Anda di halaman 1dari 85

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU

DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA


(Studi pada Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:
MUHAMMAD HUSEIN HAEKAL
NIM: 11160480000087

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H / 2021 M
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU DAN
PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA
(Studi pada Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:
MUHAMMAD HUSEIN HAEKAL
NIM: 11160480000087

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H / 2021 M

i
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU
DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA (STUDI
PADA LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN
HUKUM)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:
MUHAMMAD HUSEIN HAEKAL
NIM: 11160480000087

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Abdul Halim, M.Ag. Drs. Noryamin, M.A.


NIP. 19670608 199403 1 005 NIP. 19630305 199103 1 002

PRO GRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVE RS ITAS IS LAM NEGE RI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H / 2021 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG
MAMPU DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA (STUDI
PADA LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM) ” telah diujikan
dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Maret 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata satu (S-1) pada Program Studi Ilmu
Hukum.
Jakarta, 21 April 2021
Mengesahkan
Dekan,

Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A.


NIP. 19760807 200312 1 001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H (….…………...)


NIP. 19670203 201411 1 001

2. Sekretaris : Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. (…..………....)


NIP. 19650908 1995 1 001

3. Pembimbing I : Dr. Abdul Halim. M.Ag. (……………..)


NIP. 19670608 199403 1 005

4. Pembimbing II : Drs. Noryamin, M.A. (………..........)


NIP. 19630305 199103 1 002

5. Penguji I : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H (…………….)


NIP. 19670203 201411 1 001

6. Penguji II : Dr. Alfitra S.H., M.Hum. (…………….)


NIP. 19720203 200701 1 034

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya:


Nama : Muhammad Husein Haekal
NIM : 11160480000087
Program Studi : Ilmu Hukum
Alamat : Jalan Dr. Ratna Nomor 54 RT 001/001 Jatibening, Pondok
Gede, Kota Bekasi
Nomor Telp : 081380320345
Email : Huseinhaekall@gmail.com
Dengan ini Saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya Saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penelitian ini telah Saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli
Saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Februari 2021

Muhammad Husein Haekal

iv
ABSTRAK

Muhammad Husein Haekal, NIM 11160480000087, “PERLINDUNGAN


HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU DAN PERANAN
LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA (STUDI PADA LEMBAGA
BANTUAN HUKUM JAKARTA PASCA LAHIR UNDANG-UNDANG
NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT)”. Program Studi Ilmu
Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Tahun 1442 H/2021 M.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan
Negara terhadap masyarakat kurang mampu. Disamping itu skripsi ini membahas
beberapa kasus yang terjadi dalam pemberian bantuan hukum. Terakhir Peneliti
mencoba membahas implementasi bantuan hukum oleh LBH Jakarta yang
menyajikan Program, manfaat, dan kendala yang di hadapi oleh LBH Jakarta pasca
kelahirannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum .
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan
kasus. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa studi
kepustakaan dan wawancara.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Pasal 14 Ayat (1) butir c Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum hanya mengaktegorikan
masyarakat kurang mampu sebagai penerima Bantuan Hukum, pada realitanya
terdapat kebutuhan lain yakni bantuan hukum kepada kelompok-kelompok rentan
seperti anak, perempuan, masyarakat, adat dan penyandang disabilitas terlepas dari
kondisi ekonomi mereka. Masalah lain yang ditemukan peneliti bahwa ketersediaan
sumber daya manusia dalam memberikan bantuan hukum sangat terbatas, sehingga
tidak semua kasus dapat ditangani langsung oleh LBH Jakarta.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Bantuan Hukum, LBH Jakarta

Pembimbing : Dr. Abdul Halim, M.Ag.

Drs. Noryamin Aini, MA.

Daftar Pustaka : 1983 s.d 2020

v
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan nikmat dan karunia yang
tidak terhinggga. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad Saw, beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau sampai
akhir zaman nanti. Dengan mengucap Alhamdulillâhi rabbil‘âlamîn, akhirnya
peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul: “PERLINDUNGAN
HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU DAN PERANAN
LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA (STUDI PADA LEMBAGA
BANTUAN HUKUM JAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM)”.
. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini tidak
dapat peneliti selesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini
berlangsung.
Selanjutnya, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada para pihak yang telah memberikan peranan secara langsung maupun tidak
langsung atas pencapaian yang telah dicapai oleh peneliti, yaitu antara lain kepada
yang terhormat.
1. Dr. Ahmad Tholabi, S.H., M.H., M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Drs. Abu
Tamrin, S.H., M.Hum, Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan arahan

vi
untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Abdul Halim, M.Ag. dan Drs. Noryamin, M.A. Pembimbing Skripsi. Dr.
Asmawi, M.Ag Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan,
bimbingan, dan kesabaran dalam membimbing peneliti sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepala Perpustakaan Pusat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang
telah memberikan fasilitas dan mengizinkan peneliti untuk mencari dan
meminjam buku-buku referensi dan sumber-sumber data lainnya yang
diperlukan
5. Kepada kedua orang tua ku tercinta, Bapak H. Jahrudin, S.H. dan Ibu Hj.
Salmawati S.Ag. Dan juga kepada Kakak Muhammad Reyza Ramadhan,
S.H. dan Adik Muhammad Faaiz Khoirul Ihsan yang selalu memberikan
dukungan, baik materil maupun immaterial berupa motivasi, do’a, bahkan
kepercayaan untuk dapat duduk di bangku kuliah hingga menyelesaikan gelar
sarjana ini.
6. Pihak-pihak lainnya yang telah memberi kontribusi dalam penyelesaian
skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih ini, semoga Allah SWT memberikan balasan
yang setara kepada para pihak yang telah berbaik hati terlibat dalam penyusunan
skripsi ini dan semoga pula skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 13 Februari 2021

Muhammad Husein Haekal


NIM. 11160480000087

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................... 4
1. Identifikasi Masalah ................................................................. 4
2. Pembatasan Masalah ................................................................ 5
3. Perumusan Masalah.................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................ 6
D. Metode Penelitian ............................................................................ 7
1. Jenis Penelitian ......................................................................... 7
2. Pendekatan Penelitian .............................................................. 8
3. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data ........................ 8
4. Metode Analisa Data .............................................................. 10
5. Teknik Penulisan .................................................................... 10
E. Sistematika Pembahasan ............................................................... 10

viii
BAB II PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEDUDUKAN BANTUAN
HUKUM SEBAGAI HAK KONSTITUSIONAL ............................ 13
A. Kerangka Konseptual .................................................................... 13
1. Bantuan Hukum ...................................................................... 13
2. Perlindungan Hukum .............................................................. 15
B. Kajian Teori ................................................................................... 17
1. Teori Kepastian Hukum .......................................................... 18
2. Teori Keadilan Hukum ............................................................ 20
C. Perlindungan Hukum dan Bantuan Hukum................................... 21
1. Bentuk Perlindungan Hukum .................................................. 21
2. Jenis Bantuan Hukum ............................................................. 23
3. Tujuan Perlindungan Hukum dan Bantuan Hukum ................ 24
a. Tujuan Perlindungan Hukum ............................................ 24
b. Tujuan Bantuan Hukum .................................................... 26
D. Bantuan Hukum Sebagai Hak Konstitusional Warga Negara ....... 27
E. Tinjauan (Review) KajianTerdahulu ............................................. 30

BAB III PROFIL LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA ................ 33


A. Sejarah Lembaga Bantuan Hukum Jakarta ................................... 35
B. Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta ........... 35
1. Visi LBH Jakarta .................................................................... 35
2. Misi LBH Jakarta ................................................................... 36
3. Tujuan LBH Jakarta ............................................................... 37
C. Struktur Organisasi Lembaga Bantuan Hukum Jakarta ................ 38
D. Kegiatan-Kegiatan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta ................. 40

ix
BAB IV IMPLEMENTASI BANTUAN HUKUM OLEH LBH
JAKARTA ......................................................................................... 44
A. Program Bantuan Hukum LBH Jakarta Kepada Masyarakat
Kurang Mampu.............................................................................. 44
B. Manfaat Program LBH Jakarta yang Didapatkan Oleh
Masyarakat .................................................................................... 51
C. Kendala yang Dihadapi Oleh LBH Jakarta dalam Memberikan
Bantuan Hukum Kepada Masyarakat Kurang Mampu ................. 53
D. Dinamika Negara Hukum Didalam Menjamin Ketersediaan
Bantuan Hukum bagi Setiap Warga Negara.................................. 59

BAB V PENUTUP............................................................................................ 61
A. Kesimpulan .................................................................................... 61
B. Rekomendasi ................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63


LAMPIRAN ......................................................................................................... 66

x
DAFTAR TABEL

TABEL 4.1 Jumlah pemasukan dana LBH Jakarta tahun 201 ................................. 59
TABEL 4.2 Perbandingan Donatur Bergabung Selama 5 Tahun Terakhir .............. 61

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perlindungan dan pengakuan hak asasi setiap warga negara merupakan
kewajiban bagi negara hukum.1 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
selanjutnya disebut UUD 1945 menyebutkan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum yang memiliki kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak
asasi manusia setiap warga negaranya. Penetapan tersebut dilengkapi dengan
prinsip equality before the law pernyataan bahwa setiap warga negara
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum yang termaktub dalam
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945.2
Setiap masyarakat berhak diperlakukan sama dihadapan hukum
merupakan prinsip equality before the law, termasuk bagi rakyat kurang
mampu yang sedang bermasalah dengan hukum. Secara konstitusi Pasal 34
Ayat (1) menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
negara. Interpretasi frasa “dipelihara” bukan hanya memberikan kebutuhan
pangan saja, akan tetapi kebutuhan akses perlindungan hukum dan keadilan,
dengan kata lain prinsip equality before the law tidak hanya dimaknai sebatas
persamaan dihadapan hukum saja, melainkan sebagai persamaan akses
terhadap sistem hukum dan keadailan.3 Berdasarkan hal tersebut maka
terciptalah suatu konsep dan tujuan yang bernama acces to law and justice.
Dalam kehidupan sosial tidak jarang terjadi konflik antara seseorang
dengan orang lain yang menyebabkan salah satu pihak menjadi korban atas

1
Sri Rahayu Wilujeng, Hak Asasi Manusia: Tinjauan dari Aspek Historis dan Yuridis,
(Semarang: Jurnal Humanika Vol. 18 Nomor 2, 2013) h. 162.
2
Nurhadi, Pengantar Studi Hukum Konstitusi, (Bandung: M.A Nusantara, 2007), h. 251.
3
Deborah L. Rhode, Acces to Justice, (New York: Oxford University Press, 2004), h. 3.

1
2

perbuatan orang lain. Banyak konflik yang terjadi pada kehidupan


masyarakat, bahkan tidak jarang konflik tersebut berujung pada meja hijau.
Sehingga pada posisi inilah masyarakat kebingunan menyelesaikan konfliknya
karena berkaitan dengan hukum di Indonesia, sehingga masyarakat
membutuhkan bantuan hukum. Selain itu, bantuan hukum juga berguna untuk
mewujudkan keadilan dan kesamaan kedudukan dalam hukum bagi setiap
warga Negara, khususnya bagi masyarakat kurang mampu.4
Untuk merealisasikan prinsip dan tujuan acces to law and justice,
Pemerintah mengeluarkan suatu regulasi yaitu Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Substansi regulasi tersebut adalah
mengharuskan penegak hukum khususnya advokat untuk memberikan
bantuan hukum secara cuma-cuma bagi masyarakat kurang mampu.
Salah satu lembaga yang fokus untuk memberikan bantuan hukum
kepada masyarakat kurang mampu adalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Jakarta yang merupakan Organisasi Bantuan Hukum (OBH). Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum merupakan payung hukum
dalam memberikan bantuan hukum bagi masyarakat melalui advokat maupun
Organisasi Bantuan Hukum (OBH).
Pemberian bantuan hukum kepada masyarakat oleh LBH
Jakarta merupakan suatu hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Adapun
tujuan tersebut tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2011 tentang Bantuan Hukum yang salah satunya adalah menjamin dan
memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk mendapatkan akses
keadilan.
Dalam rangka mencapai tujuan Undang-Undang Bantuan Hukum,
maka diperlukan adanya pemerataan bantuan hukum, termasuk bagi mereka

4
Andi Muhammad Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, (Jakarta:
Kencana,2014), h.110.
3

yang tidak mampu. Dalam hal ini, LBH Jakarta melalui sumber daya
manusia yang terdapat dalam lembaga tersebut yaitu, Advokat dan ABH
(Asisten Bantuan Hukum) memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma
kepada masyarakat.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia telah
mengakomodasi masyarakat kurang mampu dalam mendapatkan keadilan
melalui bantuan hukum secara cuma-cuma. Namun ironisnya, masih banyak
masyarakat kurang mampu yang mencari keadilan dan belum mendapatkan
akses bantuan hukum dari para Advokat. Padahal diketahui, bahwa setiap
tahunnya jumlah Advokat selalu bertambah, namun hal tersebut belum
menjamin adanya akses bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu.
Selanjutnya, persoalan krusial yang muncul dari studi ini adalah:
Pertama, apakah lembaga bantuan hukum telah menjalankan hak hukum
masyarakat yang kurang mampu dalam mendapatkan keadilan hukum. Kedua,
sejauh mana lembaga bantuan hukum telah memberikan ruang bagi
masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan hak hukum berupa bantuan
hukum cuma-cuma bagi masyarakat kurang mampu. Ketiga, apakah lembaga
bantuan hukum yang ada di Indonesia telah memberikan prioritas dalam
memberikan bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu. Keempat,
apakah ada sanksi bagi lembaga bantuan hukum jika tidak mengakomodir
masyarakat kurang mampu. Kelima, apakah ada kriteria baku yang dipakai
lembaga bantuan hukum menentukan masyarakat kurang mampu untuk
memperoleh advokasi bantuan hukum. Keenam, sejauh mana partisipasi
lembaga bantuan hukum bagi pemberian bantuan hukum bagi masyarakat
kurang mampu.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka studi ini penting dilakukan
untuk mengetahui apakah lembaga bantuan hukum di Indonesia telah
mengakomodasi seluruh elemen masyarakat khususnya masyarakat yang
4

kurang mampu yang bermasalah dengan hukum. Penelitian ini akan dilakukan
dengan studi kasus di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, dengan
pertimbangan metodologis bahwa mengingat Lembaga Bantuan Hukum
Jakarta adalah salah satu lembaga bantuan hukum terkemuka dan berpengaruh
dalam penegakan hukum di Indonesia. Lembaga Bantuan Hukum Jakarta juga
merupakan terbesar di ibu kota Jakarta, yang mana ibu kota Jakarta
merupakan pusat pemerintahan yang penduduknya cukup besar maka tidak
menutup kemungkinan tingkat kriminalitasnya pun sangat tinggi. Atas
pertimbangan tersebut di atas, maka studi ini sangat penting dan menarik
dilakukan untuk mendapatkan kondisi objektif dari praktik bantuan hukum
bagi masyarakat kurang mampu di Indonesia dan khususnya di ibukota
Jakarta.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka peneliti merasa
perlu untuk melakukan penelitian terkait dengan permasalahan diatas. Maka
penelitian ini dituangkan dalam skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN
HUKUM BAGI MASYARAKAT KURANG MAMPU DAN PERANAN
LEMBAGA BANTUAN HUKUM DI INDONESIA (STUDI PADA
LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA BERDASARKAN
UNDANG- UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN
HUKUM)”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini kiranya perlu dilakukan
untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dalam penelitian
ini yang antara lain:
a. Negara telah memberikan hak hukum masyarakat yang kurang
mampu dalam mendapatkan keadilan hukum.
5

b. Negara telah memberikan ruang bagi masyarakat kurang mampu


untuk mendapatkan hak hukum berupa bantuan hukum bagi
masyarakat.
c. Komitmen LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum bagi
masyarakat kurang mampu.
d. Regulasi yang mengatur mengenai kewajiban bagi lembaga bantuan
hukum untuk mendampingi masyarakat kurang mampu.
e. Kriteria baku yang dipakai lembaga bantuan hukum menentukan
masyarakat kurang mampu untuk memperoleh advokasi bantuan
hukum.
f. Partisipasi lembaga bantuan hukum bagi pemberian bantuan hukum
untuk masyarakat kurang mampu.
g. Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat sulit untuk
mendapatkan akses bantuan hukum.
h. Perlindungan hukum yang diberikan Negara terhadap masyarakat
kurang mampu.
i. Peran LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum bagi
masyarakat kurang mampu berdasarkan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.
j. Efektivitas penerapan Undang-Undang Bantuan Hukum di LBH
Jakarta.
k. Kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan
hukum kepada masyarakat kurang mampu.
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini kiranya perlu dilakukan
untuk memfokuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian
ini. Peneliti membatasi masalah yang diteliti hanya berfokus pada tiga hal.
Adapun ketiga hal tersebut yaitu tentang teknis pemberian bantuan hukum
berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011, manfaat untuk
6

masyarkat kurang mampu, program atau kegiatan yang dilakukan oleh


LBH Jakarta dan kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta dalam
memberikan bantuan hukum kepada masyarakat kurang mampu.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas,
permasalahan penelitian yang diangkat ialah pelaksanaan bantuan hukum
oleh LBH Jakarta. Berdasarkan pembahasan dari perumusan tersebut,
maka peneliti jabarkan berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Apa program bantuan hukum yang dilakukan oleh LBH Jakarta
kepada masyarakat kurang mampu?
b. Apa manfaat yang didapatkan oleh masyarakat yang mendapatkan
bantuan hukum dari LBH Jakarta?
c. Apa kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta dalam memberikan
bantuan hukum kepada masyarakat kurang mampu?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk menjelaskan program bantuan hukum yang dilakukan oleh
LBH Jakarta kepada masyarakat kurang mampu
b. Untuk menjelaskan manfaat yang didapatkan oleh masyarakat
yang mendapatkan bantuan hukum dari LBH Jakarta
c. Untuk menjelaskan kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta
dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat kurang
mampu.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Secara Teoritis
1) Hasil studi ini untuk menambah dan memperkaya keilmuan serta
7

menjadi sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, khususnya


dalam hal bantuan hukum.
2) Hasil studi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dan
bahan penyuluhan informatif serta edukatif untuk masyarakat,
sehingga dapat mengetahui teknis pemberian bantuan hukum.
b. Secara Praktis
Secara praktis tulisan ini bertujuan menggali lebih dalam,
serta sebagai bahan rujukan di masa yang akan datang tentang bantuan
hukum khususnya di LBH Jakarta.

