Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1441 H/ 2020
DAMPAK PERKAWINAN USIA DINI TERHADAP KESEJAHTERAAN
KELUARGA (STUDI KASUS DI KECAMATAN KEMBANGAN JAKARTA
BARAT)
Skripsi
Syarat Memperoleh
Oleh:
Pembimbing:
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1441 H/ 2020
i
ii
iii
ABSTRAK
Habibi Ahmad Dalili. NIM 11140440000065. Dampak Perkawinan Usia
Dini Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat). Skripsi Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum.
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/ 2020 M. ( 62
halaman) dan lampiran (33 halaman)
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perkawinan
usia dini dan juga dampak dari perkawinan usia dini terhadap kesejahteraan keluarga
di Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Dalam penulisan skripsi ini, penulis
mewawancarai 6 pelaku perkawinan dini di Kecamatan Kembangan,dan orang tua
dari pelaku perkawinan dini tersebut. Dan juga Kepala KUA Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat
Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif yaitu lapangan
(Field Research) untuk mendapatkan informasi yang akurat dalam objek penelitian
ini. Pendekatan dalam penelitian ini normatif empiris yaitu penggabungan antara
pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris.
Metode pendekatan normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum
normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang
terjadi dalam suatu masyarakat dan menghasil data deskriptif analisis
Perkawinan dini yang terjadi di Kecamatan Kembangan disebabkan karena
empat faktor yaitu: yang pertama, faktor hamil di luar kawin, faktor agama, ekonomi
dan kebiasaan. Kawin dini karena hamil di luar kawin menjadi faktor paling dominan
yang penulis temui di Kembangan. Yang kedua faktor agama, yang mana perkawinan
dini merupakan perwujudan dari menjalankan perintah Allah dan juga sebagai bentuk
menghindari perzinaan di kalangan remaja. Ketiga faktor ekonomi yang mana dengan
melakukan kawin dalam usia dini dapat mengurangi beban keluarga. Yang keempat
adalah kebiasaan keluarga. Dimana orang tua, paman juga melakukan kawin muda.
Yang mana sudah menjadi tradisi bagi keluarganya untuk kawin dalam usia dini.
Perkawinan dini di Kecamatan Kembangan menimbulkan beberapa dampak
diantaranya adalah: dampak positif dan dampak negatif. Adapun dampak positifnya
adalah dapat menghindari remaja tersebut dari perbuatan zina dan dapat mengurangi
beban ekonomi keluarga, karena kondisi ekonomi orang tuanya susah, jadi dengan
kawin dini bisa mengurangi beban keluarga. Adapun dampak negatif dari perkawinan
dini adalah mengalami kesulitan ekonomi keluarga yang disebabkan karena mayoritas
pelaku kawin dini belum memiliki pekerjaan tetap, sehingga tidak dapat memnuhi
kebutuhan keluarga. Juga sering terjadinya perselisihan yang berujung pertengakaran
antara suami dan isteri. Selain itu juga berdampak terhadap pendidikan anak.
Kata kunci : Perkawinan usia dini, faktor kawin dini, dampak kawin dini
Pembimbing : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag.
Daftar Pustaka : 1967-2020
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada umat manusia di muka bumi ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia yang membawa risalah kebenaran
yakni baginda Nabi besar Muhammad SAW, keluarga serta para sahabatnya yang
mulia yang merupakan panutan bagi seluruh umat manusia di dunia.
Skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa adanya bantuan bimbingan. arahan,
dukungan. dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
Wakil Dekan I. II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Dr. Mesraini, M.Ag. Ketua Program Studi Hukum Keluarga UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ahmad Chairul Hadi, M.A. Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Syahrul A’dam, M.Ag. Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan akademik, memberikan
motivasi, dan memberikan masukan-masukan dalam penyususnan skripsi ini dari
awal hingga akhirnya dapat terselesaikan.
5. Dr. Hj Azizah, M.A, dosen penasehat akademik yang telah memberikan arahan-
arahan semasa studi.
6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama masa perkuliahaan yang tidak bisa penulis sebut semuanya tanpa
mengurangi rasa hormat penulis.
7. Seluruh staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis serta memfasilitasi
guna menyelesaikan skripsi ini.
8. Yang teristimewa yaitu orang tua penulis, khususnya untuk Bapak Ahmad Dalili
dan Ibu Umu Habibah HN. serta adik-adik tersayang Fitriah Putri Ahmad Dalili,
Farhan Ahmad Dalili, Aisah, juga seluruh keluarga saya tercinta yang banyak
memberikan motivasi dan dorongan, serta bantuan baik secara moral maupun
spiritual.
v
9. Teman-teman seperjuangan penulis, Rizky Monica, Rere Nurriza, S.H., Mauriska
Chairani Agza, S.H., Faizuluddin, Harfina Duata, S.H.,Fajri Ilhami, S.H., Fahmi
Kurniawan, S.H., Mus’ab Khomaini, Ahmad Rifa’i, Munandar, Rizal Ahmad
Syaputra, Choirullah Syawaluddin, S.I.Kom., Haidar Ghazali, Saefuddin
Zuhri,S.Kom., Ahmad Faiz Zindan Balliyan, S.IP., yang telah bersedia
memberikan waktu untuk sharing dan membantu memperkaya skripsi yang
penulis buat.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa Hukum Keluarga angkatan 2014, yang telah
menemani penulis dalam menempuh pendidikan di Program Studi Hukum
Keluarga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
semoga Allah SWT membalasnya. Aamiin.
Penulis menyadari perlu adanya perbaikan dalam skripsi ini. maka dari itu kritik
dan saran yang datang dari para pembaca akan penulis perhatikan dengan baik.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya khususnya untuk mahasiswa/i
Fakultas Syariah dan Hukum.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. ii
LEMBARAN PENGESAHAN UJIAN……………………………………...iii
ABSTRAK .........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 5
E. Studi Review Terdahulu ......................................................... 7
F. Metode Penelitian ................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 10
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PERKAWINAN USIA
DINI TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA
A. Perkawinan Dalam Islam
1. Pengertian Perkawinan .................................................... 13
2. Dasar Hukum Perkawinan ............................................... 14
3. Hukum Perkawinan…………….……………………….14
4. Syarat dan Rukun Pernikahan ......................................... 15
B. Dasar Hukum Perkawinan Dalam Hukum Positif
1. Undang Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974………..17
2. Kompilasi Hukum Islam………………………………...19
3. Asas-Asas Perkawinan…………………………………..20
C. Perkawinan Usia Dini
1. Perkawinan Dini Dalam Hukum Indonesia………….….21
2. Perkawinan Dini Dalam Hukum Islam……………….…22
vii
3. Faktor-Faktor Perkawinan Usia Dini…………………...24
4. Dampak Perkawinan Dini………………………………26
D. Menciptakan Rumah Tangga Sejahtera………………...….29
KEMBANGAN
A. Temuan Penelitian
1. Faktor Penyebab Perkawinan Dini…………….…….…42
2. Dampak Perkawinan Dini……………………………….….47
B. Pembahasan Penelitian
1. Faktor Penyebab Perkawinan Dini……………………..53
2. Dampak Perkawinan Dini…………………...…………55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………60
B. Saran-saran…………………………………………………61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia hidup di dunia tidaklah sendirian, melainkan berdampingan
dengan manusia lain. Ini dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan. Akibat manusia yang saling
berhubungan tersebut, manusia memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya. Islam
mengatur manusia dalam hidup berjodoh – jodohan itu melalui perkawinan yang
ketentuannya dirumuskan dalam wujud aturan-aturan yang disebut hukum
perkawinan. Perkawinan itu adalah salah satu cara yang telah ditetapkan oleh Allah
untuk memperoleh anak dan memperbanyak keturunan serta melangsungkan
kehidupan manusia.1
Perkawinan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia yang paling utama dalam pergaulan didalam masyarakat, perkawinan juga
untuk mengatur kehidupan serta keturunan agar terjadinya suatu ikatan antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai pasangan suami istri untuk hidup
bersama dengan tujuan untuk membentuk keluarga dalam berumah tangga,
perkawinan merupakan sunah rasul yang amat mulia yang dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk yang paling mulia diantara yang lainnya yang diciptakan oleh Allah
SWT.
