Anda di halaman 1dari 70

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR

AKIBAT PRAKTIK MANIPULASI TRANSAKSI


DI PASAR MODAL

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:
Budi Firmana
NIM: 1113048000062

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2020 M
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR
AKIBAT PRAKTIK MANIPULASI TRANSAKSI
DI PASAR MODAL

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:
Budi Firmana
NIM: 1113048000062

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2020 M

i
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR
AKIBAT PRAKTIK MANIPULASI TRANSAKSI DI
PASAR MODAL

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:
Budi Firmana
NIM: 1113048000062

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Nisrina Mutiara Dewi, S.E.Sy., M.H.
NIP: 19670203 201411 1 001 NUPN: 9920112862

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2020 M

ii
LEMBAR PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul ”PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP


INVESTOR AKIBAT PRAKTIK MANIPULASI TRANSAKSI DI PASAR
MODAL” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum
Program Studi Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada Program Studi
Ilmu Hukum.

Jakarta, 26 Agustus 2020


Mengesahkan
Dekan,

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A.


NIP. 19760807 200312 1 001

PANITIA UJIAN SKRIPSI

Ketua : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. ( )


NIP. 19670203 201411 1 001
Sekretaris : Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. ( )
NIP. 19650908 199503 1 001
Pembimbing I : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. ( )
NIP. 19670203 201411 1 001
Pembimbing II : Nisrina Mutiara Dewi, S.E.Sy., M.H. ( )
NUPN. 9920112862.
Penguji I : Dr. Ria Safitri, S.H., M.H. ( )
NIP. 19711120 200604 2 005
Penguji II : M. Mujibur Rohman, M.A. ( )
NIP. 19760408 200710 1 001

iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Budi Firmana


NIM : 1113048000062
Program Studi : Ilmu Hukum
Alamat : Jalan Prof. Dr. Hamka NO 45 RT 01 RW 02 Kelurahan
Tigo Koto Di Ateh, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota
Payakumbuh, Provinsi Sumatra Barat
No. HP : 0822-8841-7329
Alamat Email : firmanabudi@gmail.com

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memeroleh gelar Strata Satu (S-1) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika ditemukan kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

iv
ABSTRAK

Budi Firmana, NIM 1113048000062, “Perlindungan Terhadap Investor


Akibat Praktik Manipulasi Transaksi Di Pasar Modal”, Konsentrasi Hukum
Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442 H/2020 M. Skripsi ini bertujuan
untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam transaksi pasar
modal di Indonesia dan bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan
kepada investor ketika terjadi praktek manipulasi dalam transaksi pasar modal di
Indonesia.
Penelitian ini menggunakan tipe kajian pustaka (Library Research) yang
mengkaji berbagai dokumen terkait penelitian. Metode yang digunakan peneliti
adalah metode penulisan yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan
undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual (Conceptual
approach).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa regulasi terkait dengan perlindungan
hukum bagi investor pada pasar modal di Indonesia sudah memiliki kerangka
dan kekuatan hukum yang jelas. Hal ini dibuktikan dalam Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1995 tentang Pasar modal dalam 3 (tiga) pasal, yaitu pasal 91, pasal
92, dan pasal 93. Dalam rangka melindungi para investor di pasar modal dari
tindak kejahatan manipulasi transaksi yang sedang marak, dilakukan melalui 2 (dua)
cara yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif.
Perlindungan hukum preventif melalui Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
sedangkan perlindungan hukum represif dilakukan dalam bentuk pemeriksaan,
penyidikan dan penerapan sanksi-sanksi yang telah ditentukan oleh OJK.

Kata Kunci: Manipulasi Transaksi, Pasar Modal, OJK

Pembimbing Skripsi: Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.


Nisrina Mutiara Dewi, S.E.Sy., M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1987 Sampai Tahun 2011

v
KATA PENGANTAR
‫بسم ه‬
‫ٌللا الرحمن الرحيم‬
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT. yang
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam peneliti panjatkan kepada
Nabi besar Muhammad Saw. kepada keluarga, sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’n
yang senantiasa berkorban menyebarkan dakwah islam kepada seluruh umat
manusia yang ada di muka bumi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memeroleh gelar Strata
Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Membahas dan
menyusun skripsi ini bukan hal yang mudah dibutuhkan semangat dan kerja keras
serta keikhlasan dalam menjalaninya.

Di samping itu peneliti juga mendapatkan berbagai macam motivasi,


petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga proses penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan
lancar sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum, dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu
Hukum
3. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. dan Nisrina Mutiara Dewi,
S.E.Sy., M.H. Dosen pembimbing skripsi yang senantiasa bersabar dan
meluangkan waktunya kepada peneliti untuk memberikan arahan juga
bimbingan serta koreksi yang sangat berarti dan memberi masukan hingga
motivasi agar peneliti tidak menyerah dalam menyelesaikan skripsi ini sampai
selesai.
4. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya Dosen Program Studi Ilmu
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak

vi
memberikan ilmunya kepada peneliti. Semoga apa yang sudah disampaikan
baik di kelas ataupun di luar dapat bermanfaat khususnya bagi pribadi peneliti
dalam mengarungi lautan kehidupan.
5. Kakanda Omar Alghiffary dan Kakanda Jojo yang selalu bersedia menjadi
penasehat baik dari segi moral maupun spiritual, serta selalu memberikan
arahan dalam menyelesaikan skripsi ini dan motivasi dalam menjalani hidup.
6. Peneliti haturkan banyak terimakasih yang paling istimewa kepada Orang Tua
peneliti tercinta Ibu Firmaniwati dan Bapak Alwi Darmus yang selalu
menasehati, mendidik dan membimbing peneliti dari kecil sampai masuk
perguruan tinggi dan sampai sekarang yang jasanya tidak akan terbalas sampai
kapanpun.
7. Teruntuk kakak peneliti Desi Musliati yang tersayang yang terus menanyakan
kabar tentang kapan wisuda dan kapan sidang karna saking lamanya peneliti
menyelesaikan jenjang Sarjana yang ahkirnya sebentar lagi akan segera selesai.
8. Teman-teman Ilmu Hukum Audit Bahagia angkatan 2013 yang menjadi kawan
seperjuangan terutama Rahmat Ivan, Alvan Ridwan, S.H., Mochamad
Hanafi,S.H, Sofwan Arafat, M. Luthfi Mayang, Hafizh Maulana, Ahmad
Maruf, Naufal Akbar dan masih banyak lagi yang lainya yang tidak bisa peneliti
sebutkan satu persatu
9. Barisan Zala Group Corporation, Babul Umrah Mandiri Wisata, peneliti
banyak haturkan terimakasih. Terkhusus untuk teman rasa saudara Nur
Muhammad Afif, Ridho Hakim, Franda Sadewa Vhazreal, Acep Sabiq Abdul
Ajiz, S.Ag. yang telah banyak mensuport dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Guru spiritual, Om Hendrik Maranti, Om Bayu
Winoto.
10. Kawan-kawan UKM Musik KMM Riak, Kiyai Imam Zamakhsari, S.Ag, Jafar
Sodik, Ahsan Nauli, Rizki Pratama, Ahmad Daud Darmawan, Habiburrahman,
Sa’du Persetan, Sadam Muhammad, dan masih banyak yang lainya, yang tidak
bisa peneliti sebutkan satu persatu.

vii
Demikianlah ucapan terimakasih yang peneliti haturkan atas semua bantuan
baik moril maupun materil. Sehgingga peneliti dapat tuntas menyelesaikan
penelitian skripsi ini. Mudah-mudahan Allah swt. yang dapat membalas semua
kebaikan yang telah diberikan.

Jakarta, 25 Juli 2020

Budi Firmana

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.................................iii

LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iv

ABSTRAK ..............................................................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 4

D. Metode Penelitian ........................................................................5

E. Sistematika Pembahasan ..............................................................8

BAB II: PASAR MODAL DALAM TINJAUAN HUKUM

A. Kerangka Konseptual.................................................................10

B. Kerangka Teori ..........................................................................10

C. Tinjauan Studi Terdahulu ................................................................... 22

BAB III: PRAKTIK MANIPULASI TRANSAKSI DALAM PASAR

MODAL INDONESIA

A. Kejahatan Manipulasi Transaksi Dalam Pasar Modal..................24

B. Manipulasi Transaksi Pasar Modal .................................................. 26

ix
BAB IV: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR

DALAM MANIPULASI TRANSAKSI PASAR

MODAL DI INDONESIA

A. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Terkait Dengan Praktik

Manipulasi Transaksi di Pasar Modal ............................................ 34

B. Peraturan tentang Larangan Praktik Manipulasi Transaksi di

Pasar Modal. ......................................................................................... 46

C. Ketentuan-Ketentuan Hukum Praktik Manipulasi Transaksi di

Pasar Modal..............................................................................49

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................56

B. Rekomendasi ..............................................................................57

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah negara yang sedang berkembang. Sebagai negara yang
sedang berkembang Indonesia saat ini tengah berupaya melakukan
pembangunan disegala bidang guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Negara. Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi nasional diperlukan biaya
yang tidak sedikit, kebutuhan besar dalam pembangunan ekonomi nasional
tidak dapat dibiayai oleh pemerintah saja baik melalui penerimaan pajak dan
penerimaan lainnya.1 Salah satu alternatif sumber pembiayaan pembangunan
ekonomi nasional adalah melalui pasar modal.
Pasar modal sama halnya dengan pasar pada umumnya yaitu merupakan
tempat bertemunya penjual dan pembeli, hanya saja yang membedakannya
dengan pasar pada umunya yaitu dalam pasar modal yang diperjual belikan
adalah berbagai macam instrumen keuangan jangka panjang baik dalam bentuk
obligasi maupun saham. Pasar modal berfungsi menghubungkan investor,
perusahaan dan institusi pemerintah melalui perdagangan instrument keuangan
jangka panjang.
Dalam kegiatan di pasar modal terkadang sering dijumpai adanya
pelanggaran-pelanggaran. Jenis pelanggaran di bidang pasar modal dapat
dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu yang bersifat teknis administratif,
seperti tidak menyampaikan atau terlambat menyampaikan laporan dan atau
dokumen, menjalankan kegiatan di pasar modal tanpa memperoleh persetujuan
atau perizinan dari lembaga pengawas di pasar modal dan pelanggaran-
pelanggaran yang bersifat khas pasar modal seperi manipulasi pasar, insider
trading dan praktik penipuan di pasar modal.
Pelanggaran di bidang pasar modal termasuk ke dalam jenis kejahatan yang
unik, keunikan ini dapat dilihat baik dari jenis pelanggarannya, dari sisi

1.
Jusuf Anwar. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung: PT.
Alumni, 2005), h. 5.

1
2

pelakunya yang berpendidikan dan sangat rapi modus kerjanya. apabila


dituangkan dalam bentuk matrik. Akan terlihat bahwa pihak-pihak yang sangat
berpotensi menjadi pelaku adalah mereka yang menduduki posisi strategis
dalam perusahaan (direksi, komisaris atau pejabat setingkat manager lainnya),
para professional seperti broker, penasihat investasi, akuntan, lawyer dan
penilai, atau bahkan emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan sendiri
yang melakukan pelanggaran tersebut.2 Salah satu bentuk pelanggaran dalam
pasar modal yang diangkat dalam penelitian ini adalah praktek pelanggaran
manipulasi pasar. Terkait praktek manipulasi pasar mendapat porsi tersendiri di
dalam Undang-Undang Pasar Modal, yaitu pada pasal 91, pasal 92 dan pasal
93.
Di Indonesia sendiri kasus manipulasi transaksi pada pasar modal beberapa
kali pernah terjadi dalam kurun waktu antara tahun 1997 sampai 2015, seperti
kasus transaksi saham PT Bank Pikko Tbk tahun 1997, saham TMPI tahun
2007, saham PT Sekawan Intipratama Tbk tahun 2015, dan seterusnya. Dari
kasus tersebut salah satu dengan cerita menarik adalah kasus transaksi saham
TMPI di Bursa Efek Jakarta tahun 2007.3
Pihak yang dianggap paling bertanggung jawab terjadinya kasus manipulasi
transaksi saham TMPI antara lain adalah Manajemen PT AGIS Tbk, Anggota
Bursa HL dan LBH selaku investor. Manajemen PT AGIS Tbk memberikan
informasi yang tidak benar dan menyesatkan, anggota Bursa turut serta
melakukan rekayasa harga saham TMPI di Bursa Efek Jakarta atas kerjasama
dengan HL dan LH selaku investor yang mengatur transaksi tersebut yang
terindikasi adanya tindak pidana sesuai pasal 90, 91, 92, dan 93 Undang-
Undang Pasar Modal yakni tindak penipuan, manipulasi dan transaksi semu,
mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual atau menahan saham serta
membuat atau memberi pernyataan tidak benar.

