Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy.)
Oleh
MARLIANITA
NIM: 207044100664
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy.)
Oleh
MARLIANITA
NIM: 207044100664
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
PANITIA UJIAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
Jakarta.
MARLIANITA
NIM: 207044100664
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan merampungkan skripsi ini. Dengan
berbagai rasa yang menjadi satu lelah, kesal, dan sedih bahkan rasa sedikit putus asa
yang muncul dibeberapa waktu, namun semuanya berakhir dengan kelegaan dan
keharuan sehingga timbul semangat luar biasa. Tidak lupa salam serta shalawat
dihaturkan atas baginda besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga para sahabat
orang lain dan tidaklah mungkin terwujud semua usaha tanpa bantuan orang lain.
Dengan ini penulis dalam rangka menyelesaikan tugas, dalam kerendahan hati ini,
1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., sebagai Dekan Fakultas Syariah
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA., sebagai Ketua Jurusan Peradilan Agama dan
3. Dr. Ahmad Yani, M.Ag., sebagai Ketua Koordinator Teknis Program Non
Reguler dan Mufidah, S.Hi., sebagai Sekretaris Koordinator Teknis Program Non
Reguler.
i
4. Ibu Dr. Hj. Mesraini, M. Ag, sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak
5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah sabar membimbing dan
9. Yang tercinta dan terkasih kedua orangtua, keluarga, Suami “Agus Setia
Mulyana”, dan anak tercinta “Ismail Setia Dirgantara”, yang senantiasa selalu
Nurmilah Sari, sdri Syarifah Ummi Hanni, sdra „Deni. K, Deni. H, Arifin,
ii
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
semuanya baik yang berupa doa maupun materill yang tidak dapat penulis balas
dengan baik, semoga Allah SWT yang akan membalas kebaikan kalian semuanya.
Amin
Penulis
iii
DAFTAR ISI
SELATAN ........................................................................................... 37
iv
B. Proses Pemeriksaan Penyelesaian Harta Bersama
A. Kesimpulan .................................................................................... 62
LAMPIRAN ............................................................................................................ 69
v
BAB I
PENDAHULUAN
manusia itu sendiri, karena perkawinan itu merupakan proses untuk menjalani
lahir dan bathin selaras antara rohani dan jasmani. Demikian juga kebutuhan
dipergunakan baik oleh suami maupun istri untuk memenuhi kebutuhan hidup
maupunyang diperoleh selama suami dan istri dalam ikatan perkawinan. Menurut
dijelaskan bahwa harta dalam perkawinan di bagi kepada 2 jenis, yaitu: harta
bersama dan harta bawaan. Yang dimaksud dengan harta bersama adalah harta
pencaharian yang diperoleh selama suami dan istri diikat dalam perkawinan dan
1
Surojo Wignodipuro, Pengantar dan Azas-azas Hukum Adat, (Jakarta : Gunung Agung,
1982), hal.149
1
2
harta tersebut tidak diperoleh melalui warisan, hadiah dan hibah.Suami dan istri
dapat berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu atas harta tersebut berdasarkan
berlaku kesatuan bulat antara harta kekayaan suami istri. Adapun terkait dengan
status harta yang sudah dimiliki sebelum menikah, mahar, warisan, hadiah dan
hibah disebut sebagai harta bawaan dari masing-masing suami istri. Harta bawaan
perkawinan dilaksanakan dan tidak boleh ditiadakan atau diubah dengan suatu
2
persetujuan antara suami dan istri. Jika bermaksud mengadakan penyimpangan
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, suami istri harus menempuh jalan dengan
autentik dihadapan Pejabat yang berwenang, yaituPegawai Pencatat Nikah. Hal ini
diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 47 ayat 1. Akta autentik tersebut
2
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2008), Ed. 1, cet.2, hal. 104
3
harmonis dan bahagia, dikarenakan kedua belah pihak kurang memahami antara
hak dan kewajiban masing-masing sebagai suami istri sebagaimana yang telah
Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam (KHI), Kitab
terjadi putusnya perkawinan baik karena kematian atau perceraian maka kepada
suami istri tersebut masing-masing mendapat setengah bagian dari harta yang
Beberapa hal tidak sejalan dengan perkembangan hukum dan kondisi sosial yang
dalam bidang komunikasi, informasi dan hal-hal yang menyangkut dengan sosial
3
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2008), Ed. 1, cet.2, hal. 105
4
budaya, seperti pihak istri bekerja tidak hanya sebatas menjadi ibu rumah tangga,
dengan kata lain pihak suami tidak berpartisipasi dalam membangun ekonomi
rumah tangga atau suami istri yang sama-sama berpartisipasi dalam membangun
perolehan harta bersama dan juga pembagian harta bersama apabila terjadi
perceraian.
Oleh karena itu perlu adanya pertimbangan khusus tentang partisipasi dari
pihak istri atau partisipasi dari kedua belah pihak dalam mewujudkan harta
bersama keluarga, sehingga bagian yang menetapkan setengah dari harta bersama
harta bersama untuk istri dan untuk suami?. Ataukah hakim Pengadilan Agama
telah melenturkan aturan tersebut?. Dalam hal ini Peneliti akan memfokuskan
penelitian pada putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, dengan judul:
Agama Jakarta Selatan, Bagaimana perhitungan dan putusan Hakim tentang harta
bersama.
