PEMALSUAN MEREK
(Kajian Hukum Positif dan Hukum Islam atas Putusan
Nomor : 734/Pid.B/2013/PN/Jkt.Pst)
SKRIPSI
Oleh:
111404500000044
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang .................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...........................................8
D. Kajian Review Terdahulu ...................................................9
E. Metode Penelitian ..............................................................11
F. Sistematika Penulisan...…………………………………..13
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 83
B. Saran ..................................................................................85
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Merek merupakan bagian paling penting dalam dunia
perdagangan diseluruh belahan dunia. Dengan merek, produk yang
dihasilkan oleh produsen kemudian dikenal oleh konsumen. Merek
merupakan tanda pengenal asal barang yang dihasilkan.1 Merek juga
merupakan salah satu bagian dari hak atas kekayaan intelektual
manusia yang sangat penting terutama dalam menjaga persaingan
yang sehat dalam perdagangan. Para pedagang menggunakan merek
untuk mempromosikan barang-barang dagangannya dan untuk
memperluas pemasaran. Bagi konsumen, merek diperlukan untuk
melakukan pilihan produk yang akan dibeli. Tidak dibayangkan
apabila suatu produk tidak memiliki merek, tentu produk yang
bersangkutan tidak akan dikenal oleh konsumen. Oleh karena itu,
suatu produk tersebut baik atau tidak, tentu akan memiliki merek.
Bahkan tidak mustahil merek yang sudah dikenal luas oleh konsumen
karena mutu dan harganya, akan selalu diikuti, ditiru, dibajak, dan
bahkan mungkin dipalsukan oleh produsen yang melakukan
persaingan curang. Pemalsuan yang dimaksud adalah perbuatan
mengubah atau meniru dengan menggunakan tipu muslihat sehingga
menyerupai asli.2
Dengan merek, produk barang atau jasa sejenis dapat
dibedakan asal muasalnya, kualitasnya serta keterjaminan bahwa
produk itu original. Kadangkala yang membuat harga suatu produk
menjadi mahal bukan produknya, tetapi mereknya. Merek yang
ditempelkan atau dilekatkan pada suatu produk, seringkali setelah
barang dibeli, mereknya tak dapat dinikmati oleh si pembeli. Merek
mungkin hanya menimbulkan kepuasan saja bagi pembelinya. Benda
1
Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus, (Jakarta : Kencana, 2016), h., 312.
2
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana,(Jakarta : Sinar Grafika, 2013), h,. 112.
1
2
3
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013), h,.329.
3
dengan merek Cardinal + Logo milik PT. Multi Garmen Jaya sebagai
pemilik merek yang sah yang terdaftar di Kantor Direktorat Jendral
Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Ham RI. Bahwa
merek Cardinal adalah milik PT. Multi Garmen Jaya untuk
diperdagangkan, maka akibat dari perbuatan Afrizal tersebut PT.
Multi Garmen Jaya mengalami kerugian kurang lebih Rp.
1.000.000.000,00 (Satu Milyar Rupiah).
Perbuatan tersebut dianggap telah merugikan produsen aslinya
karena perbuatan tersebut menyimpang dari Undang-Undang Nomor
dalam 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis Pasal 100
ayat (1) setiap orang yang tanpa hak menggunakan Merek yang sama
pada keseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk
barang dan/jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan /atau
pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah).
Pasal 100 ayat (2) setiap orang yang dengan tanpa hak menggunakan
merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek
terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang
diproduksi dan/ atau diperdagangkan, maka dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp.2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah), kemudian dalam
Pasal 100 ayat (3) setiap orang yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2), yang sejenis
barangnya mengakibatkan gangguan kesehatan, gangguan lingkungan
hidup dan/atau kematian manusia dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).4
4
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
4
6
Bab XI Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengenai Pemalsuan Materai dan Merek
6
7
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat,(Jakarta : Kencana, 2013), h,.17.
8
Putusan Pengadilan Nomor :734/Pid.B/2013/PN/Jkt.Pst
7
2. Rumusan Masalah
Dari masalah pokok diatas dapat diuraikan menjadi beberapa sub
masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (research
question), yaitu :
a. Bagaimana pandangan hukum positif dan hukum Islam terkait
pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana
pemalsuan merek?
b. Bagaimana pandangan hakim terhadap perkara tindak pidana
pemalsuan merek dalam putusan nomor :
734/Pid.B/2013/PN.Jkt.Pst ?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Manfaat teoritis adalah dapat menambah khazanah keilmuan
dalam mengetahui pandangan hukum pidana positif dan
hukum pidana Islam mengenai tindak pidana pemalsuan
9
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian dibagi menjadi dua, yaitu penelitian
kualitatif dan kuantitatif.9 Penelitian kualitatif berati tidak
membutuhkan populasi dan sample, penelitian kuantitatif berarti
10
menggunakan populasi dan sample dalam mengumpulkan data.
