SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
UCU SOLIHAH
NIM. 11160490000060
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
UCU SOLIHAH
NIM. 11160490000060
Dosen Pembimbing
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Kajian Yuridis Putusan Perkara Penghimpunan Simpanan
Oleh Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah (Studi Kasus Putusan Nomor
402/Pdt.G/2018/PA.Botg)” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Syariah dan Hukum Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 16 Februari 2021. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1)
pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah.
iii
iv
ABSTRAK
Ucu Solihah. NIM 11160490000060. KAJIAN YURIDIS PUTUSAN
PERKARA PENGHIMPUNAN SIMPANAN OLEH KOPERASI SIMPAN PINJAM
DAN PEMBIAYAAN SYARIAH (Studi Kasus Putusan Nomor
402/Pdt.G/2018/PA.Botg), Skripsi Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun
2020 M/1441 H, 1x + 100 halaman.
Latar belakang dilakukannya penelitian ini dikarenakan maraknya
penghimpunan dana berupa simpanan yang dilakukan koperasi dengan kegiatan usaha
simpan pinjam kepada masyarakat umum. Selain itu, penelitian ini juga dilatar
belakangi karena maraknya kasus wanprestasi oleh koperasi yang menghimpun
simpanan kepada masyarakat umum tanpa izin dari otoritas terkait sehingga
mengakibatkan para penyimpan tidak dapat mendapatkan simpanannya kembali.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dasar putusan dan pertimbangan
hakim dalam Putusan Pengadilan Agama Nomor 402/Pdt.G/2018/PA.Botg terkait
penghimpunan simpanan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
BMT Baiturrahman berdasarkan peratuan perundang-undangan terkait kegiatan usaha
simpan pinjam oleh koperasi.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan
pendekatan kasus (case approach) serta pendekatan undang-undang (statue
approach). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sekunder diantaranya Putusan Pengadilan Agama Nomor 402/Pdt.G/2018/PA.Botg,
peraturan perundang-undangan serta buku terkait kegiatan usaha simpan pinjam oleh
koperasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa putusan hakim yang membenarkan
penghimpunan simpanan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
BMT Baiturrahman kepada masyarakat umum telah menyalahi ketentuan yang
tercantum dalam peraturan perundang-undangan atau dengan kata lain hakim telah
melakukan misinterpretasi dalam memberikan putusan. Koperasi dengan kegiatan
usaha simpan pinjam hanya diperbolehkan melakukan pelayanan kepada anggota,
calon anggota, serta koperasi lain dan/atau anggotanya yang telah melakukan
kesepakatan. Penghimpunan simpanan oleh koperasi simpan pinjam yang tidak
memiliki izin Otoritas Jasa Keuangan kepada masyarakat umum juga menyalahi
ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Lembaga
Keuangan Mikro serta dapat dikenakan hukuman pidana.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang telah memberikan nikmat sehat jasmani serta rohani, umur dan
kesempatan sehingga atas kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan serta suri
tauladan kita yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, semoga kita
senantiasa diberikan rahmat syafa’atnya hingga akhir zaman.
Proses yang mengiringi penyelesaian skripsi ini tentu saja tidak mudah untuk
dilalui, segala usaha secara maksimal telah penulis lakukan agar hasil dari penulisan
ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum, baik kalangan akademisi maupun
praktisi koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah di Indonesia.
Banyak sekali dukungan serta motivasi yang penulis dapatkan dari berbagai
pihak secara langsung maupun tidak langsung. Penulis rasa, tanpa dukungan serta
motivasi dari berbagai pihak tersebut penulisan skripsi ini akan terasa lebih berat dan
sukar untuk diselesaikan. Untuk itu, izinkan penulis untuk menyampaikan rasa terima
kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,
yaitu sebagai berikut:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, SH., MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. AM. Hasan Ali, MA., Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah dan Dr.
Abdurrauf, MA., Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.
3. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., selaku dosen pembimbing dalam penulisan
skripsi ini yang senantiasa meluangkan waktunya, memberikan arahan, bimbingan,
serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ahmad Chairul Hadi, M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membantu serta mendukung penulis untuk menyelesaikan rangkaian proses
perkuliahan serta kebutuhan administratif di universitas.
vi
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing serta membagi banyak ilmu dan
pengalamannya kepada penulis dan teman-teman lainnya. Tak lupa penulis
sertakan terima kasih kepada Staf Akademik dan Staf Lainnya yang telah
memberikan fasilitas dengan sabar kepada penulis dan teman-teman lainnya dalam
kegiatan surat meyurat untuk kepentingan skripsi maupun kepentingan lain.
6. Seluruh keluarga penulis terkhusus Ayahanda H.Suma dan Ibunda Hj. Suaebah
yang selalu mencurahkan usaha dan doanya untuk keberhasilan dan pencapaian
terbaik putra dan putrinya di dunia dan akhirat dengan penuh kasih sayang. Untuk
kaka tersayang Nani Sumarni, Aep Saepullah, Alm. Amin Suparmin, dan Almh.
Atin Suhartini yang senantiasa mengharapkan keberhasilan adik bungsunya.
7. Seluruh teman-teman Angkatan Tazakka Pondok Pesantren La Tansa yang telah
bersama-sama menimba ilmu dan pengalaman selama masa jenjang SMA.
8. Keluarga Organisasi yang turut serta menambah dan mengembangkan
pengetahuan penulis di luar perkuliahan diantaranya Center For Islamic Economic
Studies (COINS), Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (GIBEI), serta Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI).
9. Seluruh teman-teman Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2016, terkhusus kepada
sahabat penulis yaitu Vera Mediana yang senantiasa memberikan motivasi dan
solusi atas kesulitan yang dihadapi.
10. Keluarga besar Kuliah Kerja Nyata (KKN) GEMABARI yang telah bersama-sama
selama 1 bulan menjalani kegiatan KKN yang tidak bisa terlupakan.
11. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman serta pendukung seluruh
kegiatan penulis selama perkuliahan Muhammad Najib Zuhdi semoga segera
menyusul dalam menyelesaikan tugas akhir ini dan tetap selalu semangat.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala, untuk itu penulis
menyadari akan kekurangan serta kelemahan dari penelitian ini. Maka penulis amat
terbuka atas segala masukan, kritik serta saran sehingga dapat memperbaiki penelitian
yang dilakukan penulis. Semoga apa yang telah disusun dalam penelitian dapat
vii
bermanfaat bagi masyarakat umum baik mahasiswa maupun pihak praktisi lainnya.
Amiiin.
Ucu Solihah
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9
D. Metode Penelitian 10
E. Sistematika Penulisan 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA 17
A. Kajian Teori 17
1. Koperasi Syariah 17
2. Keanggotaan Koperasi Simpan Pinjam dan 33
Pembiayaan Syariah
3. Pelayanan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan 45
Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi Kepada Bukan
Anggota
4. Perbandingan Badan Hukum BMT (Baitul Maal 50
Wat Tamwil)
5. Misinterpretasi Hakim 56
B. Kajian Studi Terdahulu 58
BAB III PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 67
402/Pdt.G/2018/PA.Botg
A. Pokok Gugatan 67
ix
B. Jawaban Tergugat 71
C. Putusan Hakim 73
BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA 76
NOMOR 402/Pdt.G/2018/PA.Botg
A. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah 76
BMT Baiturrahman
B. Kedudukan Penggugat Dalam Koperasi Simpan Pinjam 83
dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman
C. Simpanan Berjangka dan Pendanaan Berjangka Dalam 86
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
BMT Baiturrahman
D. Putusan Hakim Atas Penghimpunan simpanan Oleh 95
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
BMT Baiturrahman
E. Perbandingan Putusan Nomor 402/Pdt.G/2018/PA.Botg 103
dengan Putusan Nomor 72/Pid.Sus/2019/PN Pti dan
Putusan Nomor 102/Pid.B/2020/PN.Jpa
BAB V PENUTUP 109
A. Kesimpulan 109
B. Rekomendasi 110
DAFTAR PUSTAKA 113
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Ketimpangan sosial kerap sekali menjadi permasalahan serius serta tiada
ujung yang sering menimpa negara miskin, berkembang, bahkan negara maju
sekalipun. Koperasi merupakan salah satu wadah yang dengan prinsipnya dicita-
citakan mampu mengentaskan permasalahan tersebut. Prinsip koperasi yang
mementingkan partisipasi anggota dibandingkan dengan nominal penyertaan
modal sebagaimana badan usaha lainnya memberikan peluang bagi masyarakat
dengan tingkat perekonomian rendah untuk turut serta bergabung dalam rangka
meningkatkan taraf ekonominya. Karakteristik koperasi yang memprioritaskan
anggotanya dalam penyaluran pelayanan mengurangi terciptanya diskriminasi
diantara sesama anggotanya. Sifat sosial yang tertuang dalam koperasi menuntut
para anggotanya untuk saling bekerjasama mengembangkan potensi yang dimiliki
masing-masing. Maka, dengan gotong royong tersebut tercapai motif ekonomi
dengan diperolehnya keuntungan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh anggota.