Untuk lebih fokusnya penelitian ini, maka peneliti hanya membatasi pada
putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan tentang gugatan harta bersama dalam
kasus apabila suami bekerja sedangkan istri tidak bekerja, suami tidak bekerja
gugatan harta bersama pasca perceraian yang diputus oleh pihak Pengadilan, maka
Jakarta Selatan?
3. Apakah putusan Majelis Hakim dalam pembagian harta bersama sudah sesuai
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah, yaitu
sebagai berikut:
bersama;
6
D. Manfaat Penelitian
harta bersama pasca perceraian apabila pihak suami bekerja sedangkan pihak
istri tidak bekerja, pihak suami tidak bekerja sedangkan pihak istri bekerja,
pihak suami dan pihak istri sama-sama bekerja serta implementasinya dalam
3. Penelitian ini diharapkan dapat merumuskan cara yang tepat dalam hal
Pengadilan Agama.
E. Metode Penelitian
1. Obyek Penelitian
gugatan harta bersama yang mana putusan tersebut penulis ambil secara acak,
2. Jenis Penelitian
3. Metode Pendekatan
4
Yayan Sopyan, Metode Penelitian, (Jakarta: t.p., 2009), h. 21.
8
1) Putusan Pengadilan
2) Wawancara
b. Data Sekunder
literature dan karya ilmiah yang ada hubungannya dengan materi yang
dibahas, yaitu:
Perkawinan;
5) Yurisprudensi;
6) Literature-literatur Hukum:
a) Buku-buku;
b) Jurnal;
c) Website;
d) Artikel.
10
c. Data Tersier
terhadap data primer dan data sekunder dengan menggunakan analisa isi
F. Review Penelitian
diantaranya:
Identitas Penelitian : Skripsi, tahun 2010, Prodi SAS UIN Jakarta Syarif
Hidayatullah.
deskriptif.
Doctrinal Reseace.
Bersama
Peneliti : Hernasari
Identitas Penelitian : Skripsi, tahun 2009, Prodi SAS UIN Jakarta Syarif
Hidayatullah.
selama pernikahan.
393/PDT.G/2007/PA. TNG
Identitas Penelitian : Skripsi, tahun 2009, Prodi SAS UIN Jakarta Syarif
Hidayatullah.
pasal tersebut.
dengan penelitian yang peneliti lakukan. Meski topik penelitiannya masih sama-
sama terkait harta bersama, namun obyek dan fokus penelitiannya berbeda.
Karena obyek dan fokus penelitian dalam skripsi ini adalah putusan Majelis
bersama, yang mana putusan tersebut terfokus kepada porsi pembagian harta
bersama apabila:
G. Sistematika Penulisan
yang meliputi, definisi harta bersama, dasar hukum harta bersama, pengurusan
pembagian harta bersama dan konsep harta bersama dalam pandangan fiqih.
Bab keempat berisi penutup yang meliputi kesimpulan yang dapat penulis
ambil dari keseluruhan skripsi ini, dan diakhiri dengan saran dan rekomendasi.
BAB II
Dari segi bahasa harta yaitu barang-barang (uang dan sebagainya) yang
menjadi kekayaan.1 Sedangkan harta bersama adalah harta yang diperoleh suami
dengan harta bersama adalah semua harta yang diperoleh selama perkawinan
dan juga tanpa mempersoalkan atas nama siapa harta kekayaan itu terdaftar.3
yang dimaksud dengan harta bersama adalah harta kekayaan yang dihasilkan
melalui jerih payah atau usaha suami dan/atau istri selama mereka diikat oleh tali
perkawinan.
Begitu juga, tidak termasuk harta bersama harta yang berasal dari harta warisan,
1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet.2, h.199.
2
Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet.6, h.160.
3
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2008), cet.2, h.108.
14
15
harta hibah dan barang-barang hadiah, meskipun harta tersebut diperoleh disaat
benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama‟‟. Cakupan atau
batasan dari harta bersama diatur pada ayat (2) yaitu: ‟‟Harta bawaan dari
masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing
Dalam Kompilasi Hukum Islam, harta besama diatur lebih rinci. Pasal 1
perkawinan atau syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau
terjadi harta bersama menyeluruh antara suami istri, sejauh hal itu tidak
1. Harta Bersama, yaitu harta kekayaan yang dihasilkan melalui jerih payah
suami dan/atau istri selama mereka diikat oleh tali perkawinan, bukan harta
yang berasal dari harta perorangan atau pribadi yang berasal dari pencaharian
sendiri sebelum perkawinan, dan bukan pula harta yang diperoleh pada saat
2. Harta Pribadi, yaitu harta kekayaan perorangan baik itu harta perorangan
suami atau harta perorangan istri yang berasal dari pencaharian masing-
masing sebelum perkawinan, dan harta yang diperoleh ketika terikat tali
umum lainnya. Dan juga tidak diperkenankan mengganggu hak orang lain, yang
menjadi masalah mengenai harta kekayaan suami istri ini ialah mana yang dapat
dimasukkan ke dalam harta persatuan suami istri dan yang merupakan harta
4
Husni Syawali, Pengurusan (Bestuur) Atas Harta Kekayaan Perkawinan Menurut KUH
Perdata, Undang-undang Nomor 1 Tahun1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Islam, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009), cet.1, h.72.
