Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
DINNY AULIA HANDAYANI
NIM: 1110044200019
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H /2014 M
PENYELESAIAN PERKARA CERAI GUGAT KARENA SUAMI
NUSYUZ
(Analisis Putusan Perkara Nomor: 3074/Pdt.G/2012/PAJT)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)
Oleh:
DINNY AULIA HANDAYANI
NIM: 1110044200019
Di Bawah Bimbingan
M. Yasir, SH, MH
NIP: 194407091966041003
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Penyelesaian Perkara Cerai Gugat Karena Suami Nusyuz
(Analisis Putusan Nomor: 3074/Pdt.G/2012/PAJT)” telah diajukan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Hukum Keluarga
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Mei 2014.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum.
ii
ABSTRAK
Dinny Aulia Handayani
1110044200019
3074/Pdt.G/2012/PAJT)
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi
penyebab terjadinya perceraian dan khususnya pada nusyuz yang dilakukan oleh
suami. Pada dasarnya suami merupakan kepala rumah tangga yang menjadi
panutan bagi anak-anaknya kelak.
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif yakni dengan mengumpulkan
data, dimana penulis mencari data-data primer ke Pengadilan Agama Jakarta
Timur sebagai objek utamanya dengan menganalisis putusan Perkara Nomor:
3074/Pdt.G/2012/PAJT, dan melakukan wawancara dengan hakim yang
menangani kasus tersebut.
Hasil analisis putusan ini menjelaskan bahwa perceraian tidak hanya terjadi
atas hak suami, melainkan seorang istri juga bisa mengajukan gugatan perceraian
bila sang suami tidak berlaku layaknya seorang suami, tidak bertanggung jawab
serta lalai akan kewajibannya. Atas dasar alasan inilah seorang istri bisa
mengajukan gugatannnya ke Pengadilan Agama.
Kata kunci: Perceraian, Cerai Gugat, Nusyuz, Putusan PA Jakarta Timur Nomor:
3074/Pdt.G/2012/PAJT.
iii
KATA PENGANTAR
ن اا َّرحِيم
ِ ﷲال َّرحَْم
ِ بِ ْســــــــــــــــــ ِم ا
Segala Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kekuatan lahir batin kepada
penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik bagi
menyelesaian skripsi ini, tidaklah luput dari berbagai rintangan yang harus dihadapi,
namun penulis telah berusaha seoptimal mungkin untuk memberikan hasil yang baik,
sehingga penulis berfikir bahwa untuk mencapai sesuatu yang diinginkan tidaklah
mudah.
Atas tersusunya skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, baik dari keluarga, sahabat, teman, civitas akademika kampus,
hingga pihak-pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu pada
kepada:
1 Dr. Phil. JM Muslimin, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
iv
2 Drs. H. A Basiq Djalil SH. MA., sebagai Ketua Program Studi Hukum Keluarga
3 M. Yasir, SH, MH., selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang senantiasa
4 Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
5 Serta Staf Perpustakan Fakultas syariah dan Hukum maupun Perpustakaan Utama
skripsi ini.
6 Para narasumber dan Staf Pengadilan Agama Jakarta Timur yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan observasi dan wawancara untuk
skripsi ini.
7 Ayahanda H. Syukra dan Ibunda Hj. Azizah Abdul-Haq tersayang, yang telah
menjadi orang tua yang bijak bagi anak-anaknya. Berkat do’a, semangat dan
kesabaran yang luar biasa serta dukungan moril dan materil yang tak terhingga
yang telah diberikan dengan tulus, dengan segala kerendahan hati dan rasa terima
kasih yang tak terhingga, skripsi ini ananda persembahkan untuk kalian tersayang.
8 Adik-adik tercinta “Rizka, Beril, Nanda dan Albi” serta keluarga besar yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Berkat do’a dan dukungan dari merekalah Penulis
v
9 Teman-teman Administrasi Keperdataan Islam angkatan 2010, Cut, Tante, dea,
cawal, Novita, Amel, Sasa, Ogek, Ibeng, Uweng, Sukron, Menyeng, Abim dll,
yang tak bisa disebutkan satu peratu yang senantiasa meluangkan waktu untuk
11 Run when you can, walk when you have to, crawl if you must just never give up!!
pernah penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN
1 Skripsi ini merupakan hasil karya aslisaya yang diajukan untuk memenuhi salah
2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah sayacantumkan
Hidayatullah Jakarta.
3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Jakarta.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................i
ABSTRAK.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN.........................................................................vi
DAFTAR ISI….............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
E. Metode Penelitian…............................................................9
F. Sistematika Penulisan….....................................................10
NUSYUZ
A. Perceraian….......................................................................12
A. Duduk Perkara....................................................................56
E. Analisis...............................................................................67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…...................................................................72
B. Saran-saran…...................................................................73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
tangga dalam konstruksi keluarga baru.1 Dalam keluarga sesama pasangan harus
saling berbagi baik suka maupun duka, saling memberi dan menerima, saling
mngasihi dan saling mencintai, karena pada dasarnya cinta itu sederhana.
rasa tentram di antara suami-istri atas dasar kasih sayang. Namun kenyataannya,
jarang sekali sebuah kehidupan rumah tangga berjalan mulus tanpa hantaman
badai perselisihan dan terpaan angin pertengkaran di antara suami dan istri.2
Perkawinan atau pernikahan menurut hukum Islam yaitu ikatan yang sangat
kuat atau mitsaqan ghalizan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya
1
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender,(Malang: UIN Malang Press,
2008), h.135
2
Butsanah as-Sayyid al-Iraqi, Menyingkap Tabir Perceraian,( Jakarta: Dar Thuwaiq, 1996),
h.7
1
2
untuk melakukan pernikahan, tetapi belum mempunyai persiapan bekal (fisik dan
nonfisik) dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw. Untuk berpuasa. Orang berpuasa
memiliki kekuatan atau penghalang dari berbuat tercela yang sangat keji, yaitu
perzinaan.4
fitrah, dikuatkan syara’ dan dibenarkan akal adalah bahwa masing-masing pihak dari
keduanya harus mengerahkan segenap usaha dan upayanya untuk menciptakan dan
mewujudkan rasa cinta, kasih sayang, saling membantu, saling toleran dan ikhlas
oleh kebahagiaan pasangannya. Hal ini sesuai dalam pasal 77 ayat (1) Kompilasi
Hukum Islam (KHI) yang berbunyi: Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk
menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah yang menjadi
Jika usia perkawinan telah berlangsung lama, maka akan terjadi titik temu
dalam sejumlah hal dan banyak hal-hal yang dapat dilakukan secara bersama-sama.
