Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
UTOMO BIMANTORO
11150480000140
Skripsi
Oleh:
Utomo Bimantoro
NIM. 11150480000140
Pembimbing I Pembimbing II
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S-1) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentua yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Utomo Bimantoro
NIM. 11150480000140
ABSTRAK
v
memberikan perhatian terhadap perkembangan akademik peneliti.
5. Kepala Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas terbaik dalam
mengadakan buku-buku kepustakaan untuk dijadikan bahan referensi peneliti.
6. Kedua orang tua peneliti, Bapak dan Ibu. Beserta Ajeng Pramesthi dan Wildan
Pamungkas. Yang luar biasa dukungan serta doanya sehingga dengan kasih
sayangnya yang selalu diberikan, rasa semangat peneliti tidak pernah berhenti.
7. Sahabat-sahabat perjuangan yang telah menjadi keluarga di Ciputat, walau
sering berpindah-pindah atap. Bone, Ucup, Jimen, Irvan, Kade, Acen, Adi,
Fuad, Jamsari, Bayu, Kecap, dan Topik. Yang menjadi penyemangat bagi
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Pihak-pihak lain yang turut memberikan kontribusi kepada peneliti dalam
penyelesaian skripsi ini.
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB III: PROSES PEMBINAAN NARAPIDANA LEMBAGA
PEMASYARAKATAN CIPINANG ............................................... 37
A. Profil Lembaga Pemasyarakatan Cipinang ..................................... 37
B. Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang ...... 37
C. Over kapasitas di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang .................. 41
BAB IV: DAMPAK OVER KAPASITAS DAN UPAYA PENCEGAHAN
PENGULANGAN TINDAK PIDANA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KELAS I CIPINANG ............................... 48
A. Dampak Over Kapasitas di Lapas Kelas I Cipinang ....................... 48
B. Upaya preventif dan represif dari pihak Lapas Kelas I Cipinang
terhadap pengulangan tindak pidana di dalam Lapas yang berkaitan
dengan dampak Over Kapasitas.......................................................... 62
BAB V: PENUTUP ........................................................................................ 66
A. Kesimpulan ................................................................................... 66
B. Rekomendasi ................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 69
LAMPIRAN ..................................................................................................... 73
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Prijatno Dwidjaja. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Indonesia. (Bandung: Refika
Aditama, 2006), h. 87.
1
2
2
Surdayono dan Natangsa Surbakti. Hukum Pidana. (Surakarta: Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1998), h. 320.
3
Harsono. Sistem Baru Pembinaan Narapidana, (Jakarta: Djambatan, 1995), h. 17.
3
4
Prijatno Dwidjaja, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung: Refika
Aditarma, 2006), h. 87.
5
Badan Pusat Statistik, Statistik Kriminal 2019, (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2019),
h. 11.
6
AZ Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit
Media, 2002), h. 31.
4
7
http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/current/monthly/kanwil/db5c8f20-6bd1-1bd1-
ae4c-313134333039/year/2019/month/9 diakses pada tanggal 28 september 2019.
8
Angkasa, “Over Capacity Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, Faktor Penyebab,
Implikasi Negatif, Serta Solusi Dalam Upaya Optimalisasi Pembinaan Narapidana”, Jurnal
Dinamika Hukum, Vol. 10 No. 3, September 2010, h. 215.
5
9
Muladi & Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana. (Bandung: Alumni,
1984), h. 79.
10
Romli Atmasasmita, Kepenjaraan Dalam suatu Bunga Rampai. (Bandung: Armico,
1983), h. 49.
6
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas peneliti
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
2. Pembatasan Masalah
Dari sekian banyak identifikasi masalah yang ada, peneliti
membatasi pembahasan hanya terkait dampak over kapasitas pada
lembaga pemasyarakatan Kelas I cipinang menurut Undang-Undang
Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 tahun 2013 tentang Tata
Tertib Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara.
7
3. Perumusan Masalah
Fokus utama penelitian ini adalah over kapasitas pada Lembaga
Pemasyarakatan yang menyebabkan terhambatnya fungsi Lembaga
Pemasyarakatan itu sendiri dan mengakibatkan timbulnya tindakan
kriminalitas yang dilakukan oleh narapidana. Untuk membantu
memahami perumusan masalah tersebut maka dapat dijabarkan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian
Berikut adalah tujuan penelitian yang telah peneliti rumuskan :
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari skripsi ini sebagai berikut :
D. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Penelitian merupakan suatu saran pokok dalam pengembangan
ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan karena
penelitian untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodologi dan konsisten,
11
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek. (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h.