E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
penelitian eksploratif. Penelitian ekspoloratif adalah penelitian yang
dilakukan untuk memperoleh keterangan, penjelasan, dan data mengenai
suatu gejala tertentu, atau untuk mendapatkan ide-ide baru mengenai suatu
gejala itu.5 Pada penelitian ini hal yang akan dieksplorasi adalah perihal
lembaga bantuan hukum Jakarta dalam melaksanakan amanat Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum untuk
memberikan bantuan hukum cuma-cuma untuk rakyat miskin atau kurang
mampu agar tercapainya konsep acces to law and justice.

2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini
adalah pendekatan empiris, yaitu suatu pendekatan penelitian hukum yang
berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti
bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dapat dikatakan

5
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi, (Bandung:
Alfabeta, 2017), h. 19.
8

bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam
suatu elemen masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.
Pada penelitian ini peneliti akan menganalisa fakta-fakta di
lapangan yang dilakukan oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan
hukum cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu. Peneliti juga akan
menganalisa program yang dilakukan LBH Jakarta dalam melaksanakan
bantuan hukum cuma-cuma, manfaatnya yang dirasakan oleh masyarakat,
dan kendala-kendala yang dialami oleh LBH Jakarta dalam memberikan
bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu.
3. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Adapun data yang digunakan oleh Peneliti dalam penelitian ini
adalah berupa informasi yang berkaitan dengan pemberian bantuan
hukum kepada masyarakat kurang mampu yang dilakukan oleh LBH
Jakarta, sebagai berikut;
a. Jenis Data
Adapun jenis data dalam penelitian dibagi kepada 2 (dua)
kategori yaitu, data primer, data sekunder. Penjelasan mengenai jenis
data tersebut sebagai berikut:
1) Data Primer
Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hasil wawancara dengan pihak LBH Jakarta.
2) Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian adalah
laporan tahunan LBH Jakarta mengenai pemberian bantuan hukum
kepada masyarakat miskin atau kurang mampu.
b. Bahan Hukum
Adapun bahan hukum dalam penelitian dibagi kepada 3 (tiga)
kategori yaitu, bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
9

bahan hukum terssier Penjelasan mengenai sumber data tersebut


sebagai berikut:
1) Bahan Hukum Primer
Adapun bahan hukum primer yang dimaksud dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum.
b) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
2) Bahan Hukum Sekunder
Adapun bahan hukum sekunder yang dimaksud dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat
Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran
Dana Bantuan Hukum.
b) Peraturan Menteri Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor 10 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat
Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Dan Penyaluran
Dana Bantuan Hukum.
3) Bahan Hukum Tersier
Adapun bahan hukum tersier yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah opini para ahli hukum dan para praktisi
hukum, terutama opini hukum tentang bantuan hukum terhadap
masyarakat miskin atau kurang mampu.
c. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh Peneliti
adalah sebagai berikut:
1) Studi dokumen, yaitu bentuk pengumpulan data yang dilakukan
10

dengan membaca buku, literature, dan dokumen yang berhubungan


dengan obyek penelitian dalam kajian bantuan hukum.
2) Interview, yaitu dilakukan dengan Aprillia Lisa Tengker, S.H.
salah satu advokat publik LBH Jakarta. Niti Amini klien LBH
Jakarta, Syahroni Fadhil peserta Kalabahu LBH Jakarta, dan
Welly Saputra sebagai peserta penyuluhan dan konsultasi LBH
Jakarta. Peneliti menanyakan permasalahan yang dibahas
mengenai pemberian bantuan hukum, kendala, program atau
kegiatan LBH Jakarta kepada masyarakat.
4. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dari data primer, data sekunder, dan data
tersier dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Peneliti
akan mendeskripsikan, dan menginterpretasikan data yang didapatkan
untuk menjawab pertanyaan penelitian pada objek permasalahan skripsi
ini.
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi
ini adalah Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta
Tahun 2017.

F. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan dalam Skripsi ini dibagi kedalam beberapa bab,
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi dari Latar
Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
11

Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG BANTUAN HUKUM


Bab ini menyajikan kajian pustaka yang didahului dengan
konsep dasar dan kerangka teori serta kerangka konseptual
mengenai tinjauan Perlindungan Hukum dan Kedudukan
Bantuan Hukum Sebagai Hak Konstitusional. Pada bab ini
juga dibahas tinjauan (review) kajian terdahulu yang relevan
dengan tema penelitian yang dijadikan acuan agar tidak
terjadi duplikasi dalam penelitian.

BAB III : PROFIL LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA.


Bab ini menyajikan ini data deskriptif yang di dalamnya
membahas Sejarah Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Visi,
Misi, dan Tujuan LBH Jakarta, Struktur Organisasi LBH
Jakarta, dan Kegiatan-Kegiatan yang dilaksanakan oleh LBH
Jakarta.

BAB IV : IMPLEMENTASI BANTUAN HUKUM OLEH LBH


JAKARTA
Bab ini merupakan analisis permasalahan yang membahas
program bantuan hukum yang dilakukan oleh LBH Jakarta
kepada masyarakat kurang mampu. Manfaat yang didapatkan
oleh masyarakat yang mendapatkan bantuan hukum dari
LBH Jakarta, dan Kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta
dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat
kurang mampu.
12

BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang berisikan tentang
kesimpulan yang dapat ditarik mengacu pada hasil penelitian
sesuai dengan perumusan masalah yang telah diterapkan dan
rekomendasi yang akan lahir setelah pelaksanaan penelitian
dan pengulasannya dalam skripsi.
BAB II
PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEDUDUKAN BANTUAN HUKUM
SEBAGAI HAK KONSTITUSIONAL

A. Kerangka Konseptual
Dalam metode penulisan karya ilmiah khususnya penulisan hukum,
diperlukan adanya suatu kerangka konseptual. Kerangka konseptual
merupakan suatu kerangka yang mendeskiripsikan adanya implikasi antara
konsep-konsep yang lebih spesifik dalam suatu karya ilmiah. 1 Peneliti
menyusun beberapa pengertian dari konsep- konsep yang akan dipergunakan
dalam skripsi ini, antara lain sebagai berikut:
1. Bantuan Hukum
Dalam buku panduan bantuan hukum YLBHI dijelaskan bantuan
hukum merupakan upaya untuk membantu orang yang tidak mampu
dalam bidang hukum. Dalam pengertian sempit, bantuan hukum adalah jasa
hukum yang diberikan secara cuma-cuma kepada klien kurang mampu.2
Bantuan hukum dalam pengertiannya yang lebih luas dapat diartikan
sebagai upaya untuk membantu golongan yang tidak mampu dalam
bidang hukum.
Dalam pengertian yang lebih luas, Adnan Buyung Nasution
berpendapat bahwa upaya pemberian bantuan hukum mempunyai tiga
aspek yang saling berkaitan, yaitu:3 aspek perumusan aturan-aturan
hukum; aspek pengawasan terhadap mekanisme untuk menjaga aturan-
aturan itu untuk ditaati; dan aspek pendidikan masyarakat agar aturan-
aturan itu dihayati.

1
Sorjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), h. 132.
2
AUSAID, YLBHI, PSHK, dan IALDF, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia (Pedoman
Memahami Dan Menyelesaikan Masalah Hukum), (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 33.
3
Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum di Indonesia dalam Bambang Sunggono dan
Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, (Bandung: Mandar Maju, 2009), h. 7.

13
14

Pendapat Adnan Buyung Nasution tersebut setidaknya ada dua hal


penting yang berkaitan dengan bantuan hukum dalam pengertiannya yang
luas, yaitu:
Pertama, ia merupakan suatu gerakan untuk meningkatkan
kesadaran hukum masyarakat sehingga masyarakat akan menyadari
hak-hak dan kewajiban mereka sebagai manusia dan sebagai warga
negara Republik Indonesia. Kedua, bantuan hukum juga berarti usaha
untuk melakukan perbaikan-perbaikan hukum agar hukum dapat
memenuhi kebutuhan rakyat dan mengikuti perubahan keadaan.

Dalam pengertian bantuan hukum yang lingkup kegiatannya cukup


luas juga ditetapkan oleh lokakarya Bantuan Hukum Tingkat Nasional
pada tahun 1978 yang menyatakan bahwa bantuan hukum yang
merupakan kegiatan pelayanan hukum yang diberikan kepada golongan
yang tidak mampu (kurang mampu) baik secara perorangan maupun
kepada kelompok-kelompok masyarakat tidak mampu secara kolektif.
Lingkup kegiatannya meliputi:4
a. Pembelaan
b. Perwakilan baik diluar maupun didalam pengadilan
c. Pendidikan
d. Penelitian
e. Penyebaran gagasan

Berkaitan dengan kegiatan bantuan hukum, Yahya Harahap


menyatakan bahwa terdapat tiga ciri bantuan hukum.5 Pertama, Legal Aid
yang berarti pemberian jasa dibidang hukum kepada seseorang yang
terlibat dalam suatu kasus atau perkara. Pada legal aid ini pemberian jasa

4
Febri Handayani, Bantuan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), h. 3.
5
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 244.
15

atau bantuan hukum menekankan pada pemberian secara cuma-cuma dan


lebih dikhususkan bagi masyarakat tidak mampu pada lapisan masyarakat
kurang mampu.
Kedua, yaitu Legal Assistance, pada jenis jasa hukum legal
assistance mengandung pengertian yang lebih luas daripada legal aid,
karena pada legal assistance selain memberikan jasa bantuan hukum
bagi mereka yang mampu membayar prestasi juga memberikan jasa
bantuan hukum secara cuma-cuma bagi masyarakat kurang mampu yang
tidak mampu membayar prestasi.
Ketiga, yaitu Legal Service, konsep dan makna dalam legal service
lebih luas dibandingkan dengan konsep dan tujuan legal aid dan legal
assistance, karena pada legal service terkandung makna dan tujuan untuk
menghapus perilaku diskriminatif.
2. Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum diberikan kepada subyek hukum ke dalam
bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat
represif, baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri
dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum
memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan
kedamaian.
Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan
pemberian bantuan untuk memberi rasa aman kepada saksi dan/atau
korban, perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari
perlindungan masyarakat, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk,
seperti melalui pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan
bantuan hukum.6

6
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press. 1984), h.133.
16

Satjipto Raharjo mendefinisikan perlindungan hukum adalah


memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang
lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka
dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.7
Perlindungan hukum juga merupakan suatu hal yang memberikan
perlindungan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi
manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum
dari kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah-kaidah
yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan
konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan hukum dalam bentuk
konsultasi atau pendampingan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu
yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.8
Hukum berfungsi sebagai pelindungan kepentingan manusia. Agar
kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara
profesional. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal, damai, dan
tertib. Hukum yang telah dilanggar harus ditegakkan melalui penegakkan
hukum. Penegakkan hukum menghendaki kepastian hukum, kepastian
hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-
wenang.
Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan
adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib, aman dan damai.
Masyarakat juga mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan penegakkan
hukum yang ada di Indonesia. Kepastian hukum adalah jaminan bahwa
hukum dijalankan untuk manusia.. Pelaksanaan hukum harus memberi
manfaat, kegunaan bagi masyarakat, jangan sampai hukum dilaksanakan
menimbulkan keresahan-keresahan di dalam masyarakat.

7
Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V 2000), h.53.
8
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT, Bina
Ilmu, 1987), h.25.
17

B. Kajian Teori
Dalam penyusunan serta penulisan skripsi ini sangat penting adanya
suatu kerangka teori. Dalam ilmu penelitian hukum terdapat dua kerangka
pemikiran yakni kerangka yang bersifat teoritis dan kerangka yang bersifat
konseptual.
Kajian teori merupakan suatu landasan teori yang biasa digunakan
untuk memperkuat kebenaran dalam penulisan karya ilmiah terhadap suatu
permasalahan yang dikaji. Dalam kajian teori, aturan yang biasa dipergunakan
adalah teori-teori hukum, asas-asas hukum, doktrin hukum serta ulasan ahli
hukum. Kerangka teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan untuk
membuat jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada
landasan filosofisnya yang tertinggi.9 Peneliti dalam penelitian ini
menggunakan teori kepastian hukum dan keadilan hukum sebagai acuan untuk
melakukan analisis implementasi bantuan hukum.
Kajian teori dapat diartikan sebagai kerangka pemikiran atau butir-
butir pendapat mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi
bahan perbandingan, pegangan yang mungkin disetujui atau tidak disetujui
yang merupakan masukan bersifat eksternal dalam penelitian ini.10
Teori yang menjadi middle-range theory dalam penelitan ini adalah
teori kepastian hukum. terdapat dua macam pengertian kepastian yaitu,
kepastian hukum oleh karena hukum dan kepastian hukum dalam atau dari
hukum. Hukum yang berhasil menjamin banyak kepastian hukum dalam
masyarakat adalah hukum yang berguna.
1. Teori Kepastian Hukum
Kepastian hukum oleh karena hukum, memberi dua tugas hukum
yang lain, yaitu menjamin keadilan hukum serta hukum harus tetap
berguna. Sedangkan kepastian hukum dalam hukum, tercapai apabila

9
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, , (Bandung: Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V 2000), h. 254.
10
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1994), h. 80.
18

hukum tersebut sebanyak- banyaknya undang-undang.11


Adapun teori pendukung dalam penelitian ini adalah teori sistem
hukum (legal system) sebagai pisau analisis middle-range theory dalam
penelitian ini, sebagaimana dijelaskan dibawah ini.
Pertama, Struktur hukum (legal structure) merupakan kerangka
berfikir yang memberikan definisi dan bentuk bagi bekerjanya sistem yang
ada dengan batasan yang telah ditentukan. Jadi struktur hukum dapat
dikatakan sebagai institusi yang menjalankan penegakan hukum dengan
segala proses yang ada didalamnya. 12
Kedua, Substansi hukum (legal substance) merupakan aturan,
norma dan pola perilaku manusia yang berada di dalam sistem hukum.
Substansi hukum (legal Substance) berarti produk yang dihasilkan oleh
orang yang berada di dalam sistem hukum itu, baik berupa keputusan
yang telah dikeluarkan maupun aturan-aturan baru mau disusun. Substansi
hukum (legal substance) tidak hanya pada hukum yang tertulis (law in the
book), tetapi juga mencakup hukum yang hidup di masyarakat (the living
law).13
Ketiga, Budaya hukum (legal culture) merupakan sikap manusia
terhadap hukum dan sistem hukum. Sikap masyarakat ini meliputi
kepercayaan, nilai-nilai, ide-ide serta harapan masyarakat terhadap
hukum dan sistem hukum. 14 Budaya hukum juga merupakan kekuatan
sosial yang menentukan bagaimana hukum dilaksanakan, dihindari atau
bahkan bagaimana hukum disalahgunakan. Budaya hukum (legal culture)
mempunyai peranan yang besar dalam sistem hukum. Tanpa budaya

