SKRIPSI
Oleh
MIFTAH NURHADI
NIM: 11180480000027
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh
MIFTAH NURHADI
NIM: 11180480000027
i
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN
DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH
UMUR
Studi Kasus Putusan Nomor 10K/Pid.Sus/2018/PN.Amt
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh
MIFTAH NURHADI
NIM: 11180480000027
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
NIM : 11180480000027
Email : miftahnurhadi1503@gmail.com
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatatullah Jakarta.
Miftah Nurhadi
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat
dan karunia yang tidak terhinggga. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Baginda Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi Wassallam, beserta seluruh
keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau sampai akhir zaman nanti. Dengan
mengucap Alhamdulillahi Robbil ‘alamin, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan
tugas akhir pada perkuliahan dalam bentuk skripsi dengan judul “TINJAUAN
YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN
PEMBERATAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR STUDI
KASUS PUTUSAN NOMOR 10 K/Pid.Sus/2018/PN.Am”.
1. Dr. Ahmad Tholabi, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Drs. Abu
Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Universitas
vi
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3. Qosim , M.A. dan Tresia Elda, S.H, M.H,. Pembimbing Skripsi yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya serta kesabarannya untuk
peneliti. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Yanga telah memberikan banyak ilmu pengetahuan.
4. Kepala Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang
telah memberikan fasilitas dan mengizinkan peneliti untuk mencari dan
meminjam buku-buku referensi dan sumber-sumber data lainnya yang
diperlukan.
5. Kepada kedua orangtua penulis tersayang dan tercinta Ayah Edi Susanto (Alm)
dan Ibu Siti Zubaedah, S.H yang selalu memberikan dukungan, semangat,
motivasi serta doa yang tiada hentinya selama penulis menempuh perkuliahan
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan umur yang panjang, selalu diberikan kesehatan dan
dilampangkan rizkinya, Aamiin.
6. Pihak-pihak lain yang telah memberi kontribusi kepada peneliti dalam
penyelesaian karya tulis ini.
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat yang
berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang hukum tata
negara. Kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan dari seluruh
pembaca, sehingga dapat memperbaiki kesalahan serta menyempurnakan
kekurangan dari hasil penelitian ini.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
viii
B. Kerangka Teori .............................................................................. 20
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 89
B. Rekomendasi ................................................................................. 91
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Darwan Prints, Hukum Anak Indonesia. (Bandung. PT. Citra Aditya Bakti, 1997), h.98.
1
2
1
Bambang Mulyono, Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, (Yogyakarta:
Kanisius,1989), h. 24.
2
Novelina MS dan Hutapea,2014, Penerapan Hak Diskresi Kepolisian dalam Perkara Anak
Pelaku Tindak Pidana Pencurian, Jurnal Elektrik DELIK, Vol. 2,No. 1, h. 1.
3
3
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Di Hukum Catatan Pembahasan UU Sistem Peradilan
Pidana Anak, (Jakaarta: Sinar Grafika, 2012), h. 137.
4
Bunadi Hidayat, Pemidananan amak dibawah umur (Bandung: PT Alumni, 2010), h.83
4
Pada kasus dalam putusan yang dilakukan oleh majelis hakim yakni
dengan menjatuhkan pidana selama 6 bulan di penjara. Melihat pencurian
yakni tindak pidana yang telah diatur dalam pasal 362 merupakan pencurian
dalam bentuk pokok, adapun unsur-unsurnya, yaitu objektif ada perbuatan
mengambil, yang diambil suatu barang tersebut sebagian atau keseluruhan
atau sebagian kepunyaan orang lain, ada perbuatan dan perbuatan tersebut
dilarang oleh undang-undang, serta mendapatkan sanksi pidana berupa
penjara. Sedangkan unsur-unsur subjektif yaitu, dengan maksud untuk
memiliki secara melawan hukum.
Dengan adanya hasil putusan itu maka peneliti ingin lebih
membahas mengapa putusan hakim seperti itu, akankah dengan putusan itu,
maka orang- orang yang sudah melakukan kejahatan tidak akan mengulangi
perbuatannya atau sebaliknya mereka akan mengulangi perbuatannya
karena hukuman yang mereka dapatkan tidak memberikan mereka jera.
Berdasarkan keadaan di atas maka penulis memilih Judul
Penelitian ‘‘TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA
PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN
ANAK DIBAWAH UMUR Studi Kasus Putusan Nomor 10 K/Pid.
Sus/2018/PN.Amt’’.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada pemaparan latar belakang masalah di atas
penulis untuk dapat menjawab persoalan-persoalan mengenai tindak
pidana pencurian yang dilakukan oleh anak dibawah umur tersebut
maka perlu diadakan suatu pengkajian secara akademis yakni sebagai
berikut:
a. Sistem yang dilakukan dalam proses peradilan pada kasus tindak
pidana yang dilakukan oleh anak dibawah umur memiliki ketentuan
sendiri, sebagimanah diatur dalam undang-undang nomor 11 tahun
2012 tentang Sistem peradilan pidana anak.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan tindak pidana.
6
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian ini dapat terarah
kedalam tujuan yang ingin penulis capai serta untuk menghindari
pembahasan yang menyimpang dari fokus penelitian. Maka dalam
penilitian ini penulis membatasi permasalahan tindak pidana pencurian
dengan pemberatan yangdilakukan anak dibawah umur studi kasus
putusan nomor 10 K/Pid.sus/2018/PN.Amt.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas,
maka penulis akan merumuskan masalah terkait “Tinjauan Yuridis
Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang
Dilakukan Anak di bawah Umur Studi Kasus Putusan Nomor 10
K/Pid.Sus/2018/PN.Amt. yang akan penulis rinci dalam bentuk
beberapa pertanyaan penelitian yaitu:
a. Bagaimana kualifikasi perbuatan tindak pidana pencurian dengan
pemberatan yang dilakukan oleh anak dalam pandangan hukum
pidana?
b. Apakah yang menjadi pertimbangan hakim menjatuhkan putusan
terhadap kasus tindak pidana pencurian yang dilakukan anak
dibawah umur (Putusan Nomor 10K/Pid.Sus/2018/PN.Amt)?