17
1. Harta Bawaan
Harta Bawaan, yaitu harta benda atau barang-barang tertentu yang dibawa
baik oleh suami atau istri pada waktu kawin. Apabila suami yang memperoleh
barang itu, maka ia sendiri menjadi pemiliknya dan istri tidak ikut
itu. Demikian juga sebaliknya, dengan harta bawaan istri. Apabila melakukan
persetujuan terlebih dahulu dari salah satu pihak karena masing-masing suami
2. Harta Bersama
Harta bersama yaitu harta benda yang diperoleh suami atau istri secara
pengurusan harta bersama ini menjadi hak dan kewajiban suami istri secara
salah satu pihak. Sesuai dengan isi Pasal 36 ayat (1)Undang-undang Nomor 1
tahun 1974 tentang Perkawinan: ”Mengenai harta bersama, suami atau istri
Hadiah yaitu harta yang diperoleh dari suatu pemberian yang timbul karena
yang disebabkan hal-hal tertentu.5 Hadiah dalam hal ini dapat diartikan juga
Sedangkan harta yang berasal dari warisan yaitu harta pengoperan yang
Untuk pengurusan harta kekayaan perkawinan yang berasal dari hadiah atau
warisan adalah menjadi hak dan kewajiban masing-masing suami atau istri
pemilik harta tersebut. Pasangan dari suami atau istri tidak perlu persetujuan
seorang wanita, berakibat timbulnya hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban
5
Ibid., h.51.
6
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana,
2009), h.248.
19
suami istri ini diatur dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 34 Undang-undang
kewajibannya dalam hal membina rumah tangga. Hal ini disebutkan dalam Pasal
31 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan: ”Hak dan
kewajiban suami istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
Meskipun hak dan kwajiban suami istri itu sama, akan tetapi dalam hal pemegang
pimpinan keluarga tetap berada pada pihak suami dan istri sebagai ibu rumah
tangga.
seperti tersebut diatas, ada lagi yang tidak kalah pentingnya yaitu yang berkaitan
dengan harta kekayaan dalam rumah tangga. Hak dan kewajiban dalam
harta, yaitu harta bawaan, harta bersama dan harta yang berasal dari hadiah atau
warisan. Hal ini telah diatur dalam Pasal 35 dan Pasal 36 Undang-undang Nomor
Pasal 35 berbunyi:
2. Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang
Pasal 36 berbunyi:
1. Mengenai harta bersama, suami istri dapat bertindak atas persetujuan kedua
belah pihak;
Adapun hutang piutang suami istri selama perkawinan, suami istri tersebut
bertanggung jawab dengan harta bersama mereka, maupun dengan harta bawaan
mereka. Apabila hutang tersebut adalah hutang suami, maka suami yang
bertanggung jawab dengan harta bawaannya dan dengan harta bersama. Harta
bawaan istri tidak ikut dipertanggung jawabkan untuk hutang suami apabila tidak
dengan hutang istri. Yang menyangkut hutang suami istri setelah perceraian
Dalam hal kelebihan suami atas istri tidak boleh dijadikan alasan untuk
bertindak sekehendak hatinya bahkan tidak boleh merampas hak dan martabat
istri, juga tidak dapat dibenarkan menggunakan harta kekayaan milik istri untuk
7
Syawali, Pengurusan (Bestuur) Atas Harta Kekayaan Perkawinan Menurut KUH Perdata
Undang-undang Nomor 1 Tahun1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Islam, hal. 97.
21
keperluan rumah tangga yang menjadi tanggung jawab suami. Namun demikian
menikmati harta kekayaan istri dengan syarat ada persetujuan dari istri. Hal ini
Artinya: ”Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)
sebagai pemberian penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)
pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS. An-
Nisa’ (4): 4)
antara harta kekayaan suami istri. Akan tetapi dalam kehidupan berumah tangga
tidak selamanya orang hidup harmonis dan bahagia, dikarenakan kedua belah
pihak kurang memahami antara hak dan kewajiban masing-masing sebagai suami
istri sebagaimana yang telah diuraikan dalam undang-undang yang telah ada,
perceraian.
akibat baik bagi suami maupun bagi istri, juga terhadap anak-anaknya dan harta
benda yang mereka miliki. Sehingga sering terjadi sengketa masalah pembagian
berbunyi:
hukumnya masing-masing”.
adalah hukum agama, hukum adat dan hukum lainya. Contohnya dahulu di
Bali azas suami mendapat 2/3 bagian dan istri mendapat 1/3 bagian dari harta
”Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak
salah satu pasangan meninggal dunia, maka setengah dari harta yang
terlama sedangkan yang separuhnya lagi dibagikan kepada para ahli waris
sehingga menjadi harta waris dari salah satu pasangan yang meninggal.
8
Surojo Wignjodipuro, Pengantar dan Azas-Azas Hukum Adat, (Bandung:Alumni, 1973),
h.185.
23
”Janda atau Duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta
maksudnya adalah setiap pasangan yang telah bercerai baik secara cerai talak
atau cerai mati masing-masing berhak mendapatkan separuh bagian dari harta
perkawinan adalah perjanjian yang dibuat oleh calon suami dengan calon
dilakukan secara tertulis dan disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah dan isinya
hukum, agama dan kesusilaan.9 Perjanjian pra nikah tidak diperbolehkan bila
contoh: Perjanjian pra nikah yang isinya, jika suami meninggal dan mereka
tidak dikaruniai anak, maka warisan mutlak jatuh pada istri. Padahal dalam
9
Henry Lee A weng, Beberapa Segi Hukum dalam Perjanjian Perkawinan, (Medan,
Rimbow,1990), h.5.