11
Muhammad Ridwansyah, “Mewujudkan Keadilan, Kepastian dan Kemanfaatan Hukum
dalam Qanun Bendera Lambang Aceh”, Jurnal Konstitusi, Volume 13, Nomor 2, Juni 2016, h. 286.
12
Lawrence M. Friedman dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, (Bandung:
PT. Rafika Aditama, 2009), h. 12.
13
Lawrence M. Friedman dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia , … h. 14.
14
Lawrence M. Friedman dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, … h. 15.
19

hukum (legal culture) maka sistem hukum (legal system) akan kehilangan
kekuatannya, seperti ikan mati yang terdampar di keranjangnya, bukan
ikan hidup yang berenang di lautan.15
Ketiga unsur sistem hukum tersebut berhubungan satu sama lain,
dan mempunyai peranan yang tidak dapat dipisahkan satu persatu. Ketiga
unsur ini merupakan satu kesatuan yang menggerakkan sistem hukum yang
ada agar berjalan dengan lancar. Sebagai perumpamaan, struktur hukum
(Legal structure) merupakan mesin yang menghasilkan sesuatu, substansi
hukum (legal substance) merupakan orang yang memutuskan untuk
menjalankam mesin serta membatasi penggunaan mesin. Apabila satu dari
ke tiga unsur sistem hukum ini tidak berfungsi, menyebabkan sub sistem
lainnya terganggu. 16
Pada dasarnya prinsip kepastian hukum menekankan pada
penegakan hukum yang berdasarkan pembuktian secara formil, artinya
suatu perbuatan baru dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hanya jika
melanggar aturan tertulis tertentu. Sebaliknya menurut prinsip keadilan,
perbuatan yang tidak wajar, tercela, melanggar kepatutan dan sebagainya
dapat dianggap sebagai pelanggaran demi tegaknya keadilan meskipun
secara formal tidak ada undang-undang yang melarangnya.17
Berdasarkan hal tersebut, dalam skripsi akan dilakukan analisis
terhadap implementasi bantuan hukum menggunakan teori kepastian
hukum untuk melihat kesesuaian antara das sein dan das sollen dalam hal
bantuan hukum oleh lembaga bantuan hukum.
2. Teori Keadilan Hukum
Selanjutnya pembahasan mengenai kajian teori dalam skripsi ini
berkaitan dengan teori keadilan hukum. Terdapat dua tujuan dari teori
15
Lawrence M. Friedman dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia,… h. 7.
16
Lawrence M. Friedman dalam Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, … , h. 17.
17
Fajar Laksono, Ed, Hukum Tak Kunjung Tegak: Tebaran Gagasan Otentik Prof. Dr.
Mahfud MD, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), h. 91.
20

keadilan menurut John Rawls, yaitu:


a. Teori ini mau mengartikulasikan sederet prinsip-prinsip umum keadilan
yang mendasari dan menerangkan berbagai keputusan moral yang
sungguh-sungguh dipertimbangkan dalam keadaaan-keadaan khusus
kita. Yang dia maksudkan dengan “keputusan moral” adalah sederet
evaluasi moral yang telah kita buat dan sekiranya menyebabkan
tindakan sosial kita. Keputusan moral yang sungguh dipertimbangkan
menunjuk pada evaluasi moral yang kita buat secara refleksif.
b. Rawls mau mengembangkan suatu teori keadilan sosial yang lebih
unggul atas teori utilitarianisme. Rawls memaksudkannya “rata-rata”
(average utilitarianisme) maksudnya adalah bahwa institusi sosial
dikatakan adil jika diandaikan untuk memaksimalisasi keuntungan dan
kegunaan. Sedang utilitarianisme rata-rata memuat pandangan bahwa
institusi sosial dikatakan adil jika hanya diandaikan untuk
memaksimilasi keuntungan rata-rata perkapita. Untuk kedua versi
utilitarianisme tersebut “keuntungan” didefinisikan sebagai kepuasan
atau keuntungan yang terjadi melalui pilihan-pilihan. Rawls
mengatakan bahwa dasar kebenaran teorinya membuat pandangannya
lebih unggul dibanding kedua versi utilitarianisme tersebut. Prinsip-
prinsip keadilan yang ia kemukakan lebih unggul dalam menjelaskan
keputusan moral etis atas keadilan sosial. 18
Hukum merupakan pengemban nilai-nilai keadilan. Keadilan
memiliki sifat normatif sekaligus konstitutif bagi hukum. Bersifat
normatif karena berpacuan dengan keadilan, hukum positif berpangkal.
Hukum bersifat konstitutif, karena keadilan harus menjadi unsur mutlak
bagi hukum. Tanpa keadilan, sebuah aturan tidak pantas menjadi
hukum.19 Nilai-nilai keadilan adalah “materi” yang harus menjadi isi
aturan hukum, sedangkan aturan hukum adalah “bentuk” yang harus
melindungi nilai-nilai keadilan.20
Dalam penerapan hukum secara tepat dan adil untuk memenuhi
tujuan hukum, maka hal yang diutamakan adalah keadilan, kemudian
18
Muhammad Helmi, "Konsep Keadilan Dalam Filsafat Hukum Dan Filsafat Hukum
Islam", Mazahib, Volume XIV, Nomor 2 Desember 2015, h. 138.
19
Bernard L Tanya dkk, Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Generasi, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2013), h. 117.
20
Bernard L Tanya dkk, Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia, Lintas Ruang dan
Generasi, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2013), h.129.
21

kemanfaatan, dan setelah itu kepastian hukum.21 Hukum sebagai


pengemban nilai-nilai keadilan menjadi ukuran bagi adil tidak adilnya tata
hukum. Tidak hanya itu, nilai-nilai keadilan juga menjadi dasar dari
hukum sebagai hukum. Dengan demikian, keadilan memiliki sifat
normatif sekaligus konstitutif bagi hukum. Keadilan menjadi dasar bagi
tiap hukum positif yang bermartabat. 22
Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk menggunakan
teori keadilan hukum sebagai pisau dalam menganalisis implementasi
perlindungan hukum serta bantuan hukum terhadap masyarakat kurang
mampu di Indonesia.

C. Perlindungan Hukum dan Bantuan Hukum


1. Bentuk Perlindungan Hukum
Dalam mewujudkan ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan
masyarakat, maka dibutuhkan adanya suatu hukum yang mengatur tingkah
laku masyarakat. Dalam kehidupan sosial, hukum berfungsi sebagai
perlindungan kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, penegakkan hukum
harus memperhatikan empat hal, yaitu:23
a. Kepastian hukum (Rechtssicherheit)
b. Kemanfaat hukum (Zeweckmassigkeit)
c. Keadilan hukum (Gerechtigkeit)
d. Jaminan hukum (Doelmatigkeit)
Keempat hal tersebut sangat erat kaitannya dengan hak-hak
masyarakat yang harus dijaga oleh negara sehingga dalam menegakkan
hukum. Pemerintah harus berhati-hati agar dalam penerapan hukum tidak
melanggar hak-hak masyarakat. Keberadaan keempat hal tersebut dapat
memberikan perlindungan hukum pada masyarakat.
21
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum, h. 20.
22
Yovita A. Mangesti & Bernard L. Tanya, Moralitas Hukum, (Yogyakarta: Genta
Publishing. 2014), h. 74.
23
Ishaq. Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta. Sinar Grafika. 2009), h. 43.
22

Perlindungan hukum merupakan suatu upaya pengayoman


terhadap harkat dan martabat manusia serta terhadap hak asasi manusia
di bidang hukum. Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia
bersumber pada Pancasila dan konsep negara hukum. Kedua sumber
tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat
dan martabat manusia. Bentuk dari perlindungan hukum ini dapat dibagi
kepada dua macam, yaitu perlindungan hukum preventif dan
perlindungan hukum represif.24
Pertama, bentuk perlindungan hukum preventif dapat diketahui
dengan melihat subyek hukum yang diberikan kesempatan untuk
mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan
pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah
terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya
bagi tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak
karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah
terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang
didasarkan pada diskresi.
Kedua, bentuk perlindungan hukum selanjutnya adalah
perlindungan hukum represif yang bertujuan untuk menyelesaikan
sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum
(Pidana dan Perdata) dan Pengadilan Tata Usaha di Indonesia termasuk
kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap
tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena
menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan
dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada
pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan

24
Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1987), h. 30.
23

pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap


tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan
pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan
dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat
utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.

2. Jenis Bantuan Hukum


Bantuan hukum merupakan kegiatan pelayanan hukum yang
diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu, baik secara perorangan
maupun kelompok. Lingkup kegiatan dari bantuan hukum sendiri
meliputi:
a. Pembelaan
b. Perwakilan baik diluar maupun didalam pengadilan
c. Pendidikan
d. Penelitian
e. Penyebaran gagasan. 25
Selanjutnya dalam kajian yang lebih luas mengenai bantuan
hukum, baik Eropa maupun di Amerika, terdapat dua sistem bantuan
hukum, yaitu:
a. Sistem Yuridis Individual
Menekankan pada sifat individualistis. Sifat individualistis ini
maksudnya adalah setiap orang akan selalu mendapat hak untuk
memperoleh bantuan hukum. Pada model yuridis individual masih
terdapat ciri-ciri pola klasik dari bantuan hukum. Artinya, permintaan
akan bantuan hukum atau perlindungan hukum tergantung pada warga
masyarakat yang memerlukannya. Warga masyarakat yang
memerlukan bantuan hukum menemui pengacara, dan pengacara akan

25
Febri Handayani, Bantuan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), h. 3.
24

memperoleh imbalan atas jasa-jasa yang diberikannya kepada negara.


Jadi, bilamana seseorang tidak mampu, maka seseorang itu akan
mendapat bantuan hukum secara cuma-cuma (prodeo).
b. Welfare Rights (Hak-hak Kesejahteraan)
Sistem hukum di Amerika Serikat sedikit berbeda. Bantuan
hukum di Amerika Serikat berada dibawah pengaturan criminal
Justice Act dan Economic Opportunity Act. Kedua peraturan tersebut
mengarahkan bantuan hukum sebagai alat untuk mendapatkan
keadilan bagi seluruh rakyat, terutama bagi mereka yang tidak
mampu. 26

3. Tujuan Perlindungan Hukum dan Bantuan Hukum


a. Tujuan Perlindungan Hukum
Sejatinya, hukum tidak pernah lepas dari kehidupan sosial
masyarakat yang selalu mendambakan keadilan. Ukuran mengenai
keadilan sering ditafsirkan berbeda-beda. Keadilan itu sendiri pun
berdimensi banyak, dalam berbagai bidang, misalnya ekonomi,
maupun hukum.
Sejalan dengan hal tersebut, Dwisvimiar dalam tulisannya
menyatakan bahwa :
“Berbicara mengenai keadilan merupakan hal yang
senantiasa dijadikan topik utama dalam setiap penyelesaian
masalah yang berhubungan dengan penegakan hukum. Banyaknya
kasus hukum yang tidak terselesaikan karena ditarik ke masalah
politik. Kebenaran hukum dan keadilan dimanipulasi dengan cara
yang sistematik sehingga peradilan tidak menemukan keadaan
yang sebenarnya. Kebijaksanaan pemerintah tidak mampu
membawa hukum menjadi “panglima” dalam menentukan
keadilan, sebab hukum dikebiri oleh sekelompok orang yang
mampu membelinya atau orang yang memiliki kekuasaan yang

26
Soerjono Soekanto, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1983) h. 11.
25

lebih tinggi.”27
Dalam memberikan perlindungan terhadap masyarakat, hukum
harus memberikan perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan
status hukumnya karena setiap orang memiliki kedudukan yang sama
dihadapan hukum. Negara mempunyai kewajiban untuk menegakkan
hukum dan dengan berfungsinya aturan hukum, maka secara tidak
langsung pula hukum akan memberikan perlindungan pada tiap hubungan
hukum atau segala aspek dalam kehidupan masyarakat yang diatur oleh
hukum.
Hukum membatasi kebebasan individu terhadap individu yang
lain, dan juga kebebasan wewenang dari penguasa negara. Kekuasaan
tanpa hukum adalah kelaliman. Pernyataan tersebut mengandung arti
bahwa kekuasaan yang tidak terbatas memungkinkan pemerintahannya
sewenang-wenang dalam melakukan kebijakan tanpa memperhatikan hak-
hak perlindungan hukum masyarakatnya.
Pada posisi ini masyarakat sangat membutuhkan perlindungan
hukum. Tujuan dari perlindungan hukum atau legal protection merupakan
kegiatan untuk menjaga atau memelihara masyarakat demi mencapai
akses keadilan.28 Dengan demikian, tujuan dari perlindungan hukum ini
sangat erat kaitannya dengan aspek keadilan.
Keadilan sendiri mempunyai beragam macam bentuk dalam
kehidupan masyarakat, yaitu:
1) Keadilan formal (formal justice), merupakan penerapan prinsip
secara konsisten dan tidak memihak.
2) Keadilan substantif (substantive justice), berkaitan dengan hak-

27
Inge Dwisvimiar, “Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum”, Jurnal Dinamika
Hukum, Volume 11 Nomor 3 September 2011, h. 522.
28
Hilda Hilmiah Diniyati, Perlindungan Hukum bagi Investor dalam Pasar Modal (Studi
pada Gangguan Sistem Transaksi di Bursa Efek Indonesia), (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 19.
26

hak, seperti hak kesamaan kedudukan sebagai warga negara.


3) Keadilan retribusi (retributive justice), fokus kepada kapan dan
mengapa hukuman diputuskan, berdasarkan pengaruhnya di masa
lalu atau di masa yang akan datang.
4) Keadilan korektif (corrective justice), fokus pada keadilan
terhadap kebutuhan ketika terjadi kerusakan massal.
5) Keadilan komutatif (commutative justice), fokus pada keadilan
upah, harga, dan nilai tukar.
6) Keadilan distributif (distributive justice), fokus pada keadilan
distribusi sumber daya. 29

b. Tujuan Bantuan Hukum


Dalam konsideran Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum disebutkan bahwa negara bertanggung jawab
terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang kurang mampu
sebagai perwujudan akses terhadap keadilan. Selain itu, pengaturan
mengenai bantuan hukum yang diselenggarakan oleh negara harus
berorientasi pada terwujudnya perubahan sosial yang berkeadilan.
Lebih tepatnya, tujuan dari penyelenggaraan bantuan hukum di
Indonesia disebutkan dengan tegas dalam Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, yaitu:
a. Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum
untuk mendapatkan akses keadilan;
b. Mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai
dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;
c. Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum
dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik
Indonesia; dan
d. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
29
Farkhani, dkk, Filsafat Hukum: Paradigma Modernisme Menuju Post Modernisme,
(Solo: Kafilah Pubhlishing, 2018), h. 103.
27

Dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan bantuan hukum,


maka diperlukan adanya pemerataan bantuan hukum, termasuk bagi
masyarakat yang kurang mampu. Dalam hal ini, LBH Jakarta melalui
sumber daya manusia yang terdapat dalam lembaga tersebut yaitu,
Advokat dan ABH (Asisten Bantuan Hukum) memberikan bantuan
hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat. Pada umumnya, Lembaga
Bantuan Hukum memberikan pelayanan dan pemberian jasa kepada para
pencari keadilan berupa:
1) Pemberian informasi hukum, misalnya memberitahukan kepada
seorang pegawai negeri tentang hak-hak dan kewajibannya sebagai
pegawai negeri;
2) Pemberian nasihat hukum, misalnya menjelaskan apa yang harus
dilakukan seseorang yang akan membeli rumah atau tanah;
3) Pemberian jasa hukum, misalnya membantu seseorang untuk
menyusun surat gugatan;
4) Bimbingan, yaitu pemberian jasa secara kontinyu;
5) Memberikan jasa perantara, misalnya menghubungkan dengan warga
masyarakat dengan instansi-instansi tertentu yang berkaitan dengan
masalah-masalah hukum yang dihadapinya;
6) Menjadi kuasa warga masyarakat didalam atau diluar pengadilan.30

D. Bantuan Hukum Sebagai Hak Konstitusional Warga Negara


Indonesia sebagai negara hukum, mengakui dan memberikan jaminan
terhadap hak asasi manusia. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945,
Indonesia ialah suatu Negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat)31 yang
mempunya 4 (empat) unsur, yaitu:

30
Febri Handayani, Bantuan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), h. 18.
31
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta: Kanisius, 1998). h.57.
28

1. Jaminan terhadap Hak Asasi Manusia


2. Adanya pembagian
3. Pemerintah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
4. Adanya Peradilan Administrasi Negara yang berdiri sendiri
(independent).32

