SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
WINARTI
11140460000102
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440H/2019 M
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala puji serta syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW serta
keluarga dan para sahabatnya.
ii
4. Koperasi perumahan umum nasional, tempat penulis mengadakan
penelitian serta memperoleh informasi. Terimakasih untuk semua
staff Koperumnas umumnya dan khususnya kepada Manager
Koperumnas Ibu Putri Muda yang sudah banyak membantu dan
terbuka untuk memberikan data-data yang diperlukan penulis.
5. Para dosen atas pendidikan dan dukungan moril serta ilmu yang telah
diberikan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta atas fasilitas untuk mendukung studi
pustaka.
6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum, serta Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepada orang tua penulis bapak Tarsodi dan ibu Rasewi, love You
Much More. Terimakasih sudah percaya kepada penulis, selalu
memberi motivasi untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini. Tak
lupa pula kaka penulis, Aa Risman, Ceu Anah, Aa Oman, Ceu
Wuwun dan keponakan tersayang yaitu Kurniawan dan Azzam.
Terimakasih banyak kalian selalu ada, memberi semangat kepada
penulis.
8. Sahabat-sahabat terdekat penulis, “Al-quds” Gina dan Asri.
Terimakasih selalu menemani dikala suka dan duka, yang selalu
sabar atas ketidak jelasan penulis, terimakasih sudah melengkapi,
menemani dan mengisi ruang sahabat penulis.
9. Kepada keluarga besar angkatan pertama Hukum Ekonomi Syariah
2014, khususnya kepada Native C. Terima kasih atas senda, gurau,
obrolan, saran dan segala rasa kekeluargaan yang telah kalian bangun
selama ini. Sampai jumpa dimasa sukses yang akan datang.
10. Kepada keluarga TPA An-Nashr Bintaro yang sudah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk berbagi dan berkarya.
iii
11. Kepada keluarga Bintang Revolusi, terimakasih pengalaman hidup
yang sudah diberikan kepada penulis.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ............................................................................................................. i
A. Pembiayaan ..............................................................................9
v
3. Rukun/Syarat Jual Beli Kredit (Bai’ al-taqsith) ..............20
A. Company Profile......................................................................32
1. Sejarah, Visi dan Misi Koperasi Perumahan Umum
Nasional ............................................................................32
2. Struktur Organisasi Koperasi Perumahan Umum
Nasional ...........................................................................38
B. Rumah Syariah Koperasi Perumahan Umum Nasional .........43
1. Program Rumah Syariah ..................................................43
2. Spesifikasi Rumah Syariah...............................................44
A. Kesimpulan ..........................................................................63
B. Saran......................................................................................65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Handri Rahardjo, Cara Pintar memilih dan mengajukan kredit, (Yogyakarta : Pustaka
Yustisia, 2003), h.94
2
Over Kredit Rumah, http://forcep.blogspot.com/2010/01/tentang-over-kredit-
rumah.html diakses pada tanggal 29 januari 2019 pukul 15.20
1
2
3
Wicaksono dan Frans Satrio, “Tanggung jawab pemegang Saham , Direksi, dan
Komisaris Perseroan Terbatas (PT)”, Cet. 1, (Jakarta Selatan: Transmedia Pustaka, 2009), h. 2
4
Nanang Andreyanto, “Perlindungan Hukum Terhadap Proses Jual Beli Perumahan
Secara Kredit”, (Repository Ums: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009),
h. 1-2
5
Company Profile Koperumnas, www. Koperumnas.co.id
3
6
Aprizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h., 15.
7
Penelitian kualitatif, https://id.m.wikipedia.org . Diakses pada tanggal 30 januari 2019
pukul 15.37
8
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta:PT. Raja
Grafindo, 2005), h. 56.
6
A. Pembiayaan
1. Pembiayaan Secara Umum
Secara umum pembiayaan berarti kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran
secara angsuran.1 Menurut Syafi‟i Antoni pembiayaan adalah pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit.2 Adapun menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dari beberapa pengertian pembiayaan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan baik diberikan oleh Bank Syariah
atau lembaga lain dengan pihak lain (nasabah) yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut secara angsur
dengan jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
a. Unsur-unsur Pembiayaan
Adapun unsur-unsur dari pembiayaan adalah sebagai berikut:3
1) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang
diberikan benar – benar diterima kembali dimasa yang akan datang
1
Pembiayaan konsumen, wikipedia. https://id.m.wikipedia.org
2
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah: dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h., 160
3
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya ( Jakarta: PT Raja Grapindo Persada,
2002), h., 98.
9
10
4
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun
1998, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), h. 23, lihat juga BPRS PNM Al-Ma‟some, Kebijakan
Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 7
11
5
Kredit pemilikan rumah, wikipedia http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_pemilikan_rumah.
13
6
Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.H. Perbankan Syariah(Produk-Produk dan Aspek-
aspek Hukumnya). (PRENADAMEDIA GROUP: Jakarta, 2014), h., 153-173
14
b) Gharar adalah suatu kegiatan bisnis yang tidak jelas kuantitas, kualitas,
harga dan waktu terjadinya transaksi tidak jelas. Akad muamalah
dilarang memperjanjikan hal yang keberadaannya tidak pasti. Dalam
sistem jual beli, gharar ini terdapat unsur memakan harta orang lain
dengan cara bathil. Padahal Allah melarang memakan harta orang lain
dengan cara bathil sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
3. Landasan Hukum
Dalam menjalankan usahanya, para pengembang perumahan syariah
berbentuk koperasi, berpedoman pada Kitab Suci Al-Quran dan Hadist, fatwa
Dewan Syariah Nasional dan fatwa para Ulama serta Peraturan Menteri
Koperasi dan UKM.
Terkait dengan permasalahan pembiayaan, Islam memandang bahwa
hukum pembiayaan adalah boleh, sebagaimana bolehnya muamalah. Akan
tetapi, ada syarat-syarat tertentu dalam Islam mengenai praktek muamalah
termasuk juga pembiayaan. Diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu
harus terbebas dari dari unsur dharar (bahaya), jahalah (ketidakjelasan) dan
zhulm (merugikan atau tidak adil terhadap salah satu pihak). Selain itu harus
juga terbebas dari unsur MAGHRIB, singkatan dari Maisir (judi), Aniaya
(semena-mena), Gharar (penipuan), Haram, Riba(bunga), Iktinaz (menimbun
barang) atau Ikhtikar (monopoli), dan Bathil.9
Al Quran menyebutkan secara tegas mengenai hukum asal muamalah
adalah mubah (boleh), sebagaimana disebutkan dalam kaidah fikih:
ص ُل ِِف الْ ُم َع َاملَ ِة اَْْل َِب َحة إِالَّ أَ ْن يَ ُد َّل َدلِْي ٌل َعلَى ََْت ِرْْيَُها
ْ َاَْال
“Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh
dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”
9
Marhamah Saleh, Pasar Syariah dan Keseimbangan Harga, Jurnal Media Syariah,
Vol. XIII No. 1(2011), h. 21-35
16
sesamanya dan lingkungannya, selama hal tersebut tidak ada ketentuan yang
melarangnya.
