(Studi Kasus Desa Teluk Kecimbung, Kecamatan Bathin VIII, Sarolangun, Jambi)
SKRIPSI
Oleh
EDI SUDRAJAT
NIM : 1111044100017
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia
Hidayatullah Jakarta.
Edi Sudrajat
ABSTRAK
Metode yang digunakan dalam skripsi ini untuk memperoleh data-data dalam
penelitian kualitatif adalah penelitian lapangan (field research). Metode pengumpulan
data diperoleh dari wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Subjek dan
penelitannya adalah: segenap stap Kepala kelurahan, Lembaga Adat, Majelis Ulama,
dan Para Tokoh lainnya di Desa Tl. Kecimbung. Pedoman penulisan skripsi tahun
2012 yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Jakarta.
Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah di dalam hukum Islam setelah
akad nikah maka halal untuk berhubungan suami istri antar keduanya. Akan tetapi
dalam Islam juga ada ketentuan diperbolehkannya mengutamakan pencegahan suatu
perkara yang buruk daripada mengambil suatu perkara yang baik, Dalam adat
perkawinan Desa Tl. Kecimbung, ulur antar jawat termo itu sangat diperlukan,
karena dipandang memiliki banyak kebaikan dan kemaslahatan, salah satunya yaitu
adanya tunjuk aja tegu sapo atau nasehat perkawinan dari lembaga adat tuo tenganai
atau sesepuh agar kedua mempelai dapat membina rumah tangga yang sakinah,
mawaddah dan warohmah. Berdasarkan petimbangan diatas,dapat disimpulkan
bahwasanya adat larangan hubungan suami istri sebelum ulur antar jawat terimo di
Desa Tl. Kecimbung tidak bertentangan dengan hukum Islam demi sebuah keluarga
yang kita impikan dengan merujuk pada qoidah fiqih diatas.
Tiada kata yang pantas diucapkan dalam kesempatan ini selain persembahan
puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan pertolongan-Nya lah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta Keluarga dan para
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda
Bakri dan Ibunda Asnaiyah yang tiada lelah dan bosan memberikan motivasi,
bimbingan, kasih sayang serta do’a bagi putra bungsunya Semoga Allah SWT
Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis
hadapi, akan tetapi syukur Alhamdulillah berkat rahmat dari Allah SWT,
kesungguhan, serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung
maupun tidak langsung segala hambatan dapat diatasi, sehingga pada akhirnya skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
2. Bapak Dr. H. Abdul Halim, M. Ag., dan Bapak Arip Purkon, MA., selaku
Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga Islam
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada lingkungan Program
Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
dan Hukum serta Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
penyusun.
7. Do’a dan harapan penulis panjatkan teruntuk Kakak- kakak Evi Susanti,
skripsi.
8. Sahabat-sahabat dari Keluarga Besar Prodi Akhwal Syakhsyiah (KBPA).
Kambing dan Hafidz Karyo) yang telah memberikan semangat dan warna
kepada penulis.
10. Khusus untuk istriku tercinta Putri Robiah Adawiyah yang selalu menemani
dan memberi suport dalam suka dan duka pembuatan skripsi ini.
11. Serta berbagai pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan seluruhnya, semoga
amal baik mereka diterima Allah SWT dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Amin
kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga amal baik mereka dibalas oleh
Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa
Edi Sudrajat
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..............................................7
D. Reveiw Studi Terdahulu ...........................................................8
E. Metode Penelitian ...................................................................10
F. Sistematika Penelitian ............................................................14
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DALAM
HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT
A. Perkawinan Menurut Hukum Islam....................... .................16
B. Perkawinan Menurut Hukum Adat..........................................25
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................65
B. Saran-saran..............................................................................66
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk
seseorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
Ketuhanan Yang Maha Esa.2 Oleh karena itu perkawinan harus dipertahankan
1
Tihami, Sohari Sahrani, Fiqih Muhakahat, Ed.1, Cet-3, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 6
2
Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
1
2
kemungkinan perbedaan itu terjadi antara aturan adat dan aturan agama.
