Anda di halaman 1dari 109

DAMPAK PERKAWINAN USIA DINI TERHADAP KESEJAHTERAAN

KELUARGA (STUDI KASUS DI KECAMATAN KEMBANGAN JAKARTA


BARAT)

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Habibi Ahmad Dalili


NIM. 11140440000065

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A
1441 H/ 2020
DAMPAK PERKAWINAN USIA DINI TERHADAP KESEJAHTERAAN
KELUARGA (STUDI KASUS DI KECAMATAN KEMBANGAN JAKARTA
BARAT)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan

Hukum untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Habibi Ahmad Dalili


NIM. 11140440000065

Pembimbing:

Dr. Syahrul A’dam, M. Ag.


NIP. 197305042000031002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1441 H/ 2020

i
ii
iii
ABSTRAK
Habibi Ahmad Dalili. NIM 11140440000065. Dampak Perkawinan Usia
Dini Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Kecamatan Kembangan Jakarta
Barat). Skripsi Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum.
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/ 2020 M. ( 62
halaman) dan lampiran (33 halaman)
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perkawinan
usia dini dan juga dampak dari perkawinan usia dini terhadap kesejahteraan keluarga
di Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Dalam penulisan skripsi ini, penulis
mewawancarai 6 pelaku perkawinan dini di Kecamatan Kembangan,dan orang tua
dari pelaku perkawinan dini tersebut. Dan juga Kepala KUA Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat
Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif yaitu lapangan
(Field Research) untuk mendapatkan informasi yang akurat dalam objek penelitian
ini. Pendekatan dalam penelitian ini normatif empiris yaitu penggabungan antara
pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris.
Metode pendekatan normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum
normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang
terjadi dalam suatu masyarakat dan menghasil data deskriptif analisis
Perkawinan dini yang terjadi di Kecamatan Kembangan disebabkan karena
empat faktor yaitu: yang pertama, faktor hamil di luar kawin, faktor agama, ekonomi
dan kebiasaan. Kawin dini karena hamil di luar kawin menjadi faktor paling dominan
yang penulis temui di Kembangan. Yang kedua faktor agama, yang mana perkawinan
dini merupakan perwujudan dari menjalankan perintah Allah dan juga sebagai bentuk
menghindari perzinaan di kalangan remaja. Ketiga faktor ekonomi yang mana dengan
melakukan kawin dalam usia dini dapat mengurangi beban keluarga. Yang keempat
adalah kebiasaan keluarga. Dimana orang tua, paman juga melakukan kawin muda.
Yang mana sudah menjadi tradisi bagi keluarganya untuk kawin dalam usia dini.
Perkawinan dini di Kecamatan Kembangan menimbulkan beberapa dampak
diantaranya adalah: dampak positif dan dampak negatif. Adapun dampak positifnya
adalah dapat menghindari remaja tersebut dari perbuatan zina dan dapat mengurangi
beban ekonomi keluarga, karena kondisi ekonomi orang tuanya susah, jadi dengan
kawin dini bisa mengurangi beban keluarga. Adapun dampak negatif dari perkawinan
dini adalah mengalami kesulitan ekonomi keluarga yang disebabkan karena mayoritas
pelaku kawin dini belum memiliki pekerjaan tetap, sehingga tidak dapat memnuhi
kebutuhan keluarga. Juga sering terjadinya perselisihan yang berujung pertengakaran
antara suami dan isteri. Selain itu juga berdampak terhadap pendidikan anak.

Kata kunci : Perkawinan usia dini, faktor kawin dini, dampak kawin dini
Pembimbing : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag.
Daftar Pustaka : 1967-2020

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada umat manusia di muka bumi ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia yang membawa risalah kebenaran
yakni baginda Nabi besar Muhammad SAW, keluarga serta para sahabatnya yang
mulia yang merupakan panutan bagi seluruh umat manusia di dunia.

Skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa adanya bantuan bimbingan. arahan,
dukungan. dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
Wakil Dekan I. II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Dr. Mesraini, M.Ag. Ketua Program Studi Hukum Keluarga UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ahmad Chairul Hadi, M.A. Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Syahrul A’dam, M.Ag. Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan akademik, memberikan
motivasi, dan memberikan masukan-masukan dalam penyususnan skripsi ini dari
awal hingga akhirnya dapat terselesaikan.
5. Dr. Hj Azizah, M.A, dosen penasehat akademik yang telah memberikan arahan-
arahan semasa studi.
6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama masa perkuliahaan yang tidak bisa penulis sebut semuanya tanpa
mengurangi rasa hormat penulis.
7. Seluruh staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis serta memfasilitasi
guna menyelesaikan skripsi ini.
8. Yang teristimewa yaitu orang tua penulis, khususnya untuk Bapak Ahmad Dalili
dan Ibu Umu Habibah HN. serta adik-adik tersayang Fitriah Putri Ahmad Dalili,
Farhan Ahmad Dalili, Aisah, juga seluruh keluarga saya tercinta yang banyak
memberikan motivasi dan dorongan, serta bantuan baik secara moral maupun
spiritual.

v
9. Teman-teman seperjuangan penulis, Rizky Monica, Rere Nurriza, S.H., Mauriska
Chairani Agza, S.H., Faizuluddin, Harfina Duata, S.H.,Fajri Ilhami, S.H., Fahmi
Kurniawan, S.H., Mus’ab Khomaini, Ahmad Rifa’i, Munandar, Rizal Ahmad
Syaputra, Choirullah Syawaluddin, S.I.Kom., Haidar Ghazali, Saefuddin
Zuhri,S.Kom., Ahmad Faiz Zindan Balliyan, S.IP., yang telah bersedia
memberikan waktu untuk sharing dan membantu memperkaya skripsi yang
penulis buat.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa Hukum Keluarga angkatan 2014, yang telah
menemani penulis dalam menempuh pendidikan di Program Studi Hukum
Keluarga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
semoga Allah SWT membalasnya. Aamiin.

Penulis menyadari perlu adanya perbaikan dalam skripsi ini. maka dari itu kritik
dan saran yang datang dari para pembaca akan penulis perhatikan dengan baik.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya khususnya untuk mahasiswa/i
Fakultas Syariah dan Hukum.

Jakarta, 15 Oktober 2020

Penulis

Habibi Ahmad Dalili

vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. ii
LEMBARAN PENGESAHAN UJIAN……………………………………...iii
ABSTRAK .........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 5
E. Studi Review Terdahulu ......................................................... 7
F. Metode Penelitian ................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 10
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP PERKAWINAN USIA
DINI TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA
A. Perkawinan Dalam Islam
1. Pengertian Perkawinan .................................................... 13
2. Dasar Hukum Perkawinan ............................................... 14
3. Hukum Perkawinan…………….……………………….14
4. Syarat dan Rukun Pernikahan ......................................... 15
B. Dasar Hukum Perkawinan Dalam Hukum Positif
1. Undang Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974………..17
2. Kompilasi Hukum Islam………………………………...19
3. Asas-Asas Perkawinan…………………………………..20
C. Perkawinan Usia Dini
1. Perkawinan Dini Dalam Hukum Indonesia………….….21
2. Perkawinan Dini Dalam Hukum Islam……………….…22

vii
3. Faktor-Faktor Perkawinan Usia Dini…………………...24
4. Dampak Perkawinan Dini………………………………26
D. Menciptakan Rumah Tangga Sejahtera………………...….29

BAB III PROFIL MASYARAKAT KECAMATAN KEMBANGAN

KOTA JAKARTA BARAT

A. Kondisi Kecamatan Kembangan


1. Letak Geografis………………………………………….32
2. Keadaan Domografis…………………………………….33
3. Keadaan Pendidikan Masyarakat Kembangan………….33
4. Keadaan Keagamaan Masyarakat Kembangan……...…35
5. Keadaan Ekonomi Masyarakat Kembangan…………….36
B. Fenomena Perkawinan Dini Pada Masyarakat Kembangan….37
BAB IV PRAKTIK PERKAWINAN DINI KECAMATAN

KEMBANGAN

A. Temuan Penelitian
1. Faktor Penyebab Perkawinan Dini…………….…….…42
2. Dampak Perkawinan Dini……………………………….….47
B. Pembahasan Penelitian
1. Faktor Penyebab Perkawinan Dini……………………..53
2. Dampak Perkawinan Dini…………………...…………55

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………60
B. Saran-saran…………………………………………………61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia hidup di dunia tidaklah sendirian, melainkan berdampingan
dengan manusia lain. Ini dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan. Akibat manusia yang saling
berhubungan tersebut, manusia memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya. Islam
mengatur manusia dalam hidup berjodoh – jodohan itu melalui perkawinan yang
ketentuannya dirumuskan dalam wujud aturan-aturan yang disebut hukum
perkawinan. Perkawinan itu adalah salah satu cara yang telah ditetapkan oleh Allah
untuk memperoleh anak dan memperbanyak keturunan serta melangsungkan
kehidupan manusia.1
Perkawinan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia yang paling utama dalam pergaulan didalam masyarakat, perkawinan juga
untuk mengatur kehidupan serta keturunan agar terjadinya suatu ikatan antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai pasangan suami istri untuk hidup
bersama dengan tujuan untuk membentuk keluarga dalam berumah tangga,
perkawinan merupakan sunah rasul yang amat mulia yang dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk yang paling mulia diantara yang lainnya yang diciptakan oleh Allah
SWT.
Sebelum datangnya Islam, posisi perempuan sungguh dalam keadaan yang
tidak terhormat, bahkan dalam batas tertentu tidak dianggap sebagai manusia. Begitu
pula dalam perkawinan, perempuan dijadikan layaknya barang yang dapat
dipertukarkan, tanpa adanya ikatan yang jelas, salah satu keberhasilan Islam untuk
mengangkat harkat dan martabat perempuan adalah ketika dalam melaksanakan

1
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah,( Surabaya : PT Bina Ilmu, 1995) h. 42

1
2

perkawinan harus dilakukan dengan akad yang jelas, adanya mahar sebagai
penghormatan kepada perempuan, dan harus disertai dengan wali.2
Dalam ajaran agama Islam memandang perkawinan itu suatu nilai keagamaan
sebagai wujud ibadah kepada Allah dan Sunah Nabi yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan Hadis. Sehingga unsur ibadah dalam perkawinan yang berarti ingin
menyempurnakan sebagian dari agama dan menumbuhkan nilai kemanusiaan serta
rasa kasih sayangnya terhadap manusia lainnya3.
Menurut doktrin hukum Islam klasik, perkawinan dianggap sah dan terjadi
dengan adanya ijab (menyerahkan) yang diucapkan oleh wali dari pihak calon istri
dan adanya qabul (menerima) yang diucapkan oleh pihak laki-laki dengan dihadiri
saksi dua orang atau satu orang Muslim laki-laki dan dua orang Muslim perempuan,
dan adanya mahar. Unsur-unsur teresebut dinamakan dengan rukun perkawinan, dan
setiap rukun dari perkawinan terdapat syarat-syarat yang harus terpenuhi. Syarat bagi
rukun adanya ijab qabul adalah, diantaranya, bahwa ijab dan qabul harus dengan
kalimat yang jelas, selaras, dan berkesinambungan. Wali yang mengucapkan ijab
juga harus memenuhi syarat, seperti, persamaan agama. Begitu juga halnya dengan
saksi.4
Perkawinan adalah suatu hal yang sangat sakral, baik menurut ajaran agama
Islam maupun kedudukannya dalan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 perkawinan adalah
perbuatan hukum yang membawa pengaruh sangat besar dan mendalam bagi orang
yang melakukannya maupun bagi masyarakat dan Negara. Sehingga pengertian luas
dari perkawinan adalah ikatan lahir batin dan tanggung jawab yang berkelanjutan,

2
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia,(Jakarta, Sinar Grafika:2013). h.228
3
Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang perkawinan, ( Jakarta, PT. Bulan Bintang,
1974),h. 5-9
4
Asep Saepudin Jahar, Euis Nurlaelawati dan Jaenal Aripin, Hukum Keluarga, Pidana &
Bisnis, (Jakarta,KENCANA:2013),h. 25
3

tidak hanya sekedar hubungan keperdataan saja, tetapi hubungan antara sesama
manusia baik di dunia maupun di akhirat.5
Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa. Dalam UU No 1
Tahun 1974 Pasal 7 ayat 1 : Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
(enam belas) tahun.6 Dan pada Bulan September, batas umur perkawinan di revisi
menjadi 19 tahun untuk laki-laki dan 19 tahun untuk perempuan berdasarkan
Undang-Undang No. 16 Tahun 20197
Adapun asas-asas atau prinsip-prinsip perkawinan yang tertera dalam
Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, yaitu :
1. Asas sukarela.
2. Asas partisipasi keluarga.
3. Asas perceraian dipersulit.
4. Asas monogami (poligami di batasi dan di perketat).
5. Asas kedewasaan calon mempelai (usia nikan).
6. Asas memperbaiki dan meningkatkan derajat kamu wanita.8
Berdasakan asas-asas yang tertera di dalam Undang-Undang Perkawinan di
atas, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai asas kedewasaan calon
mempelai yang akan melangsungkan perkawinan yaitu tentang pembatasan usia
dalam melaksankan perkawinan sangatlah penting karena didalam Undang-Undang
Perkawinan sudah mengatur dan jelas di sebutkan mengenai pembatasan usia
perkawinan yang dijelaskan pada setiap calon mempelai yang hendak
melangsungkan akad perkawinan harus benar-benar matang secara fisik maupun
psisikis atau sudah siap jasmani dan rohani.

5
Bakrie A. Rahman dan Ahmad Sukarja, Hukum Perkawinan Menurut Islam, UU
Perkawinan dan Hukum Perdata/BW, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1981), Cet. Ke-1,h.7.
6
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan Pasal 7 ayat 1
7
Undang-Undang Perkawinan No. 16 Tahun 2019
8
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, (Yogyakarta: Graha
Ilmu,2011)h. 7.
4

Sehingga perkawinan menuju keluaraga sejahtera tidak hanya membutuhkan


persiapan jasmani dan rohani melainkan kematangan organ reproduksi perempuan
untuk melakukan hubungan seksual, hamil, melahirkan dan menyusui. Selain itu juga
di butuhkan kesiapan sosial, ekonomi, emosi dan tanggung jawab, pemikiran dan
nilai-nilai kehidupan serta keyakinan atau agama sehingga menyebabkan
terbentuknya keluarga dalam keadaan yang demikian mempunyai saham yang cukup
besar dan meyakinkan untuk meraih taraf kebahagiaan dan kesejahteraan dalam
keluarganya bukan hanya cinta semata yang terjebak oleh buaian cinta romantis yang
mengakibatkan mereka terpaksa kawin di usia muda.9 Usia perkawinan yang terlalu
muda dapat mengakibatkan dampak terhadap kesejahteraan keluarga karena
kurangnya kesadaran akan ilmu yang dimiliki oleh orang tua mereka sebelum
mekawin, serta kestabilan emosi dan finansial untuk membesarkan anak.
Untuk mencapai kesejahteraan rumah tangga tersebut tentu dipengaruhi oleh
banyak hal salah satunya adalah kedewasaan atau kematangan mental suami dan
istri, tanpa dibarengi dengan itu sangat mustahil untuk meraih kebahagiaan. Karena
akan dipengaruhi oleh pola pikir dalam berumah tangga. Misalnya terjadi suatu
masalah dalam pemecahan masalah tersebut akan berbeda dengan keluarga yang
sudah matang dan memiliki kedewasaan.10Di batasinya usia perkawinan tentu
merupakan suatu bentuk upaya dari pemerintah dalam rangka mengurangi angka
percerain. Karena rentan pada usia-usia dini terjadinya perceraian.
Perkawinan usia dini adalah perkawinan yang di lakukan oleh pasangan
kekasih di mana mereka belum mencukupi batas usia perkawinan. Sebagaimana
batas usia perkawinan adalah usia 19 tahun untuk laki-laki dan perempuan 19 tahun
yang di atur dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 tentang perkawinan.
Pada masyarakat Kecamatan Kembangan masih marak yang melakukan
perkawinan usia dini. Usia ayah dan ibu yang masih terlampau muda membuat
9
Kementrian Agama RI, Modul Keluarga Sakinah Bersperpektif Kesetaraan bagi Penghulu,
Penyuluhan, dan Konselor BP4, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012),h. 61.
10
Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004) h. 8.
5

dampak pekawinan usia dini menjadi meningkat. Faktanya untuk kasus perkawinan
usia dini di Pengadilan Agama dari tahun 2016 sampai 2018 tercatat ada 47 kasus
perkara yang tersebar disetiap kecamatan yang ada di Jakarta Barat. Adapun kasus
terbanyak terdapat di Kecamatan Kembangan terdapat 11 kasus yang tercatat dan
terdapat juga perkawinan usia dini yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan
Kembangan yang tidak di catatkan berdasarkan wawancara pribadi peneliti dengan
tokoh agama yang mekawinkan perkawinan usia dini secara siri. Hal ini terjadi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, untuk itu penulis ingin mengetahui lebih jauh
mengenai faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia dini serta dampak
dari perkawinan usia dini dalam kesejahteraan keluarga. Maka dengan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengambil masalah diatas dengan mengambil judul skripsi
“Dampak Perkawinan Usia Dini Terhadap Kesejahteraan Keluarga (Studi
Kasus Di Kecamatan Kembangan Jakarta Barat) ” .
B. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang menjadi identifikasi penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peran pemerintah terhadap banyaknya praktik perkawinan usia dini.
2. Masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi peraturan pemerintah tentang
perkawinan.
3. Bagaimana cara mengurangi praktik perkawinan usia dini
4. Apa saja aktor-faktor perkawinan dini di Kecamatan Kembangan
5. Dampak bagi masyarakat yang melaksanakan perkawinan dini di Kembangan
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang di atas,
maka peneliti membatasi penelitian ini pada perkawinan dini terjadi dari tahun
2016-2018 dan membahas dampak perkawinan usia dini terhadap kesejahteraan
keluarga di masyarakat Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
6