24
Islam, harta suami yang meninggal tanpa dikarunia seorang anak tidak seluruh
hartanya jatuh kepada istri, masih ada saudara kandung dari pihak suami
ataupun orang tua suami yang masih hidup. Contoh diatas adalah
bahwa harta bersama suami istri apabila putus dikarenakan perceraian ataupun
masing-masing harta suami istri terpisah tidak ada penggabungan harta setelah
Artinya: ”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena)
bagi orang laki-laki ada sebahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan
bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
25
sebatas nafkah yang dia terima dari suaminya dan ditambah mahar yang dia
peroleh pada saat awal perkawinan serta hadiah, hibah dan warisan. Berkaitan
dengan harta kekayaan perkawinan dalam kitab fiqih imam mahzab ditemukan
Indonesia”, Hazairin, Anwar Harjono dan Andoerraoef serta diikuti oleh murid-
tentang harta bersama dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu diserahkan sepenuhnya
meliputi:
1. Warisan
ahli waris. Ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta
Kepemilikan warisan dan juga pengurusan warisan tersebut menjadi hak dan
10
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2008), Ed. 1, cet.2, h.109
26
3. Nafkah
nafkah terhadap istri. Firman Allah SWT, dalam surat An-Baqorah : 233,
berbunyi:
11
Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet. 6, h.268.
27
dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan”. (QS. Al-Baqarah (2) : 233)
karena merupakan salah satu faktor penunjang suatu rumah tangga. Perabot
rumah tangga ini dapat dipergunakan oleh semua anggota keluarga untuk
Perabotan rumah tangga itu diteliti terlebih dahulu apakah perabotan itu
khusus untuk laki-laki, khusus untuk wanita atau dapat dipergunakan secara
penyelesaian, yaitu:
suami;
ataupun barang-barang yang hanya dipakai oleh salah satu pihak adalah
milik bersama.12
12
Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h.381
29
Hukum Islam tidak mengenal adanya percampuran harta milik suami dengan
harta milik istri, masing-masing pihak bebas mengatur harta milik masing-masing
dan tidak diperkenankan adanya campur tangan salah satu pihak dalam
pengaturannya. Ikut campur salah satu pihak hanya bersifat nasihat saja, bukan
penentu dalam pengelolaan harta milik pribadi suami atau istri tersebut.13
masing-masing ke dalam harta bersama suami istri tetapi dianjurkan adanya saling
pengertian antara suami istri dalam mengelola harta pribadi tersebut. Apabila
dikhawatirkan akan timbul hal-hal yang tidak diharapkan, maka hukum Islam
Apa yang disebut harta bersama dalam rumah tangga, pada mulanya
didasarkan atas ‟urf atau adat istiadat dalam sebuah negeri yang tidak
memisahkan antara hak milik suami dan istri. Harta bersama tidak ditemukan
dalam masyarakat Islam yang adat istiadatnya memisahkan antara harta suami dan
harta istri dalam sebuah rumah tangga. Dalam masyarakat Islam seperti ini, hak
dan kewajiban dalam rumah tangga, terutama hal-hal yang berhubungan dengan
13
Ibid, h.111.
14
Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer Analisis
Yurisprudensi Dengan Pendekatan ushuliyah, (Jakarta: Kencana, 2004), h.59.
30
memisahkan harta suami dan harta istri dalam sebuah rumah tangga. Dengan
demikian, seluruh harta yang diperoleh setelah terjadinya akad nikah, dianggap
harta bersama suami istri tanpa mempersoalkan jerih payah siapa yang lebih
banyak dalam usaha memperoleh harta itu. Dalam rumah tangga seperti ini, rasa
terhadap harta bersama ini adalah pencaharian suami istri semestinya masuk
dalam rub‟ul mu‟amalah, tetapi ternyata secara khusus tidak dibicarakan. Oleh
15
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: Hecca Pub, 2005), ed. 1, cet.2,
h.86.
31
karena itu masalah pencarian bersama suami istri adalah termasuk perkongsian
atau syirkah.16
antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan. Secara terminologi,
pada dasarnya definisi yang dikemukakan oleh para ulama fiqih hanya berbeda
ikatan kerja sama antara orang-orang yang berserikat dalam hal modal dan
keuntungan.17
2. Syirkah Amlak (Milik), yaitu : Persekutuan antara dua orang atau lebih untuk
a. Syirkah Milik Jabriyah, Persekutuan antara dua orang atau lebih untuk
b. Syirkah Milik Ikhtiyariyah, Persekutuan antara dua orang atau lebih untuk
memiliki suatu benda yang terjadi atas keinginan para pihak yang
bersangkutan.
16
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana,
2008), ed. 1, cet.2, h.111.
17
Gemala Dewi, Wirdyaningsih dan Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam Di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), cet.3, h.115.
32
3. Syirkah Akad, yaitu : Persekutuan antara dua orang atau lebih yang timbul
4. Syirkah Amwal, yaitu persekutuan antara dua orang atau lebih dalam
a. Syirkah al‟Inan, adalah persetujuan antara dua orang atau lebih untuk
terhadap harta syirkah harus sama dan setiap anggota adalah penanggung
antara dua orang atau lebih untuk menerima pekerjaan dari pihak ketiga yang
6. Syirkah Wujuh, yaitu Persekutuan antara dua orang atau lebih dengan modal
harta dari pihak luar untuk mengelola modal bersama-sama tersebut dengan
18
Tayaquddin An Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam,
(Surabaya: risalah Gusti, 1996), h.163.