2
Jusuf Anwar. Seri Pasar Modal 2, Penegakan Hukum Dan Pengawasan Pasar Modal
Indonesia. (Bandung: PT. Alumni, 2008), h. 27.
3
Rr. Diyah Arrayani, Penegakan Hukum Pasar Modal Terhadap Manipulasi Saham Di
Bursa (Studi Kasus Transaksi Saham TMPI Di BEJ Tahun 2007). Tesis S2 Magister Hukum UGM.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2011. h. 3.
3

Pihak-pihak yang terlibat atas kasus manipulasi pasar ini harus bertanggung
jawab oleh karena perbuatan dan tindakannya tersebut telah melanggar
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dibidang pasar modal.
Manipulasi transaksi saham dapat berdampak luas bagi kepercayaan dan
penegakan hukum di Pasar Modal Indonesia, sehingga perlu antisipasi yang
(Anwar, Seri Pasar Modal 2, Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal
Indonesia, 2008) komprehensif agar pelanggaran serupa tidak terulang.
Diantara kasus-kasus pasar modal terbaru yang mencuat ke publik ada
beberapa yang pernah terjadi seperti kasus PT Sarijaya Permana Sekuritas
(SPS), Perusahaan ini terindikasi melakukan penggelapan dana nasabah. PT
Antaboga Delta Sekuritas yang mana perusahhan ini tidak mendapat izin dari
OJK, dan kasus Reliance Magnus Capital.
Masalah kejahatan manipulasi pasar ini tentunya harus menjadi konsen
pemerintah khususnya aparat penegak hukum. Karena efek dari kejahatan ini
tentunya berdampak terhadap terganggunya perekonomian nasional akibat dari
menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap pasar modal indonesia serta
merugikan para investor di pasar modal. Adanya Undang Undang Pasar Modal
pasal 90, 91, 92, dan 93 tentunya menjadi payung hukum untuk menindak
kejahatan manipulasi pasar modal. Namun, seperti apa mekanisme
perlindungan hukum bagi investor pasar modal akibat tindak kejahatan
manipulasi pasar masih menjadi tanda tanya. Sehingga, peneliti tertarik
mengajukan penelitian berjudul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
INVESTOR AKIBAT PRAKTIK MANIPULASI TRANSAKSI DI
PASAR MODAL

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Permasalahan penelitian yang peneliti ajukan ini dapat diidentifikasi
permasalahannya sebagai berikut:
a. Banyaknya bentuk pelanggaran hukum di pasar modal yang dapat
merugikan investor.
4

b. Kurang efektifnya mekanisme perlindungan hukum terhadap para


investor yang dilakukan oleh lembaga pemerintah terhadap praktik
manipulasi transaksi di pasar modal Indonesia.
c. Kurang efektifnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar
modal dalam memberikan efek jera kepada pelaku kejahatan
manipulasi transaksi pasar modal.
d. Lemahnya pengawasan yang dilakukan bursa efek sehingga terjadi
pelanggaran manipulasi transaksi.
e. Perbuatan Direksi yang merugikan investornya.
2. Pembatasan Masalah
Menimbang cukup luasnya cakupan dalam hukum perlindungan
investor pada pasar modal, maka dalam penelitian ini peneliti hanya akan
memfokuskan pada perlindungan hukum terhadap investor yang dirugikan
akibat praktik kejahatan manipulasi transaksi pada pasar modal dengan
metode peneltian yuridis normatif
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah
peneliti uraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
kerugian terhadap investor akibat praktik-praktik kejahatan di pasar modal
terutama dalam konteks manipulasi transaksi. Sedangkan secara khusus
peneliti mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana perlindungan hukum terhadap investor terkait dengan
praktek manipulasi transaksi di pasar modal?
b. Bagaimanakah pengaturan tentang larangan praktek manipulasi
transaksi di pasar modal?
c. Bagaimana ketentuan-ketentuan hukum praktek manipulasi transaksi di
pasar modal?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian :
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tentang
praktik-praktik kejahatan pasar modal dan bagaimana perlindungan hukum
5

terhadap para pelaku yang berinvestasi di pasar modal yang biasa disebut
investor. Sedangkan secara khususnya:
a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap investor terkait
dengan praktik manipulasi transaksi di pasar modal
b. Untuk mengetahui pengaturan tentang larangan praktik manipulasi
transaksi di pasar modal
c. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan hukum praktik manipulasi
transaksi di pasar modal
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
1) Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan
menuangkan hasil-hasil penulisan tersebut dalam tulisan;
2) Menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dari bangku kuliah
untuk diaplikasikan dalam praktik di lapangan;
3) Untuk memperoleh manfaat di bidang hukum pada umumnya,
maupun dalam bidang hukum pasar modal khususnya yakni dengan
mempelajari literatur yang ada serta perkembangan hukum yang
timbul dalam masyarakat.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis tulisan ini bertujuan menggali lebih dalam dan
sebagai bahan rujukan di masa yang akan datang tentang perlindungan
hukum terhadap investor terkait dengan praktik manipulasi transaksi di
pasar modal.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian hukum yuridis normatif, digunakan untuk
4
penyusunan skripsi ini. Bahan-bahan hukum yang digunaan untuk

4
Hamidi. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. (Malang: Universitas
Muhammadiyah, 2007), h. 16.
6

menyusun dengan cara melakukan studi kepustakaan. Identifikasi dan


inventarisir bahan-bahan hukum terdiri dari bahan-bahan hukum primer
yaitu peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekundr yaitu
literatur-literatur dan karya ilmiah hukum. Untuk menjelasan beberapa
istilah, pengertian, dan analisa yang relevan dengan penulisan skripsi ini
digunakan pula bahan hukum tersier seperti kamus-kamus hukum dan
bahan-bahan yang membahas soal pasar modal. Bahan-bahan tersebut
kemudian dianalisis secara kualitatif dan analisa normatif.
2. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan penelitian ini adalah pendekatan melalui
perundangundangan (statute approach) dan (case approach) yang
memfokuskan padaketentuan perundang-undangan dan pendekatan secara
kasus yang melihat peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat.5
3. Bahan Penelitian
Data penelitian merupakan informasi yang diperlukan untuk salah
satunya menjawab masalah penelitian, maka data yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini ialah meliputi:
a. Bahan Hukum Primer yang merupakan salah satu bahan hukum
yangautoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum tersebut
terbagi menjadi peraturan perundang-undangan, risalah resmi dalam
pembuatan perundang-undangan atau putusan hakim.
b. Bahan Hukum Sekunder berupa publikasi tentang dokumen-
dokumenresmi ataupun buku-buku, kamus hukum, jurnal hukum
ataupun komentar para ahli-ahli hukum.
c. Bahan non-hukum adalah bahan diluar dari hukum primer ataupun
bahanhukum sekunder berupa disiplin-disiplin ilmu lainya seperti
sosiologi,ilmu politik, dan disiplin ilmu yang mendukung lainya berupa
buku, jurnal,dan lan-lain.

5
I Made Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Kencana, 2017), h.
156.
7

4. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan sumber
hukum primer, sumber data sekunder dan sumber data tersier yang di
peroleh berdasarkan bahan-bahan pustaka.
a. Sumber data primer yaitu adalah sumber hukum atau ketentuan yang
mempunyai kekuatan mengikat secara umum dalam hal ini perundang-
undangan yang telah disahkan dan berlaku di negara Indonesia.
b. Sumber data sekunder yaitu adalah sumber data yang diperoleh secara
tidak langsung yang telah mendapatkan proses pengkajian terlebih
dahulu seperti: Jurnal ilmiah, skripsi, buku, kesimpulan diskusi serta
tulisan-tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini.
c. Sumber data tersier yaitu sumber data yang melanjutkan penjelasan dari
data primer dan sekunder seperti kamus,ensiklopedia,website dan portal
berita.
5. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan
ialah studi kepustakaan dan peneliti mengumpulkan data-data yang berasal
dari Undang-Undang, Putusan hakim, dan buku-buku yang berkaitan.
6. Metode Pengolahan Data
Pada penelitian ini, metode yang digunakan ialah dengan cara
deskripstif kualitatif dengan mengupulkan bahan-bahan hukum baik
primer,sekunder maupun tersier serta data data yang ada dan berkaitan
dengan penelitian ini melalui penyederhanaan ke dalam bagian-bagian yang
diperlukan, setelahnya peneliti menarik kesimpulan atas
penyederhanaanyang berasal dari bahan-bahan hukum ataupun data-data
hukum tersebut.
7. Metode Analisis Data
Bahan Hukum Primer, Hukum Sekunder, dan non hukum serta data
Primer, Sekunder, serta Tersier dielaborasi dalam penulisan secara
sistematis demi menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan.
8

Pengolahan bahanhukum dilakukan secara deduktif yaitu menarik


kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum kepada
permasalahan kongkret yang sedang dihadapi maka ditemukan jawaban dari
rumusan masalah demikian.
8. Metode Penulisan
Pedoman yang digunakan peneliti ialah merujuk pada kaidah-kaidah
yang terdapat pada buku “Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.”

E. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini, peneliti akan menyusun alur penelitian secara
sistematis. Dalam melakukan hal tersebut, peneliti akan membagi alur penulisan
ke dalam beberapa bab sebagai langkah untuk menyusun alur penelitian secara
sistematis. Tidak lupa dalam beberapa bab tersebut, terdiri pula beberapa sub-
bab demi mendukung satu pembahasan ke pembahasan yang lain. Lebih
jelasnya akan peneliti uraikan sebagai berikut:

BAB I Bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Identifikasi


Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika
Pembahasan.
BAB II Bab ini fokus pada pembahasan terkait; Kerangka Teori
tentang perlindungan hukum, investor, pasar modal, dan
praktek manipulasi transaksi pasar modal, kemudian tentang
kerangka pemikiran, dan tinjauan kajian terdahulu.
BAB III Bab ini secara umum dijelaskan tentang macam-macam
kejahatan dalam Pasar Modal dan praktek manipulasi
transaksi dalam Pasar Modal.
BAB IV Bab ini merupakan bab yang mencoba menjawab dari
pertanyaan penelitian oleh penulis, yakni seperti
9

perlindungan hukum terhadap investor akibat praktik


manipulasi transaksi di Pasar Modal.
BAB V Kemudian bab terakhir ini berisikan sebuah kesimpulan dari
beberapa pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Kemudian
bab ini juga akan memberikan saran atau rekomendasi.
BAB II
PASAR MODAL DALAM TINJAUAN HUKUM

A. Kerangka Konseptual
1. Pasar Modal adalah suatu tempat atau sistem bagaimana caranya
dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk capital suatu perusahaann,
merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru
dikeluarkan.
2. Hukum Pasar Modal adalah sebuah produk hukum yang mengatur,
mengawas, serta mengontrol segala kegiatan pasar modal mencakup
ketentuan mengenai persyaratan perusahaan yang menawarkan saham atau
obligasi kepada masyarakat, ketentuan mengenai pedagang perantara,
profesi penunjang, lembaga penunjang, perlindungan investor serta aturan
main di pasar modal.
3. Otoritas Jasa Keuangan atau OJK adalah lembaga independent bentukan
negara yang diperuntukan untuk mengawasi serta membuat semua
peraturan untuk semua lembaga keuangan yang ada di Indonesia.
4. Investor adalah pihak yang memiliki modal untuk dipinjamkan atau di
investasikan di dalam pasar modal.
5. Emiten adalah perusahaan-perusahaan yang memperoleh dana melalui
pasar modal dengan menerbitkan saham atau obligasi dan menjualnya
secara umum kepada masyarakat.
6. Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek kepada
pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Secara singkat bursa efek dikatakan sebagai penyedia prasarana, fasilitas
dan sistem pasar modal sehingga berlangsung pasar modal yang efisien,
likuid, transparan dan sehat sehingga terciptanya lingkungan pasar modal
yang berbasis keadilan sesuai regulasi yang ditentukan oleh pemerintah.

10
11

B. Kerangka Teori
1. Teori Perlindungan Hukum
Kata perlindungan dalam bahasa Inggris adalah protection, yang
berarti sebagai: (1) protecting or being protected; (2) system protecting; (3)
person or thing that protect. Bentuk kata kerjanya, protect (vt), artinya: (1)
keep safe; (2) guard . Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), perlindungan diartikan (1) tempat berlindung; (2) perbuatan atau
hal dan sebagainya memperlindungi. Dari kedua pengertian diatas dapat
ditarik kesimpulan secara kebahasaan terdapat kemiripan unsur-unsur dari
makna perlindungan, yaitu adanya tindakan melindungi, pihak-pihak yang
melindungi dan cara melindungi.
Menurut Satjipto Raharjo perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat dengan tujuan agar
mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.
Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya
tidak sekadar adaptif dan fleksibel melainkan prediktif dan antisipatif.
Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial,
ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial.1
Maria Theresia Geme mengartikan perlindungan hukum adalah
berkaitan dengan tindakan negara untuk melakukan sesuatu
(memberlakukan hukum negara secara eksklusif) dengan tujuan untuk
memberikan jaminan kepastian hak-hak seseorang atau kelompok orang.2
Menurut Fitzgerald, dia menjelaskan teori perlindungan hukum
Salmond bertujuan mengintegrasikan berbagai kepentingan dalam
masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan
terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara

1
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006) h. 54.
2
Maria Theresia Geme, Maria. Perlindungan Hukum terhadap Masyarakat Hukum Adat
dalam Pengelolaan Cagar Alam Watu Ata Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
(Malang: Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang,
2012) h. 99.
12

membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. 3 Perlindungan hukum


merupakan kebutuhan dalam lalu lintas hukum masyarakat, karena lalu
lintas tersebut terdapat kepentingan dalam hubungan hukum masyarakat
yang disebut dengan kepentingan hukum.
Pemaparan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perlindungan
hukum adalah berbagai upaya hukum dalam melindungi hak asasi manusia
serta hak dan kewajiban yang timbul karena hubungan hukum antar sesama
manusia sebagai subyek hukum.
2. Tinjauan Tentang Investor
Arti dari kata investor menurut KBBI adalah penanam uang atau
modal; orang yang menanamkan uangnya dalam usaha dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Menurut Marzuki Usman, investor adalah
“masyarakat (perorangan/lembaga) yang memberikan dana kepada
perusahaan dengan membeli saham atau obligasi yang diterbitkan dan
dijual oleh perusahaan”.Investor adalah orang yang melakukan investasi.
Yang dimaksud dengan investasi adalah penggunaan uang untuk objek-
objek tertentu dengan tujuan bahwa nilai objek tersebut selama jangka
waktu investasikan meningkat, paling tidak bertahan, dan selama jangka
waktu itu pula, memberikan hasil secara teratur.4
Jadi investasi yang dimaksud adalah menanam uang dengan harapan
mendapatkan hasil dan nilai tambah selain itu akan mendapatkan deviden
serta objek investasi nilainya bisa meningkat. Istilah investor sendiri
sebenarnya tidak ditemukan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal.
Namun terdapat kata Pemodal yang dapat diartikan sama jika
melihat dari arti kata investor dalam KBBI. Investor atau pemodal
merupakan salah satu pihak dan orang terpenting yang melakukan kegiatan
investasi di Pasar Modal. Investor dalam kegiatan bisnis di pasar modal ini
termasuk dalam klasifikasi konsumen antara, bukan konsumen akhir.