2. Perumusan Masalah
Dari masalah pokok di atas penulis mengambil rumusan masalah yaitu
Bagaimana dampak perkawinan usia dini terhadap kesejateraan keluarga. Dan
pertanyaan penelitian (researchs question), yaitu :
a. Apa saja faktor-faktor yang mendorong terjadinya perkawinan usia dini di
Kecamatan Kembangan?
b. Bagaimana dampak positif dan negative pekawinan usia dini terhadap
kesejahteraan keluarga di Kecamatan Kembangan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perkawinan usia dini dan juga dampak
dari perkawinan usia dini dalam kesejahteraan keluarga di Kecamatan
Kembangan Jakarta Barat.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan dicapai dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
a. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bentuk sumbang
pemikiran untuk penelitian lanjutan, baik sebagai bahan awal maupun
sebagai bahan perbandingan untuk penelitian yang lebih luas dan
berhubungan dengan Perkawinan dini di Kecamatan Kembangan
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah
pengetahuan dibidang hukum terkait persoalan perkawinan dini di
Kecamatan Kembangan
7

E. Studi Terdahulu
Pembahasan berupa skripsi mengenai perkawinan usia dini sudah banyak
dikaji. Oleh karena itu penulis berusaha untuk mengangkat persoalan dampak
perkawinan usia dini terhadap kesejahteraan keluarga dengan melakukan riset di
Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
Untuk mengetahui fakta dari penelitian, maka data studi terdahulu ini, penulis
akan menguraikan beberapa penelitian yang mempunyai kesamaan dalam tema akan
tetapi dalam pembahasannya berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ada suatu tema
yang hampir sama dengan penelitian ini, penelitian yang di maksud antara lain:
1. Tradisi Perkawinan Bawah Umur Di Kelurahan Pamenang Kec. Pamenang
Kab. Jambi, Fakultas Syariah dan Hukum oleh Syoraya Nurjannah, Tahun
2015. Peneliti ini menggunakan metode kualitatif. Hasil temuan dalam skripsi
ini yaitu pelaksanaan perkawinan bawah umur dikelurahan Pamenang ada dua
yaitu tercatat di KUA setempat dan Tidak tercatat. Faktor-faktor yang
menjadi penyebab terjadinya perkawinan bawah umur dikelurahan Pamenang
yaitu pertama faktor pendidikan yang rendah kedua faktor ekonomi dan
faktor lingkungan dan pergaulan bebas.
Dampak-dampak perkawinan bawah umur di kelurahan Kembangan
yaitu Perceraian diusia muda, Psikologis, dan Sulit mendapatkan akta
kelahiran. Pandangan pelaku terhadap perkawinan bawah umur, mayoritas
pelaku perkawinan bawah umur bahagia dengan kehidupan perkawinanya dan
mereka bisa mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Hanya 2 orang saja yang perkawinannya tidak berlangsung lama karena tidak
mendapatkan kebahagian dari perkawinannya. Letak perbedannya dengan
punya peneliti terdapat pada tempat penelitiannya yang terletak di Keacamatn
Kali Deres Jakarta Barat dan peneliti dalam tinjauan pustaka tersebut
membahas tentang tradisi perkawinan bawah umur di Kelurahan Pamenang
Kec. Pamenang Kab. Jambi sedangkan yang penulis bahas adalah tentang
dampak pernikhan usia dini dalam kesejahteraan keluaraga.
8

2. Pengaruh Perkawinan di Bawah Umur Terhadap Tingkat Perceraian Dalam


Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus) di Kecamatan Kindang Kabupaten
Bulukumba, Fakultas Syariah dan Hukum oleh Sulfahmi, Tahun 2017. Hasil
temuan dalam skripsi ini yaitu, faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan
di bawah umur di Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba dipengaruhi
oleh beberapa faktor, faktor ekonomi, pendidikan, kekhawatiran orang tua,
dan faktor lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan terjadinya perceraian yang dilakukan anak
yang mekawin di bawah umur di Kecamatan Kindang Kabupaten
Bulukumba, yaitu berdampak pada diri sendiri seperti mengalami trauma,
sulitnya penyesuaian diri, dan serta adanya perubahan peran status.
Pandangan pelaku terhadap perkawinan bawah umur, keyataan di
lapangan perkawinan menunjukkan bukannya melahirkan kemaslahatan
keluarga dan rumah tangga, perkawinan di bawah umur justru berujung pada
perceraian. Letak perbedannya dengan punya peneliti terdapat pada tempat
penelitiannya yang terletak di Keacamatan Kali Deres Jakarta Barat dan
peneliti dalam tinjauan pustaka tersebut membahas tentang pengaruh
perkawinan di bawah umur terhadap tingkat perceraian dalam perspektif
hukum Islam di Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba sedangkan yang
penulis bahas adalah tentang dampak pernikhan usia dini dalam kesejahteraan
keluarga.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam skripsi ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif dilaksanakan untuk membangun pengetahuan
melalui pemahaman dan penemuan. Pendekatan penelitian kualitatif adalah
suatu proses penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metode yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada penelitian ini
peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci
9

dari pandangan responden dalam hal ini yang melakukan perkawinan usia dini
dan juga orang tua nya..11
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penulisan ini merupakan pendekatan normatif empiris.
Pendekatan normatif empiris adalah penggabungan antara pendekatan hukum
normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode
pendekatan normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif
(undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang
terjadi dalam suatu masyarakat. Kemudian penelitian ini menghasil data
deskriptif analisis, artinya metode yang menggambarkan dan memberikan
analisis terhadap kenyataan dilapangan dilapangan berupa kata-kata tertulis dan
lisan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.12 Dalam penelitian ini penulis
mendeskripsi apa yang penulis dapatkan berdasarkan wawancara dengan pelaku
kawin dini dan juga orang tuanya. Kemudian penulis analisis dengan peraturan
yang berlaku.

3. Data Penelitian
a. Data premier yaitu sumber data yang di peroleh langung dari narasumber
yang akan diteliti dengan cara wawancara mendalam, narasumber dalam
penelitian ini yaitu masyarakat Kecamatan Kembangan Jakarta Barat yang
melangsungkan perkawinan usia dini, Kepala KUA Kecamatan Kembangan
serta ulama setempat di Kecamatan Kembangan.
b. Data Skunder yaitu data tambahan yang dapat di jadikan acuan dalam
masalah penelitian ini yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang
mendukung penelitian ini seperti buku-buku tentang perkawinan usia dini,
catatan dan transkip serta dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan
perkawinan usia dini.

11
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Gaung Persada, 2009, cet.1), h. 11.
12
Lexy Maelong J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Karya, 2002), cet.
Ke-1, h.3
10

4. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan beberapa tahap,
yaitu:
a. Interview (Wawancara)

Teknik wawancara atau interview yaitu suatu metode pengumpulan


data yang sering digunakan dalam metode penelitian. Bagian dari survey
adalah teknik wawancara dengan mencari informasi dari informan terhadap
persoalan yang terjadi di masyarakat.13 Penulis mewawancarai 6 (enam)
orang pelaku perkawinan usia, 6 (enam) orang tua pelaku, Kepala KUA
Kembangan dan ulama setempat.

Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan narasumber


yang diwawancarai dengan teknik probability sampling dan berfokus pada
teknik conten random sampling. Probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, sedangkan simple
random sampling dikatakan simpel (sederhana) karena pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada di dalam populasi itu.14Wawancara dengan tokoh
masyarakat, masyarakat, Kepala KUA beberapa masyarakat yang pernah
melaksanakan perkawinan dini.
b. Penelitian Kepustakaan
Sumber data utama kajian ini adalah menelaah buku-buku yang
berkaitan dengan penelitian ini baik bentuk skripsi, thesis, jurnal, dan
literatur lain yang terkait dengan perkawinan dini.

13
Silalahi Ulber, Metode Penelitian Sosial, (Bandung; Refika Aditama, 2009), h.35.
14
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2015), cet.4, h. 151-152.
11

c. Dokumentasi
Dokumen merupakan metode pengumpulan data yang tidak di
tunjukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis
pengumpulan data mengenai kawin dini yang meneliti berbagai macam
dokumen tentang kawin dini yang berguna untuk bahan analisis
5. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif analisis
yaitu penelitian yang menggambarkan secermat mungkin tentang hal yang
diteliti dengan jalan mengumpulkan data-data atau informasi berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Dalam hal ini materi pokoknya adalah dampak
perkawinan usia dini terhadap anak. Kemudian penulis analisis dengan undang-
undang maupun peraturan yang berlaku
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syaria’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang meliputi sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN : Membahas tentang masalah yang melatar
belakangi skripsi ini yang meliputi : Latar Belakang, Batasan Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Kajian Terdahulu, Metode
Penelitian dan Sistematika Penelitian.
BAB II : merupakan serangkaian kumpulan kajian teori yang akan digunakan
untuk menjelaskan dan mendeskripsikan objek penelitian. Pada bab ini peneliti akan
menjelaskan tentang, Pertama : perkawinan secara umum yang meliputi pengertian
perkawinan, dasar hukum perkawinan, tujuan perkawinan, tujuan perkawinan serta
hak dan kewajiban suami istri, perkawinan usia dini, batas usia perkawinan. Kedua :
konsep sosiologi keluarga.
12

BAB III : merupakan paparan data yang meliputi gambaran umum tentang
Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat dan faktor-faktor yang menyebabkan pelaku
melakukan perkawinan usia dini serta dampak perkawinan usia dini dalam
kesejahteraan keluarga.
BAB IV : merupakan pembahasan dengan menggunakan analisa atau kajian
teori yang telah ditulis dalam bab II. Yang meliputi analisa data faktor penyebab
terjadinya perkawinan usia dini di Kecamatan Kembangan Jakarta Barat, serta
analisa tetntang dampak perkawinan usia dini terhadap kesejahteraan keluarga di
Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
BAB V PENUTUP : bab ini merupakan penutup, berisi kesimpulan yang
berisikan urutan jawaban akhir dari permasalahan yang ada dan saran-saran
BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP PERKAWINAN USIA DINI TERHADAP


KESEJAHTERAAN KELUARGA

A. Perkawinan Dalam Islam


1. Pengertian Perkawinan

Dalam Undang undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, “Perkawinan


adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.1
Selanjutnya juga dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam bahwa
“Perkawinan adalah ikatan yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliidzhon untuk
menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”. 2 Pernikahan
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan bilogis saja,walaupun kebutuhan
biologis merupakan faktor yang sangat penting sebagai penunjang atau
pendorong dalam rangka merealisir kehidupan bersama baik untuk mendapatkan
kebutuhan biologis.
Perkawinan juga diartikan pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan untuk waktu yang lama. Perkawinan adalah salah satu
perintah peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat kita, sebab
pernikahan itu tidak hanya menyangkut pria dan wanita calon mempelai saja,
tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara-saudaranya, bahkan keluarga-
keluarga mereka masing-masing.3
Adapun tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1
Tahun 1974 pasal 1 adalah Untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang

1
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
2
Kompilasi Hukum Islam
3
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata. (Jakarta: PT. Intermasa, 1984), h. 231

13
14

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.4 Menurut


komplikasi hukum Islam tujuan pernikahan adalah untuk mewujudkan kehidupan
rumah tanggga yang sakinah, mawwadah dan rahmah.5
Golongan asy-Syafi‟iyah mendifinisikan nikah adalah akad yang
mengandung ketentuan hukum kebolehan watha‟ dengan lafaz nikah atau tazwij
atau yang semakna dengan keduanya”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pernikahan
adalah akad yang sangat kuat yang mengandung ketentuan ketentuan hukum
kebolehan hubungan seksual dengan lafadz nikah dan kata kata yang semakna
dengan untuk membina rumah tangga yang sakinah dan untuk menaati perintah
Allah swt dan melakukanya merupakan ibadah.
2. Dasar Hukum Perkawinan

Allah Swt berfirman dalam Alquran Surat An-Nisa ayat 3:

‫سا ِء َم ْثىَ ٰى‬َ ِّ‫اب لَ ُك ْم ِمهَ الى‬ َ َ‫سطُوا فِي ا ْليَتَا َم ٰى فَا ْو ِك ُحوا َما ط‬ ِ ‫َوإِنْ ِخ ْفتُ ْم أَ اَّل تُ ْق‬
ٰ
‫َوثُ ََل َث َو ُربَا َع ۖ فَإِنْ ِخ ْفتُ ْم أَ اَّل تَ ْع ِدلُوا فَ َوا ِح َدةً أَ ْو َما َملَ َكتْ أَ ْي َماوُ ُك ْم ۚ َذلِكَ أَ ْدوَ ٰى أَ اَّل‬
‫تَعُولُوا‬
Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.
kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil. Maka (kawinilah)
seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.
3. Hukum Perkawinan
Jumhur ulama sepakat bahwasannya hukum perkawinan ditentukan
hukumnya berdasarkan keadaan seseorang. Adapun 5 hukum perkawinan adalah:6

4
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
5
Kompilasi Hukum Islam
6
Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Modern, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011), H.
80.
15

a. Wajib
Hukumnya wajib bagi seseorang yang telah pantas untuk menikah,
berkeinginan untuk menikah dan memiliki perlengkapan untuk menikah, ia
khawatir akan terjerumus ke tempat maksiat kalau ia tidak menikah.
b. Sunnah
Hukumnya sunnah bagi seseorang yang telah berkeinginan untuk menikah,
dan secara materi sudah mencukupi
c. Mubah
Hukumnya boleh bagi seseorang yang belum ada keinginan untuk
menikah dan perkawinan itu tidak akan mendatangkan kemudaratan apa-apa
kepada siapapun.
d. Makhruh
Makhurh bagi seseorang yang belum pantas untuk menikah, belum
berkeinginan untuk menikah, sedangkan perbekalan untuk perkawinan juga
belum ada. Begitu pula ia telah mempunyai perlengkapan untuk perkawinan,
namun mengalami cacat fisik.
e. Haram
Haram hukumnya bagi seseorang yang tidak akan dapat memenuhi
ketentuan syara‟ untuk melakukan perkawinan atau ia yakin perkawinan itu
tidak akan memcapai tujuan syara‟, sedangkan dia meyakini perkawinan itu
akan merusak kehidupan pasangannya
4. Syarat dan Rukun Perkawinan

Dalam melaksanakan perkawinan ada hal-hal yang mendasar dari


terlaksananya perkawinan tersebut, yaitu rukun dan syarat. Jumhur ulama sepakat
bahwa rukun nikah ada 5 yaitu: Calon laki-laki, calon perempuan, wali dari
perempuan, dua orang saksi, Ijab dan Qabul Adapun rukun dan syarat perkawinan
adalah:
a. Calon mempelai pria, adapun syarat-syarat dari calon pria adalah
16

1) Beragama Islam
2) Laki-laki
3) Jelas orangnya
4) Dapat memberikan persetujuan.
5) Bukan termasuk laki-laki yang diharamkan untuk menikah
b. Calon mempelai wanita, syaray-syaratnya
1.) Bergama
2.) Perempuan
3.) Jelas orangnya
4.) Dapat diminta persetujuan
5.) Tidak terdapat halangan kawin.
c. Wali nikah, syarat-syaratnya
1) Laki-laki
2) Dewasa
3) Mempunya hak perwalian
d. Saksi nikah, syarat-syaratnya
1) Minimal dua orang laki-laki
2) Hadir dalam ijab qabul
3) Dapat mengerti maksud akad
4) Islam
5) Dewasa
e. Ijab dan Qabul, adapun syaratnya
1) Adanya pernyataan mengawinkan dari wali
2) Adanya pernyataan menerima dari calon mempelai pria
3) Memakai kata-kata nikah
4) Antara ijab dan qabul bersambungan
5) Antar ijab dan qabul jelas maknanya
6) Orang yang terkait ijab qabul tidak sedang ihram
17

7) Majelis ijab qabul minimal harus dihadiri empat orang7


B. Dasar Hukum Perkawinan Dalam Hukum Positif
1. Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
Dalam UU No, 1 Tahun 1974 dijelaskan bahwa tujuan dari perkawinan
adalah Untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Agar tujuan tersebut tercapai maka
diaturlah dalam UU tersebut mengenai syarat dari perkawinan. Adapun syarat
perkawinan yang dujelaskan dalam UU No. 1 Tahun 1974 adalah:
a. Sahnya Perkawinan
Pada pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa sahnya suatu perkawinan
apabila dilaksanakan menurut hukum agamanya dan kepercayaannya
masing-masing
b. Persetujuan kedua calon
Pada pasal 6 ayat 1 perkawinan harus didasarkan kepada persetujuan
kedua belah pihak. Antara pihak tidak boleh adanya unsur keterpaksaan.
Agar dalam menjalankan rumah tangga kedepannya berjalan harmonis.
c. Batas Usia Perkawinan
Dalam pasal 6 ayat 2 dijelaskan bahwasannya untuk seseorang yang
belum cukup umur 21 tahun, harus mendapat izin terlebih dahulu dari orang
tuanya. perlunya izin orangtua ini adalah erat sekali hubungannya dengan
pertanggungjawaban orang tua dalam pemeliharaan yang dilakukan oleh
orang tua secara susah payah dalam membesarkan anak-anaknya8
Kemudian pasal 7 ayat 1 dijelaskan bahwasannya syarat umur untuk
laki-laki adalah 19 tahun, sedangkan untuk perempuan harus 16 tahun.
Apabila syarat umur tersebut belum terpenuhi, perkawinan tidak bisa
dilaksanakan.