Perkembangan koperasi Indonesia dimulai sejak masa penjajahan Belanda
yaitu pada tahun 1896. Kala itu Raden Aria Wiria Atmadja seorang pegawai
negeri di Purwokerto dengan dorongan dari E. Siedeburgh seorang kepala daerah
Purwokerto mendirikan Hulp en Spaarbank (Bank Bantuan dan Tabungan) yang
selanjutnya berganti nama menjadi Purwokertosche Hulp-Spaar en Land
Bouwcredietbank (Bank Bantuan, Tabungan, dan Kredit Pertanian Purwokerto).
Selanjutnya pada tahun 1900 De Wolf sebagai pengganti E Siedeburgh diberi
tugas khusus untuk membentuk modal Koperasi Kredit Desa. Setelah itu barulah
muncul Perkumpulan Budi Utomo pada tahun 1908 dengan Koperasi Rumah
Tangga (Konsumsi). Disusul pula dengan hadirnya Serikat Dagang Islam yang
dipimpin oleh H. Samanhudi pada tahun 1912 untuk memperkuat posisi pedagang
pribumi terhadap pedagang tionghoa dengan mendirikan toko-toko koperasi.
2
1
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Laporan Data Koperasi Per 31
Desember 2019. diakses pada 14 November 2020 pukul 10.27 WIB. http://www.depkop.go.id/data-
koperasi
2
Nur S. Buchori dkk, Manajemen Koperasi Syariah (Teori dan Praktik), (Jawa Barat:
Rajagrafindo Persada, 2019), h., 4.
3
Nur S. Buchori dkk, Manajemen Koperasi Syariah (Teori dan Praktik), (Jawa Barat:
Rajagrafindo Persada, 2019), h., 14.
3
4
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam Oleh Koperasi. Pasal 1.
5
Tim Penyusun Badan Pusat Statistik, Statistik Koperasi Simpan Pinjam, (Jakarta: Badan Pusat
Statistik, 2019), h., 24.
4
Anggota Koperasi
3000
2500
2000
1500
1000
500
0 Anggota Koperasi
6
Peraturan Kementerian Koperasi Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi, Pasal 19.
5
karena koperasi serba usaha yang diketuai oleh terdakwa telah menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari Otoritas Jasa
Keuangan.
Selain itu, dalam Putusan Nomor 102/Pid.B/2020/PN.Jpa juga
memutuskan perkara terkait penghimpunan simpanan kepada masyarakat umum
oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah tanpa izin dari Otoritas
Jasa Keuangan. Dalam putusan ini Pimpinan koperasi dijatuhkan pidana penjara
selama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan serta denda sejumlah Rp. 100.000.000,-
(seratus juta rupiah).
Perbuatan kedua terdakwa tersebut secara tidak langsung menyalahi
kewenangan koperasi simpan pinjam dalam menghimpun simpanan. Koperasi
simpan pinjam hanya berwenang melakukan penghimpunan simpanan kepada
anggota, calon anggota, serta koperasi dan/atau anggota koperasi tersebut.
Meskipun terdakwa mengelak bahwa nasabah yang menyimpan dananya secara
tidak langsung menjadi anggota, namun persyaratan seseorang untuk menjadi
anggota sebagaimana tercantum dalam Peraturan Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Nomor 10 Tahun 2015 tentang Kelembagaan
Koperasi tidak terpenuhi.
Apabila seseorang ingin menjadi anggota dalam sebuah koperasi harus
memenuhi beberapa persyaratan diantaranya telah melunasi simpanan pokok,
menyetujui anggaran dasar/anggaran rumah tangga koperasi, serta terdaftar dalam
buku daftar anggota dengan menandatangani atau membubuhkan cap jempol di
dalamnya.7 Kegiatan penghimpunan dalam KSU serta KSPPS tersebut tidak
disertai dengan persyaratan keanggotaan sebagaimana dalam peraturan
perundang-undangan. Nasabah hanya menyimpan dananya tanpa didahului
sebelumnya membayar simpanan pokok maupun pencantuman identitas di dalam
buku daftar anggota serta menandatangani atau membubuhkan cap jempol di
7
Pasal 51 Peraturan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 10 Tahun
2015 tentang Kelembagaan Koperasi.
6
8
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam Oleh Koperasi, Pasal 18.
7
BMT dengan badan hukum koperasi simpan pinjam yang belum mematuhi
peraturan perundang-undangan dengan melakukan praktek “Bank Gelap”.
Selain tiga putusan tersebut, dalam penelitian yang dilakukan oleh I Gede
Hartadi Kurniawan pada beberapa koperasi simpan pinjam secara acak ditemukan
bahwa masih banyak koperasi simpan pinjam yang melakukan penghimpunan
simpanan kepada masyarakat umum atau bukan anggota koperasi.9 Sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya bahwa kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi
yaitu penghimpunan dan penyaluran dana hanya diperuntukkan untuk anggota,
calon anggota, koperasi dan/atau anggota koperasi tersebut yang telah melakukan
kesepakatan. Dalam penelitiannya juga disebutkan bahwa setelah 3 bulan para
nasabah menyimpan dananya dalam koperasi tersebut tidak langsung dilakukan
pengangkatan sebagai anggota. Hal tersebut melanggar tujuan, prinsip, dan dasar
dari koperasi.
Mayoritas dari pelanggaran tersebut diketahui setelah terjadi wanprestasi
atas perjanjian simpanan oleh koperasi dan dituangkan dalam gugatan para
nasabahnya. Hal tersebut disebabkan karena proses pengawasan kegiatan usaha
koperasi khususnya koperasi simpan pinjam belum berjalan dengan baik. Dalam
penelitian ini juga disebutkan bahwa masih banyak terjadi praktek kolusi ketika
dilakukan pengawasan seperti pemberian bingkisan atau uang tanda terima kasih
kepada para oknum pegawai kementerian yang melakukan pengawasan, sehingga
pelanggaran-pelanggaran tersebut sulit untuk dilakukan pendisiplinan.
Hal tersebut juga terjadi dalam sebuah perkara yang tertuang pada Putusan
Pengadilan Agama Nomor 402/Pdt.G/2018/PA.Botg antara Nasabah Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman yang berkedudukan
sebagai Penggugat melawan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
BMT Baiturrahman yang dalam gugatan ini sebagai Tergugat I. Dalam
gugatannya, Penggugat menyatakan bahwa Koperasi Simpan Pinjam dan
9
I Gede Hartadi Kurniawan, Tindakan Koperasi Simpan Pinjam Yang Mengakibatkan
Perbuatan Tindak Pidana, ( Lex Jurnalica, Vol 10, No. 1, 2013)
8
doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.10. Dalam penelitian
ini dilakukan telaah kesesuaian Pertimbangan Hakim dalam Putusan
Pengadilan Agama No.402/Pdt.G/2018/PA.Botg terkait penghimpunan
simpanan yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah BMT Baiturrahman terhadap peraturan perundang-undangan terkait
koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus (case approach) serta
pendekatan undang-undang (statue approach). Pendekatan kasus bertujuan
untuk mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang
dilakukan dalam praktik hukum, terutama mengenai kasus-kasus yang telah
diputus.11 Kasus yang dijadikan fokus pembahasan dalam penelitian ini yaitu
mengenai penghimpunan simpanan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman kepada masyarakat umum atau
bukan anggota tanpa izin dari Otoritas Jasa Keuangan. Sedangkan pendekatan
perundang-undangan yang digunakan yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi,
Peraturan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 10
Tahun 2015 tentang Kelembagaan Koperasi dan Peraturan Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh
Koperasi.
3. Sumber Data
Sesuai dengan jenis penelitian berupa penelitian hukum normatif,
maka penulis menggunakan satu sumber data yaitu Sumber Data Sekunder.
10
Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2017, Cet. Ketiga Belas), h., 3.
11
Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia
Publishing, 2007), h., 321.