perkawinan. Walaupun agama Islam telah memberikan aturan yang tegas dan
jelas tentang perkawinan, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak yang
yang berlaku, terutama masyarakat yang tinggal di tanah Jawa. Mereka sangat
taat dan patuh terhadap hukum-hukum adat kejawen. Istilah “hukum adat”
“adat” ini sebenarnya berasal dari bahasa arab, yang berarti “kebiasaan”.4
Dalam kamus istilah fiqih “adat” adalah himpunan kaidah sosial dalam
3
Bushar, Muhammad, Asas-Asas Jukum Adat Suatu Pengantar, Cet-9, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 1994), h. 1
4
Bushar, Muhammad, Asas-asas hukum adat suatu pengantar, h. 3
3
Mengenai hukum adat tidak hanya di tanah Jawa yang masih kental
dan patuh akan adat yang berlaku di masyarakat. Mereka selalu mengikutinya
meskipun terkadang ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai menurut
5
Syafi’ah, M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah, Kamus Istilah Fiqih, Cet-3, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2002), h.3
6
Bushar, Muhammad, Asas-Asas Hukum Adat Suatu Pengantar, h. 8
7
Monografi Hukum Adat Daerah Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Dan Lampung, Buku II
(Bagian 3 Dan 4), Tim Monografi Hukum Adat Badan Pembinaan Hukum Nasinal, (Jakarta:
Departemen Kehakiman RI, I992), h. 32
4
aturan tertentu dalam hukum Adat yang membatasi atau bertolak belakang
Desa Tl. Kecimbung, bahwasanya menurut hukum adat, suami istri tidak
Antar, walaupun akad nikah sudah dilakukan. Ketentuan adat ini merupakan
perkawinan.8
adalah ulur yang berarti memberi dan antar berarti diantar, jadi ulur antar itu
adalah memberikan mempelai laki-laki yang mana diantar oleh para sanak
perempuan yang diterima oleh sanak saudara, nenek mamak atau sesepuh dari
mempelai wanita tersebut. jika di masyarakat Desa Tl. Kecimbung masih ada
8
Wawancara dengan Bapak Bakri, Tokoh Adat Desa Tl. Kecimbung, Kecamatan Bathin
VIII Kabupaten Sarolangun, Jambi, tanggal 22 February 2015
5
Apabila dilihat dari sudut pandang hukum Islam, tidak ada larangan
untuk melakukan hubungan suami istri apabila akad dalam pernikahan sudah
kita lakukan dan itu sah menurut syariat islam. Dalam hukum islam
Perkawinan Adat Jambi Menurut Hukum Islam (Studi Kasus Desa Tl.
9
Wawancara Baak Azwar, Toko Masyarakat Desa Tl. Kecimbung, Kecamatan Bathin VIII,
Kabupaten Sarolangun, Jambi, tanggal 25 February 2015
10
Ghozali, Abdul Rahman, ”Fiqh Munakahat”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010). Cet. 4, h. 8
11
Al-Anshary, Abu Yahya Zakariya “Fath Al-Wahab”, (Singapura: Sulaiman Mar’iy,t.t.) Juz
2, h. 30
6
1. Pembatasan Masalah
suami istri sebelum acara Ulur Antar. Yang di maksut ulur antar itu
mana diantar oleh sanak saudara, nenek mamak atau sesepuh dari pihak
laki-laki dan diterima oleh sanak saudara, nenek mamak atau sesepuh
Adat Jambi adalah salah satu adat istiadat yang berada di wilayah
Kabupaten Sarolangun-Jambi.
2. Rumusan Masalah
7
Kecimbung?
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara Akademis
8
b. Secara Praktis
Dari sekian banyak skripsi yang penyusun temukan, diantara penelitian yang
berikut.
sangat diterima oleh ajaran agama islam, karena islam sendiri menjunjung
Adat Jawa Dilihat Dari Sudut Pandang Islam” skripsi ini membahas tentang
proses peminangan adat jawa itu dinamakan dengan istilah ngebunebun esuk,
anjejawah sonten. Lamaran dapat dilakukan sendiri oleh orang tua laki-laki
secara lisan namun dianggap kurang tepat yang kemudian laki-laki tersebut
menulis dan mengirim surat lamaran kepada pihak perempuan di bawa oleh
seorang petugas yang dijadikan duta dan biasanya berasal dari kalangan
hasil perundingan dan keluarga si gadis yang di hadiri oleh si nenek atau
Pernikahan Suku Adat Atoni Dalam Perspektif Hukum Islam” (Studi Kasus
tidak sejalan dengan syar’i baik pada masyarakat Minang Kabau, masyarakat
penelitian yang dilakukan mereka dari segi larangan perkawinan dalam adat.
adat yang berlaku pada masyarakat adat minang, adat jawa dan adat
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk
yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal
12
Sarosa, Samiaji, Penelitian Kualitatif Dasa-Dasar, Cet-1 (Jakarta: Permata Puti Media,
2012), h. 3
11
suami istri sebelum Ulur Antar pada masyarakat Desa Tl. Kecimbung,
dalam tampilan data yang lebih bermakna dan lebih dapat di pahami
“hubungan suami istri sebelum Ulur Antar” pada masyarakat Desa Tl.
2. Pendekatan
atau jelasnya ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia baik dari segi
hayati maupun dari segi budaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
13
Sudjana, Nana, Tuntunan Penelitian Karya Ilmiah, Makalah-Skiripsi-Tesis-Disertasi, (
Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1999), h. 77
14
Hadikusuma, Hilman, Antropologi Hukum Indonesia, Cet-3, ( Bandung: P.T Alumni,
2010), h.1
12
kehidupannya bermasyarakat.15
yang menunjang data primer, dalam hal ini data sekunder diperoleh
sebagai berikut:
a. Observasi
15
Hadikusuma, Hilman, Antropologi Hukum Indonesia, h. 3
13
sebelumnya. 16
b. Wawancara
yang berupa data yang tidak tertulis. Yang menjadi informan dalam
Ulur Antar”.
c. Studi Kepustakaan
sumber lainnya.
