari yang telah ditentukan dalam ritual.
Seiring perubahan zaman yang terus berkembang dan menjadi lebih maju, tidak merubah
dulunya kesultanan Buton hingga menjadi masyarakat eks Kesultanan,
yang ada dalam posuo,27 selain itu narasumber lainnya berpendapat bahwa
sekarang, jika ada mungkin dalam segi hari untuk posuo biasanya 4
sampai 8 hari, dulu biasanya masyarakat lebih memilih 8 hari untuk lebih
masyarakat lebih memilih yang 4 hari.28 Selain itu bagi masyarakat Buton
pelaksanaan ritual Posuo, baik dari segi persiapan maupun dalam prosesi
bahwa :
kesulitan dalam ritual posuo karena sudah merupakan tradisi dan semua
masyarkat paham akan ritual tersebut, paling dalam prosesinya pada saat
malona tangia, kami para bhisa berusaha membuat peserta posuo untuk
menangis karena ada mitos yang mengatakan jika peserta tidak menangis
28
Wawancara Pribadi dengan Wa Ode Mulima, Baubau, 29 juli 2016.
29
Wawancara Pribadi dengan H. ML. Raziluddin, Baubau, 04 Agustus 2016.
30
Wawancara Pribadi dengan Wa Ode Mulima, Baubau, 29 juli 2016.
6
Adapun alasan kekhususan dalam ritual ini yaitu hanya bagi para gadis atau perempuan saja
bisa dilamar.32
umumnyagadis-gadisremajasudahmenjadikebiasaannyauntuk
namun suatu kenyataan yang tidak dapat dielahkan bahwa pada umumnya
mengejek satu sama lain. Sikap seperti inilah yang perlu mendapatkan
31
Wawancara Pribadi dengan Naasifa, Baubau, 20 juli 2016.
32
Wawancara Pribadi dengan H. ML. Raziluddin, Baubau 04 Agustus 2016.
6
semakin baiknya pribadi seorang gadis, yang tentu semakin baik pula
Seperti halnya alasan peran yang lebih besar bagi perempuan dalam rumah tangga maka po
maka tidak lama lagi akan menikah.34
Dari penelitian yang dilakukan, ternyata ritual posuo sangat berdampak positif bagi para pe
seorang gadis hingga dewasa dan menikah, kemudian membimbing anak-
besar terhadap perubahan sikap mereka baik fisik maupun mental, serta
33
Iskandar Engku, Masalah PosuoBagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat Pendidikan di
Kabupaten Dati II Buton, (Baubau : Institut Agama Islam Negri Alaudin Ujung Pandang, 1982),
h.20
34
Wawancara Pribadi dengan Wa Ode Mulima, Baubau, 29 juli 2016.
6
dapat mengerti status dan kedudukannya dalam rumah tangga dan dalam
masyarakat.35
Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan data kongrit yang di dapat dari Direktorat J
ini terus meningkat pada tahun 2016 yaitu sebanya 244 perkara yang
35
Iskandar Engku, Masalah PosuoBagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat Pendidikan di
Kabupaten Dati II Buton, (Baubau : Institut Agama Islam Negri Alaudin Ujung Pandang, 1982),
h.31.
36
Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama MA RI, “Laporan Tentang Perkara yang
Diterima dan Diputus-L1PA.8Pengadilan Agama Baubau, Laporan diakses pada 14 Oktober 2016
dari http://badilag.net/rekap-perkara-diterima-dan-diputus.
6
Posuo merupakan tradisi masyarakat Buton yaitu pingitang untuk menandai masa peralihan dar
sebagaimana dalam kaidah fiqih menyebutkan bahwa:
العادة محكمة
Adat atau dalam istilah ushul fiqh disebut ‘urf yaitu (tradisi) adalah
itu terdapat unsur manfaat dan tidak ada unsur mudharat atau unsur
manfaatnya lebih besar dari unsur mudharatnya serta adat yang pada
37
Prof Muhammad Abu Zahrah, Ushul fiqih, (Jakarta :PT.Pustaka Firdaus, 2011) h.416
6
Dari segi objeknya ‘urf terbagi menjadi 2 yaitu „urf qauly yaitu kebiasaan berupa ucapan dan „u
Dari segi cakupannya, urf dibagi menjadi 2 yaitu „urf Aam (umum) dan
„urf Khas (khusus). Urf Aam (umum) yaitu kebiasaan yang telah di sepakati semua manusia di s
Dari aspek keabsahan penilaian baik dan buruknya, ‘urf terbagi menjadi 2 macam, yaitu „urf sah
yang wajib. Sedangkan ‘urf fasid yaitu apa yang saling dikenal orang, tapi
yang wajib.
b. Adat itu berlaku umum dan merata di kalangan orang-orang yang berada
c. Adat itu telah berlaku sebelum kasus yang akan ditetapkan hukumnya.