13
12
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2017, Cet. 13), h., 181.
14
1
M.Ali.Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h., 161
2
R.T. Sutantya Rahardja Hadikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002, Cet. Kedua), h., 1.
3
M.Ali.Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah), (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 161
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h., 53.
17
18
dari segi istilah, koperasi adalah akad antara orang-orang untuk berserikat
modal dan keuntungan.5
Nur S. Buchori dalam bukunya memberikan pengertian terkait
koperasi syariah bahwa “koperasi syariah adalah usaha ekonomi yang
terorganisir secara mantap, demokratis, otonomi partisipatif, dan berwatak
sosial yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip yang mengusung
etika moral dengan memperhatikan halal atau haramnya sebuah usaha
yang dijalankan dalam agama Islam”.6
Meskipun tidak menutup kemungkinan penggunaan akad-akad
syariah dalam seluruh kegiatan usaha koperasi syariah, namun sejauh ini
koperasi syariah masih didominasi oleh kegiatan simpan pinjam
berdasarkan akad-akad yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Kegiatan simpan pinjam dalam koperasi syariah lazim dikenal dengan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang kemudian diubah menjadi Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah atau biasa dikenal dengan Baitul
Maal Wa Tamwil.
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitul Maal Wa
Tamwil adalah usaha balai mandiri terpadu yang kegiatannya
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil, bawah dan
menengah dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya7.
Dalam Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Nomor 91 Tahun 2004 yang dimaksud Koperasi Jasa
Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di
5
Junaedi B.SM, Islam dan Enterpreneurialisme : Suatu Study Fiqih Ekonomi Bisnis Modern
(1-1), (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h. 147.
6
Nur. S. Buchori, Koperasi Syariah, (Jakarta: Pustaka Aufa Media, 2012), h., 4.
7
Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2013), h. 12.
20
8
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, (Jakarta : Graha Ilmu, 2007), h. 94.
9
Nur. S. Buchori, dkk, Manajemen Koperasi Syariah (Teori dan Praktik), (Depok: PT.
Rajagrafindo Persada, 2019), h., 14.
21
13
Nur. S. Buchori, dkk, Manajemen Koperasi Syariah (Teori dan Praktik), (Depok: PT.
Rajagrafindo Persada, 2019), h., 17.
29
14
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
15
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
16
Penjelasan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
34
17
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
18
Pasal 48 Peraturan Kementerian Koperasi Nomor 10 Tahun 2015 tentang Kelembagaan
Koperasi.
35
19
Pasal 26 Peraturan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh
Koperasi.
37
20
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 22.
39
21
Undan-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Pasal 29.
22
Pasal 38 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
40
23
Pasal 1 Peraturan Kementerian Koperasi Nomor 11 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi dengan Prinsip Syariah.
41
24
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
43
25
Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam Oleh Koperasi
46
26
Pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Simpan
Pinjam Oleh Koperasi.
48
27
Pusat Koperasi Kredit Bali Artha Guna. Dasar-Dasar Manajemen Koperasi Kredit (Credit
Union), diakses pada 02 Desember 2020 Pukul 07.14 WIB, http://puskopditbag.org/wp-
content/uploads/2014/02/bab-21.pdf.
49
Pinjam dan Pembiayaan Syariah serta Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah hanya melayani individu atau badan hukum yang memiliki ikatan
hukum maka berdampak pada pelayanan yang akan terfokus untuk
kesejahteraan ruang lingkup anggota, calon anggota serta koperasi lain
dan/atau anggotanya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan koperasi untuk
menciptakan kesejahteraan bagi anggotanya. Kemungkinan tersebut
disebabkan karena koperasi akan terbebas dari kewajiban penyaluran Sisa
Hasil Usaha kepada bukan anggota sehingga hanya anggota dan keuangan
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah serta Unit Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah lah yang mendapatkan bagian dari Sisa Hasil Usaha.
Dari segi pengawasan, apabila Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah serta Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
berwenang melakukan pelayanan kepada bukan anggota atau masyarakat
umum, maka otoritas lembaga keuangan terkait lah yang berwenang
melakukan pengawasan yaitu Otoritas Jasa Keuangan. Hal tersebut
dikarenakan kewenangan tersebut menyangkut keamanan dana masyarakat
umum. Sedangkan sampai saat ini pengaturan dan pengawasan Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah serta Unit Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah hanya sebatas oleh Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah karena ruang lingkupnya hanya sebatas anggota dan
koperasi lainnya.
Penyimpanan dalam Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah serta Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah juga tidak
dilengkapi dengan Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana dunia
perbankan. Hal tersebut dilatar belakangi oleh asas kekeluargaan dan
kepercayaan sesama anggota menjadi landasan keberlangsungan Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah serta Unit Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah. Maka dengan ini dapat dipastikan bahwa penghimpunan
dan penyaluran dana kepada masyarakat umum secara luas atau bukan
50
28
Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil atau Center For Mikro Enterprise Incubation yang
didirikan pada tanggal 13 Maret 1995 di Jakarta oleh Prof r. B.J. Habibie Ketua Umum ICMI (Ikatan
Cendekiawan Muslim se Indonesia), K.H. Hasan Basri (Ketuan Umum MUI) dan Zainul Bahar Noor
(Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia). PINBUK didirikan dengan mengembangkan model
Lembaga Keuangan Mikro-Baitul Maal Wat Tamwil (LKM-BMT) sebagai strategi pemberdayaan
masyarakat melalui penumbuh kembangan keswadayaan dan kelembagaan sosial ekonomi yang dapat
menjangkau dan melayani lebih banyak unit usaha mereka yang tidak mungkin djangkau langsung
oleh perbankan umum.). PINBUK harus mendapatkan pengakuan dari Bank Indonesia sebagai
Lembaga Pengembang Swadaya Masyarakat (LPSM) yang mendukung Program Proyek Hubungan
Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat yang dikelola oleh Bank Indonesia (PHBK-BI).
52
sosial (Social Oriented) saja seperti kegiatan zakat, infaq, shadaqah dan
wakaf.
Selain pilihan untuk berbadan hukum, BMT pun dapat memilih untuk
tidak berbadan hukum. Pilihan tersebut dapat terealisasi apabila BMT yang
didirikan berbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). 29
Setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro yang juga dampak atas berlakunya Pasal 16
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
maka semakin banyak variasi lembaga keuangan yang ada di Indonesia.
Karakteristik LKM memiliki beberapa persamaan dengan pelayanan yang
terdapat dalam BMT. Dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dijelaskan bahwa LKM secara
tersirat merupakan institusi yang memiliki motif material dan motif sosial
sebagaimana BMT. Dengan mengacu pada Aturan Peralihan regulasi ini,
BMT dan beberapa lembaga keuangan mikro lainnya yang telah didirikan
namun tidak memiliki kedudukan badan hukum yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, maka dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
undang-undang ini disahkan BMT tersebut harus segera menyesuaikan dengan
ketentuan yang ada di dalamnya. Maka berdasarkan regulasi ini dapat
diketahui bahwa BMT merupakan bagian dari LKM.
Salah satu syarat pendirian LKM-BMT yaitu berbentuk badan
hukum30. Bentuk badan hukum LKM-BMT dapat berupa koperasi atau
perseroan terbatas. LKM-BMT dengan badan hukum koperasi memiliki
karakteristik yang cukup berbeda dengan KSPPS BMT yang telah berbadan
29
Fadillah Mursid, Kebijakan Regulasi Baitul Maal Wat Tamwil di Indonesia, (Jurnal Nurani,
Vol. 18, No. 2, 2018
30
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
53
31
KSPPS Primer adalah KSPPS yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang.
32
KSPPS Sekunder adalah KSPPS yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi yang
melaksanakan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
55
33
I Wayan Wahyu Putra Utama dan I Wayan Novy Purwanto, Kekuatan Hukum Perjanjian
Peminjaman Uang Oleh Bukan Anggota Koperasi Paneca Rahayu,(Jurnal Bagian Hukum
Keperdataan, Fakultas Hukum Universitas Udayana)
59
masyarakat umum atau bukan anggota. Selain itu, juga disebabkan banyaknya
penerima pinjaman dari bukan anggota yang tidak memenuhi kewajibannya
atau melakukan wanprestasi.