16
Rahayu, Iin Tri, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, Ed-1, Cet-1, ( Malang:
Bayu Media Publishing, 2004 ), h. 1
17
Rahayu, Iin Tri, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, h. 63
14
dari kesimpulan atau fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat
dan menjadi kesimpulan umum, dalam hal ini melihat praktik larangan
F. Sistematika Penulisan
18
Sudjana, Nana, Tuntunan Penyusun Karya Ilmiah, Cet-7, ( Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2003), h. 7
19
Sutrisno, Hadi, Metodelogi Research, (Jakatra: P.T. Moyo Segoro Agung, 2007), h. 56
15
berikutnya.
Bab ketiga, Potret Desa Tl. Kecimbung yang terdiri atas kondisi
sebelum Ulur Antar, yang meliputi, Larangan hubungan suami istri sebelum
Ulur Antar dalam perspektif Hukum Islam dan Hukum Adat serta analisis
1. Pengertian
Kata nikah atau zawaj yang berasal dari bahasa Arab dilihat secara
ungkapan lain bermakna “aqad dan setubuh” yang secara syara’ berarti aqad
2. Akad yang ditetapkan Allah bagi seorang laki-laki atas diri seorang
keduanya.2119
Sedangkan menurut istilah syariat, nikah berarti akad antara pihak laki-laki
20
Abbas, Ahmad Sudirman, Pengantar Pernikahan, cet.I, (Jakarta: Prima Heza Lestari, 2006
), h.1.
21
Ghazaly, Abdrahman, Fiqh Munakahat, h. 7.
16
17
dan wali perempuan yang karenanya hubungan badan menjadi halal. Nikah
berarti akad dalam arti yang sebenarnya dan berarti hubungan badan dalam
Definisi nikah yang lain menurut pendapat para ulama adalah sebagai
berikut:
َالزََّّاجُ شَ ْسعاً َُُْ عَ ْق ٌد َّضَعََُ الّشَازِعُ لِيُفِ ْيدَ هِ ْلكَ اسْتِ ْوتَاعِ السَخُلِ تِا ْلوَ ْسأَجِ َّحِل
23
.ِستِ ْوتَاعِ الْوَ ْسأجِ تِالسَخُل
ْا
22
Ayyub, Syaikh Hasan, Fikih Keluarga, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h.3.
23
Al-zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, cet. Ke-3, (Beirut: dar al-fikr, 1989),
h.29.
24
Al-zuhaili, Abd. ar-Rahman, al-Fiqh „Ala al-Mazzahib al-Arba‟ah, cet. Ke-1, (Beirut: Dar
Al-Fikr, 2002), h.3.
25
Al-zuhaili, Abd. ar-Rahman, al-Fiqh „Ala al-Mazzahib al-Arba‟ah, h.4.
18
27
.ًزِّ ْيحً عَلَى هَ ٌْفَعَحً اَلِإسْتِ ْوتَاع
ْ َاَلٌِكَاذُ عَ ْق ٌد تِلَ ْفظٍ إِ ًْكَاذً أَ ّْ ت
Nikah adalah akad dengan lafazd nikah atau kawin untuk mendapatkan
manfaat bersenang-senang.
berjima‟ dengan lafadz inkah atau tazwij yaitu akad kepemilikan intifa‟ bukan
Damsyiqy mengartikan nikah adalah “suatu ibarat dari sebuah akad yang
1. Syari’at Nikah
26
Al-zuhaili, Abd. ar-Rahman, al-Fiqh „Ala al-Mazzahib al-Arba‟ah, h.5
27
Mutawally, Abdul Basit, Muhadharah al-Fiqh al-Muqaran, (Mesir: t.p, t.t), h.120.
28
Shihabuddin, Ahmad Ibn Ahmad Bin Salamah Qolyubi, Hasyiatani Qolyubi Wa Umairah,
Juz III, (Surabaya: PT. Irama Minasari, t.t), h.206.
29
Taqiyyudin, Abu Bakar Ibn Muhammad al-Damsyiqy, Kifayatul Akhyar Fi Hilli Ghoyatil
Ikhtishor, Juz II, (Semarang: Maktabah Toha Putra, t.t), h.36.