Dengan dicantumkannya hak asasi manusia dalam Undang-Undang


Dasar 1945, maka akan memberikan jaminan kepastian hukum bagi setiap
individu termasuk hak atas Bantuan Hukum. Penyelenggaraan pemberian
Bantuan Hukum kepada warga negara merupakan upaya untuk memenuhi dan
sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan
melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses
terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan di hadapan hukum
(equality before the law).
Dalam konsep rechstaat, sebagaimana dikutip dari Philiphus M.
Hadjon, menguraikan adanya 3 unsur penting dalam setiap negara hukum
yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:
1. Supremacy of Law yaitu dominasi aturan-atauran hukum untuk
menentang dan meniadakan kesewenang-wenangan, dan kewenangan
bebas yang begitu luas dari pemerintah;
2. Equality Before the Law yaitu persamaan di hadapan hukum atau
penundukan yang sama dari semua golongan kepada ordinary law of the
land yang dilaksanakan oleh ordinary court ini berarti tidak ada orang
yang berada diatas hukum, baik pejabat maupun warga negara biasa,
berkewajiban untuk mentaati hukum yang sama;
3. Due Process of Law atau terjaminnya hak-hak manusia oleh konstitusi
yang merupakan hasil dari “the ordinary law of land”, bahwa hukum
konstitusi bukanlah sumber, akan tetapi merupakan konsekuensi dari
hak-hak individu yang dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan. 33

32
Adi Sulistiyono, Negara Hukum: Kekuasaan, Konsep, dan Paradigma Moral, Cetakan I,
(Surakarta: Lembaga Pengembengan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan percetakan UNS
(UNS PRESS) Universitas Sebelas Maret, 2007), h. 32.
33
Philiphus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, (Jakarta:
29

Salah satu hak konstitusional yang dijamin oleh negara adalah Hak
atas Bantuan Hukum. Hak ini telah diterima secara universal yang
dijamin dalam Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
(International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)). Pasal 16 dan
Pasal 26 ICCPR menjamin semua orang berhak memperoleh perlindungan
hukum serta harus dihindarkan dari segala bentuk diskriminasi. Selanjutnya
Pasal 14 Ayat (3) ICCPR, memberikan syarat terkait Bantuan Hukum yaitu
kepentingan-kepentingan keadilan, dan ketidakmampuan membayar Advokat.
Kovenan tersebut telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant On Civil
And Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan
Politik).
Konstitusi Indonesia mengamanatkan bahwa setiap orang
mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum sebagai bentuk
perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Salah satu bentuk perlindungan
terhadap HAM adalah pemerintah bertanggung jawab terhadap pemberian
bantuan hukum bagi orang atau kelompok orang kurang mampu sebagai
perwujudan akses terhadap keadilan.
Selain dari HAM, terdapat juga hak konstitusional warga negara
yang dijamin dalam Undang-Undang, salah satunya adalah hak bantuan
hukum. Jaminan atas hak bantuan hukum tersebut telah mendapatkan
perhatian sehingga Negara membentuk Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2011 tentang Bantuan Hukum yang menjadi dasar bagi Negara untuk
menjamin warga negara, khususnya bagi orang atau kelompok orang kurang
mampu untuk mendapatkan akses keadilan dan kesamaan di hadapan hukum.
Dalam konsideran Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang

Peradaban, 2007), h. 75.


30

Bantuan Hukum, telah jelas disebutkan mengenai jaminan terhadap hak


bantuan hukum, dan Negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan
hukum bagi orang miskin sebagai perwujudan akses terhadap keadilan.
Pemberian bantuan hukum yang dilakukan belum banyak menyentuh
orang atau kelompok orang kurang mampu, sehingga mereka kesulitan untuk
mengakses keadilan karena terhambat oleh ketidakmampuan mereka untuk
mewujudkan hak-hak konstitusional mereka. Pengaturan mengenai pemberian
Bantuan Hukum dalam Undang-Undang merupakan jaminan terhadap hak-
hak konstitusional orang atau kelompok orang kurang mampu.
Pengaturan mengenai hak bantuan hukum bagi masyarakat kurang
mampu juga ditegaskan dalam Pasal 22 Undang-Undang Advokat Nomor 18
Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa Advokat wajib memberikan bantuan
hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.
Melalui jasa hukum yang diberikan, Advokat menjalankan tugas profesinya
demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat
pencari keadilan.

E. Tinjauan Terdahulu
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Peneliti, penelitian
mengenai lembaga bantuan hukum di Indonesia sudah pernah dilakukan oleh
sejumlah kalangan, namun penelitian tersebut memiliki perbedaan fokus
penelitian dengan skripsi Peneliti. Adapun beberapa karya ilmiah yang
mendekati dengan pembahasan yang akan dibahas oleh peneliti yaitu:
1. Skripsi ditulis Oleh Farizi 34
Skripsi ini membahas mengenai efektivitas serta faktor
penghambat dan pendukung pelaksanaan bantuan hukum di Pengadilan

34
Farizi, Peranan Bantuan Hukum Pasca Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 10 Tahun
2010 Analisa Efektivitas Bantuan Hukum di Pengadilan Agama Jakarta Timur, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah Hukum, 2015).
31

Agama Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan dengan merujuk kepada


Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman
Bantuan Hukum. SEMA tersebut menjelaskan bantuan bagi warga Negara
yang ingin mencari keadilan dan mengetahui hukum lebih khusus warga
Negara yang tidak mampu di Pengadilan Agama. Sedangkan hal yang
akan peneliti bahas adalah mengenai peran LBH Jakarta dalam
memberikan bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu.

2. Skripsi ditulis Oleh Denis Silvia35


Penelitian ini berjudul tentang Bantuan Hukum Administratif bagi
Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan Agama. Pembahasan dalam
penelitian tersebut berkaitan dengan pelaksanaan bantuan hukum pada Pos
Bantuan Hukum Pengadilan Agama Depok. Adapun persamaan antara
skripsi tersebut dengan skripsi peneliti, yaitu sama-sama membahas
bantuan hukum untuk masyarakat tidak mampu. Sedangkan untuk
perbedaannya adalah skripsi tersebut membahas mengenai pelaksanaan
bantuan hukum pada pos bantuan hukum Pengadilan Agama, sedangkan
pembahasan dalam skripsi peneliti adalah mengenai peran LBH Jakarta
dalam memberikan bantuan hukum.
3. Artikel ditulis Oleh Ricko Mamahit36
Artikel ini diterbitkan dalam jurnal dengan judul Kedudukan dan
Fungsi Lembaga Bantuan Hukum dalam Memberikan Bantuan Hukum
kepada Masyarakat yang Kurang Mampu. Artikel ini membahas upaya
yang dilakukan oleh Lembaga Bantuan Hukum dalam memberikan
bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat yang tidak mampu.

35
Denis Silvia, Bantuan Hukum Administratif bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan
Agama, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum, 2016).
36
Ricko Mamahit, “Kedudukan dan Fungsi Lembaga Bantuan Hukum dalam Memberikan
Bantuan Hukum kepada Masyarakat yang Kurang Mampu”, Jurnal Lex Crimen, Volume 2, Nomor 4,
2013.
32

Persamaan dengan peneliti ini ialah sama-sama membahas bantuan hukum


secara cuma-cuma. Perbedaan dengan peneliti ialah objek
pembahasannya, fokus penelitian pada artikel ini membahas mengenai
kedudukan dan fungsi lembaga bantuan hukum, sedangkan peneliti
membahas mengenai perlindungan hukum yang diberikan Negara
terhadap masyarakat kurang mampu serta peran LBH Jakarta dalam
memberikan bantuan hukum pasca lahirnya Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2003 tentang Advokat.
BAB III
PROFIL LEMBAGA BANTUAN HUKUM JAKARTA

A. Sejarah Lembaga Bantuan Hukum Jakarta


Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta adalah Lembaga non
pemerintah yang memberikan pelayanan bantuan hukum secara cuma-cuma
bagi masyarakat kurang mampu, buta hukum dan termarjinalkan. Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) Jakarta didirikan atas gagasan yang disampaikan
pada Kongres Persatuan Advokat Indonesia (Peradin) ke III tahun 1969 oleh
Adnan Buyung Nasution. Gagasan tersebut mendapat persetujuan dari Dewan
Pimpinan Pusat Peradin melalui Surat Keputusan Nomor 001/Kep/10/1970
tanggal 26 Oktober 1970, yang berisi penetapan pendirian Lembaga Bantuan
Hukum Jakarta dan Lembaga Pembela Umum yang mulai berlaku tanggal 28
Oktober 1970.1
Pendirian LBH Jakarta yang didukung oleh Pemerintah Daerah
(Pemda) DKI Jakarta. Pada awalnya LBH dimaksudkan untuk memberikan
bantuan hukum bagi orang-orang yang tidak mampu dalam
memperjuangkan hak-haknya, terutama rakyat kurang mampu yang digusur,
dipinggirkan, di-PHK, dan pelanggaran atas hak-hak asasi manusia pada
umumnya. disamping itu dukungan yang diberikan oleh mantan Guberbur DKI
Jakarta terhadap LBH Jakarta melalui SK Gubernur DKI Jakarta Nomor
Ib.3/31/70 tentang Pembentukan Lembaga Bantuan Hukum/Lembaga
Pembela Umum (Legal Aid/ Public Defender) dalam wilayah DKI Jakarta
tertanggal 14 November 1971. Hal ini dimaksudkan agar LBH Jakarta
sekaligus berfungsi sebagai lembaga kritik Pemerintah DKI Jakarta.2

1
LBH Jakarta, di akses dari https://bantuanhukum.or.id/tentang-kami/, pada tanggal 05 Juni
2020, pukul 16.30 WIB.
2
Arif Maulana, dkk, Catatan Akhir Tahun 2019, Reformasi Dikorupsi, Demokrasi
Direpresi, (Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum, 2019), h. 10.

33
34

Lambat laun LBH Jakarta menjadi organisasi penting bagi gerakan


pro- demokrasi. Hal ini disebabkan upaya LBH Jakarta membangun dan
menjadikan nilai-nilai hukum, hak asasi manusia dan demokrasi sebagai pilar
gerakan bantuan hukum di Indonesia. Cita-cita ini ditandai dengan semangat
perlawanan terhadap rezim orde baru yang dipimpin Soeharto dan berakhir
dengan adanya pergeseran kepemimpinan pada tahun 1998. Bukan hanya itu,
semangat melawan ketidakadilan terhadap penguasa menjadi bentuk advokasi
yang dilakukan sampai saat ini. Hal tersebut merupakan wujud kritik terhadap
pengemban tugas perlindungan, pemenuhan dan penghormatan Hak Asasi
Manusia di Indonesia. Dan sampai kini, 48 tahun sudah LBH Jakarta berdiri
dan tetap memperjuangkan nilai-nilai yang serupa yang terus menerus
direfleskikan sesuai konteks zaman nya.
LBH Jakarta terhitung tahun 2019 telah membantu lebih dari 5,087
kasus dengan 415,199 pencari keadilan, mulai dari memberikan konsultasi
hukum, sampai dengan pendampingan hukum secara penuh. Berbagai
pelanggaran hak asasi ditemukan dalam kasus-kasus yang diterima.
Pelanggaran hak meliputi hak atas pekerjaan, hak atas perumahan, hak atas
kemerdekaan beragama, hak atas peradilan yang adil, hak untuk bebas dari
penyiksaan, hak anak, dan hak asasi lainnya. Selain itu, LBH Jakarta
memberikan pendidikan atau pelatihan hukum kepada masyarakat yang saat
ini dinamakan Paralegal. Paralegal merupakan masyarakat umum yang bukan
sarjana hukum yang diajarkan ilmu hukum. Paralegal ini dapat mendampingi
masyarakat sekitar maupun dirinya sendiri apabila ada masalah hukum. Saat
ini lebih dari 104 Paralegal yang tersebar di wilayah Jabodetabek.3
Menjadi lembaga yang mandiri dan konsisten merupakan cita-cita
LBH Jakarta. Kemandirian tersebut tidak akan dapat diwujudkan jika tidak ada
kemandirian dalam keuangan. Sudah menjadi hal yang lazim bahwa banyak

3
Simpul LBH Jakarta, Sejarah, diakses dari https://simpul.bantuanhukum.or.id/sejarah/, pada
tanggal 05 Juni 2020, pukul 16.30.WIB.
35

lembaga swadaya masyarakat seringkali dikontrol oleh pemberi dana,


memiliki kedudukan yang tidak seimbang, atau setidaknya mengganggu
kerja-kerja utama dari LSM. Oleh karena itu LBH Jakarta memulai kerja
penggalangan publiknya pada tahun 2010 dengan meluncurkan Solidaritas
Masyarakat Peduli Keadilan (SIMPUL) yang menggunakan sistem
keanggotaan dan iuran berkala. Harapannya seluruh pendanaan bantuan
hukum, program, dan advokasi LBH Jakarta didanai oleh publik. Publik yang
menjadi “pemegang saham” LBH Jakarta.
Melalui Program SIMPUL, masyarakat dapat turut serta mendukung
keberlanjutan pemberian bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu,
buta hukum, dan termajinalkan yang dilakukan oleh LBH Jakarta. SIMPUL
merupakan sebuah wadah yang dimaksudkan untuk menggalang dukungan
publik guna penyelenggaraan layanan bantuan hukum. Dukungan yang
diberikan simpul juga tidak hanya terbatas pada pemberian donasi secara
finansial, SIMPUL terbuka untuk kontribusi pemikiran, keahlian atau
keterampilan guna mendukung kerja-kerja LBH Jakarta.4
Saat ini Lembaga Bantuan Hukum Jakarta beralamat di Jl. Pangeran
Diponegoro Nomor74, Pegangsaan, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta,
dengan nomor telephone (021) 3145518 dan nomor fax (021) 3912377.
Untuk menghubungi pihak LBH Jakarta dapat melalui email
lbhjakarta@bantuanhukum.or.id. Kemudian aktivitas LBH Jakarta dapat
dilihat melalui website resmi LBH Jakarta yaitu
https://www.bantuanhukum.or.id/.

B. Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta


1. Visi LBH Jakarta
Adapun visi Lembaga Bantuan Hukum Jakarta yang merupakan

4
Simpul LBH Jakarta, Sejarah, diakses dari https://simpul.bantuanhukum.or.id/sejarah/, pada
tanggal 05 Juni 2020, pukul 16.30.
36

Organisasi Bantuan Hukum (OBH) adalah sebagai berikut:


a. Terwujudnya suatu sistem masyarakat hukum yang terbina di atas
tatanan hubungan sosial yang adil dan beradab/berperikemanusiaan
secara demokratis (A just, humane and democratic socio-legal system);
b. Terwujudnya suatu sistem hukum dan administrasi yang mampu
menyediakan tata cara (prosedur-prosedur) dan lembaga-lembaga lain,
melalui mana setiap pihak dapat memperoleh dan menikmati keadilan
hukum (A fair and transparent institutionalized legal-administrative
system);
c. Terwujudnya suatu sistem ekonomi, politik dan budaya yang membuka
akses bagi setiap pihak untuk turut menentukan setiap keputusan yang
berkenaan dengan kepentingan mereka dan memastikan bahwa
keseluruhan sistem itu tetap menghormati dan menjunjung tinggi HAM
(An open political-economic system with a culture that fully respects
human rights).5

2. Misi LBH Jakarta


Adapun misi Lembaga Bantuan Hukum Jakarta yang merupakan
Organisasi Bantuan Hukum (OBH) adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan, menumbuhkan dan menyebarluaskan nilai-nilai
Negara hukum yang berkeadilan sosial, demokratis serta menjunjung
tinggi HAM kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia tanpa
kecuali, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
b. Menanamkan dan menumbuhkan sikap kemandirian serta
memberdayakan potensi lapisan masyarakat kurang mampu, sehingga
mereka sendiri mampu merumuskan, menyatakan, memperjuangkan
dan mempertahankan hak-hak dan kepentingan mereka baik secara

5
Simpul LBH Jakarta, Sejarah, diakses dari http://simpul.bantuanhukum.or.id/sejarah/, pada
tanggal 05 Juni 2020, pukul 16.30.
37

individual maupun secara kolektif;


c. Mengembangkan sistem, lembaga-lembaga serta instrumen-
instrumen pendukung untuk meningkatkan efektifitas upaya-upaya
pemenuhan hak-hak lapisan masyarakat yang lemah dan kurang
mampu;
d. Memelopori, mendorong, mendampingi dan mendukung program
pembentukan hukum, penegakan keadilan hukum dan pembaharuan
hukum nasional sesuai dengan Konstitusi dan Deklarasi Umum Hak-
Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) yang
tanggap terhadap kebutuhan dan kepentingan golongan masyarakat
kurang mampu;
e. Memajukan dan mengembangkan program-program yang berdimensi
keadilan dalam bidang politik, sosial-ekonomi, budaya dan jender,
utamanya bagi golongan masyarakat kurang mampu.6

3. Tujuan LBH Jakarta


LBH Jakarta dimaksudkan untuk memberikan bantuan hukum bagi
orang-orang yang tidak mampu dalam memperjuangkan hak-haknya,
terutama rakyat kurang mampu yang digusur, dipinggirkan, di PHK, dan
pelanggaran atas hak-hak asasi manusia pada umumnya.7 Selanjutnya
dalam Anggaran Dasar Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, disebutkan
bahwa tujuan pembentukan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta adalah
untuk:8
a. Menyediakan bantuan hukum secara cuma-cuma (pro bono) kepada
semua warga negara yang tidak sanggup membayar uang jasa

6
Arif Maulana, dkk, Catatan Akhir Tahun 2019, Reformasi Dikorupsi, Demokrasi Direpresi,
(Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum, 2019), h. 11.
7
Arif Maulana, dkk, Catatan Akhir Tahun 2019, Reformasi Dikorupsi, Demokrasi
Direpresi, … h.10.
8
Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum di Indonesia, Cet. III, (Jakarta: Lembaga
Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), 1988), h.53.
38

advokat.
b. Mengembangkan dan meningkatkan kesadaran hukum rakyat atau
masyarakat secara menyeluruh dan meningkatkan kesadaran warga
negara akan hak-hak sipilnya sebagai subjek hukum.
c. Mengembangkan hukum dan penegakan hukum sesuai dengan
program modernisasi.