7
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakart: Pt Raja Grafindo Persada,
2015), h. 53.
8
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung: Alumni, 1983), h. 68.
18

Namun apabila perkawinan tersebut terpaksa harus dilaksanakan


maka kedua orang tua bisa mengajukan dispensasi kawin ke Pengadilan
tempat tinggal mereka. Untuk seseorang yang beragama Islam diajukan ke
Pengadilan Agama, sedangkan untuk yang beragama selain Islam diajukan
ke Pengadilan Negeri.
d. Tidak ada keharaman menikah
Dalam pasal 8 dijelaskan bahwa seseorang tidak boleh menikah
dengan orang sebagai berikut:9
1) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke
atas.
2) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping, yaitu antara
saudara, antara seseorang dengan saudara orang tua dan antara
seseorang dengan saudara neneknya.
3) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan bapak atau
ibu tiri.
4) Berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara
susuan, dan bibi-paman susuan.
5) Berhubungan saudara dengan isteri, dalam hal seorang suami beristeri
lebih dari seorang.
6) Mempunyai hubungan yang oleh agama atau peraturan lain yang
berlaku dilarang menikah.
e. Izin beristeri lebih dari 1 (Poligami)
Dalam pasal 3 ayat 2 dijelaskan bahwa jika seseorang ingin
menikah lagi tanpa harus menceraikan isteri sebelumnya maka orang
tersebut harus mendapatkan izin atau dispensasi dari pengadilan untuk
melaksanakan pernikahan (permohonan izin poligami) ke Pengadilan10
f. Syarat dibolehkannya beristeri lebih dari 1 (Poligami)

9
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pasal 8
10
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pasal 3 Ayat 2
19

Dalam pasal 4 ayat 2 dikatakan bahwa syarat dibolehkannya


poligami adalah;
1) Isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang isteri
2) Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
3) Isteri tidak dapat melahirkan keturunan11
2. Kompilasi Hukum Islam
Dalam Kompilasi Hukum Islam menjelaskan bahwasannya syarat dari
perkawinan adalah;
a. Calon mempelai
Dalam pasal 15 KHI ayat 1 dijelaskan bahwa calon mempelai harus
cukup umur sebagaimana yang telah di tentukan dalam UU No.1 Tahun
1974. Kemudian dalam pasal 16 dikatakan bahwa perkawinan tersebut harus
atas persetujuan keduanya. Apabila salah satu tidak setuju, maka perkawinan
tidak bisa dilangsungkan12.
b. Wali Nikah
Dalam pasal 20 ayat 1 dijelaskan bahwa wali nikah harus muslim,
aqil dan baligh, dan dalam ayat 2 dijelaskan macam-macama wali,
diantaranya:
1) Wali nasab;
2) Wali hakim; Wali hakim baru dapat bertindak apabila wali nasab tidak
ada atau tidak mungkin untuk menghadirkannya, tidak diketahui tempat
tinggalnya setelah putusan pengadilan agama mengenai wali tersebut
c. Saksi
Dalam pasal 24 ayat 2 dijelaskan bahwa saksi harus ada 2, adapun
syarat saksinya dijelaskan dalam pasal 25 yaitu musli, adil, aqil baligh, tidak

11
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pasal 4 Ayat 2
12
Kompilasi Hukum Islam, Pasal 17 Ayat 2
20

terganggu ingatan dan tidak tuna rungu atau tuli. Dan saksi harus hadir pada
saat terjadinya akad dilakasanakan.
d. Akad Nikah
Dalam pasal 27 KHI ijab dan qabul harus jelas beruntun dan tidak
berselang waktu
3. Asas-Asas Perkawinan
a. Asas-asas perkawinan menurut KUHPerdata
1) Asas monogami. Asas ini bersifat absolut/mutlak
2) Perkawinan adalah perkawinan perdata sehingga harus dilakukan di
depan pegawai catatan sipil.
3) Perkawinan merupakan persetujuan antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan di bidang hukum keluarga.
4) Supaya perkawinan sah maka harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan undang-undang.
5) Perkawinan mempunyai akibat terhadap hak dan kewajiban suami dan
isteri.
6) Perkawinan menyebabkan pertalian darah.
7) Perkawinan mempunyai akibat di bidang kekayaan suami dan isteri itu.

b. Asas-asas perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

1) Asas Kesepakatan (Bab II Pasal 6 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974), yaitu
harus ada kata sepakat antara calon suami dan isteri.
2) Asas monogami (Pasal 3 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974).
3) Perkawinan bukan semata ikatan lahiriah melainkan juga batiniah.
4) Supaya sah perkawinan harus memenuhi syarat yang ditentukan undang-
undang (Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1974).
5) Perkawinan mempunyai akibat terhadap pribadi suami dan isteri.
21

6) Perkawinan mempunyai akibat terhadap anak/keturunan dari perkawinan


tersebut.
7) Perkawinan mempunyai akibat terhadap harta suami dan isteri tersebut.13

C. Perkawinan Usia Dini


1. Perkawinan Dini Dalam Hukum Indonesia
Undang-undang Negara kita telah mengatur batas usia perkawinan.
Dalam Undang-undang pekawinan bab II Pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa
perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun
(sembilan belas tahun), sedangkan perempuan telah mencapai umur 16 tahun.
Pada tahun 2019 batas usia perkawinan yang sebelumnya di atur dalam
UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 yang mana batas usia 19 tahun laki-laki dan
16 tahun untuk perempuan sudah di revisi menjadi 19 tahun untuk laki-laki dan
19 tahun untuk perempuan sebagaiman yang di atur dalam UU Perkawinan Pasal
16 tahun 2019
Lahirnya aturan tersebut melalui proses dan berbagai pertimbangan, hal
ini dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari segi
pisik dan mental untuk menjalani rumah tangga, meskipun kenyataannya belum
tercapai. Adanya pembatasan umur ini negara menginginkan masyarakat yang
akan menikah diharapkan sudah memilki kematangan berfikir, kematangan jiwa
dan kekuatan fisik yang cukup memadai, yang penting dapat tercapai aspek
kebahagiaan.14
Perkawinan dini dalam Undang-undang disebut juga perkawinan di
bawah umur. Perkawinan di bawah umur adalah suatu pernikahan yang
dilaksanakan oleh seseorang laki-laki dan perempuan di bawah umur 19 tahun.

13
https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2011/05/14/asas-asas-perkawinan/, di akses pukul
00.28 tanggal 16 Februari 2020
14
Surmiati Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara Dan Agama
Serta Permasalahannya, (Jakarta: Fungsional Peneliti pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Sasana Widya Sarwono, 2015), h. 15
22

Undang-undang sendiri juga tidak menutup total celah untuk


melangsungkan pernikahan akan tetapi undang-undang membuka peluang
terjadinya pernikahan di bawah umur melalui proses dispensasi nikah oleh
pengadilan, dizinkan atau tidaknya tergantung pada hati nurani hakim yang
memeriksa dan memutus di pengadilan15
Pembatasan usia anak ini juga menjaga hak dan kewajiban seorang anak
seperti yang tertuang dalam Pasal 4 UU No. 23 Tahun 2002 tentang hak-hak
anak yang menyatakan, bahwa “setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipsi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi16
Pasal 26 ayat 1 UU No. 23 Tahun 2002: orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk:
a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak.
b. Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan bakat dan
minatnya.
c. Mencegah terjadinya perkawinan usia anak.
Terkait idealnya seseorang melaksanakan perkawinan BKKBN
mengatakan bahwa usia yang ideal utuk melangsungkan perkawinan yaitu umur
20-25 untuk perempuan dan 25-30 untuk pria. Pendapat tersebut melihat dari
berbagai aspek, salah satunya dari aspek kesehatan secara biologis dan
psikologis. Usia tersebut dianggap masa yang paling baik untuk berumah tangga,
karena sudah matang dan bisa berpikir dewasa secara rata-rata.17
2. Perkawinan Dini Dalam Hukum Islam
Menurut Quraish Shihab berdasarkan perspektif agama menurut dalam
sunnah nabi dan juga dalam kitab Suci Alquraan, tidak ada yang menetapkan

15
Koro Abdi, Perlindungan Anak Di Bawah Umur Dalam Perkawinan Usia Muda Dan
Perkawinan Siri, (Bandung: PT Alumni, 2012), h. 65
16
Surmiati Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara dan Agama
Serta Permasalahannyah, h.15-16
17
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun
23

batas usia calon mempelai wanita, yang tercantum dalam Alquran dan sunah
adalah tujuan pernikahan. Terkait aqil balig menurutnya dilihat dari kesiapan
fisiknya namun juga kesiapan mental seseorang.
Quraisy Shihab sebagai seorang ahli tafsir dia menyatakan perkawianan
nabi tidak akan sama dengan kita manusia biasa, oleh karena itu tidak sepatutnya
manusia biasa menyamakan diri dengan Nabi terutama dalam usia perkawinan.
Sebaliknya, mayoritas pakar hukum Islam melegalkan pernikahan dini.
Pemahaman ini hasil dari Interpretasi ayat alquraan surat Attalaq ayat 4. Selain
itu sejarah juga mencatat bahwa Aisyah dinikahi Rasullullah dalam usia sangat
muda, tetap untuk ditiru oleh umatnya18
Para fuqaha meletakkan batas umur sebagai penentu usia baligh.
Mengikut Mazhab Hanafi, Syafi'i dan Hanbali seorang anak-anak dianggap
baligh apabila berusia lima belas tahun. Manakala Mazhab Maliki pula
membatasi usia tujuh belas tahun sebagai umur baligh. Pendapat ini berdasarkan
Hadis Nabi SAW bahwa Asma’ bin Abu Bakar masuk ke rumah Rasulullah
SAW dengan berpakaian yang tipis, lalu baginda berpaling daripada melihatnya
dan bersabda: “Wahai Asma’! Apabila seseorang perempuanitu mencapai umur
haid (baligh), maka tidak boleh dilihatnya padanya kecuali ini dan ini” - sambil
baginda tunjukkan pada muka dan dua tapak tangannya. (HR. Abu Dawud)
Ulama Mazhab sepakat bahwa haidh dan hamil merupakan bukti ke-
baligh-an seorang wanita. Hamil terjadi karena terjadinya pembuahan ovum oleh
sperma, sedangkan haidh kedudukannya sama dengan mengeluarkan sperma bagi
laki-laki. Karena ada pengalaman membuktikan bahwa kehamilan bisa terjadi
pada anak gadis usia sembilan tahun, sedangkan kemampuan untuk hamil
dipandang sepenuhnya sama dengan hamil itu sendiri19

18
Surmiati Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara dan Agama
Serta Permasalahannyah, h.23-24
19
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera, 2008), h. 317-318
24

Maka karena itu, tidak ditetapkannya usia tertentu dalam masalah usia
sebenarnya memberikan kebebasan bagi umat untuk menyesuaikan tergantung
situasi, kepentingan, kondisi pribadi keluarga. Karena dalam Islam sendiri tidak
menjelaskan mengenai usia minimal menikah. Bisa kita simpulkan bahwa
pernikahan di bawah umur menurut Islam adalah pernikahan orang yang belum
mencapai baligh bagi pria dan belum mencapai menstruasi (haid) bagi wanita.20
Dalam keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Indonesia Tahun 2009
dinyatakan bahwa dalam literature fikih Islam, tidak terdapat ketentuan secara
eksplisit mengenai batasan usia perkawinan, baik usia minimal maupun
maksimal. Meskipun demikian, hikmah tasyri dalam pernikahan adalah
menciptakan keluarga bahagia yang sakinah, serta dalam rangka memperoleh
anak keturunan. Hal ini dapat tercapai pada usia dimana calon penganten telah
sempurna pemikirannya, baik secara mental maupun secara ekonomis.
3. Faktor- Faktor Perkawinan Usia Dini
Tujuan negara memberikan batas umur untuk menikah adalah agar
terwujudnya tujuan perkawinan yang di jelasakan dalam UU No. 1 Tahun 1974
yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa. Karena perkawinan yang dilakukan pada usia dini
rentan dengan perceraian. Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan perkawinan dini adalah:
a. Sosial Ekonomi
Kelemahan ekonomi pada keluarga sering kali menjadi pemicu bagi
orang tua untuk segera menikahkan anaknya dengan harapan beban ekonomi
keluarga akan berkurang, karena anak perempuan yang sudah nikah menjadi
21
tanggung jawab suami. Biasanya faktor ini banyak kita temaui di daerah

20
Cholil Nafis, Fikih Keluarga Menuju Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah Keluarga
Sehat, Sejahtera, Dan Berkualitas,( Jakarta: Mitra Abadi Press, 2009), h. 40
21
BKKBN, Pendewasaan Usia Perkawinan. (BKKBN: Jakarta, 1993), h. 9
25

perkampungan. Biasanya para orang tua mencarikan calonnya dengan


pasangan yang ekonominya diatas mereka.
b. Pengetahuan dan Pendidikan.
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak
dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan untuk menikahkan
anaknya yang masih dibawah umur dan tidak ikuti dengan pemikiran yang
panjang tentang akibat dan dampak permasalahan yang dihadapi. 22
Pola pikir dari orang tua yang umumnya berada di wilayah pedesaan
berkinginan cepat-cepat menikahkan anak gadisnya karena takut akan
menjadi perawan tua. 23
c. Hamil di luar Nikah
Orang tua sangat berperan penting dalam memberikan pendidikan
dan pengawasan kepada anak. Karena dalam hal ini orang tualah yang paling
paham dan dekat emosiaonal dengan anak nya. Apabila orang tua tidak
memberikan pengawasan yang baik kepada anak, akan menimbulkan hal
yang negative bagi anak. Salah satunya yaitu pergaulan lawan jenis.
Sekarang banyak sekali pasangan suami isterin yang perkawinannya
dipaksakan lantaran sudah hamil duluan.
d. Adat istiadat (kebiasaan)
Menurut adat-istiadat perkawinan sering terjadi karena adanya tradisi
jodoh menjodohkan oleh orang tua. Bahwa pernikahan anak-anak untuk
segera merealisir ikatan hubungan kekeluargaan antara kerabat mempelai
laki-laki dan kerabat mempelai perempuan yang memang telah lama mereka

22
Siti Fatimah, Faktor-Faktor Pendorong Pernikahan Dini dan Dampaknya di Desa
Sarimulya Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali,( Semarang: Skripsi Univesitas Negeri Semarang,
2009), h. 39.
23
BKKBN, Pendewasaan Usia Perkawinan, h. 9
26

inginkan bersama, semuanya supaya hubungan kekeluargaan mereka tidak


putus.24
Sedangkan menurut RT. Akhmad Jaya diningrat, sebab-sebab utama dari
pernikahan dini adalah:
a. Keinginan segera mendapatkan tambahan anggota keluarga.
b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk pernikahan dini, baik
bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya.
c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan-
ketentuan adat. Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu
menikahkan anaknya begitu muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan
saja.25
4. Dampak Perkawinan Dini
Akibat dari terjadinya perkawinan adalah adanya hak dan kewajiban
antara suami dengan isteri. Dalam melakukan kewajibannya sebagai suami dan
isteri terkadang pasti ada salah satu yang tidak menjalankan kewajibannya.
Dalam hal ini yang rentan biasanya adalah pasangan yang kawin dalam usia dini.
a. Dampak Positif Perkawinan Dini
Adapun dampak positif dari pernikahan dini adalah sebagai berikut:
1) Mengurangi beban ekonomi orang tua, karena dengan menikahkan
anaknya maka semua kebutuhan anak akan dipenuhi oleh suaminya,
bahkan orang tua berharap beban ekonominya juga akan dibantu.
2) Mencegah terjadinya perzinaan dikalangan remaja, karena dengan
menikahkan anak maka perbuatan yang tidak baik seperti melakukan
hubungan suami isteri sebelum menikah dapat dicegah, secara tidak
langsung juga mencegah terjadinya hamil diluar nikah dikalangan remaja.

