Disusun oleh:
JAKARTA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
NIM : 11160440000053
Pembimbing :
Dr. FITRIYANI, MH
NIP:197403212002122005
JAKARTA
2021 M/ 1443 H
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) Strata 1 di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iv
ABSTRAK
RAMADHAN ADI CHANDRA. NIM: 11160440000053 “Praktek
Mediasi Dalama Penyelesaian Cerai Gugat ( Studi Di Pengadilan Agama
Jakarat Selatan Tahun 2019)”. Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta 1443 H/2021 M. x + 102 halaman.Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana praktek mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan
dan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan gagal mediasi.
Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana praktik
mediasi dalam penyelesaian cerai gugat di Pengadilan Agama Jakarta Selatan?
Dan faktor apa saja yang menyebabkan berhasil dan gagalnya mediasi di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Jenis Penelitian ini adalah penelitian
empiris yaitu penelitian yang terjun langsung kelapagan untuk mencari data
baik itu data skunder ataupun data primer untuk mengkaji bagaimana praktik
mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan faktor apa saja yang
menyebabkan berhasil dan gagalnya mediasi di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan.penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Teknik pengumpulan data
yang di lakukan dalam skripsi ini yaitu dokumentasi, peneletian
lapagan/observasi dan wanwancar terutama wawancara terhadap Hakim
Mediator dan Mediator non Hakim.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik mediasi di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan sudah sesuai dengan ketetntuan PERMA no 1 Tahun
2016 Tentang Pelaksaan Prosedur Mediasi Di Dalam Pengadilan Agama.
Hanya saja terkait batas waktu mediasi 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
penetapan perintah melakukan mediasi tidak diberlakukan secara general 30
(tiga puluh) hari dalam semua perkara, ini dikarenakan disisi lain peradilan
menganut asas cepat, sederhana, dan biaya ringan yang tujuan utamanya
mengurangi penumpukan perkara di pengadilan. Artinya waktu mediasi di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan sifatnya kondisional. Terkait penerapan atau
pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan sudah sejalan
dengan hukum Islam. Dimana para pihak menjadikan seseorang atau pihak
ketiga yang disebut hakam sebagai penengah atau juru damai. Kedua,
penerapan mediasi di Pengadilan Agama Jakarta selatan masih belum efektik di
karnakan dari data mediasi yang di dapat pada tahun 2017 hanya 2,05%, pada
tahun 2018 hanya 2,95% dan pada tahun 2019 hanya 2,93% hal ini di sebabkan
oleh beberapa faktor dan faktor para pihak yang penyebab gagalnya mediasi
dan faktor penegak hukum yang menjadi faktor pendukung atas keberhasilan
mediasi di Pengadilan Agama Jakarta selatan
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt,
yang telah memberikan nikmat kepada hamba-nya. Atas segala nikmatNya,
nikmat kesehatan, kekuatan, kesempatan dan waktu kepada penulis dalam
menyelesaikan setiap tahapan dalam skripsi ini. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw yang telah
membimbing umatnya untuk menempuh kepada agama yang diridhai oleh
Allah Swt. dan kepada jalan yang benar, guna meraih kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada program studi Hukum Keluarga
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menerima bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat terselesaikan atas izin Allah Swt. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
materil, khususnya kepada kedua orang tua yang selalu sabar mendidik saya
dari kecil sampai saat ini. Dan terimakasih juga kami ucapkan kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, L.c,M.A., selaku
rector Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakartapertiode 2023
2. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H.,M.A.,M.H selaku
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Dr. Mesraini, S.H., M.Ag. selaku ketua program studi
Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang tak
pernah henti memberikan semangat dan motivasi untuk
keberhasilan anak didiknya. Karena berkat bantuan dan
nasihatnyalah kami selalu semangat untuk menyelesaikan
vi
skripsi ini
vii
kepada kedua orang tua saya.
12. Segenap Senior yang telah membimbing saya berproses
di kampus dari awal sampai akhir, Reza Fahlevi, S.H,
Arrabiatul Aidawiyyah, S.H, Al-Ahsan Sakino, S.H,
Muhammad Kahfi, S.H
viii
DAFTAR ISI
ix
PENYELESIAN PRAKTEK MEDIASI CERAI GUGAT DI
PENGADILAN AGAMA JAKARATA SELATAN TAHUN 2019 ........... 39
A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan ................................................ 39
1. Letak Geografis ........................................................................................ 39
2. Visi Dan Misi ........................................................................................... 40
3. Struktur Organisasi ................................................................................... 40
4. Sarana Dan Prasarana ............................................................................... 41
5. Kewenangan Pengadilan ........................................................................... 43
B. Laporan Perkara Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. ....................... 45
C. Data Perkara Mediasi Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan ................ 47
BAB IV ........................................................................................................ 52
ANALISI TATA CARA PELAKSANAAN CERAI GUGAT DAN
PENYEBAB KEBERHASILAN DAN GAGALNYA MEDIASI DI
PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN ..................................... 52
A. Analisis Praktik Mediasi Dalam Penyelesaian Cerai Gugat Di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan ..................................................................................... 52
B. Faktor apa saja yang menyebabkan berhasil dan gagalnya mediasi di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan .................................................................. 64
BAB V .......................................................................................................... 81
PENUTUP ................................................................................................... 81
A. Kesimpulan ................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 84
Alat Pengumpul Data (APD)....................................................................... 88
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengadilan Agama adalah salah satu badan peradilan Indonesia
yang ada dibawah Mahkamah Agung yang kompetensi absolutnya adalah
menerima, memeriksa dan mengadili perkara–perkara yang diajukan oleh
orang-orang yang beragama Islam dalam hal perceraian, waris, hibah,
ekonomi syari’ah dan lain sebagainya. Dan perkara yang didominasi di
Pengadilan Agama adalah perkara perceraian. Adapun hukum acara yang
berlaku dalam lingkungan peradilan agama adalah sama dengan hukum
acara perdata yang berlaku di lingkungan peradilan umum (Pasal 54
Undang-undang Nomor 07 Tahun 1989). Berdasarkan hukum acara yang
berlaku di Pengadilan Agama, perdamaian selalu diupayakan di tiap kali
persidangan, bahkan pada sidang pertama suami istri harus hadir secara
pribadi tidak boleh diwakilkan untuk menempuh proses perdamaian atau
mediasi. 1
1
M. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewen ngan dan Acara Peradilan Aga ma UU. No. 7
Tahun 1989, Cet. 2, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1993), h. 327
1
2
2
Abbas Syahrizal.Mediasi Dalam Hukum Sya ria h, Hukum Ada t, da n Hukum Na
siona l.(jakarta:khrisma putra utama, 2009), h. 44
3
Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa -Fatwa Maalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta:
Elsas, 2008),h 53
3
4
Soekanto, Soejono, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PenegakkanHukum, (Jakarta:
CV Rajawali, 1983), h. 4
5
Triana sofiani, efektifitas mediasi perkara perceraian pasca perma no 1 tahun 2008 di
Pengadilan Agama, vol. 7, no. 2, nopember 2010, h 50
4
6
Gunawan dkk, Hukum Arbitrase(Cet. III; Jakarta: Rajawali Pers, 2003), h. 36-37
5
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan agar lebih jelas dan terarah, maka
penulis akan membatasi masalah dengan mejabarkan alasan pemilihan
tempat, tahun dan perkara yang harus di teliti alasan penulis memilih tempat
di Pengadilan Agama Jakarta Selatan karena Pengadilan Agama Jakarta
Selatan adalah pengadilan yang mana semua perkaranya lebih banyak dari
pada pengadilan yang ada di seluruh DKI Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah, penulis merumuskan dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui praktik mediasi dalam penyelesaian cerai
gugat di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan berhasil
dan gagalnya mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan?
F. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
keilmuan di bidang hukum keluarga.
2. Hasil penelitian di harapkan dapat menambah wawasan
keilmuan kepada calon-calon Hakim mediator dalam upaya
mencapai keberhasilan mediasi didalam perkara cerai gugat.
3. Hasil penelitian ini di harapkan juga bermanfaat bagi penulis
dalam menambah wawasan, pengalaman, dan pengetahuan
tentang materi kajian yang akan dibahas dalam permasalahan
tersebut.
4. Hasil penelitian ini agar dapat di jadikan sebagai acuan untuk
peneletian selanjutnya.
7
H. Metode Penelitian
Adapun metode penilitian digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan Masalah
Penelitian ini adalah penelitian hukum yang di lakukan dengan
memakai pendekatan studi kasus. Adalah suatu penelitian yang bersifat
pendekatan survei fakta dan melakukan observasi langsung serta
mewawancarai hakim mediator tentang keberhasilan dan gagalnya
mediasi dalam perkara cerai gugat.
7
Suratman, Metodologi Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabeta, 2015), h 53
8
Suratman, Metodologi Penelitian Hukum, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm 88
10
3. Sumber Data
Jenis data dalam penulisan skripsi ini terdiri dari data primer
dan sekunder, dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan
metode dokumentasi dan wawancara.
9
Soerjono Sukanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-press, 2015), Cet. 3, h.
12
11
a. Metode Dokumentasi
b. Metode Interview
6. Teknik Penulisan
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2015),
Cet. 3, h. 201
11
Johnny Ibrahim, Teori Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang:Bayumedia
Publishing, 2006) Cet. II, h. 393
12
I. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyusunnya dalam lima bab yaitu:
A. Kerangka Konseptual
1. Mediasi
Mediasi secara etimologi berasal dari bahasa latin, mediare
yang berarti berada di tengah. Makna dari arti kata tersebut di atas
menunjukkan kepada peran mediator sebagai pihak ketiga yang
berusaha menengahi permasalahan yang tengah dihadapi oleh dua
pihak. Makna dari kata berada di tengah menunjukkan bahwa posisi
mediator ialah netral dan tidak memihak dalam menyeleseaikan
sengketa atau permasalahan. Mediator dituntut mampu menjaga
kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil sehingga
menumbuhkan kepercayaaan dari diri para pihak yang bersengketa12
Menurut Gerry Goopaster, mediasi sebagai proses negoisasi
pemecahan masalah di mana pihak luar yang tidak memihak
(imparsial)bekerja sama dengan pihak-pihak yang bersengketa untuk
membantu mereka memperoleh kesepatan perjanjian yang memuaskan.
Sementara menurut Mahkamah Agung mediasi pada dasarnya adalah
negoisasi yang melibatkan pihak ketiga yang memiliki keahlian
mengenai prosedur mediasi yang efektif, dapat membantu dalam situasi
konflik untuk mengoordinasikan aktivitas mereka sehingga lebih efektif
dalam proses tawar menawar 13, Sedangkan menurut Zaeni Asyhady
Mediasi adalah prosesnegoisasi pemecahan masalah dimana pihak luar
yang tidak memihak(impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang
12
Syahrizal Abbas, Medasi Dalam Prepektif syariah, Adat, Dan Hukum Nasiaonal,
Cet. 1 (Jakarta: Kencan Prenada Media, 2009), h 1-2.
13
Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata D
iPengadilan, (Jakarta : Rajawali pers, 2011), h. 28.
12
13
14
Zaeni Asyhadie, Peradilan Hubungan Industrial, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009),
h.56.
15
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,
Cet II, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 276.
16
Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan
Mufakat,(Jakarta:PT RajaGrafindoPersada, 2011),h 11-12.
17
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio,Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata,(Jakarta:Pradyna Paramitha,2004), h. 468.
14
18
Amriani Nurnaningsih, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa di Pengadilan,
19
Abdul Aziz, Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Pt Ichtiar Baru Van
Hoeve,2001), h. 750
16
20
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.
Terj. Dalam Buku Tafsir, Resolusi Konflik, h. 75
17
perjanjian antara kedua orang yang berselisih atau mereka yang sedang
berperkara untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi diantara
keduanya.21
21
Tafsir, Resolusi Konflik, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), h. 71
22
Wirhanuddin, Mediasi Perspektif Hukum Islam, (Semarang: Fatawa Publishing,
2014), h 41-42
23
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro,
2003), h. 123
18
24
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,
(Jakarta: Lentera Hati, Cet. V. 2012). h. 521-522
19
25
Pasal 22 Ayat 1 PERMA No 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
26
Pasal 11 Ayat 1 PERMA No 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
27
Pasal 11 Ayat 2 PERMA No 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
20
28
Pasal 4 Ayat 2 PERMA No 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
29
Dede Anggraini Elda, Skripsi,:Efektifitas Perma No. 1 Tahun 2016 Tentang prosedur
Mediasi Di Pengadilan Terhadap Perkara Cerai Ggugat Di Pengadilan Agama I
Palembang”(Palembang, UIN Raden Fatah, 2017).
21
30
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan.
23
31
Peraturan Mahkamah Agung Nomor1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan.
24
32
Peraturan Mahkamah Agung Nomor1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan.
25
33
Nita Triana, Urgensitas Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di
Pengadilan Agama Purbalingga, (Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019). h 245
34
Robi Maulana dkk, Optimalisasi Peran Mediator Dalam Memediasi Kasus
Perceraian di Pengadilan Agama Cibinong Bogor,( Vol 4, No 1, Februari 2020). h 271
27
B. Kerangka Teoritis
1. Teori Islah (Perdamaian)
Islah menurut bahasa berasal dari kata sulhu, berasal dari kata dasar
aslaha, yuslihu, islah, artinya baik, tidak rusak, tidak binasa, saleh, bermanfaat.
Sedangkan sulh berarti perdamaian. Sulaiman Nujairimi menyebut arti islah
adalah menyelesaikan persengketaaan. Ada juga yang memberikan pengertian
islah adalah memperbaiki, mendamaikan, dan menghilangkan sengketa atau
kerusakan.