Hasil penelitian ini disebutkan bahwa pelaksanaan kesepakatan
pinjaman antara peminjam (bukan anggota) dengan koperasi berpedoman
pada Pasal 1745 KUH Perdata. Prosedur pengajuan pinjaman diawali dengan
pengajuan permohonan, kemudian analisis pemberian pinjaman, keputusan
pinjaman, selanjutnya pemberian pinjaman. Sedangkan faktor yang
menyebabkan terjadinya wanprestasi yang dilakukan peminjam (bukan
anggota) diantaranya seperti usaha yang dijalankan peminjam tidak berjalan
lancar, kemudian karena peminjam yang menunda-nunda pembayaran, serta
pendapatan peminjam yang tidak menentu. Sedangkan upaya yang dilakukan
koperasi untuk menyelesaikan permasalahan wanprestasi yang dilakukan
kepada bukan anggota sebagaimana dengan penyelesaian wanprestasi kepada
anggota diantaranya pemberitahuan secara langsung kepada peminjam,
selanjutnya diberikan peringatan kepada peminjam. Namun keseluruhan
perkara wanprestasi bukan anggota diselesaikan secara kekeluargaan danpa
dilakukannya pelaporan kepada Koperasi Konsumen Jaya Perkasa Pusat di
Banda Aceh.
Persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan terletak pada objek
penelitian dimana keduanya meneliti praktek pelayanan koperasi dengan
kegiatan usaha simpan pinjam kepada masyarakat umum atau bukan anggota.
Sedangkan perbedaan diantara keduanya terletak pada fokus penelitian yang
menjadi dasar penelitian. Fokus dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis
kekuatan hukum dari sebuah perjanjian antara koperasi dengan bukan anggota
serta prosedur perjanjian pinjaman. Sedangkan penelitian yang dilakukan
penulis berfokus pada kesesuaian putusan hakim terkait penghimpunan
simpanan oleh koperasi kepada bukan anggota berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
61
35
I Gede Hartadi Kurniawan, Tindakan Koperasi Simpan Pinjam Yang Mengakibatkan
Perbuatan Tindak Pidana, ( Lex Jurnalica, Vol 10, No. 1, 2013)
62
36
Kamaludin Pane. Bismar Nasution. Sunarmi. Mahmul Siregar, Pengawasan dan Penindakan
Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Dana Masyarakat Yang Disimpan Di Lembaga
Koperasi Simpan Pinjam (KSP), (USU Law Journal, Vol. 27, No. 2, 2019).
63
37
Oxsha Julian, Tinjauan Hukum Islam Tentang Larangan Peminjaman Uang Bagi Yang
Bukan Anggota Koperasi (Studi Pada Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera), Skripsi S-1 Fakultas
Syari’ah, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018.
64
38
Dessy Lina Oktaviani Suendra, Pertanggungjawaban Pidana Koperasi Dalam Tindak Pidana
Melakukan Kegiatan Perbankan Tanpa Ijin, (Udayana Magister Law Journal, Vol. 4, No. 2, 2015)
66
BAB III
PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 402/Pdt.G/2018/PA.Botg
A. Pokok Gugatan
Dalam perkara antara Penggugat (Antonius Ibi Lebuan) dengan Tergugat I
(Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman),
Tergugat II (Ketua Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman) serta Tergugat III (Suami Tergugat II) diajukan sebuah gugatan
dengan dasar perbuatan melawan hukum yang diduga dilakukan oleh Para
Tergugat.
Gugatan perbuatan melawan hukum kepada Tergugat I berlandaskan pada
perbuatan Tergugat I yang telah sengaja menghimpun dana berupa simpanan
berjangka dan pendanaan berjangka kepada Penggugat yang kedudukannya bukan
sebagai anggota atau hanya masyarakat umum. Perikatan yang dilakukan antara
Penggugat dengan Tergugat I diantaranya:
1. Akad Perjanjian Simpanan Berjangka Nomor 0130-014/SB/VIII/14 tertanggal
28 Agustus 2014 dengan total dana Rp.200.000.000,-
2. Akad Perjanjian Simpanan Berjangka Nomor 0146-015/SB/IX/15 tertanggal
03 September 2015 dengan total dana Rp. 100.000.000,-
3. Akad Pendanaan Berjangka Nomor 0075-005/SB-P/III/2015 tertanggal 31
Maret 2016 dengan total dana Rp. 10.000.000,-
4. Akad Perjanjian Pendanaan Berjangka Nomor 0020-006/SB-P/II/2016
tertanggal 12 Februari 2016 dengan total dana Rp. 210.000.000,-
5. Akad Perjanjian Pendanaan Berjangka Nomor 0051-006/SB-P/VI/2016
tertanggal 04 Juni 2016 dengan total dana Rp. 100.000.000,-
Kegiatan tersebut bertentangan dengan beberapa peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana oleh koperasi
dengan kegiatan usaha simpan pinjam diantaranya:
67
68
68
69
69
70
akad dengan jumlah kerugian sebesar Rp. 637.000.000,00 (enam ratus tiga puluh
tujuh juta rupiah).
Selain itu, Penggugat juga mendalilkan bahwa Tergugat I telah melanggar
prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana oleh Tergugat I
kepada Penggugat. Pelanggaran tersebut berupa pencantuman dan penggunaan
metode bunga dalam salah satu akad yang disepakati yaitu pada Point 5 Akad
Perjanjian Simpanan Berjangka yang berbunyi: “Keuntungan yang dibagi KJKS
BMT Baiturrahman 22% dan Penyimpan 78% atau Rp. 3.000.000,00”.
Pencantuman nominal yang pasti sebesar Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah)
sebagai keuntungan yang akan didapatkan oleh penyimpan dalam hal ini
Penggugat menjadikan perikatan yang dilakukan antara Tergugat I dengan
Penggugat didasarkan pada sistem bunga yang dilarang dalam prinsip syariah.
Terkait keikutsertaan Tergugat II (Ketua Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman) dalam perkara ini berlandaskan pada
Pasal 34 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang
berbunyi:
1. Pengurus baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri, menanggung kerugian
yang diderita koperasi, karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan
atau kelalaiannya.
2. Di samping penggantian kerugian terdebut, apabila tindakan itu dilakukan
dengan kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk
melakukan penuntutan.
Atas ketentuan tersebut, Tergugat II selaku Pimpinan atau Ketua dari
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman yang
mengetahui secara pasti serta menandatangani perbuatan penghimpunan dana
oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman
kepada Penggugat selaku masyarakat umum tanpa izin otoritas terkait yaitu Bank
Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan serta perbuatan ingkar janji atas
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
BAB IV
ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR
402/Pdt.G/2018/PA.Botg
A. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman
Koperasi merupakan badan hukum yang dapat melakukan perbuatan
hukum, begitu pula jenis Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah atau
biasa disebut dengan KSPPS. Untuk menciptakan kepastian hukum, berdasarkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian koperasi
memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh
Pemerintah. Akta pendirian ini diberikan melalui salah satu lembaga pemerintah
yang sekarang ini berada pada kewenangan Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia.
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman
sah sebagai badan hukum melalui Akta Pendirian Nomor : 518/13/01/IX/2002
tertanggal 27 September 2002. Kemudian untuk menyesuaikan dengan regulasi
terbaru maka dilakukan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman yang dibuat oleh seorang notaris atas
nama Johnny Frans De Lannoy Nomor 05 tertanggal 21 Juni 2007. Sebelum
adanya perubahan tersebut Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
BMT Baiturrahman telah dilengkapi dengan Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) Nomor : 047/SIUP-M/V/2006 yang dikeluarkan pada tanggal 03 Mei
2006 serta Tanda Daftar Perusahaan Koperasi Nomor : 171226500015 tertanggal
4 Mei 2006.
Pemenuhan syarat untuk menjadi sebuah badan hukum yang sah oleh
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman
menandakan ketaatan koperasi tersebut atas peraturan perundang-undangan
terkait kegiatan perkoperasian. Selain sebagai tanda ketaatan, pemenuhan Akta
Pendirian Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman
yang diberikan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah juga
76
77
Apabila dilihat kembali pada waktu awal berdirinya Koperasi Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman dengan pada saat putusan perkara ini
ditetapkan pada tahun 2018, maka terpaut jarak waktu yang cukup lama yaitu sekitar
kurang lebih 16 tahun. Anggota pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah BMT Baiturrahman tidak mengalami peningkatan yang signifikan dari syarat
jumlah anggota pada saat pendirian minimal 20 (dua puluh) orang dengan jumlah yang
tercantum dalam Bukti Buku Daftar Anggota sebanyak 24 (dua puluh empat) orang
anggota. Maka hanya bertambah 4 (empat) orang anggota selama 16 tahun pendirian
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman.
Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor yang turut
mendukung sedikitnya kuantitas anggota dalam sebuah koperasi. Salah satu faktor
yang dapat menyebabkan keadaan tersebut yaitu tidak diterapkannya secara maksimal
sifat keterbukaan dalam keanggotaan sebuah koperasi. Dalam sebuah koperasi
seseorang dapat bebas keluar masuk sebagai anggota. Anggota koperasi dituntut untuk
memiliki kepentingan dan tujuan yang sama sebagaimana yang tercantum dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Sehingga dalam keanggotaan sebuah
koperasi tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi bagi siapa saja yang
menghendaki keikut sertaannya dalam keanggotaan sebuah koperasi.
Selain itu, ketidak maksimalan peningkatan kuantitas anggota Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman kemungkinan
dipengaruhi oleh faktor manajemen perekrutan keanggotaan yang lemah serta kurang
sesuainya kepentingan dan tujuan koperasi dengan kepentingan masyarakat secara
umum. Sehingga sedikit dari masyarakat yang menyetujui untuk menjadi bagian dari
keanggotaan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman.
Dengan adanya jumlah anggota dalam Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman maka terdapat perangkat organisasi koperasi
tertinggi yaitu Rapat Anggota. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam koperasi. Keberadaan Rapat Anggota dalam Koperasi Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman ditandai dengan Bukti Tergugat terkait
79
Berita Acara Rapat Anggota Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman.
Untuk mengelola seluruh kegiatan usaha sebuah koperasi maka dibentuk
struktur kepengurusan. Pengurus bertugas menyusun rencan-rencana kerja serta
melakukan pertanggung jawaban atas kegiatan apa saja yang dilakukan dalam koperasi
tersebut. Dalam Pasal 21 Point b Anggaran Dasar Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman disebutkan bahwa salah satu tugas dan
kewajiban pengurus adalah melakukan seluruh perbuatan hukum atas nama koperasi
tersebut. Berdasarkan Pasal 20 Anggaran Dasar Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman disebutkan bahwa pengurus terdiri dari :
1. Seorang atau beberapa orang ketua.
2. Seorang sekretaris
3. Seorang bendahara
Jumlah pengurus dalam Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
BMT Baiturrahman terdapat 28 struktur yang terdiri dari:
1. Pengurus Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman:
a. Ketua
b. Wakil Ketua I
c. Wakil Ketua II
d. Bendahara I
e. Bendahara II
f. Sekretaris I
g. Sekretaris II
2. Pengurus Internal Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman:
a. Ketua
b. Wakil Ketua I
c. Wakil Ketua II
d. Kantor Wilayah
80
1) Indo Niaga
2) Rawa Indah
3) Telihan
4) Bontang Kuala
5) Lok Tuan
6) Guntung
7) Simpang Senggeta
3. Pengurus Eksternal Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman:
a. Ketua
b. Wakil Ketua I
c. Wakil Ketua II
d. Koordinator Wilayah
1) Rawa Indah
2) Telihan
3) Bontang Kuala
4) Lok Tuan
5) Guntung
6) Simpang Senggeta
7) Indo Niaga
Terkait pembagian beberapa bentuk pengurus dalam Koperasi Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman tidak diberikan penjelasan oleh Tergugat
II selaku Ketua dalam koperasi tersebut.
Anggota dalam Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman yang berjumlah 24 (dua puluh empat) orang jika keseluruhannya
menempati satu bagian dalam struktur kepengurusan, maka terdapat 4 (empat) struktur
pengurus yang tidak ditempati oleh anggota. Namun apabila terdapat anggota yang
menduduki dua atau lebih struktur kepengurusan maka jumlah 28 (dua puluh delapan)
struktur pengurus dapat diterima kebenarannya. Dua kemungkinan tersebut
81
pengguna jasa koperasi simpan pinjam. Istilah “nasabah” terdapat dalam Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan bahwa “nasabah merupakan pihak yang menggunakan jasa bank”.
Sedangkan pengguna jasa koperasi simpan pinjam tetap disematkan istilah “anggota”,
karena anggota merupakan pemilik serta pengguna jasa koperasi. Meskipun tidak
terdapat larangan atas penggunaan istilah “nasabah” dalam koperasi simpan pinjam,
namun hal tersebut tidak sesuai dengan ciri khas koperasi yang pengguna jasanya
disebut dengan “anggota”.
Apabila dibandingkan antara jumlah anggota yang 24 (dua puluh empat) orang
dengan jumlah nasabah yang 100 (seratus) orang dalam Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman, maka terdapat selisih yang cukup banyak
diantara keduanya yaitu 76 (tujuh puluh enam) orang. Kedudukan 76 (tujuh puluh
enam) orang ini bukan termasuk anggota dalam Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman. 76 (tujuh puluh enam) orang ini
kedudukannya hanya sebagai nasabah atau pengguna jasa Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman karena nama serta identitasnya tidak
tercantum dalam buku daftar anggota.
Hal tersebut mengindikasikan pemberian pelayanan koperasi kepada bukan
anggota atau masyarakat umum. Pelayanan dapat berupa pemberian pinjaman dan
pembiayaan atau penghimpunan simpanan. Keadaan tersebut bertentangan dengan
ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 09 Tahun 1995 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi Pasal 1 Ayat 1 bahwa
“Kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun
dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk
anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan,
koperasi lain dan/atau anggotanya”. Maka dapat diketahui bahwa Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman telah melakukan pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan yang ada.
83
1
Pasal 1Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam Oleh Koperasi.
2
Pasal 1 Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
3
Pasal 1 Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
84
penghimpunan simpanan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman telah melanggar peraturan perundang-undangan.
C. Simpanan Berjangka dan Pendanaan Berjangka Dalam Koperasi Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman
merupakan koperasi yang dapat memberikan pelayanan kegiatan usaha simpan pinjam
dan pembiayaan dengan prinsip syariah. Selain itu Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman juga dapat mengelola zakat, infaq, sedekah,
dan wakaf.
Dalam Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor :
351/Kep/M/XII/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
oleh Koperasi Romawi V disebutkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan usaha
penghimpunan simpanan, ada 2 (dua) bentuk simpanan yang diperbolehkan yaitu
tabungan koperasi dan simpanan berjangka. Ketentuan tersebut juga sejalan dengan
ruang lingkup Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang tercantum dalam
Pasal 19 Ayat 5 Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah Oleh Koperasi bahwa Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dapat
menghimpun simpanan berjangka dan tabungan koperasi dari anggota, calon anggota,
koperasi lain dan/atau anggotanya berdasarkan akad Wadiah atau Mudharabah.
Kewenangan tertsebut untuk melayani kebutuhan penyimpanan,
Simpanan berjangka adalah simpanan pada koperasi yang penyetorannya
dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut
perjanjian antara penyimpan dengan koperasi yang bersangkutan. Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah mempunyai wewenang untuk memberikan nama dan
ketentuan mengenai jenis simpanan berjangka melalui pengurus dengan ketentuan
tidak melanggar prinsip koperasi serta prinsip syariah yang harus senantiasa dipenuhi
oleh koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
87
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h., 89.
5
Modal Rakyat, Simak! Ini Perbedaan Investasi dengan Pendanaan, diakses pada 25 November 2020
pukul 09.30 WIB, https://www.modalrakyat.id/blog/simak-ini-perbedaan-investasi-dengan-pendanaan
88
simpanan merupakan dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi
lain dan/atau anggotanya kepada koperasi6.
Simpanan berjangka yang telah dipercayakan oleh anggota, calon anggota, atau
koperasi lain dan/atau anggotanya kepada koperasi simpan pinjam dan pembiayaan
syariah dapat digunakan untuk kegiatan usaha koperasi berdasarkan kesepakatan
diantara keduanya. Sedangkan, pendanaan berjangka dapat diasumsikan sebagai dana
yang dipercayakan kepada koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah secara
mutlak untuk penyediaan dana dalam kegiatan produk usahanya. Jadi dalam Produk
Perjanjian Pendanaan Berjangka dipastikan bahwa dana yang dititipkan akan dikelola
sedemikian rupa oleh koperasi sehingga penyimpan dapat mendapatkan bagi hasil atas
pengelolaan tersebut. Namun dalam kasus perkara ini dapat ditentukan dengan pasti
bahwa Produk Simpanan Berjangka dan Produk Pendanaan Berjangka memiliki
ketentuan yang sama yaitu sebagai dana yang dipercayakan oleh anggota, calon
anggota, atau koperasi lain dan/atau anggotanya kepada Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman.