Dalam skripsi ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, dengan pendekatan normatif
empiris. Dengan objek penelitian peraturan perundang-undangan yang
dikaitkan dengan teori-teori hukum. demikian juga hukum dalam
pelaksanaannya di dalam masyarakat, yang berkenaan dengan objek
penelitian.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah pendekatan
kasus (approach kasus). Pendekatan kasus dilakukan dengan cara
melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu
9
Soejono dan Abdurahman, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999)
Cet.1, h,.56.
10
Zainudin Alli, Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), h,. 98.
12
4. Sumber Data
Data Primer yaitu sumber data utama yang dapat dijadikan
jawaban terhadap masalah penelitian.12 Data primer tersebut berupa
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor:734/Pid.B/2003/PN
Jkt.Pst dan Undang -Undang Nomor 20 tahun 2016 tentang Merek
dan Indikasi Geografis perubahan atas Undang-Undang Nomor 15
tahun 2001 tentang Merek. Serta data sekunder yaitu berupa data
tambahan yang menjadi acuan terhadap masalah penelitian ini berupa
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Al-qur‟an dan Hadits
serta buku-buku lain yang terkait dengan penelitian penulis.
5. Teknik Analisis
Adapun cara yang digunakan dalam menganalisa datanya
adalah analisis kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan
secermat mungkin tentang hal yang diteliti dengan jalan
mengumpulkan data-data atau informasi berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti. Dalam hal ini materi pokoknya adalah tindak
pidana pemalsuan merek ditinjau hukum pidana positif dan hukum
pidana Islam serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman
pidana terhadap pelaku tindak pidana.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.”
11
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Bayu
Media Publishing, 2007), h,.57.
12
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum (Bandung: Pustaka Setia, 2008),
h,.158.
13
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari
sub bahasan, ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam penulisan
dan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai materi pokok
penulisan serta memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata
urutan penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika
penulisan ini secara sistematis sebagai berikut:
Bab I memuat pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan hasil penelitian, studi review terdahulu, metode penelitian
dan sistematika pembahasan.
Bab II berisi tentang pengertian tindak pidana pemalsuan
merek, dasar hukum tindak pidana pemalsuan merek, teori
pemidanaan, unsur-unsur tindak pidana, macam-macam sanksi
pidana, hal-hal yang menghapuskan tindak pidana, dan pertanggung
jawaban pidana.
Bab III berisi tentang pengertian hak merek, merek sebagai
hak kekayaan intelektual, pemalsuan merek dalam hukum positif dan
hukum Islam.
Bab IV berisi tentang kronologi perkara, dakwaan, tuntutan
dan putusan hakim, pandangan hukum positif dan hukum Islam terkait
pertanggungjawaban pidana tindak pidana pemalsuan merek, dan
pandangan hakim dalam putusan nomor 734/Pid.B/2013/PN/Jkt.Pst
dalam tinjauan hukum positif dan hukum Islam.
Bab V bab ini merupakan penutup, berisi kesimpulan yang
berisikan urutan jawaban akhir dari permasalahan yang ada dan saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN
PIDANA
13
Novita Candra Buana ,”Pertanggungjawaban Pidana yangMenganjurkan Tindak Pidana
Pemalsuan Merek Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001: CalyPutra.Vol.4 No.2,
(2015), h.,5.
14
Chazawi Adami, Pelajaran Hukum Pidana, (Jakarta:PT. RajaGrafindo persada,2002),
h.,1.
14
15
15
H.Muchammad Ichsan, Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif, (Yogyakarta:
LabHukum FHUMY,2008), h.,.3.
16
16
Kartonegoro, Diktat Kuliah Hukum Pidana, Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa,
h.,62.
17
ِِ ﺍﻟﺘَّﺤْﺮِﻳْﻢ ﺍَﻷَطْﻞُ ﻓِﻰ ﺍْﻷَﺷْﻴَﺎﺀِ ﺍْﻹِ ﺑَﺎ ﺣَﺔ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺪُ ﻝَّ ﺍْﻟﺪَّﻟِﻴْﻞُ ﻋَﻠَﻰ
“ Hukum asal dari sesuatu adalah mubah sampai ada dalil
yang melarangnya ( memakruhkannya atau
mengharamkannya)” (Imam As Suyuti)
Jika pengelompokkan hukum-hukum Islam sebagaimana
dikemukakan diatas, bahwa hukum pidana itu termasuk bagian dari
hukum Islam (syari‟at Islam) yang dipelajari dalam ilmu fiqih (Fiqih
Jinayah). Jadi dengan demikian bisa dikatakan di sini bahwa hukum
pidana Islam itu adalah hukum Islam yang berkaitan dengan masalah
pidana, atau dengan kata lain hukum pidana Islam adalah hukum yang
berkaitan dengan tindak pidana dan sanksinya menurut syari‟at Islam.