35
Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase Dan Penerapan Hukumnya,
(Jakarta: Kencana, 2015), h.59-60
36
Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase Dan Penerapan Hukumnya,
(Jakarta: Kencana, 2015), h. 63
29
37
Masburiyah & Bakhtiar Hasan, Upaya Islah dalam Perkara Perceraian di Pengadilan
Agama Kota Jambi,( Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2013). h. 72.
38
Syahrizal abbas, mediasi; dalam perspektif Hukum syariah, Hukum adat, dan Hukum
nasioonal h 175.
30
Dalam ayat ini menganjurkan pihak ketiga atau Mediator yang dapat
membantu suami istri untuk mencari jalan penyelesaian sengekta antara
keduanya, anjuran tersebut sangat sesuai dengan konsep Mediasi yang di
terapkan dalam PERMA No 01 tahun 2016 yang mengenal adanya pihak ketiga
atau Mediator.
Penyelesaian perkara dengan cara islah sangat dianjurkan dalam Islam.
Surat Hujurat: 10 menyatakan,
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu
damaikanlah antara keduasaudaramu itu dan takutlah terhadap Allah supaya
kamu mendapat rahmat.”
Al-quran dan Hadits di atas jelas mengungkap pentingnya perdamaian
antara ke dua belah pihak yang bersengketa. Hal ini dapat dipahami karena
walau bagaimanapun adilnya keputusan hakim, jangan samapai merugikan
pihak manapun
Sebagai upaya untuk mencapai perdamaian yang diharapkan,
dibutuhkan kesungguhan hakim dalam mengupayakan imbauan perdamaian.
Hakim merupakan perumus dan penggali nilai nilai Hukum yang hidup di
kalangan masyarakat dan mampu menyelami perasaan dan rasa keadilan yang
hidup dalam masyarakat tersebut.
Dengan demikian hakim dapat memberikan keputusan yang sesuai
dengan Hukum dan rasa keadilan. Di samping itu, sifat-sifat yang jahat
maupun yang baik dari pihak-pihak yang berperkara wajib diperhatikan dalam
mempertimbangkan keputusan yang akan dijatuhkan. Hakim juga dapat
memberikan resep penyelesaiannya yang melegakan kedua belah pihak, yang
dapat diupayakan dengan penguasaan bidang materi Hukum Islam dan
peraturan perundangan yang berlaku.39
Konsep islah/sulh dalam Islam menekankan untuk menjaga keutuhan
Rumah Tangga, oleh karena itu Islam selalu memerintahkan kepada umatnya
39
Masburiyah & Bakhtiar Hasan, Upaya Islah dalam Perkara Perceraian di Pengadilan
Agama Kota Jambi, (Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi). h. 71
31
40
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta; balai
pustaka, 2002). h 284
41
Nurul Hakim, Efektivitas Pelaksanaan Sistem Arbitrase dan Alternatif Penyelesaia
Sengketa Dalam Hubungannya Dengan Lembaga Peradilan. Artikel diakses pada tanggal 10
Maret 2021 dari http://badilag.net/data/ARTIKEL/efektifitas.pdf
42
Soerjono soekanto, pokok-pokok sosiologi hukum, cet, V, (Jakarta: Raja Grafindo
persada, 2006), h.122
32
43
Hatta Ali, Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan Menuju Keadilan Restoratif,
(Bandung: ALUMNI, 2012), h. 99
33
44
Kelsen Hans, Pure Theory of Law, Terj. Fuady Munir, Teori-teori Besar Grand
Theory Dalam Hukum, (Jakarta: Kencana, 2013),h.116-117
45
Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, cet.V,
(Bandung, Citra Aditya Bakti, 1989), h.56-57.
34
46
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2012) h .8.
35
Ruang lingkup dari istilah “penegak Hukum” adalah luas sekali, oleh
karena itu mencakup mereka yang secara langsung dan secara tidak langsung
berkecimpung di bidang penegakan Hukum. Dalam hubungan ini dikehendaki
adanya aparatur yang handal sehingga aparat tersebut dapat melakukan
tugasnya dengan baik kehandalan dalam kaitanya disini adalah meliputi
keterampilan professional dan mempunyai mental yang baik dan Dalam
penelitian ini, yang dimaksudkan dengan aparatur Maka mereka ini adalah para
pegawai Hukum pengadilan di lingkungan Pengadilan Agama Jakarat Selatan,
baik pada strata atas, menengah, dan bawah diantaranya para hakim, panitera,
jurusita, dan pegawai non-justisial lainnya.
Menurutu soerjono soekanto47 bahwa masalah yang berpengaruh
terhadap efektifitas Hukum tertulis ditinjau dari segi aparat karna tergantung
pada hal berikut :
A. Sampai sejauh mana petugas terika oleh peraturan-peraturan yang
ada.
B. Sampai batas mana petugas diperkenankan memberikan
kebijaksanaan
C. Teladan macam apa yang sebaiknya diberikan oleh petugas kepada
masyarakat.
D. Sampai sejauh mana derajat singkronisasi penugasan-penugasan
yang diberikan kepada petugas sehingga memberikan batas-batas
yang tegas pada wewenangnya.
47
Soekanto, soerjono, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2008) h.82
36
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Faktor kebudayaan yang sebenarnya bersatu padu dengan faktor
masyarakat sengaja dibedakan, karena di dalam pembahasannya diketengahkan
masalah sistem nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau
material. Sebagai suatu sistem (atau subsistem dari system kemasyarakatan),
maka Hukum mencakup struktur, substansi, dan kebudayaan.
Struktur mencakup wadah ataupun bentuk dari sistem tersebut yang
umpamanya mencakup tatanan lembaga-lembaga Hukum formal, hubungan
antara lembaga-lembaga tersebut, hak hak dan kewajibannya, dan seterusnya.
Substansi mencakup isi norma-norma Hukum beserta perumusannya maupun
acara untuk menegakkannya yang berlaku bagi pelaksana Hukum maupun
pencari keadilan.
37
48
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi (Bandung: CV.
Ramadja Karya, 1988),h 80.
38
BAB III
PENYELESIAN PRAKTEK MEDIASI CERAI GUGAT DI PENGADILAN
AGAMA JAKARATA SELATAN TAHUN 2019
1. Letak Geografis
Wilayah Yurisdiksi. 49
49
http://www.pn-jakartaselatan.go.id/wilayah-yurisdiksi.html. Minggu, 14/02/2021. Pkl.
23:25 WIB
39
40
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengacu pada
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Surat
Keputusan Ketua Mahkamah Agung nomor KMA/004/II/92 tentang
organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan
Tinggi Agama, KMA Nomor 5 tahun 1996 tentang Struktur Organisasi
Peradilan, dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan dan Kesekretariatan Peradilan. 51
50
http://www.pn-jakartaselatan.go.id/visi-dan-misi-pengadilan.html. Minggu, 14/02/2021.
