SKRIPSI
Oleh:
SHANIA APRILIA
NIM: 11170480000091
SKRIPSI
Oleh:
SHANIA APRILIA
NIM: 11170480000091
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Nahrowi, S.H., M.H. Diana Mutia Habibaty, S.E. Sy., M.H.
NIP. 19730215 19990 3 002 NIP. 19920606 202012 2 018
i
LEMBAR PENGESEHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
ii
LEMBAR PERNYATAAN
NIM :11170480000091
No. Hp : 082122588488
Email : apriliashania04@gmail.com
Shania Aprilia
NIM. 11170480000091
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya dan telah memberikan kemudahan sehingga Penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PERMASALAHAN FINANCIAL
TECHNOLOGY ILEGAL DI INDONESIA.”. Shalawat dan salam tidak lupa
Penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para
sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang Penulis miliki. Oleh
karena itu Penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran
dengan guna memperbaiki tugas akhir ini.
1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajarannya.
2. Bapak Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program
Studi Ilmu Hukum dan jajarannya.
3. Bapak Drs. Abu Tamrin, S.H., M. Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu
Hukum UIN Syarif Hidayatullah yang telah bersedia membimbing
Penulis dan tidak henti-hentinya selalu mengingatkan
Mahasiswa/Mahasiswinya untuk menyelesaikan skripsi dengan tepat
waktu.
v
4. Bapak Dr. Nahrowi, S.H., M.H. yang telah bersedia untuk menjadi
Pembimbing Skripsi dan meluangkan waktunya disela kesibukannya
untuk memberikan bimbingan-bimbingan, arahan, dukungan serta
masukan-masukan dan semua konsultasi yang sangat membantu dan
berarti bagi Penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.
5. Ibu Diana Mutia Habibaty, S.E. Sy., M.H. yang telah bersedia untuk
menjadi Pembimbing dan meluangkan waktunya disela kesibukannya
untuk memberikan bimbingan-bimbingan, arahan, dukungan serta
masukan-masukan dan semua konsultasi yang sangat membantu dan
berarti bagi Penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.
6. Bapak Fathudin, S. H.I, S.H, MA. Hum, MH. Dosen Penasehat
Akademik yang selalu menasehati dan membimbing penulis dan telah
bersedia memberikan tandatangannya untuk segala keperluan akademis
Penulis, serta nasehat-nasehat yang sangat berarti dan membangkitkan
Penulis untuk serius dalam belajar.
7. Kepala Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi
kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Hukum dan Syariah Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh Staf Administrasi yang selalu bersedia memberikan cap, dan
tandatangannya untuk segala keperluan akademis Penulis.
10. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Detyantuti Syarlas dan
Zulfinaldi, S.H. Serta kedua saudara yang saya cintai, Giffari Syarlas,
S.H., M.H. dan Qanita Najiyah, thanks for all your love, caring and
support. Love you all…
11. Bunda Dian Kurniati untuk Bunda yang kucintai, thank you for all your
love, support caring, help. Love you Bun…
12. Rijal Habibunnajar, S.H. (Bang Rijal) yang sudah bersedia meluangkan
waktu diantara kesibukan-kesibukannya untuk memberi bimbingan-
vi
bimbingan, koreksi-koreksi, masukan-masukan serta bantuan yang
diberikan pada awal penulisan dan dalam penulisan serta seluruh
konsultasi yang diberikan, yang amat berguna dalam penulisan ini.
13. Kakak Intan, Kakak Nanda, Kakak Mita, Kakak Dinda, thank you for
your everything, thank you for all your support.
14. Bayu Prasetya, S.H. yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan masukan-masukan dan segala bantuan yang berikan
kepada Penulis.
15. Baby Mulia Nuranti (Baby) my lovely sister another mother, thank you
for all your help, thank you for all your support, thank you for always
reminding me to love myself first.
16. Resti (Somay), Silvia (Abang), Ayu (Kibo), Lusi (Lemot) sahabatku
dari SD, thank you for sharing pages of your life since elementary
school with me, thank for always being my best friend.
17. Shafira (si aktif), Dian (Bidadari), Anan (lemot), Ferin (Anak RP) for
all the laughter you girls’ve gave, for being so helpful and always there
for me, thank you for sharing some pages of your college life with me.
I really thank god for giving me friends like you girls.
18. Teman-Teman SMA ku yang kusayang, Putri (Pute), Epi, Pratiwi, Desi,
Rizky Putri (Kiput), Salma (Mboy) thank you for making me laugh,
semangat.
19. Ichsan, Abdillah, Adnan, Anjas, Iqbal (Bale), Rendi, Wahyu (Ciwey),
yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk membantu disaat
stuck. I really thank god for giving me friends like you boys.
20. Teman-teman 2017-ku yang kusayang, Rara, Noe, Chindi, Ilma, Izza,
Rantika, Ikrima, Farhan, Fawaz, Alif, Dimas, Sigit, Fasta, Dezza,
Teguh, Najla, Lala, Tasya, Salsabila Sekar, Rizky Zulfa, Teguh, Shafa,
Firda, Nyayu Bella, Nabila (Cici), Sherina, Sanditya Sekar Ayu (Ayu),
Tandi, Habib, Sultan, Izzat, Milati, Azza, Indah, Fadhli, Een, Dzulfadli
(Dzul), Deo, Dayat, Anis, Chirunisa (Acha), Alya, Lisa, Dzikrina,
Nandavita, Ketut, Siski, Alfio, Sentoso, Dayat, Elsy, Justisia, Resita,
vii
Noneng, Mediana, Ilma, Tama, Mardiyah dan teman-teman yang tidak
bisa disebutkan satu-persatu.
21. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semua
bantuan dan dukungannya.
22. Yang Selalu kucintai yaitu Diriku sendiri, yang selalu ada dan kuat
dalam menjalani perkuliahan hingga sampai menyelesaikan Pendidikan
di FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih, sudah menjadi
hebat dan buat bangga dirimu sendiri. I am proud of the human being
that I am.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Segala kritik dan saran akan Penulis pergunakan demi perbaikan di masa yang akan
datang.
Shania Aprilia
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
D. Metode Penelitian................................................................................... 9
BAB II .............................................................................................................. 14
ix
C. Tinjauan (Review) / Kajian Terdahulu ............................................... 50
BAB IV ............................................................................................................. 71
x
PERMASALAHAN DAN URGENSI PENGUATAN REGULASI
FINANCIAL TECHNOLOGY PEER TO PEER LENDING SEBAGAI
UPAYA PENANGGULANGAN DI INDONESIA ......................................... 71
A. Kesimpulan......................................................................................... 101
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Maskun, Kejahatan Siber Cyber Crime, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013),
h. 29.
2
Bulletin Assosiasi Penyelengara Jasa Internet Indonesia (APJII), edisi-07 tahun 2018,
https://www.apjii.or.id/content/read/39/410/Hasil-Survei-Penetrasi-dan-Perilaku-Pengguna-
Internet-Indonesia-2018 diakses pada 18 September 2020.
1
2
3
Nofie Iman, Financial Technology dan Lembaga Keuangan, (Yogyakarta: Gathering
Mitra Linkage Bank Syariah Mandiri, 2016), h. 7.
3
4
Darman, Financial Technology (Fintech): Karakteristik dan Kualitas Pinjaman pada Peer
to Peer Lending di Indonesia”, Jurnal Manajemen Teknologi, Vol. 18, 2, (2009), h. 13.
5
Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, POJK No. 77/POJK.01/2016, Ps.1.
6
Regita Wijayani, Perlindungan Hak Konsumen Selaku Debitur dan Kreditur pada
Transaksi Peer to Peer (P2P) Lending Financial Technology, Tesis Magister Gadjah Mada
(Yogyakarta, 2017), h. 4.
7
Otoritas Jasa Keuangan, Perkembangan Fintech Lending,
https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-
statistik/fintech/Documents/Perkembangan%20Fintech%20Lending%20Periode%20Agustus%202020.
pdf , diakes pada 30 Maret 2021.
4
8
Siaran Pers Satgas Waspada Investasi, https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/siaran-pers/Pages/Siaran-Pers-Satgas-Waspada-Investasi-Tutup-126-Fintech-Lending-
Ilegal-dan-32-Investasi-Tanpa-Izin-.aspx
5
investor maupun pihak peminjam. Penanganan dalam hal ini, OJK bekerja
sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo)
untuk melakukan pemblokiran kepada Fintech P2P Lending ilegal tersebut.
Akan tetapi, permasalahan lain timbul ketika Fintech P2P Lending ini
membuka website atau aplikasi baru dengan nama lain pada website maupun
penyedia konten digital.
9
Haris Prabowo, Cerita Orang Pinjam Uang Yang Diteror Perusahaan Fintech,
https://tirto.id/cerita-orang-pinjam-uang-yang-diteror-perusahaan-fintech-c9cU diakses pada 19
Oktober 2020.
10
Haris Prabowo, Cerita Orang Pinjam Uang Yang Diteror Perusahaan Fintech,
https://tirto.id/cerita-orang-pinjam-uang-yang-diteror-perusahaan-fintech-c9cU diakses pada 19
Oktober 2020.
6
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta per Juni 2019 aduan tentang
Fintech P2P Lending sebanyak 4.500. Pada periode Januari hingga Maret
2020, Satgas Waspada Investasi masih menemukan 508 Fintech P2P
Lending11 ilegal yang tidak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Jika dihitung sejak tahun 2018, maka hingga tahun 2020, sudah ditemukan
total 2406 Fintech P2P Lending ilegal.12 Modus fintech ini antara lain
mengakses kontak di ponsel peminjam, menyebarkan foto Kartu Tanda
Penduduk (KTP), dan juga menyebar foto pribadi milik peminjam,
menduplikasi perusahaan fintech yang punya legalitas dengan cara
melabui informasi bahwa mereka sudah terdaftar di otoritas tertentu,
menjebak masyarakat dengan bunga tinggi dan tidak terkendali bahkan
cenderung penipuan, dan terdapat ancaman, fitnah dan pelecehan
seksual.13
1. Identifikasi Masalah
a. Perlindungan hukum pengguna Fintech P2P Lending belum diatur
secara jelas
b. Perlindungan data pribadi konsumen yang diatur Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, dan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) yang belum memadai
11
Sumit Agarwal, Jian Zhang, Fintech Lending and Payment Innovation: A Review, Asia
Pasific, (Journal of Studies), (2020), h. 115.
12
Siaran Pers Satgas Waspada Investasi, SP 02/SWI/2020.
13
SWI Tutup 3.056 Pinjol Ilegal, Begini Modus Tipu-Tipunya,
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210202120758-37-220420/swi-tutup-3056-pinjol-ilegal-
begini-modus-tipu-tipunya diakses pada 13 Maret D2021.
7
2. Pembatasan Masalah
3. Perumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
14
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, edisi revisi, (Jakarta: Prenademedia Group,
2016) h. 47.
15
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2004) h. 101.