Masing-masing dari pasangan suami istri akan mempengaruhi pasangannya baik jalan
3
Instruksi Presiden RI Nomor 1 tahun 1991, KHI di Indonesia, (Jakarta: Humaniora Utama
Press, 2001), h. 14
4
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.7
3
perkawinan dilakukan untuk selamanya sampai matinya seorang dari suami istri
tersebut. Inilah yang dikehendaki agama Islam. Namun, dalam keadaan tertentu ada
hal-hal yang menghendaki putusnya perkawinan itu dalam arti bilamana hubungan
perkawinan tetap dilanjutkan maka kemudharatan akan terjadi, dalam hal ini Islam
rumah tangga.
Islam merupakan agama yang inklusif dan toleran memberi jalan keluar,
ketika suami istri yang tidak dapat lagi meneruskan perkawinan, dalam arti adanya
ketidak cocokan pandangan hidup dan percekcokan rumah tangga yang tidak bisa
didamaikan lagi, maka Islam memberikan jalan keluar yang dalam istilah fiqh disebut
dengan alasan-alasan tertentu, kendati perceraian itu (sangat) dibenci Allah SWT.6
baik.7Adapun kemungkinan yang dapat terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang
5
Butsanah as-Sayyid al-Iraqi, Menyingkap Tabir Perceraian,( Jakarta: Dar Thuwaiq, 1996),
h.11
6
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama,(Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), cet. Ke-2, h.102
7
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,(Bandung: Sinar Baru Algensindo,
1994), h.339
4
Perkataan Nusyuz begitu sinonim dengan sikap istri yang ingkar atau tidak
Dalam pergaulan antara suami istri ada kalanya terjadi hubungan yang tidak
harmonis. Akibatnya terjadi apa yang ada pada Al-Quran dengan istilah Nusyuz
(pembangkangan). Pembangkangan dalam arti salah satu pihak melanggar atau tidak
Nusyuz bisa terjadi, baik dari pihak istri maupun dari pihak perempuan. 9 Hal ini
sebagai mana tersirat dalam Al-Quran Qs. An-Nisa ayat 128 bahwa jika seorang
wanita khawatir akan Nusyuz atau sikap acuh dari suaminya, maka tidak mengapa
Kompilasi Hukum Islam Nusyuz hanya berlaku bagi istri dan tidak bagi suami,
8
Norzulaili Mohid Ghazali dan Wan Abdul Fattah Wan Ismail, Nusyuz, Shiqaq dan Ahkam
Menurut Al-Quran, Sunah dan Undang-undang Keluarga Islam,(Malaysia: Kolej Universiti Islam
Malaysia (KUIM),2007), xi
9
Hasanuddin, Perkawinan dalam Perspektif Al-Quran, (nikah,talak,cerai,rujuk),(Jakarta:
Nusantara Damai Press, 2011), h.29
5
1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di
luar kemampuannya,
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
5. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat-
Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak akan ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.10
10
Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2007),h. 41
11
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta: Kencana,2008)
6
1. Identifikasi Masalah
Masalah apa sajakah yang terkait dalam perceraian, berikut di bawah ini
uraiannya:
2. Pembatasan Masalah
Pokok dalam masalah penelitian ini ialah mengenai perceraian, namun di sini
penulis membatasi ruang lingkup penulisan skripsi ini hanya pada cerai gugat
karena nusyuz yang dilakukan oleh suami. Saat ini masyarakat hanya
3. Perumusan Masalah
7
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar penulis mendapatkan jawaban yang konkrit dan
pasti dari permasalahan yang selama ini mengganjal dalam hati penulis,
permasalahan yang dirumuskan di atas maka tujuan dari penelitian ini sebagai
berikut:
2. Manfaat Penelitian
8
Syaksiyah.
perceraian.
Dari beberapa literatur skripsi yang ada di perpustakaan Syariah dan Hukum,
1236/Pdt.G/2008/PAJT.
E. Metode Penelitian
I. Jenis Penelitian
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau pelaku yang
Nomor 3074/Pdt.G/2012/PAJT.
1
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab
Pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi
perilaku Nusyuz.
Bab ketiga, membahas tentang Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Timur, Visi, Misi, Struktur Organisa
Bab keempat, berisi Analisis yang mencakup Landasan Yuridis Putusan Hakim Pengadilan Agama Jak
saran.
BAB II
A. Perceraian
bahwa perceraian ada karena adanya perkawinan; tidak ada perkawinan tentu
tidak ada perceraian. Karena itu perkawinan awal hidup bersama sebagai suami
istri dan perceraian akhir hidup bersama suami istri, atau dengan perkataan lain
bahwa perceraian itu adalah sebagai way out pintu darurat bagi suami istri demi
akibat yang tidak dapat dipisahkan dari hukum perkawinan, tetapi hak ini dengan
istri sama sekali tidak berhak minta cerai. Perkembangan peradaban dan
mendapat hak untuk minta cerai. Muhammad saw sama sekali tidak menyetujui
1
Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982), h.
27
2
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah,(Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1995),h. 313
12
1
perceraian yaitu:
1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dalam hukum Islam perceraian atau talak
berasal dari bahasa arab yaitu “thalaq” artinya lepasnya suatu ikatan
Islam adalah sesuatu perbuatan halal yang mempunyai prinsip dilarang oleh
Allah SWT.5
atau kata yang sepadan artinya dengan talak. Perceraian dalam hukum positif
ialah suatu keadaan di mana antara seorang suami dan seorang isteri telah
3
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana,
2006), cet ke-1, h. 17
4
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat,(Jakarta: Rajawali Press,2009), h.229
5
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta: Sinar Grafika,2006),h.73
6
Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum
Nasional,(Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2011),h.174
1
Perceraian adalah ism mashdar (bentuk infinitif) dari kata “thallaqa”, dan
dari pengikatan. Talak menurut syariat adalah pelepasan ikatan pernikahan atau
Sedangkan menurut Abu Zakaria Al-Anshari, talak ialah “Melepas tali akad
nikah dengan kata talak dan yang semacamnya”. Jadi, talak adalah
Secara harfiyah Thalaq itu berarti lepas dan bebas. Dihubungkannya kata
thalaq dalam arti kata ini dengan putusnya perkawinan karena antara suami dan
7
Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita,(Jakarta:
AKBARMEDIA,2009),h.348
8
Kasmuri Selamat, Pedoman Mengayuh Bahtera Rumah Tangga,(Jakarta: Kalam
Mulia,1998),h.23
9
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat,(Jakarta: Rajawali Press,2009), h.230
10
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan,(Jakarta: PRENADA MEDIA,2006),h.198
1
seorang laki-laki dengan perempuan yang selama ini hidup sebagai suami istri.