Akad Simpanan Berjangka dan Akad Pendanaan Berjangka termasuk kedalam
jenis produk usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman. Kedua akad tersebut berbeda kedudukannya dengan simpanan pokok,
simpanan wajib, serta modal penyertaan.
Simpanan pokok merupakan sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib
dibayarkan kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota, yang tidak dapat
diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota7. Simpanan wajib
adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar anggota
kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, yang tidak dapat diambil
6
Pasal 1 Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
7
Pasal 1 Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
89
kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota8. Kedua simpanan tersebut
merupakan syarat seseorang untuk menjadi seorang anggota koperasi serta termasuk ke
dalam modal sendiri koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah. Akad-akad yang
telah disepakati oleh Penggugat dengan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah BMT Baiturrahman bukan termasuk ke dalam simpanan pokok maupun
simpanan wajib. Antara simpanan pokok dan simpanan wajib dengan simpanan
berjangka memiliki karakteristik serta kedudukan yang berbeda.
Sedangkan Modal Penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang
dapat dinilai dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal, untuk menambah dan
memperkuat struktur permodalan koperasi dalam meningkatkan kegiatan usaha
koperasi. Kedudukan modal penyertaan sama dengan Equity atau juga dikenal
pendanaan berupa investasi. Modal penyertaan ini dapat diperoleh dari berbagai
sumber, diantaranya:
1. Perjanjian pinjaman dari lembaga lain/pihak ketiga.
2. Obligasi dan surat utang.
3. Kerjasama dengan pihak ketiga untuk usaha tertentu.
4. Masyarakat umum melalui media masa atau pasar modal.
Pemilik modal penyertaan tidak mempunyai hak suara sama sekali dalam rapat
anggota dan dalam menentukan kebijaksanaan koperasi secara keseluruhan. Ketentuan
tersebut dikarenakan hubungan hukum antara pemilik modal penyertaan dengan
anggota merupakan dua istilah yang berbeda.
Dalam Anggaran Dasar Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
BMT Baiturrahman BAB XI Pasal 35 Ayat 4 disebutkan bahwa “Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman dapat melakukan pemupukan
modal yang berasal dari modal penyertaan”. Hal tersebut dibenarkan sebagai usaha
untuk peningkatan kualitas kegiatan usaha yang diberikan oleh Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman. Namun apabila ketentuan
8
Pasal 1Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
90
9
Ketentuan Umum Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia Nomor 115/DSN-
MUI/IX/2017 tentang Akad Mudharabah.
91
yang bersangkutan. Nisbah bagi hasil adalah nisbah atau perbandingan yang
dinyatakan dengan angka seperti presentase untuk membagi hasil usaha. Sebagaimana
akad-akad syariah lainnya, dalam simpanan berjangka dengan akad mudharabah tidak
diperkenankan adanya mekanisme yang tidak sesuai dengan prinsip syariah seperti
maisir, gharar, riba, dan haram.
Namun prinsip-prinsip tersebut dilanggar dalam Produk Simpanan Berjangka
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman. Dalam Point 5
Akad Simpanan Berjangka disebutkan bahawa “Keuntungan yang dibagi Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman 22% dan penyimpan 78%
atau Rp. 3.000.000,-/bulan”. Ketentuan tersebut yang mencantumkan pembagian secara
pasti yang didapatkan oleh Penggugat melanggar sistem bagi hasil yang ada dalam
akad mudharabah. Bagi hasil semestinya berpatokan pada hasil dari pengelolaan dana
yang telah disimpan oleh Penggugat. Sehingga dengan demikian, Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman melalui Ketentuan dalam Akad
Simpanan Berjangka telah melanggar prinsip syariah yang seharusnya diterapkan
dalam koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
Atas pelanggaran ini, Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman telah melakukan pembelaan yang menjadi satu kesatuan dalam perkara
tersebut. Dalam Gugatan Rekonpensi yang diajukan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman disebutkan bahwa dalam Akad Simpanan
Berjangka dan Akad Pendanaan Berjangka, Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah BMT Baiturrahman tidak ada istilah “bunga” berdasarkan pernyataan
Keputusan Rapat Anggota Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman Nomor 05 Tahun 2007 yang dibuat oleh
Notaris Johnny Frans De Lannoy Bab VI Pengurus Pasal 24 Ayat 4 yang berbunyi
“Melakukan upaya-upaya dalam rangka mengembangkan usaha koperasi”. Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman membantah bahwa dalam
Produk Simpanan Berjangka dan Produk Pendanaan Berjangka telah diterapkan
92
10
Subekti R dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita,
2003),h., 202.
93
mengetahui sistem pengelolaan dana dalam Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah BMT Baiturrahman. Keduanya hanya dilihatkan semacam brosur berupa tabel
berapa keuntungan yang akan diterima atas simpanan yang dilakukan oleh keduanya.
Meskipun tidak ada batasan penyaluran atas simpanan yang disepakati oleh
Penggugat dan Saksi, namun sifat transparansi harus senantiasa dijunjung tinggi dalam
pelaksanaan simpan pinjam dalam Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
BMT Baiturrahman. Hal tersebut harus senantiasa dipenuhi karena pelayanan jasa
keuangan sangat menjunjung tinggi tingkat kepercayaan atas sebuah produk yang
disepakati.
Selain ketentuan terkait presentase dan nominal hasil yang didapatkan atas
Produk Simpanan Berjangka dan Produk Pendanaan Berjangka yang disepakati oleh
Penggugat dengan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman, dalam akad-akad tersebut juga disebutkan ketentuan terkait jangka
waktu jatuh tempo simpanan dalam akad-akad tersebut. Dalam gugatan Penggugat
disebutkan beberapa keterangan terkait waktu jatuh tempo dari akad-akad yang telah
disepakati, diantaranya:
1. Akad Perjanjian Simpanan Berjangka Nomor 0130-014/SB/VIII/14 tertanggal 28
Agustus 2014 dengan total dana Rp.200.000.000,- jatuh tempo pada tanggal 28
Agustus 2016.
2. Akad Perjanjian Simpanan Berjangka Nomor 0146-015/SB/IX/15 tertanggal 03
September 2015 dengan total dana Rp. 100.000.000,- jatuh tempo pada tanggal 03
September 2017.
3. Akad Pendanaan Berjangka Nomor 0075-005/SB-P/III/2015 tertanggal 31 Maret
2016 dengan total dana Rp. 10.000.000,- jatuh tempo tanggal 16 Juli 2016.
4. Akad Perjanjian Pendanaan Berjangka Nomor 0020-006/SB-P/II/2016 tertanggal
12 Februari 2016 dengan total dana Rp. 210.000.000,- jatuh tempo pada tanggal 27
Mei 2016.
94
4. Tanggal 30 Januari 2017 telah dilakukan transfer ke Rekening Bank Mandiri atas
nama Antonius Ibi Lebuan (Penggugat) A/C : 1480098082368 sebesar Rp.
10.000.000,-
5. Tanggal 2 Februari 2017 telah dilakukan transfer ke Rekening Bank Mandiri atas
nama Antonius Ibi Lebuan (Penggugat) A/C : 1480098082368 sebesar Rp.
15.000.000,-
Pokok Gugatan Penggugat disebutkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman harus melunasi dana pokok yang disimpan
sebesar Rp. 620.000.000,- ditambah sisa bunga sebesar Rp. 17.000.000 yang
sebelumnya telah dikurangi dengan jumlah pelunasan yang sudah dilakukan oleh
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman, sehingga sisa
yang harus dibayarkan sebesar Rp. 637.000.000,-. Atas gugatan ini seharusnya segera
dilakukan pelunasan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman, karena ketentuan tersebut tercantum dalam Akad Simpanan Berjangka
dan Akad Pendanaan Berjangka antara Penggugat dengan Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman.
D. Putusan Hakim Atas Penghimpunan Simpanan Oleh Koperasi Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman
Seluruh Warga Negara Indonesia memiliki hak yang sama dihadapan hukum.
Ketentuan tersebut tercantum dalam dasar hukum Indonesia yaitu Undang-Undang
Dasar 1945. Tidak ada diskriminasi bagi siapa saja yang merasa tercoreng hak serta
kewenangannya dalam berkehidupan sebagai warga negara di Indonesia untuk
mempertahankan haknya dihadapan persidangan. Dalam perkara perdata, seluruh pihak
yang merasa hak-haknya ternodai berwenang untuk mengajukan gugatan asal tidak
melanggar hak-hak warga negara lainnya. Tujuan utama diajukannya gugatan tersebut
untuk mendapatkan putusan hakim yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
Penggugat.