33
ketentuan bahwa keuntungan (laba) yang diperoleh akan dibagi oleh masing-
yang bekerja.19
19
Afzalur Rahman, Dokrin Ekonomi Islam jilid 4, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1996),
h.380.
34
dalam dua kelompok, yaitu: ‟ammah dan khassah. Adat ‟ammah (adat umum)
maksudnya adalah suatu perbuatan atau prilaku yang berlaku umum di seluruh
perbuatan atau prilaku yang berlaku umum di sebuah negara. Dengan demikian,
berlaku umum merupakan syarat diperhitungkannya adat, baik adat yang umum
maupun yang khusus. Menurutnya, apabila tidak ada nash (al-Qur’an dan Sunnah)
tertentu, yaitu:21
20
Ade Dedi Rohayana, Ilmu Qawa‟id Fiqhiyyah Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2008), h.218.
21
Burhanudin, Fiqih Ibadah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h. 263.
35
Dalam hal ini, harta bersama dalam perkawinan itu digolongkan dalam
bentuk syirkah abdan dan syirkah mufawadlah. Adanya syirkah antara suami istri
sejauh mengenai harta yang akan diperoleh atas usaha selama dalam ikatan
kenyataan:22
dalam suatu rumah tangga yang merupakan pekerjaan yang cukup berat,
dan usahanya jauh dari rumah mereka dengan perasaan tenang dan sungguh-
sungguh.
merupakan bentuk kerjasama antara suami dan istri untuk membangun sebuah
perkawinan.
Dalam kitab-kitab fiqih disebutkan hanya secara garis besar saja, sehingga
dijelaskan terdahulu.
BAB III
sebagai berikut:
1
website www.pa-jakartaselatan.go.id/v2/index.php/tentang-kami/sejarah.html
37
38
Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta hanya terdapat tiga kantor yang
Daerah Ibu Kota Jakarta Raya berada dalam Wilayah Hukum Mahkamah
tetapi realisasinya baru terlaksana pada tanggal 30 Oktober 1987 dan secara
yang merupakan cabang dari Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya yang
Agama Jakarta Selatan ini dikarenakan tuntutan masyarakat Jakarta Selatan yang
wilayahnya cukup luas sehingga keadaan kantor ketika itu masih dalam keadaan
darurat yaitu menempati gedung bekas kantor Kecamatan Pasar Minggu, saat ini
dikenal dengan gang Pengadilan Agama Pasar Minggu Jakarta Selatan dan
perceraian kalaupun ada tentang warisan masuk kepada Komparisi itu pun
dimulai tahun 1969 kerjasama dengan Pengadilan Negeri yang ketika itu dipimpin
Sebelum tahun 1969 pernah pula membuat fatwa waris akan tetapi hal itu
ditahan karena Penetapan Fatwa Waris sehingga sejak itu Fatwa Waris ditambah
serambi Masjid Syarief Hidayatullah dan sebutan Kantor Cabang pun dihilangkan
menjadi Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan pada masa itu diangkat pula
beberapa Hakim honorer yang di antaranya adalah Bapak H. Ichtijanto, S.A., S.H.
3
website www.pa-jakartaselatan.go.id/v2/index.php/tentang-kami/sejarah.html
40
pindah ke gedung baru di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang dengan menempati
gedung baru dengan tanah yang masih menumpang pada areal tanah PGAN
Pondok Pinang.
Pada tahun 1979 pada saat Pengadilan Agama Jakarta Selatan dipimpin
Yusuf, Hamim Qarib, Rasyid Abdullah, Ali Imran, Drs.H. Noer Chazin.
Djabir Manshur, S.H., Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke Jalan
menempati gedung baru. Di gedung baru ini meskipun tidak memenuhi syarat
tengah-tengah penduduk dan jalan masuk dengan kelas jalan III C. Namun sudah
terus dilakukan terutama pada masa kepemimpinan Bapak Drs. H. Jayusman, S.H.
kepemimpinan Bapak Drs. H. Ahmad Kamil, S.H. pada masa ini pula Pengadilan
pengetikan dan ini terus ditingkatkan pada masa kepemimpinan Bapak Drs. Rif’at
Yusuf.
41
pembenahan semua bidang, baik fisik maupun non fisik diadakan sistem
komputerisasi dengan online komputer, dan ini terus dibenahi sampai sekarang
oleh Ketua Pengadilan Agama Bapak Drs. H. Syed Usman, S.H. Yang tujuannya
semua bidang, baik fisik maupun non fisik sudah terintegrasi dengan online
komputer, pada periode ini juga Pengadilan Agama Jakarta Selatan berhasil
pengadaan tanah untuk bangunan gedung baru seluas + 6000 m2 yang terletak di
Selanjutnya sejak tahun 2008 telah dibangun gedung baru yang sesuai
tahap pertama tahun 2008 dan tahap kedua tahun 2009 pada saat itu Pengadilan
Agama Jakarta Selatan diketuai oleh Bapak Drs. H. Pahlawan Harahap, S.H.,
M.A.
Pontianak (Kalimantan Barat) oleh Ketua Mahkamah Agung RI. Kemudian pada
perkantoran di gedung baru tersebut, pada saat itu Ketua Pengadilan Agama
segala hal, baik dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan maupun dalam hal
yang sudah berjalan dan terintegrasi dengan TV Media Center, Touch Screen
jakartaselatan.go.id
Jakarta Selatan
Jakarta Selatan sama halnya dengan proses pemeriksaan perkara perdata tertentu
Indonesia.4
hakim memeriksa surat permohonan atau surat gugatan terlebih dahulu. Hakim
memeriksa apakah isi surat permohonan atau surat gugatan itu sudah memenuhi
4
Tama, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 04 Oktober
2011.