Sebelum datangnya Islam, posisi perempuan sungguh dalam keadaan yang
tidak terhormat, bahkan dalam batas tertentu tidak dianggap sebagai manusia. Begitu
pula dalam perkawinan, perempuan dijadikan layaknya barang yang dapat
dipertukarkan, tanpa adanya ikatan yang jelas, salah satu keberhasilan Islam untuk
mengangkat harkat dan martabat perempuan adalah ketika dalam melaksanakan
1
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah,( Surabaya : PT Bina Ilmu, 1995) h. 42
1
2
perkawinan harus dilakukan dengan akad yang jelas, adanya mahar sebagai
penghormatan kepada perempuan, dan harus disertai dengan wali.2
Dalam ajaran agama Islam memandang perkawinan itu suatu nilai keagamaan
sebagai wujud ibadah kepada Allah dan Sunah Nabi yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan Hadis. Sehingga unsur ibadah dalam perkawinan yang berarti ingin
menyempurnakan sebagian dari agama dan menumbuhkan nilai kemanusiaan serta
rasa kasih sayangnya terhadap manusia lainnya3.
Menurut doktrin hukum Islam klasik, perkawinan dianggap sah dan terjadi
dengan adanya ijab (menyerahkan) yang diucapkan oleh wali dari pihak calon istri
dan adanya qabul (menerima) yang diucapkan oleh pihak laki-laki dengan dihadiri
saksi dua orang atau satu orang Muslim laki-laki dan dua orang Muslim perempuan,
dan adanya mahar. Unsur-unsur teresebut dinamakan dengan rukun perkawinan, dan
setiap rukun dari perkawinan terdapat syarat-syarat yang harus terpenuhi. Syarat bagi
rukun adanya ijab qabul adalah, diantaranya, bahwa ijab dan qabul harus dengan
kalimat yang jelas, selaras, dan berkesinambungan. Wali yang mengucapkan ijab
juga harus memenuhi syarat, seperti, persamaan agama. Begitu juga halnya dengan
saksi.4
Perkawinan adalah suatu hal yang sangat sakral, baik menurut ajaran agama
Islam maupun kedudukannya dalan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah
perbuatan hukum yang membawa pengaruh sangat besar dan mendalam bagi orang
yang melakukannya maupun bagi masyarakat dan Negara. Sehingga pengertian luas
dari perkawinan adalah ikatan lahir batin dan tanggung jawab yang berkelanjutan,
2
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,(Jakarta, Sinar Grafika:2013). h.228
3
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang perkawinan, ( Jakarta, PT. Bulan Bintang,
1974),h. 5-9
4
Asep Saepudin Jahar, Euis Nurlaelawati dan Jaenal Aripin, Hukum Keluarga, Pidana &
Bisnis, (Jakarta,KENCANA:2013),h. 25
3
tidak hanya sekedar hubungan keperdataan saja, tetapi hubungan antara sesama
manusia baik di dunia maupun di akhirat.5
Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa. Dalam UU No 1
Tahun 1974 Pasal 7 ayat 1 : Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
(enam belas) tahun.6 Dan pada Bulan September, batas umur perkawinan di revisi
menjadi 19 tahun untuk laki-laki dan 19 tahun untuk perempuan berdasarkan
Undang-Undang No. 16 Tahun 20197
Adapun asas-asas atau prinsip-prinsip perkawinan yang tertera dalam
Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, yaitu :
1. Asas sukarela.
2. Asas partisipasi keluarga.
3. Asas perceraian dipersulit.
4. Asas monogami (poligami di batasi dan di perketat).
5. Asas kedewasaan calon mempelai (usia nikan).
6. Asas memperbaiki dan meningkatkan derajat kamu wanita.8
Berdasakan asas-asas yang tertera di dalam Undang-Undang Perkawinan di
atas, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai asas kedewasaan calon
mempelai yang akan melangsungkan perkawinan yaitu tentang pembatasan usia
dalam melaksankan perkawinan sangatlah penting karena didalam Undang-Undang
Perkawinan sudah mengatur dan jelas di sebutkan mengenai pembatasan usia
perkawinan yang dijelaskan pada setiap calon mempelai yang hendak
melangsungkan akad perkawinan harus benar-benar matang secara fisik maupun
psisikis atau sudah siap jasmani dan rohani.
5
Bakrie A. Rahman dan Ahmad Sukarja, Hukum Perkawinan Menurut Islam, UU
Perkawinan dan Hukum Perdata/BW, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1981), Cet. Ke-1,h.7.
6
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan Pasal 7 ayat 1
7
Undang-Undang Perkawinan No. 16 Tahun 2019
8
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha
Ilmu,2011)h. 7.
4
dampak pekawinan usia dini menjadi meningkat. Faktanya untuk kasus perkawinan
usia dini di Pengadilan Agama dari tahun 2016 sampai 2018 tercatat ada 47 kasus
perkara yang tersebar disetiap kecamatan yang ada di Jakarta Barat. Adapun kasus
terbanyak terdapat di Kecamatan Kembangan terdapat 11 kasus yang tercatat dan
terdapat juga perkawinan usia dini yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan
Kembangan yang tidak di catatkan berdasarkan wawancara pribadi peneliti dengan
tokoh agama yang mekawinkan perkawinan usia dini secara siri. Hal ini terjadi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, untuk itu penulis ingin mengetahui lebih jauh
mengenai faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia dini serta dampak
dari perkawinan usia dini dalam kesejahteraan keluarga. Maka dengan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengambil masalah diatas dengan mengambil judul skripsi
“Dampak Perkawinan Usia Dini Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi
Kasus Di Kecamatan Kembangan Jakarta Barat) ” .
B. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang menjadi identifikasi penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peran pemerintah terhadap banyaknya praktik perkawinan usia dini.
2. Masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi peraturan pemerintah tentang
perkawinan.
3. Bagaimana cara mengurangi praktik perkawinan usia dini
4. Apa saja aktor-faktor perkawinan dini di Kecamatan Kembangan
5. Dampak bagi masyarakat yang melaksanakan perkawinan dini di Kembangan
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang di atas,
maka peneliti membatasi penelitian ini pada perkawinan dini terjadi dari tahun
2016-2018 dan membahas dampak perkawinan usia dini terhadap kesejahteraan
keluarga di masyarakat Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
6
2. Perumusan Masalah
Dari masalah pokok di atas penulis mengambil rumusan masalah yaitu
Bagaimana dampak perkawinan usia dini terhadap kesejateraan keluarga. Dan
pertanyaan penelitian (researchs question), yaitu :
a. Apa saja faktor-faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia dini di
Kecamatan Kembangan?
b. Bagaimana dampak positif dan negative pekawinan usia dini terhadap
kesejahteraan keluarga di Kecamatan Kembangan?
E. Studi Terdahulu
Pembahasan berupa skripsi mengenai perkawinan usia dini sudah banyak
dikaji. Oleh karena itu penulis berusaha untuk mengangkat persoalan dampak
perkawinan usia dini terhadap kesejahteraan keluarga dengan melakukan riset di
Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
Untuk mengetahui fakta dari penelitian, maka data studi terdahulu ini, penulis
akan menguraikan beberapa penelitian yang mempunyai kesamaan dalam tema akan
tetapi dalam pembahasannya berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ada suatu tema
yang hampir sama dengan penelitian ini, penelitian yang di maksud antara lain:
1. Tradisi Perkawinan Bawah Umur Di Kelurahan Pamenang Kec. Pamenang
Kab. Jambi, Fakultas Syariah dan Hukum oleh Syoraya Nurjannah, Tahun
2015. Peneliti ini menggunakan metode kualitatif. Hasil temuan dalam skripsi
ini yaitu pelaksanaan perkawinan bawah umur dikelurahan Pamenang ada dua
yaitu tercatat di KUA setempat dan Tidak tercatat. Faktor-faktor yang
menjadi penyebab terjadinya perkawinan bawah umur dikelurahan Pamenang
yaitu pertama faktor pendidikan yang rendah kedua faktor ekonomi dan
faktor lingkungan dan pergaulan bebas.
Dampak-dampak perkawinan bawah umur di kelurahan Kembangan
yaitu Perceraian diusia muda, Psikologis, dan Sulit mendapatkan akta
kelahiran. Pandangan pelaku terhadap perkawinan bawah umur, mayoritas
pelaku perkawinan bawah umur bahagia dengan kehidupan perkawinanya dan
mereka bisa mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Hanya 2 orang saja yang perkawinannya tidak berlangsung lama karena tidak
mendapatkan kebahagian dari perkawinannya. Letak perbedannya dengan
punya peneliti terdapat pada tempat penelitiannya yang terletak di Keacamatn
Kali Deres Jakarta Barat dan peneliti dalam tinjauan pustaka tersebut
membahas tentang tradisi perkawinan bawah umur di Kelurahan Pamenang
Kec. Pamenang Kab. Jambi sedangkan yang penulis bahas adalah tentang
dampak pernikhan usia dini dalam kesejahteraan keluaraga.