Membicarakan tujuan hukum pidana Islam tidak dapat
dilepaskan dari membicarakan tujuan syari‟ah Islam secara umum,
karena hukum pidana Islam merupakan bagian dari syariat Islam.
Syari‟at Islam ketika menetapkan hukum-hukum dalam masalah
kepidanaan mempunyai tujuan umum, yaitu mendatangkan mashlahat
kepada umat dan menghindarkan mereka dari mara bahaya.
17
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Sinar
Grafika : Jakarta,2004),h.,.9
18
B. Teori Pemidanaan
Kejahatan (crime) merupakan tingkah laku yang melanggar
hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat
menentangnya. Kejahatan merupakan fenomena sosial yang terjadi
pada setiap tempat dan waktu. Dengan demikian, kejahatan bukan saja
masalah bagi suatu kelompok atau masyarakat tertentu yang berskala
lokal maupun nasional, tetapi juga menjadi masalah yang dihadapi
oleh seluruh masyarakat di dunia pada masa lalu, sekarang dan pada
masa yang akan datang, sehingga dapat dikatakan bahwa kejahatan
sebagai a universal phenomenon.19
Penggunaan pidana sebagai sarana penanggulangan kejahatan
dilakukan melalui kebijakan hukum pidana. Kebijakan huskum pidana
merupakan persoalan yang lazim dilakukan oleh banyak negara.
Namun, tidak berarti persoalan tersebut sebagai suatu hal yang dapat
dilakukan tanpa pertimbangan yang mendasar. Istilah pidana
merupakan istilah yang lebih khusus, yaitu menunjukan sanksi dalam
hukum pidana.20
18
H.Muchammad Ichsan dan M.Endrio Susila. Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif,
(Yogyakarta : Lab Hukum FHUMY,2008) ,h.,.19.
19
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan
Hukum Pidana,
(Semarang: Ananta, 1994), h,.2.
20
Romli Atmasasmita, Strategi Pembinaan Pelanggaran Hukum dalam Konteks
Penegakan Hukum di Indonesia, (Bandung: Alumni, 1982), h,. 23.
19
21
S.R.Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana dan Penerapannya,(Jakarta : Alumni
Petehaem, 1996),h.,58.
22
Leden Marpaung, Asas Teori Praktek Hukum Pidana,(Jakarta : Sinar Grafika, 2009),
h,.105.
23
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2008), h,. 23.
20
24
Dwidja Priyanto, Asas Hukum Pidana,(Jakarta : Sinar Grafika, 2009), h., 90.
25
M.Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta, Amzah, 2015), h,. 4.
26
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2005), h,. 149.
27
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I,( Jakarta : PT Raja Grafindo,2010), h.,
162.
21
28
Leden Marpaung, Asas Teori Praktek Hukum Pidana,(Jakarta : Sinar Grafika, 2009),
h,. 107.
22
29
M.Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta, Amzah, 2015), h,. 136.
23
30
Muladi dan Barda Nawawi, Bunga Rampai Hukum Pidana,(Bandung : Alumni,1992),
h., 12.
31
Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidanaa (kajian kebijakan kriminalisasi),
(Jakarta : Pustaka Pelajar, 2005), h., 163.
24
32
Muladi dan Barda Nawawi,Teori-teori dan Kebijakan Hukum Pidana ,(Bandung :
Alumni,1992),
h., 14.
33
Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), h,. 45.
25
34
Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Hukum Pidana,( Jakarta: Kencana, 2015), h,. 39.
26
35
Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana,(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h,.110.
36
Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif
Pembaharuan,(Malang: Press,2008), h,.117.
37
M.Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah,2015), h,. 2.
27
41
Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana,(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h,.195.
42
Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track System
dan Implementasinya,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h,. 23.
29
2. Pidana Tambahan
a. Pencabutan Hak-hak Tertentu, meliputi pencabutan hak-hak
kehidupan dan juga hak-hak sipil dan hak-hak
ketenagakerjaan.
b. Perampasan barang-barang tertentu, berupa barang-barang
yang didapat dari hasil kejahatan dan barang-barang yang
dengan sengaja digunakan dalam melakukan kejahatan.
c. Pengumuman Putusan Hakim, di dalam Pasal 43 KUHP
ditentukan bahwa apabila hakim memerintahkan supaya
diumumkan berdasarkan kitab undang-undang ini aturan
umum yang lain, maka harus ditetapkan pula bagaimana cara
melaksanakan perintah atas biaya terpidana.
43
Eva Achjani Zulfa, Gugurnya Hak Menuntut Dasar Penghapus, Peringan dan
Pemberat Pidana,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h,. 45.
32
44
M. Hamdan, Alasan Penghapusan Pidana Teori dan Studi Kasus,(Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010),
h,. 27.
45
Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan,(Jakarta: Kencana, 2006), h,.118.
33
46
Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana,(Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h,.181.
