PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
(Studi Analisis Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Disusun Oleh :
KHAIDIR ALI
NIM: 1113048000028
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh :
KHAIDIR ALI
NIM: 1113048000028
Pembimbing I Pembimbing II
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama: KHAIDIR ALI
NIM: 1113048000028
Fakultas: Syariah dan Hukum
Prodi: Ilmu Hukum
No HP/Email: 089605532474
Menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian terbukti hasil karya ini bukan hasil saya atau merupakan
jiplakan orang lain, makas saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Khaidir Ali
v
ABSTRAK
KHAIDIR ALI, 1113048000028, “KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Analisis
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017)”. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H/
2020 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hak Kebebasan Berserikat di
Indonesia dalam Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun
2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan yang telah ditetapkan menjadi Undang-
Undang Nomor 16 tahun 2017 dan kebersesuaiannya dengan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan metode analisa
kualitatif yang menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach),
pendekatan konsep (conceptual approach) dan pendekatan kasus (case approach).
Bahan hukum dalam penelitian ini terdiri dari: pertama, bahan hukum primer
yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan
Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang
Organisasi Kemasyarakatan yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang
Nomor 16 tahun 2017. Sedangkan, yang kedua adalah bahan hukum sekunder
berupa peraturan perundang-undangan dan buku-buku terkait. Adapun teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi dokumen.
Berdasar penelitian yang telah dilakukan, keputusan Presiden menerbitkan
Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang
Organisasi Kemasyarakatan telah tepat dan memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi Nomor138/PUU-VII/2009 bahwa Presiden
dapat menerbitkan Perppu dengan syarat: (1) terdapat keadaan yang mendesak, (2)
terdapat aturan hukum yang telah berlaku namun tidak memadai, (3) terdapat
kekosongan hukum. Ketiga syarat itu telah terpenuhi dalam pertimbangan
presiden ketika menerbitkan Perppu yang saat ini telah menjadi Undang-undang.
Adapun Hak kebebasan berserikat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia termaktub dalam Pasal 28J ayat (2) yang menjamin keberlangsungan
hak asasi individu maupun kolektif termasuk dalam berserikat. Akan tetapi
kebebasan berserikat tersebut tidak secara mutlak diberikan. Kebebasan tersebut
dibatasi oleh ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-undang. Oleh karena itu,
regulasi berserikat yang dalam hal ini adalah keberserikatan Ormas haruslah
tunduk pada Undang-undang yang mengaturnya sehingga kemaslahatan umum
dapat tercapai. Meskipun demikian, terdapat kekurangan dalam Undang-undang
terkait dalam hal kewenangan pembubaran Ormas yang -menurut peneliti- over
subjektif sehingga memungkinkan terjadinya ketimpangan di masa yang akan
datang.
Kata kunci : Hak Berserikat, Kebebasan, UU Nomor 16 tahun 2017
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
mencurahkan segala nikmat dan kasih sayangNya kepada kita semua mahluk
ciptaanNya. Hanya Dia Yang Maha Berkehendak atas makhlukNya termasuk
kehendak memberikan izinNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini yang berjudul : KEBEBASAN BERSERIKAT DALAM PERATURAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (STUDI
ANALISIS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2017).
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada sosok yang kita muliakan,
junjungan alam Nabiyullah Muhammad SAW, beserta para keluarga dan
sahahabatnya yang setia mengorbankan jiwa dan raga demi tegaknya syari‘at
Islam, yang pengaruh dan manfaatnya bisa kita rasakan hingga saat ini.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) guna memperoleh gelar Sarjana
Hukum (SH) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan bayak terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan bantuan, semangat, dukungan dan doa, kepada yang terhormat :
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag. S.H., M.H., M.A., Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum.
2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu
Hukum, Drs. Abu Tamrin, S.H. M.Hum., Sekretaris Prodi, serta Drs.
Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Pembimbing Akademik.
Terimakasih atas segala bantuan, perhatian, arahan, dan bimbingan
yang selama ini diberikan.
vii
KHAIDIR ALI
viii
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 67
B. Rekomendasi ............................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69
BAB I
PENDAHULUAN
1
Teguh Prasetyo and Abdul Halim Berkatullah, Filsafat Teori Dan Ilmu
Hukum: Pemikiran Menuju Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermartabat
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 367.