15.
9
2. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan yurdis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis adalah
mengidentifikasi dan mengkonsepsi hukum sebagai institusi yang riil
dan fungsional dalam kehidupan yang nyata.13 Pendekatan yuridis
sosiologis adalah menekankan penelitian yang bertujuan memperoleh
pengetahuan hukum secara empiris dengan jalan terjun lansung ke
obyeknya.
3. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data terdiri dari:
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
lokasi penelitian dengan kegiatan wawancara kepada
12
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: UI Press, 2010), h. 34.
13
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: Rineka Cipta, 1986), h.51.
10
14
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), h. 30.
15
Marzuki, Metodologi Riset. (Yogyakarta: PT. Hanindita Offset, 1983), h. 56.
11
6. Metode Penulisan
Penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan metode
penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku
Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, tahun 2017.
1. Skripsi yang ditulis oleh Indra Andriansyah16. Dalam skripsi ini persamaan
pokok pembahasannya adalah pada penempatan kamar hunian Lapas yang
melebihi daya tampungnya namun objek nya berbeda dengan objek yang
dipilih peneliti yaitu karena peneliti memilih objek pada Lembaga
Pemasyarakatan Cipinang sedangkan Skripsi ini memilih objek pada
Lembaga Pemasyarakatan daerah Bandung, hal ini berpengaruh pada
perbedaan data dan jenis masalah pada masing-masing Lembaga
Pemasyarakatan. Perbedaan penelitian ini adalah pada fokus masalah,
dimana Skripsi ini hanya terfokus pada satu jenis masalah yaitu
perkelahian antar narapidana, sedangkan peneliti tidak hanyak fokus pada
satu jenis masalah melainkan keseluruhan masalah dan mencakup upaya
menanggulangi masalah tersebut.
2. Jurnal yang ditulis oleh Galih Puji Mulyono dan Barda Nawawi Arief. 17
Jurnal ini berisi Kondisi Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia yang
mengalami kepadatan narapidana, dan upaya mengurangi kepadatan
narapidana dalam lembaga pemasyarakatan di Indonesia. Persamaan
pokok pembahasan terletak pada upaya mengurangi kepadatan narapidana,
ini menjadi perbandingan karena Jurnal ini ditulis pada tahun 2016 dan
apakah pada tahun 2019 jumlah kepadatan Lembaga Pemasyarakatan
meningkat atau tidak dan untuk membandingkan prilaku narapidana pada
tahun itu dan tahun sekarang. Perbedaan pada jurnal ini membahas tentang
kepadatan seluruh Lapas sedangkan peneliti hanya berfokus pada satu
Lapas.
16
Indra Andriansyah, “Dampak Penempatan Kamar Hunian Melebihi Daya Tampung
Yang Menyebabkan Perkelahian Antar Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Narkotika Bandung”, (Skripsi, Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Pasundan, Bandung,
2018).
17
Galih Puji Mulyono dan Barda Nawawi Arief, “Upaya Mengurangi Kepadatan
Narapidana Dalam Lembaga Pemasyarakatan Di Indonesia”, Jurnal Law Reform Vol. 12 No.1
tahun 2016.
13
F. Sistematika Pembahasan
Penyusunan skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 dan
dibagi dalam 5 pokok pembahasan yang dibagi dalam tiap bab. Berikut
adalah bagian-bagian pembahasan dalam Skripsi ini.
A. Kerangka Konseptual
Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi
sasaran pengamatan dalam menjalankan penelitian1. Berdasarkan
definisi tersebut maka pengertian dari berbagai istilah yang digunakan
untuk menjadi batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemidanaan ialah menerapkan suatu sanksi, kepada pelanggar
larangan-larangan dalam hukum pidana.
1
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: Rineka Cipta, 1986), h.103.