24
Wigyodipuro, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. (Jakarta. Penerbit Pradnya Paramita,
1967), h. 133
25
Maria Ulfa Subadio, Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia, (Yogyakarta: UGM Press,
1987), h. 147-148
27

b. Dampak Negatif
1) Dampak terhadap pasangan suami isteri
Dampak pasangan suami isteri yang melangsungkan pernikahan di
usia dini tidak bisa memenuhi atau tidak tahu hak dan kewajibannya
sebagai suami isteri. Kenyataan ini akan menimbulkan dampak atau
akibat yang tidak baik bagi pasangan suami isteri itu sendiri. Kurangnya
pengetahuan tentang hak dan kewajibannya disebabkan karena pasangan
usia dini secara fisik maupun mental belum matang, dimana masing-
masing. Pola pikir dari mereka juga masih anak-anak, yang mana masih
memikirkan kesenangan mereka masing-masing
Timbulnya masalah kehidupan dalam pasangan suami-isteri yang
melangsungkan pernikahan dini pada umumya disebabkan oleh hal-hal
utama yaitu:
a) Perselisihan yang menyangkut masalah keuangan yang terlampau
boros atau suami yang tidak menyerahkan hasil pendapatannya
secara semestinya kepada isteri sehingga menyebabkan kehidupan
rumah tangganya tidak menyenangkan dan tidak harmonis.
b) Masalah berlainan agama atau soal kepatuhan untuk menjalankan
ibadah agamanya masing-masing. Menurut Sution Usman Adji 26
c) Ketidak cocokan hubungan orang tua maupun mertua
d) Kurang mampu untuk adaptasi dan sosialisasi.
e) Keterbatasan ekonomi karena tidak mempunyai pekerjaan yang
layak, dan mencetak generasi miskin 27
f) Rentan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
g) Putus sekolah karena menikah dalam usia dini
2) Dampak bagi kualitas ibu

26
Sution Usman Adji, Kawin Lari dan Kawin Antar Agama, (Yogyakarta: Liberti 1989), h.64
27
Surmiati Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara dan Agama
Serta Permasalahannyah, h.10-11
28

a) Kehamilan dini membuat ibu kurang terpenuhi gizi bagi diri sendiri
b) Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi
c) Beresiko meninggal pada usia dini
d) Meningkatnya angka kematian ibu
e) Menurut Study epidemiologi ibu muda terkena kanker serviks.
Semakin muda wanita memiliki anak pertama, semakin rentan
terkena kanker serviks
f) Resiko terkena pengakit seksual 28
3) Dampak terhadap masing-masing keluarganya
Macam perkawinan menurut hukum adat berbeda pada setiap
lingkungan masyarakat hukum adat. Adapun hal ini dipengaruhi oleh
sistem kekeluargaan atau prinsip kekerabatan yang ada dalam masyarakat
tersebut. Sistem kekeluargaan dalam masyarakat hukum adat berpokok
pada sistem garis keturunan yang pada pokoknya dikenal tiga macam
system garis keturunan. yaitu patrilineal, matrilineal, parental atau
bilateral.29
Adat atau kebiasaan-kebiasaan yang berbeda antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain inilah yang biasanya akan menimbulkan
perbedaan-perbedaan pendapat, sehingga hal ini akan mengakibatkan
pertengkaran. Pernikahan tidak selalu membawa kebahagiaan, apalagi
jika pernikahan itu dilangsungkan pada usia dini. Bagi mereka yang tidak
merasa bahagia akan selalu bertengkar bahkan terjadi perceraian. Hal ini
akan merugikan kedua belah pihak dan juga masing-masing keluarganya,

28
Surmiati Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara dan Agama
Serta Permasalahannyah, h.10.
29
Asmin, Status Perkawinan Antar Agama Tinjauan dari UU Perkawinan No. 1 Tahun
1974.(Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986), h.13
29

sehingga hal ini akan mengurangi keharmonisan dengan masing-masing


keluarga.30

D. Menciptakan Rumah Tangga Sejahtera


Setiap orang yang menjalin rumah tangga sudah tentu menginginkan
kehidupan yang sejahtera. pengertian keluarga sejahtera secara terminology
kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti serasi, kesejahteraan bertujuan
untuk mencapai keselarasaan dan keserasian, dalam kehidupan rumah tangga perlu
menjaga dua hal tersbut untuk mencapai kesejahteraan rumah tangga.31
Dalam agama Islam, rumah tangga yang sejahtera juga disebut sebagai rumah
tangga teladan Islami. Adapun rumah tangga yang teladan Islami adalah rumah
tangga yang dibangun di atas pondasi ketakwaan dan keridhoan kepada Allah Swt.32
Rumah tangga Islami merupakan inti dari masyarakat yang baik.
Kesejahteraan keluarga akan tercipta kalau kebahagiaan salah satu anggota
berkaitan dengan kebahagiaan anggota-anggota keluarga lainya, secara psikologis
dapat berarti dua hal :
1. Tercapainya keinginan-keinginan, cita-cita dan harapan dari semua anggota
keluarga.
2. Sesedikit mungkin mungkin terjadi konflik dalam pribadi masing-masing
maupun antar pribadi.33
Komponen penting yang harus dimiliki pasangan yang menikah untuk
menciptakan rumah tangga yang sejahtera adalah:
1. Kasih sayang, yaitu sikap kasih sayang mendalam yang diwujudkan secara
wajar.

30
Siti Fatimah, Faktor-Faktor Pendorong Pernikahan Dini dan Dampaknya di Desa
Sarimulya Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali, h.51.
31
KBBI
32
Muhammad Ustman Alkhayt, Sulitnya Berumah Tangga Upaya Mengatasi Menurut Quran
dan Hadits dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Gema Insani Press,1994), h.38
33
Sarlito Wirawan Sarwono, Menuju Keluarga Baahagia,(Jakarta:Bhatara Karya
Aksara,1982), h.2
30

2. Emosi yang terkendali, yaitu individu dapat mengatur perasaan-perasaannya


terhadap keluarga dan terhadap pasangan. Tidak mudah berbuat hal yang
menyakiti perasaan, misalnya marah, cemburu buta, dan ingin merubah
pribadi pasangannya.
3. Emosi terbuka-lapang, yaitu individu dapat menerima kritik dan saran dari
pasangannya sehubungan dengan kelemahan dan perbuatannya, demi
pengembangan diri dan kepuasan pasangan.
4. Emosi terarah, yaitu individu dengan kendali emosinya sehingga tenang,
dapat mengarahkan ketidakpuasan dan konflik-konflik yang konstruktif dan
kreatif.34
Antara suami dengan isteri harus saling pengertian antar sesama. Kehidupan
berumah tangga adalah kehidupan berdua, dimana suami harus mengerti apa yang di
inginkan oleh isteri, begitu juga isteri harus mengerti apa yang diinginkan oleh suami.
Adapun sifat-sifat ideal yang harus dimiliki oleh suami dan isteri diantaranya
adalah:
1. Persyaratan fisik biologis yang sehat-bugar. Hal ini penting karena untuk
menjalankan tugasnya keduanya memerlukan tubuh atau anggota badan yang
berfungsi baik dan sehat. Seperti berkomunikasi, bekerja, kehidupan
seksualitas, daya tarik, dan sebagainya. Jika mereka memiliki tubuh dan fisik
yang sehat terutama otak maka keluarga akan terbantu dengan sisi kreatif dari
otak. Tubuh merupakan dasar untuk hidup
2. Psikis-rohaniah yang utuh. Kondisi psikis-rohaniah yang utuh sangat
diperlukan dalam menunjang kemampuan seseorang dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah dalam rumah tangga.dengan mental yang sehat akan
mampu mengendalikan emosi yang kadang tergoncang karena berbagai
macam alasan dan situasi. Psikis-rohaniah yang utuh dapat mambuat kedua

34
Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional,1983), h. 153
31

pasangan memelihara daya tarik yang membuat mereka betah dan bahagia
dalam rumah tangganya.
3. Kondisi sosial dan ekonomi yang memadai untuk memenuhi hidup rumah
tangga. Hal ini berupa semangat dan etos kerja yang baik dalam memenuhi
nafkah untuk isteri dan anak, kreatifitas dan semangat untuk
mengusahakannya, sehingga kebutuhan keluarga terpenuhi.35

35
Hasan Basri, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), h. 32-37
BAB III
PROFIL MASYARAKAT KECAMATAN KEMBANGAN KOTA JAKARTA
BARAT

A. Kondisi Kecamatan Kembangan


1. Letak Geografis

Kecamatan Kembangan merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kota


Administrasi Jakarta Barat yang terletak di 7 meter DPL, terdiri atas 6 kelurahan,
62 RW dan 610 RT. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 171 Tahun 2007, luas wilayah Kecamatan Kembangan adalah
2.415,74 Ha dengan luas masing-masing kelurahan sebagai berikut:1

Kelurahan Joglo : 4,85 km2

Kelurahan Srengseng : 4,92 km2

Kelurahan Meruya Selatan : 2,80 km2

Kelurahan Meruya Utara : 4,33 km2


Kelurahan Kembangan Selatan : 3,61 km2
Kelurahan Kembangan Utara : 3,64 km2

Adapun batas wilayahnya:2

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Rawa Buaya Kecamatan


Cengkareng Jakarta Barat.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kedoya Kecamatan Kebon Jeruk
Jakarta Barat.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Jakarta Selatan.

1
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka, (Jakarta : Badan Pusat
Statistik. 2019) h. 2.
2
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka, (Jakarta : Badan Pusat
Statistik. 2019) h. 4.

32
33

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Banten.


2. Keadaan Demografis

Pada tahun 2018 jumlah penduduk di Kecamatan Kembangan sebanyak


290.886 jiwa. Jumlah jenis kelamin laki-laki adalah 146.594 jiwa. Sedangkan
untuk jumlah jenis kelamin perempuan 144.292 jiwa. Berikut perbandingannya:3

Grafik 1: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk berdasarkan jenis


kelamin

Laki-laki
25%
Jumlah
50%
Perempuan
25%

Jika dilihat dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk
terbanyak di Kecamatan Kembangan terdapat di Kelurahan Kembangan Utara
yaitu sebanyak 65.563 jiwa. Dan jumlah semua warga yang ada di Kecamatan
Kembangan adalah sebanyak 290.886 jiwa.
3. Keadaan Pendidikan Masyarakat Kecamatan Kembangan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

3
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka, (Jakarta : Badan Pusat
Statistik. 2019) h. 40.
34

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,


kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.4

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan merupakan proses


pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sarana
pendidikan di Kecamatan Kembangan terbilang sudah sangat memadai dengan
tersedianya pendidikan dari tingkat TK sebanyak 29, SD sebanyak 29, SLTP
sebanyak 23 dan SLTA 29. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Grafik 2: Jumlah Fasilitas Pendidikan

Fasilitas Pendidikan
TK SD SLTP SLTA

26% 27%

21%
26%

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan di wilayah


Kecamatan Kembangan sangat memadai. Jumlah fasilitas sekolah semuanya rata.
Baik dari TK hingga tingkat SLTA

4
Pasal 1 Point 1 UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
35

4. Keadaan Keagamaan Masyarakat Kecamatan Kembangan


Banyaknya Penduduk di Kecamatan Kembangan membuat ragamnya
kepercayaan agama yang dianut, mayoritas penduduk di Kecamatan Kembangan
beragama Islam, penduduk yang beragama Islam sebanyak 23.0647 jiwa, yang
beragama Katholik sebanyak 23.178 jiwa, yang beragama protestan sebanyak
29.151 jiwa, yang beragama hindu 617 jiwa, yang beragama budha 7.133 jiwa
dan yang beragama konghucu maupun kepercayaan lainnya sebanyak 42 jiwa. 5

Grafik 3: Jumlah Penduduk Berdasarkan Kepercayaan

Agama
Islam Katolik Protestan Hindu Budha Konghucu
10% 0% 3%
8%

79%

Dari segi keagaman, masyarakat Kembangan termasuk masyarakat yang


agamis. Sarana ibadah yang mereka miliki sangat memadai. Dapat kita lihat dari
jumlah masjid sebanyak 65, mushalla sebanyak 170. Sedangkan untuk tempat
ibadah non Islam hanya ada gereja sejumlah 15. Sehingga dengan banyaknya
fasilitas ibadah umat muslim dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Kegiatan keagamaan tentu sangat penting bagi masyarakat saat ini. Dapat dilihat
dari banyaknya tindakan penyimpangan sosial, bahkan tindak kriminal di
kalangan remaja. Hal ini tidak terlepas dari kontrol sosial dari pada orang tua.
Peran orang tua sangat penting dalam hal ini. Bagaimana menjaga dan mendidik
anak, agar mereka tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan. Pada
masyarakat Kembangan banyak terjadi perkawinan dini, hal ini tentu tidak baik.
5
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka, (Jakarta : Badan Pusat
Statistik. 2019) h. 42.
36

Dan salah satu penyebabkan adalah karena sudah hamil sebelum kawin. Tentu ini
menjadi tanggung jawab kita bersama. Lebih khusus kepada pemuka agama agar
selalu memberikan pengajian atau nasihat terhadap remaja-remaja saat ini.

Berikut perbandingan jumlah tempat ibadah di Kembangan.

Grafik 4: Jumlah Fasilitas Tempat Ibadah

Gereja
Fasilitas Ibadah
6%

Masjid
26%

Mushalla
68%

5. Keadaan Ekonomi

Ekonomi merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan


kesejahteraan hidup masyarakat dan berpengaruh bagi pembangunan suatu
daerah. Dikatakan maju suatu daerah apabila masyarakatnya sejahtera.
Masyarakat Kecamatan Kembangan memiliki beraneka ragam mata
pencaharian, diantaranya pertanian, industri, bangunan dan lain-lain.. Adapun
jumlah kepala keluarga yang bekerja di bidang pertanian adalah 1600 kk,
bidang industry 6989 kk, bidang bangunan 12.666 kk, bidang transportasi dan
komunikasi 9358 kk, bidang keuangan 577 kk, bidang pemerintahan 6461 kk,
bidang jasa 14.185 kk, bidang perdagangan 25.886 kk, dan lainnya 7.013 kk.6

6
Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka, ( Jakarta : Badan Pusat
Statistik. 2018) h. 25-16.
37

Berikut persentase mata pencaharian masyarakat Kecamatan


Kembangan berdasarkan kepala keluarga

Grafik 5: Mata Pencaharian Berdasarkan Kepala Keluarga

Mata Pencaharian Berdasarkan Kepala


Keluarga
pertanian industri
bangunan transportasi dan komunikasi
keuangan pemerintahan
jasa perdagangan
lainnya

2%
8% 8%
15%
30%
11%
8%
17%

1%

Dari diagram di atas mayoritas masyarakat Kecamatan Kembangan


bermata pencaharian sebagai pedagang. Sebanyak 30% masyarakatnya bekerja
sebagai pedagang. Dan adapun yang paling sedikit adalah bekerja di bidang
keuangan. Dari persentase diatas sudah bisa dikatakan perekonomian di
Kembangan sudah maju.