1
2
2
Franz Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar
Kenegaraan Modern (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001) h. 121.
3
Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum (Bandung:
Alumni, 1973), h. 20-21.
3
10
Norman Edwin Elnizar, ‗Perppu Ormas Dinilai Tidak Penuhi Syarat
Kegentingan Yang Memaksa‘, Hukum Online, 2017
<https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5966c561b29b1/perppu-ormas-dinilai-
tidak-penuhi-syarat-kegentingan-yang-memaksa/> [accessed 18 September 2018].
6
11
‗Perppu Ormas Dikhawatirkan Timbulkan Kesewenang-Wenangan‘,
Republika.Co.Id, 2017
<https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/17/07/14/ot38um-perppu-
ormas-dikhawatirkan-timbulkan-kesewenangwenangan> [accessed 18 September
2018].
12
Rofiq Hidayat, ‗Perppu Ormas Ancam Hak Kebebasan Berserikat‘,
Hukum Online, 2017
<https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59687b1cea88d/perppu-ormas-ancam-
hak-kebebasan-berserikat/> [accessed 18 September 2018].
7
2. Manfaat Penelitian
kepada para praktisi hukum tata negara dalam menilai produk Perppu yang
berkualitas atas dasar kepentingan rakyat dan memberi masukan tentang
implikasi dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017. Selain
itu, diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi segenap masyarakat
utamanya yang telah dan hendak mendirikan organisasi kemasyarakatan agar
organisasi yang didirikan dapat sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan
oleh Undang-Undang terkait yang dalam hal ini adalah Undang-Undang
Nomor 16 tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian normatif. Penelitian
normatif merupakan penelitian dengan menggunakan data primer dan
sekunder yakni data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan.13
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti akan melakukan
penelitian terhadap faktor-faktor yang melatarbelakangi terbentuknya
Perppu Nomor 2 tahun 2017 Tentang Organisasi Kemasyarakatan.
Peneliti akan menggunakan beberapa pendekatan terhadap masalah yang
diteliti dengan cara meninjau dari segi peraturan perundang-undangan
yang berlaku atau meneliti bahan kepustakaan yang berkaitan dengan
objek penelitian.
2. Pendekatan Penelitian
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penelitian ini
merupakan penelitian hukum normatif. Oleh karenanya pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan hukum doktrinal. Pendekatan tersebut
mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma
13
Soerjono Soekanto and Sri Namudji, Penelitian Hukum Normatif
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001), h. 14.
11
14
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, 2nd edn (Jakarta: Sinar
Grafika, 2010), h. 105.
15
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Prenadamedia,
2005), h. 178.
12
A. Kerangka Konseptual
1. Pengertian Organisasi Kemasyarakatan
Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) adalah salah satu tempat yang
memberikan wadah untuk mengaktualisasikan kebebasan berpendapat
sebagai warga. Ormas juga memberikan kebebasan dalam berserikat dan
berkumpul. Pengertian Ormas tercantum dalam Pasal 1 Peraturan
Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 jo.
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Organisasi
Kemasyarakatan, yang berbunyi ―Organisasi yang didirikan dan dibentuk
oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi,
kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan NKRI yang
berdasarkan Pancasila‖.1
Pada tahun 2013, Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-
Undang Ormas baru yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 untuk
menggantikan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1985. Undang-undang
tersebut selanjutnya diubah dengan Peraturan Pemerintah sebagai
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017, yang kemudian pada
tahun yang sama ditetapkan sebagai Undang-undang Undang-Undang
Nomor 16 tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan, yang dalam
pertimbangannya menyatakan bahwa kebebasan berserikat dan berkumpul
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari HAM dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI yang dijamin oleh UUD
NRI Tahun 1945. Dengan adanya undang-undang ini Ormas yang ada di
Indonesia secara legalitas memiliki payung hukum dari pemerintah.
1
Muhammad Husen Azis, ‗Hak Berserikat Dan Berkumpul Warga Negara
Asing Dalam Pendirian Organisasi Kemasyarakatan Di Indonesia‘, Jurist-Diction,
1.2 (2018), 627-644.