10
2. Pendeketan Penelitian
3. Sumber Data
a. Sumber hukum primer yaitu berupa Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 Tahun 2016 tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
b. Sumber hukum Sekunder berupa semua publikasi tentang hukum
yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang
hukum dalam bidang perlindungan konsumen meliputi buku-buku
hukum yang terkait perlindungan konsumen, fintech teks, jurnal
hukum, buku-buku hukum yang terkait perlindungan konsumen, dan
buku-buku yang terkait financial technology.
c. Sumber hukum tersier, kamus hukum, dapat berupa buku-buku
mengenai Ilmu Ekonomi, Sosiologi, Filsafat atau laporan-laporan
penelitian non-hukum sepanjang mempunyai relevansi dengan topik
penelitian. Bahan-bahan non-hukum tersebut dimaksudkan untuk
memperkaya dan memperluas wawasan penulis.
11
6. Teknik Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II
A. Kerangka Konseptual
1. Penguatan Regulasi
Regulasi adalah alat untuk melakukan rekayasa sosial. Karena
regulasi mempunyai sifat memaksa, maka regulasi berfungsi sebagai
alat untuk menggerakkan sumber daya dalam rangka mencapai tujuan
yang ditetapkan. Dengan kata lain, regulasi merupakan bentuk formil
dari kebijakan pemerintah agar dapat dilaksanakan di masyarakat.
Menurut Jimly Asshiddiqqie regulasi merupakan pengaturan yang
menjalankan produk legislasi dan mendapatkan delegasi kewenangan
untuk mengatur dari produk legislasi itu.16
16
Jimly Asshiddiqqie, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, (Jakarta: Konstitusi
Press, 2006), h. 27.
17
Brian A. Garner, Black Law Dictionary, (USA: West Group, 2009), h. 1289.
18
Janosik, Robert J., ed, Regulations are issued by various federal government departments
and agencies to carry out the intent of legislation enacted by Congress, Encyclopedia of the
American Judicial System, Screebner, Vol. 2, 1, (1987), h. 1.
15
19
Maria Farida Indrat Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan, (Yogyakarta: Kanisius,
2007), h.1-6.
20
S. J. Fockema Andreae, Rechtsgeleerd Handwoordenboek, (Groningen/Batavia: J.B.
Wolters, 1948), h. 5.
21
Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang-undangan Indonesia, (Jakarta: Ind-Hill, 1992),
h. 3.
22
Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia,
(Bandung: PT. Alumni, 1997), h. 248.
23
Eka N.A.M Sihombing, Menyoal Ketentuan Usul Pindah Pegawai Negeri Sipil Di
Lingkungan Pemerintah Daera Kabupaten Nias Barat, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, No. 511,
2013, h. 99.
16
24
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 77 Tahun 2016 Tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
17
25
Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 77 Tahun 2016 Tentang Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
26
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h.
151.
18
27
Ratna H, Juliyani PR, Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending,
(Yogyakarta: Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Universitas Islam Indonesia, 2018), h. 322.
19
28
Peer To Peer Lending: Potensi Crowdfunding yang Belum Tersentuh,
https://www.investree.id/blog/marketplace-lending/peer-to-peer-lending-potensi-crowdfunding-
yang-belum-tersentuh diakses pada 23 Maret 2021.
20
29
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012)
h. 242.
30
Jonker Sihombing, Penjaminan Simpanan Nasabah Perbankan, (Bandung: PT Alumni,
2010), h. 58.
21
6. Proses Cepat
31
Ratna H, Juliyani PR, Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending,
(Yogyakarta: Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, Universitas Islam Indonesia, 2018), h. 322.
23
4. Bank
32
Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/11/PBI/2001 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/24/PBI/2000 tentang Hubungan Rekening Giro Antara Bank
Indonesia dengan Pihak Ekstern.
33
Mandiri Virtual Account, diterima dari https://www.bankmandiri.co.id/virtual-account
diakses pada 23 Januari 2021.
26
34
Ernasari, dkk, Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Financial Technology
(Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016), Diponogoro Law Journal, Vol. 6,
2017.
27
35
Arbonas Hutabarat, Siaran Pers Bank Indonesia,
https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_179715.aspx diakses pada
05 Februari 2021.
36
Posma Sariguna Johson Kennedy, Tantangan terhadap Ancaman Disruptif dan
Financial Technology dan Peran Pemerintah dalam Menyikapinya, FKBI, edisi 6, 2017, h. 7.
28
37
Evar Stingger, Manfaat Penggunaan Fintech, diakses dari https://evarstinger/fintech-
teknologi-finansial-manfaat-penggunaan-dan-evolusinya/ diakses pada 9 Februari 2021.
29
38
Fransiska Ardela, Klasifikasi Fintech, diakses dari
http://www.finansialku.com/klafisikasi-fintech-menurut-bank-indonesia/ diakses pada 9 Februari
2021.
30
2. Market Aggregator
39
Roy Franedya, Empat Jenis Fintech di Indonesia, diakses dari
http://www.cnbcindonesia.com/fintech/20180110145800-37-1126/ini-dia-empat-jenis-fintech-di-
indonesia , pada diakses pada 9 Februari 2021.
40
Fransiska Ardela, Klasifikasi Fintech, diakses dari
http://www.finansialku.com/klafisikasi-fintech-menurut-bank-indonesia/ diakses pada 9 Februari
2021.
31
41
Roy Franedya, Empat Jenis Fintech di Indonesia, diakses dari
http://www.cnbcindonesia.com/fintech/20180110145800-37-1126/ini-dia-empat-jenis-fintech-di-
indonesia , pada 9 Februari 2021.
32
42
Pasal 1 Angka 8 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77.
35
43
Pasal 15 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77.
44
Pasal 1 Angka 9 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77.
45
Pasal 1 Angka 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77.
36
46
Pasal 8 Ayat (2) Peraturan Jasa Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77.
37
B. Kerangka Teori
1. Kepastian Hukum
Menurut Hans Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma.
Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau
“das sollen”, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang
harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi manusia yang
deliberative. Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat
umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam
hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan
bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap
47
Siaran Pers, OJK Minta Masyarakat Berhubungan Dengan Fintech Terdaftar/Berizin
Serta Waspadai Fintech Lending Ilegal https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-
pers/Documents/Pages/Siaran-Pers-OJK-Minta-Masyarakat-Berhubungan-dengan-Fintech-
Terdaftar-Berizin-serta-Waspadai-Fintech-Lending-
Ilegal/SIARAN%20PERS%2084%20P2P%20final.pdf diakses pada 10 Februari 2021.
38
48
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 158.
49
Cst Kansil, dkk, Kamus Istilah Hukum, (Jakarta, Balai Pustaka Jilid, 2009), h. 385.
50
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Adityra Bakti,
1999), h. 23.
39
2. Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum memiliki arti sebagai suatu perbuatan
untuk melindungi, terutama memberikan perlindungan pada orang-
orang yang lemah dalam segi hukum. Menurut Prof. Van Aperldoorn
pengertian mengenai hukum ini tidak dapat hanya mengikat pada
masyarakat saja, namun harus memiliki aspek keadilan dan asas yang
berguna untuk melindungi masyarakat dengan adil.52
51
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta:
Penerbit Toko Gunung Agung, 2002), h. 82-83.
52
C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu hukum, (Jakarta: Balai Pustaka Jilid 1, 2006), h. 3
53
Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
2008), h. 841.
40
54
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Gratika, 2000), h. 24
55
Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu,
1987), h. 2.
56
Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu,
1987), h. 2.
41
57
Sudikno Mertokusumo, Mengenal hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2003),
h. 39.
58
Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu,
1987), h. 2.
42
59
Philipus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu,
1987), h. 25.
43
3. Perlindungan Konsumen
Peraturan perundang-undangan yang menjelaskan mengenai
pengertian perlindungan konsumen terdapat pada Pasal 1 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen yang berbunyi “Perlindungan konsumen adalah segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen”.
60
Burhannudin S, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikat Halal,
(Malang: UIN Maliki Prees, 2011), h. 2.
44
yang memiliki itikad baik untuk tetap memahami dan menaati peraturan
perundang-undang yang telah diatur mengenai perlindungan konsumen.
61
Widi Nugrahaningsih, Implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen terhadap Bisnis Online, Jurnal Serambi Hukum, Vol. 11 No. 01, 2017, h.
3
62
Achmad Ali, Menjelajah Kajian Empiris Terhadap Hukum, (Jakarta: Yarsif Watampone,
1998), h. 95.
46
63
Pasal 1 ayat (17) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE).
64
Micke Komar Kantaatmadja, CyberLaw: Suatu Pengantar, cetakan 1, (Bandung: ELIPS,
2001), h. 15.
48
65
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), h. 25.
66
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), h. 25.
67
Emilda Kuspranigrum, Keabsahan Kontrak Elektronik Dalam UU ITE Ditinjau dari
Pasal 1320 KUHPerdata dan UNCITRAL Model Law On Electrinic Commerce, Jurnal Risalah, Vol.
7, No. 2, (2011).
68
Emilda Kuspranigrum, Keabsahan Kontrak Elektronik Dalam UU ITE Ditinjau dari
Pasal 1320 KUHPerdata dan UNCITRAL Model Law On Electrinic Commerce, Jurnal Risalah, Vol.
7, No. 2, (2011).
69
Ridwan Khairandy, Pembaharuan Hukum Kontrak Sebagai Antisipasi Transaksi
Elektronik Commerce, Artikel Jurnal UII, (2001).
70
Ridwan Khairandy, Pembaharuan Hukum Kontrak Sebagai Antisipasi Transaksi
Elektronik Commerce, Artikel Jurnal UII, (2001).
49
71
RR Dewi Anggraeni, Acep Heri Rizal, Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Melalui
Internet (E-Commerce) Ditinaju Dari Aspek Hukum Perdataan, Jurnal Sosial & Budaya Syar’I, Vol.
6, No. 3, (2019).
50
72
J. Satrio, Hukum Perjanjian (Perjanjian Pada Umumnya), (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 1992), h. 126.
73
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, (Jakarta:
PT Raja Garfindo Persada, 2002), h. 94.
51
74
Muhammad Yusuf, Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Pada Layanan Pinjaman
Uang Berbasis Financial Technology. (Skripsi S-1 Fakultas Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).
75
Muhammad Erieq M.A, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Fintech Lending Yang Di
rugikan Dalam Transaksi Peminjaman Uang Secara Online. (Skripsi S-1 Fakultas Hukum,
Universitas Jember, 2019).
52
76
Dio Batrayudha, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Financial Technology
Berbasis Peer To Peer Lending Berdasarkan Hukum Positif Di Indonesia. (Skripsi S-1 Fakultas
Hukum, Universitas Sriwijaya, 2019).
77
Rizal Habibunnajar, Problematika Regulasi Pinjam Meminjam Secara Online Berbasis
Syariah Di Indonesia. (Skripsi S-1 Fakultas Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2020).
53
78
Ernama Santi, Budiharto, Hendro Saptono, Pengawasan Otorits Jasa Keuangan
Terhadap Financial Technology (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016),
Diponegoro Law Jurnal, Vol. 6, No. 3, (2017).
79
Safira Machrusyah, Hanif Ibnu Budyatomo, Riska Dwi Aulia, Optimalisasi
Penanggulangan Fontech Peer To Peer Lending Ilegal Melalui Intersectoral Coordinating Protocol
Guna Menghadapi Revolusi Industri 4.0, Jurnal Gema Keadilan, Vol. 7, Edisi. I, (2020).