C. Struktur Organisasi Lembaga Bantuan Hukum Jakarta


Adapun struktur organisasi Lembaga Bantuan Hukum Jakarta adalah
sebagai berikut:9

Selanjutnya, bentuk struktur kepengurusan Lembaga Bantuan Hukum

9
Arif Maulana, dkk, Catatan Akhir Tahun 2019, Reformasi Dikorupsi, Demokrasi
Direpresi, (Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum, 2019), h.5.
39

(LBH) Jakarta periode 2018-2021 adalah sebagai berikut:10

Direktur : Arif Maulana, S.H., M.H.


Bidang Internal : Uni Illian Marcianty, S.H.
Perpustakaan : Sri Haryanti
Arsiparis : Wulan Purnama Sari
Dokumentasi Elektronik : Sukadi
Keuangan : Santi Sudarwati
Ponco Septiana, S.E.
Wida Ajeng Wiyanti, S.E.
Kerumahtanggaan : Abdul Rosid
Resepsionis : Irma Apri Yulianti
Bagian Umum : Sagino
Transportasi : Juli Hartanto
Kaderisasi & Pengembangan : Jojor Juni Arta
Kampanye : Aditya Megantara, S. Sos.
Angga Miga Pramono, S. Sos.
Puti Andiyani, B.A.
Penggalangan Dana Publik : Khaerul Anwar
Amry Al Mursalaat, S.Pd.
Pengacara Publik : Pratiwi Febry, S.H.
Nelson Nikodemus Simamora, S.H
Oky Wiratama Siagian, S.H.
Citra Referandum, S.H
Ayu Eza Tiara, S.H., S.Sy.
Aprillia L Tengker, S.H.
Charlie Meidino Albajili, S.H.

10
LBH Jakarta, Struktur Organisasi LBH Jakarta, diakses dari
https://www.bantuanhukum.or.id/web/strukturorganisasi, pada tanggal 05 Juni 2020, pukul 20.00.
40

Andi Komara, S.H.


Shaleh Al Gifari, S.H.
Muhammad Rasyid Ridha S, S.H.
Yenny Silvia Sari Sirait, S.H.
Asisten Bantuan Hukum 2020 : Anastasia Resti Ermalasari, S.H.
Annisa Nur Fadhilah, S.H.
Chikita Edrini M, S.H.
Auditya Firza Saputra, S.H.
Rizky Arjuna T Girsang, S.H.
Sustira Dirga, S.H.
Teo Reffelsen, S.H.
Thomas Petrus Gekeng Tukan, S.H
Tiara Robiatul Adawiyah, S.H.

D. Kegiatan-Kegiatan Lembaga Bantuan Hukum Jakarta


Pemberian bantuan hukum merupakan salah satu cara untuk
mewujudkan access to justice bagi rakyat kurang mampu atas amanat
konstitusi. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
Tentang Bantuan Hukum yang menjadi dasar bagi negara untuk menjamin
warga negara, khususnya masyarakat kurang mampu, dalam mendapatkan
akses keadilan dan kesamaan di hadapan hukum. Undang-undang ini
kemudian menjadi payung hukum dalam pemberian bantuan hukum bagi
masyarakat melalui advokat maupun Organisasi Bantuan Hukum (OBH).11
Sebelum undang-undang Bantuan Hukum lahir, Lembaga Bantuan
Hukum (LBH) Jakarta telah memberikan layanan bantuan hukum khususnya
di wilayah Jabodetabek. Bantuan hukum yang diberikan oleh LBH Jakarta

11
Kegiatan LBH Jakarta dalam setiap tahunnya selalu dipublikasikan melalui Catatan
Akhir Tahun. Selengkapnya lihat Arif Maulana, dkk, Catatan Akhir Tahun 2019, Reformasi
Dikorupsi, Demokrasi Direpresi, (Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum, 2019).
41

kepada masyarakat adalah berupa konsultasi dan advokasi penanganan kasus.


LBH Jakarta juga merupakan lembaga yang berkomitmen untuk memajukan
keadilan gender di Indonesia dan telah banyak menerima pengaduan atas
kasus- kasus kekerasan dan diskriminasi gender.
LBH Jakarta baik secara mandiri maupun bersama-sama dengan
jaringan dalam masyarakat sipil mendampingi berbagai kasus yang dialami
Pembela HAM diantaranya seperti kriminalisasi terhadap Aktivis Free west
Papua, Surya Anta dkk. dan Dandhy Laksono yang aktif menyuarakan
persoalan pelanggaran hak-hak masyarakat Papua. Selain itu, LBH Jakarta
bersama tim advokasi untuk demokrasi juga aktif melakukan pemantauan
dan pendampingan terhadap pelajar maupun mahasiswa yang ditangkap dan
ditahan sewenang-wenang karena aksi menentang.12
Kegiatan LBH Jakarta adalah menyelenggarakan pelatihan paralegal.
Pada tahun 2019 lalu, LBH Jakarta menyelenggarakan pelatihan paralegal
sebanyak tiga kali. Pertama, bulan Februari 2019, LBH Jakarta telah
mengadakan Pelatihan Lanjutan Paralegal yang berhasil meningkatkan
kapasitas sebanyak 12 orang calon paralegal yang tahun sebelumnya telah
mengikuti Pelatihan Paralegal Dasar. Kedua, bulan Agustus, LBH Jakarta
kembali membuka Pelatihan Dasar Paralegal, pelatihan ini berhasil
mengumpulkan 21 orang calon paralegal. Ketiga pada bulan November 2019,
Pelatihan Lanjutan Paralegal, pelatihan ini diikuti oleh 14 orang calon
paralegal yang sebelumnya telah mengikuti Pelatihan Dasar Paralegal pada
bulan Agustus. Ketiga pelatihan tersebut diikuti oleh calon paralegal dari
beragam komunitas dampingan LBH Jakarta, seperti komunitas LGBTI,
disabilitas, perempuan, dan minoritas kepercayaan serta buruh perempuan.13
Sebagai salah satu jalan untuk penyadaran hukum masyarakat oleh
12
LBH Jakarta, https://bantuanhukum.or.id/tag/bantuan-hukum-keliling/, diakses pada
tanggal 05 Juni 2020, pukul 20.15
13
Catatan Akhir Tahun. Selengkapnya lihat Arif Maulana, dkk, Catatan Akhir Tahun
2019, Reformasi Dikorupsi, Demokrasi Direpresi, (Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum, 2019), h. 51.
42

LBH Jakarta, bantuan hukum keliling atau Mobile Legal Aid hadir untuk
memberi pemahaman hukum pada masyarakat. Melalui metode pendidikan
hukum dan pemberian konsultasi hukum gratis, LBH Jakarta berharap dapat
membantu permasalahan hukum yang sering dihadapi masyarakat. Tentunya
pendidikan hukum yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di
tempat pelaksanaan bantuan hukum keliling.14
Bantuan hukum keliling juga menjadi ajang mendekatkan diri antara
LBH Jakarta dengan masyarakat terkhusus penerima manfaat dari bantuan
hukum itu sendiri. Hal ini juga bisa menjadi pembelajaran bagi LBH Jakarta
dalam memberikan bantuan hukum. Mulai dari masalah hukum yang sering
dihadapi masyarakat hingga kondisi sosial di masyarakat adalah sebagian
kecil fakta yang terungkap.
Dalam memberikan pemahaman terhadap masyarakat, LBH Jakarta
setiap tahunnya selalu mengadakan Karya Latihan Bantuan Hukum
(Kalabahu) yang diikuti oleh mahasiswa, buruh, dan masyarakat lainnya.
Materi yang disampaikan dalam Kalabahu adalah mengenai Hak Asasi
Manusia, Bantuan Hukum Struktural, isu Minoritas dan Kelompok Rentan,
Perburuhan, Fair Trial, dan Perkotaan, serta Masyarakat Urban. Bagi para
peserta yang telah lulus dalam Kalabahu, dibuka kesempatan untuk
mendaftarkan diri sebagai Asisten Pengabdi Bantuan Hukum LBH Jakarta,
untuk masa pengabdian selama satu tahun.15
Dalam setiap seleksi penerimaan Asisten Pengabdi Bantuan Hukum
yang dilakukan oleh LBH Jakarta, tidak hanya dilakukan penilaian
berdasarkan pengetahuan, tapi juga melihat bagaimana seseorang memegang
teguh dan menghidupi nilai-nilai keadilan (di dalamnya termasuk keadilan
sosial dan keadilan gender), kemanusiaan, kesetaraan, feminisme, non-
14
LBH Jakarta, https://bantuanhukum.or.id/tag/bantuan-hukum-keliling/, diakses pada
tanggal 05 Juni 2020, pukul 20.17
15
Catatan Akhir Tahun. Selengkapnya lihat Arif Maulana, dkk, Catatan Akhir Tahun
2019, Reformasi Dikorupsi, Demokrasi Direpresi, (Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum, 2019), h. 43.
43

diskriminasi, kejujuran, demokrasi, dan keberpihakan pada mereka yang


tertindas dan dimarjinalkan. Kemudian juga, integritas dan kerendahan hati
juga merupakan dua hal yang tak kalah penting dari profesionalitas dan
pengetahuan.
Aktivitas internal LBH Jakarta yang juga rutin dilakukan adalah
Diskusi Redeeman yang merupakan kegiatan diskusi rutin internal LBH
Jakarta yang diselenggarakan setiap dua minggu sekali. Diskusi Redeem-an
ditujukan untuk memadukan semangat Redeeman (Rise for Democracy and
Humanity) dalam diskursus pemikiran sosial kritis dan gerakan bantuan
hukum struktural, yang menggunakan metode dialog serta diskusi rasional
serta kritis berdasarkan literasi. Selain sebagai wadah berbagi pengetahuan,
Redeeman juga menjadi wadah untuk mengasah kemampuan berargumentasi
dan menulis gagasan.16
Lembaga Bantuan Hukum Jakarta sebagai salah satu lembaga
pelayanan publik juga memiliki kewajiban memberikan layanan informasi
kepada masyarakat. Sebagai lembaga publik yang fokus pada pemberian
bantuan hukum, tentu saja informasi yang dimiliki LBH Jakarta terfokus
pada kasus-kasus yang dilaporkan masyarakat. Sehingga setiap periode akhir
tahun, LBH Jakarta selalu menerbitkan Catatan Akhir Tahun (Catahu) LBH
Jakarta yang isinya berupa opini, laporan data mengenai kasus yang diterima
oleh LBH Jakarta, pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi, serta
kegiatan lain yang dilakukan oleh LBH Jakarta pada periode tersebut.

16
Catatan Akhir Tahun. Selengkapnya lihat Arif Maulana, dkk, Catatan Akhir Tahun
2019, Reformasi Dikorupsi, Demokrasi Direpresi, (Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum, 2019), h. 38.
BAB IV
IMPLEMENTASI BANTUAN HUKUM OLEH LBH JAKARTA

A. Program Bantuan Hukum LBH Jakarta Kepada Masyarakat Kurang


Mampu
Penyelenggaraan pemberian bantuan hukum kepada masyarakat
kurang mampu merupakan upaya dalam memenuhi tanggungjawab negara.
Penyelenggaraan bantuan hukum tersebut merupakan bentuk perwujudan dari
negara hukum. Sebagai negara hukum, sudah seharusnya mengakui dan
melindungi serta menjamin hak asasi setiap warga negara yang memiliki
kedudukan sama di hadapan hukum (equality before the law)
Negara dalam melaksanakan tanggungjawabnya dalam memberikan
bantuan hukum kepada masyarakat dilaksanakan oleh lembaga bantuan
hukum. Lembaga bantuan hukum sebagai pelaksana pemberian bantuan
hukum merupakan amanat Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2011 tentang Bantuan Hukum. Penyelenggaraan bantuan hukum harus
berpegang teguh kepada 5 pilar, yaitu:1
1. Accesible, yakni bantuan hukum harus dapat diakses dengan mudah;
2. Affordability, di mana bantuan hukum dibiayai oleh negara;
3. Sustainable, yakni bantuan hukum harus terus ada dan tidak tergantung
pada donor sehingga negara harus menganggarkannya dalam APBN;
4. Credibility, di mana bantuan hukum harus dapat dipercaya dan
memberikan keyakinan bahwa yang diberikan adalah dalam rangka
peradilan yang tidak memihak (juga saat mereka menghadapi kasus
melawan negara, tidak ada keraguan tentang itu);

1
Kementerian Hukum dan HAM, Implementasi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum, (Jakarta: Kementerian Hukum Dan HAM Republik Indonesia, 2013), h.4.

44
45

5. Accountability, di mana pemberi bantuan hukum harus dapat memberikan


pertanggungjawaban keuangan kepada badan pusat dan kemudian badan
pusat harus mempertanggungjawabkan kepada parlemen.

Lembaga bantuan hukum (LBH) Jakarta sebagai salah organisasi


bantuan hukum secara mutatis mutandis memiliki tanggungjawab dalam
memberikan bantuan hukum kepada masyarakat. Bantuan hukum yang
diberikan oleh LBH Jakarta berfokus kepada masyarakat kurang mampu
terutama dalam bidang hak asasi manusia. Bentuk layanan bantuan hukum
yang diberikan oleh LBH Jakarta, yaitu:
1. Konsultasi hukum merupakan Program LBH Jakarta untuk memberikan
nasehat terkait permasalahan hukum kepada masyarakat dalam tahap Non
Litigasi
2. Pendampingan hukum yang dilaksanakan oleh LBH Jakarta yaitu proses
menangani permasalahan hukum masyarakat yang dilakukan pengacara
publik sampai tingkat pengadilan (Litigasi).
3. Penyuluhan hukum adalah salah satu kegiatan penyebarluasan informasi
dan pemahaman terhadap norma hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku kepada masyarakat
4. Pelatihan hukum adalah bagaimana membentuk dan mengembangkan
serta mengasah dan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan seputar
aspek hukum / legal.2

Program pemberian bantuan hukum kepada masyarakat dilakukan


secara bertahap oleh LBH Jakarta. Pertama pencari keadilan dapat melakukan
konsultasi hukum terlebih dahulu. Biasanya peserta dapat datang ke Gedung
LBH Jakarta di hari Senin- Kamis. Pencari keadilan datang ke LBH Jakarta

2
Wawancara dengan Syahroni Fadhil, Peserta pelatihan KALABAHU LBH Jakarta 2018,
pada tanggal 14 Juli 2020.
46

dengan membawa data diri/ KTP, Surat Keterangan Tidak Mampu/ KIS/ KIP/
BPJS yang dapat menunjukan bahwa dirinya termasuk dalam golongan tidak
mampu. Pencari keadilan akan didata terkait identitas dan kasus yang akan
dikonsultasikan. Setelah itu, pencari keadilan barulah dapat melakukan
konsultasi hukum dengan Pengacara Publik. Jika kasusnya masuk dalam
kriteria LBH Jakarta, maka kasus akan dibuatkan Legal Opinion dan dibawa ke
rapat kasus. Dalam rapat kasus tersebut akan ditentukan apakah kasus dapat
ditangani langsung atau hanya konsultasi berjalan. Secara lebih detail, teknis
pemberian bantuan hukum oleh LBH Jakarta adalah sebagai berikut:3
1. LBH Jakarta akan memberikan bantuan hukum secara gratis kepada
korban ketidakadilan khususnya warga DKI Jakarta dan sekitarnya
(Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, & Karawang)
dengan syarat-syarat tertentu.
2. Yang dimaksud dengan gratis adalah, klien tidak dibebani pembayaran
honorarium bagi pekerja pelayanan bantuan hukum.
3. Permasalahan yang diajukan klien harus mempunyai dasar hukum,
menyangkut kepentingan golongan kurang mampu, dan mengandung
dimensi pelanggaran hak asasi manusia yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat banyak dan atau berdampak luas terhadap nilai
nilai keadilan.
4. Calon klien harus mendaftarkan diri terlebih dahulu, dengan mengisi
formulir isian calon klien dengan memperlihatkan KTP/kartu tanda
pengenalnya (proses sebagaimana alur penanganan kasus) formulir isian
calon klien harus diisi dengan benar. Apabila dikemudian hari diketahui
adanya ketidakbenaran pada isian formulir, LBH Jakarta dapat
memutuskan hubungan dengan klien secara sepihak.