B. Fenomena Perkawinan Dini Pada Masyarakat Kecamatan Kembangan


Fenomena sosial perkawinan dini yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia
tidaklah jauh berbeda, penyebab utamanya adalah bahwa prilaku seksual remaja yang
melakukan hubungan seks di luar kawin sering berakhir dengan perkawinan dini.
Selain itu tuntutan sosial budaya yang masih berlaku pada masyarakat, bahwa wanita
38

yang sudah berusia 16 tahun dianggap sudah cukup dewasa untuk kawin. Apabila
sudah melewati usia itu, orang tua sangat khawatir, bahwa anaknya akan menjadi
pembicaraan masyarakat sebagai gadis yang tidak laku, oleh karena itu akan menjadi
bahan ejekan dengan sebutan perawan tua.
Banyaknya pelaksanaan perkawinan usia dini, tentunya akan banyak
mengalami masalah dalam kehidupan sosial. Pada usia tersebut mereka terpaksa
melahirkan dapat terjadi pasangan muda memiliki banyak anak karena tingkat
fertilitas atau kesuburan yang tinggi. Jika kesuburan sampai 40 tahun, berarti jika dua
tahun sekali melahirkan maka jumlah anak mencapai 15 orang, jika tiga tahun sekali,
maka jumlah anak mencapai 10 orang. Sementara secara fisik dan mental mereka
belum siap untuk melahirkan, tentu ini menjadi hal yang sangat bersiko terhadap
perempuan.
Pada masyarakat Kecamatan Kembangan, pelaksanaan perkawinan dini
disebabkan karena ada beberapa penyebab:
1. Hamil di luar kawin

Salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya masyarakat yang


mekawin dalam usia dini adalah karena sudah terjadinya kehamilan sebelum
mekawin. Bagaimanapun tentu pasangan tersebut buru-buru melakukan
perkawinan, karena menjadi aib keluarga apabila orang sekitar mengetahuinya.
Adapun penyebab terjadinya hamil di luar perkawinan adalah:

a. Kurangnya Mendapatkan Pendidikan Keislaman


Orang tua merupakan sosok yang paling penting dalam mendidik
anak. Yang mana orang tua merupakan guru pertama bagi anak-anaknya.
Pendidikan keislaman sangat penting dalam mendidik anak, agar mereka
menjadi anak yang berkahlak mulia.. Namun pada kenyataannya, banyak
anak-anak yang tidak mendapat pendidikan keisalaman dari orang tuanya,
Dalam hal ini, ada orang tua yang paham dengan Agama, tapi tidak
memberikan pengajaran kepada anaknya, ada juga orang tua yang tidak
39

paham dengan Agama itu sendiri. Sehingga terjadinya pergaulan bebas


yang berujung terjadinya hamil di luar kawin.
b. Faktor Media Sosial
Semakin canggignya tekonologi memiliki dampak negatif dan
positif yang ditimbulkan. Tentu ini menjadi tantangan besar bagi
masyarakat dalam mengntrol anaknya dari pengaruh negatif media sosial.
Konten ataupun isi yang disajikan dalam media-media sosial banyak yang
tidak layak dikonsumsi remaja seperti bacaan-bacaan yang mengandung
rangsangan sexual dan video pornografi.
Adapun kontenten-konten yang disediakan tidak dapat dikontrol
oleh orang tua, dalam media sosial juga banyak informasi dan ajakan yang
cenderung mengarah pada perbuatan yang negatif seperti berpacaran tanpa
batas yang dapat menjerumuskan pada perzinaan
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap terjadinya pergaulan
bebas antar remaja, yang mengakibatkan hamil di luar kawin. Pertama
orang tua tidak melakukan kontrol terhadap perilaku dan pergaulan anak-
anaknya, sehingga dengan kebebasan ini, anak-anak tidak memiliki rasa
takut dalam melakukan pergaulan dan aktifitas yang tidak baik seperti
menganggap hal biasa saat anak perempuan keluar rumah dengan laki-laki
yang bukan muhrim, tidak memberlakukan pembatasan jam malam dan
kondisi orang tua yang memiliki permasalahan keluarga.
Kedua lingkungan masyarakat yang tidak baik, seperti apatis
terhadap pergaulan bebas dikalangan remaja. Masyarakat yang tidak peduli
terhadap pergaulan bebas dikalangan remaja akan membuka peluang yang
luas terjadinya perilaku pacaran yang berlebihan, sehingga terjerumus pada
perzinaan.
Ketiga lingkungan pergaulan remaja yang menyebabkan
kemunduran nilai-nilai norma sosial dan norma agama menjadi penyebab
40

buruknya pergaulan remaja, dahulu pergaulan bebas menjadi hal yang tabu
dikalangan masyarakat kita, namun saat ini masyarakat mentolelir
pergaulan bebas, dari pergeseran nilai-nilai inilah hubungan pertemanan
dikalangan remaja tidak dapat dikontrol, akibatnya rangsangan sexsual
melalui obrolan-obrolan dan tingkah laku remaja tidak bisa diindahkan
lagi, usia remaja adalah usia yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi,
bila tidak diakomodir dengan sebaik mungkin akan terjerumus pada
perilaku yang menyimpang..
2. Faktor orang tua
Faktor orang tua juga merupakan salah satu alasan kenapa banyak
terjadinya perkawinan dini di Kecamatan Kembangan. Para orang tua
mekawinkan anaknya jika sudah menginjak besar. Hal ini merupakan hal yang
sudah biasa atau turun-temurun. Pengaruh yang paling sering ditemu dari
fenomena mekawin muda adalah adanya perasaan khawatir orang tua terhadap
anaknya melakukan perbuatan yang dapat merusak nama baik keluarganya.
Atas dasar ini kemudian menjadikan orang tua memberikan restu
perkawinan anaknya sekalipun anaknya masih dalam usia muda. Sebagian dari
mereka yang melaksanakan perkawinan dini, ada yang belum memiliki
pekerjaan, namun mereka tetap melaksanakan perkawinan. Karena orang tua
sendiri takut akan terjadinya hal yang tidak diinginkan. Pada prakteknya di
Kembangan, ada pasangan yang belum memilki pekerjaan, dan biaya
kehidupan mereka masih di tanggung oleh orang tua.
3. Faktor Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan ekonomi keluarga yang
kurang memungkinkan sehingga orang tua akan mekawinkan anaknya dengan
seorang laki-laki yang dianggap mampu dalam segi ekonomi.
Pada masyarakat Kembangan sendiri, kesulitan ekonomi menjadi salah
satu faktor penyebab terjadinya perkawinan dini, keluarga yang mengalami
kesulitan ekonomi akan cenderung mekawinkan anaknya pada usia yang masih
41

muda. Apalagi kondisinya anak-anak mereka sudah tidak sekolah lagi. Dan dari
pada dirumah saja, maka dari mereka ada yang berpikiran segera mekawini
anaknya. Salah satu informan yang penulis wawancarai, mengatakan alasan dia
mekawinkan anaknya karena pada saat itu anaknya sudah tidak sekolah lagi.
Dari pada dirumah, lebih baik di kawinkan saja. Karena berpikiran dapat
mengurangi beban ekonomi keluarga.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mewawancarai penghulu KUA
Kembangan, pelaku perkawinan dini dan orang tua dari para pelaku perkawinan dini.
Berikut identitas pelaku kawin dini yang penulis wawancarai
Tabel 1: Identitas Pelaku Kawin Dini
No Nama Pelaku Kawin Dini Umur Saat Pendidikan
Mekawin
1 Nasrullah 18 tahun 1 bulan SMA
2 Heri Hidayat 17 tahun SMA
3 Felicia 15 tahun 10 bulan SMP
4 Nur Hasanah 15 tahun 9 bulan SMP
5 Prawira 18 tahun 10 bulan D3
6 Jihan 15 tahun 5 bulan SMP
Tabel 2: Identitas Orang Tua Pelaku Kawin Dini

No Nama Pendidikan
1 Jamilah S1
2 Risanjani SMA
3 Suyana SMA
4 Lisna SMP
5 Weny SMA
6 Janis SMP
BAB IV

PRAKTIK PERKAWINAN DINI KECAMATAN KEMBANGAN

A. Temuan Penelitian
Perkawinan dini merupakan fenomena yang sering terjadi saat-saat ini.
Banyak dari masyarakat yang kawin pada saat usia remaja. Perkawinan dalam usia
remaja tentu saja ada positif dan negatifnya. Dalam penelitian ini penulis
mewawancarai beberapa informan. Alasan melakukan perkawinan dini pada masing-
masing masyarakat berbeda-beda. Ada yang karena hamil di luar nikah dan ada juga
karena memang ingin menyempurnakan agama. Berikut faktor penyebab dan dampak
dari praktik perkawinan dini di Kecamatan Kembangan :
1. Faktor Penyebab Perkawinan Dini
a. Hamil diluar Nikah
1) Nasrullah, mengatakan bahwa ia melaksanakan perkawinan dini pada
usia 18 tahun 1 bulan. Awalnya Nasrullah tidak mengetahui terkait
batasan usia perkawinan. Ketika mendaftarkan perkawinannya di
Kantor Urusan Agama kemudian Nasrullah ditolak oleh pihak Kantor
Urusan Agama karena masih kurang umur. Pada saat itulah Nasrullah
mengetahui adanya batasan perkawinan yaitu untuk laki-laki 19 tahun.
Nasrullah kawin di usia muda karena pada saat itu ia sudah
menghamili seorang perempuan yang merupakan pacarnya. Lanjut
Nasrullah mengatakan bahwa demi menjaga aib keluarganya akhirnya
Nasrullah kawini perempuan tersebut yang sekarang sudah menjadi
isterinya. Sebelum kawin, keluarga dari isteri Nasrullah memang
meminta agar Nasrullah segera kawini anak perempuannya. Karena itu
juga merupakan aib juga bagi kelurga perempuan. Nasrullah sebelum
kawin dahulu mesti meminta izin kawin terlebih dahulu dari
Pengadilan Agama dikarenakan umurnya masih kurang setahun.1

1
Nasrullah, Masyarakat, Interview Pribadi, 20 Juli 2020

42
43

2) Heri Hidayat, mengatakan bahwa pada saat kawin ia berumur 17


tahun. Ia mengatakan perkawinan tersebut dilaksanakan karena Heri
Hidayat dengan teman perempuannya sudah melakukan hubungan
selayaknya suami dan isteri bahkan hingga hamil. Kehamilan
perempuan tersebut yang sekarang menjadi isterinya diketahui pada
usia kehamilan 3 bulan. Heri Hidayat pada saat itu dimintai oleh
orang tua isterinya untuk kawini anak perempuannya. Demi menjaga
aib orang tua dan juga orang tua isterinya, akhirnya Heri Hidayat
kawini isterinya.2
3) Felicia , mengatakan bahwa kawin dini karena terpakasa. Pada saat itu
Felicia sudah melakukan hubungan badan dengan teman laki-lakinya
yang sekarang menjadi suaminya. Pada saat itu kehamilannya baru
dua bulan. Kemudian Felicia meminta pertanggungjawaban kepada
pacarnya. Ketika Felicia meminta izin kepada orang tuanya untuk
kawin, orang tuanya langsung menolak permintaannya dengan alasan
Felicia masih berumur 15 tahun 10 bulan. Secara psikologis tentu
umur 15 tahun masih belum matang. Namun akhirnya, orang tua
Felicia memberikan izin setelah Felicia menceritakan semua hal
yang sudah terjadi yang mana ia sudah hamil dua bulan. Dan akhirnya
ia putus sekolah3
4) Nur Hasanah, mengatakan bahwa ia kawin pada saat berumur 15
tahun 9 bulan ketika itu baru lulus dari SMP. Perkawinan dini
dilaksanakan karena memang ia dengan teman laki-lakinya sudah
berhubungan badan. Nur Hasanah dengan teman laki-lakinya
akhirnya kawin atas dasar desakan dari kedua keluarga. Orang tua
dari Nur Hasanah saat itu sangat kecewa, karena memang orang tua
Nur Hasanah juga merupakan tokoh masyarakat yang cukup di segani

2
Heri Hidayat, Masyarakat, Interview Pribadi, 1 Agustus 2020
3
Felicia , Masyarakat, Interview Pribadi, 02 Agustus 2020
44

di sekitar kampungnya. Hal ini tentu menimbulkan sebuh dilema bagi


keluarga. Nur Hasanah dengan laki-laki yang sekarang menjadi
suaminya awalnya tidak mau kawin langsung pada saat itu, karena
selain masih remaja laki-laki yang sekarang menjadi suaminya pada
saat itu belum bekerja, karena masih duduk di bangku sekolah. Ini
yang membuat mereka gamang untuk melaksanakan perkawinan.
Mereka takut ketika kawin nanti belum memiliki mata pencaharian.
Namun orang tua Nur Hasanah tetap ingin mengawinkan, karena
takut masyarakat mengetahui Nur Hasanah sudah hamil sebelum
perkawinan4
5) Lisna merupakan orang tua dari Nur Hasanah, mengatakan pada saat
anaknya kawin anaknya baru lulus SMP. Padahal perkawinan
anaknya harus dilaksanakan. Lanjut Lisna mengatakan kalau anaknya
sudah berhubungan badan dengan pacarnya. Dan juga sudah dalam
keadaan hamil. Lisna pada saat itu sangat marah sekali kepada
anaknya. Karena Lisna merasa malu apabila orang lain
mengetahuinya. Selain itu Lisna juga belum bekerja dan belum
berpenghasilan. Anaknya pada saat itu baru lulus SMP. Lisna sangat
berharap anaknya bisa melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Namun
karena sesuatu hal yang tidak diinginkan ini terjadi apa boleh buat.
Akhirnya Lisna memaksakan anaknya mengawini perempuan yang
dihamilinya. Ini dilakukan untuk menjaga kehormatan keluarga.5
6) Suyanah merupakan orang tua dari Felicia , mengatakan bahwa
anaknya kawin karena hamil di luar nikah. Anaknya waktu itu masih
sekolah SMP. Hal ini menjadi penyebab anak Suyanah kawin dalam
usia dini. Pada saat anaknya mengakui kehamilan, kemudian ia
langsung menemui keluarga laki-laki yang mengahamili anaknya

4
Nur Hasanah, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
5
Lisna, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
45

yang saat ini menjadi menantunya. Ketika itu Suyanah langsung


meminta pihak laki-laki tersebut untuk menyetujui kawinkan anak
mereka. Suyanah khawatir apabila tetangga dan masyarakat
mengetahui anaknya hamil. Atas dasar itu perkawinan tersebut
dilaksanakan segera. Karena kelurga Felicia merupakan tokoh
masyarakat juga di wilayah tersebut.6
7) Jamilah merupakan orang tua dari Nasrullah, mengatakan anaknya
kawin muda karena anaknya sudah menghamili pacarnya.
Sebelumnya Jamilah sudah mengetahui kalau anaknya sudah
berpacaran. Awalnya Jamilah sudah mengantisipasi hal ini terjadi.
Karena memang Jamilah melihat anaknya sangat dekat dengan teman
perempuannya. Namun pada saat itu Jamilah tidak mau
mengkawinkan karena anaknya masih sekolah SMA. Dia ingin
anaknya lulus SMA terlebih dahulu. Namun apa boleh buat, apa yang
di khawatirkan Jamilah akhirnya terjadi. Jamilah mengatakan jalan
yang terbaik memang harus di kawinkan segera.7
8) Risanjani merupakan orang tua dari Heri Hidayat mengatakan alasan
ia kawinkan anaknya di usia dini adalah karena anaknya sudah
melakukan perzinaan dengan pacarnya hingga hamil. Sehingga orang
tua dari perempuan tersebut mendatangi Risanjani agar Heri Hidayat
bersedia kawini puterinya.8
b. Menyempurnakan Agama
1) Prawira, mengatakan bahwa perkawinan dia dengan isterinya
sekarang memang dilaksanakan pada saat ia masih berumur 18 tahun
10 bulan dan isterinya umur 18 tahun. Prawira melakukan perkawinan
dini bukan karena insiden, akan tetapi memang ingin menjalankan

6
Suyanah, Masyarakat, Interview Pribadi, 02 Agustus 2020
7
Jamilah, Masyarakat, Interview Pribadi, 20 Juli 2020
8
Risanjani, Masyarakat, Interview Pribadi, 01 Agustus 2020
46

sunnah Rasul. Selain itu memang mereka takut jika tidak kawin,
mereka terjerumus ke jalan yang salah, karena Prawira dan
pasangannya sering bertemu. Selain keinginan mereka, orang tua dari
kedua belah pihak sudah sama-sama menyetujui dan juga mendukung
untuk kawin muda, karena orang tua khawatir mereka berdua
melakukan hal yang tidak diinginkan.9
2) Weny merupakan orang tua dari Prawira mengatakan, ia memang
memerintahkan kepada anaknya agar segera kawini pacarnya. Agar
terhindar dari perzinaan. Selain itu ia Weny juga berharap dengan
kawin dini bisa cepat mendapatkan cucu.10
c. Ekonomi dan Pendidikan
1) Jihan, mengaku pada saat kawin di suruh oleh orang tuanya. Orang
tuanya mencarikan calon untuknya. Ia mengatakan sebelum kawin
dia hanya dirumah saja, sempat ibunya mengatakan kepadanya,
mending nikah aja dari pada dirumah saja. Pada saat itu Jihan sudah
lulus SMP dan memang tidak mau sekolah lagi.11
2) Janis merupakan orang tua dari Jihan, mengatakan bahwa anaknya
perempuannya kawin pada saat umur 15 tahun 5 bulan. Ia
mengatakan bahwa alasan ia menyuruh anaknya kawin karena
anaknya sudah tidak bersekolah lagi, Sehingga kesehariannya hanya
dirumah. Pada saat itu Janis menjodohkan anaknya dengan laki-laki
sudah berumur 22 tahun. Janis. Selain menyempurnakan agama dan
juga mengurangi beban ekonomi keluarga. Karena dibalik itu
menantunya sudah bekerja.12

9
Prawira, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
10
Weny, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
11
Jihan, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
12
Janis, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
47

d. Kebiasaan

Weny merupakan orang tua dari Prawira, mengatakan


perkawinannya anaknya pada saat berusia 18 tahun. Pada saat itu Prawira
lulus SMA. Jihan kawin disuruh oleh ayahnya. Pada saat itu ia sudah
bekerja. Dan juga sudah memiliki ekonomi yang cukup. Ayah Prawira
dengan ibunya dahulu kawin pada usia muda juga. Dan kebiasaan dalam
keluarga ayahnya juga kawin dalam usia muda. Maka dengan dasar ini
ibunya menyuruh Prawira untuk kawin. Dan pada saat itu Prawira juga
sudah siap untuk kawin13. Selain itu, Weny menyuruh anaknya kawin
agar terhindar dari perbuatan yang tidak diinginkan. Weny takut akan
pergaulan anaknya karena memang mereka sudah terlihat dekat.14