54
80
Rayyan Sugangga, Erwin Hari Sentoso, Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna
Pinjaman Online (PINJOL) Ilegal, Jurnal Pajoul, Vol. 1, No. 1, (2020).
55
BAB III
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Sebagaimana ini
dinyatakan pada huruf c. Dalam hal ini jika konsumen memiliki
ketidakpuasaan atas pihak pinjaman online maka konsumen berhak untuk
menyatakan keluhannya dan wajib untuk didengarkan sebagaimana bunyi
huruf d. Jika konsumen terlibat konflik dengan pihak pinjaman online maka
konsumen memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dan
mendapatkan advokasi yang layak dalam menyelesaikan sengketa
sebagaimana yang dinyatakan huruf e. Konsumen berhak untuk
mendapatkan pelayan yang baik, jujur dan tidak diskriminatif hal ini
disebutkan dalam huruf g.
81
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Gransindo, 2006), h. 19.
58
82
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 30.
59
83
Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Permenkominfo) No. 20
Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik.
84
Pasal 3 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Permenkominfo) No. 20 Tahun
2016 tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik.
61
a. Peringatan lisan;
b. Peringatan tertulis;
c. Penghentian sementara kegiatan; dan/atau
d. Pengumuman di situs dalam jaringan (website online).
85
Pasal 36 ayat (1) Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Permenkominfo) No.
20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik.
62
a. Peringatan tertulis;
b. Denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang
tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha; dan
d. Pencabutan izin.
86
Pasal 47 Ayat (1) Peraturan Jasa Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77.
63
87
Pasal 3 Ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017.
65
88
Selfie Miftahul Jannah, Cara P2P Lending Ilegal Asal Cina Tagih Utang: Sebar Konten
Porno, https://tirto.id/cara-p2p-lending-ilegal-asal-cina-tagih-utang-sebar-konten-porno-ddMe
pada 22 April 2021, h. 1.
66
89
Berkaca Dari Kasus Vloan, Masyarakat Diminta Waspada Lakukan Pinjaman Online
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5c389ac751125/berkaca-dari-kasus-vloan--
masyarakat-diminta-waspada-lakukan-pinjaman-online diakses pada 25 Mei 2021.
67
mereka. Vloan tidak hanya satu jenis.90 Vloan juga mempunyai nama lain,
antara lain: Supercash, Rupiah Cash, Super Dana, Pinjaman Plus, Super
Dompet, dan Super Pinjaman.91 Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen
Forum Komunikasi Korban Rentenir Online, pembekuan aplikasi Fintech
P2P Lending tidak selalu efektif. Aplikasi yang dibekukan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) akan muncul kembali dengan nama yang berbeda. Ketika
debitur log-in di aplikasi lama, di aplikasi baru debitur akan dinyatakan
sudah terdaftar. Maka pada kasus perbuatan desk collector PT Vcard
Technology Indonesia (Vloan) terdapat unsur kesalahan yang meliputi
muatan asusila dengan menggunakan sarana media elektronik, jadi
perbuatan mereka dapat dipertanggungjawabkan secara pidana.
90
Ali Noor Hidayat, Jerat Rentenir Online, https://investigasi.tempo.co/jerat-rentenir-
online/index.html diakses pada 10 Februari 2021.
91
Jannah, Cara P2P Lending Ilegal Asal Cina Tagih Utang, https://tirto.id/cara-p2p-
lending-ilegal-asal-cina-tagih-utang-sebar-konten-porno-ddMe diakses pada 11 Februari 2021.
68
92
Dea Chadiza Syafina, Kasus RupiahPlus, Saat Urusan Utang Meneror Data Pribadi,
https://tirto.id/kasus-rupiahplus-saat-urusan-utang-meneror-data-pribadi-cNVl diakses pada 22
April 2021, h. 1.
93
Republik Indonesia, POJK Nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (Lembaran Negara RI tahun 2016 Nomor 324
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6005), Pasal 39.
70
94
Praktik Fintech Ilegal Ternyata Bosnya Orang Asing, Parah!
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20191227104104-37-125955/praktik-fintech-ilegal-ternyata-
bosnya-orang-asing-parah diakses pada 9 April 2021.
71
BAB IV
95
Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Otoritas Jasa Keuangan.
96
Portal Perlindungan Konsumen Fintech, https://lokadata.id/artikel/ojk-segera-luncurkan-
portal-perlindungan-konsumen-fintech diakses pada 4 Mei 2021.
97
Nabila Aulia Rahma, Adi Fauzanto, Keri Pranata, Responsive Law System Of Financial
Technology: Upaya Rekonstruksi Konsep Penyelesaian Sengketa Peer To Peer Lending”, Jurnal
Legislatif, Vol. 3, 2, (2019), h. 120.
73
98
Chusnus, Tsuroyya, dkk, RI-MA Integrated: Analysis of Justice and Legal Certain by
Using Three Legal of System’s Role dalam Membangun Infrastruktur Guna Mensejahterakan
Masyarakat Pebatasan (Studi Kasus di Kalimantan), Fakultas Hukum Brawijaya, (2018).
75
tinggi tidak diatur dalam peraturan otoritas jasa keuangan, hanya terdapat
dalam peraturan asosiasi fintech (AFPI). Sementara itu, peraturan asosiasi
fintech hanya berlaku terhadap anggota saja yang artinya fintech ilegal
masih memiliki celah dalam menentukan berapa besar bunga yang
diinginkan. Alhasil masyarakat menjadi konsumen yang sangat rentan dari
ketidakmampuan untuk membayar kredit. Sedangkan, otoritas jasa
keuangan tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) dalam
menegakkan hukum.