7
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah peneliti rumuskan,
maka tujuan dari penelitian ini ialah:
a. Untuk memahami kualifikasi perbuatan tindak pidana pencurian
dengan pemberatan yang dilakukan oleh anak dalam pandangan
hukum pidana.
b. Untuk menganalisis dasar pertimbangan hakim menjatuhkan
putusan terhadap kasus tindak pidana pencurian yang dilakukan
anak dibawah umur (Putusan Nomor 10K/Pid.Sus/2018/PN.Amt)
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis dapat untuk Mengembangkan studi ilmu hukum
khususnya, bagaimana cara sistem penegakan hukum dalam sistem
pidana di indonesia serta dapat sebagai referensi dalam dunia
akademisi sekaligus menambah Khazanah Kepustakaan dalam
hukum pidana yang terkait dengan tindak pidana pencurian terhadap
anak di bawa umur Serta memberikan sumbangsih dalam
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Serta
peningkatan sumber daya manusia dalam bidang hukum pidana di
Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat untuk dapat
digunakan sebagai salah satu bahan informasi yang memberikan
banyak manfaat kepada masyarakat, organisasi masyarakat, para
praktisi hukum di Indonesia terkait kualifikasi perbuatan tindak
pidana pencurian agar berkurang bahkan tidak ada lagi kasus tindak
pidana pencurian terkhusus anak di bawa umur agar berkurang
bahkan tidak ada lagi kasus tindak pidana pencurian di kalangan
masyarakat baik jangka pendek maupun jangka panjang.
8
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah normatif. Penelitian normatif adalah penelitian yang meletakan
hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang
dimaksud ialah mengenai asas-asas, norma kaidah dan perundang-
undangan, putusan pengandilan, peijanjian, serta dokrin terhadap
keilmuan hukum.5
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif.6Dimana dalam metode ini mempunyai karakter deskriptif
analisis untuk memberi gambaran mengenai tindak pidana pencurian
yang dilakukan oleh anak dalam perkara tindak pidana khususnya anak
dibawa umur (studi kasus putusan), sedangkan dilihat dari segi jenis
penelitian hukum, penelitian ini termasuk dalam kategori jenis
penelitian normatif atau dokrinal
3. Sumber Bahan Hukum
Agar penelitian yang dilakukan peneliti berjalan lancar seperti
yang diharapkan maka, data yang dibutuhkan oleh peneliti adalah
informasi terkait pertimbangan hakim bagi pelaku tindak pidana
pencurian yang dilakukan anak dibawah umur. Sumber data yang
digunakan terdiri atas:
a. Bahan Hukum Primer
Bahwa bahan hukum primer yang termasuk dalam penelitian ini
ialah dalam penelitian ini penulis membutuhkan sumber data utama
yaitu salinan putusan Mahkamah Agung nomor 10 K/Pid.Sus/2018/
PN.Amt.
5
Fahmi Muhamad Ahmad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayutullah Jakarta,2010),h.31
6
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 3.
9
7. Teknik Penulisan
Pedoman yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ialah
merujuk pada kaidah-kaidah yang terdapat dalam buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum 2017”.
E. Sistematika Pembahasan
A. Kerangka Konseptual
1. Anak Dibawah Umur
Anak merupakan amanah yang dianugerahkan oleh Alah SWT
kepada setiap orang tua. Anak merupakan aset yang sangat penting yang
akan menentukan potensi nasib manusia hari mendatang, karena anak
akan ikut berperan menentukan sejarah bangsa sekaligus cermin sikap
hidup bangsa pada masa mendatang.1 karena hal tersebut banyak dari
tokoh pendidikan dan para ahli yang sangat memperhatikan
perkembangan kejiwaan anak, karena anak tetaplah anak yang tidak bisa
kita samakan dengan orang dewasa. Dan untuk menentukan kriteria
seorang anak disamping ditentukan oleh usia, perkembangan anak juga
dilihat berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang
dialaminya.2
Berdasarkan paralelitas perkembangan jasmani seorang anak dengan
perkembangan jiwa anak, proses perkembangan anak dibagi menjadi 3
fase perkembangan diantaranya:
a. Fase pertama, dimulai ketika anak berumur 0-7 tahun. fase ini disebut
dengan anak kecil, dimana pada fase ini terjadinya perkembangan
mental, fungsi-fungsi tubuh, kehidupan emosional, bahasa bayi dan
arti bahasa bagi anak-anak, masa kritis (trotzalter) pertama dan
tumbuhnya seksualitas awal pada anak.
Pada saat anak di fase pertama, seorang anak masih dalam
keadaan lemah dan belum mampu untuk menolong dirinya sendiri,
sehingga pada fase pertma ini anak akan sangat bergantung kepada
ibunya.
1
Wagiati Soetedjo dan Melani, “Hukum Pidana Anak” (Bandung : PT Refika Aditama,
Desember , 2014), h.5
2
Liza Agnesta Krisna, Hukum Perlindungan Anak, (Yogyakarta: CV Budi Utama,Marer,
2016), h.9.
12
13
b. Fase kedua, yaitu fase kanak-kanak yang dimulai ketika anak berusia
7-14 tahun, fase ini dibagi menjadi dua periode, yaitu:
1) Periode Intelektual, yaitu ketika anak berada di Sekolah Dasar
(usia 7-12 Tahun). Periode ini merupakan masa awal peralihan
dari keluarga ke masyarakat, pada periode intelektual ini
terjadinya pengamatan anak dan hidupnya perasaan, kemauan
dan kemampuan anak dalam berbagai macam potensi, akan
tetapi masih tersimpan atau masa latensi (masa tersembunyi).