43
beberapa hal, yaitu identitas para pihak, posita dan fundamentum petendi, petitum
atau tuntutan, serta memeriksa yuridiksi relatif surat gugatan atau surat
kewenangan Peradilan.
perdamaian dan kedua belah pihak dihukum untuk menaati perdamaian tersebut,
duplik serta pembuktian. Hakim wajib untuk memeriksa satu demi satu benda-
adalah berdasarkan bukti surat, bukti saksi, persangkaan, pengakuan, dan sumpah.
5
Tama, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 04 Oktober
2011.
44
sengketa.6
oleh hakim ketua persidangan adalah berkenaan dengan letak gedung atau rumah
serta batas-batas tanah yang dinyatakan oleh penggugat atau pemohon sebagai
harta bersama dalam isi petitum. Setelah melakukan pemeriksaan setempat, hakim
pun meminta keterangan ahli (expertise) /saksi ahli yang bertujuan untuk
diajukan.
penelitian ini ada 3 putusan, yaitu putusan pembagian harta bersama pasca
6
Kamarusdiana dan Nahrowi, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Daras, 2006), h. 107.
45
perceraian dalam kasus pihak suami bekerja dan pihak istri tidak bekerja, pihak
suami tidak bekerja dan pihak istri bekerja, serta pihak suami dan pihak istri
samarkan.
1. Pihak isteri bekerja dan Pihak suami tidak bekerja dalam Putusan
SH. MH, dan Rahmi Gustika, SH, Advokat yang beralamat Jl. Kramat
Sentiong, No. 38.A, Jakarta Pusat, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal
MH, R. Wawan Darmawan SH, Gribaldi Jaya Dilaga, SH. Advokat yang
disebut ”Tergugat”.
46
anak.
sebagaimana layaknya suami isteri, terlebih sejak tahun 2002, kehidupan rumah
adanya kesamaan visi dan misi (pandangan) antara Penggugat dengan Tergugat
dalam membentuk dan membina keluarga (rumah tangga) yang bahagia, ini
ditandai dengan sikap dan prilaku Tergugat yang kasar sehingga sejak awal-awal
dan selalu ingin menang sendiri dan tidak pernah menghargai Penggugat sebagai
istri dalam segala hal, baik dalam kehidupan rumah tangga maupun dalam
47
izin kepada Tergugat untuk kembali kerumah orang tuanya, tetapi Tergugat tidak
jika itu dilakukan Penggugat. Tergugat sebagai suami dan kepala rumah tangga
tidak pernah memberikan dan memenuhi kebutuhan baik lahir maupun bathin dan
bahkan selama perkawinan, Penggugatlah yang berusaha dan bekerja keras untuk
menguasai seluruh harta dan kekayaan yang semuanya berasal dari penghasilan
antara Pengugat dengan Tergugat, juga telah diperoleh harta bersama (gono-gini).
Oleh karena penggugat sudah tidak sanggup lagi menanggung derita lahir
dan bathin akibat perlakuan dan pertengkaran yang sering terjadi dengan
salinan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap ke PPN
selebihnya;
2. Pihak suami bekerja dan pihak isteri tidak bekerja dalam Putusan Nomor
Perkara : 0356/Pdt.G/2008/PAJS:
pekerjaan pensiunan PNS, tempat tinggal Villa Permata Santi, Blok A.4,
pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Jl. AUP Barat III, Rt.009/06,
Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dalam hal
disebut ”Tergugat”.
49
Tergugat telah dikaruniai 4 (empat) orang anak dan telah telah dihasilkan
hukum Syara’ / Hukum Islam yang berkaitan dengan perkara ini, maka majelis
Hakim memutuskan:
dibagi in natura maka harus dilakukan penjualan melalui Kantor Lelang, dan
50
kepada Tergugat;
3. Pihak suami bekerja dan pihak isteri bekerja dalam Putusan Nomor
Perkara : 0180/Pdt.G/2011/PAJS:
Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dalam hal ini diwakili oleh
Kuasa Hukumnya Moh. Agus Riza H, SH., Advokat pada kantor Riza Hufaida
& Partners Law Firm, beralamat di The Limo Residence, Blok A, Nomor 4,
Fauzul Abrar, SH., Advokat pada Kantor Mulyana Safina Abrar Advocates,
disebut ”Termohon”.