14
15
B. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan kerangka konsep, landasan teori,
atau paradigm yang disusun untuk menganalisis dan memecahkan
masalah penelitian, atau untuk merumuskan hipotesis. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teori di antaranya :
1. Teori Faktor-Faktor Penghambat Penegakan Hukum Pidana
Hukum menjadi pelindung kepentingan seseorang dengan
cara memindahkan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam
rangka kepentingannya tersebut.2 Penegakan hukum pidana ialah
keseluruhan rangkaian kegiatan penyelenggara/ pemeliharaan
keseimbangan hak dan kewajiban masyarakat sesuai harkat dan
martabat manusia serta pertanggung jawaban masing-masing sesuai
dengan fungsinya secara adil dan merata dengan aturan hukum,
peraturan hukum dan perundang-undangan di bidang hukum pidana
yang merupakan wujud dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Penegakan hukum pada
dasarnya bukan semata-mata melaksanakan perundang-undangan saja,
namun terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu
sebagai berikut :
a. Faktor Perundang-Undangan (Substansi hukum)
2
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakhti, 2000), h. 53.
3
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam
Penanggulangan Kejahatan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 25.
16
4
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. (Jakarta:
Rineka Cipta, 1986), h.8.
5
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika,2011), h.194.
6
Ruslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, (Jakarta: Aksara Baru,1983), h. 26.
18
konsep yang dianut oleh teori absolut dan teori relatif tujuan
pemidanaan yaitu di samping penjatuhan pidana itu harus
membuat jera, juga harus memberikan perlindungan serta
pendidikan terhadap masyarakat dan terpidana.
7
Made Darma Weda, Kriminologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996) cet.1, h.
29.
19
1. Pengertian pemidanaan
Pemidanaan ialah menerapkan suatu sanksi, kepada pelanggar
larangan-larangan pidana. Keberadaannya akan memberikan arah dan
pertimbangan mengenal apa yang seharusnya dijadikan sanksi dalam
suatu tindak pidana untuk menegakkan berlakunya norma. Hal ini agar
dalam memberikan suatu sanksi terhadap suatu perbuatan pidana dapat
diterapkan secara adil, agar tidak menyalahi atau tidak melebihi
dengan yang seharusnya dijadikan sanksi terhdapat suatu perbuatan
pidana tersebut.
8
I.S.Susanto, Kriminologi, (Yogyakarta: Genta Publishing 2011), h 94.
20
9
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi. (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 56.
22
1. Pengayoman
2. Persamaan perlakuan dan pelayanan;
3. Pendidikan;
4. Pembimbingan;
5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;
6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan;
7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan
orang-orang tertentu
10
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, (Bandung:
Refika Aditama, 2012), h. 154.
11
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 51.
24
12
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
26
b. Residivis khusus :
1) Seseorang yang telah melakukan kejahatan.
13
Panjaitan dan Simorangkir, LAPAS Dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1995), h. 74.
14
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Rajawali Pers. 2010), h. 123.
28
G. Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan (disingkat LP atau LAPAS) adalah
tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak
didik pemasyarakatan di Indonesia. Lembaga Pemasyarakatan
merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Penghuni Lembaga Pemasyarakatan bisa narapidana (napi) atau
warga binaan pemasyarakatan (WBP) bisa juga yang statusnya masih
29
15
Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung: Refika
Aditama, 2006), h. 104.
31
16
A Josias Simon R dan Thomas Sunaryo, Studi Kebudayaan Lembaga Pemasyarakatan
di Indonesia, (Bandung: Lubuk Agung, 2010), h.1.
32
17
Romli Atmasasmita, Beberapa Catatan Isi Naskah RUU Pemasyarakatan, (Bandung:
Rineka, 1996), h.12.
33
18
Djisman Samosir, Fungsi Pidana Penjara dalam Sistem Pembinaan Narapidana di
Indonesia, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1982), h.13.
19
Pasal 3 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01-PR.07.03
Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan.
34
20
Widiada Gunakarya, Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan, (Bandung: CV. Armico,
1988), h. 54.
21
R. Achmad S. Soema di Pradja, Romli Atmasasmita, Sistem Pemasyarakatan Di
Indonesia, (Bandung: Binacipta, 1979), h. 19.
35
22
Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung: Refika
Aditama, 2006), h. 99.
36
1
https://jakarta.kemenkumham.go.id/profil/upt/lp-cipinang#sejarah-singkat
2
Hisam Wibowo, Kepala Bidang Pembinaan Lapas Kelas 1 Cipinang, Wawancara
Tanggal 13 Oktober 2020.
37
38
3
M. Ibrahim, Fungsional Pembinaan kepribadian Lapas Kelas I Cipinang, Wawancara
Tanggal 13 Oktober 2020.