14
15
2
Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia (Jakarta:
Djambatan, 2009), h. 28-29.
3
Chaidir Ali, Badan Hukum (Bandung: Alumni, 1987), h. 19.
16
4
Vidya Prahassacitta, ‗LEGALITAS SUATU KOMUNITAS‘, Business-
Law.Binus.Ac.Id, 2017 <https://business-law.binus.ac.id/2017/12/31/legalitas-suatu-
komunitas/> [accessed 20 September 2019].
5
Azis, "Hak Berserikat Dan Berkumpul,... h. 627-644.
17
6
Azis, "Hak Berserikat Dan Berkumpul,... h. 627-644.
7
Andanti Tyagita, ‗Prinsip Kebebasan Berserikat Dalam Serikat Buruh
Sebagai Upaya Perlindungan Dan Penegakan Hak Normatif Pekerja‘, Yuridika, 26.1
(2011), h. 3.
18
untuk berhubungan baik dalam hal politik maupun non politik. Hal ini
mengindikasikan bahwa setiap individu memiliki kebebasan dalam
berserikat. Dalam kebebasan berserikat dan berkumpul terdapat dua
macam hak yang berbeda dan tidak dapat dipisahkan, yaitu: 8
1. Hak Kemerdekaan Berserikat
Kemerdekaan berserikat ialah hak manusia untuk menyatukan diri
dengan sesame manusia untuk waktu Panjang guna mencapai sesuatu
maksud
2. Kemerdekaan Berkumpul
Kemerdekaan berkumpul adalah hak manusia untuk membicarakan
bersama sesuatu persoalan.
B. Kerangka Teori
Penelitian skripsi ini dibantu oleh beberapa kerangka teori yang
disusun untuk mempermudah analisis dan interpretasi data penelitian. Adapun
kerangka teori yang dibangun yakni sebagai berikut:
1. Negara Hukum di Indonesia
a. Pengertian Negara Hukum
Istilah negara hukum di Indonesia sering disebut dengan istilah
rechtstaats atau the rule of law. Istilah tersebut merupakan istilah
yang timbul dari reaksi atas teori tujuan negara yang menimbulkan
kekuasaan otoriter di negara Eropa Kontinental. Aristoteles dari
Yunani berpendapat bahwa yang dimaksud negara hukum adalah
negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan bagi
seluruh warga negara9. Dengan adanya keadilan dalam masyarakat,
maka akan tercapai suatu kebahagian dalam bernegara. Menurut
Padmo Wahjono, melihat perkembangan teori negara hukum, terlihat
8
Raja Adil Siregar, ‗Tinjauan Yuridis Terhadap Kebebasan Berserikat,
Berkumpul Dan Mengeluarkan Pendapat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan‘, JOM Fakultas Hukum, 2.2
(2015), h. 6.
9
Moh. Koesnardi and Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, 1st edn (Jakarta: Pusat Studi HTN FH UI, 1976), h. 75.
19
10
Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, 2nd edn
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), h. 8-9.
11
Christin S.T Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), h. 86.
12
Kansil, Hukum Tata Negara,… h. 86-87.
20
13
Rukmana Amanwinata, ‗Pengaturan Dan Batas Implementasi
Kemerdekaan Berserikat Dan Berkumpul Dalam Pasal 28 UUD 1945‘ (Universitas
Padjajaran, 1996), h. 122-123.
14
B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan &
Hak Asasi Manusia, Memahami Proses Onsolidasi Sistem Demokrasi Di Indonesia,
1st edn (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2003), h. 12.
15
Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-
Prinsipnya Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Negara
Madinah Dan Masa Kini (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 69.
21
16
Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasar Atas Hukum, 1st edn
(Jakarta: Graha Indonesia, 1983).
17
Arif Hidayat, ‗Kepastian Hukum Harus Sejalan Dengan Rasa Keadilan‘,
Antaranews.Com, 2010 <https://www.antaranews.com/berita/172595/kepastian-
hukum-harus-sejalan-dengan-rasa-keadilan> [accessed 20 September 2019].
22
18
Wahjono, Indonesia Negara Berdasar Atas Hukum, h. 11.