Pkl. 23:53 WIB
51
https://www.pa-jakartaselatan.go.id/tentang-pengadian/profil-pengadilan/struktur-
organisasi.html. Minggu, 14/02/2021. Pkl. 24:00 WIB
41
Dalam Gedung
Lantai I Lantai II
Luar Gedung
1. Masjid
3. Pos Satpam
5. Kewenangan Pengadilan
6. Fungsi lainnya:
52
https://pa-jakartaselatan.go.id/tentang-pengadian/tugas-dan-fungsi.html. Minggu,
14/02/2021. Pkl. 24:10 WIB
45
Perkara pada tahun 2017 menunjukan bahwa pada bulan januari sampai bulan
desember perkara pada kasus cerai gugat paling tinggi dengan angka mencapai
3.185 perkara dalam satu tahun.
46
Perkara pada tahun 2018 menunjukan bahwa pada bulan januari sampai
bulan desember perkara pada kasus cerai gugat paling tinggi dengan angka
mencapai 3.255 perkara dalam satu tahun
47
Perkara pada tahun 2019 menunjukan bahwa pada bulan januari sampai
bulan desember perkara pada kasus cerai gugat paling tinggi dengan angka
mencapai 3.615 perkara dalam satu tahun
Hasil Data Perakara Cerai Gugat Pada Tahun 2017, 2018, Dan 2019
seperti pada tahun 2017 mencapai angaka 1.039 kasus, tingkat kegagalanya
mencapai 1.021 kasus dan tingkat keberhasilanya mencapai 18 kasus, pada tahun
2018 mencapai angka 1.031 kasus, tingkat kegagalanya mencapai 995 dan tingkat
keberhasilan 36, pada tahun 2019 mencapai 948 kasus, tingkat kegagalannya
mencapai 932 kasus dan tingkat keberhasilnya 31 kasus:
Dari laporan mediasi tahun 2017 yang berjumalah 1039 perkara yang bisa di
mediasi dan perkara cerai gugat yang paling mendominasi dengan jumlah perkara
mencapai 684 perkara dengan jumlah yang tidak berhasil mencapai 670 perkara
49
dan jumlah yang berhasil di mediasi 14 perkara, hasil ini di dapat dari buku arsip
yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Dari laporan mediasi tahun 2018 yang berjumalah 1031 perkara yang bisa di
mediasi dan perkara cerai gugat yang paling mendominasi dengan jumlah perkara
mencapai 676 perkara dengan jumlah yang tidak berhasil mencapai 656 perkara
dan jumlah yang berhasil di mediasi 20 perkara, hasil ini di dapat dari buku arsip
yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Selatan
50
Dari laporan mediasi tahun 2019 yang berjumalah 948 perkara yang bisa
di mediasi dan perkara cerai gugat yang paling mendominasi dengan jumlah
perkara mencapai 615 perkara dengan jumlah yang tidak berhasil mencapai 597
51
perkara dan jumlah yang berhasil di mediasi 18 perkara, hasil ini di dapat dari
buku arsip yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Hasil Data Mediasi Pada Tahun 2017, 2018 dan 2019 Pada Tabel Berikut
52
53
Pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan dan dihadiri
kedua belah pihak, majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan menjelaskan
tentang kewajiban para pihak untuk menempuh proses mediasi dan keharusan
adanya itikad baik selama menempuh proses mediasi serta menjelaskan prosedur
mediasi menurut Peraturan Mahkamah Agung. Ketua Majelis mewajibkan pada
hari itu juga atau paling lama 2 (dua) hari berikutnya kepada para pihak untuk
memilih mediator yang dikehendaki bersama dan berunding tentang pembebanan
biaya yang timbul jika memilih mediator non hakim. Untuk itu, majelis hakim
menskors persidangan.
Jika para pihak memilih hakim mediator, para pihak berhak memilih salah
satu atau lebih mediator yang tertera di dalam Daftar Mediator. Hakim yang
memeriksa perkara tidak boleh ditunjuk sebagai mediator kecuali dalam hal tidak
terdapat mediator lain. Setelah para pihak telah memilih mediator, ketua majelis
hakim pemeriksa perkara menerbitkan penetapan yang memuat perintah untuk
melakukan mediasi dan menunjuk mediator. Hakim pemeriksa perkara
memberitahukan penetapan kepada mediator melalui panitera pengganti.
Selanjutnya sidang ditunda untuk memberikan kesempatan menempuh proses
mediasi. 53
53
Wawancara dengan ibu Dra. HJ.Taslimah, M.H. selaku hakim mediator di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan, pada 23 juni tahun 2021, pukul 10:00 WIB.
54
Salah satu pihak atau para pihak dan/atau kuasa hukumnya dapat dinyatakan tidak
beritikad baik oleh mediator dalam hal yang bersangkutan;
2. Pelaksanaan Mediasi
54
Wawancar dengan bapak. DR. Hariadi Hasan, S.H. M.H. selaku hakim mediator di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pada 24 juni 2021, pukul 11:00 wib
55
Mediator non hakim dan bukan pegawai pengadilan yang dipilih atau
ditunjuk bersama-sama dengan mediator hakim atau pegawai pengadilan dalam
satu perkara wajib menyelenggarakan mediasi bertempat di pengadilan. Proses
mediasi berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penetapan
perintah melakukan mediasi dan atas persetujuan bersama dapat diperpanjang 30
(tiga puluh) hari. Dan atas persetujuan para pihak/atau kuasa hukum, mediator
dapat mengahdirkan seorang atau lebih ahli, tokoh masyarakat, tokoh agama, atau
tokoh adat.
Pada hari pelaksanaan mediasi yang dihadiri oleh kedua pihak, terlebih
dahulu mediator melakukan hal-hal diantaranya berikut :
Dalam hal kedua belah pihak tidak hadir maka mediasi ditunda untuk
memanggil para pihak. Apabila telah dipanggil 2 kali berturut-turut tidak hadir
tanpa alasan yang sah, tidak menanggapi atau mengajukan resume, dan tidak
menandatangani konsep kesepakatan perdamaian dapat dinyatakan tidak beriktikat
56
baik oleh mediator dalam hal yang bersangkutan, maka mediator menyatakan
mediasi gagal.
Dan atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat
diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak berakhir jangka
waktu penetapan perintah melakukan mediasi. Pengaturan waktu mediasi ini lebih
singkat dengan ketentuan yang terdapat dalam Perma No 1 tahun 2008 yang
mengatur jadwal mediasi selama 40 hari. Namun perpanjangan waktu untuk
mediasi atas kesepakatan para pihak lebih lama lagi yaitu 30 hari, sedangkan
dalam Perma No 1 tahun 2008 hanya 14 hari.
55
Dr. Fadhila Ahmad, M.A. selaku mediator non hakim di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan, pada 24 juni 2021, pukul 14:00 wib
57
ayat (1) dan (2) atas persetujuan para pihak dan/atau kuasa hukum, mediator dapat
menghadirkan seorang atau lebih ahli, tokoh masyarakat, tokoh agama, atau tokoh
ahli guna menunjang proses mediasi di pengadilan
3. Laporan mediasi
56
Wawancara dengan Bpk. Nawawi S.H. Selaku mediator non hakim di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan, pada 25 juni 2021, pukul 14:00 WIB
58
lawan. Jika mediasi gagal dalam Pasal 32 ayat (1), mediator wajib menyatakan
mediasi tidak berhasil mencapai kesepakatan dan memberitahukan secara tertulis
kepada hakim pemeriksa perkara.