8
dari pandangan responden dalam hal ini yang melakukan perkawinan usia dini
dan juga orang tua nya..11
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penulisan ini merupakan pendekatan normatif empiris.
Pendekatan normatif empiris adalah penggabungan antara pendekatan hukum
normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode
pendekatan normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif
(undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang
terjadi dalam suatu masyarakat. Kemudian penelitian ini menghasil data
deskriptif analisis, artinya metode yang menggambarkan dan memberikan
analisis terhadap kenyataan dilapangan dilapangan berupa kata-kata tertulis dan
lisan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.12 Dalam penelitian ini penulis
mendeskripsi apa yang penulis dapatkan berdasarkan wawancara dengan pelaku
kawin dini dan juga orang tuanya. Kemudian penulis analisis dengan peraturan
yang berlaku.
3. Data Penelitian
a. Data premier yaitu sumber data yang di peroleh langung dari narasumber
yang akan diteliti dengan cara wawancara mendalam, narasumber dalam
penelitian ini yaitu masyarakat Kecamatan Kembangan Jakarta Barat yang
melangsungkan perkawinan usia dini, Kepala KUA Kecamatan Kembangan
serta ulama setempat di Kecamatan Kembangan.
b. Data Skunder yaitu data tambahan yang dapat di jadikan acuan dalam
masalah penelitian ini yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang
mendukung penelitian ini seperti buku-buku tentang perkawinan usia dini,
catatan dan transkip serta dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan
perkawinan usia dini.
11
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Gaung Persada, 2009, cet.1), h. 11.
12
Lexy Maelong J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Karya, 2002), cet.
Ke-1, h.3
10
13
Silalahi Ulber, Metode Penelitian Sosial, (Bandung; Refika Aditama, 2009), h.35.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2015), cet.4, h. 151-152.
11
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan metode pengumpulan data yang tidak di
tunjukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis
pengumpulan data mengenai kawin dini yang meneliti berbagai macam
dokumen tentang kawin dini yang berguna untuk bahan analisis
5. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif analisis
yaitu penelitian yang menggambarkan secermat mungkin tentang hal yang
diteliti dengan jalan mengumpulkan data-data atau informasi berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Dalam hal ini materi pokoknya adalah dampak
perkawinan usia dini terhadap anak. Kemudian penulis analisis dengan undang-
undang maupun peraturan yang berlaku
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syaria’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang meliputi sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN : Membahas tentang masalah yang melatar
belakangi skripsi ini yang meliputi : Latar Belakang, Batasan Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Kajian Terdahulu, Metode
Penelitian dan Sistematika Penelitian.
BAB II : merupakan serangkaian kumpulan kajian teori yang akan digunakan
untuk menjelaskan dan mendeskripsikan objek penelitian. Pada bab ini peneliti akan
menjelaskan tentang, Pertama : perkawinan secara umum yang meliputi pengertian
perkawinan, dasar hukum perkawinan, tujuan perkawinan, tujuan perkawinan serta
hak dan kewajiban suami istri, perkawinan usia dini, batas usia perkawinan. Kedua :
konsep sosiologi keluarga.
12
BAB III : merupakan paparan data yang meliputi gambaran umum tentang
Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat dan faktor-faktor yang menyebabkan pelaku
melakukan perkawinan usia dini serta dampak perkawinan usia dini dalam
kesejahteraan keluarga.
BAB IV : merupakan pembahasan dengan menggunakan analisa atau kajian
teori yang telah ditulis dalam bab II. Yang meliputi analisa data faktor penyebab
terjadinya perkawinan usia dini di Kecamatan Kembangan Jakarta Barat, serta
analisa tetntang dampak perkawinan usia dini terhadap kesejahteraan keluarga di
Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
BAB V PENUTUP : bab ini merupakan penutup, berisi kesimpulan yang
berisikan urutan jawaban akhir dari permasalahan yang ada dan saran-saran
BAB II
1
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
2
Kompilasi Hukum Islam
3
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata. (Jakarta: PT. Intermasa, 1984), h. 231
13
14
سا ِء َم ْثىَ ٰىَ ِّاب لَ ُك ْم ِمهَ الى َ َسطُوا فِي ا ْليَتَا َم ٰى فَا ْو ِك ُحوا َما ط ِ َوإِنْ ِخ ْفتُ ْم أَ اَّل تُ ْق
ٰ
َوثُ ََل َث َو ُربَا َع ۖ فَإِنْ ِخ ْفتُ ْم أَ اَّل تَ ْع ِدلُوا فَ َوا ِح َدةً أَ ْو َما َملَ َكتْ أَ ْي َماوُ ُك ْم ۚ َذلِكَ أَ ْدوَ ٰى أَ اَّل
تَعُولُوا
Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.
kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil. Maka (kawinilah)
seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.
3. Hukum Perkawinan
Jumhur ulama sepakat bahwasannya hukum perkawinan ditentukan
hukumnya berdasarkan keadaan seseorang. Adapun 5 hukum perkawinan adalah:6
4
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
5
Kompilasi Hukum Islam
6
Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Modern, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011), H.
80.
15
a. Wajib
Hukumnya wajib bagi seseorang yang telah pantas untuk menikah,
berkeinginan untuk menikah dan memiliki perlengkapan untuk menikah, ia
khawatir akan terjerumus ke tempat maksiat kalau ia tidak menikah.
b. Sunnah
Hukumnya sunnah bagi seseorang yang telah berkeinginan untuk menikah,
dan secara materi sudah mencukupi
c. Mubah
Hukumnya boleh bagi seseorang yang belum ada keinginan untuk
menikah dan perkawinan itu tidak akan mendatangkan kemudaratan apa-apa
kepada siapapun.
d. Makhruh
Makhurh bagi seseorang yang belum pantas untuk menikah, belum
berkeinginan untuk menikah, sedangkan perbekalan untuk perkawinan juga
belum ada. Begitu pula ia telah mempunyai perlengkapan untuk perkawinan,
namun mengalami cacat fisik.
e. Haram
Haram hukumnya bagi seseorang yang tidak akan dapat memenuhi
ketentuan syara‟ untuk melakukan perkawinan atau ia yakin perkawinan itu
tidak akan memcapai tujuan syara‟, sedangkan dia meyakini perkawinan itu
akan merusak kehidupan pasangannya
4. Syarat dan Rukun Perkawinan
1) Beragama Islam
2) Laki-laki
3) Jelas orangnya
4) Dapat memberikan persetujuan.
5) Bukan termasuk laki-laki yang diharamkan untuk menikah
b. Calon mempelai wanita, syaray-syaratnya
1.) Bergama
2.) Perempuan
3.) Jelas orangnya
4.) Dapat diminta persetujuan
5.) Tidak terdapat halangan kawin.
c. Wali nikah, syarat-syaratnya
1) Laki-laki
2) Dewasa
3) Mempunya hak perwalian
d. Saksi nikah, syarat-syaratnya
1) Minimal dua orang laki-laki
2) Hadir dalam ijab qabul
3) Dapat mengerti maksud akad
4) Islam
5) Dewasa
e. Ijab dan Qabul, adapun syaratnya
1) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali
2) Adanya pernyataan menerima dari calon mempelai pria
3) Memakai kata-kata nikah
4) Antara ijab dan qabul bersambungan
5) Antar ijab dan qabul jelas maknanya
6) Orang yang terkait ijab qabul tidak sedang ihram
17
7
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakart: Pt Raja Grafindo Persada,
2015), h. 53.
8
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung: Alumni, 1983), h. 68.
18
9
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pasal 8
10
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pasal 3 Ayat 2
19
11
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pasal 4 Ayat 2
12
Kompilasi Hukum Islam, Pasal 17 Ayat 2
20
terganggu ingatan dan tidak tuna rungu atau tuli. Dan saksi harus hadir pada
saat terjadinya akad dilakasanakan.
d. Akad Nikah
Dalam pasal 27 KHI ijab dan qabul harus jelas beruntun dan tidak
berselang waktu
3. Asas-Asas Perkawinan
a. Asas-asas perkawinan menurut KUHPerdata
1) Asas monogami. Asas ini bersifat absolut/mutlak
2) Perkawinan adalah perkawinan perdata sehingga harus dilakukan di
depan pegawai catatan sipil.