3
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000) h. 53.
4 E.A. Koentin, Analisis Pasar Modal, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993) h. 16.
13

Secara harfiah istilah konsumen merupakan terjemahan dari


consumer dalam bahasa Inggris, dan merupakan lawan kata dari produsen.
Pengertian mengenai konsumen, menurut Az. Nasution adalah tujuan
penggunaan barang atau produk nantilah yang akan menentukan termasuk
konsumen kelompok mana pengguna tersebut.
Pengertian konsumen diatas menunjukkan bahwa istilah konsumen
tidak selalu bermakna pengguna tingkat akhir, akan tetapi tergantung
bagaimana penempatan status konsumen dalam suatu kegiatan transaksi.
Pengertian konsumen selalu mengalami perkembangan karena banyak
faktor yang mempengaruhinya. Di samping itu, konsumen dalam ranah
pasar modal merupakan bagian dari industri jasa keuangan yang diatur,
diawasi dan dilindungi oleh otoritas jasa keuangan sebagai regulator,
pengawas dan pelindung.
Di dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan juga tidak dikenal istilah investor, tetapi terdapat istilah
konsumen pada pasal 1 angka 15 yang mempunyai pengertian:
“Konsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan dananya
dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa
Keuangan antara lain nasabah pada Perbankan, pemodal di Pasar
Modal, pemegang polis pada perasuransian, dan peserta pada
Dana Pensiun, berdasarkan peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan”.

Pengertian diatas menjabarkan bahwa pemodal atau yang lebih


dikenal dengan investor di Pasar Modal merupakan salah satu konsumen
dalam sektor jasa keuangan. Peran dari investor sendiri merupakan pihak
yang menanamkan modal berupa uang yang dimilikinya kepada perusahaan
yang telah menerbitkan surat berharga atau efek di pasar modal dan
mengedarkan efek tersebut di bursa efek dengan harapan mendapatkan
keuntungan berupa pendapatan di masa yang akan datang dalam periode
waktu tertentu. Investor dalam melakukan kegiatan investasi dihadapi
dengan kemungkinan adanya risiko , seperti yang dikemukakan Reily. et all
antara lain:
14

a. Business Risk. Kemungkinan kerugian yang diderita perusahaan karena


keuntungan yang diperoleh lebih kecil dari keuntungan yang
diharapkan. Business risk ini berkaitan dengan cakupan usaha
perusahaan.
b. Financial Risk. Risiko yang timbul dari cara perusahaan membiayai
kegiatannya, misalkan penggunaan utang dalam membiayai asset
perusahaan.
c. Liquidity Risk. Adanya ketidakpastian yang timbul pada saat sekuritas
berada di pasar sekunder. Risiko ini berkaitan dengan kecepatan
pembelian/penjualan suatu aset serta tingkat harga yang terbentuk dalam
transaksi tersebut.
d. Exchange Rate Risk. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar
mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini
biasanya dihadapi oleh investor internasional atau perusahaan yang
menggunakan mata uang asing dalam kegiatan operasionalnya maupun
pendanaan.
e. Country Risk. Risiko ini berkaitan dengan kestabilan politik serta
kondisi lingkungan perekonomian di suatu Negara.

3. Pengertian Manipulasi Transaksi


Transaksi semu dalam KBBI diartikan (1) persetujuan jual beli
(dalam perdagangan) antara dua pihak; (2) pelunasan (pemberesan)
pembayaran (seperti dalam bank). Sedangkan semu berarti (1) tampak
seperti asli (sebenarnya), padahal sama sekali bukan yang asli (sebenarnya);
(2) tipu; muslihat; daya upaya untuk mengelabui; tipuan; muslihat yang
halus; tipu daya. Dilihat dari kedua pengertian kata diatas dapat disimpulkan
yang dimaksud dengan transaksi semu adalah persetujuan jual beli yang
tampak seperti asli (sebenarnya), padahal sama sekali bukan yang asli
(sebenarnya).
Transaksi semu atau biasa disebut juga dengan perdagangan semu
dikategorikan sebagai salah satu dari beberapa bentuk manipulasi pasar,
15

maka kebutuhan untuk merumuskan kriteria ataupun ciri spesifik mengenai


istilah transaksi semu dianggap terjawab dengan adanya penjelasan
mengenai manipulasi pasar dan transaksi semu bukanlah dua hal yang
berbeda, karena transaksi semu itu sendiri adalah merupakan salah satu
bentuk manipulasi pasar.
Definisi dari manipulasi pasar dalam pasar modal menurut Black’s
Law Dictionary adalah The illegal practice of raising or lowering a
security’s practice by creating the appearance of active trading. Kurang
lebih artinya adalah praktek ilegal untuk menaikkan atau menurunkan harga
efek untuk menciptakan tampilan perdagangan yang aktif. Beberapa macam
tindakan yang dapat digolongkan tindak pidana manipulasi pasar versi
UUPM adalah sebagai berikut:5
a. Menciptakan gambaran pasar modal yang semu. Antara lain dengan
jalan:
1) Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan
pemilikan, atau
2) Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada harga
tertentu, sedangkan pihak lain yang merupakan sekongkolannya
juga melakukan penawaran beli atau penawaran jual pada harga
yang kurang lebih sama.
3) Melakukan dua atau lebih transaksi efek di Bursa Efek sehingga
menyebabkan harga efek tetap, naik atau turun, dengan tujuan agar
pihak lain terpengaruh untuk membeli, menjual atau menahan efek
tersebut. Akibatnya, harga efek tersebut tidak berdasarkan pada
permintaan jual atau beli yang sesungguhnya.
4) Membuat pernyataan atau memberi keterangan yang secara material
tidak benar, yang dapat mempengaruhi pihak lain untuk membeli
atau menjual efek.

5
Modul Hukum dan Etika, Kejahatan di Bidang Pasar Modal, (Jakarta: Sinar Grafika,
2016). h. 4.
16

Transaksi semu bukanlah hal baru dalam dunia pasar modal di


Indonesia. Transaksi semu tersebut pada prinsipnya adalah suatu transaksi
di bursa yang sebenarnya tidak sungguh-sungguh terjadi. Sebab, penjual
dan pembeli sebenarnya adalah pihak yang sama. Transaksi semu
bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari investor yang terjebak
masuk ke dalamnya. Perdagangan efek menjadi suatu mata rantai penting,
karena tidak semua orang bermaksud untuk memegang efek tersebut untuk
selamanya.
Transaksi semu merupakan perbuatan yang dilarang karena hanya
akan merusak pasar yang dilakukan secara tidak fair. Ada yang
berpendapat bahwa hal tersebut wajar saja terjadi sebab pasar modal
sebagai suatu pasar yang bebas dan terbuka, sementara yang lain beralasan
bahwa hal tersebut dilakukan semata-mata demi kepentingan sepihak dari
perusahaan atau institusi tertentu, pribadi, bahkan pemerintahan.
Transaksi perdagangan saham semu dalam Undang-Undang Pasar
Modal dikenal dengan tindak manipulasi pasar. Praktik tersebut
merupakan salah satu kejahatan di bidang pasar modal. Beberapa pola
manipulasi pasar adalah:
a. Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan
untuk mempengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud dibursa
efek (false information). Misalnya suatu pihak menyebarkan rumor
bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon yang
menyebabkan harga efeknya jatuh tajam.
b. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang
tidak lengkap (misinformation). Misalnya suatu pihak menyebarkan
rumor bahwa emiten A tidak termasuk perusahaan yang akan
dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten A termasuk yang diambil
alih oleh pemerintah.
c. Harga efek dipasar modal sangat sensitif terhadap suatu peristiwa dan
informasi yang berkaitan, baik secara langsung atau tidak dengan efek
tersebut.
17

Informasi merupakan pedoman pokok para investor untuk


mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi tersebut tidak
dilindungi oleh hukum sebagai informasi yang benar, maka bagaimana
kegiatan perdagangan pasar modal bisa berjalan. Informasi yang
merupakan rumor yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat
menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik atau
turun. Begitu informasi mendapatkan konfirmasi bahwa informasi itu
benar, maka gejolak pasar akan terhenti, pasar berjalan normal kembali.
Namun, pada saat fluktuasi terjadi pihak yang menghembuskan
informasi (penipu) menangguk keuntungan. Bagi investor yang tidak
berhati-hati menganalisis informasi maka akan terjebak oleh harga semua
yang berujung pada kerugian. Adapun pasal yang melarang transaksi semu
atau perdagangan semu adalah pasal 91 Undang-undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal yang menyatakan:
“Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun
tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu
atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar,
atau harga Efek di Bursa Efek.”

Istilah kejahatan juga dikenal di pasar modal. 6 Namun yang


dinamakan pasar modal berbeda dengan kejahatan pada umumnya.
Kejahatan pasar modal bukan seperti mencuri, membunuh, merampok
sebagaimana kejahatan pada umumnya yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kejahatan pasar modal dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kemodernan dunia maya seperti internet, dan lain
sebagainya. Pasar modal juga membuat definisi tersendiri yang termasuk
ke dalam kategori kejahatan pasar modal.
Tindak pidana di bidang pasar modal mempunyai karakteristik
yang khas, yaitu antara lain adalah “barang” yang menjadi objek dari
tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana tersebut
bukanlah mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya pencurian atau

6
The Indonesia Capital Market Institute, Kejahatan di bidang Pasar Modal (Penipuan,
Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam), (Jakarta: OJK-IDX-KPEI-KSEI, 2016) h. 3.
18

perampokan mobil, akan tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan


untuk membaca situasi pasar serta memanfaatkannnya untuk kepentingan
pribadi. Tindak pidana pasar modal merupakan aktifitasnya (tindak
pidananya) terkait langsung dalam ruang lingkup definisi Pasar Modal
Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995.
Melalui UU tersebut, dapat dilihat bersama kategori kejahatan
Pasar Modal pada Bab XI tentang penipuan, manipulasi pasar dan
perdagangan orang dalam, mulai dari pasal 90 sampai dengan pasal 99.
Yang dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kategori kejahatan Pasar Modal.
a. Penipuan
Pada pasal 90 UU Pasar Modal, mengatur secara implisit jenis
kejahatan pasar modal yaitu penipuan. Pengertian penipuan pasar
modal adalah apabila terjadi mispresentation dan informasi itu masuk
ke pasar secara cepat merubah harga suatu saham atau dengan kata
lain informasi tersebut salah.
b. Manipulasi Pasar/Transaksi
Manipulasi transaksi atau bisasa disebut dengan transaksi semu adalah
praktek ilegal untuk menaikkan atau menurunkan harga efek untuk
menciptakan tampilan perdagangan yang aktif.
c. Perdagangan Orang Dalam
Perdangangan orang dalam (Insider Trading) merupakan istilah teknis
yang hanya dikenal di pasar modal. Istilah tersebut mengacu kepada
praktek dimana orang dalam (corporate insider) melakukan transaksi
sekuritas dengan menggunakan informasi eksklusif yang mereka
miliki belum tersedia bagi masyarakat atau investor.

4. Pengertian Pasar Modal


Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan
yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial, dan
semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat
berharga yang beredar. Sedangkan dalam pengertiannya yang sempit,
19

adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna


memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat
berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Dapat
pula disebut sebagai tempat pertemuan antara penawaran dengan
permintaan surat berharga.7
Menurut A. Abdurrahman, istilah pasar modal dipakai sebagai
terjemahan dari istilah capital market yang berarti suatu tempat atau sistem
bagaimana cara dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk kapital suatu
perusahaan yang merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat
efek yang baru dikeluarkan.8 Bisa disebut juga sebagai suatu pasar di mana
dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri
diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang merupakan utang yang
berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal
sendiri biasanya berbentuk saham.9
Sedangkan menurut Undang-Undang Pasal Modal Nomor 8 Tahun
1995 disebutkan bahwa yang dimaksud pasar modal adalah sebagai kegiatan
yang berkenaan dengan penawaran umum dan perdagangan efek
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Nampaknya Undang
undang Pasar Modal dalam memberi arti kepada pasar modal tidak memberi
suatu definisi secara menyeluruh melainkan lebih menitik beratkannya
kepada kegiatan dan para pelaku dari suatu pasar modal.
Pasar modal sering juga disebut-sebut sebagai tempat memperoleh
dana jangka panjang. Hal ini di perbedakan dengan rivalnya yang lain yang
disebut “pasar uang”. Pasar uang sering dikatakan sebagai sumber dana
jangka pendek.10 Selain modal dan pasar uang, adapula pasar komoditi,

7
Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN, 2003), h. 4-5.
8
Munir Fuady, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2001), h. 10.
9
Suad Husnan, Dasar-dasar Portofolio dan Analisis Sekuritas, (Yogyakarta: Unit Perbit
dan Percetakan AMP YKP, 2003), h. 27-28.
10
Algifari, dkk., Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Yogyakarta: STIE YKPN, 2002),
h. 184.
20

yaitu pasar atau tempat perdagangan komoditas seperti kopra, karet, kedelai,
dan sebagainya.
Ketiga pasar itulah yang sering disebut sebagai bursa, di mana pasar
modal untuk memperdagangkan efek (jangka panjang), pasar uang untuk
memperdagangkan uang atau dana jangka pendek, dan pasar komoditas
untuk memperdagangkan barang-barang komoditas.11
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal ialah
sebagaimana pasar lainnya, yaitu tempat berkumpulnya orang-orang untuk
melakukan/membantu melakukan perdagangan, misalnya dengan
melakukan jual beli. Yang membedakannya hanyalah objek yang
diperdagangkan, yaitu efek (dana jangka panjang).