99
Pijar Anugerah, Pinjaman Online: ‘Bagaimana Saya Menjadi Korban Penyalahgunaan
Data Pribadi’, https://www.bbc.com/indonesia/majalah-57046585 diakses pada 21 Agustus 2021.
100
Pijar Anugerah, Pinjaman Online: ‘Bagaimana Saya Menjadi Korban Penyalahgunaan
Data Pribadi’, https://www.bbc.com/indonesia/majalah-57046585 diakses pada 21 Agustus 2021.
77
Hal yang sama juga terjadi pada kasus seorang warga Surabaya yang
bernama Melia salah satu debitur pinjaman online. Melia yang awalnya
hanya meminjam uang ke salah satu aplikator dengan nilai pinjaman 1,5
juta. Melia melapor ke Polda Jatim lalu mengaku berutang kepada lebih 30
perusahaan aplikasi fintech. Melia juga mengeluhkan teror yang disebarkan
oleh penagih utang melalui pesan pendek kepada telepon seluler teman-
temannya dikarenakan belum membayar utang. Terdapat pula intimidasi
dari debt collector yang membuat Melia harus menanggung malu dan
akhirnya memutuskan keluar dari tempat kerjanya.103
101
Dea Chadiza Syafina, Kasus RupiahPlus, Saat Urusan Utang Meneror Data Pribadi,
https://tirto.id/kasus-rupiahplus-saat-urusan-utang-meneror-data-pribadi-cNVl diakses pada 01
Januari 2021.
102
CNN Indonesia, RupiahPlus Akui Pelanggaran Penagihan Utang ke Peminjam,
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180723202907-185-316410/rupiahplus-akui-
pelanggaran-penagihan-utang-ke-peminjam diakses pada 01 Januari 2021.
103
Tempo.Co, Kisah Melia Terbelit Utang Rp. 30-an Juta di 37 Pinjaman Online
https://bisnis.tempo.co/read/1240280/kisah-melia-terbelit-utang-rp-30-an-juta-di-37-pinjaman-
online?page_num=2 diakses pada 01 Januari 2021.
78
104
CNN Indonesia, Korban Pinjol Dituduh Jadi Bandar Narkoba Agar Bayar Utang,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210729162510-12-673895/korban-pinjol-dituduh-jadi-
bandar-narkoba-agar-bayar-utang diakses pada 21 Agustus 2021.
105
Farid Assifa, Sebar Foto Bugil Jadi Alat Teror Pinjol Pada 2 Korbannya Guru Wanita,
https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/06/074500565/sebar-foto-bugil-jadi-alat-teror-pinjol-
pada-2-korbannya-guru-wanita-?page=all diakses pada 28 Juli 2021.
79
3,7 juta. Afifah tidak merasa ada yang aneh dengan transferan dalam waktu
singkat, sehingga Afifah pun enggan menarik pinjaman tersebut. Pada hari
kelima setelah mendapat pinjaman, yakni pada 25 Maret masalah mulai
muncul. Afifah mendapat pesan Whatsapp untuk melunasi pinjaman,
padahal tenornya belum termasuk hari ke-91. Selanjutnya pada ke hari
ketujuh, Afifah mulai mendapat teror Whatsapp ke rekan-rekannya. Sekitar
200 kontak ponselnya, sekitar 50 diantaranya mendapat Whatsapp
penagihan. Afifah pun berupaya membayar tagihan pinjaman online
tersebut. Apikasi tersebut menyebutkan tagihan sebesar Rp. 5,5 juta dari
pinjaman Rp. 3,7 juta. Namun tak lama kemudian, utang Afifah pun
membengkak menjadi ratusan juta rupiah. Afifah pun tidak hanya
mendapatkan ancaman penyebaran foto bugil editan yang disebar di kontak
Whatsapp yang ada, tapi juga mendapatkan kata-kata kotor dan juga kata-
kata penuh ancaman, fitnah, dan mencemarkan nama baik. Serangkaian
teror yang dialami Afifah membuat dirinya merasa trauma dan ketakutan,
hingga tak berani lagi memegang ponsel dan pekerjaannya sebagai guru
terganggu. Apalagi sebagian teror sampai juga ke rekan-rekannya. Dapat
dilihat kasus tersebut sudah melanggar Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
polisi, korban juga sudah mengadu ke bank dan perusahaan provider nomor
teleponnya.106
106
Farid Assifa, Sebar Foto Bugil Jadi Alat Teror Pinjol Pada 2 Korbannya Guru Wanita,
https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/06/074500565/sebar-foto-bugil-jadi-alat-teror-pinjol-
pada-2-korbannya-guru-wanita-?page=all diakses pada 28 Juli 2021.
107
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2006), h. 97.
108
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 158.
81
tafsir) dan logis. Tetapi dalam kasus yang penulis sebutkan di atas, beberapa
kali Fintech P2P Lending ilegal melakukan pelanggaran-pelanggaran,
dimana salah satu penyebab dari hal itu adalah tidak adanya aturan sanksi
yang tegas dalam bentuk Undang-undang, yang seharusnya mengandung
upaya preventif dan refresif berupa sanksi, sehingga kejadian-kejadian di
atas tidak terjadi atau dapat diminimalisir.
Akan tetapi jika penulis analisis dalam kasus di atas, penulis menilai
bahwa aspek perlindungan konsumen tidak terlaksana dengan baik, sebagai
contoh bahwa perlindungan seperti kenyamanan konsumen terenggut
karena konsumen banyak diteror oleh fintech ilegal, selain itu aspek
82
109
Pasal 47 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik.
110
Salim H.S, Hukum Kontrak, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005), h. 33.