3
Wawancara dengan Aprillia Lisa Tengker, Pengacara Publik LBH Jakarta, pada tanggal 14
Juli 2020.
47

5. Calon klien dapat menunjukkan Surat Keterangan Tidak Mampu


(SKTM)
6. Waktu pendaftaran klien baru:
a. Senin s/d Kamis: Pukul 09:00 – 15:00 WIB.
b. Istirahat pukul 12:00 – 13:00 WIB.
c. Hari Sabtu dan Ahad serta hari hari libur nasional, kantor LBH
Jakarta tutup/libur.
7. Klien harus menanggung biaya-biaya resmi yang diminta oleh suatu
instansi dalam proses penanganan perkaranya. Biaya-biaya resmi dan
transportasi diterima langsung oleh bendahara LBH Jakarta yang akan
memberikan kwitansi dengan stempel LBH Jakarta.
8. Pengecualian bagi klien yang telah memenuhi persyaratan dan didanai
bantuan hukumnya oleh Negara (berdasarkan Undang-Undang Nomor 11
Tentang Bantuan Hukum) terdapat pedoman serta bantuan pembiayaan
yang sudah ditentukan.
9. LBH Jakarta sama sekali tidak membenarkan pekerja pekerjanya, baik
staf, asisten staf maupun karyawannya menerima/meminta biaya-biaya di
luar biaya-biaya tersebut di atas.

Mengingat banyak masyarakat kurang mampu yang membutuhkan


bantuan hukum, maka adanya LBH Jakarta menjadi sangat bermanfaat bagi
mereka. LBH Jakarta memiliki komitmen untuk memberikan bantuan kepada
masyarakat yang kurang mampu. Sehingga, setiap orang terutama yang
kurang mampu diharapkan mendapat keadilan dengan adanya bantuan hukum
dari LBH Jakarta.
Sejatinya konsepsi bantuan hukum dalam Undang-Undang Bantuan
Hukum merupakan suatu bentuk pemenuhan dan perlindungan hak dari
Negara bagi masyarakat kurang mampu yang berhadapan dengan hukum.
48

Sebelumnya, Negara tidak melakukan pemenuhan hak atas bantuan hukum


bagi masyarakat. Justru peranan tersebut dimulai dan terus dilakukan secara
mandiri dan swadaya oleh masyarakat sipil yang dipelopori oleh LBH Jakarta
kemudian terus berkembang bersama lahirnya organisasi masyarakat sipil
yang bergerak pada isu bantuan hukum seperti Perhimpunan Bantuan Hukum
dan HAM Indonesia (PBHI), LBH Masyarakat, LBH Apik, LBH Pers, LBH
Mawar Saron, LKBH Kampus, Elsam, Kontras, Walhi, dan sebagainya.4.
Dalam memberikan bantuan hukum, bentuk partisipasi LBH Jakarta
lebih kepada memberikan konsultasi hukum, pendampingan hukum,
pendidikan hukum, kampanye, riset, dan advokasi kebijakan. Semua ini
dilakukan dengan melibatkan klien/pencari keadilan. Jadi, klien/pencari
keadilan dapat ikut berproses dalam kasusnya. Harapannya, klien/pencari
keadilan juga memiliki pengalaman dan pengetahuan, lalu mereka dapat juga
memberikan bantuan hukum ke orang lain berdasarkan pengetahuan yang
mereka miliki. LBH Jakarta meyakini bahwa tiap orang dapat menyuarakan
hak-haknya ketika mereka mengetahui apa yang dapat mereka lakukan.
Oleh karena pentingnya pemberian bantuan hukum, baik konsultasi
maupun penyelesaian permasalahan klien di Pengadilan, maka agar peran LBH
Jakarta lebih maksimal sudah selayaknya mengikuti ketentuan yang terdapat
dalam Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Pemberi
bantuan hukum yang tergabung dalam LBH Jakarta biasa disebut dengan
pengacara publik yang katergorinya diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang menyatakan bahwa untuk dapat
diangkat menjadi Advokat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. warga negara Republik Indonesia
b. bertempat tinggal di Indonesia

4
Kementerian Hukum Dan HAM, Laporan Tahunan Implementasi Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, (Jakarta: Kementrian Hukum Dan HAM Republik Indonesia,
2013) h.5.
49

c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara


d. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun
e. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1)
f. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat
g. magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor
Advokat
h. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
i. berperilaku baik, jujur, bertanggungjawab, adil, dan mempunyai integritas
yang tinggi.

Aktivitas pemberian bantuan hukum di LBH Jakarta sudah ada


sebelum Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan
Undang-Undang Bantuan Hukum muncul. Dari awal didirikan, pemberi
bantuan hukum dari LBH Jakarta bukan hanya Advokat, tetapi da juga
paralegal, akademisi, bahkan sarjana ilmu lain. Undang-Undang Bantuan
Hukum mengakomodasi perluasan pemberi bantuan hukum selain Advokat.
Hal ini memberikan dasar hukum yang jelas bagi mahasiswa, paralegal, atau
akademisi lain yang tergabung dalam LBH Jakarta untuk dapat
memberikan bantuan hukum.5
Dalam memberikan bantuan hukum, LBH Jakarta mengkategorikan
empat jenis kasus yang menjadi prioritas, yaitu:6
1. Kasus Perburuhan: pemberangusan serikat pekerja, PHK sepihak,
kriminalisasi pekerja, pidana perburuhan, pelanggaran hak normatif,
pelanggaran K3, pelanggaran kekerasan seksual di tempat kerja, buruh
migran, dan pekerja rumah tangga.

5
Wawancara dengan Aprillia Lisa Tengker, Pengacara Publik LBH Jakarta, pada tanggal 14
Juli 2020.
6
Wawancara dengan Aprillia Lisa Tengker, Pengacara Publik LBH Jakarta, pada tanggal 14
Juli 2020.
50

2. Kasus Minoritas dan Masyarakat Rentan: perempuan, anak, LGBTIQ,


kekerasan seksual, minoritas agama/keyakinan, difabel, korban
pelanggaran HAM masa lalu.
3. Kasus Perkotaan dan Masyarakat Urban: penggusuran paksa,
Pendidikan, transportasi, hak atas air dan udara, data pribadi, hak atas
tempat tinggal, hak atas berusmaha.
4. Kasus Peradilan yang Tidak Adil: penyiksaan, pelanggaran hak-hak
tersangka/terdakwa/terpidana, salah tangkap, kriminalisasi

Secara kelembagaan, salah satu hal yang berpengaruh bagi LBH


Jakarta maupun OBH lainnya adalah akreditasi. Sebenarnya, LBH Jakarta
tidak terlalu berpengaruh tentang akreditasi, namun akreditasi akan sangat
mempengaruhi OBH karena terkait biaya bantuan hukum dari Negara yang
disalurkan melalui BPHN. Jika penanganan kasus suatu OBH banyak, maka
akreditasi akan semakin bagus. Akreditasi makin bagus, penyerapan dana
bantuan hukum sebuah OBH juga akan makin besar. Ini sebenarnya menjadi
masalah untuk LBH-LBH yang aktivitas bantuan hukumnya tidak selalu
menyangkut kasus-kasus seperti yang diisyaratkan oleh turunan peraturan
Undang-Undang Bantuan Hukum. Misalnya dalam kasus pidana, yang bisa
dilaporkan ke BPHN hanya ketika mendampingi pelaku, sedangkan
pendampingan korban tidak masuk kriteria. Hal ini dapat mempengaruhi
akreditasi. Padahal diketahui bahwa ruang lingkup dari bantuan hukum sangat
luas sehingga seharusnya BPHN tidak membatasi kegiatan bantuan hukum
yang diberikan oleh OBH.7
Berkaitan dengan hal tersebut, program bantuan hukum yang
diselenggarakan oleh LBH Jakarta adalah seperti memberikan konsultasi
hukum, pendampingan hukum secara litigasi maupun nonlitigasi, penyuluhan
7
Wawancara dengan Aprillia Lisa Tengker, Pengacara Publik LBH Jakarta, pada tanggal 14
Juli 2020.
51

hukum dan HAM di komunitas/masyarakat, pelatihan hukum dan HAM di


komunitas/masyarakat, penelitian, advokasi kebijakan, pendokumentasian
kasus, kampanye, dan penggalangan dana publik.
Selanjutnya peran LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum
bagi masyarakat kurang mampu pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2003 tentang Advokat tidak terlalu berpengaruh ketika undang-undang
tersebut sebelum dan sesudah terbit. Akan tetapi, dengan adanya kewajiban
melakukan bantuan hukum bagi Advokat, masyarakat harusnya makin mudah
mendapatkan bantuan hukum dari Advokat.

B. Manfaat Program LBH Jakarta yang Didapatkan Oleh Masyarakat


Program-program yang dilaksanakan oleh LBH Jakarta harus
memberikan manfaat kepada masyarakat, sesuai dengan prinsip pengabdi
bantuan hukum yakni mengabdi kepada nilai-nilai lembaga (penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia), Non Diskriminatif, Integratif, Demokratif, dan
Partisipatif.
Peran perlindungan hukum dalam memberikan perlindungan akan
harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang
dimiliki oleh subyek hukum sangat dibutuhkan. Dalam mewujudkan
ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat, maka dibutuhkan
adanya suatu hukum yang mengatur tingkah laku masyarakat. Dalam
kehidupan sosial, hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan
masyarakat.
LBH Jakarta sebagai organisasi bantuan hukum dalam praktiknya
banyak memberikan bantuan hukum terhadap masyarakat. Niti Amini
merupakan salah satu masyarakat yang merasakan manfaat dari LBH Jakarta,
LBH Jakarta dalam membantu permasalahan Niti Amini secara aktif
memberikan bantuan hukum berupa konsultasi hukum, mengumpulkan data,
52

dan investigasi lapangan. Selain memberikan bantuan hukum, Niti Amini juga
menyampaikan bahwa LBH Jakarta telah banyak memberikan pengetahuan
hukum kepadanya. Niti Amini yang dulunya buta hukum secara perlahan
mengetahui sedikit demi sedikit materi tentang hukum. Bahkan, Niti Amini
juga diajarkan untuk menghadapi pihak Kepolisian, melakukan demontrasi
untuk menyuarakan hak-haknya.
Kasus hukum yang dialami oleh Niti Amini berkaitan dengan
lingkungan. Kasus tersebut sebagaimana disampaikan oleh Niti Amini bahwa:
“Pernah terjadi suatu permasalahan mengenai kasus pengembang
perumahan yang berbuat sewenang-wenang terhadap lingkungan saya dan
keluarga saya, pengembang tersebut juga melarang untuk menanam
pohon. Apabila masyarakat menanam pohon, maka pohon tersebut akan di
babat habis. Saya juga diintimidasi sehingga akhirnya saya melawan dan
melaporkan permasalahan tersebut ke LBH Jakarta.”8
Manfaat program pelatihan yang diselenggarakan oleh LBH Jakarta,
sebagaimana disampaikan oleh Syahroni Fadhil salah satu peserta pelatihan
pendidikan Kalabahu pada tahun 2017. Syahroni Fadhil menyampakikan
bahwa:
“Saya mengikuti program pelatihan Kalabahu pada tahun 2017,
manfaat yang saya dapatkan dalam mengkuti program tersebut yakni
pemahaman bantuan hukum, bantuan hukum secara struktural, metode-
metode penanganan hukum secara kemanusiaan, bentuk-bentuk
pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah, membentuk pribadi pribadi
sarjana hukum yang peduli dengan keberlangsungan hukum yang ada di
Indonesia yang berbasis kepada hak asasi manusia.”9

Manfaat dari program penyuluhan dan konsultasi hukum, yang


dirasakan oleh masyarakat sebagaimana pernyataan dari Welly Saputra salah
satu peserta penyuluhan dan konsultasi, menyampaikan bahwa:

8
Wawancara dengan Niti Amini, Klien LBH Jakarta, pada tanggal 16 Desember 2020.
9
Wawancara dengan SyahronI Fadhil, Peserta pelatihan Kalabahu 2017, pada tanggal 01
Februari 2021.
53

“Program penyuluhan konsultasi hukum yang dilakukan LBH Jakarta


sangat bermanfaat untuk masyarakat, khususnya saya dapat memahami
hukum-hukum yang berlaku di Indonesia. Setelah penyuluhan LBH
Jakarta membuka sesi konsultasi, dari sesi konsultasi tersebut juga
memiliki manfaat tersendiri yaitu solusi dan arahan dari LBH Jakarta
terkait permasalahan hukum yang saya alami.10
Program pendampingan hukum yang dilakukan oleh LBH Jakarta
berdasarkan keterangan dari masyarakat yang menerimanya, memiliki
manfaat berupa wawasan hukum dan terbantunya proses di pengadilan.
Sedangkan manfaat program pelatihan hukum yang diterima masyarakat
mendapat pemahaman mengenai bantuan hukum, metode-metode penanganan
hukum secara kemanusian dan bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan
oleh pemerintah. Selanjutnya manfaat untuk program penyuluhan dan
konsultasi hukum yaitu dapat memahami hukum-hukum yang berlaku di
Indonesia, setelah penyuluhan LBH Jakarta membuka sesi konsultasi, dari
sesi konsultasi tersebut juga memiliki manfaat tersendiri yaitu solusi dan
arahan dari LBH Jakarta terkait permasalahan hukum yang dialaminya.

C. Kendala yang Dihadapi Oleh LBH Jakarta dalam Memberikan Bantuan


Hukum Kepada Masyarakat Kurang Mampu
Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan variabel yang
mempunyai korelasi dan interdependensi dengan faktor-faktor yang lain. yaitu
komponen substansi, struktur dan kultural. Beberapa komponen tersebut
termasuk ruang lingkup bekerjanya hukum sebagai suatu sistem. Faktor-faktor
ini akan sangat menentukan proses penegakan hukum dan kegagalan pada
salah satu komponen akan berimbas pada faktor lainnya. 11 Faktor substansi,
struktur, dan kultural akan sangat menentukan proses penegakan hukum atau

10
Wawanca dengan Welly Saputra, Peserta penyuluhan dan konsultasi hukum LBH Jakarta,
pada tanggal 03 Februari 2021.
11
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum: Suatu Tinjauan Sosiologis, (Jakarta: Genta
Publishing, 2009), h. viii.
54

proses pelaksanaan bantuan hukum bagi masyarakat kurang mampu dalam


mencari keadilan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Undang-Undang Bantuan Hukum saat
ini hanya memberikan bantuan hukum kepada kelompok masyarakat kurang
mampu yang dibuktikan dengan adanya Surat Keterangan Kurang mampu. Hal
tersebut berdasarkan Pasal 14 ayat (1) butir c Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Sedangkan di sisi lain, ada kebutuhan
bantuan hukum juga dari kelompok- kelompok rentan seperti anak,
perempuan, masyarakat adat dan penyandang disabilitas terlepas dari kondisi
ekonomi mereka.
Selain memberikan jasa hukum kepada masyarakat melalui advokat,
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum mempunyai
bertujuan yang lebih luas, yakni untuk menjamin dan memberikan kemudahan
akses terhadap keadilan. Saat ini Undang-Undang Bantuan Hukum masih
sangat terbatas pada pemberian jasa hukum kepada masyarakat kurang
mampu. Dua tujuan yang lebih besar di atas mensyaratkan pula adanya
peningkatan kualitas pemberi bantuan hukum, baik secara organisasional
maupun secara personal.
Selain terdapat kendala dalam regulasi, terdapat juga kendala yang
dialami oleh pemberi bantuan hukum. Dalam hal ini kendala yang dihadapi
oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat
kurang mampu adalah ketersediaan sumber daya manusia dalam pemberian
bantuan hukum yang terbatas, padahal diketahui jumlah pencari keadilan dan
kasus yang masuk sangat banyak. Jadi, tidak semua kasus dapat ditangani
langsung oleh LBH Jakarta disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang
dimiliki.12

12
Wawancara dengan Aprillia Lisa Tengker, Pengacara Publik LBH Jakarta, pada tanggal 14
Juli 2020.
55

Banyaknya para pencari keadilan tersebut berasal dari berbagai latar


belakang yang bermacam-macam. Ada yang datang mengadu sendiri
maupun berkelompok. Dari berbagai latar belakang pekerjaan, gender, tempat
tinggal wilayah (Jabodetabek, provinsi lain, bahkan dari luar negeri), usia,
pendidikan, dan penghasilan. Dari sisi masyarakat kurang mampu yang
merupakan penerima bantuan hukum, terdapat beberapa faktor-faktor yang
menyebabkan masyarakat sulit untuk mendapatkan akses bantuan hukum,
yaitu:13
1. Biaya untuk jasa Pengacara yang cenderung tinggi. Hal ini membuat
orang segan untuk mencari bantuan hukum karena sudah memikirkan
biaya yang akan dia keluarkan untuk mendapatkan bantuan hukum.
2. Ketersediaan Organisasi Bantuan Hukum (OBH)/ Pengacara yang mau
melakukan bantuan hukum Cuma-Cuma (probono) yang belum merata di
tiap propinsi di Indonesia. Belum setiap wilayah sudah memiliki
OBH/Pengacara yang mau memberikan bantuan hukum secara Cuma-
Cuma.
3. Informasi mengenai adanya OBH/Pengacara yang mau melakukan
bantuan hukum Cuma-Cuma (pro bono) di suatu wilayah. Walau siudah
ada OBH/Pengacara pro bono, tapi informasinya masih belum tersebar di
suatu wilayah.
4. Masyarakat tidak tahu jika mereka memiliki hak atas bantuan hukum.
Informasi mengenai Bantuan Hukum tidak disebarkan secara luas oleh
negara. Kita bisa lihat ini dengan jelas ketika masyarakat harus
berhadapan dengan Negara. Misalnya, para tersangka kasus pidana yang
tidak didampingi Pengacara karena tidak tahu kalau mereka berhak dan
Polisi tidak memberi tahu dan tidak memberikannya.