5. Jenis-Jenis Efek Pada Pasar Modal


Munir Fuady mengemukakan dari keseluruhan jenis efek tersebut
dapat dikategorikan:
a. Efek penyertaan yaitu efek yang memberikan hak kepada pemegangnya
untuk ikut serta dalam equity suatu perusahaan.
b. Efek utang yaitu efek yang penerbitnya mengeluarkan atau menjual
surat utang, pada suatu waktu wajib menebus kembali sesuai
kesepakatan di antara para pihak. Termasuk ke dalam efek ini adalah
obligasi, commercial paper, surat pengakuan utang, dan bukti utang.
c. Efek konversi disebut juga dengan obligasi konversi yaitu efek yang
sebenarnya terrmasuk efek utang, tetapi pada saat yang ditentukan dapat
menukarkan efek utang tersebut dengan efek penyertaan, baik
diwajibkan atau pilihan dari pihak pemegang efek yang bersangkutan.

11
Munir Fuady, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2001), h. 11.
21

d. Efek derivatif yaitu beberapa jenis efek yang ditawarkan kepada publik,
sebenarnya melanjutkan efek yang telah dahulu dipasarkan, seperti buku
right, warram, option.12

6. Para Pelaku Pasar Modal


Pelaku pasar modal merupakan orang atau lembaga yang melakukan
kegiatan secara kontinyu, di mana kegiatan para pelaku pasar modal itu
tidak dapat dipisahkan dengan lembaga itu sendiri. Karenanya, secara
sederhana dapat di katakan bahwa tanpa para pelaku pasar modal, maka
pasar modal tidak dapat hidup sebagaimana mestinya. Demikian sebaliknya,
tanpa pasar modal para pelaku pasar modal tidak dapat mengembangkan
usahanya dengan baik dan wajar.
Sedangkan BAPEPAM sebagai pengawas perdagangan efek di
pasar modal, selalu memonitor semua aktivitas yang harus dilaksanakan
oleh penjamin emisi (underwriter) yaitu mengiklankan prospektus melayai
pemesanan saham, penjatahan saham dan pengembalian uang pesanan.
Setelah berakhirnya masa penawaran saham di pasar perdana penjamin
emisi berkewajiban menyarankan hasil emisi kepada emiten setelah
dipotong 4% atas jasa penjamin emisi kemudian penjamin emisi
melaporkan pencatahan kepada BAPEPAM.
Transaksi saham di pasar modal sekunder dilakukan oleh investor
jual dan investor beli yang diwakilkan kepada pedagang perantara. Jadi
pedagang perantara inilah yang melakukan order jual dan order beli, dan
semua proses transaksi dilakukan dengan penyelesaian transaksi oleh LKP
dan LPP. Sementara kegiatan di pasar sekunder tetap diawasi oleh
BAPEPAM.13

12
Munir Fuady, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2001), h. 7-8.
13
Suad Husnan, Dasar-dasar Portofolio dan Analisis Sekuritas, (Yogyakarta: Unit Perbit
dan Percetakan AMP YKP, 2003), h. 9.
22

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


pelaku pasar modal adalah orang atau lembaga yang melakukan kegiatan di
pasar modal. Para pelaku pasar modal tersebut dapat dikategorikan pada
tujuh kelompok yang semuanya diawasi oleh BAPEPAM (Badan
Pengawasan Pasar Modal).

C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu


1. “Perlindungan Hukum Terhadap Investor Menurut Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal”14. Penelitian ini meneliti
tentang Perlindungan hukum terhadap investor pasar modal yang dtinjau
dari perundangan-undangan penanaman modal nomor 25 tahun 2007.
Penelitian ini sama-sama meneliti tentang perlindungan hukum bagi
investor dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif.
Perbedaannya, penelitian ini hanya membahas variable perlindungan
hukum bagi investor menurut undang-undang nomor 25 tahun 2007,
sedangkan penelitian peneliti terdapat variabel kejahatan pasar manipulasi
transaksi pasar modal dan tidak hanya mengacu pada undang-undang di
atas.
2. “Perlindungan Hukum Investor di Pasar Modal”15. Penelitian ini meneliti
tentang Perlindungan hukum terhadap investor pasar modal secara general
dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif. penelitian ini
sama-sama meneliti tentang perlindungan hukum bagi investor dengan
menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Perbedaannya, penelitian
ini hanya membahas variable perlindungan hukum bagi investor secara
umum, sedangkan penelitian peneliti terdapat variabel kejahatan pasar
manipulasi transaksi pasar modal.

14
Grandnaldo Yohanes Tindangen, Jurnal Lex Administraetum, (Vol. IV/No. 2/Feb/2016),
h. 17-24.
15
Eddy Martino Putralie, Yusrizal Adi Syahputra, dan Muaz Zul, Jurnal Mercatoria, (Vol
4 No 1 Tahun 2011), h. 12-22.
25

3. “Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Kejahatan Insider


Trading Pada Pasar Modal di Indonesia” 16 . Penelitian ini sama-sama
meneliti terkait salah satu bentuk kejahatan pasar modal. Jika penelitian
peneliti membahas kejahatan manipulasi transaksi pasar modal, penelitian
ini membahas insider trading.

16
Fadilah Haidar, Jurnal Citra Hukum, (Vol. 3No1 Juni 2015), h. 133-152.
BAB III
PRAKTEK MANIPULASI TRANSAKSI DALAM
PASAR MODAL INDONESIA

A. Kejahatan Manipulasi Transaksi Dalam Pasar Modal


Definisi manipulasi transaksi atau biasa disebut transaksi semu. Dapat
dilihat dari pengertian berikut, transaksi dalam KBBI diartikan (1) persetujuan
jual beli (dalam perdagangan) antara dua pihak; (2) pelunasan (pemberesan)
pembayaran (seperti dalam bank). Sedangkan semu berarti (1) tampak seperti
asli (sebenarnya), padahal sama sekali bukan yang asli (sebenarnya); (2) tipu;
muslihat; daya upaya untuk mengelabui; tipuan; muslihat yang halus; tipu daya.
Dilihat dari kedua pengertian kata diatas dapat disimpulkan yang dimaksud
dengan transaksi semu adalah persetujuan jual beli yang tampak seperti asli
(sebenarnya), padahal sama sekali bukan yang asli (sebenarnya).
Transaksi semu atau biasa disebut juga dengan perdagangan semu
dikategorikan sebagai salah satu dari beberapa bentuk manipulasi pasar, maka
kebutuhan untuk merumuskan kriteria ataupun ciri spesifik mengenai istilah
transaksi semu dianggap terjawab dengan adanya penjelasan mengenai
manipulasi pasar dan transaksi semu bukanlah dua hal yang berbeda, karena
transaksi semu itu sendiri adalah merupakan salah satu bentuk manipulasi pasar.
Definisi dari manipulasi pasar dalam pasar modal menurut Black’s Law
Dictionary adalah The illegal practice of raising or lowering a security’s
practice by creating the appearance of active trading. Kurang lebih artinya
adalah praktik ilegal untuk menaikkan atau menurunkan harga efek untuk
menciptakan tampilan perdagangan yang aktif. Beberapa macam tindakan yang
dapat digolongkan tindak pidana manipulasi pasar versi UUPM adalah sebagai
berikut:1
1. Menciptakan gambaran pasar modal yang semu. Antara lain dengan jalan:

1
Modul Hukum dan Etika, Kejahatan di Bidang Pasar Modal, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2016). h. 4.

24
25

a. Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan


pemilikan, atau
b. Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada harga
tertentu, sedangkan pihak lain yang merupakan sekongkolannya juga
melakukan penawaran beli atau penawaran jual pada harga yang kurang
lebih sama.
2. Melakukan dua atau lebih transaksi efek di Bursa Efek sehingga
menyebabkan harga efek tetap, naik atau turun, dengan tujuan agar pihak
lain terpengaruh untuk membeli, menjual atau menahan efek tersebut.
Akibatnya, harga efek tersebut tidak berdasarkan pada permintaan jual atau
beli yang sesungguhnya.
3. Membuat pernyataan atau memberi keterangan yang secara material tidak
benar, yang dapat mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual
efek.
Transaksi semu bukanlah hal baru dalam dunia pasar modal di
Indonesia. Transaksi semu tersebut pada prinsipnya adalah suatu transaksi di
bursa yang sebenarnya tidak sungguh-sungguh terjadi. Sebab, penjual dan
pembeli sebenarnya adalah pihak yang sama. Transaksi semu bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dari investor yang terjebak masuk ke dalamnya.
Perdagangan efek menjadi suatu mata rantai penting, karena tidak semua orang
bermaksud untuk memegang efek tersebut untuk selamanya.
Transaksi semu merupakan perbuatan yang dilarang karena hanya akan
merusak pasar yang dilakukan secara tidak fair. Ada yang berpendapat bahwa
hal tersebut wajar saja terjadi sebab pasar modal sebagai suatu pasar yang bebas
dan terbuka, sementara yang lain beralasan bahwa hal tersebut dilakukan
semata-mata demi kepentingan sepihak dari perusahaan atau institusi tertentu,
pribadi, bahkan pemerintahan.
Transaksi perdagangan saham semu dalam Undang-Undang Pasar
Modal dikenal dengan tindak manipulasi pasar. Praktik tersebut merupakan
salah satu kejahatan di bidang pasar modal. Beberapa pola manipulasi pasar
adalah:
26

1. Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk


mempengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud dibursa efek (false
information). Misalnya suatu pihak menyebarkan rumorbahwa emiten A
akan segera dilikuidasi, pasar merespon yang menyebabkan harga efeknya
jatuh tajam.
2. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak
lengkap (misinformation). Misalnya suatu pihak menyebarkan rumor bahwa
emiten A tidak termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah,
padahal emiten A termasuk yang diambil alih oleh pemerintah.
3. Harga efek dipasar modal sangat sensitif terhadap suatu peristiwa dan
informasi yang berkaitan, baik secara langsung atau tidak dengan efek
tersebut.
Informasi merupakan pedoman pokok para investor untuk mengambil
keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi tersebut tidak dilindungi oleh
hukum sebagai informasi yang benar, maka bagaimana kegiatan perdagangan
pasar modal bisa berjalan. Informasi yang merupakan rumor yang dihembuskan
oleh pihak tertentu dapat menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga
efek bisa naik atau turun. Begitu informasi mendapatkan konfirmasi bahwa
informasi itu benar, maka gejolak pasar akan terhenti, pasar berjalan normal
kembali.
Namun, pada saat fluktuasi terjadi pihak yang menghembuskan
informasi (penipu) menangguk keuntungan. Bagi investor yang tidak berhati-
hati menganalisis informasi maka akan terjebak oleh harga semua yang
berujung pada kerugian. Adapun pasal yang melarang transaksi semu atau
perdagangan semu adalah pasal 91 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal yang menyatakan:
“Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak
langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau
menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga
Efek di Bursa Efek.”
27

Kegiatan yang digolongkan sebagai manipulasi pasar, antara lain:2


1. Marking The Close artinya adalah merekayasa harga permintaan atau
penawaran efek pada saat atau mendekati saat penutupan perdagangan
dengan tujuan membentuk harga efek atau harga pembukaan yang lebih
tinggi pada hari perdagangan berikutnya.
2. Painting The Tape definisinya yaitu kegiatan perdagangan antara
rekening efek satu dengan rekening efek lain yang masih berada dalam
penguasaan satu pihak atau mempunyai keterkaitan sedemikian rupa
sehingga tercipta transaksi semu. Pada dasarnya paiting the tape
mempunyai kemiripan dengan marking the close, namun ia dapat
dilakukan setiap saat.
3. Pembentukan Harga Berkaitan Dengan Merger, Konsolidasi, dan
Akuisisi, dalam pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas, ditentukan bahwa pemegang saham yang tidak
menyetujui rencana merger, konsolidasi dan akuisisi berhak meminta
pada perseroan untuk membeli saham dengan harga yang wajar.
Pemegang saham dapat memanfaatkan ketentuan ini untuk kepentingan
pribadi melalui manipulasi transaksi.
4. Concerning The Market yaitu membeli efek dalam jumlah besar
sehingga dapat menguasai pasar (menyudutkan pasar). Praktik ini dapat
dilakukan dengan cara short selling, yaitu menjual efek dimana pihak
penjual belum memiliki efeknya. Sering concerning dilakukan dengan
cara terlebuh dahulu melakukan penjualan dengan tidak memiliki efek
(short selling), dengan cara meminjamkan efek dari concerning kepada
pelaku short selling, tetapi kemudian menarik kembali saham dalam
pinjaman tersebut sehingga pelaku short selling harus mencarinya di
pasar. Hal ini dapat dilakukan karena BEJ menetapkan jangka waktu
penyelesaian transaksi T+3 (penual wajib menyerahkan efeknya pada
hari ketiga setelah transaksi). Jika penjual gagal menyerahkan efek ada