2) Periode Pueral, periode pueral ini dikenal dengan masa
pubertas.Pada masa ini terjadinya kematangan fisik jasmaniah
yang ditandai dengan perkembangan fisik, tingkah laku yang
mulai kasar, berandal, kurang sopan, canggung, liar dan lain
sebagainya.
Seiring perkembangan fungsi jasmaniah tidak bisa
dipungkiri juga bahwa pada fase pueral ini fungsi intelektual
pun berkembang dengan sangat intensif ditandai dengan
adanya minat pengetahuan anak untuk menganalisis hal-hal
baru yang bersifat konkret.
c. Fase ketiga, yaitu sering disebut sebagai masa remaja atau fase
pubertas dan adolescents yang dimulai dari anak berumur 14-21
tahun. Masa pubertas ini dibagi menjadi empat fase:
1) Fase Pueral atau Pra-Pubertas, fase ini merupakan masa awal
pubertas.
2) Masa menentang kedua, fase negatif, trotzalter kedua,
periode verneinung.
3) Masa pubertas sebenarnya, dimulai dari umur 14 tahun. Masa
pubertas pada anak wanita pada umumnya berlangsung lebih
awal dari pada masa pubertas laki-laki.
4) Fase adolescence, mulai kurang lebih usia 17- 19 tahun bahkan
hingga 21 tahun.
pada anak yang membawa pengaruh pada sikap dan tindakan anak akan
lebih agresif sehingga pada fase ini banyak anak yang menunjukkan
perubahan ke arah gejala kenakalan anak.1
1
Wagiati Soetedjo dan Melani, “Hukum Pidana Anak” (Bandung : PT Refika Aditama,
Desember 2014), h.7-8.
2
Sharfina Sabila, “Narkotika Anak Pidana dan Pemidanaan” (Depok: Rajawali Pers,PT
Raja Grafindo Persada, Agustus 2020), h.48.
3
S. Wojowasito, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Bandung: Hasta Karya, 1997),h.61.
15
tindak pidana. Pada dasarnya sanksi pidana dibagi menjadi dua jenis
yaitu:4
a. Pidana Pokok
Pidana pokok merupakan penjatuhan pidana yang langsung
dijatuhkan oleh hakim itu sendiri, pidana pokok dibagi menjadi lima
macam, yaitu:
1) Pidana Mati
Hukuman mati adalah yang paling serius dari semua
kejahatan dan dikenakan pada berbagai kejahatan yang sangat
serius. Ada beberapa pasal dalam hukum pidana yang mengatur
tentang pidana mati. Pasal-pasal tersebut sebagai berikut:5
a) Makar membunuh kepala negara, Pasal 104;
b) Mengajak negara asing guna menyerang Indonesia, Pasal
111 ayat 2;
c) Memberi pertolongan kepada musuh waktu Indonesia
dalam perang, Pasal 124 ayat 3;
d) Membunuh kepala negara sahabat, Pasal 140 ayat 4;
e) Pembunuhan dengan direncanakan terlebih dahulu, Pasal
140 ayat 3 dan 340;
f) Pencurian dengan kekerasan oleh dua orang atau lebih
berkawan, pada waktu malam atau dengan jalan
membongkar dan sebagainya, yang menjadikan ada orang
berluka berat atau mati, Pasal 365 ayat 4;
g) Pembajakan di laut, pesisir, di pantai dan di kali, sehingga
ada orang mati, Pasal 444;
h) Dalam waktu perang menganjurkan huru-hara,
pemberontakan dan sebagainya antara pekerja-pekerja
dalam perusahaan pertahanan negara, Pasal 124 bis;
4
Wagiati Soetedjo dan Melani, “Hukum Pidana Anak” (Bandung : PT Refika Aditama,
Desember 2014), h.18-21.
5
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, (Sukabumi : Politea.Bogor,1988), h. 34.
16
2) Pidana Penjara
Pidana Penjara atau bisa disebut Lembaga Pemasyarakatan
merupakan tindak pidana yang membatasi kebebasan gerak
narapidana dan mewajibkan masyarakat untuk mematuhi segala
peraturan dan tata tertib di lembaga pemasyarakatan terkait
dengan tindakan disipliner terhadap pelanggarnya. telah
melanggar peraturan tersebut.6
3) Pidana Kurungan
Pidana kurungan adalah tindak pidana yang membatasi
kebebasan gerak narapidana yang dilakukan dengan cara
disekap di dalam Lapas dengan mewajibkan mereka untuk
mentaati segala peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku di Lapas, yang melanggar peraturan tersebut.7
Penjara lebih ringan dari penjara. Di atas segalanya, lebih
mudah untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan dan
membawa peralatan yang dibutuhkan tahanan setiap hari.
Misalnya, tempat tidur, selimut, dll.
Lamanya pidana kurungan ini ditentukan dalam Pasal 18
KUHP yang berbunyi :
a. Lamanya pidana kurungan sekurang-kurangnya satu hari
dan paling lama satu tahun.
b. Hukuman tersebut dapat dijatuhkan untuk paling lama
satu tahun empat bulan jika ada pemberatan pidana yang
6
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, (Jakarta : Sinar
Grafika,2012), h. 54.
7
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, (Jakarta : Sinar
Grafika,2012), h. 70.
17
8
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 229.
19
9
A. Z. Abidin Farid & A. Hamzah, Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudan Delik (Percobaan,
Penyertaan dan Gabungan Delik) dan Hukum Penitensier, (Jakrta : Raja Grafindo Persada, 2010),
h. 277.