Kaidah di atas didasarkan atas pada hadis Rasulullah dari Anas bin
Malik yang berbunyi :
10
Veithzal Rivai & Antoni, Islamic Economic & Finance, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2012), h. 191
11
Fatwa MUI Tentang KPR Rumah Untuk Dipedomani, https://www.sharinvest.com
diakses pada tanggal 30 januari 2019
17
Istilah Bai’ Al-Taqsith tersebut tidak dikenal oleh ulama klasik, tetapi
mereka mengungkapkannya dengan istilah bai’ al-ajal. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa bai’ al-taqsith itu merupakan cabang dari bai al- ajal,
yaitu menjual barang dengan harga diangsur lebih mahal daripada harga
kontan.14
Definisi bai al-taqsith sebagaimana telah disebutkan diatas
15
mengandung tiga pemahaman sebagai berikut:
12
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 224
13
Ali Haidar, Durar Al-Hukkam Syarh Majallah al-Ahkam al-‘Adliyyah, (Riyadh: Dar
„Alam al kutub, 2003 M/1423 H), jilid 1, h. 128
14
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 224
15
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 224-
225
18
a. Bai’ al-taqsith sama seperti jual beli pada umumnya, dan termasuk
kedalam bai’ al-nasiah (pembayaran secara tempo). Akan tetapi
jual beli ini dibatasi secara tidak kontan (kredit)
b. Barang yang dibeli bai’ al-taqsith diserahkan diawal. Adapun
pembayarannya diserahkan diakhir.
c. Pembayaran dilakukan secara dicicil (kredit) pada waktu yang
telah ditentukan.
Kesimpulan tentang definisi bai al-taqsith menurut istilah ialah
“menjual sesuatu dengan pembayaran diangsur dengan cicilan tertentu, pada
waktu tertentu, dan harga lebih mahal daripada pembayaran secara kontan. 16
Bai Taqsith sangat dibutuhkan masyarakat dan mendatangkan manfaat
bagi pembeli & penjual. Konsumen bisa mendapatkan barang yang
dibutuhkannya, meskipun ia tidak memiliki uang yang cukup untuk
memilikinya secara kontan atau bayaran penuh. Perbedaan harga cicilan dari
harga kontan bukan termasuk riba. Itu merupakan keuntungan dalam jual beli
barang sebagai kompensasi tertahannya hak penjual dalam jangka waktu
tertentu. Aplikasi bai‟ taqsith dapat mendatangkan kemudahan ( taysir) bagi
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, karena banyak orang tidak
mampu menyerahkan harga secara menyeluruh atau membayar dengan
kontan. Tetapi dengan cicilan, ia bisa memanfaatkan dan memiliki barang
yang dibutuhkannya.17
2. Hukum Jual Beli Kredit (Bai’ Al- Taqsith)
Bai’ al-taqsith (jual beli secara kredit) belum menyebar dan belum
dikenal oleh masyarakat pada zaman dahulu, berbeda dengan zaman sekarang
yang telah menyebar dan mendunia, hingga menjadi sebuah kebiasaan
16
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 225
17
Fiqh Muamalah Bai taqsith, https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/02/25/fiqh-
muamalah-33-bai-taqsith/, diakses pada tanggal 30 januari 2019 pukul 23.47
19
18
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 225
19
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 225
20
Khalid bin Ali Al-Musyaiqih, Al-Muamalah al-Maliyah al-mu’ashirah, Terj. Abu
zidna, Buku Pintar Muamalah Aktual dan Mudah, (Klaten: wafa, 2012 M/1433 H), cet. 1, h. 57
21
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 225-
226
22
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 226
20
23
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 226
24
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 226
25
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 25
21
yang menunjukkan kerelaan dari kedua belah pihak, yaitu dalam bentuk
perkataan (ijab dan qabul) dan dalam bentuk perbuatan, yaitu saling
memberi (penyerahan barang dan penerimaan uang).26 Jika penjual dan
pembeli tidak ada aturan hanya salah satu pihak yang ada, jual beli tidak
mungkin terwujud. Adapun rukun-rukun jual beli adalah sebagai
berikut:27
1) Ada penjual, penjual adalah pihak yang memiliki objek barang
yang akan diperjualbelikan. Dalam transaksi perbankan
syariah, maka pihak penjualnya adalah bank syariah
2) Ada pembeli, Pembeli merupakan pihak yang ingin
memperoleh barang yang diharapkan, dengan membayar
sejumlah uang tertentu kepada penjual. Pembeli dalam aplikasi
bank syariah adalah nasabah
3) Objek jual beli merupakan barang yang akan digunakan
sebagai objek transaksi jual beli. Objek ini harus ada fisiknya
4) Harga setiap transaksi jual beli harus disebutkan dengan jelas
harga jual yang disepakati antara penjual dan pembeli
5) Ijab qabul (serah terima) antara penjual dan pembeli
Merupakan kesepakatan penyerahan barang dan penerimaan
barang yang diperjualbelikan. Ijab qabul harus disampaikan
secara jelas atau dituliskan untuk ditandatangani oleh penjual
dan pembeli.
b. Syarat Jual Beli
Berikut beberapa syarat sah jual beli:28
1) persyaratan yang berkaitan dengan pelaku praktek jual beli,
baik penjual maupun pembeli, yaitu:
26
M. Ali Hasan sebagaimana dikutip oleh Syaifullah M.S , “Berbagai Macam
Transaksi Dalam Islam ”, dalam jurnal studia Islamika, Vol. 11, No. 2, Desember 2014: (371-387)
hal 376
27
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 136-137
28
kitab Taudhihul ahkam, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, h. 213-214
22
ِ َي أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا ال ََتْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم ِِبلْب
اط ِل إِال أَ ْن تَ ُكو َن ِِتَ َارًةَ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ
اض ِمْن ُك ْم
ٍ َع ْن تَ َر
“… janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang timbul dari
kerelaan di antara kalian…” (QS. An-Nisaa’: 29)
وم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُوُ الشَّْيطَا ُن ِم َن ُ ومو َن إِال َك َما يَ ُق ُ ين ََيْ ُكلُو َن الِّرَِب ال يَ ُق
ِ َّ
َ الذ
ِ ِ ِ ِ الْم
اّللُ الْبَ ْي َع َو َحَّرَم الِّرَِب
َّ َح َّل ُ ك ِِبَن
َ َّه ْم قَالُوا إََّّنَا الْبَ ْي ُع مثْ ُل الِّرَِب َوأ َ س َذل
ّ َ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-
Baqarah: 275)
29
Jual Beli dan Syarat-syaratnya, https://muslim.or.id/222-jual-beli-dan-syarat-
syaratnya.html diakses pada tanggal 30 januari 2019 pukul 07.28
25
4) Jumlah karyawan.
A. Company Profile
1. Sejarah, Visi dan Misi KOPERUMNAS
Berawal dari sebuah keprihatinan bagaimana kesulitan rakyat miskin
memperoleh fasilitas pembiayaan kredit rumah dalam sistem perbankan di
Indonesia, maka lahirlah Koperumnas sebagai wadah bagi masyarakat untuk
mendapatkan rumah yang diinginkan.
Koperasi Perumahan Umum Nasional didirikan pada tanggal 27 Mei
2016, merupakan Koperasi Usaha Kecil & Menengah berbadan hukum
berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM RI No.