23
19
Ari Wahyudi Hertanto and Sugito Sujadi, Ilmu Negara, Konstitusi, Dan
Keadilan, 1st edn (Jakarta: Badan Penerbit FH UI, 2007), h. 10-13.
24
20
Ridwan, Hukum Administrasi Negara (Yogyakarta: UII Press, 2003), h.
4.
25
3. Kedaulatan rakyat
4. Persamaan dalam hukum
5. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain
6. Pembentukan undang-undang
7. Sistem MPR (Majelis Permusyawartan Rakyat).
21
A. Ubaedillah and Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education), Demokrasi,Hak Asasi Manusia, Dan Masyarakat Madani (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 148.
22
Fauzan Khairazi, ‗Implementasi Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia Di
Indonesia‘, Inovatif, 8.1 (2015), 72-94.
26
oleh masyarakat dan kebaikan dari negara, melainkan hak kodrati diri
manusia sejak pertama kali lahir di dunia.23 Salah satu diantaranya
yaitu hak atas kebebasan berserikat (right to freedom of association),
yang dinyatakan dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat (3) yang
menyatakan, ―Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Dalam bukunya Miriam Budiarjo menyatakan bahwa HAM
secara komprehensif mengalami perkembangan.24 Hal ini disebabkan
oleh perubahan sosial ataupun lingkungan sekitar. Meriam
menyebutkan bahwa ada 3 (tiga) perbedaan perkembangan HAM,
yaitu:
a) Generasi pertama adalah hak sipil dan politik yang sudah lama
dikenal dan selalu diasosiasikan dengan pemikiran di negara-
negara barat,
b) Generasi Kedua adalah hak ekonomi, sosial, dan budaya yang gigih
diperjuangkan oleh negara-negara komunis dalam masa Perang
Dingin (1945-awal tahun 1970-an) sering dinamakan Dunia Kedua,
kemudian hak ini didukung negara-negara yang baru membebaskan
diri dari penjajahan kolonial, dan yang sering disebut Dunia Ketiga,
c) Generasi ketiga adalah hak atas perdamaian dan hak atas
pembangunan (development), yang terutama diperjuangkan oleh
negara-negara ketiga.
23
Suseno, Etika Politik...,h. 121.
24
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 5th edn (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2015), h. 12.
27
25
Yusuf Daeng, HAM Dan Keadilan (Pekanbaru: Alfa Riau, 2007), h. 57.
26
Setiaji and others, ‗Kajian Hak Asasi Manusia Dalam Negara the Rule of
Law: Antara Hukum Progresif Dan Hukum Positif‘, Lex Scientia Law Review, 1.1
(2017), h. 69-80.
27
Bambang and Supriyanto, ‗Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi
Manusia (HAM) Menurut Hukum Positif Di Indonesia‘, Al- Azhar Indonesia Seri
Pranata Sosial, 2.3 (2014), h. 156.
28
28
Bambang dan Supriyanto, "Penegakan Hukum,... h. 156.
29
2. Perlindungan Keamanan
Indonesia sebagai negara hukum serta berdasar kepada Pancasila
sebagai ideologi bangsa dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
sebagai dasar berbangsa dan bernegara memiliki kewajiban untuk
menjaga dan memastikan terjaminnya keamanan warga negara.
Perlindungan keamanan tersebut sebagaimana yang telah
diamanahkan oleh Undang-Undang juga menjadi tujuan dari penerapan
syariat dalam Islam. Terdapat 5 hal pokok yang menjadi fokus utama
implementasi tujuan-tujuan syariat dalam Islam yaitu : Hifdh al- Dīn,
Hifdh al- Nafs, Hifdh al- Nasl, Hifdh al- „Aql, Hifdh al- Māl.29 Salah satu
manifestasi dari kelima tujuan pokok ini adalah realisasi perlindungan
keamanan dalam kehidupan manusia.