10
Tri Andrisman, Asas-asas dan Aturan umum Hukum Pidana Indonesia, (Bandar Lampung
: Universitas Bandar Lampung, 2009), h. 8.
11
Andi Sofyan dan Nur Azisa, Hukum Pidana, (Makassar : Pustaka Pena Press, Cet.
Kesatu, 2016), h. 84.
20
4. Pencurian
Tindak pidana pencurian termasuk kejahatan terhadap harta benda
atau disebut dengan offences against property dan possession. Yang
dimaksud dengan pencurian, ialah perbuatan mengambil sesuatu barang
yang semuanya atau sebagianya kepunyaan orang lain disertai maksud
untuk memiliki dan dilakukan dengan melawan hukum.13
B. Kerangka Teori
1. Teori Keadilan
Keadilan digambarkan dalam Pancasila sebagai dasar negara, yaitu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam sila lima tersebut
terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan dalam hidup
bersama.Adapun keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat
keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungannya manusia
dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lainnya manusia
dengan masyarakat, bangsa, dan negara, serta hubungan manusia
dengan Tuhannya.14
Menurut Aristoteles keadilan itu terbagi menjadi dua yaitu keadilan
distributif dan keadilan korektif, keduanya memiliki perbedaan yang
signifikan diantaranya:
a. Keadilan Distributif mengacu kepada pembagian barang dan jasa
kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya di masyarakat,
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum
(equality before the law)15
12
M.Nasir Malik. Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika. 2013. Cet.2).h. 137.
13
Gerson W. Bawengan, Hukum Pidana di Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Pradnya
Paramita, 1979), h. 150.
14
M. Agus Santoso, Hukum, Moral & Keadilan sebuah Kajian Filsafat Hukum, (Jakarta:
Kencana Ctk.Kedua, 2014), h.86
15
Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori danPraktik),
(Rajawali Pers, 2020) h. 100-102.
21
16
Muhammad Helmi Jurnal, Konsep Keadilan dalam filsafat hukum dan filsafat hukum
islam, (sharia departement,STIS Samarinda) h.5.
17
Salim, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, (Jakarta : Rajawali pers, 2012) h.
157.
22
18
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Stelsel Pidana, Tindak
Pidana,Teori-Teori Pemidanaan, dan Batas Berlakunya Hukum Pidana, (Jakarta : Rajawali pers,
2020) h.162-166.
19
Dewa gede Atmadja dan I Nyoman Putu Budiartha, Teori-teori Hukum, (Malang :Setara
Pers. 2018) h. 176-177
23
3. Teori Gabungan
Teori Gabungan/Modern (Vereniging Theorien), kritik moral intinya
menjelaskan bahwa pemidanaan mempunyai tujuan jamak, karena
menggabungkan antara prinsip-prinsip “teori relatif” dan “teori absolut”
sebagai satu kesatuan. Karena itu berkarakter ganda yaitu mengandung
karakter pembalasan sejauh ditinjau dari kritik moral dalam
mengantisipasi kejahatan sebagai tindakan yang salah. Namun bila
dilihatpada sisi ide tujuannya kritik moral yakni untuk perubahan ke
arah perbaikan perilaku si pelaku/terpidana di kemudian hari di tengah-
tengah masyarakat. Menurut van Hamel & van List sebagai pelopor
“teori gabungan/modern” ada tiga prinsip utama, yaitu:
a. Tujuan terpenting pemidanaan untuk memberantas kejahatan
sebagai suatu gejala masyarakat;
b. Ilmu Hukum Pidana dan perUndang-Undangan pidana harus
memperhatikan hasil studi antropologi dan sosiologi;
c. Pemidanaan merupakan sarana paling efektif bagi negara/
pemerintah untuk memberantas kejahatan, karena itu penjatuhan
sanksi pidana harus dikombinasikan dengan upaya sosial lainnya.
Teori Gabungan Teori ini dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:
1) Teori yang mengutamakan pembalasan, tetapi pembalasannya tidak
boleh melampaui batas dari apa yang perlu dan cukup untuk
dapatnya dipertahankannya tata tertib masyarakat.
2) Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib
masyarakat, tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh
lebih berat daripada perbuatan pidana yang dilakukan terpidana.20
20
Ayu Efritadewi, Modul Hukum Pidana, (Kepulauan Riau: Umrah Press, Universitas
Maritim Raja Ali Haji, 2020), h. 10
24
21
Muhammad Hamka Syahrir, “Tinjauan Yuridis Terhadap Pencurian Yang Dilakukan
Oleh Anak di bawah Umur (Analisis Komparatif antara Hukum Islam dan Hukum Nasional) ”,
(Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,2016)
25
22
Muhammad Galih Prakoso, “Pemidanaan Anak Di Bawah Umur Yang Melakukan
Tindak Pidana Pencurian Dalam Perspektif Restorative Justice (Studi Putusan Pengadilan Negeri
Kediri No. 6/Pid.Sus- Anak/2015/PNKdr) ”, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta,2020)
26
23
Dewi Rohmayanti, “Pertanggunjawaban Pidana Anak Di Bawah Umur Dalam Kasus
Pencurian Ditinjau Dalam Hukum Islam Dan Hukum Positif (Analisis Putusan
No:402/Pid.Sus/2013/PN. TNG) ”, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta,2018)
27
tua/Ibu kandung Anak, selain itu juga tidak ada alasan pembenar dan
pemaaf terhadap perbuatan anak yang ditemukan dan terungkap di
persidangan, serta tujuan dari pemidanaan atau tindakan dalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
bukanlah untuk memberikan nestapa bagi pelaku tindak pidana yang
dalam hal ini adalah anak melainkan bersifat preventif, edukatif dan
korektif, maka tuntutan pidana dari Penuntut Umum dipandang terlalu
berat dan dipandang lebih layak dan adil serta sesuai dengan kadar
kesalahan Anak serta kepentingan terbaik bagi Anak dan tidak
bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat, bila terhadap anak,
Hakim memutuskan menjatuhkan pidana penjara kepada anak tersebut
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 81 Undang-undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
24
Ida Bagus Agung Pariama Manuaba, I Nyoman Sujana, Ni Made Sukaryati Karma.