2. Dampak Perkawinan Dini


a. Dampak Positif

Melakukan perkawinan dini tidak serta merta berdampak negatif


saja. Namun juga ada dampak positifnya. Pada masyarakat Kembangan
penulis mendapatkan beberapa dampak positif bagi masyarakat yang kawin
dini diantaranya:

1) Menghindari Perzinahan
a) Prawira, mengatakan perkawinan dini merupakan langkah yang
baik diambil. Karena dengan kawin dini bisa terhindar dari
perzinahan. Prawira mengatakan sudah menjalin hubungan yang
sudah lama dengan isterinya. Selain itu orang tua Prawira
memberikan masukan juga apabila sudah sanggup membangun

13
Prawira, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
14
Weny, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
48

rumah tangga tidak apa kawin muda. Selain itu kawin juga
merupakan sunnah Rasulullah.15
b) Weny, mengatakan perkawinan anaknya selain anaknya ingin, dan
juga perintah dari Weny. Yang mana dari keturunan keluarganya
memang terbiasa kawin muda. Selain menyempurnakan agama
namun juga bisa menghindari mereka dari perbuatan zina. Karena
Weny khawatir jika menjalani hubungan terlalu erat, tidak tertutup
kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.16
c) Jihan, mengatakan pada saat awal kawin dia merasa tentram karena
bisa terhindar dari perbuatan yang tidak diinginkan. 17
d) Janis merupakan orang tua Jihan, mengatakan dia merasa senang
anaknya kawin dalam usia muda. Selain karena memberikan
perubahan ekonomi keluarganya dan juga terhindarnya anaknya
dari perbuatan zina. Janis mengatakan bahwa pada saat anaknya
pergi jalan dengan seorang laki-laki yang sekarang jadi
menantunya, dia merasa khawatir terjadi apa-apa. Maka rasa
beruntung sekali Janis anaknya kawin cepat.18
2) Mengurangi beban ekonomi

Selain terhindarnya dari perzinaan Janis juga mengatakan bahwa


anaknya kawin dini juga berdampak pada ekonomi keluarganya. Karena
setelah kawin biaya anaknya sudah menjadi tanggung jawab dari
suaminya. Adapun suaminya sudah bekerja tetap. Dan pekerjaannya pun
bisa dikatakan sudah mapan yaitu kerja di PT.19

15
` Prawira, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
16
Weny, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
17
Jihan, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
18
Janis, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
19
Janis, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
49

b. Dampak Negatif

Ada dampak positif sudah pasti ada dampak negatif yang terjadi
apabila ada perkawinan dini. Adapun dampak negatif terhadap perkawinan
dini adalah:

1) Keterbatasan ekonomi karena tidak mempunyai pekerjaan yang layak


a) Nasrullah, mengatakan pada saat awal kawin memang merasakan
sekali sulitnya keuangan keluarga. Pada saat kawin Nasrullah
belum memiliki perkerja. Memang perkawinan antara Nasrullah
dengan isterinya karena perkawinan yang tidak diinginkan terjadi.
Karena memang sudah hamil diluar nikah. Ia merasakan sekali
dampaknya ketika itu. Apalagi 4 bulan kawin isterinya dari
Nasrullah sudah melahirkan. Sudah tentu semakin banyak
tanggungan. Mulai dari makanan pokok hingga peralatan bayi
seperti susu. Namun begitu Nasrullah mengatakan ini merupakan
pengalaman sangat berharga bagi mereka. Justru ini membuat
mereka semakin dewasa. Karena bisa melalui ini semua.20
b) Heri Hidayat, mengatakan pada saat di awal perkawinan mereka
melewati masa-masa sulit. Karena mereka sama-sama masih remaja.
Dan juga pada saat itu Heri Hidayat bekerja serabutan, yang mana
belum memiliki pengahasilan yang tetap. Ujian yang paling berat itu
adalah setelah 6 bulan kawin bertepatan dengan anak lahir. Dari
biaya periksa isteri di dokter dan juga biaya makan sehari-hari.
Untungnya saja, orang tua dari Heri Hidayat dan orang tua isterinya
membantu biaya melahirkan. Karena pada saat itu ia hanya memiliki
uang pas-pasan.21

20
Nasrullah, Masyarakat, Interview Pribadi, 20 Juli 2020
21
Heri Hidayat, Masyarakat, Interview Pribadi, 01 Agustus 2020
50

c) Prawira, juga mengatakan bahwa awal-awal kawin mereka juga


merasakan sekali sulitnya keuangan. Karena awal-awal kawin sangat
banyak pengeluaran. Prawira juga mengakui bahwa ia belum bisa
mengatur keuangan dengan baik. Ia mengatakan mengatakan bahwa
ini adalah konsekuensi yang harus ia terima. Karena kawin muda
adalah pilihan mereka. Ia mengatakan ini merupakan proses
pendewasaan diri baginya. Bagaimana menghadapi suatu masalah
dengan berlapang dada. Prawira selalu beranggap positif atas ujian
yang Allah berikan. 22
2) Putus sekolah karena kawin dalam usia dini
a) Nur Hasanah, ia mengatakan sangat menyesali sekali atas perbuatan
yang ia perbuat. Karena pada saat itu ia baru lulus SMP. Ia ingin
melanjutkan ke pendidikan SMA. Namun pada saat ia dengan
terpaksa kawin dengan pacarnya. Karena ia sudah melakukan
hubungan badan dengan laki-laki yang sekarang suaminya. Hal
yang serupa dikatakan dengan ibunya yang sangat sedih sekali
karena Nur Hasanah putus sekolah. Namun menurut ibu Nur
Hasanah, inilah jalan yang terbaik. Dan harus merelakan Nur
23
Hasanah putus sekolah.
b) Lisna merupakan ibu dari Nur Hasanah, mengatakan anaknya kawin
ketika masuk SMA. Anaknya kawin dini karena sudah berzina
dengan pasangannya hingga hamil. Demi menutup aib keluarga
akhirnnya Lisna memaksa anaknya kawin muda. Yang
mengakibatkan anaknya tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi.24

22
Prawira, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
23
Nur Hasanah, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
24
Lisna, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
51

c) Felicia , mengatakan bahwa ia putus sekolah dikarenakan ia sudah


hamil di luar perkawinan.25
3) Perselisihan dalam rumah tangga
a) Nasrullah, mengatakan pada saat usia perkawinannya 3 bulan
rumah tangganya sudah diuji Allah. Yang mana ia dengan isterinya
terjadi percekcokan karena masih mengikuti keegoisan masing-
masing. Nasrullah mengatakan pada saat itu ia masih suka hura-
hura dengan temannya, sehingga isterinya marah-marah. Namun
berjalannya waktu ia sudah memahami bagaimana menjadi
pemimpin keluarga.26
b) Heri Hidayat, juga mengatakan awal kawin memang mendapatkan
ujian. Heri Hidayat dengan isterinya sering terjadi cekcok. Yang
mana alasannya itu hanya sepele, namun menjadi besar. Karena
antara Heri Hidayat dengan isterinya masih mementingkan ego
masing-masing. Yang mana belum memahmi peran menjadi
sebagai seorang isteri dan juga seorang suami.27
c) Prawira juga merasakan hal yang demikian. Seringnya terjadi
perselisihan dengan isterinya. Faktor yang utama karena ekonomi
keluarga yang kurang, karena sudah memiliki anak. Tentu
memiliki tanggungan yang banyak. Namun Prawira hanya
memiliki penghasilan yang pas-pasan. Dan akhirnya terjadilah
cekcok yang lumayan hangat.28
d) Lisna, mengatakan ketika umur perkawinan anaknya 1,5 tahun
sempat hampir bercerai. Karena terjadi perselisihan terus menerus
dengan suaminya. Kemudian Lisna menjadi penengah ketika itu.
Lisna memberikan pengertian dan nasehat kepada anak dan
25
Felicia , Masyarakat, Interview Pribadi, 02 Agustus 2020
26
Nasrullah, Masyarakat, Interview Pribadi, 20 Juli 2020
27
Heri Hidayat, Masyarakat, Interview Pribadi, 01 Agustus 2020
28
Prawira, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
52

menantunya. Kemudian Alhamdulillah anak dan menantunya


sadar, dan sampai sekarang hubungan rumah tangga anaknya
sejahtera saja.29
B. Pembahasan Penelitian

Perkawinan diartikan pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan untuk waktu yang lama. Perkawinan adalah salah satu perintah peristiwa
yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat kita, sebab perkawinan itu tidak
hanya menyangkut pria dan wanita calon mempelai saja, tetapi juga orang tua kedua
belah pihak, saudara-sauddaranya, bahkan keluarga- keluarga mereka masing-
masing.30
Tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
pasal 1 adalah Untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.31 Menurut komplikasi hukum Islam tujuan
perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tanggga yang sakinah,
mawwadah dan rahmah.32
Syarat umur perkawinan dijelaskan dalam UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974
pasal 7 ayat 1 dijelaskan bahwasannya syarat umur untuk laki-laki adalah 19 tahun,
sedangkan untuk perempuan harus 16 tahun.33 Apabila syarat umur tersebut belum
terpenuhi, perkawinan tidak bisa dilaksanakan. Batas umur perkawinan sudah
berubah menjadi 19 tahun untuk laki-laki dan 19 tahun untuk perempuan setelah
lahirnya UU Perkawinan No.16 tahun 2019 tentang perubahan UU Perkawinan No.
1 Tahun 1974. 34
Lahirnya UU Perkawinan No. 16 tahun 2019 merupakan tindak lanjut dari
Putusan Mahkamah Konstitusi N0. 22/PUU-XV/2017. Yang mana DPR dan

29
Lisna, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
30
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata. (Jakarta: PT. Intermasa, 1984), h. 231
31
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
32
Kompilasi Hukum Islam
33
Undang- Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
34
Undang- Undang Perkawinan No. 16 Tahun 2019
53

Pemerintah menaikkan batas usia perkawinan. Berubahnya usia perkawinan karena


maraknya perkawinan dini di lingkungan masyarakat.
Pada penelitian ini, penulis mewawancarai pasangan yang melakukan
perkawinan dini di Kecamatan Kembangan. Namun penulis membatasi terhadap
perkawinan dini yang terjadi dari tahun 2016-2018. Maka dari itu, landasan usia
perkawinan yang penulis gunakan pada penulisan ini adalah UU Perkawinan No. 1
Tahun 1974. Karena batas usia yang berlaku pada tahun 2016-2018 adalah UU
Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tersebut.
Pembatasan usia perkawinan ini merupakan wujud dari pemerintah agar
terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam rumah tangga. Karena sangat tidak
mungkin perkawinan dilakukan oleh seseorang yang belum mampu memikul
tanggung jawab seperti anak-anak usia muda. Akan tetapi pada kenyataannya masih
ada sebagian masyarakat yang mengabaikan pertimbangan usia dalam
melangsungkan perkawinan.
Pada masyarakat Kembangan, beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
pernihan dini, diantaranya:
1. Faktor Perkawinan Dini
a. Hamil di luar kawin
Orang tua sangat berperan penting dalam memberikan pendidikan
dan pengawasan kepada anak. Karena dalam hal ini orang tualah yang
paling paham dan dekat emosional dengan anaknya. Apabila orang tua tidak
memberikan pengawasan yang baik kepada anak, akan menimbulkan hal
yang negatif bagi anak. Salah satunya yaitu pergaulan lawan jenis. Sekarang
banyak sekali pasangan suami isteri yang perkawinannya dipaksakan
lantaran sudah hamil duluan.
Kehamilan pranikah atau hamil sebelum kawin di kalangan remaja
merupakan masalah yang cukup pelik yang berkembang di berbagai
negara baik negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia.
Hamil di luar nikah merupakan konsekuensi dari hubungan pergaulan bebas
54

antar remaja yang berbeda jenis kelamin yang cenderung tidak dapat
dikendalikan dengan baik. Kehamilan di luar nikah merupakan salah satu
bentuk dari ketidak mampuan seorang remaja dalam mengambil suatu
keputusan dalam pergaulannya dengan lawan jenis.35
Pada masyarakat Kembangan sendiri, penulis mewawancarai 6 orang
pelaku nikah dini, ada empat pasangan yang kawin pada usia dini karena
hamil di luar nikah. Tentu ini menjadi tantangan besar bagi kita semua.
Beberapa informan yang kawin dini karena hamil, dilaksanakan atas dasar
untuk menutup aib dari keluarganya.36 Dua orang diantara empat orang
yang kawin karena hamil itu orang tuanya merupakan tokoh masyarakat.
b. Menyempurnakan Agama

Kawin merupakan salah satu ibadah kepada Allah. Salah satu


hukum kawin adalah wajib, yaitu Hukumnya wajib bagi seseorang yang
telah pantas untuk kawin, berkeinginan untuk kawin dan memiliki
perlengkapan untuk kawin, ia khawatir akan terjerumus ke tempat maksiat
kalau ia tidak kawin.37 Seperti salah satu informan yang penulis wawancarai
yaitu Prawira dan Jihan. Perkawinannya didasarkan karena mereka khawatir
untuk terjerumus kepada perbuatan zina. Dan mereka secara ekonomipun
sudah mapan atau mencukupi.
c. Ekonomi dan Pendidikan
Keluarga kurang mampu selalu dihadapkan pada pilihan yang sulit
ketika kondisi ekonominya sangat minim. Salah satu penyebab perkawinan
dini di Indonesia karena masalah ekonomi. Orangtua menganggap dengan

35
Laila Anis Afifah, Fenomena Hamil Pra Kawin Di Kalangan Remaja Di Tinjau Dari
Perspektif Pendidikan Islam. Skripsi Iain SalatigaTahun 2017.
36
M. Hamdan Rasyid, Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual, (Jakarta: PT. Al
Mawardi Prima), h. 184
37
Mardani, Hukum Perkawinan Islam Di Dunia Modern, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011), h.
80.
55

kawinkan anak akan mengurangi beban hidup.38 Salah satu informan yang
penulis wawancarai yaitu Janis juga mengatakan bahwa anaknya kawin dini
karena ekonomi. Dia berpikiran apabila setelah kawin biaya anaknya sudah
menjadi tanggung jawab dari suaminya. Sehingga pengeluaran
dikeluarganya berkurang. Janis mengatakan, selain itu juga karena anaknya
sudah tidak sekolah lagi. Dari pada menghabiskan waktu tidak jelas, lebih
baik di nikahkan saja.39

d. Kebiasaan

Kebiasaan merupakan sesuatu yang dikerjakan oleh orang yang


berupa perkataan, perbuatan atau sesuatu yang di tinggalkan. Hal ini
dinamakan pula al adah.40 Bagi sebagian kelompok masyarakat kawin muda
merupakan sebuah kebiasaan yang merupakan warisan turun temurun.
Adapun kebiasaan ini dalam lingkup suku, daerah maupun keluarga. Pada
masyarakat Kembangan yang penulis wawancara, ada satu informan yang
kawin karena kebiasaan keluarga besarnya. Dari kakek, orang tua dan juga
pamannya kawin dalam usia dini. Atas dasar inilah Prawira mengambil
keputusan untuk kawin muda.41

2. Dampak Perkawinan Dini


a. Dampak Positif
1) Menghindari Perzinaan

Perkawinan dini merupakan salah satu jalan yang dipilih oleh


sebagian pasangan untuk menghindari pernizaan. Zina merupakan
persetubuhan yang dilakukan di luar perkawinan atau tidak disahkan
dengan nikah atau tidak sah nikahnya.42 Tidak sanggupnya pasangan

38
https://mediaindonesia.com/read/detail/83304-perkawinan-dini-dipicu-faktor-ekonomi
39
Janis, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
40
Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Bandung: Risalah), h. 131
41
Prawira, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
42
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XVII,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h.4
56

dalam membatasi hubungan tentu langkah ini menjadi pilihan yang


tepat. Jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi zaman
yang semakin maju ini, terkadang anak luput dari pantauan orang tua.
Sehingga terjadi perzinaan. Makanya sebagai orang tua memilih jalan
kawinkan anaknya dalam usia dini. Seperti yang dilakukan oleh
Prawira, Jihan. Lagi pula kawin pun adalah sutu bentuk ibadah kepada
Allah. Dan agama Islam sendiri tidak melarang untuk kawin dalam usia
dini, yang penting sudah baligh.