2
The Indonesia Capital Market Institute, Kejahatan di bidang Pasar Modal (Penipuan,
Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam), (Jakarta: OJK-IDX-KPEI-KSEI, 2010), h. 33.
28

T+3, maka yang bersangkutan harus membeli efek tersebut dipasar tunai
yang biasanya lebih mahal dari pada pasar regular.
5. Pools (Pump-pump Manipulation) merupakan perhimpunan dana dalam
jumlah besar oleh sekelompok investor dimana dana tersebut dikelola
oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar. Manager dari
pools tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya kepada
anggota kelompok investor tersebut untuk mendorong frekuensi jual
beli efek sehingga dapat meningkatkan harga efek tersebut.
6. Wash Sales order beli dan order jual antara anggota asosiasi dilakukan
pada saat yang sama dimana tidak terjadi perubahan kepemilikian
manfaat atas efek. Manipulasi tersebut dilakukan dengan maksud bahwa
mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar dimana tidak terjadi
penjualan atau pembelian yang sesungguhnya. Transaksi ini merupakan
transaksi semu, yaitu sutau transaksi saham yang tidak mengakibatkan
terjadinya peralihan saham secara riil.
7. Matching Order memadukan 2 perintah investor yang serupa dan saling
melengkapi untuk jumlah dan efek yang sama dan pada saat yang
bersamaan (dilakukan pada waktu yang bersamaan).
8. Free Riding pembelian pada saat IPO berharap dapat menjualnya
kembali dengan harga yang mahal dan akan membatalkan pembelian
begitu suasana menjelang alokasi saham kelihatannya kurang
menguntungkan
9. Special Allotments kejahatan ini dilakukan oleh pihak underwriter pada
saat IPO dengan sengaja mengalokasikan suatu sekuritas kepada para
partner, atau kerabat dekat sehingga kelihatan efek tersebut
oversubscribed sehingga harga efek, menjadi mahal
10. Churning dalam hal ini diberikan discretionary account dapat terjadi
bahwa pihak broker melakukan transaksi yang secara berlebih-lebihan
sehingga mendapat fee yang lebih banyak.

B. Manipulasi Transaksi Pasar Modal


29

Pembuktian mengenai ada atau tidaknya manipulasi pasar dalam suatu


perdagangan saham di bursa efek tidaklah semudah membalikan telapak
tangan.Dalam melakukan pembuktian untuk menenentukan apakah suatu
transaksi di pasar saham adalah sebuah kegiatan manipulasi pasar atau tidak,
haruslah dilihat terlebih dahulu unsur-unsur manipulasi pasar itu sendiri. Jika
unsur-unsur dalam manipulasi pasar dapat dibuktikan dan sesuai maka barulah
suatu kegiatan dapat dikategorikan sebagai manipulasi pasar. Di Indonesia
pengaturan mengenai manipulasi pasar diatur di dalam Undang-Undang RI
Nomor. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 91 yang menyebutkan “setiap
Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung,
dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai
kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek.
Sehububungan dengan itu, ketentuan ini melarang adanya tindakan yang
dapat menciptakan gambaran semu mengenai kegiatan perdagangan, keadaan
pasar, atau harga efek, antara lain:Pertama, Melakukan transaksi efek yang
tidak mengakibatkan perubahan pemilikan; atauKedua, Melakukan penawaran
jual atau penawaran beli Efek pada harga tertentu, di mana Pihak tersebut juga
telah bersekongkol dengan Pihak lain yang melakukan penawaran.
Pada bulan September 2002 terjadi gagal bayar anggota bursa pada
transaksi saham DSFI. BAPEPAM(sebelum diganti OJK) dalam menjalankan
tugasnya menindaklanjuti kejadian ini dengan melakukan evaluasi alert watch
periodic bulan juli 2002 tertanggal 7 agustus, dan pemantauan perdagangan real
time, tanggal 8 Agustus diputuskan untuk melakukan penelitian atas nasabah
yang bertransaksi guna membuktikan adanya kemungkinan pola konsorsium di
antara nasabah-nasabah tersebut.
Langkah yang dilakukan kemudian adalah mengidentifikasi anggota
bursa yang aktif bertransaksi, mengumpulkan data dari anggota bursa di atas,
meneliti pola order dan transaksi.Selain itu Selain itu mengidentifikasi nasabah
yang melakukan transaksi melalui anggota bursa terkait, memeriksa
kemungkinan adanya hubungan afiliasi antar nasabah dan anggota bursa serta
30

menelaah keterangan anggota bursa dan mengikuti dengar pendapat dengan


DSFI.
Dalam proses penelitian yang dilakukan oleh BAPEPAM seperti di
jelaskan sebelumnya untuk mengetahui penyebab gagal bayar dan bagaimana
hal itu dilakukan, ditemukanlah bukti-bukti yang mengidentifikasikan telah
terjadi transaksi semu yang dilakukan oleh broker-broker. Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM) dan lembaga yang mempunyai aturan sendiri (self
regulatory organization-SRO), sedikitnya telah menemukan sebanyak 17
anggota bursa (AB) terindikasi terlibat transaksi perdagangan semu yang
berbuntut gagal bayar tersebut. Dua broker, yaitu PT Jasabanda Garta dan PT
Ficor Securities Indonesia, terindikasi kuat terlibat dalam transaksi semu saham
DSFI.
Transaksi semu merupakan manipulasi transaksi pasar sebagaimana
dimasksud dalam Undang-Undang Pasar Modal. Transaksi semu yang
teridentifikasi dalam kasus PT DSFI adalah tidak adanya perubahan
kepemilikan dalam transaksi efek milik PT DSFI sesuai dengan apa yang
diamanatkan dalam penjelasan pasal 91 Undang-Undang Pasar Modal.
Pasal 92 Undang-Undang Pasar Modal menyebutkan bahwa “ setiap
Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung,
dengan tujuan untuk mencipatkan gambaran semu atau menyesatkan mengenai
kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek,dan dalam
penjelasannya menjelaskan bahwa “ketentuan ini melarang dilakukannya
serangkaian transaksi Efek oleh satu Pihak atau beberapa Pihak yang
bersekongkol sehingga menciptakan harga Efek yang semu di Bursa Efek
karena tidak didasarkan pada kekuatan permintaan jual atau beli Efek yang
sebenarnya dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau Pihak lain”.
Sejak tanggal 5 Juli 2002, harga saham PT DSFI mengalami
peningkatan yang pesat dari harga Rp.145 menjadi posisi tertinggi Rp.3. 700
pada tanggal 18 Agustus 2002. Peningkatan ini sebesar 155,17%
(persen). Peningkatan harga saham secara signifikan ini tidak terlepas dari
adanya transaksi semu berupa jual beli saham yang tidak mengakibatkan
31

perubahan kepemilikan. Sebagai contoh jika saham yang dijual di pasar


dilakukan secara terus menerus dengan harga yang dinaikan secara konsisten,
maka bagi investor awam akan berpikir bahwa kondisi PT DSFI dalam kondisi
stabil dan bagus sehingga memicu para Investor untuk membeli saham PT DSFI.
Karena begitu banyaknya investor yang tertarik dengan saham PT DSFI maka
harga saham PT DSFI akan otomatis naik sehingga pelaku transaksi saham
semu dapat mengambil keuntungan dari kenaikan harga itu.
Kenaikan harga itu terjadi karena adanya transaksi semu yang dilakukan
oleh para pelaku transaksi yang dengan sengaja memanipulasi pasar untuk
menciptakan gambaran semu dan bukan karena didasarkan pada kekuatan
permintaan jual atau beli Efek yang sebenarnya.
Dalam penjelasan pasal 91 Undang-Undang Pasar Modal masyarakat
pemodal sangat memerlukan informasi mengenai kegiatan perdagangan,
keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek yang tercermin dari kekuatan
penawaran jual dan penawaran beli Efek sebagai dasar untuk mengambil
keputusan investasi dalam Efek. Jika informasi kegiatan perdagangan, keadaan
pasar, atau harga efek telah dimanipulasi sedemikian rupa seperti penjelasan
contoh kasus di atas, dalam artian transaksi semu saham yang tidak
mengakibatkan perubahan pemilik saham yang dilakukan secara terus menerus
menyebabkan harga saham menjadi naik berubah menjadi false information
untuk investor, jelas investor lah yang dirugikan.Manipulasi pasar seperti ini
dapat dikategorikan dalam kategori “Information-Based Manipulation”.Di
dalam kasus transaksi semu PT DSFI teknik manipulasi pasar yang digunakan
adalah wash trading karena tidak adanya pergantian kepemilikan dalam
transaksi jual beli saham.
Undang-Uundang Pasar Modal mengatur mengenai manipulasi pasar
dan penipuan secara terpisah. Penipuan di atur di dalam Pasal 90 yang isinya
menyebutkan “Dalam kegiatan perdagangan efek, setiap pihak dilarang secara
langsung atau tidak langsung (a)Menipu atau mengelabui pihak lain dengan
menggunakan sarana dan atau cara apapun; (b) turut serta menipu atau
mengelabui Pihak lain; dan (c)membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta
32

yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan
yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat
pernyataan yang dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau
menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain dengan tujuan
mempengaruhi Pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
Dalam kasus PT DSFI ini yang terjadi adalah tidak adanya pergantian
efek setelah dilakukannya penjualan efek oleh anggota bursa, oleh karena itu
sangat tepat jika kasus ini ditetapkan sebagai pelanggaran terhadap Pasal 91 dan
92 Undang-Undang Pasar Modal.Dilihat dari kasus Manipulasi saham PT.DSFI,
pihak yang kemungkinan besar melakukan kegiatan transaksi semu yaitu
PT.Jasabanda dan PT.Ficor Securities Indonesia.
Kegiatan ilegal yang dilakukan adalah adanya jual beli saham yang tidak
mengakibatkan perubahan kepemilikan sehingga terciptanya
gambaran/keadaan semu yang tujuannya untuk mempengaruhi harga saham PT.
DSFI di pasar dalam hal ini Bursa Efek yang dibuktikan dengan adanya
kenaikan saham melebihi 100% dalam kurun waktu di bawah 3 bulan .
Kenaikan harga saham ini merupakan tujuan awal dari para pelaku transaksi
semu yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga saham yang naik
dengan harga saham sebelum naik. Dan yang terakhir adalah untuk menghindari
adanya kerugian terhadap diri sendiri, harga pasar dinaikan sedemikian rupa
untuk mendapatkan keuntungan.Oleh karena unsur-unsur dalam manipulasi
pasar menurut Undang-Undang Pasar Modal terpenuhi dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang terjadi adalah kasus manipulasi pasar dan bukan Penipuan.
Sanksi atas kejahatan dan pelanggaran dalam Pasar Modal juga
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 45 tahun 1995 berisi sanksi
administratif, dan KUH Perdata Pasal 1365 dan UU Perseroan Terbatas.
Penyelesaian kasus kejahatan dan pelanggaran pasar modal oleh BAPEPAM-
LK.Sehubungan dengan pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas BAPEPAM,
telah memberikan sanksi administratif berupa:
Denda sebesar Rp. 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) secara bersama-
sama kepada Sdr. Yulianus Indrayana, Sdr. AG. Marfiyatmo, PT Jaya Makmur
33

Sejahtera, Sdr. Hendri Aristo Sirait, Sdr. Afrizal, Sdr. Irfan Riyadi, Sdr. Akub
Sudarsa, Sdr. Haryadi, Sdr. Meiske Herlina Tengker, Sdr. Mochammad Permana,
Sdr. Agustian Harahap. Kemudian, Denda kepada Perusahaan Efek, masing-
masing: Sebesar Rp. 500.000.000,- kepada: PT Jasabanda Garta, PT Ficor
Sekuritas Indonesia. Sebesar Rp. 150.000.000,- kepada: PT BNI
Securities.Sebesar Rp. 125.000.000,- kepada: PT Kuo Capital Raharja dan PT
Mitra Investdana. Sebesar Rp. 100.000.000,- kepada: PT Evergreen Capital, PT
Megakarya Securities, PT Intra Asia Sekuritas. Sebesar Rp. 75.000.000,-
kepada: PT Arab Malaysian Securities, PT Samuel Sekuritas, PT Danawitta
Securities, PT Global Inter Capital, PT Jalur Wahana, PT Panin Sekuritas.
Peringatan Tertulis dan Denda kepada: Sdr. Rochani Mansyur Rp. 50.000.000,-;
Sdr. Andwihardi Rp. 50.000.000,-; Sdr. Hoksan Sinaga Rp. 50.000.000,-; Sdr.
Zaki Mubarak Rp. 50.000.000,-; dan Sdr. Panungkunan Manullang Rp.
25.000.000
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM KASUS
PRAKTEK MANIPULASI TRANSAKSI PASAR MODAL DI INDONESIA

A. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Terkait Dengan Praktik


Manipulasi Transaksi Di Pasar Modal
1. Perlindungan hukum terhadap investor pasar modal
Undang-undang Nomor. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
dikeluarkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:1
a. Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
b. Pasar modal mempunyai peranan strategis dalam pembangunan
nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan
wahana investasi bagi masyarakat.
c. Landasan hukum yang kukuh dibutuhkan agar pasar modal dapat
berkembang dan untuk lebih menjamin kepastian hukum bagi pemodal
dari praktek-praktek yang merugikan.
d. Sejalan dengan hasil-hasil yang telah tercapai dalam pembangunan
nasional dalam rangka mengantisipasi era globalisasi, Undang-Undang
Nomor. 15 tahun 1952 tentang penciptaan Undang-undang Darurat
tentang Bursa (Lembaran Negara Tahun 1951 No. 79) sebagai Undang-
undang (Lembaran Negara Tahun 1952 No. 67) dianggap sudah tidak
sesuai dengan keadaan.
e. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dipandang perlu untuk
membentuk suatu Undang-undang tentang pasar modal.
Undang Undang Nomor. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
ditetapkan berlandaskan dasar hukum sebagai berikut:2
a. Pasal 5 ayat 1 UUD 1945
b. Pasal 20 ayat 1 UUD 1945

1
CST. Kansil, Christine S. T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1997), h. 41-42.
2
CST. Kansil, Christine S. T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, ... h. 42.