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan
Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak. Jurnal Preferensi Hukum. Vol.1. No.1 (Juli. 2020).
28
25
Verawati. Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan oleh
Anak di bawah Umur. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan. Vol.4. No.4 (November. 2020).
29
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan pendapat dari orang
tua/Ibu kandung Anak, selain itu juga tidak ada alasan pembenar dan
pemaaf terhadap perbuatan anak yang ditemukan dan terungkap di
persidangan, serta tujuan dari pemidanaan atau tindakan dalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
bukanlah untuk memberikan nestapa bagi pelaku tindak pidana yang
dalam hal ini adalah anak melainkan bersifat preventif, edukatif dan
korektif, maka tuntutan pidana dari Penuntut Umum dipandang terlalu
berat dan dipandang lebih layak dan adil serta sesuai dengan kadar
kesalahan Anak serta kepentingan terbaik bagi Anak dan tidak
bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat, bila terhadap anak,
Hakim memutuskan menjatuhkan pidana penjara kepada anak tersebut
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 81 Undang-undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Pada kasus dalam putusan yang dilakukan oleh majelis hakim yakni
dengan menjatuhkan pidana selama 6 bulan di penjara. Melihat
pencurian yakni tindak pidana yang telah diatur dalam pasal 362
merupakan pencurian dalam bentuk pokok, adapun unsur-unsurnya,
yaitu objektif ada perbuatan mengambil, yang diambil suatu barang
tersebut sebagian atau keseluruha atau sebagian kepunyaan orang lain,
ada perbuatan dan perbuatan tersebut dilarang oleh undang-undang,
serta mendapatkan sanksi pidana berupa penjara. Sedangkan unsur-
unsur subjektif yaitu, dengan maksud untuk memiliki secara melawan
hukum.
BAB III
TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN
PEMBERATAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR
1
Andi Sofyan & Nur Azisa, Hukum Pidana, (Makasaar: Pustaka Pena Press, 2016), h. 96.
2
Mulyati Pawennei dan Rahmanuddin Tomalili, Hukum Pidana, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2015), h. 6.
3
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Sinar Baru, 1994),
h.97.
4
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, (Bandung,: Eresco, 1986),
h. 55.
30
31
1
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), h. 54.
32
Tindak pidana pasif ada dua macam yaitu tindak pidana pasif
murni dan tindak pidana pasif tidak murni. Tindak pidana yang
dirumuskan secara formil atau tindak pidana yang pada dasar
nyasemata-mata unsur perbuatannya adalah berupa perbuatan pasif.
Sementara itu tindak pidana pasif yang tidak murni berupa tindak
pidana yang pada dasarnya berupa tindak pidana positif, tetapi dapat
dilakukan dengan cara tidak berbuat aktif, atau tindak pidana yang
mengandung suatu akibat terlarang, tetapi dilakukan dengan tidak
berbuat atau mengabaikan sehingga akibat itu benar-benar timbul.
e. Berdasarkan bentuk kesalahan, dibedakan antara tindak pidana
sengaja (dolus) dan tindak pidana tidak dengan sengaja (culpa).
Tindak pidana sengaja adalah tindak pidana yang dalam
rumusannya dilakukan dengan kesengajaan atau mengandung unsur
kesengajaan. Sedangkan tindak pidana tidak sengaja adalah tindak
pidana yang dalam rumusannya mengandung culpa.
f. Berdasarkan saat dan jangka waktu terjadinya, maka dapat
dibedakan antara tindak pidana terjadi seketika dan tindak pidana
terjadi dalam waktu lama atau berlangsung lama/berlangsung terus.
Tindak pidana yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga
untuk terwujudnya atau terjadinya dalam waktuseketika atau waktu
singkat saja, disebut juga dengan aflopende delicten. Tindak pidana
ini disebut sebagai tindak pidana yang menciptakan suatu keadaan
yang terlarang.
g. Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntutan, maka
dapat dibedakan antara tindak pidana biasa dan tindak pidana aduan.
Tindak pidana biasa yang dimaksudkan disini adalah tindak
pidana yang untuk dilakukannya penuntutan terhadap pembuatnya,
tidak disyaratkan adanya pengaduan dari yang berhak, sementara itu
tindak pidana aduan adalah tindak pidana yang dapat dilakukan
penuntutan pidana apabila terlebih dahulu adanya pengaduan oleh
34
2
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1.( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2015), h.
79-81
36
3
Adami Chazawi. Pelajaran Hukum Pidana 1. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.
82.
37
4
A. Z. Abidin Farid & A. Hamzah, Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudan Delik (Percobaan,
Penyertaan dan Gabungan Delik) dan Hukum Penitensier, (Jakrta : Raja Grafindo Persada, 2010), h.
277.
5
Tri Andrisman, Asas-asas dan Aturan umum Hukum Pidana Indonesia, (Bandar Lampung :
Universitas Bandar Lampung, 2009), h. 8.
38
6
Mahrus, Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Cet.Ke-1. (Jakarta: Sinar grafika, 2011), h. 193.
7
M.Nasir Malik. Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika. 2013. Cet.2).h. 137.
8
M.Nasir Malik. Anak BukanUntuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika. 2013. Cet.2).h. 137.
41
9
Lihat Pasal 6 UU No. 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
10
Adi Hardiyanto Wicaksono, Kebijakan Pelaksanaan Diversisebagai Perlindungan Bagi
Anak Yang Berkonflikdengan Hukim Pada Tingkat Penunnutan Di Kejaksaan Negeri Kudus.(
Program Studi Magister Ilmu Hukum Volume 11, Nomor 1, Tahun 2015T Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro),h.14.