19
َِِضل
ْ َي ف
ْ ِى يَكُ ًُْْ ْْ فُقَسَاءَ يَ ْغٌَُِ ْن اهللُ ه
ْ ِي عِثَادِكُ ْن َّإِهَائِكُ ْن ا
ْ َِّأَ ًْكِحُ ْْا الْأَيوَىَ هِ ٌْكُ ْن َّالصَلِحِ ْييَ ه
)٢٣ :َّهللُ َّسِ ٌع عَلِ ْينَ (الٌْز
َّْإِىْ خِفْتُنْ أَّالَ تُ ْقسِطُْا فِى الْيَ َتوَى فَاًْكِحُْْا هَا طَابَ َلكُنْ هِيَ ال ٌِسَاءِ هَثٌَْى َّ ُثلَثَ َّزُتَعَۖ فَاءِىْ خِفْتُن
)٣ :ّال َتعُ ْْلُْْا (الٌساء
َ ّك أَدًَْى أ
َ ّآل َتعْ ِدلُْْا فََْحِدَجً أَ ّْ هَا َهَلكَتْ أَ ْيوَ ٌُكُنْ ۚ َذِل
َ َأ
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak
yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya”.(an-nisa’: 3)
20
ي
ْ َ َّه،ِصسِ َّأَحْصَيُ ِللْفَسْج
َ َ فَإًََُ أغَّضُ لِلث،ّْشسَ الّشَثَابِ هَيِ اسْ َتطَاعَ هٌِْكُنُ الثَاءَجَ فَليَتَزََّج
َ يَا َه ْع
30
.) فَإًََُِ لَ َُ ِّخَا ٌء (زّاٍ هسلن،ِل َن َيسْ َتطِ ْع َف َعلَيَِْ تِالصَْْم
Artinya: “Hai golongan pemuda, barang siapa di antara kamu telah sanggup
kawin, kawinlah, karena kawin itu lebih menundukkan mata dan lebih
memelihara faraj (kemaluan), dan barangsiapa tidak sanggup, hendaklah
berpuasa karena puasa itu dapat melemahkan syahwat (HR. Muslim)”.
ٍ فَوَيْ زَغِةَ عَيْ سٌَُتِى َفلَيْسَ هٌِِى (زّا،َطسُ َّأَ َتزََّجُ ال ٌِسَاء
ِ َّأَصُْْمُ َّأُ ْف،ُصلِى َّأًََام
َ ُي اًََا أ
َ َِلك
31
.)هسلن
2. Hukum Nikah
1. Mubah: merupakan asal hukum dari perkawinan, sesuai dengan firman Allah
Q.S. an-Nur: 32. Dalam hal ini hukum nikah mungkin akan menjadi wajib,
makruh ataupun haram, sesuai dengan keadaan orang yang akan kawin.32
2. Sunnah: Sekiranya seseorang telah mampu membiayai rumah tangga dan ada
30
An-Naisaburi, Imam Abi Husain Muslim Ibn Hujaz al-Qusyairi, Shahih Muslim, (Beirut:
Dar al-Kutub al-Arabi, 1425 H/2004M), h.557.
31
An-Naisabur, Imam Abi Husain Muslim Ibn Hujaz al-Qusyairi, Shahih Muslim , h.558.
32
Kamal, Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1974), h.23.
21
baginya menikah.
zina, maka baginya diwajibkan nikah. Sebab, menjaga diri jatuh ke dalam
diperkirakan tidak dapat memenuhi nafkah lahir dan batin (impoten), haram
5. Makruh: Orang yang tidak dapt memenuhi nafkah lahir batin, tetapi tidak
sampai menyusahkan wanita itu, kalau dia orang berada dan kebutuhan
biologis pun tidak begitu menjadi tuntutan, maka terhadap orang itu
3. Perinsip-Perinsip Perkawinan
33
Hasan, M. Ali, “Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam”, (Jakarta: Prenada Media,
2003), h.7-10.
22
Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan dan KHI tahun 1991
Suami dan istri saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat
dan material.
Artinya, jika suami tidak mampu berlaku adil terhadap hak-hak istri bila
4) Asas calon suami dan istri telah matang jiwa raganya dapat melangsungkan
keturunan yang baik dan sehat, sehingga tidak berpikir kepada perceraian.
6) Asas keseimbangan hak dan kewajiban antara suami istri, baik dalam
34
Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.7-8.
23
Rukun dan syarat dalam Islam merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, karena dalam setiap aktifitas
ibadah di dalamnya pasti ada rukun dan syarat. Syarat itu merupakan cara
rukun merupakan suatu hal yang harus ada atau dipenuhi pada saat perbuatan
1) Rukun nikah
a. Calon suami
b. Calon istri
c. Wali nikah
1. Beragama islam
3. orangnya diketahui
4. calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon istri
5. calon mempelai laki-laki tahu/kenal dengan calon istri serta tahu betul
5. wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih masa iddah.
6. tidak dipaksa/ikhtiyar
1. Laki-laki
2. Muslim
3. Baligh
4. Berakal
2. Muslim
3. Baligh
25
4. Berakal
5. Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak dalam keadaan haji
atau umrah.
6. Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri paling kurang empat orang
yaitu calon mempelai pria atau wakilnya, wali dari calon mempelai
1. Arti Perkawinan
36
Hasan, M. Ali, “Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam”, h.57-58.
26
yang ada dan setiap percerayan harus melewati hukum atau peraturan
yang ada untuk menyelesaikan perkara kedua belah pihak, dan adapun
mas kawin maka kita harus memenuhi perkara untuk lembaga seperti
uang resepsi pernikahan. Dan adapun yang dimaksud dengan adat naik
hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja tetapi juga
saja hanya merupakan suatu peristiwa penting bagi mereka yang masih
hidup saja akan tetapi termasuk juga merupakan peristiwa yang sangat
arwah para leluhur dari kedua belah pihak. Dari para arwah leluhur ini
kekeluargaan)
37
Setiady, Tolib, Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan),
(Bandung: Alfabeta, 2003), Cet Ketiga, h. 225
28
3. Sistem Perkawinan
a. Sistem Endogamie
38
Setiady, Tolib, Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan), h.