Istilah yang paling netral memang adalah “perceraian”, namun sulit pula
mencakup segala macam sebab, adalah keputusan suami istri untuk memustus
ikatan perkawinan karena mereka tak sanggup lagi hidup bersama sebagai
suami istri. Sebenarnya, perkawinan itu tiada lain hanyalah suatu perjanjian
untuk hidup bersama sebagai suami istri, dan apabila masing-masing pihak tak
setuju dan tak cocok lagi untuk hidup bersama, maka perceraian tak dapat
ditunda lagi. Tak adanya kesanggupan untuk hidup bersama itu menurut
Qur‟an suci disebut syiqaq (berasal dari kata syaqaqa yang artinya pecah
menjadi dua).11
perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam
11
Kama Rusdiana, Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata,(Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press,2007),h.27
12
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata,(Jakarta:PT. Intermasa,1995), cet ke-27, h.42
1
serta hilangnya hak dan kewajiban suami istri. Walaupun dalam pengucapan
yang sama yaitu untuk berpisah antara suami istri yang diartikan dengan
putusnya perkawinan.
Agama. Pengadilan Agamalah yang akan memberikan kata akhir terjadi atau
adalah:
b. Krisis akhlak
c. Kecemburuan
d. Kawin paksa
e. Krisis ekonomi
h. Penganiayaan
j. Cacat biologis
k. Faktor politis
Merujuk pada data-data di atas, maka kasus yang paling menonjol dalam
1974 tentang Perkawinan membedakan antara cerai talak dengan cerai gugat.
1) Cerai Talak
yang berlaku. Cerai talak baru diatur secara rinci dalam Peraturan
tinggalnya.14
13
Hasbi Indra, dkk , Potret Wanita Shalehah, (Jakarta: PENAMADANI, 2005), cet ke-3,
h.222
14
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana,
2006), cet ke- 1, h.18
1
Islam (KHI) Pasal 117 talak adalah ikrar suami dihadapan sidang
Pengadilan Agama.16
darurat tersebut,karena itu Allah Swt memandang talak yang terjadi antara
suami, istri dan shighat thalaq dan disyaratkan dengan hal-hal sebagai
berikut:
15
Syaikh Hasan Ayyub,Fikih Keluarga,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006),cet ke-5, h.207
16
Inpres No. 1 Tahun 1974 Tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) Departemen Agama,
Pasal 2
17
Abdul Manan, M Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan Agama,(
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2002),h.28
18
Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Persepkitf Al-Quran
(Nikah,Talak,Cerai,Rujuk),(Jakarta: Nusantara Damai Press,2011),h.57
1
Pertama, bukan anak kecil. Para ulama madzhab sepakat bahwa talak
yang dilakukan oleh anak kecil tidak sah sekalipun dia telah pandai.
Kedua, berakal sehat. Talak yang dilakukan oleh orang gila baik
gilanya itu akut atau insidental hukumnya tidak sah. Tetapi para ulama
madzhab sempat sepakat terhadap jatuhnya talak dari orang yang mabuk
minuman haram atas dasar kemauannya sendiri. Namun bila minuman itu
mubah atau ia dipaksa maka talaknya tidak jatuh. Para ulama juga sepakat
Ketiga, atas kehendak sendiri. Ini berdasarkan pada hadist nabi yang
Keempat, Thalaq orang yang dipaksa. Mengingat sabda Nabi: tidak sah
thalaq dan tidak sah memerdekakan budak yang dilakukan dalam keadaan
dipaksa orang.
19
Hasbi Indra, dkk, Potret Wanita Shalehah, (Jakarta: PENAMADANI, 2005), cet ke-3, h.
227
2
sangat, tidak jatuh, berdasar hadist Nabi: “tidak sah thalaq dan tidak sah
jelaslah bahwa thalaq itu harus dilakukan dengan azam (bertetap hati)
dan dipaksa orang, tentu thalaq ini sia-sia, artinya tidak jatuh, seperti
Secara garis besar ditinjau dari boleh atau tidaknya rujuk kembali,
a. Talak Raj‟i
Talak raj‟i adalah thalaq si suami diberi hak untuk kembali kepada
istrinya tanpa melalui nikah baru, selama istrinya masih dalam masa
iddah. Thalaq Raj‟i itu adalah thalaq satu atau thalaq dua tanpa
Status hukum perempuan yang dalam masa thalaq raj‟i itu sama
20
Djamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1982),
hal. 44
2
dalam satu hal, menurut sebagian ulama, yaitu tidak boleh bergaul
kepada mantan istrinya itu. Dengan demikian, cerai dalam bentuk thalaq
raj‟i itu tidak dapat dikatakan putus perkawinan dalam arti sebenarnya.
Dalam pandangan hukum barat inilah yang disebut “pisah meja dan
ranjang”.
b. Talak Bain
Talak bain, yaitu thalaq yang putus secara penuh dalam arti tidak
baru, thalaq bain inilah yang tepat untuk disebut putusnya perkawinan.
Bain sughra, ialah thalaq yang suami tidak boleh ruju’ kepada mantan
istrinya, tetapi ia dapat kawin lagi dengan nikah baru tanpa melalui
21
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan,(Jakarta: PRENADA MEDIA,2006),h. 221
22
Abd al-„Adzim dan Ahmad al-Ghundur, Hukum-Hukum dari Al-Qur’an dan Hadist Secara
Etimologi, Sosial dan Syari’at,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003),h. 131
2
Thalaq dalam bentuk ini tidak memerlukan iddah. Oleh karena tidak ada
masa iddah, maka tidak ada kesempatan untuk ruju’, sebab ruju’ hanya
dilakukan dalam masa iddah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menikahi perempuan-
perempuan mukmin, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu
mencampurinya maka tidak ada masa iddah atas mereka yang perlu
kamu perhitungkan. Namun berilah mereka mut’ah dan lepaskanlah
mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya.(Q:S. Al-Ahzab/4: 49)
Kedua, thalaq yang dilakukan dengan cara tebusan dari pihak istri atau
yang disebut khulu’. Hal ini dapat dipahami dari isyarat firman Allah
23
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan,(Jakarta: PRENADA MEDIA,2006),h.221
2
Artinya::
Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (setelah itu suami dapat)
menahan dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi
kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada
mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu
menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa
keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka
keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri)
untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah
kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah,
mereka itulah orang-orang zalim. (Q:S. Al-Baqarah/2: 229)
disebut fasakh.