7
Kaidah ‘adah muhakkamah’ ini dalam praktisnya mengakui budaya lokal dan memberikan si
penuturan salah satu narasumber bahwa :
“Setelah adanya kesultanan Buton maka semua ritual dan kebiasaan masyarakat Buton baik d
dalam hukum Islam yang dalam hal ini merupakan adat kebiasaan
kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan di daerah tertentu, dalam hal ini
38
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, (Jakarta: Logos, 1996), h. 144
39
Wawancara Pribadi dengan H. ML. Raziluddin, Baubau, 04 Agustus 2016.
7
ritual merupakan tradisi khusus di Kesultanan Buton dan kemudian terus dilestarikan oleh m
dan sapuan asap dupa (phanimpa) pada peserta posuo.
orang tua kepada anaknya agar kelak menjadi peribadi yang baik dan
perempuan yang anggun dengan budi pekerti dan tingkah laku yang
40
Wawancara Pribadi dengan La Ode Aslan Azis, Baubau, 21 juli 2016.
7
Artinya : “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suritauladan yang baik bagimu, yait
Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam diri pembawa risalah Al- qur‟an sendiri yaitu Muha
ummat sebagaimana ritual posuo sebagai salah satu pembentuk karakter
bagi para remaja dalam mempersiapkan diri dan memotivasi diri menuju
PENUTUP
A. Kesimpulan
dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan akhir sebagai berikut :
1. Makna filosofis yang terkadung dalam ritual posuo adalah sebagai tanda bagi masa peralihan
tangga.
rasa penasaran pada gadis remaja bagaimana berada dalam suo (ruangan
untuk ritual posuo) nanti sehingga berusaha menjadi lebih baik dan layak
untuk diposuo agar bisa menjadi gadis dewasa yang siap berumah tangga,
dan hal ini sudah ditanamkan sejak kecil oleh orang tua khususnya ibu si
gadis agar gadis tersebut menjaga sikap dan tingkah laku sehingga ketika
73
7
Kekhususan perempuan sebagai peserta dalam ritual posuo ini adalah untuk mengumumkan tela
Ritual Posuo merupakan ritual yang sudah ada sejak sebelum masuknya
Hukum Islam dan merupakan tradisi yang relevan dengan hukum Islam
posuo ini diajarkan membentuk akhlak dan budi pekerti yang baik bagi
perempuan secara individu yang akan diwariskan kepada anak cucu kelak,
namun masih ada nilai-nilai ritual yang berlainan dengan syariat Islam
B. Saran
sebagai berikut :
7
Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk terus mempertahankan budaya dan kearifan lokal
Diharapkan kepada para akademisi agar melakukan kajian yang lebih mendalam lagi untuk men
Diharapkan kepada masyarakat Buton agar tetap menjaga dan terus melestarikan ritual posuo de
Buku
ix
Engku, Iskandar, Masalah Posuo Bagi Gadis-Gadis Remaja Sebagai Alat Pendidikan di Kabupaten
Fadlullah, Sayyid, Muhammad, Husain, Dunia Remaja : Tanya Jawab Seputar Pergaulan dan Probl
Fahimuddin, Mu’Min, Ed, Menafsir Ulang Sejarah dan Budaya Buton, Baubau : Penerbit respect, 2
Haroen Nasrun, Ushul Fiqh 1, Jakarta : Logos, 1996.
Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta : Tintamas, 1982.
J.Goode, William, Sosiologi Keluarga, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007. Koentjaraningrat, Kebuda
Lestari, Sri, Pisikologi Keluarga (Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga),Jaka
Lightvoet, A, Beschrijving en Geschi edenis van Boeton, dalam BKI, Vol. 26, s- Gravenhage, M
M. Thaib, Analisa Wanita dalam Bimbingan Islam,Surabaya : Al-Iklas,1987.
x
Tahido Yanggo, Huzaemah, Hukum Keluarga dalam Islam, Jakarta : Yayasan Masyarakat Ind
Thalib, Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta : UI-Press, 1986.
Yunus, Abdul Rahim, Posisi Tasawuf Dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan Buton Abad ke-
Zuhdi, Susanto dkk, Kerajaan Tradisional Sulawesi Tenggara : Kesultnan Buton,
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996.
Alifuddin, Muhammad, Signifikansi Upacara Siklus Posuo dalam Membangun Semesta Kepribadia
Razak, Yusniar, “Kedudukan Perempuan (Bhisa) dalam Tradisi Perkawinan Adat Buton”, Skripsi S
Undang-Undang Nomor 01 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
xi
DAFTAR NARASUMBER
Wa Ode Nuriati
Wa Emi
Dewi Asrifa
Total 10 orang
PEDOMAN WAWANCARA
posuo sekarang ?
Apakah dalam ritual posuo juga diajarkan tentang kehidupan berumah tangga ?
Mengapa gadis remaja dipilih menjadi peserta dalam ritual posuo ?
Tempat : kediamannya
Nama : Naasifa
Tempat : keidiamaannya
Tempat : keidiamaannya
Tempat : kediamannya
Tempat : kediamannya
Nama : Wa Emi
Tempat : kediamannya
Tempat : kediamannya
Status : Remaja