47
Adami Chazawi, Penafsiran Hukum Pidana, Dasar Peniadaan, Pemberatan dan
Peringanan, Kejahatan Aduan, Perbarengan dan Ajaran Kausalitas,(Jakarta: PT Raja Grafindo,
2009), h,. 18.
34
48
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), h,.182.
49
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Sinar
Baru,1984), h,.475.
35
F. Pertanggungjawaban Pidana
Pengertian perbuatan pidana sebagaimana yang telah
dipaparkan pada sub bab sebelumnya bahwa istilah tersebut tidak
termasuk pertanggungjawaban. Perbuatan pidana hanya menunjukan
kepada dilarang dan diancamnya perbuatan dengan suatu pidana.
Apakah orang yang melakukan perbuatan kemudian juga dijatuhi
pidana, sebagaimana telah diancamkan? ini tergantung dari persoalan
apakah dalam melakukan perbuatan ini dia mempunyai kesalahan?
Sebab asas dalam pertanggungjawaban dalam hukum pidana ialah
“tidak dipidana jika tidak ada kesalahan”. Menurut Moeljatno, orang
tidak mungkin dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau dia
tidak melakukan perbuatan pidana. Tapi meskipun melakukan
perbuatan pidana, tidak selalu dia dapat dipidana.50
Para ahli hukum pidana mengartikan kesalahan secara
beragam, kesalahan adalah dapat dicelanya pembuat tindak pidana
karena dilihat dari segi masyarakat sebenarnya dia dapat berbuat lain
50
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h,. 153.
36
51
Ruslan Saleh, Masih Saja Tentang Kesalahan, (Jakarta: Karya Dunia Fikir, 1994),
h,.77.
52
Sutrisna, I Gusti Bagus, “Peranan Keterangan Ahli dalam Perkara Pidana (Tinjauan
terhadap pasal 44 KUHP),”dalam Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara
Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia,198), h,. 78.
53
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h,. 157.
37
54
Tongkat, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia,(Malang: UMM Press, 2012), h,. 202.
38
55
Muladi, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi,(Jakarta: Kencana, 2010), h,.65.
56
Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I,( Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h,.266.
57
S.R.Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana dan Penerapannya,(Jakarta : Alumni
Petehaem, 1996),
h,. 244.
39
58
A.Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam,(Jakarta:PT Bulan Bintang, 1967),h,.121.
59
A.Dzajuli, Fiqih Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Hukum
Islam,(Jakarta: PT.Bulan Bintang, 1967), h,. 165.
40
60
Ahmad Hanafi, Azaz-azaz Hukum Pidana Islam,(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1967), h,.
154.
41
61
A.Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam,(Jakarta:PT Bulan Bintang, 1967),h,.121
BAB III
MEREK SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
62
Rahmi Jened, Hukum Merek (Trademark Law),(Jakarta: Prenadamedia Group,2015),
h,.3.
42
43
63
Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, (Yogyakarta: Pustaka
Yustisia, 2011),
h,. 29.
64
Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek......, h,. 31.
44
65
Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara No. 4131, Penjelasan Undang-
Undang No.15 Tahun 2001, Tentang Merek, Jakarta, 3 Februari 2018, Pasal 5 huruf b.
66
OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2013),
h,. 345.
45
67
Muhammad Djumhana dan R.Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h,. 164.
68
Rahmi Jened, Hak Kekayaan Intelektual Penyalahgunaan Hak Eksklusif, ( Surabaya:
Airlangga University Press, 2007), h,. 159.
46
69
Yahya Harahap, Tinjauan Merek secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia
berdasarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 1992, (Citra Asitya Bakti, 1996).
47
itu sendiri dapat menjadi objek dari suatu hak benda. Selanjutnya
dikatakannya pula bahwa, hak benda adalah hak absolut atas sesuatu
benda berwujud, tetapi ada hak absolut yang objeknya bukan benda
berwujud. Itulah yang disebut dengan nama Hak Kekayaan Intelektual
(Intellectual Property Rights).72
Pada dasarnya hak kekayaan intelektual itu tidak ada sama
sekali menampilkan benda nyata, ia bukanlah benda materil. Ia
merupakan hasil kegiatan berdaya cipta pikiran manusia yang
diungkapkan ke dunia luar dalam suatu bentuk, baik bentuk materil
maupun immateril. Bukan bentuk penjelmaannya yang dilindungi
akan tetapi daya cipta itu sendiri, daya cipta itu dapat berwujud dalam
bidang seni, industri dan ilmu pengetahuan atau paduan ketiganya.
Karena adanya unsur daya cipta yang dikembangkan dari kemampuan
berpikir manusia, untuk melahirkan sebuah karya hingga akhirnya
kata “intelektual” itu harus dilekatkan pada setiap temuan yang
berasal dari kreativitas berpikir manusia tersebut.