Didalam ajaran Islam istilah perdamaian atau mediasi bukanlah hal yang
baru, di dalam Al-Qur‟an, hadist, dan ijma‟ ulama proses penyelesaian sengketa
melalui perdamaian biasa disebut dengan tahkim (ishlah-shulh). Makna ash-
Shulhu secara bahasa adalah menyelesaikan perselisihan.
57
Wawancar dengan bapak. Dr, Sholahuddin, S.H. M.H. selaku hakim mediator di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pada 30 Agustus 2021, pukul 11:00 wib
59
Artinya: “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu
melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu
kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut,
damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku
adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”.
58
Saleh Al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari, Penerjemah, Ahmad Ikhwani, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2005), Cet.1., h. 449
59
Syahrizal Abbaz, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 157
60
adalah pada hakekatnya para pihak melakukan musyawarah untuk mencapai suatu
kesepakatan60
Umar ibn Khattab menulis surat yang berisi prinsip pokok beracara di
pengadilan. Salah satu prinsip yang dibebankan kepada hakim adalah prinsip
shulh. Hakim wajib menjalankan shulh kecuali shulh yang menghalalkan yang
60
Wirhanuddin, Mediasi Perspektif Hukum Islam,( Semarang: Fatawa Publishing, 2014), h
41-42
61
61
Muhammad Mahmud Arnus, Tarikh al-Qafha‟ fil Islam, dalam Buku Syahrizal Abbaz,
Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, (Jakarta:
Kencana,2009), h. 162
62
Slamet Abidin, Fiqh Munakahat I, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 189
62
keluarga tidak menutup kemungkinan mengambil hakam dari orang lain, utusan
pemerintah, utusan suami isteri, atau utusan orang-orang shaleh63
As-Sya‟bi dan Ibn Abbas mengatakan bahwa pihak ketiga atau hakam
dalam kasus syiqaq diangkat oleh hakim atau pemerintah, karena kata “fab‟atsu--
maka hendaklah engkau mengutus” dalam surat an-Nisa‟ ayat 35 ditujukan
kepada seluruh kaum muslimin. Oleh karena itu, urutan orang yang berwenang
mengutus juru damai adalah keluarga kedua belah pihak dan pem erintah. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa mengangkat atau mengutus mediator adalah
suatu kewajiban, karena pengutusan itu bermaksud membasmi dan mencegah
kezaliman suami isteri, dan hal itu menjadi kewajiban pemerintah, dalam hal ini
adalah pengadilan64
Terkait wewenang hakam, para ulama fiqh sepakat bahwa kedua juru
damai itu dikirimkan dari keluarga suami dan isteri. Kecuali kalau dari pihak
keduanya tidak ada orang yang pantas menjadi juru damai, maka dapat dikirim
orang lain yang bukan dari keluarga suami isteri65
Rukun shulh adalah ijab dan qabul dengan segala bentuk ungkapan atau
perkataan yang mengisyaratkan perdamaian. Jika akad shulh telah disepakati,
maka ia menjadi akad yang wajib dijalankan oleh dua pihak bertikai. Dengan
berlakunya akad shulh, pihak penggugat memiliki apa yang disebut badal shulh
(alternatif pengganti perdamaian), sementara pihak tergugat tidak berhak meminta
kembali dan menggugurkan gugatan. Adapun syarat-syarat shulh yaitu ada yang
berkaitan dengan mushalih (pihak pelaku akad shulh), ada yangberkaitan dengan
mushalih bihi (objek atau barang yang diperselisihkan), dan ada yang berkaitan
dengan mushalah „anhu (hak yang diperselisihkan).67
66
Wirhanuddin, Mediasi Perspektif Hukum Islam, (Semarang: Fatawa Publishing, 2014). h.
94-95
67
Syaikh Sulaiman Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2009, Cet.1)., h. 882
64
1. Faktor Perkara
selain itu perkara perceraian yang dikarnakan sudah tidak ada rasa cinta lagi
dan Perselingkuhan merupakan kasus yang sering mengalami kegagalan dalam
mediasi. namun kadang kala ada beberapa perkara yang berhasil dimediasi,
Perkara perceraian yang biasanya berhasil dimediasi biasanya perkara yang
dilatarbelakangi oleh rasa cemburu,tidak mampu menafkahi, perlakuan yang
buruk kepada pasangan dan tersinggung atas perilaku dan ucapan dari salah satu
pihak merupakan perkara yang biasanya bias dimediasi.
2. Kemampuan Mediator
Hal ini lah yang harus ada pada diri mediator baik itu mediator hakim
ataupun mediator non hakim karna dengan adanya ketentraman dan kenyaman
dalam penangan mediasi di Pengadilan Agama mampu meningkatkan
keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama terutama di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan.
68
Wawancara dengan ibu Dra. HJ.Taslimah, M.H. selaku hakim mediator di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan, pada 23 juni tahun 2021, pukul 10:00 WIB.
69
Wawancar dengan bapak. DR. Hariadi Hasan, S.H. M.H. selaku hakim mediator di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pada 24 juni 2021, pukul 11:00 wib
66
namun jika dalam hati para pihak masih menyimpan rasa sayang, cinta dan
ingin berbaikan maka kemungkinan perdamaian itu akan terlaksana dan jika parak
pihak beranggapan bahwa Pengadilan Agama adalah jalan keluar untuk mencari
perdamaian atas masalah yang ada pada rumah tangganya maka seorang hakim
mediator atau mediator non hakim mampu berupaya untuk mencapai keberhasilan
dalam mediasi. 70
Proses mediasi harus dilakukan dengan Itikad Baik, artinya, para pihak tidak
boleh menyelundupkan maksud yang buruk dibalik proses mediasi yang sedang
berjalan. Proses mediasi harus ditunjukan hanya untuk menyelsaikan sengketa
secara damai dan tidak boleh ada intrik atau maksud-maksud lain dibalik
kehendak untuk menyelesaiakan sengketa.