11
M.Nasir Malik. Anak Bukan Unuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013. Cet.2),h.139.
42
1. Pengertian Pencurian
Tindak pidana pencurian termasuk kejahatan terhadap harta benda
atau disebut dengan offences against property dan possession. Yang
dimaksud dengan pencurian, ialah perbuatan mengambil sesuatu barang
yang semuanya atau sebagianya kepunyaan orang lain disertai maksud
untuk memiliki dan dilakukan dengan melawan hukum.13
Pencurian secara umum dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP yang
berbunyi sebagai berikut: “Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang
seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam
poluh rupiah”.14
12
M.Nasir Malik. Anak Bukan Unuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013. Cet.2),h.141
13
Gerson W. Bawengan, Hukum Pidana di Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Pradnya
Paramita, 1979), h. 150.
14
Salahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Acara Pidana dan Perdata (KUHP,
KUHAP dan KUHAPdt), Cet-1. (Jakarta : Visimedia, 2008), h. 86.
43
15
H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), (Bandung: Alumni,
1977), h. 17.
44
16
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, (Sukabumi : Politea.Bogor, 1988), h. 250.
45
17
H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), (Bandung,: Alumni,
1977), h. 250.
18
R. Soesilo, 1988, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, (Sukabumi : Politea.Bogor, 1988), h. 251.
46
kejahatan. Pencurian jenis ini diatur dalam Pasal 364 KUHP dan
diatur sebagai berikut:
“Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363
butir 4, begitupun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal
363 butir 5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang
yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah,
diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah”.
Berdasarkan rumusan Pasal 364 KUHP, maka unsur-unsur
pencurian ringan adalah :
1) Pencurian dalam bentuknya yang pokok (Pasal 362);
2) Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama; atau
3) Tindak pidana pencurian, yang untuk mengusahakan masuk ke
dalam tempat kejahatan atau untuk mencapai benda yang
hendak diambilnya, orang yang bersalah telah melakukan
pembongkaran, pengrusakan, pemanjatan atau telah memakai
kunci palsu, perintah palsu atau jabatan palsu. Dengan syarat :
a) Tidak dilakukannya dalam sebuah tempat kediaman/rumah.
b) Tidak dilakukan di atas sebuah pekarangan tertutup yang
diatasnya terdapat sebuah tempat kediaman.
c) Nilai dari benda yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima
puluh rupiah.
Tentang nilai benda yang dicuri semula ditetapkan tidak
lebih dari dua puluh lima rupiah, tetapi kemudian dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 16
tahun 1960 tentang Beberapa Perubahan dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana telah diubah menjadi dua ratus lima
puluh rupiah.
48
19
Wagiati Soetodjo dan Melani, Hukum Pidana Anak, (Bandung : Refika Aditama, 2013), h.
5.
51
20
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,( Jakarta : Bumi Aksara, 2006),Bab III,
pasal 45.
21
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, (Sukabumi,: Politea.Bogor, 1988), h.61.
22
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, cetakan ke-XXXII, (Jakarta: PT. Intermasa, 2009), h.
17.
23
D. Ismatullah, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 15
52
24
Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, Yayasan
AlHikmah Jakarta, 1993, hal.410-411.
53
dianggap tidak layak secara hukum. Dalam hal yakni orang yang
belum berumur 21 tahun tetapi sudah berkeluarga, maka orang
dianggap cukup umur atau cakap secara hukum karena sudah
mampu mengurus diri sendiri.
d. Menurut Hukum Adat
Hukum Adat tidak menitikberatkan pada persoalan umur, adat
menempatkan criteria cakap sebagai kemampuan untuk melakukan
hubungan hukum, sedangkan dewasa dimaknai sebagai kemampuan
untuk hidup mandiri.
2. Pengertian Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana
Pada Pasal 1 butir 2 Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak disebutkan bahwa:
“Anak yang Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik
dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak
yang menjadi saksi tindak pidana.”
Dijelaskan lebih lanjut pengertian anak dalam Pasal 1 angka 3
Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak menentukan bahwa:
“Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut
Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi
belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan
tindak pidana”.
a. Pengertian anak secara psikologis
Dalam fase-fase perkembangan yang dialami seorang anak,
Zakiah Daradjat menguraikan bahwa:25
1) Masa kanak-kanak terbagi dalam:
a) Masa bayi, yaitu masa seorang anak dilahirkan sampai
umur 2 tahun.
b) Masa Kanak-Kanak pertama, yaitu antara usia 2-5 tahun.
25
Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta:Ruhama,1994), h., 11.
54
26
M.Nasir Malik, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013, Cet.2), h., 34.
27
Nasirana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012, cet.2), h., 35-44
55
28
Nasirana. Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia. (Jakarta: Raja Grafindo
Persnda, 2012, cet.2), h, 39.
56
29
Nasirana, Perlindangan Hukum Pidana Bagi Anak Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2012), Cet.2), h.4.
58
BAB IV
1
Gerson W. Bawenga, Hukum Pidana di Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Pradnya
Paramita, 1979), h. 150
59
60
2
H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), (Bandung : Alumni,
1977) , h. 17
3
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, (Sukabumi : Politeia Bogor, 1988), h. 250
61
4
H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), :Bandung : Alumni,
1977), h. 250
5
Salahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Acara Pidana dan Perdata (KUHP,
KUHAP dan KUHAPdt), Cet-1. (Jakarta : Visimedia, 2008), h. 45
6
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, (Sukabumi : Politeia.Bogor, 1988), h. 251
62
Hal ini menunjuk pada dua orang atau lebih yang bekerja
sama dalam melakukan tindak pidana pencurian, misalnya
mereka bersama-sama mengambil barang-barang dengan
kehendak bersama. Tidak perlu ada rancangan bersama yang
mendahului, tetapi tidak cukup apabila secara kebetulan pada
persamaan waktu mengambil barang-barang.