2) Mengurangi Beban Ekonomi

Bagi sebagian masayarakat perkawinan dini dinilai menjadi


salah satu jalan untuk mencegah kemiskinan. Dan juga merupakan
sebuah kebanggan karena anaknya cepat laku dan tidak menjadi beban
keluarga. Anak apabila sudah kawin tentu menjadi tanggungan dari
suaminya. Bahkan bagi sebagian masyarakat tertentu, kawinkan
anaknya juga bisa membantu ekonomi orang tua. Sebagaimana
pengalaman dari salah satu infroman penulis yaitu Janis. Dia
mengatakan setelah anaknya kawin, ekonomi keluarganya bisa
terbantu43

b. Dampak Negatif
1) Keterbatasan ekonomi karena tidak mempunyai pekerjaan yang layak44

Kemapaman seseorang sebelum membangun rumah tangga


merupakan sebuah keharusan. Dalam hal ini kemapaman dalam segi pola
pikir dan juga keuangan. Karena bisa berdampak terhadap kesejahteraan
dalam rumah tangga. Mayoritas pasangan yang melakukan perkawinan

43
Janis, Masyarakat, Interview Pribadi, 30 Agustus 2020
44
Surmi Ali, Perkawinan Usia Muda Di Indonesia Dalam Perspektif Negara dan Agama
Serta Permasalahannyah, h.10-11
57

dini disebabkan karena hamil di luar nikah. Bisa dikatakan mereka


melaksanakan perkawinan karena terpaksa. Hal ini dilaksanakan demi
menjaga aib keluarga. Tanpa memikirkan mereka sudah cukup dalam
segi pikiran ataupun keuangan. Inilah yang menjadi masalah pada
masyarakat sekarang.

Pada masyarakat kembangan sendiri. Hasil wawancara penulis


dengan informan, hampir dari semua mereka mengatakan ketika awal
kawin mengalami permasalahan dalam hal ekonomi, Karena memang
ketika kawin mereka belum memiliki perkerjaan yang tetap. Seperti yang
dialami oleh informan penulis yaitu Nasrullah, Heri Hidayat dan Prawira

2) Putus sekolah karena kawin dalam usia dini

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dapatkan


seorang anak. Dengan sekolah yang tinggi bisa membuat seseorang lebih
berakhlak. Selain itu pendidikan merupakan salah satu menentukan
suksesnya seseorang. Sudah tentu semua masyarakat berkeinginan untuk
sekolah tinggi. Dunia perkuliahan dapat membentuk suatu perubahan
besar dalam hidup seseorang.45

Namun pada kenyataannya, banyak anak-anak yang putus


sekolah ditengah jalan. Ada yang disebabkan kemalasan sendiri ada juga
karena sesuatu hal, seperti perkawinan di usia dini. Pada masyarakat
kembangan sendiri, ada pasangan yang putus sekolah karena kawin dini
yaitu Nur Hasanah. Ia mengatakan kawin dini karena ia sudah
melakukan hubungan badan dengan pasangannya. Akhirnya ia
mengambil keputusan berhenti sekolah. Karena ia malu dengan teman-

45
Santrock,J.W, Life Span Development (Terjemahan), (Jakarta: Erlangga, 2016)
58

temannya yang lain.46 Hal yang sama dikatakan orang tua nya yaitu
Lisna, anaknya harus berhenti sekolah demi menjaga psikologis anaknya.
Tidak mungkin rasanya anaknya tetap sekolah dalam kondisi sudah
kawin. Dan juga ia kawin karena kecelakaan. 47

3) Perselisihan Dalam Rumah Tangga

Perselisiahan dalam rumah tangga merupakan suatu hal yang


pasti terjadi dalam rumah tangga. Apalagi bagi pasangan yang kawin
dalam usia dini. Karena memang secara usia mereka masih kecil. Dalam
belum dewasa dalam mengambil suatu keputusan. Pereselisihan bisa saja
menyebabkan terjadinya perceraian.

Berdasarkan wawancara penulis dengan beberapa informan,


empat pasangan mengaku mengalami hal tersebut. Bahkan di usia satu
bulan perkawinannya mereka sudah bertengakar. Namun tidak sampai
bercerai.

Salah satu orang tua dari pelaku kawin dini yaitu Lisna
mengatakan bahwa rumah tangga anaknya hampir saja goyah pada saat
usia perkawinan anaknya 1,5 tahun. Namun ia menjadi penengah dan
memberikan pengertian kepada anak dan menantunya. Dan sampai
sekarang rumah tangga anaknya baik-baik saja.48

4) Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga sangat rentan terjadi pada


pasangan yang kawin pada usia dini. Karena secara psikologisnya anak-
anak yang berusia dini labil dan belum bisa mengontrol emosinya. Hal

46
Nur Hasanah, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
47
Lisna, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
48
Lisna, Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020
59

ini yang menyebabkan banyaknya perempuan di Indonesia yang


mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

Sunardi selaku penghulu KUA mengatakan, perkawinan dini bukan suatu


yang aneh lagi bagi masyarakat Indonesia sekarang. Ada perkawinan tersebut
memang kehendak sendiri dan juga ada karena keterpaksaan. Pada praktiknya sendiri
perkawinan dini disebabkan karena pergaulan bebas yang menyebabkan terjadinya
kehamilan. Pada masyarakat Kembangan, pasangan yang kawin dini memang
mayoritas karena hamil di luar kawin. Adapun rata-rata usia mereka adalah 16-19
tahun. 49

Banyaknya perkawinan usia dini rentan terjadinya perselisihan. Karena secara


psikologis anak-anak belum matang dari cara berpikir hingga berdampak kepada
kesejahteraan rumah tangga. Kesejahteraan keluarga akan tercipta kalau kebahagiaan
salah satu anggota berkaitan dengan kebahagiaan anggota-anggota keluarga lainya,
secara psikologis dapat berarti dua hal :

1. Tercapainya keinginan-keinginan, cita-cita dan harapan dari semua anggota


keluarga.
2. Sesedikit mungkin mungkin terjadi konflik dalam pribadi masing-masing
maupun antar pribadi.50
Komponen penting yang harus dimiliki pasangan yang menikah untuk
menciptakan rumah tangga yang sejahtera adalah:
1. Kasih sayang, yaitu sikap kasih sayang mendalam yang diwujudkan secara
wajar.
2. Emosi yang terkendali, yaitu individu dapat mengatur perasaan-perasaannya
terhadap keluarga dan terhadap pasangan. Tidak mudah berbuat hal yang

49
Sunardi, Kepala KUA, Interview Pribadi, 19 Juni 2020
50
Sarlito Wirawan Sarwono, Menuju Keluarga Baahagia,(Jakarta:Bhatara Karya
Aksara,1982), h.2
60

menyakiti perasaan, misalnya marah, cemburu buta, dan ingin merubah


pribadi pasangannya.
3. Emosi terbuka-lapang, yaitu individu dapat menerima kritik dan saran dari
pasangannya sehubungan dengan kelemahan dan perbuatannya, demi
pengembangan diri dan kepuasan pasangan.
4. Emosi terarah, yaitu individu dengan kendali emosinya sehingga tenang, dapat
mengarahkan ketidakpuasan dan konflik-konflik yang konstruktif dan
kreatif.51
Lanjut Sunardi mengatakan, adapun batas usia perkawinan adalah 19 tahun
bagi laki-laki dan 19 tahun untuk perempuan. Ia mengatakan apabila ada pasangan
yang umurnya masih kurang 19 tahun maka harus mengajukan dispenasi kawin
terlebih dahulu di Pengadilan Agama. Apabila sudah ada izin dari Pengadilan Agama,
maka kemudian baru KUA bisa kawinkan pasangan tersebut. Jadi batas usia ini tidak
menutup kemungkinan anak yang belum cukup usia untuk kawin.52

Menurut penulis perkawinan dini memang tidak ada larangan dalam agama.
Agama mengatakan syarat kawin yang penting sudah baligh. Walaupun begitu tidak
tertutup kemungkinan negara membuat aturan terhadap batas usia. Karena tentu saja
negara pertimbangan maslahat yang timbul terhadap di batasinya umur perkawinan.

51
Andi Mappiare, Psikologi Orang Dewasa, (Surabaya: Usaha Nasional,1983), h. 153
52
Sunardi, Kepala KUA Kembangan, Interview Pribadi, 19 Juni 2020
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian di Kecamatan Kembangan Kota
Jakarta Barat, maka berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor perkawinan
dini dan dampaknya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perkawinan dini yang terjadi di Kecamatan Kembangan disebabkan karena
empat faktor yaitu: yang pertama, faktor hamil di luar kawin, faktor agama,
ekonomi dan kebiasaan. Dimana faktor hamil di luar kawin merupakan salah
satu bentuk dari semakin bebasnya gaya pergaulan anak sekarang. Yang mana
kurang kontrol dari orang tua terhadap anak. Kawin dini karena hamil di luar
kawin menjadi faktor paling dominan yang penulis temui di Kembangan. Yang
kedua faktor agama juga menjadi salah satu alasan terjadinya kawin dini di
Kembangan yaitu untuk menghindari perzinaan di kalangan remaja. Karena
memang secara pergaulan anak zaman sekarang lebih bebas dari pada anak
zaman dahulu. Dilihat dari sisi perkembangan media masa. Yang ketiga faktor
ekonomi juga menjadikan seseorang melakukan kawin dalam usia dini. Dimana
ekonomi keluarga yang kurang mencukupi sehingga orang tua mengawinkan
anaknya pada usia dini terlebih anak tersebut sudah tidak sekolah lagi. Dengan
harapan setelah menikah dapat mengurangi beban dari orang tua. Yang keempat
adalah kebiasaan. Dimana kebiasaan dari keluarga juga menjadi faktor
terjadinya perkawinan dini. Karena dari kakek, orang tua, paman melakukan
kawin muda. Yang mana sudah menjadi tradisi bagi keluarganya untuk kawin
dalam usia dini.
2. Perkawinan dini di Kecamatan Kembangan menimbulkan beberapa dampak
diantaranya adalah: dampak positif dan dampak negatif. Adapun dampak
positifnya adalah dapat menghindari remaja tersebut dari perbuatan zina yang
sudah tegas dilarang oleh agama. Dan juga dapat mengurangi beban ekonomi

61
62

keluarga, karena kondisi ekonomi orang tuanya susah, jadi dengan kawin dini
bisa mengurangi beban keluarga. Adapun dampak negatif dari perkawinan dini
adalah mengalami kesulitan ekonomi keluarga yang disebabkan karena
mayoritas pelaku kawin dini belum memiliki pekerjaan tetap, sehingga tidak
dapat memnuhi kebutuhan keluarga. Dan juga sering terjadinya perselisihan
yang berakibat terjadinya pertengakaran antara suami dan isteri. Selain itu juga
berdampak terhadap pendidikan anak. Yang mana anak yang memilih untuk
kawin di usia dini lebih memilih tidak lanjut sekolah. Selain karena malu
dengan teman sekolah, dan juga karena sibuk menjalankan kewajibannya sebagi
ibu rumah tangga.
B. Saran-Saran
Berdasarkan uraian di atas, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Fungsi dan peran orang tua dapat berkontribusi positif dalam mengurangi praktik
perkawinan usia dini, sehingga tidak terjadinya dampak-dampak negatif yang
tidak diinginkan. Dengan cara pola asuh anak, memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada anak agar bisa menjadi bekal bagi mereka agar bisa hidup
sejahtera di masa yang akan datang dalam berumah tangga
2. Bagi remaja harusnya memahami dampak-dampak yang timbul dari perkawinan
dini, agar remaja-remaja mempunyai pandangan dan wawasan yang dapat
diaplikasikan dalam kegiatan yang bersifat positif
3. Bagi remaja-remaja diharapkan bisa menjaga pergaulannya dengan baik agar
tidak terjadi hal yang diinginkan sehingga menyebabkan terjadinya perkawinan
karena terpaksa keadaaan
4. Pemerintah harus berperan aktif dalam mensosialisasikan terkait batas usia
perkaiwan. Agar masyarakat memahi usia berapa seseorang diperbolehkan untuk
menikah
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Abdi, Koro, Perlindungan Anak di Bawah Umur dalam Perkawinan Usia Muda dan
Perkawinan Siri. Bandung: PT Alumni, 2012.

Adji, Sution Usman. Kawin Lari dan Kawin Antar Agama.Yogyakarta: Liberti 1989

Ali, Surmiati. Perkawinan Usia Muda di Indonesia dalam Perspektif Negara dan
Agama Serta Permasalahannya. Jakarta: Fungsional Peneliti pada Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia Sasana Widya Sarwono, 2015

Alkhayt, Muhammad Ustman Sulitnya. Berumah Tangga Upaya Mengatasi Menurut


Quran

Asmin, Status Perkawinan Antar Agama Tinjauan dari UU Perkawinan No. 1 Tahun
1974. Jakarta: PT. Dian Rakyat, 1986.

Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kembangan dalam Angka. Jakarta : Badan Pusat
Statistik. 2019.

Basri, Hasan. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004.

BKKBN, Pendewasaan Usia Perkawinan. BKKBN: Jakarta, 1993.

dan Hadits dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gema Insani Press,1994.

Djaelani, Abdul Qadir. Keluarga Sakinah. Surabaya : PT Bina Ilmu, 1995

Hadikusuma, Hilman, Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Alumni, 1983.

Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XVII. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.

Hasan Basri. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002.

Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada, 2009. cet.1.

J, Lexy Maelong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Karya,


2002. cet. Ke1.
Jahar, Asep Saepudin, Euis Nurlaelawati dan Jaenal Aripin. Hukum Keluarga, Pidana
& Bisnis, Jakarta,Kencana:2013

Kementrian Agama RI. Modul Keluarga Sakinah Bersperpektif Kesetaraan bagi


Penghulu, Penyuluhan, dan Konselor BP4. Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Keagamaan, 2012.

Khallaf, Wahhab Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Bandung: Risalah.

Kharlie, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia. Jakarta, Sinar Grafika:2013

Mappiare, Andi. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional,1983.

Mardani. Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern. Yogyakarta: Graha


Ilmu,2011
.
Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera, 2008

Mukhtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam tentang perkawinan. Jakarta, PT. Bulan
Bintang, 1974

Nafis, Cholil. Fikih Keluarga Menuju Keluarga Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah


Keluarga Sehat, Sejahtera, Dan Berkualitas. Jakarta: Mitra Abadi Press,
2009

Rahman, Bakrie A. dan Ahmad Sukarja. Hukum Perkawinan Menurut Islam, UU


Perkawinan dan Hukum Perdata/BW. Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1981.
Cet. Ke-1

Rasyid, M. Hamdan. Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-Fatwa Aktual. Jakarta: PT.


Al Mawardi Prima.

Rofiq, Ahmad. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2015.

Santrock,J.W. Life Span Development. Terjemahan. Jakarta: Erlangga, 2016.

Sarwono Sarlito Wirawan. Menuju Keluarga Baahagia. Jakarta:Bhatara Karya


Aksara,1982.
Subadio, Maria Ulfa. Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia. Yogyakarta: UGM
Press, 1987.
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT. Intermasa.1984

Sugiyono. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta, 2015.cet.4.

Ulber, Silalahi. Metode Penelitian Sosial. Bandung; Refika Aditama, 2009.

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-Undang Perkawinan No. 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan

Wigyodipuro. Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. Jakarta. Penerbit Pradnya


Paramita, 1967

B. Skripsi dan Jurnal

Anis, Afifah, Laila. Fenomena Hamil Pra Kawin Di Kalangan Remaja Di Tinjau
Dari Perspektif Pendidikan Islam. Salatiga: Skripsi Iain Salatigatahun. 2017

Fatimah, Siti. Faktor-Faktor Pendorong Pernikahan Dini dan Dampaknya di Desa


Sarimulya Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali. Semarang: Skripsi
Univesitas Negeri Semarang, 2009
.
C. Wawancara

Felicia. Masyarakat. Interview Pribadi. 02 Agustus 2020

Heri Hidayat. Masyarakat, Interview Pribadi. 1 Agustus 2020

Jamilah. Masyarakat. Interview Pribadi. 20 Juli 2020

Janis. Masyarakat. Interview Pribadi. 30 Agustus 2020

Jihan. Masyarakat. Interview Pribadi. 30 Agustus 2020

Lisna. Masyarakat. Interview Pribadi. 10 Agustus 2020

Nasrullah. Masyarakat. Interview Pribadi. 20 Juli 2020

Nur Hasanah. Masyarakat. Interview Pribadi. 10 Agustus 2020

Prawira. Masyarakat, Interview Pribadi, 10 Agustus 2020


Risanjani. Masyarakat. Interview Pribad. 01 Agustus 2020

Suyanah. Masyarakat. Interview Pribadi. 02 Agustus 2020

Weny. Masyarakat. Interview Pribadi. 10 Agustus 2020

Yunardi, Kepala KUA Kembangan. Interview Pribadi, 5 Juli 2020

D. Internet

https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2011/05/14/asas-asas-perkawinan/, di akses pukul 00.28


tanggal 16 Februari 2020

https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun

https://mediaindonesia.com/read/detail/83304-perkawinan-dini-dipicu-faktor-
ekonomi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dokumentasi Wawancara
1. Surat Selesai Wawancara
2. Foto-foto wawancara
3. Transkip Wawancara

Nama : Nasrullah

Tempat : Kembangan

Status : Pelaku Kawin Dini

No. Fokus/Sub- Pertanyaan Isi wawancara Kesimpulan


fokus

1. Faktor 1. Umur berapa 1. Umur 18 tahun 1


Terjadinya anda kawin? bulan
Perkawinan 2. Apakah anda 2. Saya saat itu baru Faktor Hamil
Usia Dini saat kawin lulus SMA di luar kawin
masih sekolah? 3. Saya kawin dini
3. Apa alasan anda karena saya dahulu
kawin dini? melakukan
kekhilafan yaitu
karena sudah
menghamili pacar
saya yang sekarang
jadi isteri saya.
4. Apa respon 4. Orang tua saya pada
orang tua anda saat itu marah besar
ketika dan juga kecewa.
mengetahui Karena mereka
menghamili berharap besar
pacar anda? kepada saya. Setelah
mengetahui itu
orang tua saya
menyuruh untuk
langsung menikahi
pacar saya.