Dalam perkara yang diajukan oleh Penggugat atas nama Antonius Ibi Lebuan
melawan Para Tergugat diantaranya Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
96
BMT Baiturrahman, Ketua Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman serta Suami dari Ketua Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah BMT Baiturrahman ditetapkan hasil akhir berupa putusan dengan Nomor
402/Pdt.G/2018/PA.Botg. Dalam putusan tersebut ditetapkan beberapa pertimbangan
hakim yang berkaitan dengan gugatan Penggugat. Dalam pembahasan ini penulis
hanya akan membahas pertimbangan hakim yang berkaitan dengan penghimpunan
simpanan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman
yang dilakukan kepada Penggugat.
Pada pertimbangan hakim yang tercantum dalam Putusan Nomor
402/Pdt.G/2018/PA.Botg disebutkan bahwa:
“Berdasarkan bukti tertulis P1, T.25, dan T.26 yang kesemuanya merupakan Akta
Otentik serta didukung dengan keterangan saksi-saksi yang saling bersesuaian, maka
terbukti bahwa Penggugat telah melakukan 5 (lima) akad berupa Akad Perjanjian
Simpanan Berjangka dan Akad Pendanaan Berjangka yang dilakukan oleh Penggugat
sebagai nasabah dengan Tergugat II sebagai Ketua dari Koperasi Jasa Keuangan
Syariah BMT Baiturrahman”
Pertimbangan hakim tersebut telah sesuai dengan fakta serta bukti-bukti yang
dilampirkan dalam persidangan. Hubungan hukum penggugat dengan Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman ditandai dengan disepeakatinya
beberapa perjanjian, diantaranya:
1. Akad Perjanjian Simpanan Berjangka Nomor 0130-014/SB/VIII/14 tertanggal 28
Agustus 2014 dengan total dana Rp.200.000.000,-
2. Akad Perjanjian Simpanan Berjangka Nomor 0146-015/SB/IX/15 tertanggal 03
September 2015 dengan total dana Rp. 100.000.000,-
3. Akad Pendanaan Berjangka Nomor 0075-005/SB-P/III/2015 tertanggal 31 Maret
2016 dengan total dana Rp. 10.000.000,-
4. Akad Perjanjian Pendanaan Berjangka Nomor 0020-006/SB-P/II/2016 tertanggal
12 Februari 2016 dengan total dana Rp. 210.000.000,-
97
koperasi. Namun atas ketentuan tersebut berlaku asas lex specialis derogate legi
generali yang menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus mengesampingkan
hukum yang bersifat umum. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi disebutkan
bahwa apabila anggota sudah mendapat pelayanan pinjaman sepenuhnya maka calon
anggota dapat dilayani. Kemudian apabila anggota dan calon anggota sudah mendapat
pelayanan sepenuhnya, koperasi lain dan anggotanya dapat dilayani berdasarkan
perjanjian kerjasama antar koperasi yang bersangkutan.
Kewenangan pelayanan tersebut untuk penyaluran dana oleh koperasi dengan
kegiatan usaha simpan pinjam. Terkait penghimpunan simpanan oleh koperasi simpan
pinjam kepada masyarakat umum yang kedudukannya bukan sebagai anggota, calon
anggota, maupun anggota dari koperasi lain secara tidak langsung dilarang dalam
Peraturan Perundang-Undangan. Penghimpunan simpanan oleh lembaga keuangan
menjadi hak dan kewenangan bank maupun lembaga keuangan mikro yang telah
memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan, sedangkan koperasi dengan kegiatan usaha
simpan pinjam mendapatkan izin pendirian serta pengawasan dari Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tidak berwenang melakukan penghimpunan
simpanan kepada masyarakat umum.
Dalam Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Lembaga Keuangan
Mikro juga melarang serta menjatuhkan sanksi pidana bagi sebuah lembaga atau
individu yang melakukan penghimpunan simpanan kepada masyarakat umum tanpa
memiliki izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan.
Maka dapat diketahui bahwa koperasi dengan kegiatan usaha simpan pinjam
dengan prinsip syariah maupun konvensional dilarang memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum sebagaimana yang dicantumkan dalam pertimbangan hukum
tersebut.
Pertimbangan hakim yang menyebutkan bahwa keanggotaan koperasi bersifat
terbuka bagi semua yang bisa dan mampu menggunakan jasa koperasi dan bersedia
menerima tanggung jawab keanggotaan sepenuhnya telah sesuai dengan regulasi serta
102
literature yang ada. Namun perlu dketahui juga oleh hakim bahwa sifat terbuka dalam
keanggotaan koperasi memiliki arti bahwa tidak ada pembatasan atau diskriminasi
dalam bentuk apapun bagi siapa saja yang menghendaki untuk bergabung dalam
keanggotaan sebuah koperasi11. Meskipun tidak ada batasan bagi seluruh warga
Indonesia yang ingin menjadi anggota sebuah koperasi namun terdapat hal lain yang
patut Majelis Hakim ketahui, bahwa untuk menjadi anggota sebuah koperasi bukan
hanya mampu serta bertanggung jawab atas penggunaan jasa sebuah koperasi,
melainkan harus memenuhi beberapa persyaratan yang tercantum dalam Peraturan
Perundang-Undangan.
Salah satu syarat untuk menjadi anggota maupun calon anggota dari sebuah
koperasi harus melunasi simpanan pokok. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya
bahwa simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota, simpanan
ini tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
Dalam fakta persidangan tidak ditemukan bukti pembayaran simpanan pokok
oleh Penggugat. Beberapa akad perjanjian yang telah dilampirkan sebagai bukti dalam
persidangan tersebut pun bukan termasuk ke dalam simpanan pokok. Berdasarkan
nama dari perjanjian tersebut yaitu Simpanan Berjangka dan Pendanaan Berjangka
dapat diketahui bahwa perjanjian tersebut tergolong sebagai produk penghimpunan
simpanan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman
bukan sebagai simpanan pokok. Maka dapat diketahui berdasarkan fakta persidangan
bahwa Penggugat sebagai nasabah Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
BMT Baiturrahman belum melunasi pembayaran simpanan pokok, sehingga tidak bisa
disebut sebagai anggota maupun calon anggota.
Dalam rangkaian persidangan juga tidak dicantumkan bukti yang memberikan
keterangan bahwa Penggugat merupakan anggota dalam koperasi lain yang melakukan
kesepakatan untuk mendapatkan pelayanan penghimpunan simpanan oleh Koperasi
11
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Penjelasan Pasal 5.
103
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman. Maka dapat dipastikan
kembali bahwa Penggugat bukan sebagai anggota dari koperasi lain yang melakukan
kesepakatan dengan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman.
Selain pelunasan pembayaran simpanan pokok, untuk menjadi anggota dari
sebuah koperasi terdapat persyaratan lain yang harus dipenuhi. Dalam Peraturan
Kementerian Koperasi Nomor 10/Per/M.KUKM/ 2015 tentang Kelembagaan Koperasi
disebutkan bahwa seseorang dikatakan sah menjadi anggota sebuah koperasi harus
tercantum namanya serta menandatangani atau membubuhkan cap jempol dalam Buku
Daftar Anggota. Dalam Bukti Buku Daftar Anggota yang dilampirkan dalam perkara
tersebut tidak tercantum identitas serta tandatangan atau cap jempol dari Penggugat.
Maka dapat dipastikan bahwa kedudukan Penggugat sebagai nasabah atau masyarakat
umum bukan sebagai anggota dari Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
BMT Baiturrahman. Sehingga dapat diketahui bahwa pertimbangan hukum yang
digunakan Majelis Hakim yang membenarkan penghimpunan simpanan oleh Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman kepada Penggugat selaku
masyarakat umum dengan berlandaskan pada sifat keanggotaan yang terbuka telah
keliru dan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
E. Perbandingan Putusan Nomor 402/Pdt.G/2018/PA.Botg Dengan Putusan Nomor
72/Pid.Sus/2019/PN Pti, Putusan Nomor 102/Pid.B/2020/PN.Jpa dan Putusan
Nomor 220/Pid.B/2018/PN Agm.