34
35

c. Pasal 33 UUD 1945


d. Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
(Lembaran Negara Tahun 1995 No. 13, Tambahan Lembaran Negara No.
3587).
Dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasar Modal
dinyatakan bahwa “Pembinaan, pengaturan, pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan oleh BAPEPAM dengan tujuan
mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan
efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.”
Rezim Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(selanjutnya disebut UUPM) menentukan dan mengatur bahwa otoritas
yang berwenang atas pasar modal adalah BAPEPAM-LK. Otoritas ini
berada dibawah Kementerian Keuangan untuk membina, mengatur, dan
mengawasi pasar modal. Dalam kegiatannya, BAPEPAM-LK berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. BAPEPAM-LK
lah yang memiliki wewenang untuk melaksanakan perlindungan hukum
pasar modal yang bersifat preventif dan represif.
Dalam rezim UUPM, BAPEPAM-LK merupakan pengejawantahan
institusi untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap pasar
yang mengalami depresi sejak munculnya krisis keuangan di sejumlah
negara Asia. Pada akhirnya pun kiris keuangan inilah yang turut menjadi
salah satu faktor pembentukan OJK sebagai lembaga pengawas jasa
keuangan di Indonesia.
Dalam menjalankan fungsinya, BAPEPAM-LK memiliki
wewenang berupa:
a. Memberi izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana,
Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek;
memberi izin kepada orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi
Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi;
dan memberi persetujuan bagi Bank Kustodian;
36

b. mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali


Amanat;
c. menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan
untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk
manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan
dipilihnya komisaris dan atau direktur yang baru;
d. menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta
menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifnya Pernyataan
Pendaftaran;
e. mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam
hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap
undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya;
f. mewajibkan setiap Pihak untuk menghentikan atau memperbaiki iklan
atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan di Pasar Modal; atau
mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat
yang timbul dari iklan atau promosi yang dimaksud;
g. melakukan pemeriksaan terhadap setiap Emiten atau Perusahaan Publik
yang telah atau diwajibkan menyampaikan Pernyataan Pendaftaran
kepada BAPEPAM; atau Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin
usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, pendaftaran profesi
berdasarkan undang-undang ini;
h. menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam
rangka pelaksanaan wewenang BAPEPAM sebagaimana dimaksud
dalam huruf g;
i. mengumumkan hasil pemeriksaan;
j. membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek
atau menghentikan Transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka
waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal;
k. menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu
tertentu dalam hal keadaan darurat;
37

l. memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi


oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan
membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud;
m. menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan,
dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal;
n. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian
masyarakat sebagia akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang
kegiatan Pasar Modal;
o. memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas undang-
undang ini atau peraturan pelaksanaannya;
p. menetapkan instrumen lain sebagai efek, selain yang telah ditentukan
dalam Pasal 1 angka 5;
q. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan undang-undang ini.
Untuk melindungi investor maka pihak emiten yang akan menjual
efek dalam Penawaran Umum harus memberikan kesempatan kepada
investor untuk membaca prospektus berkenaan dengan efek yang
diterbitkan, sebelum pemesanan ataupun pada saat pemesanan dilakukan.
Pada akhirnya setelah BAPEPAM-LK memperhatikan kelengkapan dan
kejelasan dokumen emiten untuk melakukan Penawaran Umum demi
memenuhi prinsip keterbukaan pasar modal. Hal ini penting mengingat
prospektus atas efek merupakan pintu awal dan waktu untuk
mempertimbangkan bagi investor apakah akan memutuskan membeli atau
tidak atas suatu efek.
Tindakan pencegahan selanjutnya yang dilakukan oleh BAPEPAM-
LK adalah mengatur bahwa prospektus efek dilarang memuat konten
menyesatkan atau keterangan yang tidak benar tentang Fakta Material atau
menyajikan informasi tentang kelebihan dan kekurangan efek yang
ditawarkan. Dalam praktiknya BAPEPAM-LK membuat standar
penyusunan prospektus atas efek yang akan ditawarkan. Tindakan
perlindungan ini dimulai pada saat BAPEPAM-LK memberikan izin
38

terhadap SRO, Reksadana, perusahaan efek, maupun profesi-profesi


penunjang untuk berkegiatan di pasar modal.
Selain tindakan pencegahan, BAPEPAM-LK juga berwenang untuk
melakukan pemeriksaan dan penyidikan.Hal ini merupakan konsekuensi
dari fungsi pengawasan yang diberikan undang-undang terhadap
BAPEPAM-LK.Kegiatan pemeriksaan dilakukan terhadap semua pihak
yang diduga telah, sedang, atau mencoba melakukan atau menyuruh, turut
serta, membujuk, atau membantu melakukan pelanggaran terhadap undang-
undang pasar modal dan peraturan pelaksananya.3
Dalam menjalankan pemeriksaan, BAPEPAM-LK memiliki
wewenang untuk:
a. meminta keterangan dan atau konfirmasi dari pihak yang diduga
melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap undang-undang ini
dan atau peraturan pelaksanaannya atau pihak lain apabila dianggap
perlu;
b. mewajibkan pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam
pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau peraturan
pelaksanaannya untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan
tertentu;
c. memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan,
dan atau dokumen lain, baik milik Pihak yang diduga melakukan atau
terlibat dalam pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau
peraturan pelaksananya maupun pihak lain apabila dianggap perlu; dan
atau
d. menetapkan syarat dan atau mengizinkan Pihak yang diduga melakukan
atau terlibat dalam pelanggaran terhadap undang-undang ini dan atau
peraturan pelaksanaannya untuk melakukan tindakan tertentu yang
diperlukan dalam rangka penyelesaian kerugian yang timbul.

3
Irsan Nasaruddin, dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, cet. 7, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011), h. 117.
39

Jika BAPEPAM-LK berpendapat bahwa pelanggaran terhadap


undang-undang pasar modal dan peraturan pelaksananya mengakibatkan
kerugian di industri jasa pasar modal serta membahayakan kepentingan
hak-hak investor, maka BAPEPAM-LK menetapkan dimulainya tindakan
penyidikan. Penyidikan ini dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu di lingkungan BAPEPAM-LK sesuai dengan Pasal 101 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang diberi
wewenang untuk;
a. menerima laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari seseorang
tentang adanya tindak pidana di bidang Pasar Modal;
b. melakukan penelitian atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang Pasar Modal;
c. melakukan penelitian terhadap Pihak yang diduga melakukan atau
terlibat dalam tindak pidana di bidang Pasar Modal;
d. memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan dan barang bukti dari
setiap Pihak yang disangka melakukan, atau sebagai saksi dalam tindak
pidana di bidang pasar modal;
e. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang pasar modal;
f. melakukan pemeriksaan di setiap tempat tertentu yang diduga terdapat
setiap barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta
melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan bahan bukti
dalam perkara tindak pidana di bidang Pasar Modal;
g. memblokir rekening pada bank atau lembaga keuangan lain dari pihak
yang diduga melakukan atau terlibat dalam tindak pidana di bidang
Pasar Modal;
h. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang Pasar Modal;
i. menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.
Tindakan BAPEPAM-LK berupa pemeriksaan dan penyidikan
merupakan proses kegiatan pengawasan yang bertujuan memberi
40

perlindungan dan kepastian hukum bagi kalangan investor. Dalam hal


memberikan perlindungan hukum bersifat represif, menurut UUPM
memiliki kewenangan untuk memberikan sanksi administratif berupa
peringatan tertulis, denda, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan
usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan persetujuan, dan pembatalan
pendaftaran. Selain itu, UUPM juga memberikan sanksi pidana terhadap
pelaku pelanggaran dan atau kejahatan di bidang jasa pasar modal.
Perlindungan Hukum Bagi Investor Menurut Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki
tugas salah satunya adalah menegakkan perlindungan konsumen jasa
keuangan di Indonesia. Perlindungan konsumen dalam pasar modal
selanjutnya akan disebut sebagai perlindungan investor pasar modal karena
konsumen dalam sektor pasar modal adalah pemodal atau investor. Maka
dari itu, aspek perlindungan terhadap investor pasar modal menjadi
kewenangan OJK. Perihal perlindungan konsumen tercantum dalam Pasal
28, Pasal 29, dan Pasal 30 UU OJK yang merupakan ketentuan-ketentuan
yang mengatur secara eksplisit perihal perlindungan konsumen dan
masyarakat atas industri jasa keuangan.
a. Bentuk perlindungan hukum yang dilakukan OJK terhadap konsumen
bersifat pencegahan atau preventif dan pemberian sanksi atau represif,
mengingat bahwa tugas OJK adalah menjalankan fungsi pengaturan
dan pengawasan sektor jasa keuangan. Pasal 28 UU OJK memberikan
perlindungan hukum bersifat pencegahan kerugian konsumen dan
masyarakat yang dilakukan oleh OJK adalah: memberikan informasi
dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan,
layanan, dan produknya;
b. meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya
apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat;
c. tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
41

Khusus Pasal 29 Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan


menyatakan, bahwa OJK melakukan pelayanan pengaduan Konsumen yang
meliputi;
a. menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan
Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan;
b. membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh
pelaku di Lembaga Jasa Keuangan;
c. memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh
pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan.
Bentuk perlindungan hukum lainnya yang bersifat represif adalah
jika terjadi sengketa antara konsumen dengan perusahaan industri jasa
keuangan, maka OJK berwenang melakukan pembelaan hukum demi
kepentingan konsumen dan masyarakat. Pembelaan hukum tersebut
meliputi memerintahkan perusahaan jasa keuangan untuk menyelesaikan
pengaduan yang dilakukan oleh konsumen yang merasa dirugikan melalui
cara;
a. memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga Jasa
Keuangan untuk menyelesaikan pengaduan konsumen yang dirugikan
Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;
b. mengajukan gugatan untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik
pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan kerugian, baik
yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian
dimaksud maupun di bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak
baik; dan/atau untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang
menyebabkan kerugian pada konsumen dan/atau Lembaga Jasa
Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan.
Landasan filosofis bahwa lembaga OJK memberikan perlindungan
hukum adalah asas-asas yang mendasari OJK dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya, yaitu:
42

a. asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan


dan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK dengan tetap sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan;
c. asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan
umum;
d. asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan, dengan
tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan,
serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan;
e. asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuanga, dengan tetap
berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
f. asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral
dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam
penyelenggaraan Otoritas Jasa Keuangan;
g. asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan Otoritas Jasa
Keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.4
Perlindungan konsumen sektor jasa keuangan di bawah rezim OJK
menaungi seluruh sektor jasa keuangan meliputi lembaga keuangan bank
maupun lembaga keuangan non-bank.Penyatuan pengaturan perlindungan
konsumen sektor jasa keuangan yang selama ini terpencar dimaksudkan

4
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, cet. II, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2011), h. 133-135.
43

untuk memperbaiki sistem serta menutup kekurangan-kekurangan


substansial. Hal ini senada dengan pernyataan Ketua Dewan Komisioner
OJK, Muliaman Darmansyah Hadad“Aturan perlindungan konsumen
selama ini terpencar, bank punya sendiri, pasar modal ada.Namun sekarang
kita gabungkan jadi satu dengan upaya memperbaiki substansinya.
Sehingga nantinya akan ada penekanan, misalnya kewajiban bagi bank dan
lembaga keuangan lain yang menyediakan pelayanan informasi bagi calon
nasabah.”5
2. Upaya Perlindungan Hukum terhadap Investor oleh Otoritas Jasa
Keuangan
OJK selaku lembaga yang kini memiliki wewenang dalam hal
mengawasi kegiatan di pasar modal dan dalam upayanya untuk memberikan
perlidungan hukum kepada pemodal, maka OJK melakukannya dengan dua
cara yaitu :
a. Upaya perlindungan hukum Preventif.
Upaya hukum preventif adalah upaya perlindungan hukum yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya praktek pelanggaran di bidang
pasar modal yang dapat merugikan pemodal. Upaya pencegahan ini
yaitu dalam bentuk peraturan perundang-undangan diantaranya yaitu
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal , melalui
pedoman, bimbingan, dan pengarahan langsungdi dalam UUPM
dijelaskan salah satu unsur penting di dalan transaksi pasar modal yaitu
unsur keterbukaan informasi.
Prinsip full disclosure merupakan prinsip yang mendasar yang harus
ada di dalam pasar modal. Pengaturan mengenai prinsip full disclosure di
dalam UUPM diatur dengan cukup rinci mulai dari keterbukaan informasi
di dalam propektus pada saat akan melakukan penawaran umum (IPO) dan