13
Wawancara dengan Aprillia Lisa Tengker, Pengacara Publik LBH Jakarta, pada tanggal 14
Juli 2020.
56

Banyaknya pencari keadilan dan terbatasnya sumber daya manusia


yang dimiliki oleh LBH Jakarta menyebabkan terjadinya hambatan dalam
memberikan bantuan hukum. Oleh karena itu sangat dibutuhkan peran serta
bantuan dari pemberi bantuan hukum dalam organisasi bantuan hukum
lainnya dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat kurang
mampu dalam mempermudah mereka mendapatkan akses keadilan.
Adapun kendala lain yang dihadapi oleh LBH Jakarta dalam
memberikan bantuan hukum kepada masyarakat kurang mampu selain, berupa
keterbatasan sumber daya manusia juga dalam segi pendanaan. Didalam
memberikan bantuan hukum selama ini LBH Jakarta mendapatkan sumber
dana dari beberapa donatur, yang dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam
bentuk info grafik.
Tabel 4.1: Jumlah Pemasukan Dana 2019

Dari info grafik tersebut tergambarkan bahwa pendanaan LBH Jakarta


bersumber dari, yaitu:
1. Crowdfunding
LBH Jakarta membuka pendanaan dari publik yang bernama
SIMPUL (Solidaritas Masyarakat Peduli Keadilan). Masyarakat dapat ikut
57

berpartisipasi untuk menjadi partisipan aktif untuk memberikan dana


dalam mendukung kerja pemberian bantuan hukum LBH Jakarta.
2. Donor
LBH Jakarta membuka peluang donor untuk pendanaan, berupa
program donatur autodebet yang bernama program SIMPUL autodebet,
dari awalnya berjumlah 27 SIMPUL Autodebet hingga kini SIMPUL
Autodebet sudah melibatkan 436 orang (jumlah donatur autodebet dalam 5
tahun terakhir). Adapun terdapat donatur lain yang setiap bulannya secara
rutin memberikan donasi untuk pelayanan bantuan hukum gratis yang
dikerjakan LBH Jakarta.
3. Dana BPHN
Di Kemenkumham terdapat dana untuk Organisasi Bantuan Hukum
yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang
bantuan hukum. 14
4. APBD
Sumber pendanaan LBH Jakarta juga berasal dari APBD Pemprov
DKI Jakarta namun, sumber pendanaan LBH Jakarta dari APBD Pemprov
DKI Jakarta terdapat masalah berupa larangan bantuan dana kepada
organisasi dalam bentuk hibah yang tertuang dalam Permendagri Nomor
32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial,
melarang satu organisasi menerima hibah APBD dalam setiap tahun.
Sebagaimana hal ini dimuat dalam kolom berita kompas.com. lebih detail
dijabarkan bahwa LBH Jakarta terakhir menerima hibah dari DKI tahun
2015, yaitu sebesar Rp 830 juta. Adapun, Agar bisa rutin mendukung
kegiatan LBH, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan
pihaknya berencana menelurkan Perda Bantuan Hukum. Menurut Anies,

14
Wawancara dengan Aprillia Lisa Tengker, Pengacara Publik LBH Jakarta, pada tanggal 14
Juli 2020.
58

dengan Perda itu, sehingga DKI bisa menunjang kegiatan LBH tanpa
mekanisme dana hibah.15
Dari sumber pendanaan LBH Jakarta yang sudah dipaparkan diatas,
lebih lanjut catahu LBH Jakarta menerangkan adanya kendala dalam segi
pendanaan yang mengalami penurunan selama lima tahun terakhir, yang
digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 4.2: Perbandingan Donatur Bergabung Selama 5 Tahun Terakhir

Ditengah-tengah penurunan sumber pendanaan LBH Jakarta selama


lima tahun terakhir yang berdampak pada kelanjutan program LBH Jakarta
kedepannya membuat pendanaan menjadi faktor yang sangat penting dalam
menghidupkan organisasi bantuan hukum.
Adapun sumber pendanaan ini digunakan dalam bentuk menganani
kasus dan advokasi, pengeluaran operasional, produk merchandise, anggaran
event dan pengeluaran gaji staff, relawan dan pengacara.16

15
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/14/21590411/anies-bahas-kendala-salurkan-
bantuan-dana-ke-lbh, diakses pada tanggal 21 Februari 2021, pukul 17:31 WIB.
16
Catatan Akhir Tahun. Selengkapnya lihat Arif Maulana, dkk, Catatan Akhir Tahun 2019,
Reformasi Dikorupsi, Demokrasi Direpresi, (Jakarta: Lembaga Bantuan Hukum, 2019), h. 129.
59

D. Dinamika Negara Hukum Didalam Menjamin Ketersediaan Bantuan


Hukum bagi Setiap Warga Negara
Fundamental dasar negara hukum berupa asas equality before the law
dimana menjunjung tinggi prinsip kesederajatan bagi setiap orang dihadapan
hukum. Maka dari itu terpenuhinya hak warga negara atas bantuan hukum
menjadi kewajiban negara.
Pemberian bantuan hukum merupakan kewajiban negara dan negara
yang menentukan syarat- syarat bagi pemberi dan penerima bantuan hukum.
Cara negara memberikan bantuan hukum adalah dengan menyediakan dana
kepada pemberi bantuan hukum. Selain sebagai kewajiban negara, bantuan
hukum juga untuk mewujudkan kesejahteraan dengan menyediakan dana
bantuan hukum dalam APBN untuk merealisasikan tanggung jawab
konstitusionalnya mendanai program bantuan hukum. Sebagai wujud dari
tanggung jawab negara terhadap fakir miskin yang diatur dalam Pasal 34 ayat
(1) UUD 1945. Hak-hak fakir miskin yang diakui oleh UUD 1945 menjadi
relevan untuk didukung dengan dana yang diperoleh dari negara maupun
masyarakat.17
Negara didalam menjalankan kewajiban tersebut tidak serta merta
hadir dalam wujud kongkret sebagai sebuah negara, namun melalui cara tidak
langsung dengan melahirkan organisasi bantuan hukum (OBH), dimana dalam
skripsi ini organisasi bantuan hukum yang dimaksud adalah LBH Jakarta.
LBH Jakarta pada dasarnya memiliki tujuan menyediakan bantuan hukum
untuk masyarakat tidak mampu. adapun jenis kasus yang menjadi prioritas
yang ditangani oleh LBH Jakarta, yaitu; kasus perburuhan, kasus minoritas,
masyarakat rentan, kasus perkotaan, dan masyarakat urban, kasus peradilan
yang tidak adil.cuma-cuma (probono) kepada semua warga negara yang tidak
sanggup.
17
Febri Handayani, Bantuan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016), h. 9.
60

Ditengah-tengah kewajiban negara hukum didalam menyediakan


bantuan hukum bagi warga negara yang didalam konteks ini, termanifestasi
dalam peran dan program yang dijalankan oleh LBH Jakarta nyatanya,
mengalami beberapa kendala, antara lain: Pasal 14 ayat (1) butir c Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum, yang dimana
mendefinisikan bahwa bantuan hukum hanya dapat diberikan kepada
kelompok masyarakat yang kurang mampu. Sedangkan disisi lain, terdapat
kelompok rentan yang membutuhkan bantuan hukum secara cuma-cuma
seperti anak, perempuan, masyarakat adat, penyandang disabilitas terlepas
dari kondisi ekonomi mereka. Kendala lain yang peneliti temukan kurangnya
ketersedian sumber daya manusia dalam pemberian bantuan hukum didalam
struktural organisasi LBH Jakarta, didalam kondisi jumlah pencari keadilan
dan jumlah kasus yang masuk sangat banyak. Kendala terakhir yang peneliti
temukan yakni adanya hambatan dalam segi pendanaan, dimana pendanaan
tersebut menjadi faktor penting untuk mendukung operasional LBH Jakarta.
Dinamika perjalanan negara hukum didalam memberikan bantuan
hukum bagi warga negara yang dikongkretisasi dalam bentuk organisasi
bantuan hukum mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaan nya, maka
dari itu hal yang dapat disarankan oleh peneliti ialah negara harus mampu
menyediakan produk hukum (Undang-Undang) yang mampu mengatur secara
spesifik dan mengakomodasi beragam kebutuhan yang akan datang, disisi lain
Negara juga perlu memaksimalkan peran LBH Jakarta dengan cara
memberikan tambahan sumber daya manusia sebagai pihak yang memberikan
bantuan hukum, dan juga memberikan dukungan dalam segi pendanaan
operasional.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, untuk mengakhiri pembahasan dalam
penelitian ini, maka peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Adapun program bantuan hukum yang dilakukan oleh LBH Jakarta
kepada masyarakat kurang mampu adalah dengan memberikan
pendidikan kalabahu, penyuluhan, konsultasi, melakukan mediasi,
mendampingi masyarakat baik di kepolisian maupun berperkara di
pengadilan.
2. Manfaat yang didapatkan oleh masyarakat yang mendapatkan bantuan
hukum dari LBH Jakarta adalah terbantu menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya serta mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
tentang hukum dari LBH Jakarta.
3. Kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan
hukum kepada masyarakat kurang mampu adalah ketersediaan sumber
daya manusia dalam pemberian bantuan hukum yang terbatas, padahal
diketahui jumlah pencari keadilan dan kasus yang masuk sangat
banyak. Jadi, tidak semua kasus dapat ditangani langsung oleh LBH
Jakarta disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki.
Dan kendala lainnya yaitu dalam pendanaan .

B. Rekomendasi
Adapun saran yang diberikan oleh Peneliti berkaitan dengan
pelaksanaan bantuan hukum adalah sebagai berikut:
1. Didalam memaksimalkan pemberian bantuan hukum bagi warga negara
dapat diwujudkan dengan merevisi Pasal 14 ayat (1) butir c Undang-

61
62

undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan hukum yang hanya


terbatas pemberian jasa hukum bagi masyarakat kurang mampu menjadi
berlaku kepada kelompok-kelompok rentan, anak, perempuan, masyarakat
adat dan penyandang disabilitas.
2. Adapun kendala lain yang muncul didalam memberikan bantuan hukum
yang dilakukan oleh LBH Jakarta dapat ditanggulangi dengan kerjasama
antara LBH Jakarta, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat .Didalam
mewujudkan ketersedian sumber daya manusia sebagai pihak yang
memberikan bantuan hukum beserta dukungan dalam segi pendanaan
untuk operasional LBH Jakarta.
3. Didalam mengundang masyarakat agar turut aktif berpartisipapsi dalam
hal bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu dapat diwujudkan
melalui kerjasama LBH Jakarta dengan pemerintah maupun berbagai
pihak melalui kampanye ataupun acara sosial lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Abdurrahman. 1983. Aspek-Aspek Bantuan Hukum di Indonesia. Jakarta: Penerbit
Cendana Press.
AUSAID, YLBHI, PSHK, dan IALDF. 2008. Panduan Bantuan Hukum di Indonesia
(Pedoman Anda Memahami Dan Menyelesaikan Masalah Hukum). Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Farkhani. 2018. Filsafat Hukum: Paradigma Modernisme Menuju Post Modernisme.
Solo: Kafilah Pubhlishing.
Hadjon, Philiphus M. 2007. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia.
Jakarta: Peradaban.
Handayani, Febri. 2016. Bantuan Hukum di Indonesia. Yogyakarta: Kalimedia.
Harahap, M. Yahya. 2009. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta: Sinar Grafika.
Ishaq. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Kementerian Hukum dan HAM. 2013. Laporan Tahunan Implementasi Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Jakarta: Kementerian
Hu kum Dan HAM Republik Indonesia.
Laksono, Fajar, Ed. 2007. Hukum Tak Kunjung Tegak: Tebaran Gagasan Otentik
Prof. Dr. Mahfud MD. Bandung: Citra Aditya Bakti..
Lubis, M. Solly. 1994. Filsafat Ilmu dan Penelitian. Bandung: CV. Mandar Maju
M. Friedman, Lawrence dalam Marlina. 2009. Peradilan Pidana Anak di Indonesia.
Bandung: PT. Rafika Aditama.
Mangesti, Yovita A. & Bernard L. Tanya. 2014. Moralitas Hukum. Yogyakarta:
Genta Publishing.
Maulana, Arif dkk. 2019. Catatan Akhir Tahun 2019: Reformasi dikorupsi
Demokrasi direpresi. Jakarta: LBH Jakarta.
Moleong, Lexi J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasution, Adnan Buyung. 2009. Bantuan Hukum di Indonesia dalam Bambang

63
64

Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Bandung: Mandar Maju.
Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Rawls, John. 1973. A Theory of Justice. London: Oxford University.
Soekanto, Soerjono. 1983. Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Soeprato, Maria Farida Indrati. 1998. Ilmu Perundang-Undangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Sulistiyono, Adi. Negara Hukum: Kekuasaan, Konsep, dan Paradigma Moral. 2007.
Surakarta: Lembaga Pengembengan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan
dan percetakan UNS (UNS PRESS) Universitas Sebelas Maret.
Tanya, Bernard L dkk. 2013. Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang
dan Generasi. Yogyakarta: Genta Publising.
Wirawan, Ketut, dkk. 2016. Buku Ajar Pengantar Filsafat Hukum. Denpasar:
Fakultas Hukum Universitas Udayana.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Bantuan
Hukum.

JURNAL
Dwisvimiar, Inge. 2011. Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum, Jurnal
Dinamika Hukum, Volume 11 Nomor 3.
Mamahit, Ricko. 2013. Kedudukan dan Fungsi Lembaga Bantuan Hukum dalam
Memberikan Bantuan Hukum kepada Masyarakat yang Kurang Mampu.
Jurnal Lex Crimen Volume 2 Nomor 4.
65

INTERNET
Kamus Besar Bahasa Indoesia (KBBI) Online, https://kbbi.web.id/perlindungan,
diakses pada tanggal 01 Juni 2020, pukul 14.00
Kepastian Hukum, http//www.surabayapagi.com/, diakses pada tanggal 01 Juli
2019, Pukul 10.00 WIB.
LBH Jakarta, Struktur Organisasi LBH Jakarta, diakses dari
https://www.bantuanhukum.or.id/web/struktur-organisasi/, pada tanggal 05
Juni 2020, pukul 20.00
Simpul LBH Jakarta, Sejarah, diakses dari
https://simpul.bantuanhukum.or.id/sejarah/, pada tanggal 05 Juni2020, pukul
16:30 WIB.
Kendala Salurkan Bantuan ke LBH, diakses dari
Https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/14/21590411/anies-bahas
kendala-salurkan-bantuan-dana-ke-lbh, pada tanggal 21 Februari 2021, pukul
17:31 WIB.
LAMPIRAN
TRANSKIP WAWANCARA
“Perlindungan Hukum bagi Masyarakat Kurang Mampu dan Peranan
Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia (Studi pada Lembaga Bantuan Hukum
Jakarta Pasca Lahir Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum)”

Pengantar :

Penelitian ini diajukan atas nama Muhammad Husein Haekal mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu terkait
Perlindungan Hukum bagi Masyarakat Kurang Mampu dan Peranan Lembaga Bantuan
Hukum di Indonesia (Studi pada Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Pasca Lahir Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum).