Sama halnya dengan hak cipta dan paten serta hak kekayaan
intelektual lainnya maka hak merek juga merupakan bagian dari hak
atas intelektual. Selain dari alasan yang telah disebutkan di atas, maka
khusus mengenai hak merek secara eksplisit disebut sebagai benda
immateril dalam konsideran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
tentang Merek dan Indikasi Geografis bagian menimbang butir a,
yang berbunyi:
“Bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan
konvensi-konvensi internasional yang telah diratifikasi
Indonesia, peranan merek menjadi sangat penting,
terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat,
72
OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual,..., h,. 12.
50
73
Republik Indonesia, Lembaran Negara Tahun 2016, Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.
74
Sekar Hayu Ediningtyas, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemalsuan Merek Dagang
Terkenal Asing di Indonesia ditinjau dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek”
CalyPutra.Vol.4 No.2, (2016), h.,9.
51
desain huruf. Ada hak cipta dalam bidang seni. Oleh karena itu, dalam
hak merek bukan hak cipta dalam bidang seni itu yang dilindungi,
tetapi mereknya itu sendiri sebagai tanda pembeda yang harus
dilindungi.75
Merek atas barang lazim disebut sebagai merek dagang, yaitu
merek yang digunakan/ditempelkan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang, atau badan hukum. Merek jasa
adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang, atau badan hukum. Merek sebagai
tanda pembeda dapat berupa nama, kata, gambar, huruf, angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut.76
Merek sebagai salah satu wujud karya intelektual memiliki
peranan penting bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan barang
atau jasa dalam kegiatan perdagangan. Merek (dengan brand image-
nya) dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan tanda pengenal atau
daya pembeda yang teramat penting dan merupakan jaminan kualitas
produk atau jasa dalam suasana persaingan bebas. Oleh karena itu,
merek adalah aset ekonomi bagi pemiliknya baik perorangan maupun
perusahaan (badan hukum) yang dapat menghasilkan keuntungan
besar. Demikian pentingnya peranan merek ini, maka terhadapnya
dilekatkan perlindungan hukum, yakni sebagai objek terhadapnya
terkait hak perseorangan atau badan hukum.
Beberapa fungsi merek antara lain menghubungkan barang
dan jasa yang bersangkutan dengan produsennya, hal itu
menggambarkan jaminan kepribadian, jaminan nilai atau kualitas
barang dan jasa yang bersangkutan, memberikan perlindungan dan
jaminan mutu barang pada konsumen, sebagai sarana promosi bagi
produsen kepada masyarakat.
75
OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007), h,.330.
76
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h,. 91.
52
77
Diakses pada 3 Februari 2018 pukul 11.45 wib dari
Https://multigarmenjaya.com/brands/?lang:id
53
78
Diakses pada 3 Februari 2018 pukul 10.44 wib dari
Http://www.pgsjjakarta.com/2017/10/cardinal-asli-buatan-Indonesia.htmlss
54
79
Republik Indonesia, Lembaran Negara Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Merek dan Indikasi Geografis.
80
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
(Jakarta: PT Raja Grafindo,2003), h,. 343.
56
81
Miranda Risang Ayu, “ Perlindungan Hukum Indikasi Geografis : Suatu Tantangan
Perlindungan Aset Bangsa Indonesia”, Media HKI, Vol.II, No.1, h,. 16.
57
82
Lukman Kardiasa, “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Dari
Tindakan Pelanggaran Terhadap Merek Terkenal”, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya,
Vol.III, No.3,h,. 46.
83
Adam Chazawi, Kejahatan mengenai Pemalsuan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), h,.37.
58
84
Muhammad Niam, “Hukum Tentang Hak Cipta”, Pesantren Virtual, Vol.II, No.4, h,.
76.
59
85
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), h,. 435.
86
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h,. 112.
87
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah,Ed.1 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h,.
9.
60
88
Habib Nazir dan Afifah Muhammad, Ensiklopedia Ekonomi dan Perbankan Syariah,
Cet.I, (Bandung: Kaki Langit, 2004), h,. 368.
89
As-Syaukani Luthfi, Politik, HAM, dan Isu-isu Teknologi dalam Fiqih
Kontemporer,(Bandung: Pustaka Hidayah), 1998), h,. 29).
61
90
Lubis K, Hukum Ekonomi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h,. 5.
91
Faruq M, Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1999), h,. 38.
62
92
Mira, “Tinjauan Hukum Hak Cipta dalam Islam”, (Skripsi-IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2001),
h,. 32.
63
93
Muhammad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual,
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006), h,.9.
64
94
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h,.2.
65
أ ِالفْ ُكyang secara bahasa berarti bohong, yaitu hal yang tidak sesuai
dengan yang sebenarnya. Sehingga palsu juga dapat diartikan bohong
sesuai dengan penggunaannya.
Dari pengertian di atas, palsu adalah segala bentuk yang tidak
sesuai dengan apa yang ada dan yang seharusnya, baik itu berbentuk
pernyataan yang tertuang dalam suatu tulisan atau ucapan.
Beberapa pengertian di atas, pemalsuan adalah proses atau
rangkaian tindakan secara tidak sah atau tidak dibenarkan yang
merugikan orang lain dengan adanya unsur-unsur kesengajaan.95
Pemalsuan di dunia bisnis mempunyai tujuan untuk mendapatkan
keuntungan tanpa melihat tindakan tersebut melanggar hak orang lain
atau tidak. Dengan tindakan pemalsuan tersebut, pemalsuan
mendapatkan keuntungan dan orang yang menjadi korban dirugikan
atas perbuatannya. Dalam al-Qur‟an disebutkan bahwa perbuatan
yang merugikan hak orang lain itu merupakan larangan. Larangan
tersebut berdasarkan pada Qs. asy-syu‟ara ayat 183 yaitu :
95
Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h,. 426.
96
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahannya, h,. 115.
66
97
Darwin Haryatmoko, “Pelanggaran Merek dalam Perspektif Hukum Pidana Islam
(Studi Analisis Terhadap Sanksi Pelanggaran Merek Pasal 90-94 UU No.15 Tahun 2001 tentang
Merek)”Skripsi – IAIN Wali Songo, Semarang, 2005), h,.20.
67
98
Istin Himayah, “ Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Hak Merek (Studi Kasus
Pelanggaran atas Hak merek Jenang Mubarok di PT. Mubarok food cipta Delicia Kudus)” Skripsi-
IAIN Wali Songo,Semarang,2008), h,. 91.
68
99
Abdul Rahman Ghazaly dan Ghufron Ihsan, Fiqih Muamalat, (Jakarta, Kencana, 2015),
h,. 46.
100
Marsum, Fiqih Jinayat : Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta : FHUII, 2001), h,. 143.
BAB IV
ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
JAKARTA PUSAT
Nomor : 734/Pid.B/2013/PN.Jkt.Pst
A.Kronologi Perkara
Kronologi kasus yang penulis sebutkan berikut ini adalah
salinan dari putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Nomor:734/Pid.B/2013/PN.Jkt.Pst, penulis salin sesuai dengan apa
adanya, dengan maksud agar kronologis tersebut tidak ada
penambahan maupun pengurangan. Kutipan tersebut adalah sebagai
berikut :
Sebelum menganalisis kasus dari tindak pidana ini, perlu
dijabarkan secara kronologis tentang tindak pidana pemalsuan merek
cukup terkenal yang dilakukan oleh terdakwa AFRIZAL, 36 Tahun.
Pada hari Kamis tanggal 27 Oktober 2011 atau setidak-tidaknya pada
waktu tertentu dalam bulan Oktober 2011, bertempatan di Toko X-
Four di Pasar Regional Tanah Abang Lantai III Blok F2 Los Bks
Nomor:177 Jakarta Pusat atau setidak-tidaknya pada suatu tempat
yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama
pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang
dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan.
Pada waktu dan tempat tersebut di atas berawal dari seorang
sales yang mendatangi toko milik terdakwa namun sales tersebut tidak
dikenal oleh terdakwa, kemudian sales tersebut menawarkan dan
menjual barang dagangannya berupa celana formal merek Cardinal
dengan harga yang sangat murah, kemudian terdakwa menjualnya
kembali dengan harga yang relative cukup murah dengan harga Rp.
75.000,-/pcs padahal harga merek aslinya sekitar Rp.150.000,- s/d
Rp.200.000,-/pcs terdakwa membelinya pada tanggal 5 Oktober 2011
69
70
sebanyak 5 (lima) lusin dengan harga Rp. 300.000,- dan 5 (lima) lusin
lagi sekitar Rp.420.000,- kemudian sudah terjual sebanyak 2 (dua)
lusin dengan harga Rp.75.000,-/pcs. Sehingga terdakwa mengetahui
dan patut mengetahui kalau barang dagangan berupa celana formal
merek Cardinal yang dijual kepada terdakwa untuk diperdagangkan
tersebut adalah hasil dari pelanggaran merek. Pada waktu terdakwa
membeli celana Cardinal tersebut, salesnya tidak memperlihatkan
sertifikat mereknya dan terdakwa juga tidak menanyakannya,
kemudian terdakwa telah membayar seharga Rp. 3.600.000,- untuk
pembelian 10 lusin celana merek Cardinal yang diduga palsu kepada
sales tersebut ternyata terdakwa tidak mengetahui kalau merek
Cardinal tersebut asli atau palsu dan terdakwa ternyata tidak
mengetahui pemilik asli dari merek Cardinal tersebut.
Pada hari Kamis tanggal 27 Oktober 2011, sekitar jam 11.00
WIB Polisi yang berpakaian seperti preman itu berhasil menggeledah
toko terdakwa yang berada di Pasar Regional Tanah Abang Jakarta
Pusat. Bahwa pada saat Polisi yang berpakaian layaknya seorang
preman itu terdakwa sedang tidak ada di toko melainkan terdakwa
sedang berada di rumah yaitu di RUSUN, dan hal itu terdakwa ketahui
dari pegawai toko miliknya yaitu Dodi Aryanto. Kemudian Polisi
menemukan barang bukti berupa 1 (satu) lembar nota penjualan Toko
X-Four tertaanggal 13 Oktober 2011 atas penjualan 2 (dua) pcs celana
merek Cardinal , 2 (dua)pcs celana merek Cardinal yang berada
ditoko tersebut serta 118 pcs celana formal/resmi merek Cardinal
yang telah didaftarkan.
Diketahui merek celana Cardinal merupakan produksi dari
PT.Multi Garmen Jaya yang telah didaftarkan di kantor Jendral Hak
Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI dengan
nomor sertifikat : IDM 000236055 tanggal 11 Februari 2010 atas
nama PT.Multi Garmen Jaya yang beralamat di Jl.Krwang No.1
Bandung, untuk kelas barang/jasa NCL9 25 dengan uraian barang/jasa
71
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Gang Porta Rt.009 Rw.017 Kelurahan Kebon
Melati Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat
atau Rusun Tanah Abang Blok 34 Lt.1 No.4
Tanah Abang Jakarta Pusat.
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Berdasarkan uraian tersebut di atas, bahwa terdakwa atas nama
Afrizal secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“mempergunakan barang atau jasa yang diketahui atau patut diduga
merupakan hasil pelanggaran Pasal 91 Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001 tentang Merek, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur
yang terdiri dari :
a. Unsur barang siapa;
b. Unsur dengan tanpa hak memperdagangkan merek yang sama
dengan merek terdaftar milik pihak lain;
c. Unsur mempunyai persamaan pada pokoknya atau pada
keseluruhan pada merek pihak lain yang terdaftar;
d. Unsur yang mengakibatkan pihak lain mengalami kerugian;
2. Tuntutan
a. Menyatakan terdakwa Afrizal terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana mempergunakan barang atau jasa yang
diketahui atau patut diduga merupakan hasil dari pelanggaran
merek yang mengakibatkan kerugian yang diderita pihak lain.
b. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Afrizal dengan dijatuhi
pidana dalam Pasal 94 Jo 91 Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 tentang Merek.
c. Menetapkan kepada terdakwa dihukum untuk membayar biaya
perkara yang tinbul karenanya.
73
3. Putusan Hakim
Dalam perkara Putusan Nomor : 734/Pid.B/2013/PN.Jkt.Pst,
dengan hakim Aswijon,SH.MH sebagai Ketua Majelis Sutio Jumagi
Akhirno, SH,M.Hum sebagai Hakim Anggota dan Jan Manoppo,SH.
Juga sebagai Hakim Anggota. Kemudian dibantu oleh Hj.Warsuti,SH
sebagai Panitera Pengganti dan Roginta Sirait, SH sebagai Jaksa
Penuntut Umum serta dihadiri oleh terdakwa yang tidak didampingi
penasihat hukumnya yang menyatakan menghadapi sendiri
perkaranya.
Memutuskan setelah membaca surat-surat perkara, mendengar
keterangan saksi-saksi dan terdakwa, menimbang dan sebagainya
dengan memperhatikan Pasal 94 Jo Pasal 91 Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001 tentang Merek, mengadili dengan menyatakan bahwa
terdakwa Afrizal terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana telah mempergunakan barang atau jasa yang
diketahui atau patut diduga merupakan hasil dari pelanggaran Pasal 91
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dengan
hukuman pidana kurungan selama 6 (enam) bulan dan menetapkan
hukuman tersebut tidak perlu dijalankan oleh terdakwa kecuali
sebelum lewat masa percobaan 1 (satu) tahun terdakwa melakukan
tindak pidana.
Menyatakan barang bukti berupa 1 (satu) lembar nota
penjualan Toko X-four tertanggal 13 Oktober 2011 atas penjualan 2
(dua) pcs celana merek Cardinal tetap terlampir dalam berkas, 2 (dua)
pcs celana merek Cardinal yang dibeli dari toko X-Four dan 118
(seratus delapan belas) pcs celana formal/resmi merek Cardinal yang
dirampas untuk selanjutnya dimusnahkan, serta membebankan kepada
terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu
rupiah).
74
101
Kesalahan adalah mengerjakan suatu perbuatan yang dilarang syara‟.
102
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), h,. 157.
103
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana,…, h,. 158.
75
104
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam,(Jakarta : Sinar
Grafika, 2004), h,.9.
105
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 734/Pid.B/2013/PN.Jkt.Pst
76
106
Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I,(Jakarta: Sinar Grafika, 2007),h,. 266.
77
107
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 734/Pid.B/PN/Jkt.Pst.