001372/BH/M.KUKM.2/U/2016 tanggal 27 mei 2016. Dengan nomor SIUP
81/24.LPM/31.75/-1.824.72/e/2018 serta nomor TDP 09.04.2.46.01044.1
Koperasi Perumahan Umum Nasional merupakan pioneer koperasi
rumah tanpa riba, dengan memfokuskan diri untuk membangun rumah murah
dengan cicilan yang terjangkau. Koperumnas dibentuk dengan visi misi untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para anggotanya pada
khususnya, melalui suatu wadah dan kegiatan usaha dengan meningkatkan
pelayanan kepada anggota dan masyarakat pada umumnya.2
Koperumnas diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk memiliki rumah,
dengan mengutamakan kerjasama sinergi yang saling menguntungkan
dengan mitra usaha baik dengan para koperasi, pemerintah maupun dengan
lembaga swasta diseluruh Indonesia. Koperumnas hadir menciptakan inovasi
produksi perumahan yangg efisien, kuat, aman dan cepat. Menciptakan
pelayanan kepada anggota yang responsif, transparan, fokus, kredibel dan
1
Panduan materi Koperumnas(lembaran data)
2
Company Profile, www.Koperumnas.co.id
32
33
3
Koperumnas go nasional bangun perumahan berbasis syariah, hallo bogor.
http://hallobogor.com/koperumnas-go-nasional-bangun-perumahan-berbasis-syariah-di-berbagai-
kota
4
Rumah terjangkau tanpa dp dan bunga, detikcom. https://news.detik.com/adv-nhl-
detikcom/d-4174048/rumah-terjangkau-tanpa-dp-dan-bunga-bisa-dimiliki-sekarang
5
Gubernur DKI Jakarta dukung program Koperumnas, reportase indonesia.
http://reportaseindonesia.com/berita-7053-gubernur-dki-jakarta-dukung-program-koperumnas-
untuk-bantu-mbr-punya-rumah-murah-tanpa-riba-dan-dp-0.html
34
6
Kajian peranan APBN dalam mengatasi backlog perumahan,
www.anggaran.depkeu.go.id diakses pada tanggal 4 Desember 18
7
Direktorat Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan, Peranan APBN dalam
mengatasi backlog perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Renda, 2015.
35
sebesar 13,5 juta unit rumah yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Jika
dilihat berdasarkan tingkat penghasilan, buruh dan pegawai dengan besaran
penghasilan sebesar Upah Minimum Provinsi (UMP) termasuk dalam kriteria
MBR. Selain itu, terdapat juga penduduk miskin yang hidup di bawah garis
kemiskinan, yang menempati urutan terbawah dalam tingkatan MBR.8
Dibentuknya Koperumnas ini di harapkan sebagai wadah yang
dibentuk untuk membantu Masyarakat Berpenghasilan rendah mempunyai
rumah subsidi pemerintah, serta untuk mendukung Program Sejuta Rumah
pemerintah dan mempermudah proses kepemilikan rumah sederhana tanpa
proses yang ribet dan sulit. Lembaga Koperasi Perumahan Nasional yang
lebih difokuskan untuk membangun rumah murah, pada umumnya diseluruh
wilayah Indonesia dengan tujuan untuk membantu para anggotanya sejahtera
dan bisa memiliki rumah impian dengan cicilan yang terjangkau dan proses
non Bank, serta yang paling penting adalah untuk membebaskan diri dari
riba. Masyarakat dapat memiliki rumah seperti menabung. Anggota wajib
menabung sukarela, anggota wajib menyimpan pokok dan menyimpan harian,
mingguan, dan bulanan. Selain itu, anggota berhak memiliki rumah idaman
dan sehat sejahtera dari Koperumnas.
Koperumnas melalui lembaga KSM swadaya masyarakat, yang
tujuannya untuk saling membantu sesama anggotanya dan bisa belanja
sembako murah dengan konsep e-commerce hingga memliki usaha yang
mendukung meningkatnya ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu Koperumnas juga menawarkan berbagai kemudahan, serta
sistem yang digunakan dalam menjalankan operasionalnya berlandaskan
syariah, diantaranya sebagai berikut:9
a) Tanpa BI Checking
BI Checking artinya Cash maupun PPR langsung ke developer
tanpa melalui Bank atau lembaga ribawi lainnya. Perlu diketahui
bahwa ada kondisi pada konsep konvensional yaitu orang
8
Kajian peranan APBN dalam mengatasi backlog perumahan”. Depkeu.
9
Company Profile KOPERUMNAS
36
i) Bisa ditingkat
Bangunan bersifat knockdown, bisa ditingkat dan bisa dibongkar
pasang layaknya lego. Rumah KOPERUMNAS yang tahan gempa
tergolong konsep yang memiliki fleksibilitas tinggi, mudah
membangunnya dan cukup kokoh. Hal tersebut disebut konsep
'revolusioner' yaitu konsep knock-down atau bongkar pasang yang
sederhana, tetapi cukup praktis.
2. Struktur Organisasi10
a) Bentuk Organisasi Koperasi11
Menurut Hanel : Organisasi adalah Suatu sistem sosial ekonomi atau
sosial teknik yang terbuka dan berorientasi pada tujuan.
Sub sistem koperasi:
1) individu (pemilik dan konsumen akhir)
2) Pengusaha Perorangan/kelompok ( pemasok / supplier)
3) Badan Usaha yang melayani anggota dan masyarakat
b) Pola Manajemen Koperasi12
Definisi Manajemen menurut Stoner adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut Prof. EwellPaul Roy,Ph.D mengatakan bahwa manajemen
koperasi melibatkan 4 unsur (perangkat) yaitu:
1) Anggota
2) Pengurus
3) Manajer
10
Data Company Profile dari kantor KOPERUMNAS
11
Ekonomi Koperasi, http://anitasugihanti.blogspot.com di akses pada tanggal 09
Desember 2018
12
Ekonomi Koperasi http://anitasugihanti.blogspot.com
39
13
Data Company Profile KOPERUMNAS
42
43
14
Data company profile Koperumnas
44
2) Program Prioritas15
Iuran wajib 4 bulan tidak ada tunggakan, DP 40 juta(bisa dicicil selama 1
tahun), masuk 5 juta diawal (bulan pertama), bulan ke 2 cicil DP 3jt +
900rb, dapat menempati rumah di bulan ke 3-5 setelah pengajuan
prioritas, dan ikut bimbingan keagenan selama 3-6 bulan(program auto
saving 70% akan diambil untuk cicilan DP 40 Juta). Dan serah terima
kunci setelah 6 bulan dari pengajuan prioritas. Lihat 1.2 Program
prioritas Koperumnas.
3) Program Simpanan Wajib Sukarela16
Program simpanan wajib sukarela merupakan tabungan investasi rumah
dengan nominal sebanyak-banyaknya. Tabungan Investasi akan
digunakan untuk membangun properti syariah tanpa riba yakni
Koperumnas Residence Minimarket (KOPER MART). Dan untuk
sembako online dengan konsep e-commerce (KOPER MART).
Selanjutnya dijadikan dana simpan pinjam tanpa riba di lembaga
keuangan syariah (Bank Syariah Nasional).
Simpanannya dalam jumlah tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota
kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu dan besarnya
tergantung kemampuan anggota dengan besaran jasa sesuai kesepakatan
anggota yang dirumuskan dalam Rapat Anggota Tahunan. Lihat 1.3
Program simpanan wajib suka rela.
2. Spesifikasi Rumah Syariah KOPERUMNAS
a) Lokasi Perumahan yang dibangun17
15
Data company profile Koperumnas
17
Koperumnas Go Nasional, Bangun Perumahan Berbasis Syariah di Berbagai Kota,
hallobogor.com.
45
Topoyo Residence juga hanya tersedia satu type, yaitu type 36/72
denga harga Rp.140.000.000.
5) Kemudian, Koperumnas membuka lokasi baru di Jalan Jembatan 3
Liang Anggang, Landasan Ulin Selatan, Banjar Baru, Kalimantan
Selatan. Di sini akan dibuka 1.500 unit rumah T36/120 m2 rumah
tunggal, sekelas cluster tahan gempa dan tahan api. Lokasi ditempuh
15 menit ke bandara, dekat rumah sakit, sekolah, Pasar Ulin, dan
dekat kantor gubernur yang baru.