3) Perkawinan merupakan persetujuan antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan di bidang hukum keluarga.
4) Supaya perkawinan sah maka harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan undang-undang.
5) Perkawinan mempunyai akibat terhadap hak dan kewajiban suami dan
isteri.
6) Perkawinan menyebabkan pertalian darah.
7) Perkawinan mempunyai akibat di bidang kekayaan suami dan isteri itu.
1) Asas Kesepakatan (Bab II Pasal 6 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974), yaitu
harus ada kata sepakat antara calon suami dan isteri.
2) Asas monogami (Pasal 3 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974).
3) Perkawinan bukan semata ikatan lahiriah melainkan juga batiniah.
4) Supaya sah perkawinan harus memenuhi syarat yang ditentukan undang-
undang (Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1974).
5) Perkawinan mempunyai akibat terhadap pribadi suami dan isteri.
21
13
https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2011/05/14/asas-asas-perkawinan/, di akses pukul
00.28 tanggal 16 Februari 2020
14
Surmiati Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara Dan Agama
Serta Permasalahannya, (Jakarta: Fungsional Peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sasana Widya Sarwono, 2015), h. 15
22
15
Koro Abdi, Perlindungan Anak Di Bawah Umur Dalam Perkawinan Usia Muda Dan
Perkawinan Siri, (Bandung: PT Alumni, 2012), h. 65
16
Surmiati Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara dan Agama
Serta Permasalahannyah, h.15-16
17
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun
23
batas usia calon mempelai wanita, yang tercantum dalam Alquran dan sunah
adalah tujuan pernikahan. Terkait aqil balig menurutnya dilihat dari kesiapan
fisiknya namun juga kesiapan mental seseorang.
Quraisy Shihab sebagai seorang ahli tafsir dia menyatakan perkawianan
nabi tidak akan sama dengan kita manusia biasa, oleh karena itu tidak sepatutnya
manusia biasa menyamakan diri dengan Nabi terutama dalam usia perkawinan.
Sebaliknya, mayoritas pakar hukum Islam melegalkan pernikahan dini.
Pemahaman ini hasil dari Interpretasi ayat alquraan surat Attalaq ayat 4. Selain
itu sejarah juga mencatat bahwa Aisyah dinikahi Rasullullah dalam usia sangat
muda, tetap untuk ditiru oleh umatnya18
Para fuqaha meletakkan batas umur sebagai penentu usia baligh.
Mengikut Mazhab Hanafi, Syafi'i dan Hanbali seorang anak-anak dianggap
baligh apabila berusia lima belas tahun. Manakala Mazhab Maliki pula
membatasi usia tujuh belas tahun sebagai umur baligh. Pendapat ini berdasarkan
Hadis Nabi SAW bahwa Asma’ bin Abu Bakar masuk ke rumah Rasulullah
SAW dengan berpakaian yang tipis, lalu baginda berpaling daripada melihatnya
dan bersabda: “Wahai Asma’! Apabila seseorang perempuanitu mencapai umur
haid (baligh), maka tidak boleh dilihatnya padanya kecuali ini dan ini” - sambil
baginda tunjukkan pada muka dan dua tapak tangannya. (HR. Abu Dawud)
Ulama Mazhab sepakat bahwa haidh dan hamil merupakan bukti ke-
baligh-an seorang wanita. Hamil terjadi karena terjadinya pembuahan ovum oleh
sperma, sedangkan haidh kedudukannya sama dengan mengeluarkan sperma bagi
laki-laki. Karena ada pengalaman membuktikan bahwa kehamilan bisa terjadi
pada anak gadis usia sembilan tahun, sedangkan kemampuan untuk hamil
dipandang sepenuhnya sama dengan hamil itu sendiri19
18
Surmiati Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara dan Agama
Serta Permasalahannyah, h.23-24
19
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2008), h. 317-318
24
Maka karena itu, tidak ditetapkannya usia tertentu dalam masalah usia
sebenarnya memberikan kebebasan bagi umat untuk menyesuaikan tergantung
situasi, kepentingan, kondisi pribadi keluarga. Karena dalam Islam sendiri tidak
menjelaskan mengenai usia minimal menikah. Bisa kita simpulkan bahwa
pernikahan di bawah umur menurut Islam adalah pernikahan orang yang belum
mencapai baligh bagi pria dan belum mencapai menstruasi (haid) bagi wanita.20
Dalam keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Indonesia Tahun 2009
dinyatakan bahwa dalam literature fikih Islam, tidak terdapat ketentuan secara
eksplisit mengenai batasan usia perkawinan, baik usia minimal maupun
maksimal. Meskipun demikian, hikmah tasyri dalam pernikahan adalah
menciptakan keluarga bahagia yang sakinah, serta dalam rangka memperoleh
anak keturunan. Hal ini dapat tercapai pada usia dimana calon penganten telah
sempurna pemikirannya, baik secara mental maupun secara ekonomis.
3. Faktor- Faktor Perkawinan Usia Dini
Tujuan negara memberikan batas umur untuk menikah adalah agar
terwujudnya tujuan perkawinan yang di jelasakan dalam UU No. 1 Tahun 1974
yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa. Karena perkawinan yang dilakukan pada usia dini
rentan dengan perceraian. Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan perkawinan dini adalah:
a. Sosial Ekonomi
Kelemahan ekonomi pada keluarga sering kali menjadi pemicu bagi
orang tua untuk segera menikahkan anaknya dengan harapan beban ekonomi
keluarga akan berkurang, karena anak perempuan yang sudah nikah menjadi
21
tanggung jawab suami. Biasanya faktor ini banyak kita temaui di daerah
20
Cholil Nafis, Fikih Keluarga Menuju Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah Keluarga
Sehat, Sejahtera, Dan Berkualitas,( Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), h. 40
21
BKKBN, Pendewasaan Usia Perkawinan. (BKKBN: Jakarta, 1993), h. 9
25
22
Siti Fatimah, Faktor-Faktor Pendorong Pernikahan Dini dan Dampaknya di Desa
Sarimulya Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali,( Semarang: Skripsi Univesitas Negeri Semarang,
2009), h. 39.
23
BKKBN, Pendewasaan Usia Perkawinan, h. 9
26
24
Wigyodipuro, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. (Jakarta. Penerbit Pradnya Paramita,
1967), h. 133
25
Maria Ulfa Subadio, Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia, (Yogyakarta: UGM Press,
1987), h. 147-148
27
b. Dampak Negatif
1) Dampak terhadap pasangan suami isteri
Dampak pasangan suami isteri yang melangsungkan pernikahan di
usia dini tidak bisa memenuhi atau tidak tahu hak dan kewajibannya
sebagai suami isteri. Kenyataan ini akan menimbulkan dampak atau
akibat yang tidak baik bagi pasangan suami isteri itu sendiri. Kurangnya
pengetahuan tentang hak dan kewajibannya disebabkan karena pasangan
usia dini secara fisik maupun mental belum matang, dimana masing-
masing. Pola pikir dari mereka juga masih anak-anak, yang mana masih
memikirkan kesenangan mereka masing-masing
Timbulnya masalah kehidupan dalam pasangan suami-isteri yang
melangsungkan pernikahan dini pada umumya disebabkan oleh hal-hal
utama yaitu:
a) Perselisihan yang menyangkut masalah keuangan yang terlampau
boros atau suami yang tidak menyerahkan hasil pendapatannya
secara semestinya kepada isteri sehingga menyebabkan kehidupan
rumah tangganya tidak menyenangkan dan tidak harmonis.
b) Masalah berlainan agama atau soal kepatuhan untuk menjalankan
ibadah agamanya masing-masing. Menurut Sution Usman Adji 26
c) Ketidak cocokan hubungan orang tua maupun mertua
d) Kurang mampu untuk adaptasi dan sosialisasi.
e) Keterbatasan ekonomi karena tidak mempunyai pekerjaan yang
layak, dan mencetak generasi miskin 27
f) Rentan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
g) Putus sekolah karena menikah dalam usia dini
2) Dampak bagi kualitas ibu
26
Sution Usman Adji, Kawin Lari dan Kawin Antar Agama, (Yogyakarta: Liberti 1989), h.64
27
Surmiati Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara dan Agama
Serta Permasalahannyah, h.10-11
28
a) Kehamilan dini membuat ibu kurang terpenuhi gizi bagi diri sendiri
b) Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi
c) Beresiko meninggal pada usia dini
d) Meningkatnya angka kematian ibu
e) Menurut Study epidemiologi ibu muda terkena kanker serviks.