Bain Kubra, yaitu thalaq yang tidak memungkinkan suami ruju’ kepada
istrinya itu kawin lagi dengan laki-laki lain dan bercerai pula dengan
Artinya:
Kemudian jika dia menceraikannya (setelah talak yang kedua), maka
perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan
suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya,
2
maka tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas istri)
untuk menikah kembali jika keduanya berpendapat akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah
2
seratus kali. Hingga pada suatu ketika ada seorang lelaki berkata kepada
Dengan heran sang istri bertanya, “bagaimana hal itu bisa terjadi?” sang
terdiam, hingga turunlah firman Allah “ Talak (yang dapat dirujuk) itu
dua kali (setelah itu suami dapat) menahan dengan baik, atau
c. Talak Sunni Pasal 121 Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah talak yang
dibolehkan yaitu talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang suci
d. Talak Bid‟i Pasal 122 Kompilasi Hukum Islam (KHI) adalah talak yang
dilarang, yaitu talak yang dijatuhkan pada waktu istri dalam keadaan
24
As-Suyuthi, Jalaludin, Sebab Turunnya Al-Qu’ran, (Jakarta: Gema Insani. 2009), hal.298
2
haid, atau istri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu suci
tersebut.25
Sudah menjadi ketentuan syara‟ bahwa thalaq itu adalah hak laki-laki
atau suami dan hanya ia saja yang boleh menthalaq istrinya, orang lain
biarpun familinya tidak berhak kalau tidak sebagai wakil yang sah dari suami
tersebut. Islam menjadikan thalaq hak laki-laki atau suami adalah karena laki-
hukum yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang bercerai, dan yang
5) Memberikan pakaian.
25
Abdul Manan, M Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Perdata Wewenang Peradilan Agama,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002),h.29
2
menggunakan hak thalaq yang ada di tangannya. Mengambil istri dengan baik
Ketentuan tersebut merujuk pada firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat
:::)٢٣/(لبقرة
Artinya:
Tidak ada dosa bagimu jika kamu menceraikan istri-istri kamu yang belum
kamu sentuh (campuri) atau belum kamu tentui maharnya. Dan hendaklah
kamu beri mereka mut’ah menurut kemampuannya dan bagi yang tidak
mampu menurut kesanggupannya, yaitu pemberian dengan cara yang patut,
yang merupakan kewajiban bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. (Q:S.
Al-Baqarah/2: 236)
terutama perceraian. Pada dasarnya hal tersebut telah diatur pada UU No. 1
suami, istri juga bisa mengajukan gugatan perceraian apabila sudah tidak
merasa cocok dan tidak tahan lagi oleh tingkah laku suaminya.
Cerai gugat adalah cerai yang didasarkan atas adanya gugatan yang
putus.28
Cerai gugat dalam syari‟at Islam disebut khuluk, makna aslinya adalah
menanggalkan atau membuka sesuatu jika yang meminta cerai itu pihak
istri dengan pembayaran.29 Dalam masalah cerai gugat ataupun khuluk ini
27
M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Sinar
Grafika,2003), h. 214
28
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2006), Cet ke-1, h. 19
29
Kamarusdiana dan Jaenal Arifin, Perbandingan Hukum Perdata,(Jakarta: Kerjasama
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press,2007), h.29
3
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 132 ayat (1) dikatakan
yang kuat.
Di dalam sejarah Islam pun pernah terjadi hal yang berkenaan dengan
kebolehan istri yang meminta cerai kepada suaminya, hal ini tergambar
Artinya: Istri Tsabit bin Qais bin Syammas datang kepada Rasulullah
SAW. Sambil berkata: Hai Rasulullah! Saya tidak mencela akhlak dan
agamanya, tetapi aku tidak ingin mengingkari ajaran Islam. Maka jawab
Rasulullah SAW: maukah kamu mengembalikan kebunnya (Tsabit,
30
Departemen Republik Indonesia, Kompilasi Hukum Islam (KHI),2004
3
Akan tetapi akibat perceraian karena cerai gugat diatur dalam Pasal
2) Ayah;
31
Ibnu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Shahih al Bukhari,(Kairo: Jumhuriyah
Mishro al-Arabiyah, 1411 H), Juz ke- VIII, h. 219
3
tujuan yang digariskan Islam. Akad nikah merupakan suatu perjanjian untuk
selamanya dan langgeng hingga meninggal dunia, agar suami istri bisa hidup
tempat bersemai kasih dan sayang, dan untuk memelihara dan mendidik anak
yang saleh. Oleh karena itu, perkawinan dinyatakan sebagai ikatan antara
suami istri dengan ikatan yang paling suci dan paling kokoh. Istilah ikatan
suci dan kokoh antara suami istri oleh Alquran disebut dengan misaqan
galidzan.
32
Kamarusdiana dan Jaenal Arifin, Perbandingan Hukum Perdata,(Jakarta: Kerjasama
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press,2007), h.43
3
anak-anak.
)س يُا خبب ايراة عٗه ٔز جٓا (ٔر ِا إب دأدٛ ن: عه ٔسهى ٗ مٕل انرٕس ل اهللٚ
ّٛ صه اهلل
Artinya:”Rasulullah saw bersabda,” Bukan dari golongan kami
seseorang yang merusak hubungan seorang perempuan dari
suaminya”. (H.R. Abu Dawud dan Nasa’i)
Jika seorang istri minta cerai tanpa sebab dan alasan yang benar Allah
swt mengharamkan baginya bau surga. Ketentuan ini juga berlaku sebaliknya,
33
Abdul Qadir Djaelani , Keluarga Sakinah, (Surabaya:PT Bina Ilmu Offset, 1995), h. 316
3
yaitu jika suami menceraikan istrinya tanpa alasan yang benar dan sebab yang
pendapat. Pendapat yang paling bisa diterima akal dan konsisten dengan
terlarang, kecuali dengan alasan yang benar. Pendapat ini ditopang oleh
golongan Hanafi dan Hanbali. Salah satu dalil yang digunakannya, yaitu
sedang kawin adalah nikmat, dan kufur terhadap nikmat adalah haram. Jadi
tidak halal bercerai, kecuali karena keadaan darurat. Tetapi jika tidak ada
alasan, perceraian yang demikian berarti kufur terhadap nikmat Allah, berlaku
jahat kepada istri. Karena itu perbuatan tersebut dibenci dan dilarang Islam.34
a. Talak itu menjadi wajib, jika pihak hakam (juru damai) tidak berhasil
34
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1995), h.318
3
b. Talak itu menjadi haram, jika talak tersebut dijatuhkan tanpa alasan.
itu.
mempermudah perceraian.36
1) Pengertian Nusyuz
melakukan perbuatan yang menantang suami tanpa alasan yang dapat diterima
oleh syarak. Ia tidak menaati suaminya atau menolak diajak ke tempat tidur.
kewajiban terhadap pasangan, baik itu dilakukan istri maupun suami. Namun,
36
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1995), hal.320
3
karena itu tidak melaksanakan kewajiban sebagai suami atau istri atau
Nusyuz adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang secara
karena menyalahi sesuatu yang telah ditetapkan agama melalui Al-Quran dan
Hadist Nabi.
g
37
Muhammad Zain, Mukhtar Al-Shodiq, Membangun Keluarga Humanis, (Jakarta: Graha
Cipta, 2005), h.55
4
38
Kementrian Agama RI, Modul Keluarga Sakinah berspektif kesetaraan bagi BP4, (Jakarta:
Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2012), h.110
4
Artinya:
“Kaum laki-laki itu adalah pemipin bagi kaum wanita, karena Allah telah
mengunggulkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka,
sebab itu wanita yang saleh adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka) ” (Q:S. An-Nisa/4 : 34)39
Walaupun suami itu memiliki status dan kedudukan setingkat lebih tinggi
dari istri namun masih ada yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi lagi
yaitu Allah SWT, karena pada hakikatnya tanggung jawab suami itu kepada
Allah SWT sesuai dengan ikatan pernikahan yang merupakan ibadah dan
tangga.40
39
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,(Jakarta: Gema Insani, 1999),h.
702
40
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 1995),h. 269
4
Minimal pasangannya memiliki daya tarik yang kuat. Tidak ada satupun
berkeluarga bersama istri yang shalehah. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah
“Tidak ada persoalan yang lebih baik bagi seorang mukmin setelah
bertaqwa kepada Allah selain istri yang shalehah. Bila ia menyuruhnya, ia
mentaatinya, bila ia memandangnya, membuat hatinya senang, bila ia
bersumpah padanya, ia mendukungnya, bila ia pergi, ia dengan tulus
menjaga diri dan hartanya” (HR Ibnu Majah).41
maupun batin.42
41
Hasbi Indra, dkk, Potret Wanita Shalehah,(Jakarta: PENAMADANI, 2005), cet ke-3, h.11
42
Hasbi Indra, dkk, Potret Wanita Shalehah,(Jakarta: PENAMADANI, 2005), cet ke-3, h. 154
4
yang disuruh suami dan meninggalkan apa yang dicegah suaminya, selama
yang demikian tidak menyalahi norma agama; meminta izin kepada suami
waktu akan bepergian keluar rumah, menjaga suami, harta suami dan harta
1. Istri tidak mau pindah mengikuti suami untuk menempati rumah yang
pada suatu ketika istri melarangnya untuk masuk ke rumah itu dan
43
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan,(Jakarta: PRENADA MEDIA,2006),h. 191
4
Apabila suami melihat bahwa istri akan berbuat hal-hal semacam itu,
maka ia harus memberi nasihat dengan baik, kalau ternyata istri masih
nasihat kepadanya.
dengannya.
44
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat,(Jakarta: Rajawali Press,2009), h. 185-187
4
untuknya.
Dalam artian suami tidak boleh menempuh cara apapun selain dari
ayat 34:
Artinya:
Istri-istri yang kamu khawatirkan akan berlaku nusyuz, maka beri
pengajaranlah mereka dan berpisahlah dari tempat tidur dan pukullah
mereka. Jika mereka sudah mentaatimu janganlah kamu cari-cari jalan
atasnya. Sesungguhnya Allah Maha Tahu Lagi Maha Besar. (Q:S. An-
Nisa’/4 : 34).
45
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan,(Jakarta: PRENADA MEDIA,2006),h.192
4
atau menggauli istrinya dengan baik. Dalam artian yaitu segala sesuatu
yang dapat disebut menggauli istrinya dengan cara buruk, seperti berlaku
dengan asas pergaulan baik. Adapun tindakan istri yang menemukan pada
suaminya sifat nusyuz, dijelaskan Allah dalam surat an-Nisa‟ (4) ayat
128:
“Jika istri khawatir suaminya akan berlaku nusyuz dan berpaling, tidak
ada salahnya jika keduanya melakukan perdamaian dalam bentuk
perdamaian yang menyelesaikan. Berdamai itu adalah cara yang paling
baik. Hawa nafsu manusia tampil dalam bentuk pelit. Bila kamu berbuat
baik dan bertakwa maka sesungguhnya Allah Maha Tahu atas apa yang
kamu perbuat (Q:S an-Nisa/4 : 128)
ن ياٙ ٔالسى،ُٙٔأيسك،ٙ التطهُم: فأراد طالٓلا فمانت، غِرٛ إيا كبرأأ،خدج فكِر ُٓيا أيرا
ٚ
لتٚ (ٌٔإ ايرأة خافت ٍي بعهٓا َٕشزا) اا: فَأسل اهلل عٔس جم،بدا نك
istri Rafi‟ bin Khadij, dan Rafi‟ tidak menyukai suatu hal yang ada pada
diri istrinya itu, barangkali karena sudah tua istrinya berkata, “Janganlah
engkau menceraikan aku, peganglah aku menjadi istrimu, dan gilirlah aku
menurut kehendakmu.”46
Banyak cara yang dapat ditempuh isteri, seperti bersikap manis dan
suami, sebagai air conditioning bagi panasnya hati suami. Apabila masih
46
Abu Abdullah Muhammad bin Idris Asy-Syafi‟i, Musnad Imam Syafi’i/Abu Abdullah
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), cet ke- 1, h. 379
47
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fikqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan,(Jakarta: PRENADA MEDIA,2006),h. 193
4
dikurangi hak materi dalam bentuk nafkah, atau dikurangi hak nonmateri,
seperti isteri bersedia dikurangi giliran malam dan diberikan kepada isteri
yang lain (dalam perkawinan poligami). Cara ini termasuk salah satu
)٢٢: ٨ / (البقرة
4
48
https://www.google.com/search?q=nusyuz+suami (senin, 10 maret 2014, 22:45)
5
dari pihak suami untuk memenuhi kewajibannya kepada istri, baik nafkah
lahir maupun nafkah batin. Berkenaan dengan tugas suami berangkat dari
49
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata di Indonesia Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI,(Jakarta: Kencana,2006), h. 211
5
50
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta: Sinar Grafika,2006),h. 77
BAB III
Sejarah kelahiran Pengadilan Agama Jakarta Timur sangat erat terkait antara
Ibukota Jakarta.