6) Yang terbaru, sudah tersedia pula lokasi di Pekan Baru Tenayan.
Dengan simpanan wajib Rp1 juta bisa memiliki rumah T36/108
dengan harga jual Rp160 juta.
b) Spesifikasi Perumahan18
Rumah yang dibangun sudah bersertifikat SHGB (Sertifikat Hak
Guna Bangunan) yaitu sertifikat untuk mendapatkan hak menggunakan
bangunan diatas sebuah lahan yang bukan miliknya sendiri dalam jangka
waktu tertentu. Dibawah ini akan dijelaskan lebih detail spesifikasi
rumah KOPERUMNAS untuk rumah type 36/60 dan 36/72 yaitu:
a. Pondasi Batu Kali
b. Septic Tank Biotech
c. Plafon Gypsum
d. Keramik 40×40
e. Pintu Utama Kayu Solid
f. Atap baja Ringan genteng Antilop
g. Dinding Batako Plester dan Aci
h. Instalasi Listrik 8 Titik
i. Pintu Kamar Triplek
j. Instalasi Air
k. Kusen Alumunium
l. Kloset Jongkok
m. Sumur Pantek utk sumber air
18
www.Koperumnas.com
47
n. Tembok Terpisah
c) Fasilitas Perumahan19
a. View Pegunungan
b. Pasar Rakyat
c. Minimarket
d. Masjid
e. Sekolah
f. Angkutan Umum
g. Rumah Sakit
d) Sistem Kepemilikan Rumah
19
Koperumnas go nasional bangun perumahan berbasis syariah diberbagai kota
http://jabar.indonesiaraya.co.id/2018/12/03/koperumnas-go-nasional-bangun-perumahan-berbasis-
syariah-di-berbagai-kota/
48
20
Formulir Permohonan Kredit Pemilikan rumah syariah koperumnas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1
https://belajarbisnisproperty.com diakses pada tanggal 30 Desember 2018
49
50
membangun jalan terlebih dahulu, baru membangun rumah dan serah terima
kunci sesuai nomor urut dan blok kavling yang dipilih dan dilakukan setelah
2 tahun menyicil.
1. Syarat Pendaftaran Anggota Koperumnas
Adapun syarat untuk memiliki rumah syariah KOPERUMNAS,
masyarakat mendaftar sebagai anggota KOPERUMNAS terlebih
dahulu. Untuk pendaftaran anggota baru KOPERUMNAS, dapat
melalui http://portal.koperumnas.com/member_register. Dokumen yang
dibutuhkan untuk menjadi anggota KOPERUMNAS antara lain:
a. Fotocopy Kartu Keluarga (1 lembar)
b. Fotocopy KTP (1 lembar)
c. Pas foto ukuran 3x4 (2 lembar )
Berikut detail alur pendaftaran KOPERUMNAS, yaitu:
1
Calon anggota 6
7
datang ke Melakukan
kantor transaksi Mendapatkan
KOPERUMNA pembayaran kwitansi
S
2 5 8
Mengisi buku Registrasi Selesai
tamu online transaksi
9
3 4 Resmi menjadi
Prospek Isi formulir angggota
koperumnas
6 7
1 Pilih Serah terima
kavling(setelah kunci(24 bulan
Isi formulir angsuran ke- bertahap)
5/DP)
8
5 SHM lunas
2
Akad (TTD pembayaran
Daftar online PPJB) rumah
9
3 4
Rumah tanpa
Menyerahkan Bayar setoran riba
berkas awal
Hasil
Peraturan Menteri Koperasi
Koperasi Perumahan Umum (sesuai/
No dan UKM No.
Nasional tidak
11/PER/M.KUKM/XII/2017
sesuai)
KOPERUMNAS
Menjalankan kegiatan menjalankan kegiatan usaha
1 usahanya dengan prinsip berdasar prinsip syariah. √
syariah Contohnya: tanpa bunga dan
tanpa riba
KOPERUMNAS berbadan
hukum berdasarkan
Adanya pengesahan akta
Keputusan Menteri
2 pendirian koperasi yang √
Koperasi dan UKM RI No.
terbitkan oleh menteri
001372/BH/M.KUKM.2/U/
2016 tanggal 27 mei 2016.
KOPERUMNAS tidak
menggunakan DPS dalam
KSPPS wajib memiliki menjalankan kegiatan usaha
3 ×
Dewan Pengawas Syariah nya, hanya menggunakan
pengawas dari internal
struktur organisasi
Koperumnas dibentuk
dengan visi misi untuk
KSPPS memiliki visi, misi meningkatkan pendapatan
4 √
dan tujuan dalam usahanya dan kesejahteraan para
anggotanya pada khususnya,
melalui suatu wadah dan
60
KOPERUMNAS memiliki
aplikasi tersendiri yang
bernama “KOPERUMNAS”
KSPPS dan USPPS Koperasi
Aplikasi tersebut melayani
harus memiliki sistem
segala transaksi
10 informasi pelayanan Anggota √
KOPERUMNAS, mulai dari
sebagai alat pengendalian dan
pendaftaran anggota, top up
pengambilan keputusan
saldo, pembayaran
simpanan wajib dan lain
sebagainya
KOPERUMNAS belum
KSPPS atau USPPS Koperasi memiliki izin usaha simpan
wajib memiliki izin usaha pinjam dan pembiayaan
11 ×
simpan pinjam dan syariah, hanya memiliki
pembiayaan syariah. sertifikat akta pendirian dari
Menteri Koperasi dan UKM
KOPERUMNAS
merupakan koperasi
pembiayaan pemilikan
rumah. Untuk kegiatan
Koperasi yang melaksanakan
sosial KOPERUMNAS, dari
kegiatan usaha simpan pinjam
hasil wawancara dengan
dan pembiayaan syariah
ketua umum
12 wajib memiliki unit kegiatan √
KOPERUMNAS, bahwa
sosial (maal) dan unit
sebagian profit
kegiatan usaha bisnis
KOPERUMNAS akan
(tamwil).
digunakan untuk mendirikan
pondok pesantren dan
tahfidz quran.
62
KOPERUMNAS
KSPPS dan USPPS Koperasi
melakukan kegiatan usaha
dilarang melakukan kegiatan
13 pada sektor riil secara ×
usaha pada sektor riil secara
langsung, yakni jual beli
langsung
kredit rumah syariah
KOPERUMNAS tidak ada
persyaratan untuk
Untuk mengurangi risiko menetapkan jaminan dalam
pemberian pinjaman dan pembiayaan pemilikan
pembiayaan, KSPPS dan rumah syariahnya.
USPPS Koperasi dapat KOPERUMNAS
14 ×
menetapkan menggunakan asas
jaminan atas pinjaman atau kepercayaan, dan tidak sama
pembiayaan yang dapat sekali memberatkan para
berupa barang atau hak tagih; anggota yang mau memiliki
rumah syariah
KOPERUMNAS
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah dan pembahasan yang telah
dipaparkan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. kesesuaian pembiayaan pemilikan rumah syariah KOPERUMNAS
dengan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.
11/PER/M.KUKM/XII/2017 belum sesuai, karena banyak beberapa
point yang diatur dalam Peraturan Peraturan Menteri Koperasi dan
UKM akan tetapi belum terpenuhi pelaksanaannya oleh
KOPERUMNAS. Diantaranya:
a. KOPERUMNAS belum memiliki Dewan Pengawas Syariah.
sedangkan dalam Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.