Baru, Jakarta Selatan, sebagaimana tertera dalam Kutipan Akta Nikah Nomor:
Pemohon dan Termohon telah dikarunia 1 (satu) orang anak laki-laki, yang lahir
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa antara pemohon dan termohon tidak
dapat dipertahankan lagi dikarenakan sudah tidak ada lagi kecocokan dan
pertengkaran yang terus menerus yang terjadi sejak tahun 2008 antara Pemohon
dengan Termohon sehingga tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
berumah tangga sejak bulan Januari 2007 sampai Pemohon dan Termohon telah
sepakat bahwa perceraian adalah jalan keluar terbaik atas permasalahan yang
dengan hal tersebut di atas, Pemohon dan Termohon juga telah menuangkan
52
kesepakatan akibat dari perceraiannya dimaksud yakni perihal hak asuh anak
(Hadhanah) dan pembagian harta bersama dalam suatu Akta Notaris, Nomor 3,
tanggal 13 Januari 2011 tentang Perjanjian Hak Asuh atas Anak dan Pembagian
Harta Bersama yang dibuat oleh dan di hadapan Seruni Saerang Lissari, SH.,
b. Memberi izin kepada Pemohon untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap
c. Menyatakan antara Pemohon dan Termohon telah terjadi Perjanjian Hak Asuh
atas Anak dan Pembagian Harta Bersama akibat perceraian yang dibuat oleh
d. Menghukum kedua belah pihak untuk mentaati dan melaksanakan isi dari
1974, secara utuh. Meski kasus yang diambil sebagai sample berbeda-beda, yaitu
istri bekerja sedangkan suami tidak bekerja, suami bekerja sedangkan istri tidak
bekerja dan suami istri sama-sama bekerja. Namun, Hakim Pengadilan Agama
1. Sering kali istri tidak tahu bahwa pembuktian merupakan hal penting dalam
kebutuhan rumah tangga sulit untuk dibuktikan karena pada perkara Nomor:
rumah tangga.
7
Tama, Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 26 Februari
2014.
54
tersebut hanya suami yang bekerja dengan berbagai usahanya sedangkan isteri
rumah tangga. Jadi seluruh harta yang diperoleh selama dalam ikatan
perkawinan yang sah, dianggap harta bersama suami istri. Tidak dipersoalkan
jerih payah siapa yang terbanyak dalam usaha memperoleh harta bersama
tersebut.
bentuk surat perjanjian akibat perceraian yakni perihal hak asuh anak
sah karena dibuat dihadapan notaris dan isi perjanjian tidak melanggar batas-
hukum oleh Majelis Hakim berdasarkan ketentuan Pasal 105 huruf a dan c. Jo.
E. Analisa Penulis
1. Pihak isteri bekerja dan Pihak suami tidak bekerja dalam Putusan
dikarenakan apabila pada satu pengadilan ada 2 perkara yang satu sama lain
antara penggugat dan tergugat yang sama, maka salah satu pihak atau
55
wajib untuk memeriksa satu demi satu benda-benda yang disebutkan dalam
pengakuan dan sumpah dalam perihal perkara harta bersama hakim juga
ini, ada beberapa hal yang menarik perhatian peneliti untuk dianalisis yaitu
berusaha untuk menguasai seluruh harta dan kekayaan yang semuanya berasal
maka ada kesepakatan dan kesamaan pandangan (visi dan misi), dimana
kebutuhan penggugat baik lahir maupun batin. Oleh karena itu, dalam hal ini
berusaha dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga itu
para pihak. Majelis Hakim melihat bahwa apa yang dikemukakan oleh para
pihak tidak akan mengurangi hak mereka untuk mendapatkan bagian akan
harta bersama.
dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan jadual kontrak kerjanya dan
apa yang dituduhkan oleh penggugat bahwa penggugatlah yang berusaha dan
57
bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga adalah tidak benar.
menerapkan apa yang terdapat dalam Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, yakni
perkara ini adalah tidak adil dikarenakan lebih banyak harta yang diperoleh
kekerasan dalam rumah tangga dan penggugat ikut membantu tergugat dalam
mencari nafkah yang seharusnya hanya menjadi tanggung jawab tergugat serta
2. Pihak suami bekerja dan pihak isteri tidak bekerja dalam Putusan
Penggugat.
c. Harta Bersama dan Harta Bawaan yang dapat habis karena kewajiban
Penggugat.
bawaan.
59
dalam perkara ini adalah adil, karena walaupun tergugat tidak pernah
rumah tangga dan menjaga anak-anak akan tetapi dengan demikian membuat
bersungguh-sungguh.
3. Pihak suami bekerja dan pihak isteri bekerja dalam Putusan Nomor
Perkara : 0180/Pdt.G/2011/PAJS
Peradilan Agama pasal 66 ayat (5) dan pasal 86 ayat (1) maka diperbolehkan
cepat dan biaya ringan sehingga dapat lebih cepat menikmati harta bersama.
hakim.
ayat (1), yang dimaksud Harta Bersama adalah harta benda yang diperoleh
bersama antara Pemohon dan Termohon, baik benda itu tertulis atas nama
suami atau isteri, kecuali ditentukan lain dalam suatu perjanjian perkawinan,
Pasal 105 huruf a dan c Kompilasi Hukum Islam tentang Hak Asuh Anak
Pemohon dan Termohon dalam bentuk surat perjanjian yang tertuang dalam
suatu Akta Notaris No. 3, tanggal 13 Januari 2011 tentang Perjanjian Hak
Asuh Atas Anak dan Pembagian Harta Bersama yang dibuat oleh dan
Tangerang. Oleh karena itu Majelis Hakim menghukum kedua belah pihak
untuk mentaati dan melaksanakan isi dari surat perjanjian tersebut, apabila
kekuatannya dengan putusan yang berkekuatan hukum tetap dan putusan akta
perdamaian ini tidak dapat diajukan banding dan kasasi.Hal ini berdasarkan
Hakim dalam pembagian harta bersama tidak selalu harus membagi sama rata
antara pihak suami dan istri kecuali ada perjanjian kesepakatan antara
keduanya, karena keputusan hakim menjadi tidak adil apabila harta atau hasil
usaha istri yang lebih banyak dari suami sebagai kepala rumah tangga dan
peradilan.