Keterlibatan Bapak/Ibu/Saudara/i sebagai informan/responden menjadi penting untuk


membantu peneliti dalam memahami hal tersebut diatas. Bapak/Ibu/Saudara/i akan diminta
untuk memberikan jawaban dan tanggapan mengenai permasalahan yang akan diteliti. Selain
itu, dibutuhkan juga identitas Bapak/Ibu/Saudara/i sebagai informan dalam penelitian ini.

Identitas Informan
1. Nama : Aprillia Lisa Tengker, S.H.
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 April 1991
3. Umur : 29 tahun
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Pendidikan Terakhir : S1 Hukum Universitas Trisakti Jakarta
6. Profesi : Pengacara Publik
7. Nomor Telp / email : 081296988357 / aprillia@bantuanhukum.or.id
8. Alamat : Bekasi, Jawa Barat

Jakarta, 14 Juli 2020

Aprillia Lisa Tengker, S.H.

(Informan) (Peneliti)

66
67

Pertanyaan:

1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu/Saudara/i berperan aktif di LBH Jakarta?


 Sudah 4 tahun di LBH Jakarta
2. Bagaimanakah sejarah dan perkembangan LBH Jakarta?
 Terkait sejarah bisa ditonton di video ini:
https://www.youtube.com/watch?v=oCySQXlEbyU
https://www.youtube.com/watch?v=RAQ64K0t5oQ
https://www.youtube.com/watch?v=6pyadtOUNzg
https://www.youtube.com/watch?v=MGjUy2NeyAM
 Videonya tahun 2016 tapi masih relevan sampai sekarang. Bedanya,
yg diwawancara itu Alghifari Aqsa, S.H., Direktur tahun 2015-2018.
Saat ini, direkturnya Arif Maulana, S.H., M.H. (2018-2021).
3. Kegiatan apa saja yang diselenggarakan oleh LBH Jakarta?
 LBH Jakarta melakukan hal-hal seperti konsultasi hukum,
pendampingan hukum secara litigasi maupun nonlitigasi, penyuluhan
hukum dan HAM di komunitas/masyarakat, pelatihan hukum dan
HAM di komunitas/masyarakat, penelitian, advokasi kebijakan,
pendokumentasian kasus, kampanye, dan penggalangan dana publik.
4. Berapakah jumlah rata-rata masyarakat kurang mampu yang meminta bantuan
hukum kepada LBH Jakarta setiap tahunnya?
 Jumlah masyarakat kurang mampu yang meminta bantuan hukum atau
biasanya kami sebut dengan pencari keadilan yang datang ke LBH
dapat dilihat setiap tahunnya di Catatan Akhir Tahun LBH Jakarta.
Catahu dapat diakses di website LBH Jakarta. Untuk 5 tahun terakhir,
rata-rata pencari keadilan mencapai 55.481 orang. Namun, tiap tahun
jumlahnya tidak konsisten. Ada tahun dimana kami menerima banyak
sekali pencari keadilan. Info 5 tahun terakhir dapat diunduh di
https://www.bantuanhukum.or.id/web/reformasi-dikorupsi-demokrasi-
direpresi/
5. Bagaimanakah rata-rata profil masyarakat kurang mampu di LBH Jakarta?
 Para pencari keadilan berasal dari berbagai latar belakang yang
bermacam-macam. Ada yang datang mengadu sendiri maupun
berkelompok. Dari berbagai latar belakang pekerjaan, gender, tempat
tinggal wilayah (Jabodetabek, propinsi lain, bahkan dari luar negeri),
usia, Pendidikan, dan penghasilan. Sangat variatif.
6. Kasus apa sajakah yang menjadi prioritas LBH Jakarta?
68

 Kami mengkategorikan ke 4 jenis kasus yaitu:


1) Kasus Perburuhan: pemberangusan serikat pekerja, PHK
sepihak, kriminalisasi pekerja, pidana perburuhan, pelanggaran
hak normatif, pelanggaran K3, pelanggaran kekerasan seksual
di tempat kerja, buruh migran, dan pekerja rumah tangga, dll.
2) Kasus Minoritas dan Masyarakat Rentan: perempuan, anak,
LGBTIQ, kekerasan seksual, minoritas agama/keyakinan,
difabel, korban pelanggaran HAM masa lalu, dll.
3) Kasus Perkotaan dan Masyarakat Urban: penggusuran paksa,
Pendidikan, transportasi, hak atas air dan udara, data pribadi,
hak atas tempat tinggal, hak atas berusaha, dll.
4) Kasus Peradilan yang Tidak Adil: penyiksaan, pelanggaran
hak-hak tersangka/terdakwa/terpidana, salah tangkap,
kriminalisasi
7. Apakah terdapat kasus yang sama setiap tahunnya yang ditangani oleh LBH
Jakarta?
 Kalau pertanyaannya lebih ke jenis kasus, iya pasti jenisnya sama.
Karena LBH Jakarta telah menentukan fokus kasus apa yang
ditangani. Beberapa kasus yang masuk dalam jenis kasus di atas ada
juga yang tidak kami tangani. Biasanya, kami melihat faktor lain di
luar jenis kasus karena secara SDM kami tidak akan dapat menangani
semua kasus.
8. Bagaimanakah prinsip LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum bagi
masyarakat kurang mampu?
 Ada beberapa prinsip yang harus dimiliki oleh setiap Pengabdi
Bantuan Hukum Yayasan Lembaga Bantuan hukum Indonesia
(YLBHI). LBH Jakarta adalah bagian dari YLBHI sehingga kami
mengikuti prinsip-prinsip dari YLBHI.
 Beberapa prinsip yang ada adalah mengabdi kepada nilai lembaga
(penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia), non diskriminasi,
integritas, demokratis, dan partisipatif. Disertai turunan-turunan dari
ini semua.
9. Bagaimanakah persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara
cuma-cuma oleh LBH Jakarta?
 Dapat dicek di sini https://www.bantuanhukum.or.id/web/persyaratan-
untuk-mendapatkan-bantuan-hukum-lbh-jakarta/
69

 Untuk mendapatkan bantuan hukum secara Cuma-acuma, pencari


keadilan dapat melakukan konsultasi hukum terlebih dahulu. Biasanya
peserta dapat datang ke Gedung LBH Jakarta di hari Senin-Kamis jam
09.00-15.00 WIB.
 Pencari keadilan datang ke LBH Jakarta dengan membawa data diri/
KTP, Surat Keterangan Tidak Mampu/KIS/KIP/BPJS yang dapat
menunjukan bahwa dirinya termasuk dalam golongan tidak mampu.
 Pencari keadilan akan didata terkait identitas dan kasus yang akan
dikonsultasikan. Setelah itu, barulah pencari keadilan dapat melakukan
konsultasi hukum dengan Pengacara Publik.
 Jika kasusnya masuk dalam kriteria LBH Jakarta, maka kasus akan
dibuatkan Legal Opini dan dibawa ke rapat kasus. Dalam rapat kasus
tersebut akan ditentukan apakah kasus dapat ditangani langsung atau
hanya konsultasi berjalan.
10. Apakah ada regulasi yang mengatur tentang kewajiban bagi lembaga bantuan
hukum untuk mendampingi masyarakat kurang mampu?
 Ada Undang-undang tentang Bantuan Hukum Nomor 16 tahun 2011
11. Apakah ada sanksi bagi lembaga bantuan hukum jika tidak mengakomodir
masyarakat kurang mampu?
 Biasanya ada sanksi yang berpengaruh ke akreditasi dan pemberian dana
bantuan hukum dari Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) jika
LBH tersebut terdaftar di Kemenkumham.
 Untuk LBH yang terdaftar maupun tidak, yang berpengarus adalah kode
etik dari si pemberi bantuan hukum itu sendiri. Jika dia pengacara, maka
yg berlaku adalah kode etik Advokat.
12. Sejauh manakah partisipasi LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum
bagi masyarakat kurang mampu?
 Partisipasi LBH Jakarta lebih ke memberikan konsultasi hukum,
pendampingan hukum, pendidikan hukum, kampanye, riset, dan advokasi
kebijakan. Semua ini dilakukan dengan melibatkan klien/ pencari
keadilan. Jadi, klien/pencari keadilan dapat ikut berproses dalam
kasusnya. Harapannya, klien/pencari keadilan juga memiliki pengalaman
dan pengetahuan, lalu mereka dapat juga memberikan bantuan hukum ke
orang lain berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. LBH Jakarta
meyakini bahwa tiap orang dapat menyuarakan hak-haknya ketika mereka
mengetahui apa yang dapat mereka lakukan.
70

13. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat sulit untuk


mendapatkan akses bantuan hukum?
 Ada beberapa faktor:
1) Biaya untuk jasa Pengacara yang cenderung tinggi. Hal ini
membuat orang segan untuk mencari bantuan hukum karena sudah
memikirkan biaya yang akan dia keluarkan untuk mendapatkan
bantuan hukum;
2) Ketersediaan Organisasi Bantuan Hukum (OBH)/ Pengacara yang
mau melakukan bantuan hukum Cuma-Cuma (probono) yang
belum merata di tiap propinsi di Indonesia. Belum setiap wilayah
sudah memiliki OBH/Pengacara yang mau memberikan bantuan
hukum secara Cuma-Cuma;
3) Informasi mengenai adanya OBH/Pengacara yang mau melakukan
bantuan hukum Cuma-Cuma (probono) di suatu wilayah. Walau
siudah ada OBH/Pengacara probono, tapi informasinya masih
belum tersebar di suatu wilayah;
4) Masyarakat tidak tahu jika mereka memiliki hak atas bantuan
hukum. Informasi mengenai Bantuan Hukum tidak disebarkan
secara luas oleh negara. Kita bisa lihat ini dengan jelas ketika
masyarakat harus berhadapan dengan Negara. Misalnya, para
tersangka kasus pidana yang tidak didampingi Pengacara karena
tidak tahu kalau mereka berhak dan Polisi tidak memberi tahu dan
tidak memberikannya.

14. Bagaimanakah efektifitas penerapan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011


tentang Bantuan Hukum di LBH Jakarta?
 Aktifitas pemberian bantuan hukum di LBH Jakarta sudah ada
sebelum UU Bankum muncul. Salah satu hal yang berpengaruh bukan
hanya untuk LBH Jakarta, namun untuk LBH/OBH lain adalah
akreditasi. Sebenarnya, LBH Jakarta tidak terlalu berpengaruh tentang
akreditasi, namun akreditasi akan sangat mempengaruhi OBH karena
terkait biaya bantuan hukum dari Negara yang disalurkan melalui
BPHN. Jika penanganan kasus suatu OBH banyak, maka akreditasi
akan semakin bagus. Akreditasi makin bagus, penyerapan dana
bantuan hukum sebuah OBH juga akan makin besar. Ini sebenarnya
jadi masalah buat LBH-LBH yang aktifitas bantuan hukumnya tidak
melulu kasus-kasus seperti yang diisyaratkan oleh turunan peraturan
71

UU Bankum. Misalnya dalam kasus pidana, yg bisa dilaporkan ke


BPHN hanya ketika mendampingi pelaku, sedangkan pendampingan
korban tidak masuk kriteria. Hal ini dapat mempengaruhi akreditasi.
Padahal, esensi bantuan hukum bukan di situ. Untuk OBH yang
pembiayaannya bergantung dari Negara (BPHN), akreditasi akan
sangat penting.
 Dari awal didirikan, pemberi bantuan hukum dari LBH Jakarta bukan
hanya Advokat. Ada juga paralegal, akademisi, bahkan sarjana ilmu
lain. UU Bantuan Hukum mengakomodasi perluasan pemberi bantuan
hukum selain Advokat. Hal ini mmeberikan dasar hukum yang jelas
bagi mahasiswa, paralegal, atau akademisi lain yang tergabung dalam
LBH Jakarta untuk dapat memberikan bantuan hukum.

15. Bagaimanakah peran LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum bagi
masyarakat kurang mampu sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2003 tentang Advokat?
 Ku gabung dengan jawaban nomor 16.

16. Bagaimanakah peran LBH Jakarta dalam memberikan bantuan hukum bagi
masyarakat kurang mampu pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat?
 Perannya tidak ada yang berbeda ketika UU ini belum terbit dan sesudah
terbit. Namun, dengan adanya kewajiban melakukan bantuan hukum bagi
Advokat, masyarakat harusnya makin mudah mendapatkan bantuan
hukum dari Advokat.

17. Apakah implementasi hak Pemberi Bantuan hukum berupa mendapatkan


jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan keselamatan selama
menjalankan pemberian bantuan hukum yang diatur dalam Pasal 9 huruf g UU
No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum ?
 Implementasinya adalah setiap Pemberi Bantuan Hukum mendapatkan
perlindungan ketika mereka melakukan pemberian bantuan hukum sesuai
kode etik yang telah diatur OBH asalnya. Misalnya, seorang Pemberi
Bantuan Hukum tidak dapat dipenjara ketika dia sedang membela
kliennya di persidangan dan membuka fakta yang dialami kliennya.
72

18. Apakah kendala yang dihadapi oleh LBH Jakarta dalam memberikan bantuan
hukum kepada masyarakat miskin?
 Ketersediaan SDM dalam pemberian bantuan hukum yang terbatas,
sedangkan jumlah pencari keadilan dan kasus yang masuk sangat banyak.
Jadi, tidak semua kasus dapat ditangani langsung oleh LBH Jakarta.

19. Apakah terdapat kekurangan dan kelebihan Undang-Undang Nomor 18 Tahun


2003 tentang Advokat dalam penyelenggaraan bantuan hukum?
 Kelebihan: Memberikan kewajiban bagi advokat untuk melakukan
bantuan hukum.
 Kekurangan: UU Advokat memang menjadikan bantuan hukum sebagai
sebuahn kewajiban yang harus dilakukan seorang advokat. Detailnya
diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 83 Tahun 2008 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-
Cuma. Namun dalam praktik, kewajiban pemberian bantuan hukum
Advokat tidak menyelesaikan fakta bahwa masih banyak masyarakat
kurang mampu kesulitan mengakses bantuan hukum.

20. Apakah terdapat kekurangan dan kelebihan Undang-Undang Nomor 16 Tahun


2011 tentang Bantuan Hukum dalam penyelenggaraan bantuan hukum?
 Kelebihan: UU ini memperluas subjek pemberi bantuan hukum, yang
biasanya hanya bisa dilakukan oleh advokat. Dalam UU ini, Organisasi
Pemberi Bantuan Hukum, dapat merekrut dosen, mahasiswa, dan
paralegal dalam melakukan pemberian bantuan hukum.
 Kekurangan: belum dapat membuat masyarakat mengakses bantuan
hukum dengan maksimal.

21. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum yang diberikan Negara terhadap


masyarakat kurang mampu?
 Munculnya UU Bantuan Hukum menjadi salah satu cara negara
memberikan perlindungan hukum untuk masyarakat kurang mampu.
 Bukan hanya itu, Negara harusnya juga menggunakan seluruh instrument
yang dimiliki untuk memberikan perlindungan hukum kepada warganya.
Misal, dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan di
eksekutif dan legislatif. Produk perundang-undangan yang dibuat
seharusnya memberikan perlindungan hukum kepada seluruh masyarakat,
terutama yang kurang mampu. Jangan sampai masyarakat justru merasa
73

tidak mendapat kan perlindungan dari produk hukum yang ditimbulkan


maupun kebijakan-kebijakan buatan pemerintah.

22. Sejauh manakah perlindungan hukum yang diberikan Negara terhadap


masyarakat kurang mampu?
 Sejauh ini perlindungannya masih kurang, bahkan makin menutup akses
masyarakat terhadap perlindungan hukum. Buktinya makin ke sini,
masyarakat makin merasa jika kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
Pemerintah sebagai representasi negara justru makin menyusahkan rakyat
dan tidak melindungi rakyat. Dengan kondisi seperti ini, rasanya UU
Bankum tidak cukup untuk dijadikan kunci untuk masyarakat
mendapatkan perlindungan hukum.

23. Apakah negara telah menjalankan hak hukum masyarakat yang kurang
mampu dalam mendapatkan keadilan hukum?
 Belum maksimal. Secara peraturan, pemerintah sudah memberikan UU
Bankum. Namun implementasi di lapangan belum dapat memberikan hal
tersebut.

24. Apakah negara telah memberikan ruang bagi masyarakat kurang mampu
untuk mendapatkan hak hukum berupa bantuan hukum bagi masyarakat?
 Jawaban sama dengan nomor 23.

25. Apa sajakah hal yang belum diatur oleh Negara dalam memberikan
perlindungan hukum bagi masyarakat kurang mampu?
 Perluasan akses, bantuan dana, Pendidikan hukum. Yang paling penting:
rasa aman dari Negara bagi rakyat ketika rakyat menuntut hak-haknya.
Sering kali, Negara dan Pemerintah lah yang jadi aktor pelanggar hak
rakyat.

Anda mungkin juga menyukai