Kerja sama atau bersekutu ini, misalnya, jika setelah
merencanakan niat untuk bekerja sama dalam pencurian, hanya
satu orang yang membawa barang dan membawanya pulang, dan
satu-satunya masalah adalah tinggal di luar rumah, menjaga, dan
memberi tahu si penyusup. Terjadi. Rumah jika perilaku mereka
diketahui orang lain.
e. Pencurian dengan jalan membongkar, merusak, dan sebagainya.
Pembongkaran (break) terjadi apabila dibuatnya lubang
dalam suatu tembok-dinding suatu rumah, atau perusakan
(verbreking) terjadi apabila hanya satu rantai pengikat pintu
diputuskan, atau kunci dari suatu peti rusak.
Menurut Pasal 99 KUHP, arti memanjat diperluas sehingga
meliputi lubang didalam tanah dibawah tembok dan masuk rumah
melalui lubang itu, dan meliputi pula melalui selokan atau parit
yang ditujukan atau membatasi suatu pekarangan yang demikian
dianggap tertutup.
Menurut Pasal 100 KUHP, arti anak kunci palsu diperluas
hingga meliputi semua perkakas berwujud apa saja yang
digunakan untuk membuka kunci, seperti sepotong kawat.
Dalam unsur-unsur Pasal tersebut, jika yang melakukan adalah orang
dewasa maka diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Berbeda halnya jika yang melakukan tindak pidana adalah anak.
Anak dalam yang dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak adalah:
63
mengulangi perbuatan yang berupa tindak pidana. Oleh karena itu, upaya
diversi terhadapnya bisa saja tidak wajib diupayakan.
Perkara anak yang dapat diupayakan diversi diatur dalam Pasal 7 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 yaitu:
1. Diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun; dan
2. Bukan merupakan pengulangan tindak pidana.
Apabila pada suatu perkara anak tidak memenuhi syarat diversi
sebagaimana pada Pasal 7 ayat (2) maka perkara tersebut akan tetap
dilanjutkan ke pengadilan. Penjatuhan sanksi kepada Anak yang
melakukan tindak pidana berbeda dengan penjatuhan sanksi kepada orang
dewasa. Penjatuhan sanksi kepada anak diatur dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 sebagai berikut:
a. Sanksi Pidana Terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana
Menurut Pasal 69 Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak terhadap anak hanya dapat
dijatuhkan pidana yaitu:
1. Anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai tindakan
berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
2. Anak yang belum berusia 14 (empat belas) tahun hanya dapat
dikenakan tindakan.
Berikut jenis pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak sebagai
pelaku tindak pidana menurut Pasal 71 Undang-undang No. 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak:
1. Pidana Pokok
Ada beberapa pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada
anak , yaitu :
a. Pidana Peringatan
Menurut Pasal 72 ayat Undang-Undang No. 11 Tahun
2012 berbunyi :
“Pidana peringatan merupakan pidana ringan yang tidak
mengakibatkan pembatasan kebebasan anak.”
65
7
Mulyati Pawennei dan Rahmanuddin Tomalili, Hukum Pidana, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2015), h. 25.
66
8
Mulyati Pawennei dan Rahmanuddin Tomalili, Hukum Pidana, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2015), h. 26.
9
Penjelasan UU.No. 11 Tahun 2012 tentaang Perlindungan Anak.
67
2. Pidana Tambahan
Pidana tambahan yang dapat dijatuhkan terhadap anak
sebagai pelaku tindak pidana diatur dalam Pasal 71 ayat (2)
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak sebagai berikut:
1) Pidana tambahan terdiri atas:
a) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak
pidana; atau
b) Pemenuhan kewajiban adat.
b. Sanksi Tindakan Terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana
Beberapa tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal yang
diatur dalam Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2012
adalah :
a. Tindakan yang dapat dikenakan kepada Anak meliputi :
1) Pengembalian kepada orang tua;
2) Penyerahan kepada seseorang;
3) Perawatan di rumah sakit jiwa;
4) Perawatan di LPKS;
5) Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan
yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta;
6) Pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau
7) Perbaikan akibat tindak pidana.10
10
Penjelasan UU.No. 11 Tahun 2012 tentaang Perlindungan Anak
68
Amuntai Selatan Kab. Hulu Sungai Utara, atau setidaknya pada suatu
tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah Hukum Pengadilan
Negeri Amuntai yang berwenang memeriksa dan mengadili, secara
bersamasama atau bertindak sendiri-sendiri dengan saksi Suhaimi Als
imi dan Saksi Pardiansyah Als Pardi (Penuntutan dilakukan secara
terpisah) telah mengambil barang sesuatu berupa 1(satu) buah Laptop
Merk Toshiba warna hitam, 1 (satu) buah Note book merk Toshiba
warna merah, 1 (satu) buah Handy Camp merk Sony warna hitam, 1
(satu) buah camera merk Sony warna merah, dan 1 (satu) buah kamera
merk Canon warna hitam yang nilai nya ditaksir sekitar Rp. 8.000.000,-
(delapan juta rupiah) atau setidak tidaknya lebih dari Rp.250,- (dua
ratus lima puluh rupiah) yang selurunya atau sebagian kepunyaan orang
lain yaitu milik sekolah Madrasyah Ibtidaiyah Negeri 12 Hulu Sungai
Utara dengan maksud memiliki secara melawan hukum, yang untuk
masuk ketempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang
yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat,
atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian
palsu, perbuatan anak NH dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Pada waktu dan tempat seperti tersebut diatas, sebelumnya anak
NH datang ke sekolah Madrasyah Ibtidaiyah Negeri 12 Hulu Sungai
Utara dan pada saat itu anak NH melihat saksi Suhaimi sedang duduk
dilantai sekolah kemudian terdakwa menghampiri dan tidak lama
kemudian datang saksi Pardiansyah, selanjutnya anak NH bersama-
sama saksi Suhaimi dan saksi Pardiansyah tiduran dilantai sekolah dan
merencanakan untuk mengambil barang yang ada didalam ruangan
sekolah, kemudian saksi Suhaimi menyuruh anak NH untuk masuk
kedalam ruangan dengan cara naik keatas atap sekolah dengan berkata
“ ikam kawalah naik keatas atap” dan anak NH menjawab “kawa ae”
setelah itu anak NH langsung menaiki atap sekolah dan langsung
membuka atap yang terbuat dari seng dengan cara dicabut dengan
menggunakan kedua belah tangan anak NH , setelah terbuka kemudian
69
anak NH masuk dari lobang atap tersebut melalui plafon yang sudah
berlubang, setelah berada didalam ruangan kemudian saksi Pardiansyah
ikut masuk melalui jalan yang anak NH lalui, selanjutnya anak NH
langsung membuka sebuah lemari besi dan pada saat dibuka anak NH
melihat 1 (satu) buah Laptop merek Toshiba warna hitam dan `1 (satu)
buah Note Books merek Toshiba warna merah, lalu anak NH
mengambil kedua barang tersebut dengan menggunakan kedua tangan
anak NH selanjutnya anak NH menyerahkan barang tersebut kepada
saksi Suhaimi yang sedang menunggu diluar ruangan untuk menjaga
situasi sekolah apabila ada orang yang datang maka saksi Suhaimi
mengasih kode dengan cara menepuk tangan melalui jendela ruangan
yang anak NH buka dari dalam, kemudian anak NH masih melanjutkan
mencari barang lain dan menemukan 1 (satu) buah Handycamp merek
Sony warna hitam dan 1 (satu) buah kamera merek Sony warna merah
dan menyerahkan kembali barang-barang tersebut kepada saksi
Suhaimi melaui jendela, sedangkan tas Handycamp anak NH bawa
dengan cara digantung pada leher anak NH , setelah selesai kemudian
anak NH keluar ruangan sekolah melalui lobang plafon dan atap seng
yang anak NH bongkar, selanjutnya anak NH bersama dengan saksi
Suhaimi berencana membawa barang-barang tersebut ke Banjarmasin
untuk dijual, setelah itu anak NH sebelumnya pulang kerumah untuk
mengambil tas dan baju, kemudian anak NH bersama saksi Suhaimi
kembali lagi kesekolah untuk mengambil barang-barang yang
sebelumnya disimpan oleh saksi Suhaimi dibawah kolong sekolahan,
setelah itu saksi Suhaimi pulang kerumahnya sedangkan anak NH
mencari teman untuk meminta antar ke terminal muara tapus, kemudian
anak NH bersama saksi suhaimi berangkat ke Banjarmasin dengan
menggunakan angkutan umum, setelah sampai di Banjarmasin anak
NH dan saksi Suhaimi menjaminkan kamera merek Sony warna merah
untuk pembayaran angkutan umum yang anak NH tumpangi, kemudian
anak NH dan saksi Suhaimi menginap dirumah orang tua anak NH ,
70
atap sekolah aygn terbuat dari seng dan masuk melalui lubangnya
dan selajutnya membuka pelapon yang tepat berada di atas lemari
dalam ruangan tersebut dan turun dari atas lemari, bahwa di dalam
ruangan tersebut Anak dan saksi P membuka lemari-lemari dan
mendapatkan 1 (satu) buah Laptop merek Toshiba warna hitam, 1
(satu) buah Netbook merek Toshiba warna merah, 1 (satu) buah
Handycam warna hitam, 1 (satu) buah kamera Canon warna hitam
dan 1 (satu) buah kamera merek Sony warna merah, lalu dengan
cara melewati jendela yang dibuka dari dalam Anak dan saksi P
menyerahkan 1 (satu) buah Laptop merek Toshiba warna hitam, 1
(satu) buah Netbook merek Toshiba warna merah, 1 (satu) buah
Handycam warna hitam, 1 (satu) buah kamera Canon warna hitam
dan 1 (satu) buah kamera merek Sony warna merah kepada saksi S
dan selanjutnya disimpan di dalam kolong sekolahan. Setelah itu
Anak dan saksi P keluar dari ruangan tersebut dengan jalan yang
sama.
Berdasarkan fakta hukum tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa tersangka telah memindahkan barang yang bukan miliknya
ke tempat lain untuk dimiliki seseorang, barang tersebut bernilai
ekonomis. Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut diatas maka
unsur ini telah terpenuhi.
c. Unsur yang sama sekali atau sebagian termasuk kepuyaan orang
lain
bahwa dari fakta hukum yang terungkap di persidangan telah
terbukti, barang-barang yang diambil tersebut adalah milik dari
Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri 12 Hulu Sungai Utara dan
bukan milik Anak, S dan saksi P.
Dengan demikian berdasarkan pertimbangan tersebut di atas
perbuatan Terdakwa telah memenuhi unsur barang yang
diambilnya yang sama sekali atau sebagian termasuk kepuyaan
orang lain. Maka unsur ketiga ini telah terpenuhi.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
89
90
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
92
93
Artikel Jurnal
Ida Bagus Agung Pariama Manuaba, I Nyoman Sujana, Ni Made Sukaryati Karma.
Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Tindak Pidana
Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak. Jurnal
Preferensi Hukum. Vol.1. No.1 (Juli. 2020).
SKRIPSI
Peraturan Perundang-undangan