Dalam penerapannya, perlindungan keamanan merupakan
pengejawantahan lebih lanjut dari perlindungan diri dalam konteks
bernegara. Karena sejatinya sebuah negara merupakan kumpulan dari
individu-individu (masyarakat) yang berkumpul dan bersepakat untuk
menciptakan kehidupan yang sejahtera.30
Di dalam suatu negara terdapat berbagai macam tipe masyarakat
dengan kepentingan masing-masing. Terlebih Indonesia dengan
semboyan bhinneka tunggal ika semakin menegaskan bahwa
perlindungan keamanan haruslah berorientasi pada keberagaman
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, setiap kebijakan yang berlaku
haruslah berkiblat pada kepentingan umum.
Pembahasan tentang kepentingan umum dalam hukum islam
dikenal dengan maṣlaḥah al- „ammah. Kemaslahatan umum merupakan
suatu keharusan untuk direalisasikan dalam kehidupan. Oleh karena itu
kepentingan umum harus menjadi prioritas dalam setiap kebijakan di
29
Nispan Rahmi, ‗Maqasid Al- Syari‘ah; Melacak Gagasan Awal‘, Jurnal
Syariah: Jurnal Ilmu Hukum Dan Pemikiran, 17.2 (2017), h. 172.
30
Adnan, Ilmu Politik; Pengantar Pemikiran Politik Islam (Gorontalo:
Sultan Amai Press, 2007), h. 39.
31
C. Tinjauan (Review)
Dalam penelitian skripsi ini peneliti merujuk kepada beberapa karya
ilmiah terdahulu, tentunya terdapat perbedaan yang menjadi fokus masalah di
dalam rujukan dengan fokus masalah yang peneliti teliti, diantarannya :
1. Skripsi berjudul ―Tinjauan Yuridis Pengawasan Pemerintahan Terhadap
Pelaksanaan Fungsi Organisasi Kemasyarakatan Bidang Keagamaan‖
oleh Prandy Arthayoga Louk Fanggi Sarjana Strata Satu (S1) Departemen
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar
membahas tentang mekanisme pengawasan pemerintah terhadap
pelaksanaan fungsi organisasi kemasyarakatan bidang keagamaan di kota
Makassar. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi peneliti adalah peneliti
dalam skripsinya membahas tentang hak kebebasan berserikat dalam
Perppu Ormas.31
2. Skripsi Berjudul ―Perbandingan Pengaturan Pembubaran Organisasi
Kemasyarakatan Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan dan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Nomor 2 tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17
tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan menjadi Undang-
Undang‖ oleh Khoulud Beby Bestiani Sarjana Strata Satu (S1) Program
Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia
membahas tentang kelebihan ataupun kekurangan Undang-Undang
Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan dan Undang-
Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Ormas. Perbedaan skripsi ini
dengan skripsi peneliti adalah peneliti dalam skripsinya membahas
31
Prandy Arthayoga Louk Fanggi, Tinjauan Yuridis Pengawasan
Pemerintahan Terhadap Pelaksanaan Fungsi Organisasi Kemasyarakatan Bidang
Keagamaan, (Skripsi Universitas Hasunuddin,2017) Diakses pada 21 Oktober 2019
pukul 13.21 WIB.
32
32
Khoulud Beby Bestiani, Perbandingan Pengaturan Pembubaran Organisasi
Kemasyarakatan Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan dan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2017 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 tahun 2017 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan menjadi Undang-Undang, (Skripsi Universitas Islam Indonesia,
2018), diakses pada tanggal 1 November 2019 pukul 22.13 WIB
33
Dian Kus Pratiwi, Implikasi Yuridis Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan di Indonesia (Jurnal
Univesitas Padjajaran, 2017), diakses pada tanggal 29 Oktober 2019 Pukul 09.21
WIB
BAB III
Tinjauan Umum Tentang Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(Indonesia).
2
Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara..., h. 49.
33
34
3
Jimly Ashiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat, 1st edn (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2007), h. 3.
4
Ni‘matul Huda, Negara Hukum, Demokrasi Dan Judicial Review
(Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 60.
5
Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan (Jakarta: Kanisius, 1998)h.
193.
35
6
Haposan Siallagan and Efik Yusdiansyah, Ilmu Perundang-Undangan Di
Indonesia (Medan: UHN Press, 2008), h. 38.
7
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan; Jenis, Fungsi Dan
Materi Muatan (Yogyakarta: Kanisius, 2008), h. 215.