11/PER/M.KUKM/XII/2017 pasal 2 ayat 3, menjelaskan bahwa
“Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah”.
b. KOPERUMNAS belum memiliki izin usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah, hanya memiliki sertifikat akta pendirian dari
Menteri Koperasi dan UKM No. 001372/BH/M.KUKM.2/U/2016,
sedangkan dalam Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.
11/PER/M.KUKM/XII/2017 pasal 6 ayat 1, menjelaskan “KSPPS
atau USPPS Koperasi wajib memiliki izin usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah”
c. KOPERUMNAS melakukan kegiatan usaha pada sektor riil secara
langsung, yakni jual beli kredit rumah syariah. Dalam Peraturan
Menteri Koperasi dan UKM No. 11/PER/M.KUKM/XII/2017
pasal 20 ayat 2 dijelaskan bahwa KSPPS dan USPPS Koperasi
dilarang melakukan kegiatan usaha pada sektor riil secara
langsung.
63
64
B. Saran
1. Alangkah lebih baiknya KOPERUMNAS mendaftarkan unit usaha
pembiayaan pemilikan rumah syariah kepada Majelis Ulama
Indonesia, guna mendapatkan sertifikat syariah. Karena
KOPERUMNAS merupakan unit usaha yang menggunakan sistem
syariah, jadi haruslah patut untuk bersertifikat syariah serta tunduk
kepada aturan-aturan pemerintah. Dan KOPERUMNAS tidak
seharusnya menyepelekan peran DPS, karena itulah tugas utamanya
DPS yakni mengawasi kegiatan usaha syariah. Menggunakan kata
syariah, seharusnya harus lebih hati-hati karena urusannya dengan
kemaslahatan umat dan pertanggungjawabannya dengan Allah.
Dan KOPERUMNAS sebaiknya lebih memperhatikan permasalahan
regulasi, karena itu juga merupakan hal yang penting agar calon
nasabah lebih percaya.
2. Untuk peneliti selanjutnya, cobalah menekankan kepada regulasi dan
perlindungan konsumen untuk jual beli kredit (Bai’ al-taqsith) dalam
bidang pemilikan rumah syariah. Karena pada skripsi ini, penulis
menyadari masih sangat kurang dalam berbagai hal karena
keterbatasan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Wicaksono dan Frans Satrio. Tanggung jawab pemegang Saham , Direksi, dan
Komisaris Perseroan Terbatas (PT). Jakarta Selatan: Transmedia
Pustaka, 2009.
Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:PT. Raja
Grafindo, 2005.
Antonio, Muhammad Syafi'i. Bank Syari'ah: dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
66
67
Veithzal Rivai, Antoni. Islamic Economic & Finance. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2012.
Jurnal
Website
“Over Kredit Rumah”. Artikel diakses pada tanggal 29 januari 2019 dari
http://forcep.blogspot.com/2010/01/tentang-over-kredit-rumah.html
“Fatwa MUI Tentang KPR Rumah Untuk Dipedomani”. Diakses pada tanggal 30
januari 2019 dari https://www.sharinvest.com
“Fiqh Muamalah Bai taqsith”. Diakses pada tanggal 30 januari 2019 dari
https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/02/25/fiqh-muamalah-33-bai-
taqsith/
“Jual Beli dan Syarat-syaratnya”. Diakses pada tanggal 30 januari 2019 dari
https://muslim.or.id/222-jual-beli-dan-syarat-syaratnya.html
Dokumen
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-2-
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-3-
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-4-
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-5-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
MENENGAH TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA
SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH OLEH
KOPERASI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan sebagaimana yang dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian.
2. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang
selanjutnya disingkat KSPPS adalah Koperasi yang
kegiatan usaha simpan, pinjam dan pembiayaan sesuai
prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infak,
sedekah, dan wakaf.
3. Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi
yang selanjutnya disebut USPPS Koperasi adalah unit
usaha Koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan,
pinjam dan pembiayaan sesuai prinsip syariah,
termasuk mengelola zakat, infak, sedekah, dan wakaf
sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang
bersangkutan.
4. KSPPS Primer adalah KSPPS yang didirikan oleh dan
beranggotakan orang seorang.
5. Koperasi Simpan Pinjam yang selanjutnya disingkat KSP
adalah Koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya
hanya usaha simpan pinjam.
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-6-
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-7-
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-8-
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-9-
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 10 -
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 11 -
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 12 -
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 13 -
BAB II
KELEMBAGAAN USAHA SIMPAN PINJAM
DAN PEMBIAYAAN SYARIAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
(1) Usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah hanya
dapat dilaksanakan oleh:
a. KSPPS; dan
b. USPPS Koperasi.
(2) Pengesahan akta pendirian Koperasi yang melaksanakan
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan
menerbitkan keputusan pengesahan akta pendirian
Koperasi oleh Menteri.
(3) Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah wajib memiliki Dewan
Pengawas Syariah.
(4) KSP dilarang membentuk USPPS Koperasi.
(5) Koperasi yang membentuk USPPS Koperasi dilarang
membentuk dan/atau memiliki USP Koperasi.
(6) USPPS Koperasi wajib dikelola secara terpisah dengan
unit usaha lainnya.
(7) Koperasi wajib memasang lambang atau logo gerakan
koperasi pada papan nama di kantor pusat dan setiap
kantor Jaringan Pelayanan.
(8) Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah memiliki visi, misi dan
tujuan yang diarahkan untuk memenuhi aspirasi dan
kebutuhan ekonomi anggota sehingga tumbuh menjadi
kuat, sehat, mandiri dan tangguh.
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 14 -
Bagian Kedua
Pendirian KSPPS
Pasal 3
(1) KSPPS dapat berbentuk KSPPS Primer atau KSPPS
Sekunder.
(2) Pendirian KSPPS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan
kepentingan ekonomi yang sama dan manfaat bagi
Anggota serta kelayakan usaha.
(3) KSPPS Primer dibentuk dan didirikan oleh paling sedikit
20 (dua puluh) orang yang mempunyai kegiatan dan
kepentingan ekonomi yang sama.
(4) KSPPS Sekunder dibentuk dan didirikan oleh paling
sedikit 3 (tiga) badan hukum Koperasi yang
melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah.
Bagian Ketiga
Pembentukan USPPS Koperasi
Pasal 4
(1) USPPS Koperasi dapat dibentuk oleh Koperasi Primer dan
Koperasi Sekunder.
(2) USPPS Koperasi Sekunder beranggotakan Koperasi yang
melaksanakan usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah.
(3) Pembentukan USPPS Koperasi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dengan memperhatikan kepentingan ekonomi yang sama
dan manfaat bagi Anggota serta kelayakan usaha.
(4) Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah wajib memperoleh
pengesahan sebagai badan hukum dari Menteri.
(5) Koperasi yang telah memperoleh pengesahan sebagai
badan hukum tetapi belum mencantumkan kegiatan
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 15 -
Bagian Keempat
Perubahan KSP atau USP Koperasi
Pasal 5
(1) KSP atau USP Koperasi dapat mengubah kegiatan
usahanya menjadi usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah dengan persetujuan rapat anggota.
(2) KSP atau USP Koperasi yang telah mendapatkan
persetujuan rapat anggota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat melaksanakan transisi kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah paling lama 2 (dua) tahun
sebelum perubahan anggaran dasar.
(3) Perubahan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui perubahan anggaran dasar
yang mencantumkan usaha simpan pinjam dan
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 16 -
Bagian Kelima
Izin Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
Pasal 6
(1) KSPPS atau USPPS Koperasi wajib memiliki izin usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
(2) Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
selama Koperasi menjalankan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah.