Semakin muda wanita memiliki anak pertama, semakin rentan
terkena kanker serviks
f) Resiko terkena pengakit seksual 28
3) Dampak terhadap masing-masing keluarganya
Macam perkawinan menurut hukum adat berbeda pada setiap
lingkungan masyarakat hukum adat. Adapun hal ini dipengaruhi oleh
sistem kekeluargaan atau prinsip kekerabatan yang ada dalam masyarakat
tersebut. Sistem kekeluargaan dalam masyarakat hukum adat berpokok
pada sistem garis keturunan yang pada pokoknya dikenal tiga macam
system garis keturunan. yaitu patrilineal, matrilineal, parental atau
bilateral.29
Adat atau kebiasaan-kebiasaan yang berbeda antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain inilah yang biasanya akan menimbulkan
perbedaan-perbedaan pendapat, sehingga hal ini akan mengakibatkan
pertengkaran. Pernikahan tidak selalu membawa kebahagiaan, apalagi
jika pernikahan itu dilangsungkan pada usia dini. Bagi mereka yang tidak
merasa bahagia akan selalu bertengkar bahkan terjadi perceraian. Hal ini
akan merugikan kedua belah pihak dan juga masing-masing keluarganya,
28
Surmiati Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara dan Agama
Serta Permasalahannyah, h.10.
29
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama Tinjauan dari UU Perkawinan No. 1 Tahun
1974.(Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986), h.13
29
30
Siti Fatimah, Faktor-Faktor Pendorong Pernikahan Dini dan Dampaknya di Desa
Sarimulya Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali, h.51.
31
KBBI
32
Muhammad Ustman Alkhayt, Sulitnya Berumah Tangga Upaya Mengatasi Menurut Quran
dan Hadits dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani Press,1994), h.38
33
Sarlito Wirawan Sarwono, Menuju Keluarga Baahagia,(Jakarta:Bhatara Karya
Aksara,1982), h.2
30
34
Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional,1983), h. 153
31
pasangan memelihara daya tarik yang membuat mereka betah dan bahagia
dalam rumah tangganya.
3. Kondisi sosial dan ekonomi yang memadai untuk memenuhi hidup rumah
tangga. Hal ini berupa semangat dan etos kerja yang baik dalam memenuhi
nafkah untuk isteri dan anak, kreatifitas dan semangat untuk
mengusahakannya, sehingga kebutuhan keluarga terpenuhi.35
35
Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), h. 32-37
BAB III
PROFIL MASYARAKAT KECAMATAN KEMBANGAN KOTA JAKARTA
BARAT
1
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka, (Jakarta : Badan Pusat
Statistik. 2019) h. 2.
2
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka, (Jakarta : Badan Pusat
Statistik. 2019) h. 4.
32
33
Laki-laki
25%
Jumlah
50%
Perempuan
25%
Jika dilihat dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk
terbanyak di Kecamatan Kembangan terdapat di Kelurahan Kembangan Utara
yaitu sebanyak 65.563 jiwa. Dan jumlah semua warga yang ada di Kecamatan
Kembangan adalah sebanyak 290.886 jiwa.
3. Keadaan Pendidikan Masyarakat Kecamatan Kembangan
3
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka, (Jakarta : Badan Pusat
Statistik. 2019) h. 40.
34
Fasilitas Pendidikan
TK SD SLTP SLTA
26% 27%
21%
26%
4
Pasal 1 Point 1 UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
35
Agama
Islam Katolik Protestan Hindu Budha Konghucu
10% 0% 3%
8%
79%
Dan salah satu penyebabkan adalah karena sudah hamil sebelum kawin. Tentu ini
menjadi tanggung jawab kita bersama. Lebih khusus kepada pemuka agama agar
selalu memberikan pengajian atau nasihat terhadap remaja-remaja saat ini.
Gereja
Fasilitas Ibadah
6%
Masjid
26%
Mushalla
68%
5. Keadaan Ekonomi
6
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka, ( Jakarta : Badan Pusat
Statistik. 2018) h. 25-16.
37
2%
8% 8%
15%
30%
11%
8%
17%
1%
yang sudah berusia 16 tahun dianggap sudah cukup dewasa untuk kawin. Apabila
sudah melewati usia itu, orang tua sangat khawatir, bahwa anaknya akan menjadi
pembicaraan masyarakat sebagai gadis yang tidak laku, oleh karena itu akan menjadi
bahan ejekan dengan sebutan perawan tua.
Banyaknya pelaksanaan perkawinan usia dini, tentunya akan banyak
mengalami masalah dalam kehidupan sosial. Pada usia tersebut mereka terpaksa
melahirkan dapat terjadi pasangan muda memiliki banyak anak karena tingkat
fertilitas atau kesuburan yang tinggi. Jika kesuburan sampai 40 tahun, berarti jika dua
tahun sekali melahirkan maka jumlah anak mencapai 15 orang, jika tiga tahun sekali,
maka jumlah anak mencapai 10 orang. Sementara secara fisik dan mental mereka
belum siap untuk melahirkan, tentu ini menjadi hal yang sangat bersiko terhadap
perempuan.
Pada masyarakat Kecamatan Kembangan, pelaksanaan perkawinan dini
disebabkan karena ada beberapa penyebab:
1. Hamil di luar kawin
buruknya pergaulan remaja, dahulu pergaulan bebas menjadi hal yang tabu
dikalangan masyarakat kita, namun saat ini masyarakat mentolelir
pergaulan bebas, dari pergeseran nilai-nilai inilah hubungan pertemanan
dikalangan remaja tidak dapat dikontrol, akibatnya rangsangan sexsual
melalui obrolan-obrolan dan tingkah laku remaja tidak bisa diindahkan
lagi, usia remaja adalah usia yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi,
bila tidak diakomodir dengan sebaik mungkin akan terjerumus pada
perilaku yang menyimpang..
2. Faktor orang tua
Faktor orang tua juga merupakan salah satu alasan kenapa banyak
terjadinya perkawinan dini di Kecamatan Kembangan. Para orang tua
mekawinkan anaknya jika sudah menginjak besar. Hal ini merupakan hal yang
sudah biasa atau turun-temurun. Pengaruh yang paling sering ditemu dari
fenomena mekawin muda adalah adanya perasaan khawatir orang tua terhadap
anaknya melakukan perbuatan yang dapat merusak nama baik keluarganya.
Atas dasar ini kemudian menjadikan orang tua memberikan restu
perkawinan anaknya sekalipun anaknya masih dalam usia muda. Sebagian dari
mereka yang melaksanakan perkawinan dini, ada yang belum memiliki
pekerjaan, namun mereka tetap melaksanakan perkawinan. Karena orang tua
sendiri takut akan terjadinya hal yang tidak diinginkan. Pada prakteknya di
Kembangan, ada pasangan yang belum memilki pekerjaan, dan biaya
kehidupan mereka masih di tanggung oleh orang tua.
3. Faktor Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan ekonomi keluarga yang
kurang memungkinkan sehingga orang tua akan mekawinkan anaknya dengan
seorang laki-laki yang dianggap mampu dalam segi ekonomi.
Pada masyarakat Kembangan sendiri, kesulitan ekonomi menjadi salah
satu faktor penyebab terjadinya perkawinan dini, keluarga yang mengalami
kesulitan ekonomi akan cenderung mekawinkan anaknya pada usia yang masih
41
muda. Apalagi kondisinya anak-anak mereka sudah tidak sekolah lagi. Dan dari
pada dirumah saja, maka dari mereka ada yang berpikiran segera mekawini
anaknya. Salah satu informan yang penulis wawancarai, mengatakan alasan dia
mekawinkan anaknya karena pada saat itu anaknya sudah tidak sekolah lagi.
Dari pada dirumah, lebih baik di kawinkan saja. Karena berpikiran dapat
mengurangi beban ekonomi keluarga.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mewawancarai penghulu KUA
Kembangan, pelaku perkawinan dini dan orang tua dari para pelaku perkawinan dini.
Berikut identitas pelaku kawin dini yang penulis wawancarai
Tabel 1: Identitas Pelaku Kawin Dini
No Nama Pelaku Kawin Dini Umur Saat Pendidikan
Mekawin
1 Nasrullah 18 tahun 1 bulan SMA
2 Heri Hidayat 17 tahun SMA
3 Felicia 15 tahun 10 bulan SMP
4 Nur Hasanah 15 tahun 9 bulan SMP
5 Prawira 18 tahun 10 bulan D3
6 Jihan 15 tahun 5 bulan SMP
Tabel 2: Identitas Orang Tua Pelaku Kawin Dini
No Nama Pendidikan
1 Jamilah S1
2 Risanjani SMA
3 Suyana SMA
4 Lisna SMP
5 Weny SMA
6 Janis SMP
BAB IV
A. Temuan Penelitian
Perkawinan dini merupakan fenomena yang sering terjadi saat-saat ini.