36
8
Hamzah Halim and Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis
Menyusun & Merancang Peraturan Daerah; Suatu Kajian Teoretis & Praktis
Disertai Manual (Jakarta: Kencana, 2013), h. 61-64.
37
9
Jimly Ashiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pas,
h. 154-155ca RefOrmasi (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi RI, 2006).
10
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
Menjadi Undang-Undang (Indonesia).
39
11
Ashiddiqie, Hukum Tata Negara Darurat..., h. 12-13..
12
Manan, Lembaga KePresidenan..., h. 60.
40
13
Jazim Hamidi, Hukum Lembaga KePresidenan Indonesia (Bandung:
Alumni, 2010), h. 88..
14
Ali Marwan Hsb, ‗Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembentukan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Compelling Circumstances of The
Enactment Government Regulation In Lieu Of Law)‘, Legislasi Indonesia, 14.1
(2017), h. 109-122.
41
15
Fitra Arsil, ‗Menggagas Pembatasan Pembentukan Dan Materi Muatan
Perppu: Studi Perbandingan Pengaturan Dan Penggunaan Perppu Di Negara-Negara
Residensial‘, Hukum & Pembangunan, 48.1 (2018).
42
ِ ِ
ْ اْلِْن ِزي ِر َوَما أُه مل بِِه لغَ ِْْي اللم ِه ۖ فَ َم ِن
اضطُمر َغْي َر بَ ٍاغ َوََل َ إِمَّنَا َحمرَم َعلَْي ُك ُم الْ َمْيتَةَ َوالد
ْ مم َو ََلْ َم
ِ إِ من اللمه نَِِ مما يَِظُ ُكم بِِه ۖ إِ من اللمه َكا َن ََِسيَا ب
ص ًْيا َ ً َ ْ َ َ
16
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-undangan..., h. 57.
44
undang. Dalam hal ini DPR menyetujui Perppu tersebut maka rancangan
undang-undang tentang penetapan Perppu tersebut tidak berlaku dan
Presiden mengajukan rancangan undang-undang tentang pencabutan
Perppu tersebut yang dapat mengatur pula segala akibat dari penolakan
tersebut. Proses ini kadangkala berlangsung lama akibat dari dinamika di
DPR yang sangat tidak menentu.19
Berdasarkan hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan
di Indonesia merujuk ke Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan terdiri atas:20
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Peran DPR dalam konteks Perppu baru terlihat pada Pasal 22 ayat (2)
dan ayat (3) Undang-undang Negara Republik Indonesia 1945 yang
menegaskan bahwa ―peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut‖ dan ―jika tidak
mendapatkan persetujuan maka peraturan pemerintah itu harus dicabut‖.
Berbeda dengan Undang-Undang, masa berlakunya Perppu sangat singkat
yakni sampai dengan persidangan DPR yang terdekat dengan tanggal
penetapan Perppu tersebut. Setelah itu, diperlukan ketegasan sikap dari DPR
apakah akan menyetujui atau tidak menyetujui Perppu tersebut.
Pengajuan Perppu ke DPR dilakukan dalam bentuk pengajuan
rancangan undang-undang tentang penetapan Perppu tersebut menjadi
undang-undang. Dalam hal DPR menyetujui Perppu tersebut maka rancangan
19
Isra, Perkembangan Pengujian Perundang-undangan..., h. 166.
20
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Indonesia).
46
53
54
1
Fabian Januarius Kuwado and Kristian Erdianto, ‗Ini Tiga Pertimbangan
Pemerintah Menerbitkan Perppu Ormas‘, Kompas.Com, 2017
57
<https://nasional.kompas.com/read/2017/07/12/12232051/ini-tiga-pertimbangan-
pemerintah-menerbitkan-perppu-ormas> [accessed 2 October 2019].
2
‗Jokowi Teken Perppu Pembubaran Ormas‘, [accessed 2 October 2019].
58
67
68
B. Rekomendasi
Menurut kami, perlu adanya pengkajian lebih lanjut dalam Undang-udang
Organisasi Kemasyarakatan agar kemaslahatan umum dapat tercapai sepenuhnya
dan tidak mengkebiri prinsip demokrasi yang menjunjung tingga asas kesetaraan
individu yang tentunya tetap berpijak Pancasila dan UUD 1945.