79
artinya bohong, yaitu hal yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
Sehingga palsu juga dapat diartikan bohong sesuai dengan
penggunaannya. Beberapa pengertian di atas, pemalsuan adalah
proses atau rangkaian tindakan secara tidak sah atau tidak dibenarkan
yang merugikan orang lain dengan adanya unsur-unsur kesengajaan.
80
108
Jarimah Hudud adalah sanksi atau ancaman yang telah ditentukan secara jelas di
dalam al-Qur‟an dan Hadits. Lihat M.Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah,(Jakarta : Amzah,
2015), h,. 14.
109
Ta‟zir adalah sanksi yang diberlakukan kepada pelaku jarimah yang melakukan
pelanggaran baik berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia dan tidak termasuk dalam
kategori hukuman hudud atau kafarat. Lihat M.Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah,(Jakarta
: Amzah, 2015), h,. 141
81
110
M.Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta, Amzah, 2015), h,. 140.
82
e. pengucilan
f. pemecatan, dan
g. pengumuman kesalahan secara terbuka, seperti diberitakan di
media cetak atau elektronik.
111
Rahmad Djatmika, Filsafat Hukum Islam dalam Berbagai Bidang,(Jakarta: Bumi
Aksara, 1992), h. 228.
112
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam: Penegakan Syariat Islam dalam
Wacana dan Agenda, (Jakarta: Gema Insani Pres, 2003), Cet. 1, h. 189-191.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
1. Pandangan hukum positif Indonesia mengenai tindak pidana
pemalsuan merek pelaku telah melanggar Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis Jo Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Dan terdakwa
dianggap dapat dipidana kerena memenuhi unsur-unsur
pertanggungjawaban pidana yaitu kemampuan bertanggungjawab,
adanya kesalahan yang telah diperbuat dan tidak adanya alasan
pemaaf dalam perbuatan tersebut. Kemudian dalam pandangan
hukum Islam terdakwa dianggap sudah memenuhi usnsur-unsur
pertanggungjawaban dalam Islam yaitu melakukan perbuatan yang
dilarang, dilakukan atas kemauan sendiri dan mengetahui akibat
dari yang dilakukan merugikan orang lain.
2. Pandangan hakim dalam putusan Pengadilan Negeri Nomor
734/Pid.B/2013/PN/Jkt.Pst majelis hakim berpendapat bahwa
dakwaan yang dibuktikan oleh Penuntut Umum sesuai dengan
tuntutan pidana dari Jaksa Penuntut Umum yaitu telah melanggar
Pasal 94 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Kemudian dalam perkara pemalsuan merek Cardinal dianggap telah
mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya dan tidak adanya
alasan pemaaf atau pembenar karena sudah terbukti memenuhi
unsur mamperdagangkan atau memperjual belikan barang yang
mempunyai nilai ekonomis hasil dari pelanggaran merek dengan
adanya bukti-bukti yang telah ada. Berdasarkan fakta-fakta yang
ada majelis berkesimpulan bahwa terdakwa telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pemalsuan.
83
84
B. Saran
1. Suatu produk yang tidak terdaftar sebagai merek resmi oleh tempat
produksinya maka harus ditindak lanjuti agar tidak merugikan
pihak-pihak yang telah mendaftarkan mereknya sebagai merek
dagang resmi. Dan Aparat penegak hukum harus lebih tegas lagi
terhadap pelaku-pelaku yang melakukan pemalsuan terhadap
merek dagang terdaftar untuk mendapatkan keuntungan besar
dengan cara yang tidak baik.
2. Sebaiknya pemilik merek asli melakukan gugatan apabila
menemukan suatu pemalsuan merek dengan menggunakan merek
asli, sehingga dapat menimbulkan efek jera terhadap pelaku yang
ingin berbuat jahat dengan melakukan pemalsuan sehingga pemilik
merek tidak merasa dirugikan dengan adanya perbuatan yang
sangat dilarang oleh undang-undang dan terciptanya penegakan
hukum yang efektif.
3. Para konsumen harus lebih teliti dan cermat dalam membeli suatu
produk, biasanya barang yang diproduksi palsu harganya lebih
murah namun kualitasnya juga kurang baik. Maka konsumen
apabila menemukan suatu barang yang dibelinya dengan merek
yang dianggapnya cukup berkualitas baik namun tiba-tiba ada
barang yang diduga palsu segara lapor kepada pihak yang berwajib
agar tidak terjadi kecurangan dalam dunia perdagangan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
A.Djazuli. Fiqih Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam
Hukum Pidana. Jakarta: PT.Bulan Bintang, 1997.
Abdurrahman dan Soejono, Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1999.
85
86
Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Republik Indonesia, Lembaran Negara Tahun 2016,Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis.
Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara No.4131,
Penjelasan Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang
Merek. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis perubahan atas Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2001 tentang Merek.
Jurnal dan Skripsi
Candra Buana, Novita.Pertanggungjawaban Pidana yang
Menganjurkan Tindak Pidana Pemalsuan Merek
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 :
CalyPutra. Vol.4 No.2
Internet :
90