a. Pada saat itu Pengadilan Agama Jakarta di tanah tumpah darah si pitung ini
Jakarta Raya” yang dibantu 2 (dua) kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta
b. Pada tahun 1966 Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta melalui
45
4
Administratif.
Nomor 4 Tahun 1967 lahir Peradilan Agama Jakarta dan diadakan perubahan
Menteri Agama RI No. 4 tahun 1967 tertanggal 17 Januari 1967. Pada saat
wilayah hukum DKI Jakarta diberi nama dengan sebutan “Pengadilan Agama
Jakarta Timur” lalu pada saat yang bersamaan melalui keputusan Gubernur
1966, maka pada tanggal 18 februari 1967 lahir dan diresmikan pula Pengadilan
Agama lain yang berkedudukan di 4 (empat) wilayah hukum DKI Jakarta dalam
Agama.51
Akan tetapi, dalam amandemen ketiga UUD 1945 bab IX pasal 24 ayat (2)
Agung dan badan peradilan yang ada dibawahnya dalam lingkungan Peradilan
Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi:. Pasal
inilah yang membawa pada sistem satu atap (one roof system) dibawah naungan
51
Undang-Undang No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama Pasal 5 ayat (2)
4
sederajat, setara dan sejajar dengan lingkungan peradilan lain dalam pembinaan
Kehakiman. Implementasi one roof system ini tertuang dalam UU tersebut yakni
terdapat pada Pasal 21 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Raya PKP No. 24 Kel. Kelapa Dua Wetan Kec. Ciracas Kodya Jakarta Timur,
Telp (021) 87717549 Kode pos 13730. Gedung Pengadilan Agama Jakarta Timur
dibangun di atas nama hak pakai No. 28 Kodya Jakarta Timur dengan luas tanah
2.760 m2, luas bangunan 1400 m2 terdiri dari 3 lantai yang dibangun tahun 2003
dengan dana APBD Pemda DKI Jakarta. Gedung Pengadilan Agama Jakarta
pelayanan yang prima kepada masyarakat, areal tanah dan bangunan yang cukup
besar, sehingga bisa memiliki lapangan tenis, lapangan parkir yang nyaman dan
areal taman. Dengan keadaan gedung kantor yang demikian besar dan volume
52
Undang-Undang No.3 Tahun 2006 tentan Peradilan Agama Pasal 5 ayat (1)
4
orang ditambah dengan pegawai honorer 13 orang, maka gedung kantor tersebut
dirasakan belum cukup memadai untuk jumlah perkara yang mencapai angka
lebih dari 2.500 perkara per tahun. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan
Agama Jakarta Timur, Pengadilan Agama Jakarta Timur, dibentuk dan berdiri
b. Kelurahan Palmerian
b. Kelurahan Bidaracina
5
a. Kelurahan Baru
b. Kelurahan Cijantung
c. Kelurahan Gedong
d. Kelurahan kalisari
e. Kelurahan Pekayon
a. Kelurahan Balekambang
c. Kelurahan Cawang
5
Kelurahan Cipinang
Kelurahan Jati
Kelurahan Pulogadung
Kelurahan Rawamangun
Kecamatan Cakung terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 251.184 jiwa:
Kelurahan Cakung Barat
Kelurahan Jatinegara
Kelurahan Penggilingan
Kelurahan Pulogebang
a. Kelurahan Cibubur
b. Kelurahan Ciracas
5
d. Kelurahan Rambutan
e. Kelurahan Susukan
d. Kelurahan Pinang Ranti
8. Kecamatan Cipayung, terdiri dari 8 (delapan) kelurahan dengan jumlah
e. Kelurahan Makasar
penduduknya sebanyak 171.883 jiwa:
10. Kecamatan Duren Sawit terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan jumlah
a. Kelurahan Ceger
penduduknya sebanyak 203.280 jiwa:
b. Keluruhan Cilangkap
c. Kelurahan Cipayung
e. Kelurahan Munjul
g. Kelurahan Setu
b. Kelurahan Halim
e. Kelurahan Klender
Badan Peradilan Agama Yang Agung” dalam bentuk putusan yang adil dan
di bawah hidayah Allah SWT. Dan dalam upaya mewujudkan badan peradilan
satu visi yaitu: membangun cita Pengadilan Agama Jakarta Timur yang
berikut:
Timur
a. Wilayah Yuridiksi
7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama pada Ban III tentang kekuasaan
pengadilan pasal 49 ayat (1) yang berisi “Pengadilan Agama bertugas dan
1. Perkawinan
Islam
5
Perkawinan
Waris
Wasiat
Hibah
Wakaf
Zakat
Infaq
Shadaqah
Ekonomi Syariah
hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun hijriyah, dan memberikan
HIR pasal 118 ayat (1 s/d 4) dan pasal 142 (2), dan Undang-undang Nomor
7 Tahun 1989 pasal 66 ayat 1 s/d 5. Tentang kompetentif relatif ini bagi
Timur”.