5
Hatta, “OJK Atur Perlindungan Konsumen”, artikel dari
http://wartaekonomi.co.id/berita8602/ojk-atur-perlindungan-konsumen.html Diakses pada tanggal
1 Juli 2020 pukul 21.43 WIB.
44

juga setelahnya yaitu mengenai keterbukaan informasi material pada saat


penyampaian laporan berkala oleh perusahaan emiten.
Selain itu salah satu bentuk perlindungan terhadap pemodal adalah
melalui pengawasan terhadap perdagangan bursa. Pengawasan terhadap
perdagangan bursa diatur di dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Pasar
Modal yang menyebutkan “Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan
sehari-hari kegiatan pasar modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar
Modal yang selanjutnya disebut BAPEPAM” dalam rangka melakukan
tugas pengawasan tersebut selanjutnya dalam pasal 7 ayat (2) dijelaskan
“Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
bursa efek wajib menyediakan sarana pendukung dan mengawasi kegiatan
anggota bursa efek”.
Dengan lahirnya OJK maka tugas pengawasan tersebut berpindah
dari BAPEPAM kepada OJK. Perpindahan tugas pengawasan ini dijelaskan
di dalam pasal 6 huruf b Undang-undang OJK yang menyatakan OJK
melakukan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan di sector pasar modal
Pengawasan terhadap perdagangan bursa selain dilakukan oleh OJK
juga turut dilakukan oleh Bursa Efek. Divisi Pengawasan Transaksi Bursa
Efek Indonesia memastikan bahwa semua transaksi yang terjadi harus wajar,
teratur dan memberikan informasi yang terbuka terhadap pasar, apabila
terlihat indikasi ketidakwajaran pada sebuah transaksi di bursa maka saham
terkait akan dimasukkan pada pengumuman Unsual Market Activity (UMA)
dan selanjutnya meminta pada emiten untuk menyampaikan keterbukaan
informasi yang memang seharusnya disampaikan kepada public. Namun
apabila tidak terdapat aksi korporasi namun harga saham terus melejit atau
menurun maka BEI akan langsung melakukan suspend dalam rangka
cooling down.6

6
Artikel dengan judul “kepatuhan anggota bursa meningkat” IDX News oktober 2010 urip
budhi prasetyo direktur pengawas transaksi dan kepatuhan PT Bursa Efek Indonesia diakses 5 mei
2020 pukul 12.22 WIB.
45

a. Upaya Perlindungan Hukum Represif


Yaitu dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan dan penerapan
sanksi-sanksi. Apabila terjadi pelanggaran di bidang pasar modal, maka
OJK berwenang untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan seperti
yang disebutkan pada bunyi pasal 9 UU OJK huruf c :

“…Untuk melakukan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud


dalam pasal6, OJK mempunyai wewenang melakukan pengawasan,
pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan
lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau penunjang
kegiatan jasa keuangan sebagaimana dmaksud dalam peraturan
perundang-undangan disektor jasa keuangan.”

Selain melakukan pemeriksaan dan penyidikan OJK juga


memiliki wewenang untuk menetapkan sanksi sebagaimana yang
dijelaskan oleh pasal 8 huruf I UU OJK yang berbunyi :

“Untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana dimaksud


dalam pasal 6, OJK mempun yai wewenang menetapkan peraturan
mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di sector jasa keuangan”

Merujuk pada pasal-pasal tersebut, maka pemodal selaku


pemegang aham berhak untuk meminta pertanggung jawaban direksi
secara perdata, apabila kebijakan direksi menyebabkan kerugian
perseroan. pemodal yang mengalami kerugian juga memiliki hak untuk
melakukan pelaporan kepada OJK untuk dilakukan penyidikan dan juga
pemodal berhak untuk menuntut ganti kerugian dimana pada pasal 111
Undang-Undang Pasar Modal di tegaskan kembali bahwa:

“Setiap pihak yang menderita kerugiam sebagai akibat dari


pelanggaran atas undang-undang dan atau peraturan
pelaksanaanya dapat menuntut ganti rugi, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama dengan pihak lain yang memiliki tuntutan
yang serupa, terhadap pihak atau pihak pihak yang bertanggung
jawan atas pelanggaran tersebut.”
46

B. Pengaturan tentang Larangan Praktek Manipulasi Transaksi di Pasar


Modal

Salah satu bentuk dari pelanggaran di bidang pasar modal adalah


pelanggaran manipulasi pasar. Secara umum definisi dari manipulasi pasar
dapat diartikan sebagai suatu tindakan pura-pura yang tidak mencerminkan
perbuatan yang sebenarnya dengan maksud dan tujuan tertentu yang
tersembunyi.Maksud dan tujuan tersebut biasanya dilakukan untuk
menaikkan harga efek tertentu di bursa efek.
Di dalam black’s law dictionary juga dijumpai pengertian dari
manipulasi pasar yaitu the illegal practice of raising or lowering a security’s
practice by creating the the appearance of active trading yang memiliki arti
manipulasi pasar adalah praktek illegal dari upaya untuk meningkatkan
ataupun menurunkan harga dengan menciptakan gambaran transaksi bursa
yang aktif. Ketentuan hukum Indonesia juga mengatur mengenai
pelanggaran manipulasi pasar yang tertuang di dalam 3 (tiga) pasal pada
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Ketiga pasal
yang mengatur mengenai pelanggaran manipulasi pasar yaitu pada pasal 91,
pasal 92, dan pasal 93.
Di dalam prakteknya pelanggaran manipulasi pasar memliki
beberapa pola pelanggaran yang dapat digolongkan sebagai manipulasi
pasar, yaitu diantaranya:

a. Marking the close, yaitu suatu bentuk kegiatan untuk merekayasa harga
permintaan atau penawaran suatu efek pada saat atau mendekati
penutupan perdagangan yangbertujuan membentuk harga efek atau
harga pembukaan yang lebih tinggi pada hari perdagangan berikutnya.
b. Painting the tape, dimana jual-beli antara rekening efek yang
sebenarnya berada masih dalam penguasaan pihak yang sama atau
mempunyai keterkaitan sedemikian rupa sehingga terciptalah bentuk
perdagangan semu di pasar.
47

c. Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi,


dimana pemegang saham dapat memanfaatkan ketentuan dalam pasal
55 UUPT yang menentukan bahwa pemegang saham yang tidak
menyetujui rencana merger, konsolidasi atau akuisisi berhak meminta
kepada perseroan untuk membeli saham dengan harga wajar, dengan
menaikkan harga pada saat tidak menyetujui hal tersebut.
d. Pools, merupakan penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh
sekelompok investor, dimana selanjutnya dana tersebut dikelola oleh
broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar.
e. Cornering the market, yaitu dengan membeli efek dalam jumlah besar
sehingga dapat menguasai pasar (menyudutkan pasar). Dalam
praktiknya perdagangan efek di bursa efek dapat dilakukan dengan cara
short selling, yaitu menjual efek dimana pihak penjual belum memiliki
efeknya. Hal ini dapat dilakukan karena bursa efek menetapkan jangka
waktu penyelesaian transaksi T+3 (penjual wajib menyerahkan efeknya
pada hari ketiga). Apabila penjual gagal menyerahkan efeknya pada hari
ketiga maka terpaksa harus membeli efek di pasar tunai (yang telah
dikuasai pelaku) yang biasanya lebih mahal.
f. Wash Sales, merupakan suatu bentuk perdagangan semu dimana order
beli dan order jual diantara anggota kelompok dilakukan pada saat yang
sama dimana tidak terjadi perubahan kepemilikan atas efek.
g. False Information, yaitu dengan menyebarkan informasi material palsu
untuk mempengaruhi harga di pasar.
h. Special allotments, kegiatan ini dilakukan oleh pihak underwriter pada
saat IPO dengan sengaja mengalokasikam suatu sekuritas kepada teman
kerja, ataupun kerabat dekat sehingga kelihatan efek tersebut
oversubscribed sehingga harga efek menjadi mahal.
i. Exchange Based Transaction, yaitu transaksi yang beralasan tukar
menukar untuk menimbulkan kesan adanya perdagangan yang aktif
padahal tidak sama sekali.
48

j. Aborted Saller, suatu tindakan yang dilakukan oleh pembeli efek


dimana pembeli tersebut melakukan kontrak untuk membeli sesuatu
efek tetapi tidak punya niat untuk membayar harganya.
Agar pasal modal dapat berkembang dibutuhkan adanya landasan
hukum yang kokoh untuk menjamin kepastian hukum bagi pihak-pihak
yang melakukan kegiatan di pasar modal serta melindungi kepentingan
pemodal dari praktik yang merugikan. Perlindungan hukum merupakan
segala bentuk norma atau tindakan yang memiliki tujuan untuk menciptakan
kondisi yang aman, nyaman dan kepastian hukum bagi subyek hukum baik
orang-perorangan (natuurlijkepersoon) maupun badan hukum
(rechtpersoon)7
Pada tanggal 22 November 2011 telah diresmikan suatu lembaga
independen bernama Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disebut OJK
yang merupakan lembaga pengawas kegiatan keuangan di Indonesia.
Perubahan ini diatur di dalam pasal 1 angka (1) UU OJK yang berbunyi :

“Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disebut OJK, adalah


lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lan
yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana di maksud
dalam Undang-Undang ini.”

Untuk memperjelas lagi dari isi pasal diatas, selanjutnya ketentuan


mengenai peralihan kewenangan dari Bapepam kepada OJK diperjelas lagi
di dalam pasal 55 ayat (1) UU OJK yang berbunyi:

“Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang


pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor
pasar modal, dana pensiun, lembaga pembiayaan, perasuransian,
dan lembaga jasa keuangan lainnya beralih dari menteri keuangan
dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke
OJK”.

7
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu,
1987), h. 1.
49

C. Ketentuan-Ketentuan Hukum Praktek Manipulasi Transaksi di Pasar


Modal
Pasar modal di negara manapun sangat rawan penipuan dan
manipulasi.Trik-trik dalam perdagangan saham memang banyak ragamnya,
dan tidak semua dari trik-trik yang bertendensi negatif tersebut dapat
terdeteksi oleh hukum.Itulah sebabnya perangkat undang-undang yang rinci
dan komprehensif sangat besar artinya bagi suatu pasar modal.Namun
demikian, yang sering kali terjadi adalah peraturannya sendiri sudah baik,
tetapi kandas ketika dipraktekkan.
Di pasar modal Indonesia, seperti di Bursa Efek Jakarta misalnya,
beberapa tindakan penipuan dan manipulasi pasar pernah terdeteksi, tetapi
tidak semua pelaku dapat tertangkap. Jika tidak hati-hati, bahkan dapat juga
terjadi bahwa sanksi dijatuhkan kepada pihak yang sebenarnya dan secara
rational tidak bersalah sama sekali. Karenanya, diperlukan penafsiran dari
ketentuan pasar modal yang ada saat ini yang lebih kondusif terhadap
keadilan, ketertiban, efektif tetapi juga dengan tetap memiliki unsur
kepastian hukum.8
Tindak pidana penipuan dan pengelabuan di pasar modal ini
merupakan salah satu tindak pidana khusus pasar modal, dan yang tergolong
ke dalam tindak pidana penipuan dan pengelabuan pasar adalah; pertama,
menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau
cara apapun. 9 Undang-undang Pasar Modal tidak memberikan suatu
keterangan tentang apa yang dimaksud istilah “menipu” atau “mengelabui”
pihak lain tersebut, namun antara kedua istilah tersebut mempunyai arti
yang mirip. Karena tidak ada pengertian dan batasan yang diberikan secara
jelas kepada kedua istilah tersebut oleh Undang-undang Pasar Modal
Nomor 8 Tahun 1995, maka sangat logis jika ditafsirkan kata “penipuan”
(dan juga “pengelabuan”) tersebut seperti penafsiran kata “penipuan” yang

8
Munir Fuady, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2001), h. 147.
9
C.S.T. Cansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal; Undang-
undang No. 8 Tahun 1995, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 167.
50

berlaku bagi hukum pidana umum berdasarkan KUH Pidana.10 Untuk itu, di
antara unsur-unsur tindak pidana penipuan menurut KUH Pidana adalah
sebagai; memakaian nama palsu, memakai martabat palsu, dengan tipu
muslihat, dan rangkaian kebohongan.
Kedua, turut serta menipu atau mengelabui pihak lain. Apakah
tindak pidana pemalsuan saham di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1993
yangmenghebohkan waktu itu dapat dikategorikan sebagai tindakan
penipuan versi Undang-undang Pasar Modal? Di sini, jika tindakan
pemalsuan saham tersebut digolongkan ke dalam tindakan penipuan ini
terlalu dipaksakan.Karenanya, adalah lebih tepat jika tindakan tersebut tetap
merupakan tindak pidana pemalsuan saham versi Pasal 264 KUH Pidana,
yang diancam dengan hukuman penjara maksimal 8 tahun.11
Sebagai konsekuensi yuridis, dan ini sangat disayangkan, bahwa
Undang-undang Pasar Modal memberikan wewenang kepada BAPEPAM
sebagai polisi hukum untuk memeriksa dan menyidik hanya terhadap para
pelanggar Undang-undang Pasar Modal atau peraturan pelaksananya.
Karenanya, terhadap kegiatan pemalsuan saham misalnya, pihak
BAPEPAM sebagai polisi khusus tersebut tidak berwenang sama sekali. Ini
merupakan suatu harga mati atau loophole yang dibuat oleh Undang-undang
Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995 tersebut. Misalnya kewenangan
pemeriksaan dan penyelidikan dari BAPEPAM tersebut bukan terhadap
“pelanggaran Undang- undang Pasar Modal” melainkan terhadap “setiap
kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal”, sehingga karena itu
BAPEPAM mestinya juga berwenang walaupun si pelaku kejahatan itu
melakukan perbuatan yang bersangkutan dengan pasar modal, tetapi
larangannya tidak terdapat dalam Undang-undang Pasar Modal tetapi
terdapat misalnya dalam KUH Pidana.12