70
Dr. Fadhila Ahmad, M.A. selaku mediator non hakim di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan, pada 24 juni 2021, pukul 14:00 wib
71
Wawancara dengan Bpk. Nawawi S.H. Selaku mediator non hakim di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan, pada 25 juni 2021, pukul 14:00 WIB
67
Untuk masalah baik ini sudah di atur dalam PERMA No. 1 tahun 2016 tidak
memberikan pengertian tentang iktikad baik melainkan PERMA No 1 tahun
2016 hanya menjelaskan apa yang dinyatakan tidak berItikad Baik dalam Pasal 7
Ayat 2 (dua) yaitu :
a. tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam
pertemuan Mediasi tanpa alasan sah;
72
Wawancar dengan bapak. Dr, Sholahuddin, S.H. M.H. selaku hakim mediator di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pada 26 juni 2021, pukul 11:00 wib
73
Lawrence M. Friedman, Law and Society, Kut. Wirhanuddin, (Semarang: Fatawa
Publishing, 2014), h. 78
68
Kedua, subtansi hukum (legal Subtance), dalam hal ini adalah Perma No.1
tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan. Ketiga, budaya hukum (
Legal Cultur), nilai-nilai terhadap memberi pengaruh baik positif maupun
negatif kepada tingkah laku yang berkaitan dengan hukum berkenaan dengan
sikap-sikap dan hukum, sikap tersebut berkaitan dengan sikap budaya pada
umumnya, karenanya akan.
Dari ketiga unsur tersebut bisa menjadi alat ukur tingkat keberhasilan mediasi
di Pengadilan Agama jakarta. Berikut adalah penguraian mengenai analisa
efektifitas mediasi:
74
Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar
Grafika,2001), h. 65
75
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, Pasal 13 ayat (1)
70
76
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Pasal 79
72
Melihat tiga (tiga) unsur utama dalam sistem hukum diatas tidak semua
unsur memenuhi konsep sistem hukum yang dikemukakan oleh Lawrence M.
77
Wawancar dengan bapak. Dr Sholahuddin, S.H. M.H. selaku hakim mediator di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan, pada 26 juni 2021, pukul 11:00 wib
73
78
Fitri Sayidati Mukaromah, Akif Khilmiyah, Aris Fauzan, Pola Komunikasi Orang Tua Dalam
Pembentukan Kecerdasan Sosial Di Kalangan Remaja Milenial, vol. 5, no. 1, 2020, h. 100.
79
Poppy Ruliana dan Puji Lestari, Teori Komunikasi, ( Depok: Rajawali Pers, cet 1, 2019) h.5
74
Dalam hal ini komukasi antara penegak hukum dan para pihak juga sangat
di butuhkan karena apabila komukasi antara hakim mediator atau mediator non
hakim kepada para pihak tidak baik maka penyelesaian sengketa mediasi ini akan
cukup sulit karena perihal permasalahannya adalah perasaan.
Jadi apabila komukasi berjalan dengan baik anatara penegak hukum dan
para pihak maka tingkat keberhasilan mediasi akan lebih tinggi karena pendekatan
hati ke hati antara penegak hukum deangan komunikasi yang baik sehingga para
pihak bisa menceritakan semua permaslahan yang ada pada rumah tangganya dan
80
Poppy Ruliana dan Puji Lestari, Teori Komunikasi, ( Depok: Rajawali Pers, cet 1, 2019) h.50
75
kesepakatan bisa berjalan dengan baik dan para pihak bisa mendengarkan saran-
saran dari mediator agara keutuhan dalam rumah tangganya bisa kembali seperti
semula, baik mediator hakim ataupun mediator non hakim dengan terjalinnya
komunikasi yang baik dengan para pihak maka penerapan tingkat keberhasilan
mediasi bisa lebih tinggi dengan adanya komukasi yang baik anatar penegak
hukum dan para pihak.
Dari data tabel yang ada pada bab sebelumnya dapat diliat data perkara
yang masuk dan data perkara mediasi yang ada di Pengadilan Agama Jakarta
Selatan terkhusus pada perkara cerai gugat pada tahun 2017,2017 dan 2019.
Pada tahun 2017 perkara yang masuk pada cerai gugat mencapai 3.185
perkara yang masuk dan jumlah perkara mediasi yang masuk pada tahun 2017,
dari laporan mediasi pada tahun 2017 yang berjumalah 1039 perkara yang bisa di
mediasi dan perkara cerai gugat yang paling mendominasi dengan jumlah perkara
mencapai 684 perkara dengan jumlah yang tidak berhasil mencapai 670 perkara
dan jumlah yang berhasil di mediasi 14 perkara, hasil ini di dapat dari buku arsip
yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan dari hasil ini diketahui tingkat
keberhasil mediasi mencapai 2,05%.
Pada tahun 2018 perkara yang masuk pada cerai gugat mencapai 3.225
perkara yang masuk dan jumlah perkara mediasi yang masuk pada tahun 2018,
dari laporan mediasi tahun 2018 yang berjumalah 1031 perkara yang bisa di
mediasi dan perkara cerai gugat yang paling mendominasi dengan jumlah perkara
mencapai 676 perkara dengan jumlah yang tidak berhasil mencapai 656 perkara
dan jumlah yang berhasil di mediasi 20 perkara, hasil ini di dapat dari buku arsip
yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan dari hasil ini diketahui tingkat
keberhasilan mediasi mencapai 2,95%
Pada tahu 2019 perkara yang masuk pada cerai gugat mencapai 3.615
perkara yang masuk dan jumlah perkara mediasi yang masuk pada tahun 2019,
Dari laporan mediasi tahun 2019 yang berjumalah 948 perkara yang bisa di
mediasi dan perkara cerai gugat yang paling mendominasi dengan jumlah perkara
76
mencapai 615 perkara dengan jumlah yang tidak berhasil mencapai 597 perkara
dan jumlah yang berhasil di mediasi 18 perkara, hasil ini di dapat dari buku arsip
yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan dari hasil ini diketahui tingkat
keberhasil mediasi mencapai 2,93%,
Dan dari data mediasi yang di dapat di Pengadilan Agama Jakarat Selatan
seharusnya data mediasi ini di bagi menjadi 3 kelompok yaitu data mediasi yang
berhasil, data mediasi yang berhasil sebagain dan data mediasi yang tidak berhasil
agar pendataan pada perkara mediasi ini, jelas setiap tahunya. Karna hasil dari
tabel perkara mediasi yang di dapapatkan angka perkara yang tidak berhasil
sangat tidak masuk akal yang tingkat keberhasilnya sangat sedikit maka dari itu
harus ada data data perkara mediasi yang berhasil sebagaian sehingga dapat
menekan angka pada tingkat tidak berhasilnya mediasi.
tersebut dapat melakukan tugasnya dengan baik, kehandalan dalam kaitanya disini
adalah meliputi keterampilan professional dan mempunyai mental yang baik dan
Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan dengan aparatur Maka mereka ini adalah
para pegawai Hukum pengadilan di lingkungan Pengadilan Agama Jakarta
Selatan , baik pada strata atas, menengah, dan bawah diantaranya para hakim,
panitera, jurusita, dan pegawai non-justisial lainnya.
Menurutu soerjono soekanto81 bahwa masalah yang berpengaruh terhadap
efektifitas Hukum tertulis ditinjau dari segi aparat karna tergantung pada hal
berikut :
1. Sampai sejauh mana petugas terikat oleh peraturan-peraturan yang ada.
2. Sampai batas mana petugas diperkenankan memberikan kebijaksanaan
3. Teladan macam apa yang sebaiknya diberikan oleh petugas kepada
masyarakat.