229
29
ada hanya Suku Toraja saja, tetapi inipun sudah mulai berubah lagi
kekeluargaan parental.
b. Sistem Eksogamie
eleutherogamie.
c. Sistem Eleutherogamie
39
Setiady, Tolib, Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan), h.
256
BAB III
SAROLANGUN, JAMBI
A. Letak Geografis
dengan Desa Pusar Kling (Lubuk Resam), dari sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Buluh Janta Sebatang (Sebakul), dan adapun dari sebelah
wilayah Desa TL. Kecimbung adalah 2.800 ha2. Yang mana di dalamnya
Table. I
Nama Pejabat Dilingkungan
Kantor Desa TL. Kecimbung Tahun 2015
Kec. Bathin VIII, Sarolangun, Jambi
31
32
16 Khairul RT 07
17 Suripto RT 08
B. Jumlah Penduduk
jiwa dengan rincian pria 750 jiwa dan wanita 797 jiwa.39
Table. II
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Desa Tl. Kecimbung
No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
1 Laki-Laki 750 jiwa
2 Perempuan 797 jiwa
Jumlah 1.547 jiwa
C. Keadaan Sosial
sekolah negeri dan swasta di Desa TL. Kecimbung Tahun 2015 adalah:
Table. III
Tingkat Pendidikan Penduduk
No Jenjang Pendidikan Jumlah Sekolah Jumlah
Siswa/i
1 Taman Kanak-Kanak 2 34 Orang
2 Sekolah Dasar 2 177 Orang
3 Sekolah Madrasah Ibtidaiyah 2 169 Orang
4 Pondok Pesantren 2 60 Orang
Jumlah 8 443 Orang
39
Sumber: Kantor Desa Tl. Kecimbung, Badan Pusat Statistic Desa Tl. Kecimbung
Dalam Angka 2015.
33
2. Mata Pencaharian
2015 yaitu sebesar 150 ton/Bulan. Dengan luas sadapan sebesar 500
bulan tahun 2015 yaitu sebesar 130 ton/ha. Dengan luas panen sebesar
Kelapa Sawit dari tahun 2014 dibandingkan pada tahun 2015 menurun
3. Keagamaan
40
Sumber: Kantor Desa Tl. Kecimbung, Badan Pusat Statistic Desa Tl. kecimbung,
Dalam Angka 2015.
34
Table. IV
Jumlah Rumah Ibadah
NO MASJID MUSHOLA
1 4 Buah 5 Buah
Adat yang ada pada Desa Tl. Kecimbung “Pegang Pakai Beda”
Adat batin adalah yaitu adat yang tumbuh di daerah Jambi itu
1. Pengertian
Ulur Antar adalah terdiri dari dua suku kata yaitu Ulur dan Antar
yang mana ulur berarti melepaskan dan antar berarti mengantar, dan
saudara, nenek mamak, tuo tenganai atau sesepuh dari pihak mempelai
35
laki-laki dan diterima oleh sanak saudara nenek mamak, tuo tanganai
sendirinya tidak merupakan materi atau sebagainya, akan tetapi dia tidak
akan diakui oleh sanak saudara, nenek mamak, tuo tanganai atau sesepuh
tuo tanganai atau sesepuh tidak mau untuk mengetahui segala apapun
seorang dalam pandangan sanak saudara nenek mamak tuo tanganai atau
perempuan yang mana diterima oleh sanak saudara nenek mamak atau
sesepuh dari pihak perempuan, dan semendo itu ada tiga katagori yaitu;
pada tahun pertama apa saja gawe (pekerjaan) mertua maka anak menantu
anak menantu mulai untuk berusaha sendiri, yang mana usahanya masih
anak burung yang baru belajar terbang (terbang labuh) dan mulai belajar
menantunya, tegur sapa karna adat mengatakan, terhadap anak buah atau
41
Zen, H. Ismail, Kitab Undang-undang Hukum Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah
Tahun, (Sarolangun Bangko, Tahun 1986), h.44.
38
harus mengikuti segala aturan yang ada dalam suku dari mempelai
perempuan seperti nenek mamak tuo tenganai atau sesepuh dari pihak
perempuan.
mempelai perempuan maka orang ini harus mengikuti segala aturan yang
2. Semendo surut
semendo surut ini jarang terjadi, oleh sebab itu dalam hal semendo surut
ini oleh suku kedua belah pihak sebelum ingin menikah harus menerima
rundingan anak kita ini akan terlaksana. anak perempuan akan dibawa
semendo surut, pada umumnya orang meminta semendo surut ini karena
anak laki-laki itu yang akan turun atau meninggalkan rumah dan
perempuan itu akan tetap dirumah tersebut. Dan pada proses ulur
pihak.
atau sesepuh dari kedua belah pihak agar mereka berdua mengetahui
lembaga adat44
42
Zen, H. Ismail, Kitab Undang-undang Hukum Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah
Tahun, (Sarolangun Bangko, Tahun 1986), h.45.
43
Wawancara Ketua Lembaga Adat Desa Tl. kecimbung, Bapak Nasrun,
Tanggal 03 September 2015. Jam 20. 00.