Selain dalam Putusan Nomor 402/Pdt.G/2018/PA.Botg, perkara penghimpunan
dana oleh koperasi dengan kegiatan usaha simpan pinjam kepada masyarakat umum
yang bukan anggota tanpa izin dari Otoritas Jasa Keuangan juga terdapat dalam perkara
dengan nomor putusan 72/Pid.Sus/2019/PN Pti, Putusan Nomor
102/Pid.B/2020/PN.Jpa. dan Putusan Nomor 220/Pid.B/2018/PN Agm. Antara ketiga
putusan tersebut dengan putusan yang penulis teliti dalam skripsi ini memiliki beberapa
perbedaan serta persamaan.
104
buku daftar anggota serta keterangan saksi karyawan Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman yang menyatakan bahwa Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman memilki jumlah nasabah yang
jumlah nasabahnya melebihi jumlah anggotanya.
Namun Majelis Hakim tetap menolak Gugatan dari Penggugat. Pertimbangan
yang dijadikan landasan Majelis Hakim dalam menolak Gugatan Penggugat yaitu
bahwa keanggotaan koperasi bersifat terbuka bagi semua yang bisa dan mampu
menggunakan jasa koperasi dan bersedia menerima tanggungjawab keanggotaan. Atas
pertimbangan tersebut Majelis Hakim beranggapan bahwa Koperasi Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman berwenang untuk melibatkan masyarakat
umum dalam perikatan akad penghimpunan dana. Majelis Hakim beranggapan bahwa
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman tidak
memerlukan izin Bank Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan untuk melakukan
penghimpunan simpanan kepada masyarakat secara umum karena Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman telah mendapatkan pengesahan
melalui Akta Pendirian Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman Nomor : 518/13/02/IX/2002 tertanggal 27 September 2002. Maka
Majelis Hakim menyatakan bahwa kegiatan penghimpunan dana berupa simpanan
berjangka dan pendanaan berjangka oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah BMT Baiturrahman kepada Penggugat tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan. Untuk itu, Penggugat selaku pihak yang kalah dalam perkara ini
dibebankan biaya perkara sebesar Rp. 886.000,00 (delapan ratus enam puluh enam
ribu). Selanjutnya Para Tergugat selaku pemenang atas perkara ini terbebas dari
gugatan kerugian yang diajukan Penggugat dan biaya perkara yang dibebankan.
Sedangkan dalam Putusan Nomor 220/Pid.B/2018/PN Agm diputuskan bahwa
Terdakwa Pimpinan Koperasi BMT L Risma telah bersalah melakukan tindak pidana
penggelapan dalam jabatan. Atas perbuatannya tersebut, terdakwa dihukum dengan
pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan 10 (sepuluh) bulan. Meskipun tidak secara
langsung berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis, namun dapat diketahui
108
109
110
tidak tercantum identitas dan tanda tangan atau cap jempol Penggugat sehingga syarat
yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota pun belum terpenuhi. Dalam fakta
persidangan juga tidak tercantum status keanggotaan Penggugat dalam koperasi lain
yang telah melakukan kesepakatan untuk menyimpan dananya di Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman.
Sebagaimana dalam putusan-putusan sebelumnya yaitu Putusan Nomor
72/Pid.Sus/2019/PN.Pti dan Putusan Nomor 102/Pid.B/2020/PN.Jpa bahwa
penghimpunan simpanan oleh koperasi dengan kegiatan usaha simpan pinjam dengan
prinsip syariah maupun konvensional kepada masyarakat umum tanpa izin dari otoritas
terkait yaitu Bank Indonesia atau Otoritas Jasa Keuangan telah melanggar beberapa
peraturan perundang-undangan selain terkait kegiatan usaha simpan pinjam oleh
koperasi. Kegiatan tersebut bertentangan dan melanggar Pasal 46 Ayat 1 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 serta Pasal 9 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro. Atas pelanggaran tersebut diancam hukuman
pidana berupa penjara serta denda yang jumlahnya telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan.
Maka dapat diketahui bahwa Pertimbangan Hakim dalam Putusan Nomor
402/Pdt.G/2018/PA.Botg terkait penghimpunan simpanan oleh Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah kepada masyarakat umum tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan Perundang-Undangan terkait kegiatan
usaha simpan pinjam oleh koperasi, Undang-Undang Perbankan serta Undang-Undang
Lembaga Keuangan Mikro.
B. Rekomendasi
Atas penelitian ini penulis memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Dalam mengajukan gugatan, Penggugat seharusnya dapat memahami dan
menggunakan dasar gugatan yang sesuai dengan jenis kerugian yang dialami. Atas
kerugian Penggugat berupa tidak didapatkannya pengembalian dana pokok yang
disimpan beserta bunganya sebagaimana tercantum dalam perjanjian-perjanjian
111
disebabkan oleh perbuatan ingkar janji Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah BMT Baiturrahman, maka dasar gugatan yang seharusnya digunakan yaitu
gugatan wanprestasi.
Apabila Penggugat ingin menindak kegiatan penghimpunan simpanan oleh
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman kepada
masyarakat umum yang bukan anggota, maka sebagaimana perkara dalam Putusan
Nomor 72/Pid.Sus/2019/PN.Pti dan Putusan Nomor 102/Pid.B/2020/PN.Jpa dapat
diajukan kepada Pengadilan Negeri dengan landasan hukum Undang-Undang
Perbankan dan/atau Undang-Undang Lembaga Keuangan Mikro sehingga dapat
dibebankan hukuman pidana beserta dendanya.
2. Dengan berpatokan pada fakta dan bukti dalam persidangan perkara dengan
Putusan Nomor 402/Pdt.G/2018/PA.Botg seharusnya Majelis Hakim membenarkan
gugatan Penggugat terkait penghimpunan simpanan oleh Koperasi Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah BMT Baiturrahman kepada Pengugat yang bukan
anggota. Atas kewenangan Pengadilan Agama maka Majelis Hakim dapat
berpatokan pada Undang-Undang Perkoperasian serta membebankan sanksi
administratif perbuatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah BMT
Baiturrahman tersebut.
3. Penghimpunan simpanan oleh koperasi dengan kegiatan usaha simpan pinjam
kepada masyarakat umum yang bukan anggota sekarang ini marak dilakukan. Atas
perbuatan tersebut terdapat ketidak harmonisan ancaman hukuman yang dapat
dibebankan kepada pelaku perbuatan tersebut.
Dalam Undang-Undang Perkoperasian disebutkan bahwa konsekuensi bagi
koperasi yang menjalankan penghimpunan simpanan kepada masyarakat umum
akan dibebankan tanggung jawab berupa pembubaran. Sedangkan dalam Undang-
Undang Perbankan dan Undang-Undang Lembaga Keuangan Mikro disebutkan
bahwa bagi siapa saja yang memerintahkan atau Pimpinan dari perbuatan tersebut
harus bertanggung jawab dengan ancaman sanksi pidana.
112
113
114
Kamaludin Pane, Bismar Nasution, dkk. “Pengawasan dan Penindakan Sebagai Upaya
Perlindungan Hukum Terhadap Dana Masyarakat Yang Disimpan Di Lembaga
Koperasi Simpan Pinjam (KSP)”. USU Law Journal. Vol. 27. No. 2. 2019.
Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. “Laporan Data Koperasi
Per 31 Desember 2019”. 2019. diakses pada 14 November 2020 pukul 10.27 WIB.
http://www.depkop.go.id/data-koperasi.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. cet. 13. Jakarta: Kencana, 2017.
Oxsha Julian. “Tinjauan Hukum Islam Tentang Larangan Peminjaman Uang Bagi Yang
Bukan Anggota Koperasi (Studi Pada Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera)”. Skripsi
S1 Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018.
Putusan Pengadilan Agama Bontang Nomor : 402/Pdt.G/2018/PA.Botg
Putusan Pengadilan Negeri Jepara Nomor : 102/Pid.B/2020/PN Jpa
Putusan Pengadilan Negeri Pati Nomor : 72/Pid.Sus/2019/PN Pti
Tim Penyusun Badan Pusat Statistik Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah. Statistik Koperasi Simpan Pinjam . Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2019.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 1990.
Tuti Hartati PW, M. Jafar. “Wanprestasi Dalam Pemberian Pinjaman Kepada Bukan
Anggota Pada Koperasi Simpan Pinjam Jaya Perkasa Cabang Blangkejeren”. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Bidang Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Syiah
Kuala. Vol. 3. No. 1. 2018.
Peraturan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017.
Peraturan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 10 Tahun 2015
tentang Kelembagaan Koperasi.
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam.
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah
Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. 1992.