4. Sampai sejauh mana derajat singkronisasi penugasan-penugasan yang
diberikan kepada petugas sehingga memberikan batas-batas yang tegas
pada wewenangnya.
Soerjono Soekanto menegaskan bahwa peraturan hukum yang dibuat
sudah baik, sempurna, namun apabila para penyelengara negara (petugas hukum)
tidak semangat atau buruk dalam melaksanakannya, maka peraturan tersebut tidak
ada artinya dalam praktik. Sebaliknya, walaupun peraturan hukum dibuat tidak
sempurna tetapi bila semangat para penyelengaranya baik, maka hukum tersebut
akan terlaksana dengan baik pula,
Agar mediator hakim dapat menjalankan peran tersebut dengan baik maka
mereka tidak hanya harus memahami norma-norma tertulis dalam Perma, akan
tetapi juga “semangat” dan “nalar” yang melatar belakangi kebijakan tersebut
lahir.
Selain itu, para mediator juga harus menjalankan fungsi dan perannya
dengan baik, sesuai dengan filosofi dan tujuan mediasi yaitu menyelesaikan
perkara dengan cara damai dan menghasilkan kesepakatan yang bersifat win-win
81
Soekanto, soerjono, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008) h.82
78
solution. Untuk menuju itu semua, para mediator harus mempunyai pengetahuan,
pemahaman, pengalaman dan skill sebagai mediator inilah yang menjadi faktor
penegak hukum dalam mencapai keberhasilan mediasi. 82
Dalam hal ini baik hakim midiator ataupun mediator non hakim harus
mampu menjadi penegak hukum yang baik dan handal yang mampu menyiptakan
suasana yang nyaman dan tentram di dalam pengadilan, dan mampu menggali
permasalan yang ada pada para pihak sehingga para pihak mampu mempunyai
kepercayaan yang utuh kepada mediator sehingga tercapailah keberhasilan
mediasi di pengadialan.
Dari 5 wawancara yang dilakukan penulis kepada 3 orang hakim mediator
dan 2 orang medioator non hakim penulis membandingkan dari ke 4 wawancara
ini ternyata Wawancar dengan bapak. DR. Hariadi Hasan, S.H. M.H. selaku
hakim mediator di Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang paling banyak
menangi kasus mediasi dalam perkara cerai gugat dan paling banyak menyapai
keberhasilan dalam perkara mediasi ini.
Bapak. DR. Sholahuddin, S.H. M.H. ternyata beliau mempunyai trik
khusus dalam penagan dalam perkara mediasi terkhusus pada perkara cerai gugat
yang ada di Pengadilan Agama Jakarta Selatan beliau berpendapat bahwa untuk
mencapai keberhasialan dalam mediasi kita harus mampu menciptakan ruang
sidang yang nyaman dan tentram sehingga para pihak yang berperkara merasa
nyaman dan tentram, tidak lupa kita menyapa kepada para pihak perihal
menanyakan kabar para pihak yang berperkara untuk mencairkan suasana.
Apabalia para pihak sudah merasa nyaman dan tentram dan suasana dalam
pengadilan tidak menegangkan barulah disitu para pihak bisa mengutarakan
semua permasalahan yang ada dan barulah kita bisa menggali permasalahan
samapai ke pada titik utama permasalan yang ada pada para pihak dan mencarikan
solusi pada permasalan tersebut sehingga para pihak mau berdamai dan mediasi
pun berhasil.
82
Triana sofiani, efektifitas mediasi perkara perceraian pasca perma no 1 tahun 2008 di
Pengadilan Agama, vol. 7, no. 2, nopember 2010, h.50
79
Beliau juga menawarkan solusi kepada para pihak apabila para pihak
merasa tidak nyaman untuk mengutarakan permasalannya di dalam ruang sidang
pengadilan, maka belaiu menawarkan untuk melakuakn mediasi di luar
pengadilan yang mana tempat tersebut mampu menciptakan kenyaman anatar
kedua belah pihak sehingga tercapailah keberhasilan dalam mediasi.
Beliau menabahkan faktor penegak hukum ( mediator) menjadi faktor
pendukung yang sangat penting dalam mencapai tingkat keberhasilan mediasi
antara lain, mediator harus mampu berkomunikasi dengan baik kepada para pihak,
karena dengan komunikasi yang baik kepada para pihak dan mampu berbicara
dari hati kehati anatar kedua belah pihak, karna dalam mediasi ini adalah masalah
tentang perasaan yang mana dari salah satu pihak menyakiti pihak yang lainnya,
karana dengan bicara dari hati ke hati kepada para pihak dan di selingi dengan
behasan rohani ( agama) yang mampu menyentuh hati para pihak maka
permasalahn yang ada kepada kedua belah pihak bisa di selesaikan dengan baik-
baik.
Harus mempunyai ititude yang baik sehingga mampu menciptakan
kenyaman dalam ruang mediasi sehingga para pihak merasa bahwa mereka
sedang dalam acara kumpul keluaraga dan bisa mengutarakan permasalahan yang
ada. Selain itu mediator harus mempunyai nalar dan pemikaran yang baik
sehingga mampu menilai permasalahan yang ada anatara kedua belah pihak
dengan objektif dan mampu memberikan saran dan solusi kepada para pihak
sehingga saran dan solusi tersebut bisa di terima oleh kedua bela pihak, sehingga
mediasi tersebut bisa mencapai kesepakan anatara kedua belah pihak dan mediasi
dapat dikatan berhasil.
Selain itu beliau menambahkan bahwa faktor penegak hukum adalah
faktor pendukung yang sangat penting dalam meningkatkan keberhasilan mediasi
di Pengadilan Agama Jakarta Selatan juga harus mampu di dampingin dengan
faktor- faktor liannya yam mampu meningkatkan keberhasilan mediasi dengan
baik anatar lain adalah faktor dari para pihak, karena apabila para pihak bisa
mampiu di ajak berkomunisaksi dengan baik dan mampu menpunyai etikad baik
dalam mejalankan mediasi dan mempunyai pemikiran bahwa Pengadilan Agama
80
Jakarta Selatan adalah tempat untuk menyelesaiakn masalah dan mecari solusi
yang ada pada rumah tangganya, dengan demikan mediasi bisa berjalan dengan
lancar.
Penulis berharap banyak hakim mediator ataupun mediator non hakim
yang bersungguh- sungguh menangani perkara mediasi karena faktor penegak
hukum adalah faktor pendukung yang sanagat penting agar dapat meningkatan
keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama sehingga penangan mediasi di
Pengadilan Agama berjalan dengan lancar dan dapat menekan angka percerian
yang ada di Pengadilan Agama terkhusus di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Prosedur Mediasi di Pengadilan secara umum sudah diterapkan di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Hanya saja terkait batas waktu mediasi
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penetapan perintah melakukan mediasi
tidak diberlakukan secara general 30 (tiga puluh) hari dalam semua
perkara, ini dikarenakan disisi peradilan menganut asas cepat, sederhana,
dan biaya murah yang tujuan utamanya mengurangi penumpukan perkara
di pengadilan. Dengan kata lain waktu mediasi di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan sifatnya kondisional tergantung kesepakatan para pihak
dalam proses mediasi. Kedua, penerapan atau pelaksanaan mediasi di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan sudah sesuai dengan hukum Islam.