83
111
Pasal 1130 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
84
112
Sudargo Gautama, Indonesian Business Law, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), h.
80.
113
Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
114
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2004), h.1.
115
I. G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak (contract drafting): Teori dan Praktek,
(Jakarta: Kesaint Blanc, 2002), cetakan pertama, h. 135.
86
yang sering terjadi dalam dunia bisnis, maka kontrak elektronik dianggap
sah.
Data pribadi ialah data yang berkenan dengan ciri seseorang, nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, dan kedudukan dalam keluarga.116
Pengertian lain dari “data pribadi” menurut Rosalinda Latumahina yang
mengartikan data pribadi sebagai data yang berupa identitas.117 Sedangkan
menurut Jerry Kang, data pribadi terdiri atas fakta-fakta, komunikasi, atau
pendapat yang berkaitan dengan individu yang merupakan keterangan
sangat pribadi atau sensitif sehingga orang yang bersangkutan ingin
menyimpan atau membatasi orang lain untuk mengoleksi, menggunakan,
atau menyebarkannya pada pihak lain. Dari semua pengertian tersebut,
dapat kita pahami pula bahwa data pribadi mewakili suatu informasi yang
akan membedakan keistimewaan masing-masing individu.118 Berdasarkan
116
Kamus Bahasa Indonesia Online,
http://kamusbahasaindonesia.org/data%2520pribadi/mirip diakses pada 01 Juli 2021.
117
Rosalinda Elsina Latumahina, Aspek Hukum Perlindungan Data Pribadi di Dunia
Maya, Jurnal Gema Aktualita, Vol. 3, 2, (Desember 2014), h. 16.
118
Jerry Kang, Information Privacy in Cyberspace Transaction dalam Stanford Law
Review, Vol. 50, 1998, h. 5.
89
fungsinya yang unik inilah maka data pribadi merupakan suatu hal yang
sangat berharga bagi seorang individu.
119
Indonesia, Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016.
120
Shinta Dewi, CyberLaw: Perlindungan Privasi atas Informasi Pribadi dalam E-
Commerce Menurut Hukum Internasional, (Bandung: Widya Padjajaran, 2009), h. 7.
90
121
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2003), h. 46.
91
Jika dilihat dari negara lain seperti Inggris dan Malaysia. Hukum di
Inggris aturan yang berkaitan dengan perlindungan data pribadi terdapat di
dalam Undang-Undang Perlindungan Data 1998 (The Data Protection Act
1998). Dalam undang-undang tersebut disebutkannya ada suatu badan
pelaksana yaitu The Data Protection Commisioneer yang berwenang untuk
mengawasi semua pengguna data yang menguasai data pribadi. Sementara
itu di Indonesia badan komisioner ini tidak disebutkan dalam aturan
manapun. Badan komisioner ini dianggap yang sangat penting sebagai
pihak yang melakukan pengawasan terhadap data atau informasi yang
digunakan saat berbagai transaksi yang berlangsung di media online. Selain
itu, perlindungan terhadap hak privasi individual juga disebutkan dalam
ketentuan Data Proctection Act 1998 yang memungkinkan subjek data
untuk mendapatkan informasi tentang pengolahan data pribadinya dan
untuk mencegah beberapa jenis pengolahan data yang berlangsung bila
dianggap akan membahayakan kepentingannya.122 Perlindungan terhadap
data pribadi di Inggris bersifat tegas dan kuat, Data Protection Act 1998 ini
bahkan melarang data pribadi ditransfer ke negara luar Eropa kecuali
apabila negara yang bersangkutan dapat menjamin perlindungan data yang
122
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika (Suatu Kompilasi Kajian), Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2003), h. 46.
92
d. Data Processor
Artinya yang dipersamakan dengan computer bureau (biro
computer), yaitu orang (di luar pengawai data controller) yang
memproses data atas nama data controller.
123
Zuryati Mohamed Yusoff, The Malaysian Personal Data Protection Act 2010: A
Legislation Note, New Zealand Journal of Publik and International Law, Vol. 9, No. 1, (2011), h. 6
124
New Data Privacy Law in Malaysia,
https://www.bakermckenzie.com/en/rrsingaporenewdataprivacylawaug10 diakses pada 03 Juli
2021.
95
125
Radian Adi Nugraha, Analisis Yuridis Mengenai Perlindungan Data Pribadi dalam
Cloud Computing System Ditinjau dari Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Universitas Indonesia, (2012), h. 6.
96
126
Lia Sautunnida, Urgensi of Personal Data Protection Law in Indonesia: Comparative
Study of English and Malaysia Law, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 20, 2, (2018), h. 379.
127
Abu Bakar Munir, The Malaysian Persona IData Protection Bill,
http://profabm.blogspot.com/20-09/12/malaysian-personal-data-protection-bill.html diakses pada
03 Juli 2021.
97
PDPA 2010 ini, jaminan keamanan bagi data pribadi pengguna media
elektronik di Negara Malaysia pun meningkat.
Dijelaskan juga pada Pasal 64 ayat (2) bahwa setiap orang yang
dengan sengaja menjual atau membeli Data Pribadi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 54 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah). Pasal 65 juga menyebutkan bahwa selain dijatuhi pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 sampai dengan Pasal 64 terhadap
terdakwa juga dapat dijatuhi pidana tambahan berupa perampasan
keuntungan dan/atau harta kekayaan yang diperoleh atau hasil dari tindak
pidana dan pembayaran ganti kerugian.
BAB V
PENUUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
1. Konsep regulasi Fintech P2P Lending ini harus diperkuat, karena masih
memunculkan masalah masalah yang beragam, dengan memberikan
sanksi yang tegas dalam regulasi setingkat undang-undang.