44
Wawancara Pemangku adat Desa Tl. kecimbung, Bapak abdul mutholib, Tanggal 02
Septembar 2015, Jam 10.30.
40
diperintah atau dikehendaki oleh adat ialah semendo nenek mamak yaitu
apabila kita menjadi semendo dirumah itu maka orang itu harus
perbuatannya dan apabiala orang itu sebagai orang yang cerdik dapat
itu seorang yang disegani dan ditakuti, maka iya harus menjadi pagar
bagi rumah dan sukunya, dan apabila orang itu seorang yang berilmu
maka iya harus nenjadi tempat orang belajar darinya, dengan falsapah
Kok cerdik kanti barunding, beremeh panabing malu, Kok debalang pemaga
suku, alim duduk mengaja, duduk menambah bilang, tegag menembah larik.
menambah barisan)
41
keluarga itu baik-baik saja dan selalu terlihat tenang dan tentram, akan
yaitu dimana dia hinggap disanalah dia bertelur dan apabila telurnya
sudah menetas dia terbang entah kmana, dalam arti setelah menikah
dia tidak pernah mengurusi atau merawat anak dan istrinya tidak
istrinya.
arti tidak ada kemauan untuk membina rumah tangga sendiri dan
yaitu disaat melihat ada perempuan yang lebih cantik dari istrinya
sudah memiliki istri dan anak. Yang mana di dalam adat dikatakan
42
dimano ado ayam batino awak bakukuk, hari petang balik kekandang
yaitu tidak pernah menjalin hubungan antar sesama warga apabila ada
yaitu tidak mengetahi mana yang kecil dan mana yang besar, tidak
3. Macam-Macam Adat
45
Zen, H. Ismail, Kitab Undang-undang Hukum Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah
Tahun, (Sarolangun Bangko, Tahun 1986), h.45.
43
yang teradat ini tidak disalahkan kepada seseorang atau golongan yang
tidak melaksanakannya.
memisahkan yang mana adat istiadat , adat yang diadatkan dan yang
mana pula yang dinamakan adat yang teradat, sehingga ketelitian dalam
oleh nenek mamak pemangku adat, dan apabila ada persetujuan antar
bentuk nilai atau jumlah yang sudah ditentukan oleh adat maka tidaklah
tangguhkan tetap saja akan menjadi hutang kita, kemudian apabila kita
Yang masuk katagori adat yang diadatkan maka setiap yang ingin
pihak, dan apabila adat yang diadatkan ini dilanggar tetap salah
c. Adat istiadat
Tengah, istiadat asal katanya terdiri dari dua suku kata yaitu berasal dari
kata setia dan kedua dari suku kata adat yang dijadikan satu kalimat
telah dipakai dari nenek moyang kita terdahulu dan kita setia pula untuk
usang, yang diwarisi dijawat dari nan tuo sebab khalifah dijunjung dari
Nabi, batiti tereh, batanggo batu, bacermin gedang nan dak kabua,
lantak yang idak goyah, idak lapuk dek hujan idak lekang dek paneh,
kato benar kato mupakat, diasak layu dianggua mati, salah berhutang,
Yang disebut adat sebenarnya adat adalah yang tidak lapuk keno
syara‟.
46
a. Pemangku adat
Pemangku adat adalah tokoh adat yaitu orang yang diemban dan
b. Pegawai syara‟
c. Tanganai
menjadi 2:
isteri.
suami.
d. Tuo tanganai
kampung/dusun/desa/kekelurahan.
46
Zen, H. Ismail, Kitab Undang-undang Hukum Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah
Tahun, (Sarolangun Bangko, Tahun 1986), h.10.
47
e. Nenek mamak
47
Himpunan Materi (Pembekalan Adat Istiadat Melayu Jambi Bagi Para Ketua Lembaga
Adat Kecamatan Dan Para Pengurus Lembaga Adat/Kota Dalam Provinsi Jambi, Angkat Ke-2-VI
Dan VII Tanggal 15 Sampai 19 Desember 2006, Lembaga Adat Melayu Jambi Provinsi Jambi
2006, h. 4
BAB IV
1. Melepik paletak
45
Urayan prosesi tahapan-tahapan merujuk pada, Buku Adat Perkawinan (Dalam Kajian
Adat), (Sarolangun: Tahun 1983) h.40..
48
49
2. Mengampung tanganai
Yang dimaksud dengan mengampung tanganai adalah
mengumpul sanak saudara nenek mamak tuo tenganai baik yang dekat
maupun jauh atau sesepuh beserta masyarakat umum untuk berkumpul
dirumah mempelai wanita dalam rangka memberitahukan kepda nenk
mamak tuo tenganai atau sesepuh maupun masyrakat umum
bahwasanya anak perempuannya sudah ada yang melepik peletak atau
meminang. Kemudian menentukan hari dan waktu yang baik untuk
melaksanakan hari pernikahan. Dalam adat Desa Tl. Kecimbung
mengampung tenganai berbunyi sebagai berikut.
a. Kata-kata ahli rumah (baik dari perbu wali atau perbu siso)
“Assalamu’alaikum wr.wb
46
Mutholib Abdul, Buku Adat Perkawinan (dalam kajian adat), (sarolangun: tahun
1983),h,1.