54
54
http://www.pa- jakartatimur.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=37&Itemid=135
BAB IV
A. Duduk Perkara
Nomor 1 tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Jika tujuan tersebut dapat diwujudkan
dalam keluarga tentunya perceraian tidak akan terjadi. Terdapat 2 (dua) lembaga yang
pemeluk agama non muslim dan Pengadilan Agama bagi yang beragama Islam.
pihak dan dapat diminta bantuan kepada Badan Penasehat Perkawinan dan
Dalam duduk perkara mengenai cerai gugat dalam putusan Pengadilan Agama
Indrayani Binti Margono Yusuf Joni, umur 41 Tahun, Agama Islam, Pekerjaan Ibu
55
M. Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dari
Segi Hukum Perkawinan Islam, Ed. Rev. (Jakarta: Ind-Hill-Co, 1990), h.165
58
5
Sarbini III RT.15 RW. 06 No. 22C Kelurahan Makassar Kecamatan Makassar Kota
Sarbini III RT. 15 RW.06 No. 22C Kelurahan Makassar Kecamatan Makassar Kota
berikut:
Jakarta Timur pada hari senin, tanggal 03 Juni 1996 dengan Kutipan Akta Nikah
suami istri dengan baik, dan telah berhubungan badan dan keduanya bertempat
tinggal bersama terakhir di Jalan Sarbini III RT. 15 RW. 06 No. 22C Kelurahan
56
Sumber barasal dari Arsip Pengadilan Agama Jakarta Timur putusan Perkara Nomor
3074/Pdt.G/2012/PAJT
6
2.2. Fika Rizqiana Dewi, Perempuan lahir di Jakarta tanggal 18 Mei 2002
3. Kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat mulai goyah dan terjadi
pertengkaran dan perselisihan yang sulit diatasi kurang lebih sejak tahun 2007;
4. Perselisihan dan pertengkaran antara penggugat dan tergugat semakin tajam dan
istri.
6. Antara Penggugat dan Tergugat sampai saat ini masih satu rumah, namun kurang
lebih sejak bulan Oktober 2012 sampai sekarang sudah pisah ranjang dan sudah
Kecamatan Makassar Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta dengan No. 1646/1.842.5
yang dikeluarkan pada tanggal 17 Desember 2012. Dengan ini penggugat mohon
penggugat dari seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini dan
berhasil.
penggugat dan tergugat tidak bisa dipertahankan lagi, karena perselisihan dan
pertengkaran yang berkepanjangan dan sulit diatasi dan tidak dapat diharapkan
Pengadilan Agama Jakarta Timur/ Majelis hakim yang memeriksa perkara ini untuk
58
Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor 3074/Pdt.G/2012/PAJT
59
Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor 3074/Pdt.G/2012/PAJT
6
berpoligami, selingkuh, cemburu buta, bosan terhadap istri karena sudah tidak menarik
lagi, kesal terhadap istri, mempunyai kebiasaan yang buruk karena pengaruh pergaulan
C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Perkara Cerai Gugat Karena Suami Nusyuz
pihak suami untuk memenuhi kewajibannya kepada istri, baik nafkah lahir maupun
nafkah batin. Dan yang berkenaan dengan tugas suami, dalam pandangan hukum
Nomor: 3074/Pdt.G/2012/PAJT
diintimidasi oleh kekuasaan siapapun, bahkan Ketua Pengadilan sekalipun tidak berhak
jawab kepada diri sendiri dan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas putusan yang telah
ditetapkan.
60
Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Perkara Nomor 3072/Pdt.G/2012/PAJT
6
tidak menyuruh orang lain untuk hadir sebagai wakil/ kuasanya meskipun tergugat
telah dipanggil dengan resmi dan patut dan tidak datangnya itu tidak terdapat suatu
alasan yang sah menurut hukum, karena itu pemeriksaan terhadap perkaranya tetap
penggugat agar rukun kembali dengan tergugat namun usaha tersebut tidak berhasil.
Penggugat menyatakan tetap pada gugatannya tersebut, tidak ada perubahan ataupun
pernikahan dengan Tergugat, kemudian dikuatkan dengan alat bukti P.1 berupa kutipan
Akta Nikah, maka harus dinyatakan terbukti Penggugat dan Tergugat telah terikat
dalam suatu ikatan perkawinan yang sah, oleh karenanya Penggugat dan Tergugat
antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran disebabkan
karena:
6
mengajukan jawaban karena tidak pernah hadir selama pemeriksaan perkara ini, dan
dengan ketidak hadirannya tersebut dapat dianggap telah melepas hak jawabannya
terhadap gugatan Penggugat, maka berdasarkan ketentuan Pasal 125 HIR perkara ini
sebagai layaknya suami istri yang baik dalam keadaan rukun dan telah dikaruniai 3
(tiga) orang anak, oleh karena itu harus dinyatakan antara Penggugat dan Tergugat
pertengkaran yang terjadi antara Penggugat dan Tergugat tersebut, maka menurut Pasal
22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 0 Tahun 1975 jo Pasal 134 Kompilasi Hukum
yang tidak lain adalah saksi keluarga menerangkan bahwa rumah tangga Penggugat
dan Tergugat sudah tidak harmonis terjadi perselisihan disebabkan faktor ekonomi dan
Tergugat juga bersikap kasar kepada Penggugat dan sejak 5 tahun yang lalu Penggugat
berkesimpulan bahwa perselisihan dan pertengkaran yang terjadi antara Penggugat dan
Tergugat sudah tidak dapat didamaikan lagi karena rumah tangga Penggugat dan
Tergugat telah terjadi perpecahan. Dengan demikian Majelis Hakim menilai bahwa
rumah tangga seperti itu tidak lagi mencerminkan rumah tangga yang harmonis dan
bahagia karena masing-masing hidup secara terpisah yang pada gilirannya telah
diatas, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat
sudah sangat sulit untuk didamaikan lagi dan jika perkawinan tersebut dipertahankan
maka tidak akan sesuai lagi dengan cita-cita dan tujuan perkawinan yakni kehidupan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah, maka apa yang menjadi alasan
dalam gugatan Penggugat telah memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal
39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo Pasal 19 huruf “f” Peraturan
Pemerintah Tahun 1975 dan sejalan pula dengan Pasal 116 huruf “f” Kompilasi
6
Hukum Islam, oleh karenanya Majelis Hakim dapat menerima dan mengabulkan
Menimbang, bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 84 ayat (1) dan (2)
Undang Nomor 50 Tahun 2009, kepada Panitera Pengadilan Agama Jakarta Timur
diperintahkan untuk mengirim salinan putusan ini yang telah berkekuatan hukum tetap
angka 4, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 yang telah diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006,
dan diperbaharui lagi Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka biaya perkara ini
maka sesuai Pasal 237 HIR Penggugat dibebaskan biaya perkara dan seluruh biaya
berlaku serta ketentuan hukum syar’i yang berkaitan dengan perkara ini.