2. Otoritas Jasa Keuangan harus lebih memperkenalkan atau memberikan
informasi penting mengenai edukasi layanan Fintech P2P Lending agar
dapat dimanfaatkan dengan baik dan benar agar terhindar dari hal-hal
103
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, Achmad. Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis).
Wolters, 1948.
Press, 2006.
2009.
2017.
Gazali, Djoni. S dan Usman, Rachmadi. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika,
2012.
Gautama, Sudargo. Indonesian Business Law. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995.
Ilmu, 1987.
2008.
Kusnadi, Moh, dan Ibrahim Harmaily. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta:
Group, 2016.
2003.
Manan, Bagir dan Kuntana Magnar, Kuntana. Beberapa Masalah Hukum Tata
1992.
Maskun. Kejahatan Siber Cyber Crime. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2013.
Bakti, 2004.
Alumni, 2010.
Syahrani, Riduan. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti,
1999.
Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Gratika, Cetakan Ketiga, 2000.
2007.
Suharnoko. Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus. Jakarta: Kencana Prenada
Widjaya, I.G. Rai. Merancang Suatu Kontrak (contract drafting): Teori dan
Aaron, M. dkk. Fintech : Is this time different? A framework for assessing risks and
Agarwal, Sumit, dan Zhang, Jian. Fintech Lending and Payment Innovation: A
Anggraeni, RR Dewi, dkk. Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Melalui Internet (E-
Assifa, Farid. Sebar Foto Bugil Jadi Alat Teror Pinjol Pada 2 Korbannya Guru
Wanita,
https://www.kompas.com/tren/read/2021/06/06/074500565/sebar-foto-
bugil-jadi-alat-teror-pinjol-pada-2-korbannya-guru-wanita-?page=all.
Budiansyah, Arif. Praktik Fintech Ilegal Ternyata Bosnya Orang Asing, Parah!,
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20191227104104-37-
125955/praktik-fintech-ilegal-ternyata-bosnya-orang-asing-parah. diakses
2018, https://www.apjii.or.id/content/read/39/410/Hasil-Survei-Penetrasi-
September 2020.
Brian A. Garner, Brian. A. Black Law Dictionary. USA: West Group, 2009.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180723202907-185-
316410/rupiahplus-akui-pelanggaran-penagihan-utang-ke-peminjam.
CNN Indonesia. Korban Pinjol Dituduh Jadi Bandar Narkoba Agar Bayar Utang,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210729162510-12-
673895/korban-pinjol-dituduh-jadi-bandar-narkoba-agar-bayar-utang.
18, 2. (2009).
Financial Stability Board, Fintech Credit : Market Structure, Business Models and
http://www.cnbcindonesia.com/fintech/20180110145800-37-1126/ini-
Heriani, Fitri Novia. Berkaca Dari Kasus Vloan, Masyarakat Diminta Waspada
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5c389ac751125/berkaca-
dari-kasus-vloan--masyarakat-diminta-waspada-lakukan-pinjaman-
https://lokadata.id/artikel/ojk-segera-luncurkan-portal-perlindungan-
https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-
Jannah. Cara P2P Lending Ilegal Asal Cina Tagih Utang, https://tirto.id/cara-p2p-
lending-ilegal-asal-cina-tagih-utang-sebar-konten-porno-ddMe. diakses
Jannah, Selfie Miftahul. Cara P2P Lending Ilegal Asal Cina Tagih Utang: Sebar
Juliyani PR, Ratna H. Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Peer To Peer Lending.
01 Juli 2021.
edisi 6. (2017).
111
I. (2020).
http://profabm.blogspot.com/20-09/12/malaysian-personal-data-
N.A.M Sihombing, Eka. Menyoal Ketentuan Usul Pindah Pegawai Negeri Sipil Di
https://www.bakermckenzie.com/en/rrsingaporenewdataprivacylawaug10
https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-
statistik/fintech/Documents/Perkembangan%20Fintech%20Lending%20Peri
Prabowo, Haris. Cerita Orang Pinjam Uang Yang Diteror Perusahaan Fintech,
https://tirto.id/cerita-orang-pinjam-uang-yang-diteror-perusahaan-fintech-
https://www.investree.id/blog/marketplace-lending/peer-to-peer-lending-
2021.
2, No. 1. (1987).
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-
pers/Documents/Pages/Siaran-Pers-OJK-Minta-Masyarakat-
Berhubungan-dengan-Fintech-Terdaftar-Berizin-serta-Waspadai-Fintech-
Lending-Ilegal/SIARAN%20PERS%2084%20P2P%20final.pdf. diakses
Sihombing, Eka N.A.M. Menyoal Ketentuan Usul Pindah Pegawai Negeri Sipil Di
(2020).
Syafina, Dea Chadiza. Kasus RupiahPlus, Saat Urusan Utang Meneror Data
Pribadi, https://tirto.id/kasus-rupiahplus-saat-urusan-utang-meneror-data-
Tempo.Co. Kisah Melia Terbelit Utang Rp. 30-an Juta di 37 Pinjaman Online,
https://bisnis.tempo.co/read/1240280/kisah-melia-terbelit-utang-rp-30-
2021.
Tsuroyya, Chusnus, dkk. RI-MA Integrated: Analysis of Justice and Legal Certain
Wijayani, Regita. “Perlindungan Hak Konsumen Selaku Debitur dan Kreditur pada
2019.
Yusoff, Zuryati Mohamed. The Malaysian Personal Data Protection Act 2010: A
Peraturan Perundang-Undangan
Otoritas Jasa Keuangan, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Layanan Pinjam
77/POJK/01/2016, Ps.1.
77/POJK.01/2016, Ps.1.
Transaksi Elektronik.