39
Tenis meja dilakukan dua kali dalam seminggu pada hari Selasa
dan Kamis pukul 07.30 – 10.00 di gazebo.
f. Bola Voli
Kegiatan permainan bola voli dilakukan di lapangan kecil, pada
hari Senin dan Rabu pukul 15.30 -17.00.
g. Bola Basket
Sama halnya dengan bola voli, permainan bola basket dilakukan di
lapangan kecil. Kegiatan tersebut dilakukan pada hari Selasa dan
Kamis, pukul 15.30 – 17.00.
h. Badminton
Kegiatan badminton dilakukan di gazebo, pada hari Senin, Rabu
dan Jumat, pukul 07.30 – 10.00.
i. Seni Musik
Kegiatan seni music dilakukan setiap hari Senin sampai dengan
Jumat, berlokasi di sanggar music milik lembaga pemasyarakatan
dan dapat dilakukan mulai pukul 08.00 – 16.00.
Sementara untuk pembinaan rohani merupakan pembinaan yang
berhubungan dengan spiritual, yaitu pembinaan keagamaan. Ada 4
pembinan keagamaan, yaitu:
a. Pembinaan agama Islam
Untuk pembinaan kepribadian agama Islam dilakukan setiap hari
Senin hingga Jumat dan berlokasi di masjid lembaga
pemasyarakatan.
b. Pembinaan agama Kristen Khatolik dan Protestan
Pembinaan kepribadian agama Kristen Khatolik dan Protestan
dilakukan di gereja setiap harinya.
c. Pembinaan agama Budha
Pembinaan kepribadian agama Budha dilakukan di vihara setiap
hari Senin sampai Minggu.
d. Pembinaan agama Hindu
2. Pembinaan Kemandirian
40
Kelas I Cipinang telah terjadi over kapasitas 387%, hal ini menunjukan
bahwa Lapas Kelas I Cipinang menjadi Lapas dengan jumlah over
kapasitas terbanyak di wilayah DKI Jakarta, hal ini dibuktikan dengan
jumlah kapasitas warga binaan pemasyarakatan Lapas Kelas I Cipinang
adalah 880 orang namun diisi dengan 3399 narapidana dan 9 tahanan per
tanggal 20 oktober 2020. Adapun rincian jumlah warga binaan
pemasyarakatan berdasarkan jenis kejahatannya yaitu:
1 Narkotika 3002
3 Korupsi 53
4 Money Laundring 6
5 Terorisme 12
6 Human Trafficing 4
7 Ilegal Loging 0
9 Transnasional 0
10 Lain – lain 34
Total 3408
No Bidang Jumlah
4
Hisam Wibowo, Kepala Bidang Pembinaan Lapas Kelas I Cipinang, Wawancara
Tanggal 13 Oktober 2020.
5
M. Ibrahim, Fungsional Pembinaan kepribadian Lapas Kelas I Cipinang, Wawancara
Tanggal 13 Oktober 2020.
44
2 Bidang Pembinaan 64
4 Bidang GLATKER 22
5 KPLP 167
Total 330
6
Hisam Wibowo, Kepala Bidang Pembinaan Lapas Kelas I Cipinang, Wawancara
Tanggal 13 Oktober 2020.
45
7
Hisam Wibowo, Kepala Bidang Pembinaan Lapas Kelas I Cipinang, Wawancara
Tanggal 13 Oktober 2020.
8
RAD, Narapidana kasus narkotika Lapas kelas 1 Cipinang.
9
RAD, Narapidana kasus narkotika Lapas Kelas I Cipinang.
46
10
Pasal 8, Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan Dan Rumah Tahanan Negara.
47
48
49
1
Sudarsono, kamus hukum, (Rineka Cipta: Jakarta, 2007), h. 402.
2
Direktorat Jendral Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Ham R.I, Cetak Biru
Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan, 2009, h. 136.
52
3
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-
07.OT. 03 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Unit Pelaksana Teknis
Pemasyarakatan Di Lingkungan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bab 1.
53
lancar apabila situasi dipandang aman dan pembinaan tersebut tidak akan
berjalan kalau memang dirasa keamanannya tidak kondusif. 4
Namun berdasarkan temuan di lapangan, dinyatakan bahwa
dampak dari Over kapasitas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang
adalah sebagai berikut :
1. Sulitnya para warga binaan pemasyarakatan untuk beristirahat dan
beraktifitas sehingga mengakibatkan terganggunya hak-hak warga
binaan berupa yang pertama hak kesehatan, dimana para warga binaan
pemasyarakatan seharusnya memiliki hak untuk mendapatan
pemeriksaan 1 kali dalam 1 bulan, namun disebabkan jumlah tenaga
medis yang tidak sebanding dengan jumlah warga binaan
pemasyarakatan maka hak tersebut menjadi tidak terlaksana.