6
3 Menjatuhkan talak Ba’in Sughro Tergugat (Kurdi Wahyudiana bin R.O. Iskandar)
salinan putusan ini yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada Pegawai
Pencatat Nikah KUA Kecamatan Pasar Rebo Kota Jakarta Timur untuk dicatat
5 Biaya yang timbul dalam perkara ini sejumlah Rp. 206.000,- (dua ratus enam ribu
E. Analisis
1 Analisis Putusan
Perceraian memang bukan hal yang diinginkan oleh setiap keluarga, namun
jika dalam keluarga itu sendiri sudah tidak ada lagi keharmonisan di dalamnya yang
menjadi salah satu cara untuk menyelesaikannnya. Namun, banyak juga faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya perceraian baik itu yang dilakukan istri ataupun suami
yang melalaikan tugas dan kewajibannya dalam membina bahtera rumah tangga, dan
salah satunya nusyuz yang dilakukan oleh seorang suami. Sehingga dalam
pembahasan ini perceraian dilakukan atas gugatan seorang istri. Oleh karena itu pada
6
kesempatan kali ini, penulis akan mencoba menganalisis kasus gugatan perceraian
Hakim anggota Hj. Yustimar B., S.H dan Dra. Orba Susilawati, M. HI. Dengan
Joni) dengan Tergugat (Kurdi Wahyudiana bin R.O Iskandar) terjadi pada hari Senin,
tanggal 03 Juni 1996, dicatatkan di PPN KUA Kecamatan Pasar Rebo Kota Jakarta
istri dengan baik sampai dikaruniai 3 (tiga) orang anak yang bernama:
karena sering terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus sehingga sulit
diatasi kurang lebih sejak tahun 2007 yang sampai puncaknya terjadi pada bulan
Oktober 2012 sehingga akhirnya Penggugat tidak sanggup untuk mempertahankan lagi
rumah tangganya.
penyebab perceraian di atas sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975,
belah pihak”. Pasal 33 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, bahwa: “Apabila tidak
tertutup”. Perdamaian antara Penggugat dan Tergugat tidak dapat dicapai karena
dimuka umum pada hari Senin, tanggal 18 Maret 2013 bertepatan dengan tanggal 06
Jumadil Awal 1434 H., Oleh kami Dra. Hj. Farchanah Muqoddas., M. Hum, sebagai
Ketua Majelis serta Hj. Yustimar B., S.H. dan Dra. Orba Susilawati, M.HI. masing –
masing sebagai Hakim Anggota dibantu oleh Fathony, S.H. sebagai Panitera
Pengganti, putusan mana pada hari itu juga diucapkan oleh Ketua Majelis Hakim
tersebut di dalam sidang terbuka untuk umum yang dihadiri oleh Penggugat tanpa
hadirnya Tergugat.
2 . Analisis Penulis
dari suami, yakni tergugat sering berkata-kata kasar kepada Penggugat, jika berselisih
dengan Penggugat sering berkata cerai, sebagai seorang suami yang tidak bisa
7
mempunyai sifat tempramental dan emosional dimana jika terjadi pertengkaran dan
perselisihan sering melakukan kekerasan fisik kepada Penggugat dan tidak dapat
memberikan contoh yang baik kepada keluarganya, yang pada dasarnya seorang
suami itu sebagai pemimpin dalam keluarga dan menjadi panutan dalam rumah
tangganya. Sehingga akhirnya Penggugat sudah tidak sanggup lagi menanggu sakit
Pengadilan Agama Jakarta Timur. Dalam kasus ini penulis menganggap bahwa ada
Dalam masalah ini Penulis menganalisis masalah nusyuz suami, namun pada
dasarnaya di dalam hukum yang ada hanya memuat tentang nusyuz istri saja, hal ini
sebagaimana yang termuat di dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 84 ayat 1 yang
berbunyi :“istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat 1 kecuali dengan alasan yang
pasal 19 dan Kompilasi Hukum Islam pasal 116 yang didalamnya menyebutkan
1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena
3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
6. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga
unsur nusyuz suami. Namun, hal seperti ini saja tidak cukup karena tidak ada bentuk
kejelasan bagaimana bentuk pengaturan yang dapat diakui dimuka hukum untuk
oleh suaminya.
berpoligami, selingkuh, cemburu buta, bosan terhadap istri karena sudah tidak
menarik lagi, kesal terhadap istri, mempunyai kebiasaan yang buruk karena pengaruh
PENUTUP
A. Kesimpulan
tidak menarik lagi, kesal terhadap istri, mempunyai kebiasaan yang buruk
pihak suami untuk memenuhi kewajibannya kepada istri, baik nafkah lahir
maupun nafkah batin. Dan yang berkenaan dengan tugas suami, dalam
pandangan hukum Islam sudah dijelaskan pada surat An-Nisa ayat 128.
dimana dalam pasal ini memberikan keterangan mengenai dasar dan tujuan
72
73
B. Saran
warahmah.
perceraian karena nusyuz istri atau suami, sehingga akibat hukum yang
ditimbulkan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-‘Adzim dan Ahmad al-Ghundur, Hukum-Hukum dari Al-Qur’an dan Hadist
Secara Etimologi, Sosial dan Syari’at. Jakarta: Pustaka Firdaus 2003.
Djaelani, Abdul Qadir. Keluarga Sakinah. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1995
http://www.pajakartatimur.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=37&Item
id=135
https://www.google.com/search?q=nusyuz+suami
Tihami dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat. Jakarta: Rajawali Press, 2009.
perceraian?
Tentu banyak, namun setiap tahunnya kita merekapitulasi akan setiap perkaranya
Banyak yang menjadi alasan dalam perkara cerai gugat, namun terkadang sering
Sebenarnya sama saja, namun cerai gugat itu persidangannya lebih singkat karena
Banyak faktor ya, tapi terkadang suami nusyuz bisa disebabkan karena ulah dari
istri, seperti istri jarang di rumah atau tidak patut pada suami.
3074/Pdt.G/2012/PAJT?
Kita sebagai hakim untuk memutuskan sebuah perkara harus berdasarkan KHI