8
M. Yahya Harahap,Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, cet. I, (T.tp.,
PustakaKartini, 1990), h. 303.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
tahap awal adalah perdamaian sesuai PERMA Nomor 1 Tahun 2008, berlanjut
dengan yaitu :
a. Pembacaan gugatan;
b. Jawaban Tergugat;
c. Replik Penggugat;
d. Duplik Tergugat;
e. Pembuktian;
f. Kesimpulan;
g. Putusan Hakim
62
63
Islam atau Pasal 97Kompilasi Hukum Islam, yaitu membagi sama rata harta
bersama antara bekas suami istri karena bahwa setiap harta yang diperoleh
selama perkawinan, harta tersebut menjadi obyek harta bersama suami istri
tanpa mempersoalkan apakah istri atau suami yang membeli atau yang
mengusahakannya, apakah harta terdaftar atas nama istri atau suami serta
letak harta itu.Maka dalam hal setiap gugatan permohonan pembagian harta
bersama putusan akhirnya hampir selalu membagi rata harta bersama antara
bekas suami istri tanpa mempertimbangankan pihak suami atau istri yang
pranikah atau prenuptial agreement, yakni perjanjian yang dibuat calon suami
atau perdamaian antara bekas suami dan bekas istri setelah perceraian yang
dan disahkan oleh Pejabat yang berwenang. Hal ini sesuai dengan Perundang-
a. Sering kali istri tidak tahu bahwa pembuktian merupakan hal penting
jadual kontraknya dengan baik. Sehingga satu sama lain saling berperan
hanya mengurus rumah tangga. Jadi seluruh harta yang diperoleh selama
dalam ikatan perkawinan yang sah, dianggap harta bersama suami istri.
bentuk surat perjanjian akibat perceraian yakni perihal hak asuh anak
terbukti sah karena dibuat dihadapan notaris dan isi perjanjian tidak
Pasal 105 huruf a dan c. Jo. Pasal 149 huruf d dan menghukum para pihak
untuk mentaatinya.
65
B. Saran-saran
Kompilasi Hukum Islam, yakni Janda atau Duda cerai hidup masing-
masing berhak seperdua dari harta bersama. Maka diharapkan suami istri
dihadapan Notaris dalam bentuk akta autentik atau cukup dibuat di Kantor
Urusan Agama yang disahkan oleh Pegawai Pencatat Nikah, yang diatur
pembagian harta kekayaan diantara suami istri yang meliputi apa yang
menjadi milik suami atau isteri dan apa saja yang menjadi tanggung jawab
pihak agar bisa membedakan yang mana harta calon istri dan yang mana
harta calon suami, jika terjadi perceraian atau kematian disalah satu
pasangan.
undang yang berlaku sehingga para pihak merasa puas akan putusan yang
selalu harus membagi sama rata antara pihak suami dan istri kecuali ada
tidak adil apabila harta atau hasil usaha istri yang lebih banyak dari suami
sebagai kepala rumah tangga dan terbukti suami melakukan kekerasan dalam
peradilan.
penyuluhan hukum mengenai harta bersama dan pembagian harta bersama itu
pasca perceraian yang ditunjukkan kepada calon suami istri apabila terjadi
tanpa adanya persengketaan terlebih dahulu dan akibat hukum lainya pasca
perceraian terjadi;
5. Bagi Para Akademisi diharapkan dapat lebih banyak mengkaji lebih dalam
Pasca Perceraian.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, , cet. 2, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Gani, Abdullah Abdul, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dan Tata Hukum
Indonesia, Jakarta : Gema Insani Press, 1994.
Gemala, Dewi dkk. Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, cet. 2. Jakarta: Kencana,
2005.
Sutantio, Ny. Retno, Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori
dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 2009.
67
68
http://ptamakassarkota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=356:
macam-macam-sita-dalam-hukum-perdata&catid=1:berita&Itemid=180
http://www.kpcmelaticenter.com/id/perjanjian-pranikah/perjanjian-pra-nikah.html
LAPORAN HASIL WAWANCARA
Pewawancara : Marlianita
A. Daftar pertanyaan
Selatan?
3. Apa alasan yang sering timbul dalam beberapa permohonan yang mengajukan
Selatan?
4. Dari 3 Putusan Gugatan Cerai dan Pembagian Harta Bersama yang saya teliti
undang Nomor 1 Tahun 1974 secara utuh. Meski kasus yang saya ambil
sama rata harta bersama kepada pihak istri dan pihak suami, apabila istri yang
bekerja dan suami tidak bekerja serta suami melakukan kekerasan dalam
rumah tangga terhadap istri?. Dan apa pendapat ibu tentang putusan Hakim
untuk masing-masing suami istri dalam kasus istri bekerja suami tidak bekerja
katakan tidak adil karena disaat istri bekerja, suami tidak mau menggantikan
peran istri mengurus rumah. Jadi istri akan berperan ganda sebagai pencari
nafkah dan sebagai pengurus rumah tangga. Beda jika suami bekerja dan istri
tidak bekerja.
harta bersama?
sebelumnya ada perjanjian pranikah yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris?
7. Bagaimana perhitungan hakim dalam memutuskan ketetapan sebuah perkara
bersama itu bisa sama dan bisa juga tidak sama. Kenapa
Jakarta Selatan?
juga.
Jakarta Selatan?
yang demikian?
Narasumber :
akan dilelang.
Berikut ada beberapa foto penulis bersama Hakim Pengadilan Agama Jakarta
Selatan