10
Munir Fuady, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2001), h. 149.
11
C.S.T. Cansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal; Undang-
undang No. 8 Tahun 1995, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 167.
12
Munir Fuady, Pasar Modal Modern, ... h. 149-150.
51

Selain dari tindak pidana penipuan dan pengelabuan, Undang-


undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 juga mengintrodusir suatu tindak
pidana yang tersebut dengan istilah “manipulasi pasar”. Undang-undang
mensejajarkan kedua jenis tindak pidana tersebut dengan memberikan
ancaman pidana yang sama beratnya, yakni ancaman pidana maksimal 10
tahun penjara dan denda maksimum Rp 15.000.000.000,00 (lima belas
miliyar rupiah). 13 Beberapa ancaman tindakan yang dapat digolongkan
tindak pidana maipulasi pasar versi Undang-undang Pasar Modal adalah:
Pertama, menciptakan gambaran pasar modal yang semu, misalnya
dengan jalan; melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan
perubahan pemilikan. Kemudian melakukan penawaran jual atau penawaran
beli efek pada harga tertentu, sedangkan pihak lain yang merupakan
sekongkolannya juga melakukan penawaran beli atau penawaran jual pada
harga yang kurang lebih sama.
Kedua, melakukan dua atau lebih transaksi efek di Bursa Efek
sehingga menyebabkan harga efek tetap, naik atau turun, dengan tujuan agar
pihak lain terpengaruh untuk membeli, menjual atau menahan efek tersebut.
Akibatnya, harga efek tersebut tidak berdasarkan permintaan jual atau beli
yang sesusungguhnya.
Ketiga, membuat pernyataan atau memberi keterangan yang secara
material tidak benar, yang dapat mempengaruhi harga efek atau dengan
tujuan untuk mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.14
Perlu diperhatikan dalam hal tindakan manipulasi pasar ini adalah
bahwa sebaiknya jika dikatakan menjual/mengalihkan saham, hendaknya
ditafsirkan bukan hanya dalam pengertiannya yang konvensional, tetapi
termasuk juga tampilan-tampilan barunya, seperti share swap, pertukaran

13
Munir Fuady, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2001), h. 149-150.
14
Imam Sjahputra Tunggal, Aspek Hukum Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta:
Harvariondo, 2000), h. 110-111.
52

saham karena tindakan marger, pelaksanaan opsi saham dengan


mengkonversi right. Inilah yang disebut dengan pragmatic trend.15
Ada masalah yang kontroversial, yaitu masalah harga efek yang
sengaja distabilkan (stabilization).Di dalam hal ini, suatu efek dibeli hanya
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penurunan harga di pasar
terbuka.Misalnya efek di pasar perdana dibeli oleh sindikasi dari investment
bank kemudian tidak berapa lama setelah itu dijual kembali kepada publik
dengan harga yang lebih tinggi.Jadi, dalam hal ini efek di pasar perdana
tersebut dibeli oleh sindikasi under-writing, yang bahkan berjumlah sampai
lebih dari seratus perusahaan underwriter.Di dunia pasar modal, siapa saja
yang membeli efek di pasar perdana untuk kemudian segara menjual
kembali dengan harapan mendapatkan untung disebut free riders.16
Memang, jika dilihat sepintas, seakan ada juga manfaat dari tindakan
“stabilisasi” harga ini, yaitu:
a. Ada unsur kepastian harga bagi emiten.
b. Pembayaran dari pihak underwiter kepada pihak emiten dapat dilakukan
lebih cepat, karena pihak underwriter lebih cepat mendapat uang harga
saham.
c. Dapat menetralisasi harga di pasar dari gejolak akibat adanya supply
oleh pengisian saham yang bersangkutan.
d. Jika market sedang bulish, dengan tindakan stabilisasi harga tersebut
tidak merubah pasar yang bulish tersebut.17
Meskipun demikian, tentunya suatu pasar menginginkan suatu harga
yang layak, yang biasanya ditentukan oleh kebebasan pasar, berdasarkan
hukum permintaan dan penawan.Harga yang layak seperti ini terancam
dengan adanya tindakan stabilisasi harga tersebut, karenanya dapat

15
E.A. Koentin, Analisis Pasar Modal, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), h. 148.
16
Munir Fuady, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2001), h. 151.
17
Munir Fuady, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum, … h. 152.
53

dikatakan bahwa stabilisasi harga tersebut sebenarnya juga merupakan


tindakan manipulasi pasar.18
Dari paparan di atas dapat ditegaskan bahwa banyak trik-trik
penipuan dan pengelabuan ataupun manipulasi pasar yang terjadi di pasar
modal.Undang-undang pasar modal sendiri belum begitu rinci membual
kategori tindakan yang termasuk penipuan dan manipulasi pasar
tersebut.Namun dengan mengacu pada KUH Pidana, tindakan-tindakan
yang termasuk jenis penipuan, pengelabuan dan manipulasi pasar tersebut
dapat ditafsirkan.
Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa pasar modal sangat
rawan terhadap penipuan dan manipulasi.Karenanya telah diterbitkan
undang-undang untuk mengaturnya yang secara sempurna tertuang dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.Sedangkan
yang terkait untuk mengantisipasi atau meminimalisir terhadap tindak
penipuan, manipulasi pasar dan keterlibatan orang dalam, secara khusus
diatur dalam Bab XI pasal 90-93. Adapun rincian pasal-pasalnya adalah:
Pasal 90 menyebutkan bahwa: Dalam kegiatan perdagangan Efek,
setiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung: (a) Menipu atau
mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana atau cara apapun; (b)
Turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain, dan (c) Membuat
pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak
mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat
dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk
diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain
untuk membeli atau menjual Efek.
Pasal 91 menyebutkan: Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan,
baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan

18
Munir Fuady, Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2001), h. 153.
54

gambaran semua atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan,


keadaan pasar atau harga Efek di Bursa Efek.
Pasal 92 menyebutkan: Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dengan Pihak lain dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efek
atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan
harga Efek di Bursa Efek tetap naik, atau turun dengan tujuan
mempengaruhi Pihak lain untuk membeli, menjual atau menahan Efek.
Pasal 93 menyebutkan: Setiap Pihak dilarang, dengan cara apapun,
membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material
tidak benar atau menyesalkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa
Efek apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan: (a)
Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya, mengetahuhi bahwa
pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau
menyesatkan; atau (b) Pihak yang bresangkutan tidak cukup berhati-hati
dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan
tersebut.
Itulah pasal-pasal preventif untuk meminimalisir penipuan dan
manipulasi yang terjadi di Bursa Efek. Dengan aturan-aturan pasal tersebut,
diharapkan para pelaku atau pihak-pihak yang bermain di Bursa Efek dapat
bermain secara fair tanpa merugikan pihak lain.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut: Isi kesimpulan adalah menjawab
rumusan masalah:

1. Perlindungan hukum bagi investor di pasar modal dilakukan melalui 2


cara yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum
represif. Perlindungan hukum preventif dilakukan dalam upaya
pencegahan terjadinya praktek manipulasi pasar dengan
mengaplikasikan UUPM (Undang-Undang Pasar Modal) dan penerapan
prinsip full disclosure bagi perusahaan emiten selain itu salah satu
bentuk perlindungan hukum preventif lainnya adalah melalui metode
pengawasan perdagangan bursa yang dilakukan oleh pihak OJK selaku
lembaga yang berwenang mengawasi kegiatan di pasar modal
sebagaimana yang telah ditentukan di dalam pasal 6 huruf b Undang-
Undang OJK. Selain oleh OJK pengawasan terhadap perdagangan bursa
juga turut dilakukan oleh pihak Bursa Efek. Sedangkan untuk
perlindungan hukum represif, dilakukan dalam bentuk pemeriksaan,
penyidikan dan penerapan sanksi-sanksi yang telah ditentukan oleh OJK
sebagaimana yang telah diatur di dalam pasal 9 dan pasal 8 huruf I
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan.
2. Pengaturan tentang larangan praktek manipulasi transaksi di pasar
modal dalam hal ini di atur dalam Undang-Undang Pasar Modal BAB
XI Pasal 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97 dan 98 yang mana semua pasal
tersebut mengatur tentang penipuan,manipulasi pasar dan perdagangan
orang dalam.

55
56

3. Ketentuan-kentuan hukum tentang praktek manipulasi transaksi di Pasar


Modal di selesaikan dalam bentuk sanksi administratif sesuai dengan
pasal 102 UUPM berupa ganti rugi oleh pihak yang melakukan ke
curangan terhadap investor atau nasabah yang di rugikan dalam tindakan
ini, serta sanksi pidana yang diatur dalam pasal 103 UUPM yang mana
pihak-pihak yang terlibat dalam tindakan kejahatan Pasar Modal
diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau denda
paling banyak lima belas miliar rupiah.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, peneliti ingin sekali
menyertakan beberapa saran untuk kasus ini. Diantaranya:
1. Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, maka penulis
merekomendasikan beberapa hal yaitu: Kepada OJK selaku lembaga
yang mengwasi kegiatan dipasar modal, untuk membuat peraturan yang
lebih jelas mengenai perlindungan pemodal dalam kegiatan transaksi
efek di pasar modal terutama mengenai hak-hak pemodal yang
sebelumnya belum dijelaskan secara rinci didalam UUPM
2. Kepada OJK dan BEI untuk meningkatkan pengawasan terhadap
transaksi efek di bursa efek sehingga dikemudian hari tidak lagi terjadi
pelanggaran-pelanggaran dibidang pasar modal.
3. Di harapkan supaya Undang-Undang Pasar Modal di lakukan revisi
atau peninjauan kembali karena masih banyak pelanggaran yang terjadi
di bidang Pasar Modal.
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Algifari. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Yogyakarta: STIE


YKPN.

Anwar, Jusuf. Pasar Modal Sebagai Sarana Investasi, Bandung: PT. Alumni,
2005.

. Seri Pasar Modal 2, Penegakan Hukum Dan Pengawasan


Pasar Modal Indonesia. Bandung: PT. Alumni, 2008.

Asshiddiqie, J. (2011). Perihal Undang-Undang. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada.

Balfas, Hamud M. Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Tatanusa, 2006.

Fuady, M. (2001). Pasar Modal Modern; Tinjauan Hukum. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.

Hadjon, P. M. (1987). Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya:


Bina Ilmu

Hamidi. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: Universitas


Muhammadiyah, 2007.

Hariyadi, Iswi dan Serfianto. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal.
Jakarta: Visi Media, 2010.

Husnan, S. (2003). Dasar-Dasar Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta:


Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKP.

Irsan Nasarudin, M., et all. Aspek Hukum Pasar modal Indonesia. Jakarta:
Kencana Prenada Media Gorup, 2010, Cetakan 6.

Kansil, CST, C. S. (1997). Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan.

Koentin, E. A. Analisis Pasar Modal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan., 1993.

57
58

Nasaruddin, I. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana, 2011.

Nasution, Bismar. Keterbukaan Dalam Pasar Modal. Jakarta: Fakultas


Hukum Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001.

Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000


Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN. 2003.
Tavinayati dan Yulia Qamariyanti. Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Sinar
Grafika, 2009.
Perundang-undangan

Indonesia (a), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Jurnal Ilmiah
“Perlindungan Hukum Terhadap Investor Menurut Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal” Karya Grandnaldo Yohanes
Tindangen, Jurnal Lex Administractum, Vol.IV/No.2/Feb/2016, h. 17-24.

“Perlindungan Hukum Investor di Pasar Modal” karya Eddy Martino Putralie,


Yusrizal Adi Syahputra, dan Muaz Zul, Jurnal Mercatoria Vol 4 No
1 Tahun 2011, h. 12-22

“Perlindungan Hukum Bagi Investor Terhadap Praktik Kejahatan Insider


Trading Pada Pasar Modal di Indonesia” karya Fadilah Haidar, Jurnal
Citra Hukum Vol.3No1 Juni 2015, h.
133-152
Thesis

Rr Diyah Arrayani, S.H. Penegakan Hukum Pasar Modal Terhadap Manipulasi


Saham Di Bursa (Studi Kasus Transaksi Saham TMPI Di BEJ Tahun
2007). Tesis S2 Magister Hukum UGM. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada, 2011.

Internet
59

Hatta. (2020, Juli). OJK Atur Perlindungan Konsumen. Diambil kembali dari
Warta Ekonomi: http://wartaekonomi.co.id/berita8602/ojk-atur-
perlindungan-konsumen.html

Anda mungkin juga menyukai