52
kurang siang rumput tumbuh, kok senak ayik nak kami kimak
kehulu kok keruh ayik nak kami kimak ke muaro, kok naik gunung
arang kami nak itam tapak, kok nyuruk gunung kapuk kami nak
putih kuduk, kami dak nak dengar cakap bae, sebap manusio
bapaling kato, naraco bapaling lidah, sebab kelak kamiko maro
takicuh tempat yang terang tabudi tempat yang nyato, sebab orang
hidup takut di budi, orang mati takut di hantu. Di ulak dengan
sepetang di anjur dengan sepagi, diantar sepangkal jalan di anjur
sepangkal titin, bak kato orangtu titin biaso lapuk janji biaso
mungkin itulah kehendak kami. Setelah ini paliman dikeluarkan.
47
Mutholib, Abdul, Buku Adat Perkawinan (dalam kajian adat), (sarolangun: tahun
1983),h,2.
55
3. Hari lek
Yang dimaksud dengan hari lek yaiutu adalah hari yang mana
sering disebut resepsi pernikahan. Biasanya akad dan resepsi di Desa
Tl. Kecimbung itu berseling satu minggu, akad pernikahan dilakukan
biasanya pada saat mengampung tanganai kadang ada juga akad dan
resepsi itu berseling satu malam. Misalnya malm ni melakukan akad
pernikahan kemudian keesokan harinya mengadakan resepsi atau
walimatul urs.
yang baik akan tetapi tidak mengaju pada pemuka adat suku tanganai
dan masyarakat maka dia tidak akan mendapat bantuan sedikitpun dari
masyarakat yang ada48.
Ulur antar jawat tarimo dalam adat Desa Tl. Kecimbung yakni
merupakan sebuah tingkatan terakhir dalam melakukan perkawinan,
biasanya ulur antar jawat tarimo di Desa Tl. Kecimbung dilakukan
sehari sampai dua hari bahkan satu minggu sesudah hari lek atau
resepsi pernikahan akan tetapi ada juga yang mengadakan ulur antar
jawat tarimo itu malam sehabis resepsi pernikahan, biasanya yang
seperti itu terbentur dengan waktu yang tidak memadai. Adapun yang
dimaksut dengan ulur antar jawat terimo itu adalah melepas mempelai
laki-laki yang mana diantar oleh nenek mamak suku tanganai atau
sesepuh dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan, yang mana dia
akan menjadi orang semendo dirumah pihak perempuan.
48
Wawancara Dengan Bapak Nasrun, Ketua Lembaga Adat Desa Tl. Kecimbung,
kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun, Jambi, tanggal 03 September 2015. Pukul 18,27
wib.
57
Assalamu’alaikum wrb.
bendul yang mano kami ni dari sebelah... (baik dari ilie atau dari
mudik tergantung tempat tinggal mempelai laki-laki) datang kerumah
bertuah ini mengulu menganta anak ponakan kamini bak kato orang
tu: “kalau orang hidup kami anta kerumah tanggo, kalo orang mati
kami anta ketanah layua, karno disinah nampaknyo jangkanyo
tatambat, disini pulak nampaknyo perajonyo bertemu, peruntungnyo
bertepatan, disini pulak nampaknyo kasihnyo bajumpo, sayangnyo
bajumpak, kasih di teluk rampan tetambat, kasih batang tanawan
tumbuh, kasih ayik napal menganjur”.
pesuk-pesuk, peti kami dak bakunci, bilik kami dak bagaliwang, tetapi
supayo nak senang dalam hati kamiko, nak sunyi dalam kiro-kiro,
kami ko nak numpang batanyo pado iko, kurang sisik tuneh menjadi,
abai-abai nyari ulah, sio-sio utang tumbuh, ulu iko ko ulu apa
namonyo.
kanti barunding, Cuma iluk jugo disebut buruk, disebut baik tibo,
andai kato tumbuh sawan gilo pening pitamnyo, tajam tanduk gedang
kelaso, geli pipi kencang kelawan, kalu telok di semangkuk liamau,
limau di iko tulah, tumbuh tajam tanduk dak telo di iko mepeh,
ghedang kelaso dak telo iko ngimpit, geli pipi dak telok iko ngusuk,
kencang klawan dak telok iko ngendur, kok kami jauh layang dengan
surat, kok dekat layang dengan kato, biar selapik seketidur sebantal
segalang ulu, kalo mimpi tidak di peragokan manolah kami tau, sebab
kamiko nak baruleh kami nak panjang, bakampuh kami nak liba, kami
nak barulih panjang putus, bakampuh liba cabik, apo sebab pesan
kami macam ni ka iko ko, sebab anak ponakan kamiko, kecik samudo
alif, gedang semerah abang kuku, setempap taro dari lapik, sekilan
taro dari tanah, umur blum sampai setahun jagung, darah belum
sampai setampuk pinang, akal belum sampai melitik tunjuk.
terimo49.
perbuatan yang dilarang dalam adat Desa Tl. Kecimbung walaupun akad
nikah sudah dilakukan. Akan tetapi, kita ini terlahir dalam agama Islam.
Tentu, menganut hukum Islam yang berlaku. Dalam hukum islam yang
antaranya adalah :
َالزَّوَاجُ شَ ْرعاً هُوَ عَ ْق ٌد وَضَعَهُ الّشَارِعُ لِيُفِ ْيدَ مِ ْلكَ اسْتِ ْمتَاعِ الرَجُلِ بِا ْلمَ ْرأَةِ وَحِل
50
.ِستِ ْمتَاعِ الْمَ ْرأةِ بِالرَجُل
ْا
maksud dari perkawinan tak lain yaitu kebolehan hukum dalam hubungan
49
Mutholib, Abdul, Buku Adat Perkawinan (dalam kajian adat), (sarolangun: tahun
1983),h,4.
50
Wahbah al-zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, cet. Ke-3, (Beirut: dar al-fikr, 1989),
h.29.
62
عَـقْـدٌ يُفِـيْـدُ حًـلً الِـعَـشْرَةٍ بَ ْينَ الـرِ جَـلِ وَالْـمَـرْأَةِ وَتَـعَـاوَنَـهُـمَا وَيُحَـدُ مَا لِـكَ ْيـهُمَا
ٍن وَاجِـبَات
ْ ِمِـنْ حُـقُـىْقٍ وَمَا عَـلَـيْـهِ م
kerusakan.
63
nash baik al-quran dan hadis tidak ditemukan satupun dalil yang melarang
untuk melakukan hubungan suami istri setelah akad nikah telah terlaksana.
digunakan adat Jambi baik adat batin maupun penghulu “adat besandi
Hal ini merupakan kesenjangan yang terjadi antara adat dan hukum Islam,
Dalam hal ini disampaikan oleh pemuka agama (imam) Desa Teluk
akan adanya adat yang tidak bersendi dengan syara, bagai mana bisa yang
sudah sah kita larang sedangkan yang belum kita acuhkan. Dia juga
51
Ghozali, Abdul Rahman, Fiqih Munaqahat, h. 24
64
menambahkan, “bagai mana bisa buang air kecil kita cuci sedangkan
Dalam Hukum Adat ada adat yang diadatkan, adat yang teradat,
adat istiadat dan adat yang sebenarnya adat, telah dipaparkan pada bab
sebelumnya. Larangan hubungan suami istri sebelum ulur antar ini, bagi
penyusun bukan merupakan adat yang sebenarnya adat, akan tetapi adat
yang semacam ini adalah adat yang diadatkan. Sebab adat yang
sebenarnya adat adalah adat yang sesuai dengan syara’ Apabila larangan
hubungan suami istri sebelum ulur antar merupakan adat yang sebenarnya
adat sudah barang tentu hubungan ini sudah diperbolehkan. Ulur antar
jawat tarimo semacam ini merupakan adat yang diadatkan. Yang mana
52
Wawancara Imam, Tokoh agama Desa Tl. Kecimbung Bapak Rifai’, Tanggal
02 September 2015, Jam 10.33 Wib
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
suami istri sebelum ulur antar jawat terimo walaupun akad nikah sudah
sah menurut Syariat Islam yang terlaksana di Desa Tl. kecimbung serta
sebagai berikut:
ح
ْ ِن جَ ْلبِ الْمَصَال
ْ ِدَ ْرءُ الْمَفَاسِ ْد أَ ْولَى م
dilakukan ulur antar jawat terimo, dilarang bagi kedua mempelai untuk
Alasan adat melarang hubungan semacam tersebut, karena ada adat yang
kemudian hari.
65
66
dan kemaslahatan, salah satunya yaitu adanya tunjuk aja tegu sapo atau
nasehat perkawinan dari lembaga adat tuo tenganai nenek mamak atau
sesepuh agar kedua mempelai dapat membina rumah tangga yang baik,
tentram dan sejahtera. Karena setiap orang yang mendirikan rumah tangga
adat larangan hubungan suami istri sebelum ulur antar jawat terimo di
lingkungan adat dimaksud, serta didasarkan pada qaidah fiqh di atas. Akan
tetapi, larangan secara adat ini, tidaklah berimplikasi pada larangan secara
B. Saran-saran
dan syariat bisa berjalan bersama dan tidak terjadi tumpang tindih
perkawinan baik dalam hukum Islam, hukum Adat dan hukum dat
menurut hukum islam, hukum adat dan hukum adat yang diadatkan.
68
PEDOMAN WAWANCARA
hubungan suami istri sebelum ulur antar jawat terimo walaupun akad nikah sudah
dilakukan?
3. Bagaimana perspektif atau pandangan hukum adat mengenai larangan hubungan suami
4. Apa alasan hukum adat tikak membolehkan hubungan suami istri sebelum ulur antar?
5. Apa wujud hukuman yang diberikan hukum adat bagi yang tetap melakukan hubungan
7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa hukum Islam tidak melarang hubungan suami istri
8. Sudah adakah penyuluhan atau seminar tentang perkawinan dari Pengadilan Agama