2. Terganggunya hak untuk menyampaikan keluhan disebabkan
banyaknya narapidana yang menyampaikan keluhannya, dimana tidak
memungkinkan untuk ditanggapi seluruhnya karena jumlah petugas
yang tidak memadai.
3. Sanitasi yang kurang memadai menjadi persoalan yang berdampak
pada kesehatan para narapidana, kamar narapidana dengan tipe 7 yang
memiliki kapasitas untuk 7 orang bisa dihuni sampai 10 orang dan
dengan gaya hidup yang tidak sehat (mandi 1 kali sehari), ini
menjadikan narapidana menjadi rentan terkena berbagai penyakit. 5
4. Kesehatan warga binaan tidak terjamin akibat kelebihan penghuni
pada masing-masing kamar. Akibat kelebihan penghuni tersebut,
petugas Lapas mengalami kesulitan dalam melakukan kontrol ke
masing-masing warga binaan karena jumlah yang padat. Sehingga
terdapat beberapa warga binaan yang sakit namun telat memberikan
4
Hisam Wibowo, Kepala Bidang Pembinaan Lapas Kelas I Cipinang, Wawancara
tanggal 13 Oktober 2020.
5
Hisam Wibowo, Kepala Bidang Pembinaan Lapas Kelas I Cipinang, wawancara tanggal
13 Oktober 2020.
54
6
M. Ibrahim, Fungsional Pembinaan Kepribadian Lapas Kelas I Cipinang, Wawancara
Tanggal 13 Oktober 2020.
55
7
M. Ibrahim, Fungsional Pembinaan kepribadian Lapas Kelas I Cipinang, Wawancara
Tanggal 13 Oktober 2020.
8
Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana, (Yogyakarta: Laksbang Grafika,
2013), h. 140.
57
9
Desy Maryani, “Faktor-Faktor Penyebab Tidak Tercapainya Tujuan Pemidanaan
Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia”, Jurnal Hukum Sehasen, Vol. 1 No. 1, (2015), h. 14.
58
10
Soerjono Soekanto, Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008), h. 8.
59
11
Muhammad Fajar Septianto, Pidana Kerja Sosial Sebagai Alternatif Pidana Penjara
Jangka Pendek, (Malang: Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2014), h. 15.
12
Mohammad Taufik Makarao, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, (Yogyakarta:
Kreasi Wacana, 2006), h. 148.
61
13
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2018 Tentang Penghargaan Pelayanan Publik Berbasis Hak
Asasi Manusia (Republik Indonesia, 2018), Pasal 1.
62
14
Hisam Wibowo, Kepala Bidang Pembinaan Lapas Kelas I Cipinang, Wawancara
tanggal 13 Oktober 2020.
63
15
Hisam Wibowo, Kepala Bidang Pembinaan Lapas Kelas I Cipinang, Wawancara
tanggal 13 Oktober 2020.
65
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan pada bab-bab
sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai jawaban
atas rumusan masalah dalam penelitian, yakni sebagai berikut:
B. Rekomendasi
Sebagai penutup kesimpulan di atas, maka peneliti akan
memberikan rekomendasi ataupun saran yang bertujuan untuk
mengantisipasi masalah serupa, dan mungkin akan dibutuhkan bagi
masyarakat luas. Adapun rekomendasinya sebagai berikut:
Arief, Barda Nawawi. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam Penanggulangan Kejahatan. Jakarta: Kencana, 2008.
Muladi & Barda Nawawi Arief. Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Bandung:
Alumni, 1984.
69
70
Badan Pusat Statistik. Statistik Kriminal 2019. Jakarta: Badan Pusat Statistik,
2019.
Peraturan Perundang-Undangan
Jurnal
Mulyono, Galih Puji dan Barda Nawawi Arief, “Upaya Mengurangi Kepadatan
Narapidana Dalam Lembaga Pemasyarakatan Di Indonesia”, Jurnal Law
Reform Vol. 12 No.1 tahun 2016.
72
Website
Kantor Wilayah DKI Jakarta, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, https://jakarta.kemenkumham.go.id/profil/upt/lp-
cipinang#sejarah-singkat
Skripsi
73