Dimana para pihak menjadikan seseorang atau pihak ketiga yang disebut
hakam sebagai penengah atau juru damai. Terkait dengan penerapan
mediasi di Pengadilan Agama yaitu adanya upaya perdamaian para pihak
dengan segala bentuk ungkapan atau perkataan yang mengisyaratkan
perdamaian dalam proses mediasi juga sesuai dengan rukun shulh yaitu
ijab dan qabul dalam hukum Islam.
2. Mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan belum efektif berdasarkan
data yang di dapat dari tahun 2017,2018,2019, yang mana pada tahun
2017, dari laporan mediasi pada tahun 2017 yang berjumalah 1039 perkara
yang bisa di mediasi dan perkara cerai gugat yang paling mendominasi
dengan jumlah perkara mencapai 684 perkara dengan jumlah yang tidak
berhasil mencapai 670 perkara dan jumlah yang berhasil di mediasi 14
perkara, hasil ini di dapat dari buku arsip yang ada di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan dan dari hasil ini diketahui tingkat keberhasil mediasi
mencapai 2,05%.
81
82
Pada tahun 2018, dari laporan mediasi tahun 2018 yang berjumalah 1031
perkara yang bisa di mediasi dan perkara cerai gugat yang paling
mendominasi dengan jumlah perkara mencapai 676 perkara dengan jumlah
yang tidak berhasil mencapai 656 perkara dan jumlah yang berhasil di
mediasi 20 perkara, hasil ini di dapat dari buku arsip yang ada di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan dan dari hasil ini diketahui tingkat keberhasilan
mediasi mencapai 2,95%
Pada tahun 2019, Dari laporan mediasi tahun 2019 yang berjumalah 948
perkara yang bisa di mediasi dan perkara cerai gugat yang paling
mendominasi dengan jumlah perkara mencapai 615 perkara dengan jumlah
yang tidak berhasil mencapai 597 perkara dan jumlah yang berhasil di
mediasi 18 perkara, hasil ini di dapat dari buku arsip yang ada di Pengadilan
Agama Jakarta Selatan dan dari hasil ini diketahui tingkat keberhasil
mediasi mencapai 2,93%. Jika di kaitkan dengan beberapa faktor- faktor
yang meneyebabkan gagal dan berhasilnya mediasi di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan adalah faktor dari para pihak lah yang menjadi banyaknya
kegagalan mediasi karena perceraian yang di inginkan oleh para pihak dan
faktor penegak hukum lah yang menjadi faktor pendukung yang paling
penting dalam meningkatkan keberhasilan mediasi di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan dengan menerapkan komukasi yang baik karena
permasalahan yang ada adalah menyakut perasaan sesorang maka dari itu
mediator harus mampu berkomunikasi dengan baik sehingga mampu
berbicara dari hati ke hati antara mediator kepada para pihak sehingga
penerapan mediasi berjalan dengan lancar dan terciptalah keberhasilan
mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
B. Saran
Berdasarkan paparan yang hal-hal yang telah diuraikan di atas penulis
menyarankan.
1. Kepada Mahkamah Agung sebagai lembaga tertinggi peradilan di
Indonesia agar meningkatkan mutu pelatihan mediasi dan mewajibkan para
hakim mediator untuk mengikuti pelatihan mediasi. Karena sebagian besar
83
M. Yayan Harahap., Kedudukan, Kewen ngan dan Acara Peradilan Agama UU.
No. 7 Tahun 1989, Cet. 2, Jakarta: Pustaka Kartini, 1993.
Abbas Syahrizal., Mediasi Dalam Hukum Sya ria h, Hukum Ada t, da n Hukum
Na siona l.jakarta:khrisma putra utama, 2009.
Gunawan dkk, Hukum Arbitrase Cet. III; Jakarta: Rajawali Pers, 2003.
Abbas Syahrizal, Medasi Dalam Prepektif syariah, Adat, Dan Hukum Nasiaonal,
Cet. 1 Jakarta: Kencan Prenada Media, 2009.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga, Cet II, Jakarta: Balai Pustaka, 2002
84
85
Aziz Abdul, Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: Pt Ichtiar Baru Van
Hoeve,2001
Quraish Shihab M., Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.
Terj. Dalam Buku Tafsir, Resolusi Konflik. Tafsir, Resolusi Konflik,
Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015.
Quraish Shihab M., Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an,
Jakarta: Lentera Hati, Cet. V. 2012
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta;
balai pustaka, 2002.
Ali Hatta, Peradilan Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan Menuju Keadilan
Restoratif, Bandung: ALUMNI, 2012.
Kelsen Hans, Pure Theory of Law, Terj. Fuady Munir, Teori-teori Besar Grand
Theory Dalam Hukum, Jakarta: Kencana, 2013.
Arnus Muhammad Mahmud, Tarikh al-Qafha‟ fil Islam, dalam Buku Syahrizal
Abbaz, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan
Hukum Nasional, Jakarta: Kencana,2009.
Sulaiman Yahya Al-Faifi Syaikh, Ringkasan Fiqh Sunnah Sayyid Sabiq, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2009, Cet.1.
sofiani Triana, efektifitas mediasi perkara perceraian pasca perma no 1 tahun 2008
di Pengadilan Agama, vol. 7, no. 2, nopember 2010.
Fitri Sayidati Mukaromah, Akif Khilmiyah, Aris Fauzan, Pola Komunikasi Orang
Tua Dalam Pembentukan Kecerdasan Sosial Di Kalangan Remaja Milenial,
vol. 5, no. 1, 2020.
Poppy Ruliana dan Puji Lestari, Teori Komunikasi, Depok: Rajawali Pers, cet 1,
2019.
88
A. WAWANCARA
1. Dalam perkara cerai gugat bapak dan ibu sudah berapa kali memediasi
para pihak?
2. Dalam waktu satu bulan berapa kali bapak dan ibu bisa memediasi
para pihak?
3. Apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya perceraian dalam
perkara cerai gugat?
4. Bagaiman penangan bapak dan ibu menangi faktor-faktor penyebab
terjadinya perkara cerai gugat?
5. Faktor apa saja yang bisa mencapai keberhasilan?
6. Faktor apa saja yang menyebabkan gagalnya mediasi?
7. Apakah Bapak dan Ibu mempunyai trik khusus untuk menciptakan
keberhasilan mediasi?
8. Apa saja kesulitan Bapak dan Ibu menangani mediasi dalam perkara
cerai gugat ?
9. Bagaiaman praktik mediasi di dalam Pengadilan Agama Jakarta
Selatan?
89
B. DOKUMENTASI
1. Dra, Hj. Taslimah. M.H. ( Selaku Hakim Mediator )