(3) Penerbitan izin usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
sebagai berikut:
a. bupati atau walikota menerbitkan izin usaha KSPPS
atau USPPS Koperasi yang wilayah keanggotaannya
dalam 1 (satu) daerah kabupaten atau kota;
b. gubernur menerbitkan izin usaha KSPPS atau
USPPS Koperasi yang wilayah keanggotaannya lintas
daerah kabupaten atau kota dalam 1 (satu) daerah
provinsi; dan
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 17 -
Bagian Keenam
Persyaratan Pendirian KSPPS, Pembentukan USPPS Koperasi
dan Perubahan KSP atau USP Koperasi menjadi KSPPS atau
USPPS Koperasi
Pasal 7
Dalam pengajuan permohonan pendirian KSPPS,
pembentukan USPPS Koperasi dan perubahan KSP atau USP
Koperasi menjadi KSPPS atau USPPS Koperasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 wajib
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 18 -
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 19 -
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 20 -
BAB III
JARINGAN PELAYANAN
Bagian Kesatu
Pembukaan Jaringan Pelayanan
Pasal 8
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi melalui koperasinya dapat
membuka Jaringan Pelayanan berupa Kantor Cabang,
Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas untuk
mendekatkan jarak pelayanan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kepada anggota.
(2) KSPPS dan USPPS Koperasi wajib memiliki izin
pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu,
dan Kantor Kas.
(3) KSPPS dan USPPS Koperasi melalui koperasinya dapat
membuka Kantor Kas dengan layanan menetap dan
bergerak.
(4) Penerbitan izin pembukaan Kantor Cabang, Kantor
Cabang Pembantu, dan Kantor Kas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:
a. bupati atau walikota menerbitkan izin pembukaan
Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan
Kantor Kas untuk Koperasi dengan wilayah
keanggotaan dalam daerah kabupaten/kota;
b. gubernur menerbitkan izin pembukaan Kantor
Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas
untuk Koperasi dengan wilayah keanggotaan lintas
daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah
provinsi; dan
c. Menteri menerbitkan izin pembukaan Kantor
Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 21 -
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 22 -
Bagian Kedua
Persyaratan Pembukaan Jaringan Pelayanan
Pasal 9
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi yang akan melakukan
pembukaan Kantor Cabang dan Kantor Cabang
Pembantu harus memenuhi persyaratan dengan
melampirkan dokumen sebagai berikut:
a. alamat Kantor Cabang dan Kantor Cabang
Pembantu yang akan dibuka;
b. fotokopi anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga;
c. modal kerja untuk Kantor Cabang dan Kantor
Cabang Pembantu dibuktikan dengan surat
pernyataan Pengurus menempatkan dana untuk
modal awal pada Kantor Cabang dan Kantor
Cabang Pembantu bersangkutan;
d. fotokopi hasil penilaian kesehatan dengan predikat
kesehatan paling rendah “cukup sehat” dalam 3
(tiga) tahun berturut-turut sebelum pengajuan
pembukaan cabang;
e. daftar sarana kerja beserta kondisi fisiknya;
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 23 -
Bagian Ketiga
Prosedur Pembukaan Jaringan Pelayanan
Pasal 10
(1) Pengurus mengajukan permohonan pembukaan Kantor
Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas
dengan melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1), dan ayat (2).
(2) Persetujuan atau penolakan pembukaan Kantor Cabang,
Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas paling lama 7
(tujuh) hari kerja setelah kelengkapan dokumen
persyaratan terverifikasi.
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 24 -
Bagian Keempat
Jaringan Layanan Elektronik
Pasal 11
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi dapat mengembangkan
jaringan layanan elektronik bagi usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah dengan memanfaatkan
teknologi informasi.
(2) Layanan elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara mandiri dan/atau bekerjasama
dengan penyelenggara Sistem dan Transaksi elektronik
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
PENGURUS, PENGELOLA, PENGAWAS
DAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH
Bagian Kesatu
Pengurus dan Pengelola
Pasal 12
(1) Pengurus KSPPS dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi
serta diangkat dalam rapat anggota.
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 25 -
Pasal 13
(1) Pengurus Koperasi yang menjalankan kegiatan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah dapat
mengangkat Pengelola KSPPS dan USPPS Koperasi
dengan mengajukan rencana pengangkatan pada rapat
anggota.
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 26 -
Bagian Kedua
Pengawas
Pasal 14
(1) Pengawas dipilih dari dan oleh Anggota serta diangkat
pada rapat anggota.
(2) Pengawas Koperasi sekunder berasal dari perwakilan
yang diusulkan Koperasi primer anggotanya.
(3) Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi Pengawas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah:
a. telah menjadi anggota Koperasi paling sedikit 2 (dua)
tahun;
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 27 -
Bagian Ketiga
Dewan Pengawas Syariah
Pasal 15
(1) Dewan Pengawas Syariah ditetapkan oleh rapat anggota.
(2) Dewan Pengawas Syariah paling sedikit 2 (dua) orang dan
minimal 1 (satu) orang wajib memiliki sertifikat
pendidikan dan pelatihan Dewan Pengawas Syariah dari
DSN-MUI dan/atau sertifikat standar kompetensi yang
dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi profesi yang telah
memperoleh lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang–undangan.
(3) Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi Dewan
Pengawas Syariah meliputi:
a. berasal dari anggota atau dari luar Anggota Koperasi;
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 28 -
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 29 -
BAB V
STANDAR OPERASIONAL MANAJEMEN
Pasal 16
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi wajib mengatur dan
memberlakukan Standar Operasional Manajemen.
(2) Standar Operasional Manajemen yang berlaku wajib
diterapkan dalam pengelolaan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah.
(3) Ruang lingkup Standar Operasional Manajemen meliputi
4 (empat) bagian yang terdiri atas:
a. Standar Operasional Manajemen kelembagaan
KSPPS atau USPPS koperasi;
b. Standar Operasional Manajemen usaha KSPPS atau
USPPS koperasi;
c. Standar Operasional Manajemen keuangan KSPPS
atau USPPS koperasi; dan
d. Standar Operasional Manajemen pengamanan Aset,
hutang dan modal.
(4) Standar Operasional Manajemen kelembagaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri
atas:
a. organisasi dan manajemen KSPPS atau USPPS
Koperasi;
b. pengelolaan organisasi;
c. pengelolaan Aset KSPPS dan USPPS Koperasi;
d. pembagian dan penggunaan SHU;
e. prosedur penutupan USPPS Koperasi; dan
f. prosedur pembubaran KSPPS.
(5) Standar Operasional Manajemen Usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. penghimpunan dan penyaluran dana;
b. produk pinjaman dan pembiayaan;
c. persyaratan calon penerima pinjaman dan
pembiayaan;
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 30 -
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 31 -
BAB VI
PERMODALAN
Pasal 17
(1) Modal awal usaha pada pendirian KSPPS Primer dan
KSPPS Sekunder dihimpun dari Simpanan Pokok dan
Simpanan Wajib anggotanya dan dapat ditambah dengan
Hibah.
(2) Modal awal usaha pada setiap pendirian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. dilengkapi dengan bukti penyetoran dari Anggota
kepada Koperasi;
b. dibukukan dalam neraca KSPPS sebagai harta
kekayaan badan hukum KSPPS;
c. Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib tidak boleh
diambil, kecuali keluar dari keanggotaan Koperasi
dan ada modal pengganti dari Anggota baru
dan/atau Dana Cadangan Koperasi; dan
d. Dana Cadangan dan Hibah tidak dapat dibagi
kepada Anggota, kecuali pada saat pembubaran
Koperasi setelah dikurangi beban resiko kerugian
Koperasi.