69
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Ilmu Politik; Pengantar Pemikiran Politik Islam (Gorontalo: Sultan Amai
Press, 2007)
Ali, Chaidir, Badan Hukum (Bandung: Alumni, 1987)
Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Cet. 2 (Jakarta: Sinar Grafika, 2010)
Amanwinata, Rukmana, ‗Pengaturan Dan Batas Implementasi Kemerdekaan
Berserikat Dan Berkumpul Dalam Pasal 28 UUD 1945‘ (Universitas
Padjajaran, 1996)
Arsil, Fitra, ‗Menggagas Pembatasan Pembentukan Dan Materi Muatan Perppu:
Studi Perbandingan Pengaturan Dan Penggunaan Perppu Di Negara-Negara
Residensial‘, Hukum & Pembangunan, 48.1 (2018)
Ashiddiqie, Jimly, Hukum Tata Negara Darurat, cet. 1 (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2007)
———, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca RefOrmasi
(Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,
2006)
Azhary, Muhammad Tahir, Negara Hukum: Suatu Studi Tentang Prinsip-
Prinsipnya Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode
Negara Madinah Dan Masa Kini (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)
Azis, Muhammad Husen, ‗Hak Berserikat Dan Berkumpul Warga Negara Asing
Dalam Pendirian Organisasi Kemasyarakatan Di Indonesia‘, Jurist-Diction,
1.2 (2018)
Bambang, dan Supriyanto, ‗Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia
(HAM) Menurut Hukum Positif Di Indonesia‘, Al- Azhar Indonesia Seri
Pranata Sosial, 2.3 (2014)
Budiarjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 5th edn (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2015)
Daeng, Yusuf, HAM Dan Keadilan (Pekanbaru: Alfa Riau, 2007)
Elnizar, Norman Edwin, ‗Perppu Ormas Dinilai Tidak Penuhi Syarat Kegentingan
Yang Memaksa‘, Hukum Online, 2017
70
<https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5966c561b29b1/perppu-
ormas-dinilai-tidak-penuhi-syarat-kegentingan-yang-memaksa/> [accessed
18 September 2018]
Gautama, Sudargo, Pengertian Tentang Negara Hukum (Bandung: Alumni, 1973)
Halim, Hamzah, dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun &
Merancang Peraturan Daerah; Suatu Kajian Teoretis & Praktis Disertai
Manual (Jakarta: Kencana, 2013)
Hamidi, Jazim, Hukum Lembaga KePresidenan Indonesia (Bandung: Alumni,
2010)
Handoyo, B. Hestu Cipto, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan & Hak Asasi
Manusia, Memahami Proses Onsolidasi Sistem Demokrasi Di Indonesia, 1st
edn (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2003)
Herdiansyah, Ari Ganjar, dan Randi, Peran Organisasi Masyarakat (Ormas) Dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam Menopang Pembangunan Di
Indonesia, Sosioglobal, Cet. 1 (Bandung: Unpad Press, 2016)
Hertanto, Ari Wahyudi, dan Sugito Sujadi, Ilmu Negara, Konstitusi, Dan
Keadilan, Cet. 1 (Jakarta: Badan Penerbit FH UI, 2007)
Hidayat, Arif, ‗Kepastian Hukum Harus Sejalan Dengan Rasa Keadilan‘,
Antaranews.Com, 2010
<https://www.antaranews.com/berita/172595/kepastian-hukum-harus-
sejalan-dengan-rasa-keadilan> [accessed 20 September 2019]
Hidayat, Rofiq, ‗Perppu Ormas Ancam Hak Kebebasan Berserikat‘, Hukum
Online, 2017
<https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59687b1cea88d/perppu-ormas-
ancam-hak-kebebasan-berserikat/> [accessed 18 September 2018]
Hsb, Ali Marwan, ‗Kegentingan Yang Memaksa Dalam Pembentukan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Compelling Circumstances of The
Enactment Government Regulation In Lieu Of Law)‘, Legislasi Indonesia,
14.1 (2017)
Huda, Ni‘matul, Negara Hukum, Demokrasi Dan Judicial Review (Yogyakarta:
UII Press, 2005)
71