2 Dampak 1. Apa dampak 1. Awal perkawinan


Perkawinan yang anda saya memang
dini rasakan setelah sangat berat,
kawin
karena susahnya
uang ketika itu,
untuk makan saja
susah. Terlebih
kita sudah
memiliki anak.
Dan pada saat itu
saya sering cek cok
dengan isteri. Dan
juga untuk beli
susu anak saja
susah

2. Apakah ketika 2. Sebelum kawin itu


anda menikah saya belum bekerja
sudah bekerja dan di biayai orang
tua. Dan setelah
kawin saya bekerja
jadi buruh untuk
memenuhi
kebutuhan sehari
hari

Nama : Heri Hidayat

Tempat : Kembangan

Status : Pelaku Kawin Dini

No. Fokus/Sub- Pertanyaan Isi wawancara Kesimpulan


fokus

1. Faktor 1. Umur berapa 1. Umur 17 tahun Faktor Hamil


Terjadinya anda kawin? 2. Saya saat itu baru di luar kawin
Perkawinan 2. Apakah anda lulus saja lulus SMA
Usia Dini saat kawin 3. Saya kawin dini
masih sekolah? karena sudah
3. Apa alasan anda melakukan
kawin dini? hubungan badan
hingga hamil.
Saya terpaksa karena
orang tua dari isteri
saya menyuruh
segera menikahi
anaknya. Ia takut
masyarakat tahu
kalau anaknya sudah
hamil dahulu. Jadi
ketika itu saya dan
isteri segera kawin

4. Apakah orang 4.awalnya saya minta


tua anda izin? segera kawin, saya tidak
menceritakan apa
alasannya, namun
akhinya saya mengaku
kalau sudah mengahmili
perempua, barulah
beliau mengizinkan
1. Sangat banyak
2 Dampak 1. Apa dampak rintangan yang saya
Perkawinan yang anda lalui dengan isteri,
dini rasakan setelah mulai dari cekcok,
kawin
kesulitan ekonomi.
Ketika itu saya dan
isteri masih
mengikuti ego
masing-masing,
mungkin karena kita
masih muda. Lagi
pun saya belum
kerja tetap dan
pengahasilanpun
masih seadanya. Jadi
orang tua saya juga
ikut membantu
ketika itu.

2. Apakah ada
2. Tentu saja ada,
dampak positif
yang ada setelah kawin saya
rasakan sudah mulai berpikir
yang sedikit dewasa,
dan mengurangi
berhura-hura dengan
teman teman saya
Nama : Nur Hasanah

Tempat : Kembangan

Status : Pelaku Kawin Dini

No. Fokus/Sub- Pertanyaan Isi wawancara Kesimpulan


fokus

1. Faktor 1. Umur berapa 1. Umur 15 tahun 9 Faktor Hamil


Terjadinya anda kawin? bulan di luar kawin
Perkawinan
Usia Dini 2. Apakah anda 2. Iya, saya baru lulus
saat kawin SMP
masih sekolah?
3. Apa alasan anda 3. Saya kawin dini
kawin dini? karena terpaksa,yang
mana pada saat itu
saya sudah dalam
keadaan hamil.

4. Apakah orang 4. Justru orang tua saya


tua anda izin? yang memaksa
untuk segera
menikah, ia malu
kalau orang lain
tahu. Orang tua saya
di kampung sini juga
terpandang.
Makanya orang tua
memaksa pada saat
itu. Ketika itu saya
baru hamil 1 bulan

Dampak 1. Apa dampak


2 yang anda 1. Ya yang pertama
Perkawinan
dini rasakan setelah segi pendidikan ya,
kawin dini? saya hanya lulusan
SMP, karena susah
jika melanjutkan
sekolah, saya sibuk
mengasuh anak dan
lain-lain.

2. Bagaiman 2. Awal menikah


kondisi memang saya dan
ekonomi suami sangat
keluarga anda?
kekurangan uang,
untuk dibantu sama
orang tua saya.
Karena suami saya
ketika itu hanya
serabutan

Nama : Felicia

Tempat : Kembangan

Status : Pelaku Kawin Dini

No. Fokus/Sub- Pertanyaan Isi wawancara Kesimpulan


fokus

1. Faktor 1. Umur berapa 1. Umur 15 tahun 10 Faktor Hamil


Terjadinya anda kawin? bulan di luar kawin
Perkawinan 2. Iya, saya masih
Usia Dini 2. Apakah anda sekolah 3 SMP
saat kawin 3. Saya kawin dini
masih sekolah? karena terpaksa,yang
mana pada saat itu
3. Apa alasan anda saya sudah hamil
kawin dini? dua bulan

5. Apakah orang 4. Awalnya orang tua


tua anda izin? saya tidak
mengizinkan, namun
ketika saya bilang
sudah hamil orang
tua baru
mengizinkan,
walaupun terpkasa.

2 Dampak 1. Apa dampak 1. Iya sangat


Perkawinan yang anda
berdampak bagi saya
dini rasakan setelah
kawin dini? dan suami, terlebih
dari segi ekonomi
ya, suami saya
belum bekerja waktu
itu, biaya di bantu
oleh mertua saya..
Dan juga dampak
bagi saya sendiri
yaitu putus sekolah,
2. Kenapa anda 2. Saya malu untuk
putus sekolah? lanjut sekolah
karena teman-teman
sekolah saya tahu
semuanya. Dan juga
saya ketika itu sudah
melahirkan

Nama : Prawira

Tempat : Kembangan

Status : Pelaku Kawin Dini

No. Fokus/Sub- Pertanyaan Isi wawancara Kesimpulan


fokus

1. Faktor 1. Umur berapa 1. Umur 18 tahun 10 Kebiasaan dan


Terjadinya anda kawin? bulan menyempurnakan
Perkawinan 2. Apakah anda 2. Saya saat itu baru
Usia Dini saat kawin masuk kuliah agama
masih
sekolah?
3. Saya kawin dini
3. Apa alasan karena saya sudah
anda kawin memiliki
dini? hubungan yang
erat dengan pacar
saya. Kami takut
jika terjadi hal
yang tidak di
inginkan.

4. Orang tua kita


4. Apakah orang sangat mendukung
tua anda izin? ketika itu, mereka
khwatir juga
dengan kita
berdua, karena
kita saling jalan
bareng. Dan
kelurga kita pun
sudah saling
setuju dan juga
sudah kenal.
Selain itu di
keluarga saya juga
semua menikah
dini. Mulai dari
kakek, paman
hingga ibu saya

2 Dampak 1. Apa dampak 1. Tentunya kita


Perkawinan yang anda
sudah
dini rasakan
setelah kawin meyempurnakan
ibadah kita kepada
allah. Dan dengan
nikah kita tidak
menambah dosa
atau zina. Selain
itu kita juga cepat
dapat anak.

2. Apakah ada 2. Ya tentu saja ada


dampak ya, pertama
negatifnya? ekonomi, kita
mengalami
kesulitan ekonimi,
Pertama gaji saya
juga untuk bayar
uang kuliah, selain
itu juga untuk
memenuhi
kebutuhan
keluarga. Tentu ini
juga menyebabkan
kepada keuangan
keluarga kita.
Kemudian juga
kita sering cek-
cok, mungkin
karena saya masih
sering ngumpul
dengan teman-
teman, sedangkan
isteri saya tidak
suka dengan
kebiasaan itu.
Nama : Jihan

Tempat : Kembangan

Status : Pelaku Kawin Dini

No. Fokus/Sub- Pertanyaan Isi wawancara Kesimpulan


fokus

1. Faktor 1. Umur berapa 1. Umur 15 tahun 10 Faktor


Terjadinya anda kawin? bulan ekonomi
Perkawinan
Usia Dini 2. Apakah anda 2. Sudah lulus SMP
saat kawin
masih sekolah?

3. Apa alasan anda 3. Saya kawin dini


kawin dini? karena di suruh
orang tua

4. Karena saya sudah


4. Kenapa orang tidak mau sekolah
tua anda nyuruh lagi lanjut SMA.
kawin dini? Kebetulan ibu saya
punya kenalan
teman dan punnya
anak cowo yang
umur 22 tahu.
Kemudian ibu
menjodohkan saya.

Dampak 1. Apa dampak 1. Secara ekonomi saya


2
Perkawinan yang anda
dini terbantu, karean
rasakan setelah
kawin dini? suami saya sudah
bekerja dan juga
suami saya bisa
membantu ekonomi
keluarga saya juga.
Memang ayah saya
sudah tidak bekerja
lagi karena sakit.
Jadi untuk
menafkahi
keluargapun serba
kekurangan
2. Apakah ada
dampak 2. Ya kita sering cek
negatif? cok juga.

3. Apakah ada
keinginan untuk 3. Tidak ada.
lanjut sekolah?

Nama : Lisna
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena dia sudah hamil
Pertanyaan : Kenapa harus di nikahk?
Jawaban : Ketika itu saya malu kalau orang lain mengetahuinya
Pertanyaan : Apakah anda menyesalkan hal ini?
Jawab : tentu saja menyesal. Saya sadar ini juga kesalahan saya dalam
membatasi perbuatannya. Tapi ya jalan ini harus diambil
Pertanyaan : Bagaimana respon anda ketika mengetahui anak anda hamil?
Jawaban : tentu saja sangat kecewa ketika itu. Saya sangat down dan gak tahu
harus berbuat apa lagi. Sangat malu jika orang lain tahu
Pertanyaan : yang anda lihat, apakah keluarga anak anda sejahtera?
Jawab :Ya di awal menikah sih ia sering curhat kalau ia sering rebut dengan
suaminya. Daan juga mengeluh masalah ekonomi. Jadi saya yang ikut
bantu mereka. Karena menantu saya memang belum kerja tetap

Nama : Suyanah
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena dia sudah hamil duluan
Pertanyaan : Kenapa anda nikahkan ?
Jawaban : Ya tentu saja saya segera menikahkan, saya sangat malu jika orang
lain mengetahuinya. Selain saya yang yang malu tentu anak saya
secara psikis nya juga malu. Selain itu suami saya juga tokoh
masyarakat di kampung ini. Namun walaupun orang-orang akhirnya
tahu
Pertanyaan : Apakah anda menyesalkan hal ini?
Jawab : saya sangat menyesalkan kenapa anak saya bisa seperti itu, padahal
saya dan suami sudah berusaha membatasi pergaulannya dengan
teman-temannya
Pertanyaan : Apakah sebelumnya anda tahu kalau anak anda punya pacar?
Jawaban : ya saya tahu. Dia sempat cerita kepada saya, dan saya lihat pun
pergaulan mereka masih sewajarnya
Pertanyaan : Apakah anda menyesali anak anda putus sekolah
Jawab :sangat menyesal sekali. Saya awalnya sudah berharap anak saya bisa
jadi sarjana. Ingin ia sukses seperti oran-orang lain. Tapi apaboleh
buat inilah konsekuensi yang harus ia terima.
Pertanyaan : Apakah anda tidak nyuruh dia sekolah lagi
Jawaban : pernah, tapi dia tidak mau
Pertanyaan : Apakah anda melihat keluarga anak anda sejahtera?
Jawaban : Ya awal-awal sih saya melihat aman aman saja. Namun ketika itu
Pada saat itu ia cek cok dengan suaminya karena beberpa penyebab
yang saya tidak bisa sebutkan. Dan kemudian saya dan suami
mengantarkan dia lagi dan melakukan mediasi bersama

Nama : Jamilah
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena pada saat itu ia sudah melakukan hubungan denga pacarnya
hingga hamil
Pertanyaan : Kenapa anda nikahkan ?
Jawaban : Karena orang tua perempuan meminta segera menikahi anaknya. Dan
juga merupakan aib bagi saya
Pertanyaan : Apakah anak anda saat itu sudah bekerja?
Jawab : dia waktu itu masih sekolah SMA
Pertanyaan : Apakah sebelumnya itu anda sudah punya rencana menikahkan anak
anda dalam usia muda?
Jawaban : Tidak ada sama sekali, ini hanya karena sudah ada insiden aja
Pertanyaan : Bagaimana kondisi ekonimi keluarga anak anda?
Jawab : Dia pernah cerita sangat mengalami kesulitan, Ia pernah minta uang
kepada saya untuk memenuhi kebutuhannya.
Pertanyaan : Apakah sekarang mereka sejahtera saja?
Jawaban : Yang saya lihat sejahtera saja, tapi tidak tahu bagaimana pada
kenyataannya
Pertanyaan : Apa yang anda senangi terhadap anak anda kawin dini?
Jawaban : Ya dia sudah mulai memperbaiki kebiasaannya. Dan juga sekarang
sudah punya cucu
Pertanyaan : Apakah anda pernah menyuruh anak anda untuk sekolah lagi?
Jawaban :Tidak pernah, saya hanya tergantung dia. Karena sekarang dia sudah
dewasa jadi tidak mau memaksa ia lagi

Nama : Weny
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena dari kebiasaan kita memang menikah muda semua. Orang tua
saya nikah muda, saya pun nikah muda. Lagipun ia sudah punya
pacar, dari pada berbuat zina tentu tidak baik
Pertanyaan : Kenapa ada kebiasaan itu ?
Jawaban : Ya memang begitu, yang namanya sunah nabi lebih baik
dilaksanakan. Lagian bisa membuat kita lebih dewasa dan juga jika
sudah menikah dan tidak berbuat yang macam-macam
Pertanyaan : Apakah perkawinan ini atas paksaan anda?
Jawab : Tidak, anak saya juga sudah ingin kawin, begitu juga dengan
keluarga besan saya
Pertanyaan : yang anda lihat, apakah kelurga anak anda sejahtera?
Jawaban : yang saya lihat sejahtera-sejahtera saja, namun awal menikah ia
sempat curhat masalah ekonomi. Dan saat itu saya memberi uang
kepada ia. Ya maklum saja anak muda kalau kawin memang
banyak rintangan, karena ini merupakan proses pendewasaan.
Saya pun dahulu juga begitu.

Nama : Janis
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena memang ia tidak mau sekolah, dan kesehariannya hanya di
rumah saja. Dari pada tidak ngapain, lebih baik kawin saja. Selain itu
juga karena ekonomi keluarga
Pertanyaan : Bagaimana ekonomi keluarga anda?
Jawaban : Ya sejak ayahnya sakit kita serba kekurangan. Saya harus bekerja
membantu orang. Dengan harapan ia menikah setidak beban kita
berkurang.
Pertanyaan : Apakah sejak ia kawin mempengaruhi perekonomian anda?
Jawaban : Iya tentu saja, dan lagi menantu saya bekerja. Dan pekerjaannya
cukup mapan. Sekarang ia sering membantu saya dalam mencukupi
kebutuhan makan
Pertanyaan : yang anda lihat, apakah kelurga anak anda sejahtera?
Jawaban : Setahu saya Alhamdulillah sejahtera.
Nama : Risanjani
Tempat : Kembangan
Status : Orang tua pelaku kawin dini
Pertanyaan : Apa penyebab anak anda menikah?
Jawab : Karena ia sudah menghamili temannya ketika itu
Pertanyaan : Apakah anda yang menyuruh?
Jawaban : Iya saya yang menyuruh dan juga orang tua perempuan tersebut
mendatangi kita, ia meminta anak saya bersedia mengawini anaknya
Pertanyaan : Apakah anda sebelumnya tahu anak anda pacara?
Jawaban : tahu, namun yang saya lihat hanya berhubungan biasa saja, saya
tidak menyangka mereka bisa berbuat seperti itu. Dan lagi saya sudah
kenal dengan perempuan tersebut
Pertanyaan : pengawasan sepeti apa yang anda terapkan terhadap anak anda?
Jawaban : saya dan suami sudah memberikan pemahaman kepada anak saya. \
Kala itu ia sempat mengajak temannya tersebut kerumah. Saya tidak
pernah mengizinkan ia keluar malam. Dengan terjadinya insiden ini
kita merasa bersalah sekali dalam mendidik anak
Pertanyaan : yang anda lihat, apakah kelurga anak anda sejahtera?
Jawaban : Alhamdulillah sekarang mereka sudah bahagia dengan anak-anak
mereka. Namun di awal-awal menikah mereka pernah mengeluh
masalah keuangan. Karena memang ketika itu ia hanya bekerja
serabutan

Anda mungkin juga menyukai