(3) Modal awal usaha KSPPS Primer sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disimpan pada rekening di bank syariah
dengan ketentuan sebagai berikut:
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 32 -
Pasal 18
Setiap pembentukan USPPS Koperasi Primer atau USPPS
Koperasi Sekunder, wajib menyediakan modal tetap yang
dipisahkan dari Aset Koperasi sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 33 -
BAB VII
PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA
Bagian Kesatu
Kegiatan Usaha
Pasal 19
(1) Kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
harus berdasarkan Prinsip Syariah.
(2) Akad transaksi kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah harus disusun berdasarkan fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).
(3) KSPPS dan USPPS Koperasi harus mengutamakan
penggunaan fasilitas transaksi keuangan pada lembaga
keuangan syariah daripada lembaga keuangan
konvensional.
(4) Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah wajib memiliki unit
kegiatan sosial (maal) dan unit kegiatan usaha bisnis
(tamwil).
(5) Ruang lingkup kegiatan usaha KSPPS dan USPPS
Koperasi meliputi:
a. menyelenggarakan kegiatan maal untuk
pemberdayaan Anggota dan masyarakat di bidang
sosial dan ekonomi;
b. menghimpun simpanan berjangka dan tabungan
Koperasi dari Anggota, Calon Anggota, Koperasi lain
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 34 -
Pasal 20
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi wajib melaksanakan
kegiatan usaha dengan menerapkan Prinsip Syariah,
tata kelola yang baik, prinsip kehati-hatian, manajemen
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 35 -
Pasal 21
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi harus memiliki sistem
informasi pelayanan Anggota sebagai alat pengendalian
dan pengambilan keputusan.
(2) Pengelola wajib merahasiakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan Simpanan dan Tabungan, kecuali
untuk kepentingan pengawasan.
(3) Pengurus dan Pengelola wajib memberikan kesempatan
dan bantuan kepada pejabat berwenang untuk
memeriksa buku dan dokumen yang ada untuk
memperoleh kebenaran atas penjelasan dan laporan
yang disampaikan KSPPS dan USPPS Koperasi.
Bagian Kedua
Kegiatan Sosial (Maal)
Pasal 22
(1) KSPPS atau USPPS Koperasi melaksanakan kegiatan
sosial (maal) untuk pemberdayaan anggota dan
masyarakat di bidang sosial dan ekonomi.
(2) Kegiatan sosial (maal) dilakukan melalui penghimpunan,
pengelolaan dan penyaluran dana Zakat, Infak, Sedekah,
dan Wakaf serta dana kebajikan dan sosial lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
Prinsip Syariah.
(3) Kegiatan sosial (maal) wajib dilaporkan dalam laporan
sumber dan penggunaan dana Zakat, Infak, Sedekah,
dan Wakaf serta dana kebajikan dan sosial lainnya,
terpisah dari laporan keuangan kegiatan usaha Koperasi.
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 36 -
Bagian Ketiga
Kegiatan Bisnis (Tamwil) Simpanan
Pasal 23
(1) Penerbitan produk Simpanan Koperasi merupakan
wewenang Pengurus setelah mendapat pertimbangan
Dewan Pengawas Syariah.
(2) Simpanan diberikan imbalan berupa bagi hasil dan
imbal jasa atau bonus yang besarnya ditentukan oleh
rapat anggota.
(3) Perhitungan bagi hasil untuk simpanan yang
menggunakan akad Mudharabah berasal dari
pendapatan operasional utama KSPPS atau USPPS
Koperasi.
(4) Perhitungan imbal jasa atau bonus yang bersifat
sukarela untuk Simpanan yang menggunakan akad
wadiah didasarkan kepada kebijakan operasional KSPPS
atau USPPS Koperasi.
(5) KSPPS dan USPPS Koperasi wajib menjamin keamanan
Simpanan dan Tabungan Anggota, Calon Anggota,
Koperasi lain dan/atau Anggotanya.
Bagian Keempat
Kegiatan Bisnis (Tamwil) Pinjaman dan Pembiayaan Syariah
Pasal 24
(1) Pelaksanaan pemberian pinjaman dan pembiayaan
syariah oleh KSPPS dan USPPS Koperasi wajib
memperhatikan prinsip pemberian pinjaman dan
pembiayaan syariah yang sehat.
(2) Besarnya marjin, nisbah bagi hasil, imbal jasa dan
bonus ditentukan oleh rapat anggota.
(3) Pemberian pinjaman dan pembiayaan diutamakan
untuk memenuhi kebutuhan Anggota.
(4) Pada transaksi akad Musyarakah, KSPPS atau USPPS
Koperasi wajib melakukan pembinaan kepada Anggota
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 37 -
Bagian Kelima
Kegiatan Usaha KSPPS Sekunder atau USPPS Koperasi
Sekunder
Pasal 25
(1) KSPPS Sekunder atau USPPS Koperasi Sekunder
menyelenggarakan kegiatan:
a. usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
antar Koperasi;
b. kegiatan sosial (maal);
c. mengelola manajemen resiko;
d. pendidikan dan pelatihan;
e. bimbingan dan konsultasi manajemen usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah;
f. standarisasi manajemen dan Sumber Daya Manusia
(SDM);
g. standarisasi sistem akuntansi dan pemeriksaan
untuk anggotanya;
h. monitoring dan evaluasi, supervisi dan bantuan
teknis; dan
i. pengadaan sarana usaha anggotanya.
(2) KSPPS Sekunder dan Koperasi Sekunder yang memiliki
USPPS Koperasi dilarang memberikan pinjaman dan
pembiayaan secara langsung kepada perorangan.
Bagian Keenam
Kelebihan Dana
Pasal 26
Dalam hal terdapat kelebihan dana setelah melaksanakan
kegiatan pemberian pinjaman dan pembiayaan syariah kepada
Anggota, Calon Anggota, Koperasi lain dan/atau Anggotanya
maka KSPPS dan USPPS Koperasi sesuai dengan ketentuan
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 38 -
Bagian Ketujuh
Jaminan
Pasal 27
(1) Untuk mengurangi risiko pemberian pinjaman dan
pembiayaan, KSPPS dan USPPS Koperasi dapat
menetapkan:
a. Simpanan wajib pinjaman atau pembiayaan
syariah;
b. sistem tanggung renteng diantara Anggota;
c. jaminan atas pinjaman atau pembiayaan yang
dapat berupa barang atau hak tagih;
d. agunan berupa barang yang secara fisik tetap
berada pada pemiliknya (fidusia); dan
e. kewajiban melindungi nilai pinjaman dan
pembiayaan melalui penjaminan atau asuransi
syariah.
(2) Dalam hal KSPPS dan USPPS Koperasi memiliki agunan
yang telah jatuh tempo dan tidak mungkin lagi ditebus
oleh peminjam, dapat dilakukan tindakan sesuai dengan
isi perjanjian.
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 39 -
BAB VIII
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 28
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan
kebijakan yang mendorong koperasi tumbuh menjadi
kuat, sehat, mandiri, dan tangguh.
(2) Pembinaan terhadap KSPPS dan USPPS Koperasi Primer
dan Sekunder dilakukan oleh Menteri.
(3) KSPPS/USPPS Koperasi memperoleh bimbingan dan
pembinaan teknis usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
kabupaten atau kota dilakukan oleh bupati atau
walikota;
b. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
kabupaten atau kota dalam 1 (satu) daerah provinsi
dilakukan oleh gubernur; dan
c. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah provinsi
dilakukan oleh Menteri.