Banyak dari masyarakat yang kawin pada saat usia remaja. Perkawinan dalam usia
remaja tentu saja ada positif dan negatifnya. Dalam penelitian ini penulis
mewawancarai beberapa informan. Alasan melakukan perkawinan dini pada masing-
masing masyarakat berbeda-beda. Ada yang karena hamil di luar nikah dan ada juga
karena memang ingin menyempurnakan agama. Berikut faktor penyebab dan dampak
dari praktik perkawinan dini di Kecamatan Kembangan :
1. Faktor Penyebab Perkawinan Dini
a. Hamil diluar Nikah
1) Nasrullah, mengatakan bahwa ia melaksanakan perkawinan dini pada
usia 18 tahun 1 bulan. Awalnya Nasrullah tidak mengetahui terkait
batasan usia perkawinan. Ketika mendaftarkan perkawinannya di
Kantor Urusan Agama kemudian Nasrullah ditolak oleh pihak Kantor
Urusan Agama karena masih kurang umur. Pada saat itulah Nasrullah
mengetahui adanya batasan perkawinan yaitu untuk laki-laki 19 tahun.
Nasrullah kawin di usia muda karena pada saat itu ia sudah
menghamili seorang perempuan yang merupakan pacarnya. Lanjut
Nasrullah mengatakan bahwa demi menjaga aib keluarganya akhirnya
Nasrullah kawini perempuan tersebut yang sekarang sudah menjadi
isterinya. Sebelum kawin, keluarga dari isteri Nasrullah memang
meminta agar Nasrullah segera kawini anak perempuannya. Karena itu
juga merupakan aib juga bagi kelurga perempuan. Nasrullah sebelum
kawin dahulu mesti meminta izin kawin terlebih dahulu dari
Pengadilan Agama dikarenakan umurnya masih kurang setahun.1
1
Nasrullah, Masyarakat, Interview Pribadi, 20 Juli 2020
42
43
2
Heri Hidayat, Masyarakat, Interview Pribadi, 1 Agustus 2020
3
Felicia , Masyarakat, Interview Pribadi, 02 Agustus 2020
44
4
Nur Hasanah, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
5
Lisna, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
45
6
Suyanah, Masyarakat, Interview Pribadi, 02 Agustus 2020
7
Jamilah, Masyarakat, Interview Pribadi, 20 Juli 2020
8
Risanjani, Masyarakat, Interview Pribadi, 01 Agustus 2020
46
sunnah Rasul. Selain itu memang mereka takut jika tidak kawin,
mereka terjerumus ke jalan yang salah, karena Prawira dan
pasangannya sering bertemu. Selain keinginan mereka, orang tua dari
kedua belah pihak sudah sama-sama menyetujui dan juga mendukung
untuk kawin muda, karena orang tua khawatir mereka berdua
melakukan hal yang tidak diinginkan.9
2) Weny merupakan orang tua dari Prawira mengatakan, ia memang
memerintahkan kepada anaknya agar segera kawini pacarnya. Agar
terhindar dari perzinaan. Selain itu ia Weny juga berharap dengan
kawin dini bisa cepat mendapatkan cucu.10
c. Ekonomi dan Pendidikan
1) Jihan, mengaku pada saat kawin di suruh oleh orang tuanya. Orang
tuanya mencarikan calon untuknya. Ia mengatakan sebelum kawin
dia hanya dirumah saja, sempat ibunya mengatakan kepadanya,
mending nikah aja dari pada dirumah saja. Pada saat itu Jihan sudah
lulus SMP dan memang tidak mau sekolah lagi.11
2) Janis merupakan orang tua dari Jihan, mengatakan bahwa anaknya
perempuannya kawin pada saat umur 15 tahun 5 bulan. Ia
mengatakan bahwa alasan ia menyuruh anaknya kawin karena
anaknya sudah tidak bersekolah lagi, Sehingga kesehariannya hanya
dirumah. Pada saat itu Janis menjodohkan anaknya dengan laki-laki
sudah berumur 22 tahun. Janis. Selain menyempurnakan agama dan
juga mengurangi beban ekonomi keluarga. Karena dibalik itu
menantunya sudah bekerja.12
9
Prawira, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
10
Weny, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
11
Jihan, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
12
Janis, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
47
d. Kebiasaan
1) Menghindari Perzinahan
a) Prawira, mengatakan perkawinan dini merupakan langkah yang
baik diambil. Karena dengan kawin dini bisa terhindar dari
perzinahan. Prawira mengatakan sudah menjalin hubungan yang
sudah lama dengan isterinya. Selain itu orang tua Prawira
memberikan masukan juga apabila sudah sanggup membangun
13
Prawira, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
14
Weny, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
48
rumah tangga tidak apa kawin muda. Selain itu kawin juga
merupakan sunnah Rasulullah.15
b) Weny, mengatakan perkawinan anaknya selain anaknya ingin, dan
juga perintah dari Weny. Yang mana dari keturunan keluarganya
memang terbiasa kawin muda. Selain menyempurnakan agama
namun juga bisa menghindari mereka dari perbuatan zina. Karena
Weny khawatir jika menjalani hubungan terlalu erat, tidak tertutup
kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.16
c) Jihan, mengatakan pada saat awal kawin dia merasa tentram karena
bisa terhindar dari perbuatan yang tidak diinginkan. 17
d) Janis merupakan orang tua Jihan, mengatakan dia merasa senang
anaknya kawin dalam usia muda. Selain karena memberikan
perubahan ekonomi keluarganya dan juga terhindarnya anaknya
dari perbuatan zina. Janis mengatakan bahwa pada saat anaknya
pergi jalan dengan seorang laki-laki yang sekarang jadi
menantunya, dia merasa khawatir terjadi apa-apa. Maka rasa
beruntung sekali Janis anaknya kawin cepat.18
2) Mengurangi beban ekonomi
15
` Prawira, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
16
Weny, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
17
Jihan, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
18
Janis, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
19
Janis, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
49
b. Dampak Negatif
Ada dampak positif sudah pasti ada dampak negatif yang terjadi
apabila ada perkawinan dini. Adapun dampak negatif terhadap perkawinan
dini adalah:
20
Nasrullah, Masyarakat, Interview Pribadi, 20 Juli 2020
21
Heri Hidayat, Masyarakat, Interview Pribadi, 01 Agustus 2020
50
22
Prawira, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
23
Nur Hasanah, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
24
Lisna, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
51
Perkawinan diartikan pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan untuk waktu yang lama. Perkawinan adalah salah satu perintah peristiwa
yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat kita, sebab perkawinan itu tidak
hanya menyangkut pria dan wanita calon mempelai saja, tetapi juga orang tua kedua
belah pihak, saudara-sauddaranya, bahkan keluarga- keluarga mereka masing-
masing.30
Tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
pasal 1 adalah Untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.31 Menurut komplikasi hukum Islam tujuan
perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tanggga yang sakinah,
mawwadah dan rahmah.32
Syarat umur perkawinan dijelaskan dalam UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974
pasal 7 ayat 1 dijelaskan bahwasannya syarat umur untuk laki-laki adalah 19 tahun,
sedangkan untuk perempuan harus 16 tahun.33 Apabila syarat umur tersebut belum
terpenuhi, perkawinan tidak bisa dilaksanakan. Batas umur perkawinan sudah
berubah menjadi 19 tahun untuk laki-laki dan 19 tahun untuk perempuan setelah
lahirnya UU Perkawinan No.16 tahun 2019 tentang perubahan UU Perkawinan No.
1 Tahun 1974. 34
Lahirnya UU Perkawinan No. 16 tahun 2019 merupakan tindak lanjut dari
Putusan Mahkamah Konstitusi N0. 22/PUU-XV/2017. Yang mana DPR dan
29
Lisna, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
30
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata. (Jakarta: PT. Intermasa, 1984), h. 231
31
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
32
Kompilasi Hukum Islam
33
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
34
Undang- Undang Perkawinan No. 16 Tahun 2019
53
antar remaja yang berbeda jenis kelamin yang cenderung tidak dapat
dikendalikan dengan baik. Kehamilan di luar nikah merupakan salah satu
bentuk dari ketidak mampuan seorang remaja dalam mengambil suatu
keputusan dalam pergaulannya dengan lawan jenis.35
Pada masyarakat Kembangan sendiri, penulis mewawancarai 6 orang
pelaku nikah dini, ada empat pasangan yang kawin pada usia dini karena
hamil di luar nikah. Tentu ini menjadi tantangan besar bagi kita semua.
Beberapa informan yang kawin dini karena hamil, dilaksanakan atas dasar
untuk menutup aib dari keluarganya.36 Dua orang diantara empat orang
yang kawin karena hamil itu orang tuanya merupakan tokoh masyarakat.
b. Menyempurnakan Agama
35
Laila Anis Afifah, Fenomena Hamil Pra Kawin Di Kalangan Remaja Di Tinjau Dari
Perspektif Pendidikan Islam. Skripsi Iain SalatigaTahun 2017.
36
M. Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, (Jakarta: PT. Al
Mawardi Prima), h. 184
37
Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Modern, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011), h.
80.
55
kawinkan anak akan mengurangi beban hidup.38 Salah satu informan yang
penulis wawancarai yaitu Janis juga mengatakan bahwa anaknya kawin dini
karena ekonomi. Dia berpikiran apabila setelah kawin biaya anaknya sudah
menjadi tanggung jawab dari suaminya. Sehingga pengeluaran
dikeluarganya berkurang. Janis mengatakan, selain itu juga karena anaknya
sudah tidak sekolah lagi. Dari pada menghabiskan waktu tidak jelas, lebih
baik di nikahkan saja.39
d. Kebiasaan
38
https://mediaindonesia.com/read/detail/83304-perkawinan-dini-dipicu-faktor-ekonomi
39
Janis, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
40
Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Bandung: Risalah), h. 131
41
Prawira, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
42
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XVII,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h.4
56
b. Dampak Negatif
1) Keterbatasan ekonomi karena tidak mempunyai pekerjaan yang layak44
43
Janis, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
44
Surmi Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara dan Agama
Serta Permasalahannyah, h.10-11
57
45
Santrock,J.W, Life Span Development (Terjemahan), (Jakarta: Erlangga, 2016)
58
temannya yang lain.46 Hal yang sama dikatakan orang tua nya yaitu
Lisna, anaknya harus berhenti sekolah demi menjaga psikologis anaknya.
Tidak mungkin rasanya anaknya tetap sekolah dalam kondisi sudah
kawin. Dan juga ia kawin karena kecelakaan. 47
Salah satu orang tua dari pelaku kawin dini yaitu Lisna
mengatakan bahwa rumah tangga anaknya hampir saja goyah pada saat
usia perkawinan anaknya 1,5 tahun. Namun ia menjadi penengah dan
memberikan pengertian kepada anak dan menantunya. Dan sampai
sekarang rumah tangga anaknya baik-baik saja.48
46
Nur Hasanah, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
47
Lisna, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
48
Lisna, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
59
49
Sunardi, Kepala KUA, Interview Pribadi, 19 Juni 2020
50
Sarlito Wirawan Sarwono, Menuju Keluarga Baahagia,(Jakarta:Bhatara Karya
Aksara,1982), h.2
60
Menurut penulis perkawinan dini memang tidak ada larangan dalam agama.
Agama mengatakan syarat kawin yang penting sudah baligh. Walaupun begitu tidak
tertutup kemungkinan negara membuat aturan terhadap batas usia. Karena tentu saja
negara pertimbangan maslahat yang timbul terhadap di batasinya umur perkawinan.
51
Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional,1983), h. 153
52
Sunardi, Kepala KUA Kembangan, Interview Pribadi, 19 Juni 2020
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian di Kecamatan Kembangan Kota
Jakarta Barat, maka berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor perkawinan
dini dan dampaknya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perkawinan dini yang terjadi di Kecamatan Kembangan disebabkan karena
empat faktor yaitu: yang pertama, faktor hamil di luar kawin, faktor agama,
ekonomi dan kebiasaan. Dimana faktor hamil di luar kawin merupakan salah
satu bentuk dari semakin bebasnya gaya pergaulan anak sekarang. Yang mana
kurang kontrol dari orang tua terhadap anak. Kawin dini karena hamil di luar
kawin menjadi faktor paling dominan yang penulis temui di Kembangan. Yang
kedua faktor agama juga menjadi salah satu alasan terjadinya kawin dini di
Kembangan yaitu untuk menghindari perzinaan di kalangan remaja. Karena
memang secara pergaulan anak zaman sekarang lebih bebas dari pada anak
zaman dahulu. Dilihat dari sisi perkembangan media masa. Yang ketiga faktor
ekonomi juga menjadikan seseorang melakukan kawin dalam usia dini. Dimana
ekonomi keluarga yang kurang mencukupi sehingga orang tua mengawinkan
anaknya pada usia dini terlebih anak tersebut sudah tidak sekolah lagi. Dengan
harapan setelah menikah dapat mengurangi beban dari orang tua. Yang keempat
adalah kebiasaan. Dimana kebiasaan dari keluarga juga menjadi faktor
terjadinya perkawinan dini. Karena dari kakek, orang tua, paman melakukan
kawin muda. Yang mana sudah menjadi tradisi bagi keluarganya untuk kawin
dalam usia dini.
2. Perkawinan dini di Kecamatan Kembangan menimbulkan beberapa dampak
diantaranya adalah: dampak positif dan dampak negatif. Adapun dampak
positifnya adalah dapat menghindari remaja tersebut dari perbuatan zina yang
sudah tegas dilarang oleh agama. Dan juga dapat mengurangi beban ekonomi
61
62
keluarga, karena kondisi ekonomi orang tuanya susah, jadi dengan kawin dini
bisa mengurangi beban keluarga. Adapun dampak negatif dari perkawinan dini
adalah mengalami kesulitan ekonomi keluarga yang disebabkan karena
mayoritas pelaku kawin dini belum memiliki pekerjaan tetap, sehingga tidak
dapat memnuhi kebutuhan keluarga. Dan juga sering terjadinya perselisihan
yang berakibat terjadinya pertengakaran antara suami dan isteri. Selain itu juga
berdampak terhadap pendidikan anak. Yang mana anak yang memilih untuk
kawin di usia dini lebih memilih tidak lanjut sekolah. Selain karena malu
dengan teman sekolah, dan juga karena sibuk menjalankan kewajibannya sebagi
ibu rumah tangga.
B. Saran-Saran
Berdasarkan uraian di atas, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Fungsi dan peran orang tua dapat berkontribusi positif dalam mengurangi praktik
perkawinan usia dini, sehingga tidak terjadinya dampak-dampak negatif yang
tidak diinginkan. Dengan cara pola asuh anak, memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada anak agar bisa menjadi bekal bagi mereka agar bisa hidup
sejahtera di masa yang akan datang dalam berumah tangga
2. Bagi remaja harusnya memahami dampak-dampak yang timbul dari perkawinan
dini, agar remaja-remaja mempunyai pandangan dan wawasan yang dapat
diaplikasikan dalam kegiatan yang bersifat positif
3. Bagi remaja-remaja diharapkan bisa menjaga pergaulannya dengan baik agar
tidak terjadi hal yang diinginkan sehingga menyebabkan terjadinya perkawinan
karena terpaksa keadaaan
4. Pemerintah harus berperan aktif dalam mensosialisasikan terkait batas usia
perkaiwan. Agar masyarakat memahi usia berapa seseorang diperbolehkan untuk
menikah
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Abdi, Koro, Perlindungan Anak di Bawah Umur dalam Perkawinan Usia Muda dan
Perkawinan Siri. Bandung: PT Alumni, 2012.
Adji, Sution Usman. Kawin Lari dan Kawin Antar Agama.Yogyakarta: Liberti 1989
Ali, Surmiati. Perkawinan Usia Muda di Indonesia dalam Perspektif Negara dan
Agama Serta Permasalahannya. Jakarta: Fungsional Peneliti pada Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia Sasana Widya Sarwono, 2015
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama Tinjauan dari UU Perkawinan No. 1 Tahun
1974. Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986.
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka. Jakarta : Badan Pusat
Statistik. 2019.
Basri, Hasan. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004.
Hasan Basri. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002.
Mukhtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam tentang perkawinan. Jakarta, PT. Bulan
Bintang, 1974
Anis, Afifah, Laila. Fenomena Hamil Pra Kawin Di Kalangan Remaja Di Tinjau
Dari Perspektif Pendidikan Islam. Salatiga: Skripsi Iain Salatigatahun. 2017
D. Internet
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun
https://mediaindonesia.com/read/detail/83304-perkawinan-dini-dipicu-faktor-
ekonomi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dokumentasi Wawancara
1. Surat Selesai Wawancara
2. Foto-foto wawancara
3. Transkip Wawancara
Nama : Nasrullah
Tempat : Kembangan
Tempat : Kembangan
2. Apakah ada
2. Tentu saja ada,
dampak positif
yang ada setelah kawin saya
rasakan sudah mulai berpikir
yang sedikit dewasa,
dan mengurangi
berhura-hura dengan
teman teman saya
Nama : Nur Hasanah
Tempat : Kembangan
Nama : Felicia
Tempat : Kembangan
Nama : Prawira
Tempat : Kembangan
Tempat : Kembangan
3. Apakah ada
keinginan untuk 3. Tidak ada.
lanjut sekolah?
Nama : Lisna
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena dia sudah hamil
Pertanyaan : Kenapa harus di nikahk?
Jawaban : Ketika itu saya malu kalau orang lain mengetahuinya
Pertanyaan : Apakah anda menyesalkan hal ini?
Jawab : tentu saja menyesal. Saya sadar ini juga kesalahan saya dalam
membatasi perbuatannya. Tapi ya jalan ini harus diambil
Pertanyaan : Bagaimana respon anda ketika mengetahui anak anda hamil?
Jawaban : tentu saja sangat kecewa ketika itu. Saya sangat down dan gak tahu
harus berbuat apa lagi. Sangat malu jika orang lain tahu
Pertanyaan : yang anda lihat, apakah keluarga anak anda sejahtera?
Jawab :Ya di awal menikah sih ia sering curhat kalau ia sering rebut dengan
suaminya. Daan juga mengeluh masalah ekonomi. Jadi saya yang ikut
bantu mereka. Karena menantu saya memang belum kerja tetap
Nama : Suyanah
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena dia sudah hamil duluan
Pertanyaan : Kenapa anda nikahkan ?
Jawaban : Ya tentu saja saya segera menikahkan, saya sangat malu jika orang
lain mengetahuinya. Selain saya yang yang malu tentu anak saya
secara psikis nya juga malu. Selain itu suami saya juga tokoh
masyarakat di kampung ini. Namun walaupun orang-orang akhirnya
tahu
Pertanyaan : Apakah anda menyesalkan hal ini?
Jawab : saya sangat menyesalkan kenapa anak saya bisa seperti itu, padahal
saya dan suami sudah berusaha membatasi pergaulannya dengan
teman-temannya
Pertanyaan : Apakah sebelumnya anda tahu kalau anak anda punya pacar?
Jawaban : ya saya tahu. Dia sempat cerita kepada saya, dan saya lihat pun
pergaulan mereka masih sewajarnya
Pertanyaan : Apakah anda menyesali anak anda putus sekolah
Jawab :sangat menyesal sekali. Saya awalnya sudah berharap anak saya bisa
jadi sarjana. Ingin ia sukses seperti oran-orang lain. Tapi apaboleh
buat inilah konsekuensi yang harus ia terima.
Pertanyaan : Apakah anda tidak nyuruh dia sekolah lagi
Jawaban : pernah, tapi dia tidak mau
Pertanyaan : Apakah anda melihat keluarga anak anda sejahtera?
Jawaban : Ya awal-awal sih saya melihat aman aman saja. Namun ketika itu
Pada saat itu ia cek cok dengan suaminya karena beberpa penyebab
yang saya tidak bisa sebutkan. Dan kemudian saya dan suami
mengantarkan dia lagi dan melakukan mediasi bersama
Nama : Jamilah
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena pada saat itu ia sudah melakukan hubungan denga pacarnya
hingga hamil
Pertanyaan : Kenapa anda nikahkan ?
Jawaban : Karena orang tua perempuan meminta segera menikahi anaknya. Dan
juga merupakan aib bagi saya
Pertanyaan : Apakah anak anda saat itu sudah bekerja?
Jawab : dia waktu itu masih sekolah SMA
Pertanyaan : Apakah sebelumnya itu anda sudah punya rencana menikahkan anak
anda dalam usia muda?
Jawaban : Tidak ada sama sekali, ini hanya karena sudah ada insiden aja
Pertanyaan : Bagaimana kondisi ekonimi keluarga anak anda?
Jawab : Dia pernah cerita sangat mengalami kesulitan, Ia pernah minta uang
kepada saya untuk memenuhi kebutuhannya.
Pertanyaan : Apakah sekarang mereka sejahtera saja?
Jawaban : Yang saya lihat sejahtera saja, tapi tidak tahu bagaimana pada
kenyataannya
Pertanyaan : Apa yang anda senangi terhadap anak anda kawin dini?
Jawaban : Ya dia sudah mulai memperbaiki kebiasaannya. Dan juga sekarang
sudah punya cucu
Pertanyaan : Apakah anda pernah menyuruh anak anda untuk sekolah lagi?
Jawaban :Tidak pernah, saya hanya tergantung dia. Karena sekarang dia sudah
dewasa jadi tidak mau memaksa ia lagi
Nama : Weny
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena dari kebiasaan kita memang menikah muda semua. Orang tua
saya nikah muda, saya pun nikah muda. Lagipun ia sudah punya
pacar, dari pada berbuat zina tentu tidak baik
Pertanyaan : Kenapa ada kebiasaan itu ?
Jawaban : Ya memang begitu, yang namanya sunah nabi lebih baik
dilaksanakan. Lagian bisa membuat kita lebih dewasa dan juga jika
sudah menikah dan tidak berbuat yang macam-macam
Pertanyaan : Apakah perkawinan ini atas paksaan anda?
Jawab : Tidak, anak saya juga sudah ingin kawin, begitu juga dengan
keluarga besan saya
Pertanyaan : yang anda lihat, apakah kelurga anak anda sejahtera?
Jawaban : yang saya lihat sejahtera-sejahtera saja, namun awal menikah ia
sempat curhat masalah ekonomi. Dan saat itu saya memberi uang
kepada ia. Ya maklum saja anak muda kalau kawin memang
banyak rintangan, karena ini merupakan proses pendewasaan.
Saya pun dahulu juga begitu.
Nama : Janis
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena memang ia tidak mau sekolah, dan kesehariannya hanya di
rumah saja. Dari pada tidak ngapain, lebih baik kawin saja. Selain itu
juga karena ekonomi keluarga
Pertanyaan : Bagaimana ekonomi keluarga anda?
Jawaban : Ya sejak ayahnya sakit kita serba kekurangan. Saya harus bekerja
membantu orang. Dengan harapan ia menikah setidak beban kita
berkurang.
Pertanyaan : Apakah sejak ia kawin mempengaruhi perekonomian anda?
Jawaban : Iya tentu saja, dan lagi menantu saya bekerja. Dan pekerjaannya
cukup mapan. Sekarang ia sering membantu saya dalam mencukupi
kebutuhan makan
Pertanyaan : yang anda lihat, apakah kelurga anak anda sejahtera?
Jawaban : Setahu saya Alhamdulillah sejahtera.
Nama : Risanjani
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena ia sudah menghamili temannya ketika itu
Pertanyaan : Apakah anda yang menyuruh?
Jawaban : Iya saya yang menyuruh dan juga orang tua perempuan tersebut
mendatangi kita, ia meminta anak saya bersedia mengawini anaknya
Pertanyaan : Apakah anda sebelumnya tahu anak anda pacara?
Jawaban : tahu, namun yang saya lihat hanya berhubungan biasa saja, saya
tidak menyangka mereka bisa berbuat seperti itu. Dan lagi saya sudah
kenal dengan perempuan tersebut
Pertanyaan : pengawasan sepeti apa yang anda terapkan terhadap anak anda?
Jawaban : saya dan suami sudah memberikan pemahaman kepada anak saya. \
Kala itu ia sempat mengajak temannya tersebut kerumah. Saya tidak
pernah mengizinkan ia keluar malam. Dengan terjadinya insiden ini
kita merasa bersalah sekali dalam mendidik anak
Pertanyaan : yang anda lihat, apakah kelurga anak anda sejahtera?
Jawaban : Alhamdulillah sekarang mereka sudah bahagia dengan anak-anak
mereka. Namun di awal-awal menikah mereka pernah mengeluh
masalah keuangan. Karena memang ketika itu ia hanya bekerja
serabutan