(4) Menteri mendelegasikan pelaksanaan bimbingan dan
pembinaan teknis usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
kepada Deputi Bidang Pembiayaan.
(5) Bupati atau walikota melakukan bimbingan dan
pembinaan teknis usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah pada Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu
dan Kantor Kas KSPPS dan USPPS Koperasi yang
berkedudukan di wilayahnya.
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 40 -
Pasal 29
(1) Bimbingan pelaksanaan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (3) meliputi:
a. penerapan prinsip kehati-hatian usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah oleh Koperasi;
b. pelaksanaan pemberdayaan dan pengembangan
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh
Koperasi;
c. penerapan penilaian kesehatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah oleh Koperasi
secara mandiri;
d. peningkatan akses pembiayaan melalui perkuatan
permodalan;
e. pengembangan berbagai skim pembiayaan; dan
f. pemanfaatan modal penyertaan, obligasi syariah
dan surat utang syariah atau sukuk Koperasi.
(2) Pembinaan teknis usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah oleh Koperasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (3) meliputi:
a. pemberdayaan dan pengembangan KSPPS dan
USPPS Koperasi;
b. pengelolaan dan pendayagunaan kegiatan maal;
c. penumbuhan KSPPS dan USPPS Koperasi;
d. literasi keuangan syariah;
e. pengembangan jaringan kerjasama antar KSPPS
atau USPPS Koperasi melalui Koperasi sekunder;
dan
f. pelaksanaan Prinsip Syariah bagi usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah oleh Koperasi.
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 41 -
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 30
(1) Pengawasan terhadap KSPPS dan USPPS Koperasi
dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan Anggota
dan para pihak terhadap Koperasi.
(2) Pengawasan usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
kabupaten atau kota dilakukan oleh bupati atau
walikota;
b. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
kabupaten atau kota dalam 1 (satu) daerah provinsi
dilakukan oleh gubernur; dan
c. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah provinsi
dilakukan oleh Menteri.
(3) Menteri mendelegasikan pengawasan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c kepada Deputi Bidang Pengawasan.
(4) Bupati atau walikota melakukan pengawasan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah pada Kantor
Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas
KSPPS dan USPPS Koperasi yang berkedudukan di
wilayahnya.
(5) Dalam hal pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terdapat bukti bahwa Kantor Cabang, Kantor Cabang
Pembantu, dan Kantor Kas tidak memenuhi peraturan
dalam usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah,
bupati atau walikota dapat memberikan sanksi dan
mengusulkan pemberian sanksi pencabutan izin
pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu,
dan Kantor Kas yang berkedudukan di wilayahnya
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 42 -
Bagian Ketiga
Pelaporan
Pasal 31
(1) Pengurus KSPPS atau Koperasi yang memiliki USPPS
wajib memberikan laporan kepada Pengawas dan rapat
anggota.
(2) KSPPS dan USPPS Koperasi melalui Koperasi yang
bersangkutan wajib menyampaikan laporan keuangan
secara triwulanan, dan tahunan kepada pejabat yang
melaksanakan bimbingan dan pembinaan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3).
(3) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyampaikan kompilasi laporan keuangan KSPPS dan
USPPS Koperasi berkala secara triwulan, dan tahunan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. bupati atau walikota menyampaikan kompilasi
laporan keuangan KSPPS dan USPPS Koperasi
Primer atau Sekunder yang wilayah keanggotaannya
dalam 1 (satu) daerah kabupaten atau kota kepada
gubernur;
b. gubernur menyampaikan kompilasi laporan bupati
atau walikota sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan kompilasi laporan keuangan KSPPS dan USPPS
Koperasi Primer atau Sekunder yang wilayah
keanggotaannya lintas daerah kabupaten atau kota
dalam 1 (satu) daerah provinsi kepada Deputi
Bidang Pembiayaan;
c. Deputi Bidang Pembiayaan menyampaikan
kompilasi laporan gubernur sebagaimana dimaksud
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 43 -
Pasal 32
Pengurus KSPPS atau USPPS Koperasi wajib
menyelenggarakan pengawasan dan pelaporan transaksi
keuangan mencurigakan.
BAB IX
PENILAIAN KESEHATAN
Pasal 33
(1) Penilaian kesehatan KSPPS dan USPPS Koperasi
merupakan penilaian kinerja yang dilakukan pemerintah
dan pemerintah daerah untuk mengukur tingkat
kesehatan Koperasi dalam kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah.
(2) Penilaian Kesehatan KSPPS dan USPPS Koperasi
dilakukan sebagai berikut:
a. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
kabupaten/kota dilakukan oleh bupati/walikota;
b. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer/Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi
dilakukan oleh gubernur; dan
c. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer/Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah provinsi
dilakukan oleh Menteri.
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 44 -
BAB X
SANKSI
Pasal 34
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi yang melakukan pelanggaran
atas sebagian dan/atau seluruh bagian dalam Peraturan
Menteri ini akan dikenakan sanksi administratif berupa:
a. teguran tertulis pertama dan kedua;
b. usulan pemberhentian sementara terhadap
Pengurus dan/atau Pengelola;
c. pembekuan sementara izin usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah;
d. pencabutan izin usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah; dan
e. penutupan USPPS Koperasi atau pembubaran
KSPPS.
(2) KSPPS dan USPPS Koperasi yang melakukan pelanggaran
atas ketentuan Pasal 2 ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6)
dan ayat (7), Pasal 4 ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan ayat
(7), Pasal 5 ayat (4), ayat (5) dan ayat (6), Pasal 6 ayat (1),
ayat (5) dan ayat (6), Pasal 8 ayat (3), Pasal 13 ayat (5),
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 45 -
Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 16 ayat (1) dan ayat
(2), Pasal 17 ayat (2), Pasal 18, Pasal 19 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (6), ayat (7) dan ayat (10), Pasal 20
ayat (1) dan ayat (2), Pasal 21 ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3), Pasal 22 ayat (3), Pasal 23 ayat (5), Pasal 24 ayat (1)
dan ayat (4), Pasal 25 ayat (2), Pasal 31 ayat (2), Pasal 32,
Pasal 33 ayat (5) dikenakan sanksi administrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 35
(1) Koperasi yang telah menjalankan kegiatan usaha jasa
keuangan syariah atau kegiatan usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah pada saat Peraturan Menteri ini
berlaku, dapat tetap melaksanakan usahanya dengan
ketentuan wajib menyesuaikan anggaran dasar dengan
Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
sejak berlakunya Peraturan Menteri ini.
(2) KSP yang telah melaksanakan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah sebelum Peraturan
Menteri ini berlaku, wajib melaksanakan pemisahan
USPPS Koperasi menjadi KSPPS paling lambat 2 (dua)
tahun sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.
(3) Koperasi yang memiliki usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah yang operasionalnya hanya berjalan
USPPS Koperasinya saja, dalam jangka waktu paling
lambat 3 (tiga) tahun wajib melakukan perubahan
anggaran dasar menjadi KSPPS.
(4) Kelompok masyarakat yang telah melakukan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah tetapi belum
memenuhi ketentuan pelaksanaan kegiatan usaha
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 46 -
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, peraturan
pelaksanaan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Nomor 16/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah oleh Koperasi dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Menteri ini.
Pasal 37
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
16/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1495),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Pasal 38
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 47 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Desember 2017
AAGN. PUSPAYOGA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari 2018
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM