Anda di halaman 1dari 133

IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN PEMILIKAN RUMAH SYARIAH

PADA KOPERASI PERUMAHAN UMUM NASIONAL MENURUT


REGULASI PEMBIAYAAN SYARIAH

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

WINARTI

11140460000102

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H/2019 M
ABSTRAK

Winarti. NIM 11140460000102. IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN


PEMILIKAN RUMAH SYARIAH PADA KOPERASI PERUMAHAN UMUM
NASIONAL MENURUT REGULASI PEMBIAYAAN SYARIAH. Program
Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1440H/2019M. vi + 69 halaman.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui dan dapat mendeskripsikan pembiayaan
pemilikan rumah syariah pada Koperasi Perumahan Umum Nasional, serta
mengetahui dan dapat mendeskripsikan kesesuaian penerapan pembiayaan
pemilikan rumah syariah dengan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah No: 11/PER/M.KUKM/XII/2017 tentang pelaksanaan kegiatan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik yuridis empiris.


Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Untuk dapat
memperoleh data primer ini, penulis secara langsung mengadakan wawancara
dengan pimpinan atau staff KOPERUMNAS serta hasil dokumentasi penulis
selama melakukan penelitian di KOPERUMNAS. Sedangkan untuk data sekunder
diambil dari buku-buku, skripsi, tesis, jurnal, internet, pedoman penulisan skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bacaan yang
relevan dan berhubungan dengan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kesesuaian pembiayaan pemilikan rumah


syariah KOPERUMNAS dengan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.
11/PER/M.KUKM/XII/2017 belum sesuai, karena banyak beberapa point yang
diatur dalam Peraturan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM akan tetapi belum
terpenuhi pelaksanaannya. Seperti belum adanya DPS, belum memiliki izin usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah, KOPERUMNAS melakukan kegiatan
usaha pada sektor riil secara langsung dan KOPERUMNAS tidak menetapkan
jaminan apapun sebagai syarat dalam pembiayaan pemilikan rumah syariahnya.

Kata kunci: PPR Syariah, Implementasi, Kesesuaian, PERMENKOP dan UKM

Pembimbing : Dr. Syahrul Adam, M.A


Daftar Pustaka : 1999-2018

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji serta syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW serta
keluarga dan para sahabatnya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menghadapi hambatan dan


rintangan, namun Alhamdulillah atas ridho dan kuasa Allah SWT serta do’a dan
dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadar, skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, izinkan penulis menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)


Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A,
beserta para pembantu dekan.
2. Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Bapak AM. Hasan
Ali, M.A dan Bapak H. Abdurrauf, Lc., MA, selaku Sekretaris
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta para staff lainnya yang telah meluangkan waktu sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
3. Dosen pembimbing, Bapak Dr. Syahrul Adam, M.A yang telah
banyak meluangkan waktu ditengah kesibukannya, serta sabar dalam
memberikan bimbingan, pengarahan, nasihat, solusi, dan motivasi
bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

ii
4. Koperasi perumahan umum nasional, tempat penulis mengadakan
penelitian serta memperoleh informasi. Terimakasih untuk semua
staff Koperumnas umumnya dan khususnya kepada Manager
Koperumnas Ibu Putri Muda yang sudah banyak membantu dan
terbuka untuk memberikan data-data yang diperlukan penulis.
5. Para dosen atas pendidikan dan dukungan moril serta ilmu yang telah
diberikan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta atas fasilitas untuk mendukung studi
pustaka.
6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum, serta Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepada orang tua penulis bapak Tarsodi dan ibu Rasewi, love You
Much More. Terimakasih sudah percaya kepada penulis, selalu
memberi motivasi untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini. Tak
lupa pula kaka penulis, Aa Risman, Ceu Anah, Aa Oman, Ceu
Wuwun dan keponakan tersayang yaitu Kurniawan dan Azzam.
Terimakasih banyak kalian selalu ada, memberi semangat kepada
penulis.
8. Sahabat-sahabat terdekat penulis, “Al-quds” Gina dan Asri.
Terimakasih selalu menemani dikala suka dan duka, yang selalu
sabar atas ketidak jelasan penulis, terimakasih sudah melengkapi,
menemani dan mengisi ruang sahabat penulis.
9. Kepada keluarga besar angkatan pertama Hukum Ekonomi Syariah
2014, khususnya kepada Native C. Terima kasih atas senda, gurau,
obrolan, saran dan segala rasa kekeluargaan yang telah kalian bangun
selama ini. Sampai jumpa dimasa sukses yang akan datang.
10. Kepada keluarga TPA An-Nashr Bintaro yang sudah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk berbagi dan berkarya.

iii
11. Kepada keluarga Bintang Revolusi, terimakasih pengalaman hidup
yang sudah diberikan kepada penulis.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan. Semoga Allah


SWT membalas segala kebaikan kalian dan semoga skripsi ini pun bermanfaat.
Aamiin Allahumma Aamiin.

Ciputat, Februari 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

A. Latar Belakang Penelitian .........................................................1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ......................3

C. Tujuan Penelitian .......................................................................4

D. Metode Penelitian ......................................................................5

E. Sistematika Penelitian ...............................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................9

A. Pembiayaan ..............................................................................9

1. Pembiayaan Secara Umum .................................................9


2. Pembiayaan Syariah .........................................................12
3. Landasan Hukum ..............................................................15

Akad Jual Beli Kredit (Bai’ al-taqsith) .........................................17

1. Pengertian Jual Beli Kredit (Bai’ al-taqsith) ...................17


2. Hukum Jual Beli Kredit (Bai’ al-taqsith) ........................18

v
3. Rukun/Syarat Jual Beli Kredit (Bai’ al-taqsith) ..............20

B. Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Berdasarkan


Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.
11/PER/MKUKM/XII/2017 ....................................................24

BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI PERUMAHAN UMUM


NASIONAL ...................................................................................32

A. Company Profile......................................................................32
1. Sejarah, Visi dan Misi Koperasi Perumahan Umum
Nasional ............................................................................32
2. Struktur Organisasi Koperasi Perumahan Umum
Nasional ...........................................................................38
B. Rumah Syariah Koperasi Perumahan Umum Nasional .........43
1. Program Rumah Syariah ..................................................43
2. Spesifikasi Rumah Syariah...............................................44

BAB IV Hasil Dan Pembahasan ................................................................49

A. Mekanisme Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah Di


Koperasi Perumahan Umum Nasional ...................................49
B. Kesesuaian Penerapan Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah
Dengan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No:
11/PER/MKUKM/XII/2017 ....................................................58

BAB V PENUTUP .....................................................................................63

A. Kesimpulan ..........................................................................63
B. Saran......................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau


hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah merupakan kebutuhan dasar
dan mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Akan
tetapi, masih banyak anggota masyarakat yang belum memiliki rumah,
khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Dalam memenuhi
kebutuhan terhadap rumah, masyarakat yang berpenghasilan rendah sangat
sulit memiliki rumah secara tunai.1
Rumah merupakan idaman setiap keluarga untuk memilikinya. Rumah
adalah kebutuhan manusia untuk membuat tempat tinggal yang berguna
sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dari pengaruh keadaan alam
sekitarnya. Keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhan akan tempat
tinggal semakin meningkat dari tahun-ketahun. Akan tetapi, hal ini tidak
diimbangi dengan lahan yang tersedia. Terbatasnya lahan untuk membangun
rumah menyebabkan harga perumahan semakin melambung tinggi. Tingginya
harga tersebut menyebabkan tidak mudah untuk memiliki tempat tinggal.
Sementara itu, masalah ini dilihat sebagai peluang usaha dan dijadikan
motivasi oleh pengembang perumahan.2
Pengembang perumahan (developer) adalah badan hukum atau
perusahaan yang berkerja mengembangkan suatu kawasan pemukiman
menjadi perumahan yang layak huni dan memiliki nilai ekonomis sehingga
dapat dijual kepada masyarakat. Pada dasarnya semua pengembang
perumahan dalam mengembangkan suatu kawasan pemukiman mempunyai
tujuan tertentu. Tujuan yang diharapkan dapat berupa untuk mencari

1
Handri Rahardjo, Cara Pintar memilih dan mengajukan kredit, (Yogyakarta : Pustaka
Yustisia, 2003), h.94
2
Over Kredit Rumah, http://forcep.blogspot.com/2010/01/tentang-over-kredit-
rumah.html diakses pada tanggal 29 januari 2019 pukul 15.20

1
2

keuntungan atau untuk tujuan sosial, yaitu memberikan pelayanan kepada


masyarakat luas. 3
Rumah-rumah yang dibangun oleh para pengembang perumahan
dalam suatu wilayah tertentu dijual secara cash ataupun kredit. Dikarenakan
kebutuhan manusia yang beraneka ragam sesuai harkatnya yang selalu
meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang
diinginkannya itu terbatas. Hal ini menyebabkan manusia memerlukan
bantuan untuk memenuhi hasrat dan cita-citanya, yaitu salah satunya
memiliki rumah.4
Pemilikan rumah sekarang ini banyak yang menggunakan sistem
syariah, dan tidak lagi menggunakan bank sebagai layanan jasa pemilikan
rumah secara kredit. Para pengusaha pengembang perumahan (developer)
bekerja secara independent, baik dari segi pembiayaan maupun pemasaran
rumah syariahnya yang tidak melibatkan pihak bank. Dengan tujuan
mempermudah nasabah serta yang paling penting adalah untuk menghindari
riba.
Salah satu pengembang perumahan yang menggunakan sistem syariah
adalah Koperasi Perumahan Umum Nasional. KOPERUMNAS merupakan
pioneer koperasi rumah tanpa riba, dengan memfokuskan diri untuk
membangun rumah murah dengan cicilan yang terjangkau.5
Koperasi Perumahan Umum Nasional (KOPERUMNAS) menarik
untuk diteliti. Karena selain sistem kepemilikan rumah berdasarkan syariah,
KOPERUMNAS juga merupakan pengembang perumahan (developer)
syariah yang berbentuk koperasi. Dimana dalam praktiknya harus sesuai
dengan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No:

3
Wicaksono dan Frans Satrio, “Tanggung jawab pemegang Saham , Direksi, dan
Komisaris Perseroan Terbatas (PT)”, Cet. 1, (Jakarta Selatan: Transmedia Pustaka, 2009), h. 2
4
Nanang Andreyanto, “Perlindungan Hukum Terhadap Proses Jual Beli Perumahan
Secara Kredit”, (Repository Ums: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009),
h. 1-2
5
Company Profile Koperumnas, www. Koperumnas.co.id
3

11/PER/MKUKM/XII/2017 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan


pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi.
Oleh karena itu penulis bermaksud untuk meneliti implementasi
kesesuaian PPR syariah yang diaplikasikan KOPERUMNAS dengan
Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No: 11/PER/MKUKM/XII/2017,
dengan judul skripsi “Implementasi Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah
Pada Koperasi Perumahan Umum Nasional Menurut Regulasi Pembiayaan
Syariah.
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan
yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini, antara lain:
a. Angka pembangunan rumah belum memenuhi angka kebutuhan
tempat tinggal masyarakat Indonesia
b. Keadaan ekonomi masyarakat di Indonesia salah satu faktor kurang
terpenuhinya kebutuhan papan yaitu rumah
c. Sulitnya mendapatkan bantuan peminjaman dana dari bank bagi
masyarakat berpenghasilan rendah
d. Sulitnya proses pembiayaan pengajuan KPR di bank
e. Masyarakat mulai sadar akan bahayanya riba
f. Semakin banyak para pengembang perumahan (developer)
bersistemkan syariah
g. Para pengembang perumahan (developer) bekerja secara independent
tanpa bank dalam membangun rumah
h. Banyaknya koperasi yang menerbitkan produk kepemilikan rumah
2. Batasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan penulisan skripsi ini, penulis
membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya lebih
jelas dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis . Dari identifikasi
masalah diatas, penulis hanya akan membahas tentang bagaimana
implementasi kesesuaian pembiayaan pemilikan rumah syariah pada
4

produk Koperasi Perumahan Umum Nasional Dengan Peraturan Menteri


Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No: 11/PER/M.KUKM/XII/2017
tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah oleh koperasi.
3. Rumusan Masalah
Melihat adanya batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana mekanisme permbiayaan pemilikan rumah syariah di
Koperasi Perumahan Umum Nasional?
b. Bagaimana kesesuaian penerapan pembiayaan pemilikan rumah
syariah dengan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah No: 11/PER/M.KUKM/XII/2017 tentang pelaksanaan
kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka
yang menjadi tujuan dan kegunaan dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui dan dapat mendeskripsikan pembiayaan pemilikan
rumah syariah pada koperasi perumahan umum nasional
b. Mengetahui dan dapat mendeskripsikan kesesuaian penerapan
pembiayaan pemilikan rumah syariah dengan Peraturan Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah No:
11/PER/M.KUKM/XII/2017 tentang pelaksanaan kegiatan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi.
2. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi beberapa manfaat
diantaranya yaitu:
a. Secara Teoritis: dapat memberikan kontribusi sebuah keilmuan bagi
siapa saja khususnya bagi penulis dan pihak yang bersangkutan baik
dalam Hukum Positif maupun Hukum Islam mengenai pembiayaan
pemilikan rumah syariah dan juga diharapkan dapat menambah dan
5

memberikan informasi akademis dalam rangka pengembangan


khasanah ilmu pengetahuan dan menjadi bahan diskusi lebih lanjut
di kalangan akademis maupun praktisi.
b. Secara Praktis: dapat dijadikan sebuah landasan hukum bagi siapa
saja, baik bagi yang mengalami sebuah permasalahan ataupun bagi
acuan para developer syariah. Yang terkait dengan pembiayaan
pemilikan rumah syariah.
D. Metode Penelitian
Metodologi penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan
dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan
selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Metode yang digunakan pada
penelitian skripsi ini ialah sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian
dengan pendekatan kualitatif adalah suatu metode penelitian yang
mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan ataupun
tulisan) dan perbuatan manusia yang dapat diamati.6 Dalam penelitian
kualitatif peneliti bertolak dari data, memnafaatkan teori yang ada
sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. 7
2. Sumber data
Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder,
yaitu:
a. Data primer yaitu data yang di dapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perseorangan seperti hasil wawancara dan
dokumentasi.8 Untuk dapat memperoleh data primer ini, penulis

6
Aprizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h., 15.
7
Penelitian kualitatif, https://id.m.wikipedia.org . Diakses pada tanggal 30 januari 2019
pukul 15.37
8
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta:PT. Raja
Grafindo, 2005), h. 56.
6

secara langsung mengadakan wawancara dengan pimpinan atau staff


Koperasi perumahan umum nasional.
b. Data sekunder yaitu data yang telah diolah lebih lanjut dan di sajikan
oleh pihak pengumpul data primer dalam bentuk tabel-tabel atau
diagram atau data yang diperoleh melalui catatan-catatan atau
dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Data ini diambil dari
buku-buku, skripsi, tesis, jurnal, internet, pedoman penulisan skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
bacaan yang relevan dan berhubungan dengan penelitian.
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data ini dilakukan dengan:
a. Wawancara
Dalam hal ini penulis akan menyampaikan pertanyaan langsung
maupun tidak langsung kepada pihak-pihak yang terkait.
b. Dokumentasi
Alat ini digunakan untuk mendapatkan data-data atau informasi yang
diperoleh dari dokumentasi yang ada pada KOPERUMNAS.
c. kepustakaan
alat ini digunakan untuk membaca, mengutip untuk menganalisa
berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian.
4. Teknik analisis data
Analisis data dilakukan dengan cara pengelolaan hasil wawancara,
dokumentasi dan kepustakaan dengan menggunakan pola deskriptif
analisis, yakni penulis mencoba memaparkan semua data dan informasi
yang diperoleh kemudian menganalisa data dengan berpedoman dengan
sumber-sumber tertulis.
E. Sistematika Penelitian
Penulisan ini terdiri dari lima bab, dimana masing-masing bab
memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lain. Gambaran yang lebih
jelas mengenai penulisan hukum ini akan diuraikan dalam sistematika
berikut:
7

Bab I PENDAHULUAN: Dipaparkan uraian mengenai Latar


Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Pembatasan
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan
Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Rancangan
Sistematika Penelitian.

Bab II KAJIAN PUSTAKA: Bab kedua sub bab pertama


membahas tentang Pembiayaan, yang terdiri dari beberapa
point, yakni Pembiayaan secara umum dan Pembiayaan
Syariah (pengertian serta asas-asas Pembiayaan Syariah),
dan Landasan Hukum. Sub bab kedua membahas akad jual
beli kredit (Bai’ Al-taqsith), yang terdiri dari beberapa point
yaitu pengertian bai’ Al-taqsith, hukum bai’ Al Taqsith dan
rukun/ syarat bai’ al- taqsith. Dan sub bab ketiga
membahas tentang usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM
No. 11/PER/MKUKM/XII/2017

Bab III GAMBARAN UMUM KOPERASI PERUMAHAN


UMUM NASIONAL: Dalam bab ini, sub bab pertama
menguraikan tentang profil dari KOPERUMNAS, meliputi
sejarah singkatnya, visi, misi, dan struktur organisasi.
Sedangkan sub bab kedua membahas tentang rumah syariah
KOPERUMNAS, meliputi program dan spesifikasi rumah
syariah

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN: Pada bab ini, sub bab


pertama penulis memaparkan Mekanisme Pembiayaan
Pemilikan Rumah Syariah (PPRS) di Koperasi Perumahan
Umum Nasional (KOPERUMNAS), Sedangkan sub bab
kedua membahas kesesuaian penerapan Pembiayaan
8

Pemilikan Rumah Syariah dengan Peraturan Menteri


Koperasi dan UKM No: 11/PER/MKUKM/XII/2017

Bab V PENUTUP: Pada bagian akhir ini berisikan kesimpulan


penelitian yang merupakan jawaban dari rumusan masalah
dalam penelitian. Selain itu juga berisi saran dari penulis
selama melakukan penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembiayaan
1. Pembiayaan Secara Umum
Secara umum pembiayaan berarti kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran
secara angsuran.1 Menurut Syafi‟i Antoni pembiayaan adalah pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit.2 Adapun menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dari beberapa pengertian pembiayaan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan baik diberikan oleh Bank Syariah
atau lembaga lain dengan pihak lain (nasabah) yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut secara angsur
dengan jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
a. Unsur-unsur Pembiayaan
Adapun unsur-unsur dari pembiayaan adalah sebagai berikut:3
1) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang
diberikan benar – benar diterima kembali dimasa yang akan datang

1
Pembiayaan konsumen, wikipedia. https://id.m.wikipedia.org
2
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syari'ah: dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h., 160
3
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya ( Jakarta: PT Raja Grapindo Persada,
2002), h., 98.

9
10

sesuai jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang


diberikan oleh lembaga pemberi pembiayaan sebagai dasar utama
yang melandasi mengapa suatu pembiayaan berani dikucurkan.
2) Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang
telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu
pengembalian angsuran yang sudah disepakati kedua belah pihak.
Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai
dengan kebutuhan.
3) Risiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian pembiayaan
akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet
pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu
pembiayaan maka semakin besar risikonya, demikian pula
sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan lembaga pemberi
pembiayaan, baik risiko disengaja, maupun risiko yang tidak
disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha
nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga tidak
mampu melunasi pembiayaan yang diperoleh.
4) Balas Jasa
Dalam kredit balas jasa diberikan dalam bentuk bunga, sedangkan
dalam pembiayaan balas jasa berupa bagi hasil atau upah.
b. Prinsip-prinsip Pembiayaan4
1) Character (Kepribadian)
Salah satu unsur yang mesti diperhatikan sebelum memberikan
Pembiayaan adalah penilaian atas karakter kepribadian/watak dari
calon nasabah/usernya. Karena watak yang jelek akan

4
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun
1998, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), h. 23, lihat juga BPRS PNM Al-Ma‟some, Kebijakan
Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 7
11

menimbulkan perilaku-perilaku yang jelek pula. Perilaku yang


jelek ini termasuk tidak mau membayar hutang. Karena itu
sebelum pembiayaan diluncurkan harus terlebih dahulu ditinjau
apakah misalnya calon nasabah/user berkelakuan baik, tidak
terlibat tindakan-tindakan kriminal, bukan merupakan penjudi,
pemabuk atau tindakan-tindakan tidak terpuji lainnya.
2) Capacity (Kemampuan)
Seorang calon nasabah/user harus pula diketahui kemampuan
bisnisnya untuk melunasi hutangnya. Kalau kemampuan
bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan pembiayaan dalam
skala besar. Demikian juga jika bisnisnya ataupun kinerja
bisnisnya lagi menurun, maka pembiayaan juga semestinya tidak
diberikan, kecuali jika menurunnya itu karena kekurangan biaya
sehingga dapat diantisipasi bahwa dengan tambahan biaya lewat
peluncuran pembiayaan, maka kinerja bisnisnya tersebut
dipatikan akan semakin membaik.
3) Capital (Modal)
Permodalan dari suatu nasabah/user juga merupakan hal yang
penting harus diketahui oleh lembaga pemberi pembiayaan.
Karena permodalan dan kemampuan keuangan dari suatu
nasabah/user akan memiliki korelasi langsung dengan tingkat
kemampunan bayar pembiayaannya, jadi masalah likuiditas dan
solvabilitas dari suatu badan usaha menjadi penting artinya.
4) Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)
Kondisi perekonomian secara mikro maupun makro merupakan
faktor penting pula untuk dianalisis sebelum pembiayaan
diberikan, terutama yang berhubungan langsung dengan bisnisnya
pihak nasabah/user. Misalnya jika bisnis nasabah/user adalah
dibidang bisnis yang selama ini diproteksi atau diberikan hak
monopoli oleh pemerintah, jika misalnya ia terdapat policy di
mana pemerintah mencabut proteksi atau hak monopoli, maka
12

pemberian pembiayaan terhadap perusahaan tersebut mesti ekstra


hati-hati.
5) Collateral (Agunan)
Tidak diragukan lagi bahwa betapa pentingnya fungsi agunan
dalam setiap pemberian pembiayaan. Karena itu bahkan undang-
undang mensyaratkan bahwa agunan itu mesti ada dalam setiap
pemberian pembiayaan. Sungguhpun agunan itu misalnya hanya
berupa hak tagihan yang terbit dari proyek yang dibiayai oleh
pembiayaan yang bersangkutan. Agunan penting di mana bila
suatu pembiayaan benar-benar dalam keadaan macet maka akan
direalisasi/dieksekusi.
6) Syariah
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang
akan dibiayai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah
sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh menyalahi
hukum syariah Islam dalam tindakannya yang berhubungan
dengan mudharabah.”
2. Pembiayaan Syariah
a. Pengertian PPR Syariah
Secara umum PPR (Pembiayaan Pemilikan Rumah) termasuk
pembiayaan konsumen, yaitu kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
dalam hal ini rumah berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran
secara angsuran, dengan jaminan atau agunan berupa rumah5 yang dilakukan
oleh bank ataupun lembaga keuangan non-bank dalam bentuk perusahaan
pembiayaan. Adapun pengertian Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR)
Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) secara umum, walaupun tetap memiliki perbedaan. Perbedaan yang
paling jelas diantara keduanya adalah adanya aturan yang mengatur pada
aplikasi PPR Syariah yaitu kaedah-kaedah ekonomi Islam. Sehingga bisa

5
Kredit pemilikan rumah, wikipedia http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_pemilikan_rumah.
13

disimpulkan bahwa PPR Syariah adalah pembiayaan yang digunakan untuk


membeli rumah sesuai aturan syariah. Jadi property syariah adalah sistem
pemilikan properti yang menggunakan sistem syariah murni, tanpa pihak
ketiga, baik bank atau lembaga keuangan yang lain.
Aturan atau syarat dalam Ppr Syariah yaitu;
1) Tidak merugikan satu sama lainnya, artinya selama pihak si pembeli tidak
merasa keberatan atas angsuran yang ditentukan oleh pihak nasabah/user,
maka pembiayaan tersebut diperbolehkan. Namun sebaliknya kalau justru
menambah beban bagi si pemilik rumah, maka pembiayaan yang demikian
itu tidak diperbolehkan oleh agama.
2) Pembiayaan tersebut tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang oleh
hukum Islam (seperti: Maysir, Gharar, dan Riba).6
a) Maisir adalah suatu kegiatan bisnis yang didalamnya jelas bersifat
untung-untungan atau spekulasi yang tidak rasional, tidak logis, tak
jelas barang yang ditawarkan baik secara kualitatif. Akad muamalah
juga tidak boleh memperjanjikan maysir sebagai objek perjanjian
dengan ancaman bahwa akad yang demikian itu batal demi hukum.
Menurut penjelasan pasal 2 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia No.
10/16/PBI/2008 tentang perubahan atas pelaksanaan prinsip syariah
dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaliran dana serta
pelayanan jasa bank syariah, maysir adalah transaksi yang
digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat
untung-untungan.
Dalam Al-Qur‟an beberapa surah yang melarang maysir adalah
diantaranya surah Al-Maidah ayat 90:

‫س ِّم ْن‬ ‫ج‬


ْ ِ ‫اب و ْاْل َْزالَ ُم‬
‫ر‬ ُ ‫ص‬
َ ‫ن‬
ْ ‫اْل‬
َ ْ ‫و‬‫ر‬ ِ ‫اْلمر والْمي‬
‫س‬ ْ ْ َ ْ ‫ا‬َ َِّ‫ََي أَيُّ َها الَّ ِذيْن ء َامنُ ْوا إ‬
‫َّن‬
ٌ َ َ ُ َ َ ُ َ َ
‫َع َم ِل الشَّْيطَا ِن فَا ْجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

6
Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.H. Perbankan Syariah(Produk-Produk dan Aspek-
aspek Hukumnya). (PRENADAMEDIA GROUP: Jakarta, 2014), h., 153-173
14

dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah


perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS.
Al-Maidah:90)

b) Gharar adalah suatu kegiatan bisnis yang tidak jelas kuantitas, kualitas,
harga dan waktu terjadinya transaksi tidak jelas. Akad muamalah
dilarang memperjanjikan hal yang keberadaannya tidak pasti. Dalam
sistem jual beli, gharar ini terdapat unsur memakan harta orang lain
dengan cara bathil. Padahal Allah melarang memakan harta orang lain
dengan cara bathil sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

‫اْلُ َّك ِام لِتَأْ ُكلُ ْوا‬


ْ ‫َوالَََتْ ُكلُ ْوا أ َْم َوالَ ُك ْم بَْي نَ ُك ْم ِِب لْبَا ِط ِل َوتُ ْذلُْوا ِِبَا إِ ََل‬
ِ ‫فَ ِريْ ًقا ِم ْن أ َْم َو ِال الن‬
‫َّاس ِِبِْْل ِْْث َوأَنْتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْو َن‬
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain diantara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”. (Al-
Baqarah[2]: 188)

c) Riba menurut terminalogi adalah kelebihan/tambahan pembayaran


tanpa ada ganti/imbalan yang disyaratkan bagi salah seorang dari dua
orang yang membuat akad(transaksi).7 Sistem keuangan yang berbasis
bunga merupakan penghalang terbesar bagi tercapainya keadilan yang
merata. Sistem tersebut telah mengakibatkan banyak utang tidak
terbayar, menciptakan hanya sekelompok orang kaya, dan mengabaikan
orang-orang lain menjadi semakin miskin dan tertindas.8 Larangan riba
ini juga diungkapkan dalam sunah disamping Al-Quran, untuk jelasnya
akan dipaparkan sebagai berikut:

‫اّللِ َوَمآءَاتَ ْي تُ ْم ِّم ْن‬ ِ ِ ‫اِف أ َْم َو ِال الن‬ ِ ِ


ّ ‫َّاس فَالَيَ ْربُ ْواعْن َد‬ ْ ِ ‫َوَمآءَاتَ ْي تُ ْم ّم ْن ِّر ََب ليَ ْربُ ْو‬
‫ضعِ ُف ْو َن‬ ِ ‫َزَكاةٍ تُِري ُدو َن وجو‬
َ ِ‫اّلل فَأ ُْوالَئ‬
ْ ‫ك ُى ُم الْ ُم‬ ّ َْ َ ْ ْ
7
Riba menurut terminologi, Hanan-wihasto.blogspot.com
8
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance,(t.p: t.t, 2007), h., 4-5
15

“Dan sesuatu riba(tambahan) yang kamu berikan agar dia


bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah
pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka(yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan
(pahalanya)”. (QS. Ar-Ruum: 39)

3. Landasan Hukum
Dalam menjalankan usahanya, para pengembang perumahan syariah
berbentuk koperasi, berpedoman pada Kitab Suci Al-Quran dan Hadist, fatwa
Dewan Syariah Nasional dan fatwa para Ulama serta Peraturan Menteri
Koperasi dan UKM.
Terkait dengan permasalahan pembiayaan, Islam memandang bahwa
hukum pembiayaan adalah boleh, sebagaimana bolehnya muamalah. Akan
tetapi, ada syarat-syarat tertentu dalam Islam mengenai praktek muamalah
termasuk juga pembiayaan. Diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu
harus terbebas dari dari unsur dharar (bahaya), jahalah (ketidakjelasan) dan
zhulm (merugikan atau tidak adil terhadap salah satu pihak). Selain itu harus
juga terbebas dari unsur MAGHRIB, singkatan dari Maisir (judi), Aniaya
(semena-mena), Gharar (penipuan), Haram, Riba(bunga), Iktinaz (menimbun
barang) atau Ikhtikar (monopoli), dan Bathil.9
Al Quran menyebutkan secara tegas mengenai hukum asal muamalah
adalah mubah (boleh), sebagaimana disebutkan dalam kaidah fikih:

‫ص ُل ِِف الْ ُم َع َاملَ ِة اَْْل َِب َحة إِالَّ أَ ْن يَ ُد َّل َدلِْي ٌل َعلَى ََْت ِرْْيَُها‬
ْ َ‫اَْال‬
“Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh
dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”

Maksud kaidah ini adalah bahwa dalam kegiatan muamalah yang


notabene urusan keduniaan, manusia diberikan kebebasan sebebas-bebasnya
melakukan apa saja yang bisa memberikan manfaat kepada dirinya sendiri,

9
Marhamah Saleh, Pasar Syariah dan Keseimbangan Harga, Jurnal Media Syariah,
Vol. XIII No. 1(2011), h. 21-35
16

sesamanya dan lingkungannya, selama hal tersebut tidak ada ketentuan yang
melarangnya.
Kaidah di atas didasarkan atas pada hadis Rasulullah dari Anas bin
Malik yang berbunyi :

‫أَنْتُ ْم أ َْعلَ ُم ِِب َْم ِرُدنْيَا ُك ْم‬


“Kalian lebih tahu urusan duniamu”.

Hadis ini mengindikasikan bahwa dalam urusan kehidupan dunia yang


penuh dengan perubahan atas ruang dan waktu, Islam memberikan kebebasan
mutlak kepada seluruh manusia untuk menentukan jalan hidupnya, tanpa
memberi aturan-aturan kaku yang bersifat dogmatis.10
Praktek pembiayaan yang sering terjadi dalam masyarakat, secara
umum meliputi pada dua hal, yaitu pada pinjam meminjam dan jual beli.
Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS. al-Baqarah/2: 275

ِّ ‫اّللُ الْبَ ْي َع َو َحَّرَم‬


‫الربَوا‬ َ ‫ َوأ‬...
ّ ‫َح َّل‬
“...Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”.(Q.S Al Baqarah: 275)

Pembiayaan Pemilikan Rumah merupakan bentuk jual beli tidak resmi


atau Bai’ Al-Taqsith. MUI melalui Dewan Syariah Nasional memberikan
arahan tentang jual beli melalui fatwa DSN MUI No. 110 tahun 2017. Arahan
fatwa MUI tentang PPR rumah yang disampaikan tentang fatwa ini
menjelaskan tentang dasar hukum perolehan beli tidak resmi dalam Islam.
Seperti nash Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 275 dan Al-Maidah ayat 1, dan
juga hadis Nabi Muhammad serta Ijma terkait ulama. Selain itu, pada fatwa
MUI tentang jual beli ini juga direkomendasikan tentang jual beli serta jenis-
jenisnya dan ketentuan rukun jual beli yang harus terpenuhi dalam setiap
akadnya.11

10
Veithzal Rivai & Antoni, Islamic Economic & Finance, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2012), h. 191
11
Fatwa MUI Tentang KPR Rumah Untuk Dipedomani, https://www.sharinvest.com
diakses pada tanggal 30 januari 2019
17

Pembiayaan pemilikan rumah syariah pada koperasi berpedoman pada


Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No. 11/PER/MKUKM/XII/2017
tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
oleh koperasi. Sebagai landasan dalam menjalankan operasional perusahaan
pembiayaan pemilikan rumah syariah yang berbentuk koperasi.

B. Akad Jual Beli Kredit (Bai’ Al- Taqsith)


1. Pengertian Jual Beli Kredit (Bai’ Al- Taqsith)
Menurut bahasa, al-taqsith ialah membagi-bagi sesuatu dan
memisahkannya menjadi beberapa bagian yang terpisah.12 Adapun definisi
bai’ al-taqsith menurut istilah sebagaimana dikemukakan Ali Haidar adalah:

‫َّدةِ ُم َعيَّنَ ِة‬ ِ ِ ِ ِ


َ ‫ََتْ جْي ُل أ ََداء الدَّيْ ِن ُم َفّرقَا ا ََل أ َْوقَات ُمتَد‬
Penangguhan pembayaran utang secara terpisah pada waktu
yang telah ditentukan. 13

Istilah Bai’ Al-Taqsith tersebut tidak dikenal oleh ulama klasik, tetapi
mereka mengungkapkannya dengan istilah bai’ al-ajal. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa bai’ al-taqsith itu merupakan cabang dari bai al- ajal,
yaitu menjual barang dengan harga diangsur lebih mahal daripada harga
kontan.14
Definisi bai al-taqsith sebagaimana telah disebutkan diatas
15
mengandung tiga pemahaman sebagai berikut:

12
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 224
13
Ali Haidar, Durar Al-Hukkam Syarh Majallah al-Ahkam al-‘Adliyyah, (Riyadh: Dar
„Alam al kutub, 2003 M/1423 H), jilid 1, h. 128
14
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 224
15
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 224-
225
18

a. Bai’ al-taqsith sama seperti jual beli pada umumnya, dan termasuk
kedalam bai’ al-nasiah (pembayaran secara tempo). Akan tetapi
jual beli ini dibatasi secara tidak kontan (kredit)
b. Barang yang dibeli bai’ al-taqsith diserahkan diawal. Adapun
pembayarannya diserahkan diakhir.
c. Pembayaran dilakukan secara dicicil (kredit) pada waktu yang
telah ditentukan.
Kesimpulan tentang definisi bai al-taqsith menurut istilah ialah
“menjual sesuatu dengan pembayaran diangsur dengan cicilan tertentu, pada
waktu tertentu, dan harga lebih mahal daripada pembayaran secara kontan. 16
Bai Taqsith sangat dibutuhkan masyarakat dan mendatangkan manfaat
bagi pembeli & penjual. Konsumen bisa mendapatkan barang yang
dibutuhkannya, meskipun ia tidak memiliki uang yang cukup untuk
memilikinya secara kontan atau bayaran penuh. Perbedaan harga cicilan dari
harga kontan bukan termasuk riba. Itu merupakan keuntungan dalam jual beli
barang sebagai kompensasi tertahannya hak penjual dalam jangka waktu
tertentu. Aplikasi bai‟ taqsith dapat mendatangkan kemudahan ( taysir) bagi
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, karena banyak orang tidak
mampu menyerahkan harga secara menyeluruh atau membayar dengan
kontan. Tetapi dengan cicilan, ia bisa memanfaatkan dan memiliki barang
yang dibutuhkannya.17
2. Hukum Jual Beli Kredit (Bai’ Al- Taqsith)
Bai’ al-taqsith (jual beli secara kredit) belum menyebar dan belum
dikenal oleh masyarakat pada zaman dahulu, berbeda dengan zaman sekarang
yang telah menyebar dan mendunia, hingga menjadi sebuah kebiasaan

16
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 225
17
Fiqh Muamalah Bai taqsith, https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/02/25/fiqh-
muamalah-33-bai-taqsith/, diakses pada tanggal 30 januari 2019 pukul 23.47
19

masyarakat dalam mempraktikkannya. Namun demikian, ternyata masyarakat


belum banyak mengetahui mengenai hukumnya.18
Hukum asal harga dalam jual beli itu dibayarkan secara kontan. Oleh
karena itu, para ulama menjadikan pembayaran harga secara kontan sebagai
syarat dalam jual beli yang secara otomatis dituntut oleh akad jual beli
tersebut. Maksudnya, jika seseorang menjual barang dagangan, maka
seseorang tidak perlu mengatakan: “dengan syarat harganya dibayar kontan.”
Bahkan, meskipun seseorang tidak mensyaratkan hal itu, secara otomatis
akad jual beli itu menuntut agar harga itu dibayarkan secara kontan. 19
Seandainya seseorang mensyaratkan agar harga barang itu dibayarkan
secara kontan, maka persyaratan itu sifatnya sebagai penjelas dan penegas
saja. Jika tidak ada persyaratan, maka pada asalnya ketika muamalah itu
terjadi, harga barang itu merupakan harga pembayaran secara kontan. Seperti
seseorang pembeli menerima barang, maka demikian juga penjual harus
menerima harganya. Namun seandainya penjual memilih untuk menjadikan
harganya dibayar secara tempo atau kredit, maka dalam hal ini terdapat
perbedaan pendapat para ulama. 20 Hal inilah yang diperbincangkan oleh para
ulama, yang umumnya terbagi kepada dua pendapat.21
Pertama, hukumnya boleh (jaiz). Pendapat ini dikemukakan oleh
jumhur ulama (yang terdiri dari ulama hanafiyah, malikiyah, Syafi‟iyah, dan
Hanabilah), para sahabat, tabiin, dan Zaid bin Ali.22
Kedua, hukumnya haram. Pendapat ini dikemukakan oleh Zaidiyah
(salah satu sekte dalam Syi‟ah), ibadhiyah (salah satu dalam khawarij), imam

18
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 225
19
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 225
20
Khalid bin Ali Al-Musyaiqih, Al-Muamalah al-Maliyah al-mu’ashirah, Terj. Abu
zidna, Buku Pintar Muamalah Aktual dan Mudah, (Klaten: wafa, 2012 M/1433 H), cet. 1, h. 57
21
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 225-
226
22
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 226
20

Yahya, Al- Jashash al-hanafi, sebagian ulama Syafi‟iyah, sebagian ulama


Hanabilah, dan Zhahiriyah.23
Perbedaan pendapat tersebut disebabkan cara pandang mereka dalam
memahami hal sebagai berikut:24
a. Tambahan harga dalam Bai’ al-taqsith apakah dikategorikan riba
atau tidak? Karena bertolak dari pemikiran bahwa riba itu
tambahan yang berkenaan dengan waktu.
b. Bai’ al-taqsith pada umumnya didalamnya terdapat harga murah
dan harga mahal, dan hal ini termasuk kepada syubhat (kesamaran
dalam harga) sehingga tergolong kedalam bai’ al-gharar (jual beli
yang tidak jelas baik dalam harga, bentuk, dan sifat barang) atau
bai’ atain fi bai’atain (dua penjualan atas satu produk) yang
dilarang Nabi Saw.
3. Rukun/syarat Jual Beli Kredit (Bai’ Al- Taqsith)
a. Rukun Jual Beli
Sebagai salah satu bentuk transaksi, dalam jual beli harus ada
beberapa hal agar akadnya dianggap sah dan mengikat. Beberapa hal
tersebut disebut sebagai rukun. Ulama hanafiyah menegaskan bahwa
rukun jual beli hanya satu, yaitu ijab. Menurut mereka hal yang paling
prinsip dalam jual beli adalah saling rela yang diwujudkan dengan
kerelaan untuk saling memberikan barang. Maka jika telah terjadi ijab,
disitu jual beli telah dianggap berlangsung. Tentunya dengan adanya ijab,
pasti ditemukan hal-hal yang terkait dengannya, seperti para pihak yang
berakad, objek jual beli dan nilai tukarnya.25
Menurut mazhab Hanafi rukun jual beli hanya ijab dan kabul.
Menurut ulama mazhab Hanafi yang menjadi rukun jual beli hanyalah
kerelaan antara kedua belah pihak untuk berjual beli. Ada dua indikator

23
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 226
24
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 226
25
Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 25
21

yang menunjukkan kerelaan dari kedua belah pihak, yaitu dalam bentuk
perkataan (ijab dan qabul) dan dalam bentuk perbuatan, yaitu saling
memberi (penyerahan barang dan penerimaan uang).26 Jika penjual dan
pembeli tidak ada aturan hanya salah satu pihak yang ada, jual beli tidak
mungkin terwujud. Adapun rukun-rukun jual beli adalah sebagai
berikut:27
1) Ada penjual, penjual adalah pihak yang memiliki objek barang
yang akan diperjualbelikan. Dalam transaksi perbankan
syariah, maka pihak penjualnya adalah bank syariah
2) Ada pembeli, Pembeli merupakan pihak yang ingin
memperoleh barang yang diharapkan, dengan membayar
sejumlah uang tertentu kepada penjual. Pembeli dalam aplikasi
bank syariah adalah nasabah
3) Objek jual beli merupakan barang yang akan digunakan
sebagai objek transaksi jual beli. Objek ini harus ada fisiknya
4) Harga setiap transaksi jual beli harus disebutkan dengan jelas
harga jual yang disepakati antara penjual dan pembeli
5) Ijab qabul (serah terima) antara penjual dan pembeli
Merupakan kesepakatan penyerahan barang dan penerimaan
barang yang diperjualbelikan. Ijab qabul harus disampaikan
secara jelas atau dituliskan untuk ditandatangani oleh penjual
dan pembeli.
b. Syarat Jual Beli
Berikut beberapa syarat sah jual beli:28
1) persyaratan yang berkaitan dengan pelaku praktek jual beli,
baik penjual maupun pembeli, yaitu:

26
M. Ali Hasan sebagaimana dikutip oleh Syaifullah M.S , “Berbagai Macam
Transaksi Dalam Islam ”, dalam jurnal studia Islamika, Vol. 11, No. 2, Desember 2014: (371-387)
hal 376
27
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 136-137
28
kitab Taudhihul ahkam, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, h. 213-214
22

a) Hendaknya kedua belah pihak melakukan jual beli dengan


ridha dan sukarela, tanpa ada paksaan. Allah ta’ala
berfirman:

ِ ‫َي أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا ال ََتْ ُكلُوا أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم ِِبلْب‬
‫اط ِل إِال أَ ْن تَ ُكو َن ِِتَ َارًة‬َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ
‫اض ِمْن ُك ْم‬
ٍ ‫َع ْن تَ َر‬
“… janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang timbul dari
kerelaan di antara kalian…” (QS. An-Nisaa’: 29)

b) Kedua belah pihak berkompeten dalam melakukan praktek


jual beli, yakni dia adalah seorang mukallaf dan rasyid
(memiliki kemampuan dalam mengatur uang), sehingga
tidak sah transaksi yang dilakukan oleh anak kecil yang
tidak cakap, orang gila atau orang yang dipaksa
2) Persyaratan yang berkaitan dengan objek/barang yang
diperjualbelikan, syarat-syaratnya yaitu:
a) Objek jual beli (baik berupa barang jualan atau
harganya/uang) merupakan barang yang suci dan
bermanfaat, bukan barang najis atau barang yang haram,
karena barang yang secara dzatnya haram terlarang untuk
diperjualbelikan.
b) Objek jual beli merupakan hak milik penuh, seseorang bisa
menjual barang yang bukan miliknya apabila mendapat
izin dari pemilik barang.
c) Objek jual beli dapat diserahterimakan, sehingga tidak sah
menjual burung yang terbang di udara, menjual unta atau
sejenisnya yang kabur dari kandang dan semisalnya.
Transaksi yang mengandung objek jual beli seperti ini
23

diharamkan karena mengandung gharar (spekulasi) dan


menjual barang yang tidak dapat diserahkan.
d) Objek jual beli dan jumlah pembayarannya diketahui
secara jelas oleh kedua belah pihak sehingga terhindar dari
gharar. Abu Hurairah berkata: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang jual beli hashaath (jual beli
dengan menggunakan kerikil yang dilemparkan untuk
menentukan barang yang akan dijual) dan jual beli
gharar.” (HR. Muslim: 1513)
3) Jual Beli Bukanlah Riba
Sebagian orang beranggapan bahwa jual beli tidaklah berbeda
dengan riba, anggapan mereka ini dilandasi kenyataan bahwa
terkadang para pedagang mengambil keuntungan yang sangat
besar dari pembeli. Atas dasar inilah mereka menyamakan
antara jual beli dan riba. Alasan ini sangat keliru, Allah ta’ala
telah menampik anggapan seperti ini. Allah ta’ala berfirman:

‫وم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُوُ الشَّْيطَا ُن ِم َن‬ ُ ‫ومو َن إِال َك َما يَ ُق‬ ُ ‫ين ََيْ ُكلُو َن الِّرَِب ال يَ ُق‬
ِ َّ
َ ‫الذ‬
ِ ِ ِ ِ ‫الْم‬
‫اّللُ الْبَ ْي َع َو َحَّرَم الِّرَِب‬
َّ ‫َح َّل‬ ُ ‫ك ِِبَن‬
َ ‫َّه ْم قَالُوا إََّّنَا الْبَ ْي ُع مثْ ُل الِّرَِب َوأ‬ َ ‫س َذل‬
ّ َ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-
Baqarah: 275)

Tidak ada pembatasan keuntungan tertentu sehingga


diharamkan untuk mengambil keuntungan yang lebih dari
harga pasar, akan tetapi semua itu tergantung pada hukum
permintaan dan penawaran, tanpa menghilangkan sikap santun
24

dan toleran. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


menyetujui tatkala sahabatnya Urwah mengambil keuntungan
dua kali lipat dari harga pasar tatkala diperintah untuk membeli
seekor kambing buat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
(HR. Bukhari bab 28 nomor 3642)29

C. Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Berdasarkan Peraturan


Menteri Koperasi dan UKM No: 11/PER/M.KUKM/XII/2017
Usaha simpan pinjam dan Pembiayaan syariah pada koperasi
berpedoman pada Peraturan menteri Koperasi dan UKM No:
11/PER/M.KUKM/XII/2017, sebagaimana tertuang dalam pasal 2 tentang
kelembagaan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah, yaitu:
1. Usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah hanya dapat
dilaksanakan oleh KSPPS (Koperasi Simpan pinjam dan Pembiayaan
Syariah) dan USPPS (Unit Simpan pinjam dan Pembiayaan Syariah).
2. Pengesahan akta pendirian Koperasi yang melaksanakan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dengan menerbitkan keputusan pengesahan akta pendirian
Koperasi oleh Menteri.
3. Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah.
4. KSP (Koperasi Simpan Pinjam) dilarang membentuk USPPS
Koperasi.
5. Koperasi yang membentuk USPPS Koperasi dilarang membentuk
dan/atau memiliki USP Koperasi.
6. USPPS Koperasi wajib dikelola secara terpisah dengan unit usaha
lainnya.

29
Jual Beli dan Syarat-syaratnya, https://muslim.or.id/222-jual-beli-dan-syarat-
syaratnya.html diakses pada tanggal 30 januari 2019 pukul 07.28
25

7. Koperasi wajib memasang lambang atau logo gerakan koperasi pada


papan nama di kantor pusat dan setiap kantor Jaringan Pelayanan.
8. Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah memiliki visi, misi dan tujuan yang diarahkan
untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi anggota sehingga
tumbuh menjadi kuat, sehat, mandiri dan tangguh.
Adapun persyaratan pendirian KSPPS (Koperasi Simpan pinjam dan
Pembiayaan Syariah) yang tertuang dalam pasal 3, yaitu:
1. KSPPS dapat berbentuk KSPPS Primer atau KSPPS Sekunder.
2. Pendirian KSPPS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dengan memperhatikan kepentingan
ekonomi yang sama dan manfaat bagi Anggota serta kelayakan
usaha.
3. KSPPS Primer dibentuk dan didirikan oleh paling sedikit 20 (dua
puluh) orang yang mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi
yang sama.
4. KSPPS Sekunder dibentuk dan didirikan oleh paling sedikit 3
(tiga) badan hukum Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
Pembentukan USPPS (unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah)
Koperasi, diatur dalam pasal 4, yaitu:
1. USPPS Koperasi dapat dibentuk oleh Koperasi Primer dan
Koperasi Sekunder.
2. USPPS Koperasi Sekunder beranggotakan Koperasi yang
melaksanakan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
3. Pembentukan USPPS Koperasi dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan
kepentingan ekonomi yang sama dan manfaat bagi Anggota serta
kelayakan usaha.
26

4. Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan


pembiayaan syariah wajib memperoleh pengesahan sebagai badan
hukum dari Menteri.
5. Koperasi yang telah memperoleh pengesahan sebagai badan
hukum tetapi belum mencantumkan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah dalam anggaran dasarnya, apabila
melakukan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah wajib mengajukan permohonan pengesahan perubahan
anggaran dasar dengan mencantumkan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah di dalam anggaran dasar tersebut kepada
pejabat yang berwenang.
6. Koperasi yang telah memperoleh pengesahan sebagai badan
hukum dan telah mencantumkan kegiatan usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah di dalam anggaran dasarnya, wajib
melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah paling lambat 1 (satu) tahun.
7. Koperasi yang membentuk USPPS Koperasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) wajib memperoleh izin usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah sebelum melaksanakan
kegiatan usaha.
8. USPPS Koperasi yang telah mencapai Aset paling sedikit
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dapat berubah menjadi
KSPPS.
Perubahan KSP (Koperasi Simpan pinjam) atau USP (Unit Simpan
Pinjam) Koperasi tertuang dalam pasal 5, yaitu:
1. KSP atau USP Koperasi dapat mengubah kegiatan usahanya
menjadi usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah dengan
persetujuan rapat anggota.
2. KSP atau USP Koperasi yang telah mendapatkan persetujuan
rapat anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
27

melaksanakan transisi kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah


paling lama 2 (dua) tahun sebelum perubahan anggaran dasar.
3. Perubahan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui perubahan anggaran dasar yang mencantumkan
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah dan wajib diajukan
kepada Menteri untuk memperoleh pengesahan.
4. KSP atau USP Koperasi setelah melaksanakan perubahan
anggaran dasar menjadi KSPPS atau USPPS Koperasi,
sebagaimana disebut pada ayat (2) wajib melaksanakan dan
mematuhi Prinsip Syariah.
5. Setelah perubahan anggaran dasar disetujui oleh Menteri, KSPPS
atau USPPS Koperasi harus menyelesaikan perubahan kegiatan
usaha berdasarkan Prinsip Syariah dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun.
6. KSPPS atau USPPS Koperasi dan KSP atau USP Koperasi yang
telah mengubah kegiatan usaha menjadi berdasarkan Prinsip
Syariah tidak dapat berubah kembali menjadi KSP atau USP
Koperasi.
Izin Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah tertuang dalam
pasal 6, yaitu:
1. KSPPS atau USPPS Koperasi wajib memiliki izin usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah.
2. Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama
Koperasi menjalankan usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah.
3. Penerbitan izin usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:
a) Bupati atau walikota menerbitkan izin usaha KSPPS atau
USPPS Koperasi yang wilayah keanggotaannya dalam 1 (satu)
daerah kabupaten atau kota;
28

b) Gubernur menerbitkan izin usaha KSPPS atau USPPS Koperasi


yang wilayah keanggotaannya lintas daerah kabupaten atau
kota dalam 1 (satu) daerah provinsi; dan
c) Menteri menerbitkan izin usaha KSPPS atau USPPS Koperasi
yang wilayah keanggotaannya lintas daerah provinsi.
4. Menteri mendelegasikan kewenangan penerbitan izin usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf c kepada Deputi Bidang Kelembagaan.
5. Setiap terjadi perubahan data nama Koperasi, dan/atau nama
Pengurus, dan/atau domisili, Pengurus Koperasi wajib
mengajukan surat permohonan perubahan data izin usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah kepada pejabat yang menerbitkan
izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
6. Dalam hal surat izin usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah hilang atau rusak, atau perubahan data sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) Pengurus Koperasi wajib mengajukan
permohonan penggantian izin usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah kepada pejabat yang menerbitkan izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
7. Setiap Koperasi yang mengajukan permohonan izin usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah, perubahan, dan/atau penggantian
izin yang hilang atau rusak tidak dikenakan biaya atau retribusi.
Mengenai Persyaratan Pendirian KSPPS, Pembentukan USPPS
Koperasi dan Perubahan KSP atau USP Koperasi menjadi KSPPS atau USPPS
Koperasi, tertuang dalam pasal 7. Dalam pengajuan permohonan pendirian
KSPPS, pembentukan USPPS Koperasi dan perubahan KSP atau USP
Koperasi menjadi KSPPS atau USPPS Koperasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 wajib memenuhi persyaratan dengan
melampirkan dokumen sebagai berikut:
29

1. Bukti kepemilikan Modal Sendiri bagi pendirian KSPPS dan


Modal Tetap bagi pembentukan USPPS Koperasi berupa rekening
pada bank syariah atas nama Pengurus Koperasi;
2. Bukti kepemilikan Modal Sendiri bagi perubahan KSP menjadi
KSPPS berupa rekening pada bank syariah atas nama Koperasi;
3. Bukti kepemilikan Modal Tetap bagi perubahan USP Koperasi
menjadi USPPS Koperasi berupa rekening pada bank syariah atas
nama Koperasi;
4. Rencana kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun, yang menjelaskan hal
sebagai berikut:
a) Rencana permodalan, terdiri atas:
1) Rencana penghimpunan Modal Sendiri bagi KSPPS
serta Modal Tetap bagi USPPS Koperasi;
2) Rencana Modal Penyertaan; dan
3) Rencana modal lainnya.
b) Rencana kegiatan usaha, terdiri atas:
1) Unit kegiatan sosial (maal)
a. Rencana penghimpunan dana Zakat, Infak, Sedekah
dan Wakaf (ziswaf);
b. Rencana pengelolaan dana Zakat, Infak, Sedekah dan
Wakaf (ziswaf); dan
c. Rencana penyaluran dan pendayagunaan dana Zakat,
Infak, Sedekah dan Wakaf (ziswaf).
2) Unit kegiatan bisnis (tamwil)
a. Rencana penghimpunan dana dan akad produk;
b. Rencana penyaluran dana dan akad produk; dan
c. Rencana pendapatan dan biaya.
c) Rencana bidang organisasi dan sumber daya manusia meliputi:
1) Struktur organisasi, yang antara lain menggambarkan
keberadaan Dewan Pengawas Syariah, keberadaan Unit
30

Kegiatan Sosial (maal) dan Unit Kegiatan Bisnis (tamwil)


yang terpisah;

2) Uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab;

3) Pembinaan calon anggota untuk menjadi Anggota; dan

4) Jumlah karyawan.

5. Pernyataan kelengkapan administrasi organisasi dan pembukuan,


yang terdiri atas:
a. Daftar nama, riwayat hidup dan susunan Pengurus;
b. Daftar nama, riwayat hidup dan susunan Pengawas;
c. Daftar nama, riwayat hidup dan susunan Dewan Pengawas
Syariah;
d. Daftar Anggota; dan
e. Administrasi Modal Sendiri.
6. Anggota Dewan Pengawas Syariah salah satunya wajib memiliki
rekomendasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat atau
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
atau sertifikat pendidikan dan pelatihan Dewan Pengawas Syariah
dari DSN-MUI;
7. Nama dan riwayat hidup calon Pengelola dengan melampirkan:
a. Bukti telah mengikuti pelatihan dan/atau magang dan/atau
pengalaman kerja di bidang simpan pinjam dan pembiayaan
syariah koperasi;
b. Surat keterangan berkelakuan baik dari pejabat yang
berwenang;
c. Surat pernyataan tidak mempunyai hubungan semenda
sampai derajat kesatu dengan Pengurus lain atau Pengawas;
d. Surat perjanjian kerja antara Pengurus Koperasi dengan
Pengelola KSPPS; dan
31

e. Pernyataan Pengelola KSPPS tentang kesediaannya untuk


bekerja secara purna waktu.
8. Fotokopi keputusan atau peraturan internal tentang Standar
Operasional Manajemen dan Standar Operasional Prosedur
32
33
34
35
BAB III

GAMBARAN UMUM KOPERASI PERUMAHAN UMUM NASIONAL

A. Company Profile
1. Sejarah, Visi dan Misi KOPERUMNAS
Berawal dari sebuah keprihatinan bagaimana kesulitan rakyat miskin
memperoleh fasilitas pembiayaan kredit rumah dalam sistem perbankan di
Indonesia, maka lahirlah Koperumnas sebagai wadah bagi masyarakat untuk
mendapatkan rumah yang diinginkan.
Koperasi Perumahan Umum Nasional didirikan pada tanggal 27 Mei
2016, merupakan Koperasi Usaha Kecil & Menengah berbadan hukum
berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM RI No.
001372/BH/M.KUKM.2/U/2016 tanggal 27 mei 2016. Dengan nomor SIUP
81/24.LPM/31.75/-1.824.72/e/2018 serta nomor TDP 09.04.2.46.01044.1
Koperasi Perumahan Umum Nasional merupakan pioneer koperasi
rumah tanpa riba, dengan memfokuskan diri untuk membangun rumah murah
dengan cicilan yang terjangkau. Koperumnas dibentuk dengan visi misi untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para anggotanya pada
khususnya, melalui suatu wadah dan kegiatan usaha dengan meningkatkan
pelayanan kepada anggota dan masyarakat pada umumnya.2
Koperumnas diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk memiliki rumah,
dengan mengutamakan kerjasama sinergi yang saling menguntungkan
dengan mitra usaha baik dengan para koperasi, pemerintah maupun dengan
lembaga swasta diseluruh Indonesia. Koperumnas hadir menciptakan inovasi
produksi perumahan yangg efisien, kuat, aman dan cepat. Menciptakan
pelayanan kepada anggota yang responsif, transparan, fokus, kredibel dan

1
Panduan materi Koperumnas(lembaran data)
2
Company Profile, www.Koperumnas.co.id

32
33

konsisten. Serta meninggalkan perilaku ribawi menjunjung tinggi


3
kekeluargaan dan kebersamaan antar anggota Koperumnas.
Dibentuknya Koperasi Perumahan Umum Nasional ini di harapkan
menjadi wadah untuk membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, Masyarakat Berpenghasilan Rendah
yang selanjutnya disingkat MBR adalah masyarakat yang mempunyai
keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk
memperoleh rumah. Pasal 126 UU Nomor 11 Tahun 2011 menyebutkan
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah memberikan kemudahan dan atau
bantuan pembiayaan untuk pembangunan dan perolehan rumah umum dan
rumah swadaya bagi MBR.
Dirjen Pembiayaan Perumahan KemenPUPR RI juga telah melakukan
kunjungan kerja ke Koperumnas. Tujuan kunjungan tersebut yakni
mengumpulkan data dan informasi terkait pemanfaatan sumber pembiayaan
untuk membangun rumah murah dengan cicilan terjangkau. Terkait dengan
kunjungan tersebut, Manager Koperumnas Diah Kusuma Putri Muda
menegaskan bahwa Koperumnas telah diakui oleh Pemerintah untuk
membantu MBR yang ingin memiliki rumah dengan harga murah.4
Selain itu, Koperumnas juga mendapat dukungan dari Gubernur DKI
Jakarta terkait program koperumnas untuk membantu mbr mempunyai rumah
murah tanpa riba dan dp 0%. Dimana pada tanggal 16-18 maret 2018,
Koperumnas mengikuti Acara Islamic Medicine Expo 2018 di Masjid Raya
Pondok Raya yang Dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.5

3
Koperumnas go nasional bangun perumahan berbasis syariah, hallo bogor.
http://hallobogor.com/koperumnas-go-nasional-bangun-perumahan-berbasis-syariah-di-berbagai-
kota
4
Rumah terjangkau tanpa dp dan bunga, detikcom. https://news.detik.com/adv-nhl-
detikcom/d-4174048/rumah-terjangkau-tanpa-dp-dan-bunga-bisa-dimiliki-sekarang

5
Gubernur DKI Jakarta dukung program Koperumnas, reportase indonesia.
http://reportaseindonesia.com/berita-7053-gubernur-dki-jakarta-dukung-program-koperumnas-
untuk-bantu-mbr-punya-rumah-murah-tanpa-riba-dan-dp-0.html
34

Terdapat 3 (tiga) segmen MBR berdasarkan kemampuan mengakses


kepemilikan rumah, yaitu:6
a. MBR yang telah memiliki tanah atau rumah namun tidak mampu
membangun/memperbaiki rumahnya
b. MBR yang mampu membeli rumah namun kemampuan untuk
mengangsur KPR masih rendah
c. MBR yang sama sekali tidak mampu membeli rumah
Intervensi pemerintah untuk masing-masing segmen tentunya berbeda.
Bagi MBR yang sama sekali tidak mampu membeli rumah, pemerintah dapat
menyediakan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dan pembangunan
Rumah Swadaya bagi MBR yang telah memiliki tanah atau rumah. Bagi
MBR yang mampu membeli rumah namun kemampuan untuk mengangsur
KPR tergolong rendah, pemerintah memberikan subsidi dalam bentuk
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Pada tahun 2015 Presiden Jokowi meluncurkan Program Sejuta
Rumah untuk mengurangi backlog perumahan. Secara umum backlog
perumahan dapat diartikan sebagai kondisi kesenjangan antara jumlah rumah
terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat. Dengan pengertian
ini, Backlog Perumahan adalah kuantitas rumah yang belum/tidak tertangani.
Backlog Perumahan dihitung berdasarkan konsep bahwa satu unit rumah per
satu rumah tangga atau kepala keluarga. 7
Sukses atau tidaknya program nasional tersebut bukan hanya dilihat
dari jumlah rumah atau hunian terbangun, namun juga ketepatan sasaran
penyediaan rumah/hunian bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Tidak terdapat data pasti mengenai jumlah MBR, baik dari Badan Pusat
Statistik (BPS) maupun Kementerian PUPR sebagai salah satu pelaksana
dalam Program Sejuta Rumah. Hanya terdapat gambaran jumlah backlog

6
Kajian peranan APBN dalam mengatasi backlog perumahan,
www.anggaran.depkeu.go.id diakses pada tanggal 4 Desember 18
7
Direktorat Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan, Peranan APBN dalam
mengatasi backlog perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Renda, 2015.
35

sebesar 13,5 juta unit rumah yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Jika
dilihat berdasarkan tingkat penghasilan, buruh dan pegawai dengan besaran
penghasilan sebesar Upah Minimum Provinsi (UMP) termasuk dalam kriteria
MBR. Selain itu, terdapat juga penduduk miskin yang hidup di bawah garis
kemiskinan, yang menempati urutan terbawah dalam tingkatan MBR.8
Dibentuknya Koperumnas ini di harapkan sebagai wadah yang
dibentuk untuk membantu Masyarakat Berpenghasilan rendah mempunyai
rumah subsidi pemerintah, serta untuk mendukung Program Sejuta Rumah
pemerintah dan mempermudah proses kepemilikan rumah sederhana tanpa
proses yang ribet dan sulit. Lembaga Koperasi Perumahan Nasional yang
lebih difokuskan untuk membangun rumah murah, pada umumnya diseluruh
wilayah Indonesia dengan tujuan untuk membantu para anggotanya sejahtera
dan bisa memiliki rumah impian dengan cicilan yang terjangkau dan proses
non Bank, serta yang paling penting adalah untuk membebaskan diri dari
riba. Masyarakat dapat memiliki rumah seperti menabung. Anggota wajib
menabung sukarela, anggota wajib menyimpan pokok dan menyimpan harian,
mingguan, dan bulanan. Selain itu, anggota berhak memiliki rumah idaman
dan sehat sejahtera dari Koperumnas.
Koperumnas melalui lembaga KSM swadaya masyarakat, yang
tujuannya untuk saling membantu sesama anggotanya dan bisa belanja
sembako murah dengan konsep e-commerce hingga memliki usaha yang
mendukung meningkatnya ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu Koperumnas juga menawarkan berbagai kemudahan, serta
sistem yang digunakan dalam menjalankan operasionalnya berlandaskan
syariah, diantaranya sebagai berikut:9
a) Tanpa BI Checking
BI Checking artinya Cash maupun PPR langsung ke developer
tanpa melalui Bank atau lembaga ribawi lainnya. Perlu diketahui
bahwa ada kondisi pada konsep konvensional yaitu orang
8
Kajian peranan APBN dalam mengatasi backlog perumahan”. Depkeu.
9
Company Profile KOPERUMNAS
36

memiliki uang tapi tidak bisa membeli rumah karena masalah Bi


checking. Tetapi pada perumahan syariah khususnya
KOPERUMNAS, semua itu dihapuskan dan konsepnya adalah
pembeli bersedia membeli dan memiliki kemampuan membayar,
maka Koperumnas menerima dengan baik.
b) Tanpa Riba
Transaksi aman tanpa riba, karena langsung ke pihak pemilik
properti yaitu KOPERUMNAS tanpa berhubungan dengan
lembaga ribawi lainnya. Serta angsuran bersifat tetap hingga
angsuran terakhir, meskipun dari tahun ke tahun pasti ada
perubahan kenaikan harga dari tanah ataupun bangunannya.
c) Tanpa denda
Tidak ada denda keterlambatan angsuran. koperumnas
memberikan kemudahan dan transaksi yang syari’. Bagi anggota
yang menunggak angsuran selama 3 bulan berturut-turut,
KOPERUMNAS akan menon-aktifkan sementara. Dan untuk
mengaktifkan kembali, anggota wajib melunasi pembayaran yang
tertunda. Dan untuk anggota yang menunggak cicilan selama 6
bulan berturut-turut, maka dinyatakan telah mengundurkan diri
dari anggota KOPERUMNAS sekaligus dinyatakan membatalkan
pembelian rumah syariah. Dan apabila anggota bersangkutan
meninggal dunia, maka rumah bisa diteruskan angsurannya oleh
ahli waris atau dijual. Hasil penjualan setelah dikurangi hutang/
pembayaran tersisa menjadi milik ahli waris.
d) Tanpa bunga
Tidak ada bunga dalam semua transaksi unit, karena proses
langsung jual beli tanpa pinjam meminjam. Dan pembayaran
angsuran tiap bulannya pun tetap, dan apabila angota telat
membayarpun tidak ada biaya keterlambatan.
e) Tanpa sita
37

Tidak ada sita menyita apabila tidak bisa melunasi pembayaran


semua dimusyawarahkan dengan baik. Setelah menempati rumah,
apabila selama 6 bulan berturut-turut anggota tidak membayar
angsuran, maka rumah wajib dijual. Hasil penjualan dikurangi sisa
hutang kepada KOPERUMNAS, selanjutnya kelebihannya akan
diberikan kepada ahli waris.
f) Tanpa akad bathil
Semua akad telah dibuat secara syari tanpa ada akad yang dzalim,
tipu-tipu maupun akad yang ditutup-tutupi. KOPERUMNAS
sangat transparan dalam pengelolaannya, hal tersebut tercantum
dalam Surat Perjanjian Jual Beli.
g) Tahan gempa
Bangunan kokoh, sudah standar nasional indonesia(SNI), tahan
gempa bumi 8-9 skala richter. Bangunan yang di katakan tahan
gempa adalah bangunan yang merespon gempa dengan sifat
dakilitas yang mampu bertahan dari keruntuhan, dan fleksibilitas
dalam meredam getaran gempa. KOPERUMNAS dirancang dan
diperhitungkan pembangunannya oleh ahlinya, kombinasi beban
dan analisis yang terstruktur, penggunaan material yang ringan,
penempatan massa struktur yang terpisah namun saling
berinteraksi
h) Tahan api
Teknologi terbaru, tahan terhadap api terhindar dari bahaya
kebakaran. Sebuah bangunan yang baik, tentu tidak hanya
memiliki konstruksi yang kokoh serta menarik saja, namun juga
dapat meminimalisir dari berbagai ancaman. Salah satu ancaman
yang sering dialami bangunan ialah ancaman kebakaran. Tak
dipungkiri, kebakaran memang dapat terjadi pada bagunan
apapun, namun hal tersebut dapat dihindari dengan memilih bahan
bangunan yang tahan api. KOPERUMNAS menggunakan bahan-
bahan pilihan, sehingga bangunan rumah tersebut tahan api.
38

i) Bisa ditingkat
Bangunan bersifat knockdown, bisa ditingkat dan bisa dibongkar
pasang layaknya lego. Rumah KOPERUMNAS yang tahan gempa
tergolong konsep yang memiliki fleksibilitas tinggi, mudah
membangunnya dan cukup kokoh. Hal tersebut disebut konsep
'revolusioner' yaitu konsep knock-down atau bongkar pasang yang
sederhana, tetapi cukup praktis.
2. Struktur Organisasi10
a) Bentuk Organisasi Koperasi11
Menurut Hanel : Organisasi adalah Suatu sistem sosial ekonomi atau
sosial teknik yang terbuka dan berorientasi pada tujuan.
Sub sistem koperasi:
1) individu (pemilik dan konsumen akhir)
2) Pengusaha Perorangan/kelompok ( pemasok / supplier)
3) Badan Usaha yang melayani anggota dan masyarakat
b) Pola Manajemen Koperasi12
Definisi Manajemen menurut Stoner adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut Prof. EwellPaul Roy,Ph.D mengatakan bahwa manajemen
koperasi melibatkan 4 unsur (perangkat) yaitu:
1) Anggota
2) Pengurus
3) Manajer

10
Data Company Profile dari kantor KOPERUMNAS
11
Ekonomi Koperasi, http://anitasugihanti.blogspot.com di akses pada tanggal 09
Desember 2018

12
Ekonomi Koperasi http://anitasugihanti.blogspot.com
39

Peranan manajer adalah membuat rencana ke depan sesuai dengan


ruang lingkup dan wewenangnya; mengelola sumberdaya secara
efisien, memberikan perintah, bertindak sebagai pemimpin dan
mampu melaksanakan kerjasama dengan orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi (to get things done by working with and through
people).
4) Karyawan merupakan penghubung antara manajemen dan anggota
pelanggan
Sedangkan menurut UU No. 25/1992 yang termasuk Perangkat
Organisasi Koperasi adalah:
a) Rapat anggota
Setiap anggota koperasi mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Seorang anggota berhak menghadiri rapat anggota dan memberikan
suara dalam rapat anggota serta mengemukakan pendapat dan saran
kepada pengurus baik di luar maupun di dalam rapat anggota.
Anggota juga harus ikut serta mengadakan pengawasan atas
jalannya organisasi dan usaha koperasi.
Anggota secara keseluruhan menjalankan manajemen dalam suatu
rapat anggota dengan menetapkan:
1) Anggaran dasar
2) Kebijaksanaan umum serta pelaksanaan keputusan koperasi
3) Pemilihan/pengangkatan/pemberhentian pengurus dan pengawas
4) Rencana kerja, pertanggungjawaban pengurus dalam pelaksanaan
tugasnya
5) Pembagian SHU
6) Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi.
b) Pengurus
Menurut Leon Garayon dan Paul O. Mohn dalam bukunya “The
Board of Directions of Cooperatives” fungsi pengurus adalah:
1) Pusat pengambil keputusan tertinggi
2) Pemberi nasihat
40

3) Pengawas atau orang yang dapat dipercaya


4) Penjaga berkesinambungannya organisasi
5) Simbol
c) Pengawas
Tugas pengawas adalah melakukan pemeriksaan terhadap tata
kehidupan koperasi, termasuk organisasi, usaha-usaha dan
pelaksanaan kebijaksanaan pengurus, serta membuat laporan tertulis
tentang pemeriksaan.
d) Partisipasi Anggota
Partisipasi Anggota yang efektif dipengaruhi oleh :
1) Kesesuaian antara Output program koperasi dengan kebutuhan
dan keinginan ara anggotanya
2) Permintaan anggota dengan keputusan – keputusan pelayanan
koperasi
3) Tugas koperasi dengan kemampuan manajemen koperasi
Dan berikut ini susunan Pengawas dan Pengurus Koperasi Perumahan
Umum Nasional:
1. Badan Pengawas (Nama & Jabatan)
a. Brigjen Pol (Purn) H.dr. Budyo Prasetyo (Ketua Pengawas)
b. H.Makmun Halim Thohari, SH (Wakil Ketua 1 Pengawas)
c. Drs. Sinema Daeli (Wakil Ketua 2 Pengawas)
d. Mohammad Sa'i, SE (Sekretaris Pengawas)
e. Ir. Zulkifli Arsyad (Anggota 1 Pengawas)
f. Djengkar Subagyo (Anggota 2 Pengawas)
g. Nina Rahayu K (Anggota 3 Pengwas)
Mereka yang termasuk didalam bagian perangkat pengawas ini
memiliki tugas melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan
koperasi, usaha-usaha dan pelaksanaan kebijaksanaan pengurus,
serta membuat laporan tertulis tentang pemeriksaan.
2. Badan Pengurus (Nama & Jabatan)
a. H.M. Aris Suwirya, SE (Ketua Umum)
41

b. Jaet Ahmad Fatori (Wakil Ketua)


c. Sunarto, ST (Wakil Ketua 2)
d. Drs. Rodiyat, MM (Sekretaris)
e. Suryanto (Wakil Sekertaris)
f. Hisyam, SH (Bendahara)
g. Muanis (Wakil Bendahara)
Mereka yang termasuk dibagian pengurus ini yang menjalankan
fungi sebagai pusat pengambilan keputusan, pemberi nasihat,
sebagai pengawas atau orang yang dapat dipercaya, serta penjaga
berkesinambungannya organisasi.
Daftar nama-nama yang tertuliskan diatas, termasuk kedalam
perangkat manajer yang memiliki peranan yang harus dijalankan yaitu antara
lain membuat rencana ke depan sesuai dengan ruang lingkup dan
wewenangnya serta mengelola sumber daya secara efisien.
Berikut Bagan Struktur Organisasi KOPERUMNAS:13

13
Data Company Profile KOPERUMNAS
42
43

B. Program Rumah Syariah KOPERUMNAS


1. Program Rumah Syariah
KOPERUMNAS terus mengembangkan sayap program kepemilikan
rumah bagi masyarakat dengan cara berkoperasi dan gotong royong secara syariah.
Tentunya program-program tersebut diharapkan bisa membantu Mbr punya
rumah tanpa proses yg sulit. Dan bisa membantu masyarakat diseluruh
indonesia pada umumnya.
KOPERUMNAS memiliki cita-cita mulia untuk membantu Mbr
dengan penghasilan tidak tetap untuk memiliki sebuah rumah sederhana layak
huni tanpa uang muka dan tanpa bunga. Perumahan tanpa riba itu akan
dibangun di seluruh wilayah Indonesia, bahkan sampai mancanegara.
Program-program yang di jalankan Koperumnas pun dilakukan secara
serius, mengingat ada banyak pihak yang terlibat dan tentunya ada banyak
pihak juga yang membutuhkan Koperumnas sebagai solusi memilki rumah
tanpa Riba. Program rumah syariah yang menjadi jargon Koperumnas
diharapkan menjadi syiar dalam memerangi riba yang sudah menjamur di
masyarakat.
Program rumah syariah Koperumnas tersebut antara lain:
1) Program Reguler14
Program Reguler untuk membership Koperumnas sebesar Rp.300.000
(sekali bayar) dengan cicilan flat Rp. 900.000/bulan. Kemudian member
bisa pilih kavling di bulan ke 5 dan tanda tangan PPJB(perjanjian
pengikatan jual beli) di bulan ke 6. Lihat 1.1 Program reguler
Koperumnas.
Member dapat menempati rumah di Bulan ke 25, pola Pembayaran
Syariah, tanpa DP, tanpa BI Checking, tanpa denda, tanpa bunga, tanpa
sita, tanpa akad bathil.
Serah terima kunci setelah 2 tahun dari waktu bergabung, sesuai nomor
urut dan blok kavling yang telah dipilih.

14
Data company profile Koperumnas
44

2) Program Prioritas15
Iuran wajib 4 bulan tidak ada tunggakan, DP 40 juta(bisa dicicil selama 1
tahun), masuk 5 juta diawal (bulan pertama), bulan ke 2 cicil DP 3jt +
900rb, dapat menempati rumah di bulan ke 3-5 setelah pengajuan
prioritas, dan ikut bimbingan keagenan selama 3-6 bulan(program auto
saving 70% akan diambil untuk cicilan DP 40 Juta). Dan serah terima
kunci setelah 6 bulan dari pengajuan prioritas. Lihat 1.2 Program
prioritas Koperumnas.
3) Program Simpanan Wajib Sukarela16
Program simpanan wajib sukarela merupakan tabungan investasi rumah
dengan nominal sebanyak-banyaknya. Tabungan Investasi akan
digunakan untuk membangun properti syariah tanpa riba yakni
Koperumnas Residence Minimarket (KOPER MART). Dan untuk
sembako online dengan konsep e-commerce (KOPER MART).
Selanjutnya dijadikan dana simpan pinjam tanpa riba di lembaga
keuangan syariah (Bank Syariah Nasional).
Simpanannya dalam jumlah tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota
kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu dan besarnya
tergantung kemampuan anggota dengan besaran jasa sesuai kesepakatan
anggota yang dirumuskan dalam Rapat Anggota Tahunan. Lihat 1.3
Program simpanan wajib suka rela.
2. Spesifikasi Rumah Syariah KOPERUMNAS
a) Lokasi Perumahan yang dibangun17

15
Data company profile Koperumnas

17
Koperumnas Go Nasional, Bangun Perumahan Berbasis Syariah di Berbagai Kota,
hallobogor.com.
45

Dalam kurun kurang dari lima tahun ini, Koperumnas sudah


membangun perumahan tanpa riba di lima provinsi. Lokasi perumahan
Koperumnas yang sudah tersedia saat ini yakni:
1) KOPERUMNAS Singasari Residence di Jonggol
Singasari Residence di belakang Citra Grand, Desa Singasari,
Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Perumahan
sekelas cluster ini dibanderol Rp161.000.000 (sebelum harga naik)
untuk type 36/60 dan bisa dicicil dengan simpanan wajib di
Koperumnas Rp900 ribu/bulan. Serta Rp. 181.000.000 (sebelum
harga naik) untuk type 36/72.
2) KOPERUMNAS Tajur Residence di Citeurep
Tajur Residence Desa Tajur, Kecamatan Citeureup, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Harga T 36/70 dibanderol sedikit lebih mahal
Rp181 juta (sebelum harga naik) dengan simpanan wajib sebagai
cicilan Rp1 juta/bulan. Terdapat pula Tipe 30/72 dengan luas tanah
6×12 m2 dan luas bangunan 6×6 m2, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi.
3) Telah dibangun pula perumahan Koperumnas yang layak dan murah
dengan kepemilikan secara syariah tanpa riba di Tanjung Pinang
Kepulauan Riau (Kepri), tepatnya di Kampung Sidomulyo, Jalan
Kapodang 2 dekat sekolah De Green Camp. Dengan simpanan
pokok Rp300 ribu dan simpanan wajib minimal 1juta bisa memiliki
rumah T36/80 dengan harga jual Rp150 juta T36/80
4) KOPERUMNAS Topoyo Residence di Mamuju
Koperumnas juga hadir di Mamuju, tepatnya di Topoyo, Desa
Tabalong, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat. “Harga dan
tipe sama dengan di Tanjung Pinang. Lokasi strategis pinggir jalan
dekat dengan kampus Universitas Tomakaka, ada 6 pabrik sawit, dan
akan dibangun kilang minyak dekat lokasi kami, dekat dengan
sekolah SD, SMP, dan lainnya,” kata General Manager Koperumnas
Diah Kusuma Putri Muda.
46

Topoyo Residence juga hanya tersedia satu type, yaitu type 36/72
denga harga Rp.140.000.000.
5) Kemudian, Koperumnas membuka lokasi baru di Jalan Jembatan 3
Liang Anggang, Landasan Ulin Selatan, Banjar Baru, Kalimantan
Selatan. Di sini akan dibuka 1.500 unit rumah T36/120 m2 rumah
tunggal, sekelas cluster tahan gempa dan tahan api. Lokasi ditempuh
15 menit ke bandara, dekat rumah sakit, sekolah, Pasar Ulin, dan
dekat kantor gubernur yang baru.
6) Yang terbaru, sudah tersedia pula lokasi di Pekan Baru Tenayan.
Dengan simpanan wajib Rp1 juta bisa memiliki rumah T36/108
dengan harga jual Rp160 juta.
b) Spesifikasi Perumahan18
Rumah yang dibangun sudah bersertifikat SHGB (Sertifikat Hak
Guna Bangunan) yaitu sertifikat untuk mendapatkan hak menggunakan
bangunan diatas sebuah lahan yang bukan miliknya sendiri dalam jangka
waktu tertentu. Dibawah ini akan dijelaskan lebih detail spesifikasi
rumah KOPERUMNAS untuk rumah type 36/60 dan 36/72 yaitu:
a. Pondasi Batu Kali
b. Septic Tank Biotech
c. Plafon Gypsum
d. Keramik 40×40
e. Pintu Utama Kayu Solid
f. Atap baja Ringan genteng Antilop
g. Dinding Batako Plester dan Aci
h. Instalasi Listrik 8 Titik
i. Pintu Kamar Triplek
j. Instalasi Air
k. Kusen Alumunium
l. Kloset Jongkok
m. Sumur Pantek utk sumber air

18
www.Koperumnas.com
47

n. Tembok Terpisah
c) Fasilitas Perumahan19

Adapun fasilitas yang diberikan KOPERUMNAS, yaitu sebagai


berikut:

a. View Pegunungan
b. Pasar Rakyat
c. Minimarket
d. Masjid
e. Sekolah
f. Angkutan Umum
g. Rumah Sakit
d) Sistem Kepemilikan Rumah

DK Putri Muda (Manajer KOPERUMNAS) menjelaskan, sistem


kepemilikan rumah di Koperumnas juga berlaku sama di semua
daerah, yakni tanpa riba, murah dan mudah. Cukup syarat KTP, KK,
foto. Gak ada slip gaji artinya penghasilan tidak tetap juga tetap bisa,
tidak ada denda kalau telat bayar. Tidak ada riba, satu harga bayar 5
tahun, 10 tahun, 15 tahun sama saja. Akad syariah tidak merugikan
kedua pihak. DP 0% karena dari awal bayar sudah masuk angsuran
1, tidak ada tambahan all in sampai SHGB, dibantu SHM urus hanya
500 ribu setelah lunas. Insya Allah cara gotong royong dari anggota
untuk anggota dan visioner. Integritas kami teruji selama 20 tahun di
bawah manajemen H.M. Aris Suwirya mantan ketua dan pendiri
Apersi dan Apernas, pakar konsultan dan ahli developer,”

Berikut ringkasan bagaimana sistem memiliki rumah di


KOPERUMNAS, diantaranya:

19
Koperumnas go nasional bangun perumahan berbasis syariah diberbagai kota
http://jabar.indonesiaraya.co.id/2018/12/03/koperumnas-go-nasional-bangun-perumahan-berbasis-
syariah-di-berbagai-kota/
48

a. Melengkapi berkas persyaratan (KTP, KK, Foto 3 x 4 2 lbr)


b. Memilih program Koperumnas
c. Isi formulir pendaftaran dan melakukan pendaftaran online
d. Anggota melakukan pembayaran No Rekening BCA:
0947142112 BRI: 012201002193302 A.N Koperasi Perumahan
Umum Nasional
e. Anggota mendapatkan NAK(Nomor Anggota Koperumnas)
e) Hak dan kewajiban anggota:20
a. Anggota membayar simpanan pokok diawal sebesar Rp.300.000
(hanya 1x saja)
b. Anggota wajib membayar simpanan wajib setiap bulan yang
telah disepakati untuk membantu kelancaran pembangunan
rumah
c. Anggota dapat memilih kavling apabila memakai DP
Rp.3.500.000 atau telah membayar simpanan wajib yang ke-5
d. Anggota yang sudah membayar simpanan wajib ke-6, dapat
melakukan TTD PPJB(Perjanjian Pengikatan Jual Beli)
e. Apabila anggota yang bersangkutan meninggal dunia, maka bisa
dialihkan kepada ahli waris dan bisa diteruskan
Apabila 6 bulan tidak membayar, rumah wajib dijual dan sisa
hutang yang hanya dipotong sisa harga dari senilai
Rp.161.000.000. dan bila ada kelebihan penjualan harga rumah,
akan diberikan kelebihan uangnya pada ahli waris.

20
Formulir Permohonan Kredit Pemilikan rumah syariah koperumnas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah Di Koperasi


Perumahan Umum Nasional
KOPERUMNAS membangun rumah dengan cara menabung dan
secara gotong royong sesuai syariah, setiap anggota dianjurkan menyetorkan
dana cicilan setiap bulannya untuk modal kerja pembangunan rumah tanpa
riba, rumah itu akan dibangun dengan konsep pengembangan RISA (Rumah
Instant Sederhana) dan teknologi tepat guna.
Adapun program simpanan wajib sukarela, dimana setiap anggota
dianjurkan melakukan simpanan sukarela sebagai tabungan investasi rumah
dengan nominal sebanyak-banyaknya. Tabungan Investasi akan digunakan
untuk membangun properti syariah tanpa riba yakni KOPERUMNAS
Residence Minimarket (KOPER MART). Dan untuk sembako online dengan
konsep e-commerce. Selanjutnya dijadikan dana simpan pinjam tanpa riba di
lembaga keuangan syariah (Bank Syariah Nasional).
Selanjutnya, perumahan yang akan dibangun sudah ada 10 lokasi.
Untuk lokasi perumahan KOPERUMNAS tanahnya 100% sudah SHGB
(Sertifikat Hak Guna Bangunan) milik KOPERUMNAS dengan akte notaris
lengkap di Singasari jonggol dan Leuwiliyang Bogor, yang segera menyusul
di seluruh Indonesia dan Perijinan Sesuai RUTR (Rencana Umum Tata
Ruang) untuk Perumahan Perkotaan. KOPERUMNAS membutuhkan waktu
sekitar 6 bulan yakni untuk izin lokasi, site plan Pell banjir (rencana tapak
penetapan ketinggian muka tanah yang secara hidrologi paling aman dari
resiko banjir)1, AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), PLN,
tanah makam dan IMB induk (Izin Mendirikan Bangunan untuk pemilik
lahan induk) serta sertifikat induk.
Pembangunan rumah akan berjalan apabila didukung oleh kuota
anggota yang sudah terpenuhi. Proses realisasi pembangunan rumah yaitu

1
https://belajarbisnisproperty.com diakses pada tanggal 30 Desember 2018

49
50

membangun jalan terlebih dahulu, baru membangun rumah dan serah terima
kunci sesuai nomor urut dan blok kavling yang dipilih dan dilakukan setelah
2 tahun menyicil.
1. Syarat Pendaftaran Anggota Koperumnas
Adapun syarat untuk memiliki rumah syariah KOPERUMNAS,
masyarakat mendaftar sebagai anggota KOPERUMNAS terlebih
dahulu. Untuk pendaftaran anggota baru KOPERUMNAS, dapat
melalui http://portal.koperumnas.com/member_register. Dokumen yang
dibutuhkan untuk menjadi anggota KOPERUMNAS antara lain:
a. Fotocopy Kartu Keluarga (1 lembar)
b. Fotocopy KTP (1 lembar)
c. Pas foto ukuran 3x4 (2 lembar )
Berikut detail alur pendaftaran KOPERUMNAS, yaitu:

1
Calon anggota 6
7
datang ke Melakukan
kantor transaksi Mendapatkan
KOPERUMNA pembayaran kwitansi
S
2 5 8
Mengisi buku Registrasi Selesai
tamu online transaksi

9
3 4 Resmi menjadi
Prospek Isi formulir angggota
koperumnas

2. Alur Menabung Rumah Syariah KOPERUMNAS


Setelah resmi menjadi anggota KOPERUMNAS, anggota
otomatis mempunyai hak untuk mengambil program nabung rumah
syariah. Berikut alur untuk mendapatkan rumah syariah
KOPERUMNAS:
51

6 7
1 Pilih Serah terima
kavling(setelah kunci(24 bulan
Isi formulir angsuran ke- bertahap)
5/DP)
8
5 SHM lunas
2
Akad (TTD pembayaran
Daftar online PPJB) rumah

9
3 4
Rumah tanpa
Menyerahkan Bayar setoran riba
berkas awal

Anggota dapat memilih paket rumah syariah, yaitu sebagai berikut:


a. Paket DP 0%
a) Simpanan pokok Rp. 300.000(1x saja)
b) Simpanan wajib pertama Rp. 900.000
c) Kode unik pembayaran (contoh NAK01415)
Total Rp. 1.201.415
b. Paket pakai DP kavling
a) Untuk pilih kavling
b) Iuran pokok Rp. 300.000 (1x saja)
c) Simpanan wajib pertama Rp. 900.000
d) DP Rp. 3.500.000 (mengurangi harga rumah)
Total Rp. 4.701.415
c. Paket DP Prioritas
a) Iuran pokok Rp. 300.000 (1x saja)
b) Simpanan wajib pertama Rp. 900.000
c) DP Prioritas Rp. 40.000.000 (diangsur dalam 1 tahun)
d) DP bulan pertama sebesar Rp. 5.000.000
52

3. Mekanisme Pengelolaan KOPERUMNAS


a. SOP KOPERUMNAS
Berikut ini beberapa SOP(Standard Operasional Perusahaan) dari
KOPERUMNAS, yaitu:
1) Pemilihan kavling dapat dilakukan setelah melakukan
pembayaran simpanan wajib ke-5
2) Penandatanganan Perjanjian Pengikat Jual Beli (PPJB)
dilakukan setelah pembayaran simpanan wajib ke-6
3) Serah terima kunci dilakukan setelah 24 bulan menabung,
disertai dengan Akta Jual Beli
4) Sertifikat rumah diberikan apabila pembeli sudah melunasi
pembelian rumah
5) Anggota bisa mendapatkan fee marketing Rp. 300.000 /KK
untuk setiap anggota yang direferensikan
6) Anggota tidak dapat melakukan pembatalan setelah 6 bulan
bergabung dengan KOPERUMNAS
7) Apabila anggota mengundurkan diri, seluruh simpanan wajib
akan dikembalikan dikurangi sebesar Rp. 500.000 sebagai fee
marketing dan Rp. 25.000 / Rp. 50.000 untuk fee penagihan
ke agen atau cabang yang mereferensikan
8) Apabila anggota mengundurkan diri, wajib mengembalikan
fee marketing yang sudah diberikan melebihi Rp. 500.000
b. Prosedur Referensi KOPERUMNAS
Adapun prosedur-prosedur Koperumnas mengenai prospek anggota
baru, berikut ini prosedur referensi KOPERUMNAS antara lain:
1) Prospek wajib diinfokan dengan nomor telepon anggota yang
mereferensikan dan diberikan info yang jelas minimal ada
bukti brosur, whatsapp atau chat di medos ada bukti yang
otentik. Dan wajib yang mereferensikan adalah anggota
koperumnas.
53

2) Wajib menjelaskan pada prospek tentang koperumnas dan


followup lagi, arahkan ke kantor atau agen cabang, untuk
minta bantuan minimal ada bukti untuk isi formulir
pendaftaran baik online atau tertulis.
3) Batas waktu untuk prospek adalah 1 bulan dari tanggal
prospek dan bila tidak di followup , maka menjadi milik
umum kecuali ada perjanjian tertulis berupa tanggal transfer
(bukti otentik) dan diusahakan ketika prospek isi formulir
supaya ada bukti tertulis karena merupakan patokan
KOPERUMNAS.
4) Bila ada permasalahan mengambil referensi orang lain, maka
komisi akan ditahan sampai 2 minggu dan menyelesaikan
dengan cara kekeluargaan dengan yang bermasalah secara
mufakat dan bila terbukti wajib dibayarkan hak orang yang
menggugat dengan bukti otentik dengan memotong
komisinya
5) Koperumnas akan menindak tegas dan bisa mengeluarkan
dari kepengurusan bila ada pengurus yang mengambil
referensi anggota lain ketika dia bertugas karena pengurus
kami adalah inservice yang siap melayani siapa saja tanpa
melihat referensi siapapun dan melayani sepenuh hati dan
tugas selanjutnya apabila tidak terjadi closing anggota wajib
memfollow up sendiri karena petugas kami tidak berhak ikut
campur dan hanya bertugas menjelaskan dan meyakinkan
saja.
c. Prosedur Bagi Calon Pembeli Rumah Syariah KOPERUMNAS
Adapun aturan bagi calon pembeli rumah syariah KOPERUMNAS,
yaitu:
1) Bila meninggal dunia, maka rumah bisa diteruskan
angsurannya oleh ahli waris atau dijual. Hasil penjualan
54

setelah dikurangi hutang/ pembayaran tersisa menjadi milik


ahli waris
2) Bila menunggak pembayaran angsuran selama 3 bulan
berturut-turut, anggota tersebut dinyatakan tidak aktif sebagai
anggota KOPERUMNAS dan untuk mengaktifkan kembali,
anggota wajib melunasi pembayaran yang tertunda
3) Bagi anggota yang tidak mengangsur selama 6 bulan
berturut-turut, dinyatakan telah mengundurkan diri dari
anggota KOPERUMNAS sekaligus dinyatakan membatalkan
pembelian rumah syariah
4) Syarat pilih kavling bagi yang sudah mengangsur 5x tanpa
menunggak atau yang memakai DP kavling
5) Setelah menempati rumah, bila menunggak 6 bulan maka
rumah wajiib dijual. Hasil penjualan dikurangi sisa hutang
kepada KOPERUMNAS. Selanjutnya, kelebihan akan
diberikan kepada ahli waris
6) Persyaratan bagi anggota KOPERUMNAS yang ingin
mengundurkan diri yaitu:
a. Harus sudah membayar simpanan wajib sebanyak 6 kali
b. Pengajuan pengunduran diri dapat dilakukan dibulan ke
7 atau disimpanan wajib ke 7
c. Proses refund atau pengembalian dana selama 24 bulan
terhitung sejak tanggal pengajuan pengunduruan diri
d. Simpanan wajib yang sudah dibayarkan akan dipotong
Rp.500.000 untuk fee marketing dan Rp. 25.000/ Rp.
50.000 per bulan untuk fee marketing yang sudah
dibayarkan kepada agen/ cabang marketing yang
mereferensikan
e. Bagi anggota/ agen marketing/ cabang marketing yang
mengundurkan diri dan telah mendapat fee marketing
55

dari anggota yang dibawa, maka wajib


mengembalikannya kepada KOPERUMNAS
7) Jika setelah pilih kavling menunggak 3 bulan maka nomor
kavling yang dipilih akan digantikan dengan anggota lain dan
anggota tersebut dapat memilih kavling lagi jika sudah
dibayarkan tunggakannya
8) Anggota yang membayar lancar selama 24 bulan akan diberi
reward yaitu blok/ kavling yang dibangun lebih dahulu
9) Syarat dan ketentuan ini bisa bisa berubah dikemudian hari
sesuai kondisi yang ada tetapi sebelum dirubah akan
diberitahukan terlebih dahulu pada semua anggota
4. Akad KOPERUMNAS
Dibawah ini adalah contoh akad KOPERUMNAS, yaitu:
SURAT PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT SYARIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Diah Kusuma Putri Muda
Jabatan : Manager KOPERUMNAS
Alamat : Gedung Pembina Graha Jl. DI Panjaitan No. 45 Rt. 17/9
Rawa Bunga Jatinegara Jaktim
Badan Hukum : No. 001372/ BH/ M/ KUKM.2/ V/ 2016
Tlp/HP : (021) 21287438
Email : support@koperumnas.com
Untuk selanjutnya disebut pihak pertama
Nama : ............................................................
Alamat : ............................................................
Tanggal lahir : ............................................................
Tlp/ HP : ............................................................
Ahli waris : ............................................................
Untuk selanjutnya disebut pihak kedua
Dengan ini para pihak menyatakan dengan sebenarnya dan menyetujui:
56

1. Pihak I menjual rumah senilai Rp. 161.000.000,- T36/60 atau


Rp.181.000.000,- T36/72 kepada pihak ke II, menurut syariah
membayar simpanan wajib anggota yang merupakan angsuran jual
beli rumah tanpa riba
2. Pihak II wajib membayar minimal Rp. 900.000/ bulan untuk T36/ 60
atau Rp. 1.000.000/ bulan untuk T36/ 72 ditambah kode unik
pembayaran online dengan waktu pelunasan yang ditentukan atau
lebih cepat
3. Bagi setiap anggota koperumnas wajib mengikuti peraturan yang
berlaku dan tertulis dari pihak koperumnas
4. Menyetujui jangka waktu pembangunan dan penyelesaian rumah
siap huni tersebut sampai serah terima kunci, ditahun ke 2 bertahap
sesuai nomor antrian setelah menabung 2 tahun dari bulan pertama,
atau iuran wajib bulanan sudah mencapai minimal 35% dari harga
jual yang telah disepakati senilai Rp. 161.000.000,- untuk T36/60
atau Rp. 181.000.000 untuk T36/72. Pembangunan dilakukan secara
bertahap dengan memprioritaskan anggota yang benar benar
membutuhkan(MBR)
5. Syarat pilih kavling bagi yang sudah mengangsur 5x atau yang
memakai DP angsuran lancar, sejak tanggal masuk. Bagi anggota
yang tidak mengangsur sampai 6 bulan maka keanggotaannya akan
kami bekukan. Dan yang mereferensikan komisi akan ditunda
sampai melunasi angsurannya.
6. Bagi anggota yang lancar pembayarannya selama 24 bulan akan
diutamakan dan diberikan reward dibangun duluan
7. Bila menunggak pembayaran, maka serah terima rumah akan mundur
sesuai bulan yang tertunggak
8. Apabila pihak II ada kelebihan tanah, maka akan membayarkan
kelebihan tanah secara tunai/ dicicil minimal 1 juta/ bulan, paling
lambat 1 bulan setelah pemilihan kavling
57

9. Apabila pihak II meninggal dunia maka sisa hutang akan diteruskan


pada ahli waris dan bila akan dijual rumahnya maka pihak I berhak
mengambil sisa uang yang dihutangkan setelah dikurangi oleh
jumlah pembayaran yang sudah dibayarkan oleh pihak II. Sisa
kelebihan hasil penjualan menjadi milik ahli waris
10. Bila pihak II menunggak dalam waktu 3-6 bulan setelah menempati
rumah atau setelah serah terima kunci, maka rumah wajib dijual dan
koperumnas hanya berhak mengambil senilai Rp. 161.000.000 untuk
T36/60 dan Rp. 181.000.000 untuk T36/72 dan kelebihannya akan
diberikan pemilik atau ahli warisnya
11. Anggota bisa mengundurkan diri setelah menabung selama 6 bulan
atau bila tidak membayar selama 6 bulan maka keanggotaannya akan
dibekukan atau dinonaktifkan sementara sampai dibayarkan
tunggakannya dan prosesnya 24 bulan, setelah tanggal pengajuan
dipotong Rp. 500.000 untuk fee marketing dan Rp. 25.000/ Rp.
50.000 untuk fee penagihan yang sudah dibayarkan ke agen/cabang
lain. Jika belum menerima rumah, anggota, agen, atau cabang
menerima komisi lebih dari Rp. 500.000 maka sisanya wajib
dikembalikan termasuk fee penagihan tiap bulan, karena anggota lain
masih aktif
12. Menyelesaikan segala permasalahan secara musyawarah untuk
mufakat terlebih dahulu, dan jika tidak terjadi kesepakatan maka
akan ditempuh melalui jalur hukum dan para pihak sepakat untuk
memilih domisili hukum di Pengadilan Negeri Jakarta Timur.
Demikian perjanjian ini dibuat dan disepakati antara para pihak pertama
dan pihak kedua sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Jakarta, .....................
Pihak Pertama Pihak Kedua
Materai
6000
(Diah Kusuma Putri Muda) (......................)
58

B. Kesesuaian Penerapan Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah


KOPERUMNAS Dengan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No:
11/PER/MKUKM/XII/2017
Untuk pengembangan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
yang profesional dan berdaya saing, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah menerbitkan peraturan No: 11/PER/M.KUKM/XII/2017 atas
perubahan Peraturan No: 16/PER/M.KUKM/IX/2015. Peraturan tersebut
mengatur pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
oleh koperasi.
KOPERUMNAS sendiri merupakan Koperasi Usaha Kecil &
Menengah yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah dalam sektor kepemilikan rumah, yang berbadan hukum
berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM RI No.
001372/BH/M.KUKM.2/U/2016 tanggal 27 mei 2016.
Dalam menjalankan usahanya, pada praktiknya tidak semua unit usaha
berusaha menaati peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Meskipun unit
usaha tersebut telah bersertifikat dan terdaftar sebagai unit usaha berbadan
hukum. Apalagi unit usaha yang menjalankan kegiatan usaha secara syariah,
haruslah sangat hati-hati dalam menaati segala peraturan yang ada, baik
dalam perspektif syariah maupun peraturan yang telah dibuat oleh
pemerintah. Oleh karena itu, perlulah dikaji mengenai kesesuaian penerapan
dengan peraturan yang ada.
Koperumnas merupakan unit usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah yang praktiknya haruslah mengacu pada Peraturan Menteri Koperasi
dan UKM No. 11/PER/M.KUKM/XII/2017. Peraturan tersebut merupakan
pedoman KOPERUMNAS dalam menjalankan kegiatan usaha pemilikan
rumah syariahnya. Oleh karena itu, skripsi ini membahas mengenai
implementasi kesesuaian pembiayaan pemilikan rumah syariah
KOPERUMNAS dengan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM.
59

Berikut beberapa aturan yang tertuang dalam Peraturan Menteri


Koperasi dan UKM No. 11/PER/M.KUKM/XII/2017, yang penulis rangkum
secara umum sebagai landasan pedoman kesesuaian pembiayaan pemilikan
rumah syariah pada KOPERUMNAS:

Hasil
Peraturan Menteri Koperasi
Koperasi Perumahan Umum (sesuai/
No dan UKM No.
Nasional tidak
11/PER/M.KUKM/XII/2017
sesuai)
KOPERUMNAS
Menjalankan kegiatan menjalankan kegiatan usaha
1 usahanya dengan prinsip berdasar prinsip syariah. √
syariah Contohnya: tanpa bunga dan
tanpa riba
KOPERUMNAS berbadan
hukum berdasarkan
Adanya pengesahan akta
Keputusan Menteri
2 pendirian koperasi yang √
Koperasi dan UKM RI No.
terbitkan oleh menteri
001372/BH/M.KUKM.2/U/
2016 tanggal 27 mei 2016.
KOPERUMNAS tidak
menggunakan DPS dalam
KSPPS wajib memiliki menjalankan kegiatan usaha
3 ×
Dewan Pengawas Syariah nya, hanya menggunakan
pengawas dari internal
struktur organisasi
Koperumnas dibentuk
dengan visi misi untuk
KSPPS memiliki visi, misi meningkatkan pendapatan
4 √
dan tujuan dalam usahanya dan kesejahteraan para
anggotanya pada khususnya,
melalui suatu wadah dan
60

kegiatan usaha dengan


meningkatkan pelayanan
kepada anggota dan
masyarakat pada umumnya
Pendirian KSPPS KOPERUMNAS
dilaksanakan sesuai dengan menjalankan usaha dengan
ketentuan peraturan memperhatikan kepentingan
perundang-undangan dengan ekonomi yakni
5 √
memperhatikan kepentingan menyediakan perumahan
ekonomi yang sama dan murah layak huni bagi
manfaat bagi Anggota serta masyarakat berpenghasilan
kelayakan usaha rendah
Pengurus KSPPS dipilih dari Pengurus KOPERUMNAS
dan oleh Anggota Koperasi dipilih dan diangkat oleh
6 √
serta diangkat dalam rapat anggota dalam rapat
anggota anggota
Pengawas KOPERUMNAS
Pengawas dipilih dari dan
dipilih dan diangkat oleh
7 oleh Anggota serta diangkat √
anggota dalam rapat
pada rapat anggota.
anggota
KSPPS dan USPPS Koperasi KOPERUMNAS memiliki
wajib mengatur dan SOP, yang sudah
8 √
memberlakukan Standar dipaparkan sebelumnya
Operasional Manajemen diatas
Akad KOPERUMNAS
Akad transaksi kegiatan
usaha simpan pinjam dan adalah jual beli kredit (bai’
pembiayaan syariah harus al taqsith), akan tetapi
9 disusun berdasarkan fatwa √
belum ada fatwa yang
Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia mengatur secara khusus bai’
(DSN-MUI) al-taqsith.
61

KOPERUMNAS memiliki
aplikasi tersendiri yang
bernama “KOPERUMNAS”
KSPPS dan USPPS Koperasi
Aplikasi tersebut melayani
harus memiliki sistem
segala transaksi
10 informasi pelayanan Anggota √
KOPERUMNAS, mulai dari
sebagai alat pengendalian dan
pendaftaran anggota, top up
pengambilan keputusan
saldo, pembayaran
simpanan wajib dan lain
sebagainya
KOPERUMNAS belum
KSPPS atau USPPS Koperasi memiliki izin usaha simpan
wajib memiliki izin usaha pinjam dan pembiayaan
11 ×
simpan pinjam dan syariah, hanya memiliki
pembiayaan syariah. sertifikat akta pendirian dari
Menteri Koperasi dan UKM
KOPERUMNAS
merupakan koperasi
pembiayaan pemilikan
rumah. Untuk kegiatan
Koperasi yang melaksanakan
sosial KOPERUMNAS, dari
kegiatan usaha simpan pinjam
hasil wawancara dengan
dan pembiayaan syariah
ketua umum
12 wajib memiliki unit kegiatan √
KOPERUMNAS, bahwa
sosial (maal) dan unit
sebagian profit
kegiatan usaha bisnis
KOPERUMNAS akan
(tamwil).
digunakan untuk mendirikan
pondok pesantren dan
tahfidz quran.
62

KOPERUMNAS
KSPPS dan USPPS Koperasi
melakukan kegiatan usaha
dilarang melakukan kegiatan
13 pada sektor riil secara ×
usaha pada sektor riil secara
langsung, yakni jual beli
langsung
kredit rumah syariah
KOPERUMNAS tidak ada
persyaratan untuk
Untuk mengurangi risiko menetapkan jaminan dalam
pemberian pinjaman dan pembiayaan pemilikan
pembiayaan, KSPPS dan rumah syariahnya.
USPPS Koperasi dapat KOPERUMNAS
14 ×
menetapkan menggunakan asas
jaminan atas pinjaman atau kepercayaan, dan tidak sama
pembiayaan yang dapat sekali memberatkan para
berupa barang atau hak tagih; anggota yang mau memiliki
rumah syariah
KOPERUMNAS
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah dan pembahasan yang telah
dipaparkan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. kesesuaian pembiayaan pemilikan rumah syariah KOPERUMNAS
dengan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.
11/PER/M.KUKM/XII/2017 belum sesuai, karena banyak beberapa
point yang diatur dalam Peraturan Peraturan Menteri Koperasi dan
UKM akan tetapi belum terpenuhi pelaksanaannya oleh
KOPERUMNAS. Diantaranya:
a. KOPERUMNAS belum memiliki Dewan Pengawas Syariah.
sedangkan dalam Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.
11/PER/M.KUKM/XII/2017 pasal 2 ayat 3, menjelaskan bahwa
“Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah”.
b. KOPERUMNAS belum memiliki izin usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah, hanya memiliki sertifikat akta pendirian dari
Menteri Koperasi dan UKM No. 001372/BH/M.KUKM.2/U/2016,
sedangkan dalam Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.
11/PER/M.KUKM/XII/2017 pasal 6 ayat 1, menjelaskan “KSPPS
atau USPPS Koperasi wajib memiliki izin usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah”
c. KOPERUMNAS melakukan kegiatan usaha pada sektor riil secara
langsung, yakni jual beli kredit rumah syariah. Dalam Peraturan
Menteri Koperasi dan UKM No. 11/PER/M.KUKM/XII/2017
pasal 20 ayat 2 dijelaskan bahwa KSPPS dan USPPS Koperasi
dilarang melakukan kegiatan usaha pada sektor riil secara
langsung.

63
64

d. Untuk mengurangi risiko pemberian pinjaman dan pembiayaan,


KSPPS dan USPPS Koperasi dapat menetapkan jaminan atas
pinjaman atau pembiayaan yang dapat berupa barang atau hak
tagih, sebagaimana yang tertuang dalam pasal 27 ayat 1 butir c.
Sedangkan KOPERUMNAS tidak menetapkan jaminan apapun
sebagai syarat dalam pembiayaan pemilikan rumah syariahnya.
2. Sebagaimana telah dijelaskan diatas, Untuk point KOPERUMNAS
belum memiliki DPS, dari hasil wawancara penulis dengan Ketua
Umum KOPERUMNAS bapak aris suwirya menjelaskan bahwa
memang KOPERUMNAS tidak ingin memakai DPS guna sebagai
pengawas kegiatan usaha pembiayaan pemilikan rumah syariahnya.
Dikarenakan hal itu tidaklah cukup perlu, karena KOPERUMNAS
memang sudah menjalankan operasional kegiatan usahanya secara
syariah, dan apabila menggunakan DPS itu hanya akan menambah
anggaran pengeluaran dana yang lumayan cukup besar bagi
perusahaan, sedangkan kinerja yang dilakukan oleh seorang DPS
sepertinya tidak sesuai dengan upah yang akan DPS dapatkan.
Dalam Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No.
11/PER/M.KUKM/XII/2017 pasal 15 ayat 7 dijelaskan tugas DPS,
diantaranya:
a. Memberikan nasehat dan saran kepada Pengurus dan Pengawas
serta mengawasi kegiatan Koperasi agar sesuai dengan Prinsip
Syariah;
b. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas
pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan oleh
Koperasi;
c. Mengawasi pengembangan produk baru;
d. Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru yang belum
ada fatwanya; dan
e. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap produk simpanan dan
pembiayaan syariah.
65

B. Saran
1. Alangkah lebih baiknya KOPERUMNAS mendaftarkan unit usaha
pembiayaan pemilikan rumah syariah kepada Majelis Ulama
Indonesia, guna mendapatkan sertifikat syariah. Karena
KOPERUMNAS merupakan unit usaha yang menggunakan sistem
syariah, jadi haruslah patut untuk bersertifikat syariah serta tunduk
kepada aturan-aturan pemerintah. Dan KOPERUMNAS tidak
seharusnya menyepelekan peran DPS, karena itulah tugas utamanya
DPS yakni mengawasi kegiatan usaha syariah. Menggunakan kata
syariah, seharusnya harus lebih hati-hati karena urusannya dengan
kemaslahatan umat dan pertanggungjawabannya dengan Allah.
Dan KOPERUMNAS sebaiknya lebih memperhatikan permasalahan
regulasi, karena itu juga merupakan hal yang penting agar calon
nasabah lebih percaya.
2. Untuk peneliti selanjutnya, cobalah menekankan kepada regulasi dan
perlindungan konsumen untuk jual beli kredit (Bai’ al-taqsith) dalam
bidang pemilikan rumah syariah. Karena pada skripsi ini, penulis
menyadari masih sangat kurang dalam berbagai hal karena
keterbatasan penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Rahardjo, Handri. Cara Pintar memilih dan mengajukan kredit. Yogyakarta :


Pustaka Yustisia, 2003.

Wicaksono dan Frans Satrio. Tanggung jawab pemegang Saham , Direksi, dan
Komisaris Perseroan Terbatas (PT). Jakarta Selatan: Transmedia
Pustaka, 2009.

Andreyanto, Nanang. Perlindungan Hukum Terhadap Proses Jual Beli


Perumahan Secara Kredit. Repository Ums: Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009.

Aprizal. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press, 2014

Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:PT. Raja
Grafindo, 2005.

Antonio, Muhammad Syafi'i. Bank Syari'ah: dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.

Kasmir. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grapindo


Persada, 2002.

Fuady, Munir. Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-undang No. 10


Tahun 1998. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999.

Sjahdeini, Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini. Perbankan Syariah(Produk-Produk


dan Aspek-aspek Hukumnya). PRENADAMEDIA GROUP: Jakarta,
2014.

Ayub, Muhammad. Understanding Islamic Finance. t.p: t.t, 2007

66
67

Veithzal Rivai, Antoni. Islamic Economic & Finance. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2012.

Hidayat, Enang. Fiqih Jual Beli. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.

Ali Haidar. Durar Al-Hukkam Syarh Majallah al-Ahkam al-„Adliyyah,. Riyadh:


Dar „Alam al kutub, 2003 M/1423 H

Khalid bin Ali Al-Musyaiqih. Al-Muamalah al-Maliyah al-mu‟ashirah, Terj. Abu


zidna, Buku Pintar Muamalah Aktual dan Mudah. Klaten: wafa, 2012
M/1433 H.

Mustofa, Imam. Fiqih Muamalah Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana, 2011

Jurnal

“Asas-asas Perjanjian-perjanjian (Akad) dalam Kontrak Syariah”. ,Vol II, No. 1

Marhamah Saleh. “Pasar Syariah dan Keseimbangan Harga”. Jurnal Media


Syariah. Vol. XIII No. 1(2011).

M. Ali Hasan sebagaimana dikutip oleh Syaifullah M.S. “Berbagai Macam


Transaksi Dalam Islam ”. Dalam jurnal studia Islamika, Vol. 11, No. 2,
Desember 2014: 371-387.

Website

“Over Kredit Rumah”. Artikel diakses pada tanggal 29 januari 2019 dari
http://forcep.blogspot.com/2010/01/tentang-over-kredit-rumah.html

“Company Profile”. Dari Koperumnas, www. Koperumnas.co.id


68

“Penelitian kualitatif”. Diakses pada tanggal 30 januari 2019 dari


https://id.m.wikipedia.org

“Pembiayaan konsumen”. Dari wikipedia. https://id.m.wikipedia.org

“Kredit pemilikan rumah”. Diakses dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_pemilikan_rumah.

“Riba menurut terminologi”. Diakses dari Hanan-wihasto.blogspot.com

“Fatwa MUI Tentang KPR Rumah Untuk Dipedomani”. Diakses pada tanggal 30
januari 2019 dari https://www.sharinvest.com

“Fiqh Muamalah Bai taqsith”. Diakses pada tanggal 30 januari 2019 dari
https://wakidyusuf.wordpress.com/2017/02/25/fiqh-muamalah-33-bai-
taqsith/

“Jual Beli dan Syarat-syaratnya”. Diakses pada tanggal 30 januari 2019 dari
https://muslim.or.id/222-jual-beli-dan-syarat-syaratnya.html

“ Hallo bogor, Koperumnas go nasional bangun perumahan berbasis syariah” dari


http://hallobogor.com/koperumnas-go-nasional-bangun-perumahan-
berbasis-syariah-di-berbagai-kota

“Rumah terjangkau tanpa dp dan bunga, detikcom”. Dari


https://news.detik.com/adv-nhl-detikcom/d-4174048/rumah-terjangkau-
tanpa-dp-dan-bunga-bisa-dimiliki-sekarang

“Gubernur DKI Jakarta dukung program Koperumnas, reportase indonesia”. Dari


http://reportaseindonesia.com/berita-7053-gubernur-dki-jakarta-dukung-
program-koperumnas-untuk-bantu-mbr-punya-rumah-murah-tanpa-riba-
dan-dp-0.html

“Kajian peranan APBN dalam mengatasi backlog perumahan”. Diakses pada


tanggal 4 Desember 18 dari www.anggaran.depkeu.go.id
69

“Ekonomi Koperasi”. Di akses pada tanggal 09 Desember 2018 dari


http://anitasugihanti.blogspot.com

“Koperumnas go nasional bangun perumahan berbasis syariah diberbagai kota”.


Dari http://jabar.indonesiaraya.co.id/2018/12/03/koperumnas-go-
nasional-bangun-perumahan-berbasis-syariah-di-berbagai-kota/

“Belajar bisnis property”. Diakses pada tanggal 30 Desember 2018 dari


https://belajarbisnisproperty.com

Dokumen

Panduan materi Koperumnas(lembaran data)

Direktorat Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan, “Peranan APBN dalam


mengatasi backlog perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan
Renda”. 2015.

Formulir Permohonan Kredit Pemilikan rumah syariah koperumnas

Kitab Taudhihul ahkam, Fikih Ekonomi Keuangan Islam


LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.1 Program reguler Koperumnas

DAFTAR HARGA KOPERUMNAS REGULER


NO. Iuran Simpanan Simpanan
DP Lunas Total
Pokok Wajib Awal
14 tahun
Rp. 900.000 Rp.4.700.000 7 bulan
Rp.3,5 8 tahun Rp.161
1 Rp.300rb Rp.1.500.000 Rp.5.300.000 9 bulan
juta juta
4 tahun
Rp.2.700.000 Rp.6.500.000 11 bulan
14 tahun
Rp.900.000 Rp.1.200.000
11 bulan
Rp.161
2 Rp.300 rb DP 0% Rp.1.500.000 Rp.1.800.000 9 tahun
juta
Rp.2.700.000 Rp.3000.000 5 tahun

1.2 Program Prioritas Koperumnas


1.3 Program simpanan wajib suka rela Koperumnas
-0-

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 11/PER/M.KUKM/XII/2017
TENTANG
PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN
SYARIAH OLEH KOPERASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH


REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan akses pembiayaan bagi


masyarakat untuk melaksanakan usaha produktif, perlu
dilakukan pengembangan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah yang profesional dan berdaya saing;
b. bahwa untuk efektivitas pelaksanaan pengembangan
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh
koperasi, Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Nomor 16/PER/M.KUKM/IX/2015
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi perlu dilakukan
penyempurnaan;

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-2-

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang


Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3502);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4459);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5255);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5394);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian
dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 8,

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-3-

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


3540);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 tentang
Pembubaran Koperasi oleh Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 24, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3549);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1995 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3591);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998 tentang
Modal Penyertaan Koperasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3744);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4667);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 38, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5508);
12. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 339);
13. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
14. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koperasi, dan Usaha Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 106);

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-4-

15. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan


Menengah Nomor 10/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang
Kelembagaan Koperasi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1489);
16. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 11/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pemupukan Modal Penyertaan
pada Koperasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1490);
17. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang
Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1494)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Nomor 02/PER/M.KUKM/II/2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang
Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 257);
18. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 17/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang
Pengawasan Koperasi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 1496);
19. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/XII/2016 tentang
Uraian Tugas Pejabat Struktural di Lingkungan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1918);
20. Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia Nomor Kep-
754/MUI/II/1999 tentang Pembentukan Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-5-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
MENENGAH TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA
SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH OLEH
KOPERASI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang
seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan sebagaimana yang dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian.
2. Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah yang
selanjutnya disingkat KSPPS adalah Koperasi yang
kegiatan usaha simpan, pinjam dan pembiayaan sesuai
prinsip syariah, termasuk mengelola zakat, infak,
sedekah, dan wakaf.
3. Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi
yang selanjutnya disebut USPPS Koperasi adalah unit
usaha Koperasi yang bergerak di bidang usaha simpan,
pinjam dan pembiayaan sesuai prinsip syariah,
termasuk mengelola zakat, infak, sedekah, dan wakaf
sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang
bersangkutan.
4. KSPPS Primer adalah KSPPS yang didirikan oleh dan
beranggotakan orang seorang.
5. Koperasi Simpan Pinjam yang selanjutnya disingkat KSP
adalah Koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya
hanya usaha simpan pinjam.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-6-

6. Unit Simpan Pinjam Koperasi yang selanjutnya disebut


USP Koperasi adalah unit usaha Koperasi yang bergerak
di bidang usaha simpan pinjam sebagai bagian dari
kegiatan usaha Koperasi yang bersangkutan.
7. KSPPS Sekunder adalah KSPPS yang didirikan oleh dan
beranggotakan Koperasi yang melaksanakan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
8. USPPS Koperasi Sekunder adalah Unit Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah Koperasi Sekunder.
9. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan usaha Koperasi berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia.
10. Pengurus adalah anggota Koperasi yang diangkat dan
dipilih dalam rapat anggota untuk mengurus organisasi
dan usaha Koperasi.
11. Pengawas adalah anggota Koperasi yang diangkat dan
dipilih dalam rapat anggota untuk mengawasi
pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan Koperasi.
12. Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang dipilih
melalui keputusan rapat anggota yang menjalankan
tugas dan fungsi sebagai pengawas syariah.
13. Pengelola adalah anggota Koperasi dan/atau pihak
ketiga yang diangkat oleh Pengurus dan diberi
wewenang untuk mengelola usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah.
14. Kekeluargaan Semenda adalah satu pertalian
kekeluargaan karena perkawinan yaitu pertalian antara
salah seorang dari suami isteri dan keluarga sebagai
orangtua, anak, mertua, besan, menantu, suami, isteri,
saudara kandung atau ipar.
15. Anggota Koperasi yang selanjutnya disebut Anggota
adalah pemilik sekaligus pengguna jasa Koperasi dan
tercatat dalam buku daftar anggota.
16. Calon Anggota adalah orang perorangan/Koperasi yang
telah melunasi pembayaran simpanan pokok kepada

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-7-

koperasinya, tetapi secara formal belum sepenuhnya


melengkapi persyaratan administratif, antara lain belum
menandatangani buku daftar anggota.
17. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota,
calon anggota, Koperasi lain, dan/atau anggotanya
kepada Koperasi dalam bentuk simpanan dan tabungan.
18. Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama
banyaknya yang wajib dibayarkan kepada Koperasi pada
saat masuk menjadi anggota, yang tidak dapat diambil
kembali selama yang bersangkutan masih menjadi
anggota.
19. Simpanan Wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang
tidak harus sama yang wajib dibayar anggota kepada
koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, yang
tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan
masih menjadi anggota.
20. Tabungan Koperasi adalah Simpanan di Koperasi yang
penyetorannya dilakukan berangsur-angsur dan
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati antara penabung dengan
Koperasi yang bersangkutan dengan menggunakan
buku tabungan koperasi.
21. Simpanan Berjangka adalah Simpanan pada Koperasi
yang penyetorannya dilakukan sekali dan penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut
perjanjian antara penyimpan dengan Koperasi yang
bersangkutan.
22. Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara Koperasi dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu tanpa imbalan.
23. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan
musyarakah;

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-8-

b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah,


sewa-menyewa yang diakhiri dengan perpindahan
kepemilikan dalam bentuk ijarah muntahiya bit
tamlik, sewa-menyewa atas manfaat suatu barang
dan/atau jasa dalam bentuk ijarah maushufah fi
zimmah dan sewa-menyewa atas manfaat dari
transaksi multi jasa dalam bentuk ijarah dan
kafalah;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang
murabahah, salam, istishna dan musyarokah
mutanaqishoh; dan
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang
qardh atau dengan pemeliharaan jaminan dalam
bentuk rahn.
24. Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh
dari penyisihan hasil usaha setelah pajak yang
dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan
menutup kerugian Koperasi bila diperlukan.
25. Modal Sendiri KSPPS adalah jumlah Simpanan Pokok,
Simpanan Wajib, dan Dana Cadangan yang disisihkan
dari sisa hasil usaha dan hibah.
26. Modal USPPS Koperasi adalah modal tetap USPPS
Koperasi dan hibah yang ditempatkan oleh Koperasi
pada USPPS Koperasi, modal tidak tetap tambahan dari
Koperasi yang bersangkutan, dan Dana Cadangan yang
disisihkan dari hasil usaha USPPS Koperasi.
27. Modal Kerja adalah dana yang harus tersedia untuk
kelancaran usaha dan merupakan dana yang
ditanamkan dalam aktiva lancar.
28. Modal Usaha adalah dana yang harus tersedia untuk
usaha dan merupakan dana yang tertanam dalam
bentuk aktiva lancar maupun aktiva tetap.
29. Modal Penyertaan adalah sejumlah uang atau barang
modal yang dapat dinilai dengan uang yang ditanamkan
oleh pemodal, untuk menambah dan memperkuat

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
-9-

struktur permodalan Koperasi dalam meningkatkan


kegiatan usaha Koperasi.
30. Aset adalah kekayaan yang dimiliki dan dikelola
Koperasi untuk menjalankan operasional usaha dalam
bentuk harta lancar dan atau harta tetap.
31. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan
komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
32. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan
prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,
menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan informasi elektronik.
33. Kantor Cabang adalah perwakilan kantor pusat yang
menjalankan kegiatan usaha menghimpun dan
menyalurkan dana serta memiliki kewenangan
memutuskan pemberian pinjaman dan pembiayaan
syariah.
34. Kantor Cabang Pembantu adalah perwakilan Kantor
Cabang yang berfungsi menjalankan kegiatan usaha
menghimpun dan menyalurkan dana serta memiliki
kewenangan menerima permohonan pinjaman dan
pembiayaan syariah tetapi tidak memiliki kewenangan
untuk memutuskan pemberian pinjaman dan
pembiayaan syariah.
35. Kantor Kas adalah perwakilan Kantor Cabang atau
Kantor Cabang Pembantu yang berfungsi menjalankan
layanan transaksi tunai penerimaan dan pembayaran
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
36. Standar Operasional Manajemen adalah struktur tugas,
prosedur kerja, sistem manajemen dan standar kerja
yang dijadikan panduan bagi pihak manajemen KSPPS
dan USPPS Koperasi dalam memberikan pelayanan
terbaik bagi anggota, calon anggota, Koperasi lain
dan/atau anggotanya.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 10 -

37. Standar Operasional Prosedur adalah serangkaian


instruksi tertulis yang dibakukan mengenai beberapa
proses penyelenggaraan kegiatan usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah yang berisi cara melakukan
pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan dan
Pengurus atau Pengelola Koperasi yang berperan dalam
suatu kegiatan.
38. Pembinaan Koperasi adalah upaya yang dilakukan
Pemerintah untuk menciptakan dan mengembangkan
iklim yang kondusif yang mendorong pemasyarakatan
koperasi melalui pemberian bimbingan, kemudahan,
dan perlindungan kepada Koperasi.
39. Pengawasan Koperasi adalah upaya yang dilakukan oleh
Pengawas Koperasi, Dewan Pengawas Syariah,
pemerintah, gerakan Koperasi, dan masyarakat, agar
organisasi dan usaha KSPPS dan USPPS Koperasi
diselenggarakan dengan baik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
40. Kesehatan KSPPS dan USPPS Koperasi adalah kondisi
kinerja usaha, keuangan dan manajemen Koperasi.
41. Akad adalah kesepakatan tertulis antara KSPPS atau
USPPS Koperasi dan pihak lain yang memuat adanya
hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai
dengan prinsip syariah.
42. Hibah adalah akad pemberian dana, barang dan/atau
jasa yang tidak perlu kembali.
43. Ijarah adalah akad penyediaan dana dalam rangka
memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang
atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu.
44. Ijarah Muntahiya Bittamlik yang selanjutnya disingkat
IMBT adalah akad penyediaan dana dalam rangka
memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang
atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi
pemindahan kepemilikan barang.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 11 -

45. Ijarah Maushufah Fi Zimmah yang selanjutnya disingkat


IMFZ adalah akad sewa-menyewa atas manfaat suatu
barang dan/atau jasa yang pada saat akad hanya
disebutkan sifat-sifat dan spesifikasinya (kuantitas dan
kuaIitas).
46. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
atau pembeli (mustashni’) dan penjual atau pembuat
(shani’).
47. Mudharabah adalah akad atau sistem kerjasama dimana
seseorang menyerahkan hartanya kepada pihak lain
untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan
yang diperoleh (dari hasil pengelolaan tersebut) dibagi
antara kedua pihak sesuai dengan nisbah yang
disepakati, sedangkan kerugian ditanggung oleh shahib
al mal sepanjang tidak ada kelalaian dari mudharib.
48. Murabahah adalah akad jual beli suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan yang disepakati.
49. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana (modal)
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi sesuai
dengan nisbah yang disepakati atau proporsional, dan
risiko (kerugian) akan ditanggung bersama secara
proporsional.
50. Qardh adalah akad pinjaman dana kepada anggota
Koperasi dengan ketentuan bahwa anggota Koperasi
wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada
waktu yang telah disepakati.
51. Salam adalah akad pembiayaan suatu barang dengan
cara pemesanan dan pembayaran harga yang dilakukan
terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.
52. Wadiah adalah akad penitipan barang atau uang antara
pihak yang mempunyai barang atau uang dan pihak

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 12 -

yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga


keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau
uang.
53. Wakalah adalah akad pemberian kuasa kepada
penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tugas atas
nama pemberi kuasa.
54. Ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk
memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil
(natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.
55. Ujrah adalah pembayaran atas pelayanan pemindahan
hak guna (manfaat) suatu barang/jasa.
56. Kafalah adalah akad jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban atau tanggungan pihak kedua
(makfuul ‘anhu, ashil).
57. Hawalah adalah akad pengalihan utang dari satu pihak
yang berutang kepada pihak lain yang wajib
menanggung (membayar)-nya.
58. Rahn adalah Pinjaman dengan memberikan barang yang
terjamin dan dikenakan biaya sekedar pengganti
pemeliharaan dan perawatan.
59. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang
muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
60. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau
badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.
61. Sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan
oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk
kemaslahatan umum.
62. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah.
63. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Koperasi.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 13 -

BAB II
KELEMBAGAAN USAHA SIMPAN PINJAM
DAN PEMBIAYAAN SYARIAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 2
(1) Usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah hanya
dapat dilaksanakan oleh:
a. KSPPS; dan
b. USPPS Koperasi.
(2) Pengesahan akta pendirian Koperasi yang melaksanakan
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan
menerbitkan keputusan pengesahan akta pendirian
Koperasi oleh Menteri.
(3) Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah wajib memiliki Dewan
Pengawas Syariah.
(4) KSP dilarang membentuk USPPS Koperasi.
(5) Koperasi yang membentuk USPPS Koperasi dilarang
membentuk dan/atau memiliki USP Koperasi.
(6) USPPS Koperasi wajib dikelola secara terpisah dengan
unit usaha lainnya.
(7) Koperasi wajib memasang lambang atau logo gerakan
koperasi pada papan nama di kantor pusat dan setiap
kantor Jaringan Pelayanan.
(8) Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah memiliki visi, misi dan
tujuan yang diarahkan untuk memenuhi aspirasi dan
kebutuhan ekonomi anggota sehingga tumbuh menjadi
kuat, sehat, mandiri dan tangguh.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 14 -

Bagian Kedua
Pendirian KSPPS

Pasal 3
(1) KSPPS dapat berbentuk KSPPS Primer atau KSPPS
Sekunder.
(2) Pendirian KSPPS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan
kepentingan ekonomi yang sama dan manfaat bagi
Anggota serta kelayakan usaha.
(3) KSPPS Primer dibentuk dan didirikan oleh paling sedikit
20 (dua puluh) orang yang mempunyai kegiatan dan
kepentingan ekonomi yang sama.
(4) KSPPS Sekunder dibentuk dan didirikan oleh paling
sedikit 3 (tiga) badan hukum Koperasi yang
melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah.

Bagian Ketiga
Pembentukan USPPS Koperasi

Pasal 4
(1) USPPS Koperasi dapat dibentuk oleh Koperasi Primer dan
Koperasi Sekunder.
(2) USPPS Koperasi Sekunder beranggotakan Koperasi yang
melaksanakan usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah.
(3) Pembentukan USPPS Koperasi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dengan memperhatikan kepentingan ekonomi yang sama
dan manfaat bagi Anggota serta kelayakan usaha.
(4) Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah wajib memperoleh
pengesahan sebagai badan hukum dari Menteri.
(5) Koperasi yang telah memperoleh pengesahan sebagai
badan hukum tetapi belum mencantumkan kegiatan

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 15 -

usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah dalam


anggaran dasarnya, apabila melakukan kegiatan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah wajib
mengajukan permohonan pengesahan perubahan
anggaran dasar dengan mencantumkan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah di dalam anggaran dasar
tersebut kepada pejabat yang berwenang.
(6) Koperasi yang telah memperoleh pengesahan sebagai
badan hukum dan telah mencantumkan kegiatan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah di dalam
anggaran dasarnya, wajib melaksanakan kegiatan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah paling lambat 1
(satu) tahun.
(7) Koperasi yang membentuk USPPS Koperasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) wajib memperoleh
izin usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
sebelum melaksanakan kegiatan usaha.
(8) USPPS Koperasi yang telah mencapai Aset paling sedikit
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dapat berubah
menjadi KSPPS.

Bagian Keempat
Perubahan KSP atau USP Koperasi

Pasal 5
(1) KSP atau USP Koperasi dapat mengubah kegiatan
usahanya menjadi usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah dengan persetujuan rapat anggota.
(2) KSP atau USP Koperasi yang telah mendapatkan
persetujuan rapat anggota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat melaksanakan transisi kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah paling lama 2 (dua) tahun
sebelum perubahan anggaran dasar.
(3) Perubahan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui perubahan anggaran dasar
yang mencantumkan usaha simpan pinjam dan

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 16 -

pembiayaan syariah dan wajib diajukan kepada Menteri


untuk memperoleh pengesahan.
(4) KSP atau USP Koperasi setelah melaksanakan perubahan
anggaran dasar menjadi KSPPS atau USPPS Koperasi,
sebagaimana disebut pada ayat (2) wajib melaksanakan
dan mematuhi Prinsip Syariah.
(5) Setelah perubahan anggaran dasar disetujui oleh
Menteri, KSPPS atau USPPS Koperasi harus
menyelesaikan perubahan kegiatan usaha berdasarkan
Prinsip Syariah dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.
(6) KSPPS atau USPPS Koperasi dan KSP atau USP Koperasi
yang telah mengubah kegiatan usaha menjadi
berdasarkan Prinsip Syariah tidak dapat berubah
kembali menjadi KSP atau USP Koperasi.

Bagian Kelima
Izin Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

Pasal 6
(1) KSPPS atau USPPS Koperasi wajib memiliki izin usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
(2) Izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
selama Koperasi menjalankan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah.
(3) Penerbitan izin usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
sebagai berikut:
a. bupati atau walikota menerbitkan izin usaha KSPPS
atau USPPS Koperasi yang wilayah keanggotaannya
dalam 1 (satu) daerah kabupaten atau kota;
b. gubernur menerbitkan izin usaha KSPPS atau
USPPS Koperasi yang wilayah keanggotaannya lintas
daerah kabupaten atau kota dalam 1 (satu) daerah
provinsi; dan

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 17 -

c. Menteri menerbitkan izin usaha KSPPS atau USPPS


Koperasi yang wilayah keanggotaannya lintas daerah
provinsi.
(4) Menteri mendelegasikan kewenangan penerbitan izin
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c kepada
Deputi Bidang Kelembagaan.
(5) Setiap terjadi perubahan data nama Koperasi, dan/atau
nama Pengurus, dan/atau domisili, Pengurus Koperasi
wajib mengajukan surat permohonan perubahan data
izin usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
kepada pejabat yang menerbitkan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (3).
(6) Dalam hal surat izin usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah hilang atau rusak, atau perubahan
data sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Pengurus
Koperasi wajib mengajukan permohonan penggantian izin
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah kepada
pejabat yang menerbitkan izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
(7) Setiap Koperasi yang mengajukan permohonan izin
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah,
perubahan, dan/atau penggantian izin yang hilang atau
rusak tidak dikenakan biaya atau retribusi.

Bagian Keenam
Persyaratan Pendirian KSPPS, Pembentukan USPPS Koperasi
dan Perubahan KSP atau USP Koperasi menjadi KSPPS atau
USPPS Koperasi

Pasal 7
Dalam pengajuan permohonan pendirian KSPPS,
pembentukan USPPS Koperasi dan perubahan KSP atau USP
Koperasi menjadi KSPPS atau USPPS Koperasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 wajib

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 18 -

memenuhi persyaratan dengan melampirkan dokumen


sebagai berikut:
a. bukti kepemilikan Modal Sendiri bagi pendirian KSPPS
dan Modal Tetap bagi pembentukan USPPS Koperasi
berupa rekening pada bank syariah atas nama Pengurus
Koperasi;
b. bukti kepemilikan Modal Sendiri bagi perubahan KSP
menjadi KSPPS berupa rekening pada bank syariah atas
nama Koperasi;
c. bukti kepemilikan Modal Tetap bagi perubahan USP
Koperasi menjadi USPPS Koperasi berupa rekening pada
bank syariah atas nama Koperasi;
d. rencana kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun, yang
menjelaskan hal sebagai berikut:
1. rencana permodalan, terdiri atas:
a) rencana penghimpunan Modal Sendiri bagi
KSPPS serta Modal Tetap bagi USPPS Koperasi;
b) rencana Modal Penyertaan; dan
c) rencana modal lainnya.
2. rencana kegiatan usaha, terdiri atas:
a) unit kegiatan sosial (maal)
1) rencana penghimpunan dana Zakat, Infak,
Sedekah dan Wakaf (ziswaf);
2) rencana pengelolaan dana Zakat, Infak,
Sedekah dan Wakaf (ziswaf); dan
3) rencana penyaluran dan pendayagunaan
dana Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf
(ziswaf).
b) unit kegiatan bisnis (tamwil)
1) rencana penghimpunan dana dan akad
produk;
2) rencana penyaluran dana dan akad
produk; dan
3) rencana pendapatan dan biaya.
3. rencana bidang organisasi dan sumber daya
manusia meliputi:

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 19 -

a) struktur organisasi, yang antara lain


menggambarkan keberadaan Dewan Pengawas
Syariah, keberadaan Unit Kegiatan Sosial
(maal) dan Unit Kegiatan Bisnis (tamwil) yang
terpisah;
b) uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab;
c) pembinaan calon anggota untuk menjadi
Anggota; dan
d) jumlah karyawan.
e. pernyataan kelengkapan administrasi organisasi dan
pembukuan, yang terdiri atas:
1. daftar nama, riwayat hidup dan susunan Pengurus;
2. daftar nama, riwayat hidup dan susunan Pengawas;
3. daftar nama, riwayat hidup dan susunan Dewan
Pengawas Syariah;
4. daftar Anggota; dan
5. administrasi Modal Sendiri.
f. anggota Dewan Pengawas Syariah salah satunya wajib
memiliki rekomendasi Majelis Ulama Indonesia (MUI)
setempat atau Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) atau sertifikat pendidikan dan
pelatihan Dewan Pengawas Syariah dari DSN-MUI;
g. nama dan riwayat hidup calon Pengelola dengan
melampirkan:
1. bukti telah mengikuti pelatihan dan/atau magang
dan/atau pengalaman kerja di bidang simpan
pinjam dan pembiayaan syariah koperasi;
2. surat keterangan berkelakuan baik dari pejabat
yang berwenang;
3. surat pernyataan tidak mempunyai hubungan
semenda sampai derajat kesatu dengan Pengurus
lain atau Pengawas;
4. surat perjanjian kerja antara Pengurus Koperasi
dengan Pengelola KSPPS; dan
5. pernyataan Pengelola KSPPS tentang kesediaannya
untuk bekerja secara purna waktu.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 20 -

h. fotokopi keputusan atau peraturan internal tentang


Standar Operasional Manajemen dan Standar
Operasional Prosedur.

BAB III
JARINGAN PELAYANAN

Bagian Kesatu
Pembukaan Jaringan Pelayanan

Pasal 8
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi melalui koperasinya dapat
membuka Jaringan Pelayanan berupa Kantor Cabang,
Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas untuk
mendekatkan jarak pelayanan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kepada anggota.
(2) KSPPS dan USPPS Koperasi wajib memiliki izin
pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu,
dan Kantor Kas.
(3) KSPPS dan USPPS Koperasi melalui koperasinya dapat
membuka Kantor Kas dengan layanan menetap dan
bergerak.
(4) Penerbitan izin pembukaan Kantor Cabang, Kantor
Cabang Pembantu, dan Kantor Kas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:
a. bupati atau walikota menerbitkan izin pembukaan
Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan
Kantor Kas untuk Koperasi dengan wilayah
keanggotaan dalam daerah kabupaten/kota;
b. gubernur menerbitkan izin pembukaan Kantor
Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas
untuk Koperasi dengan wilayah keanggotaan lintas
daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah
provinsi; dan
c. Menteri menerbitkan izin pembukaan Kantor
Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 21 -

untuk Koperasi dengan wilayah keanggotaan lintas


Daerah provinsi.
(5) Menteri mendelegasikan kewenangan penerbitan izin
pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu,
dan Kantor Kas sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf c kepada Deputi Bidang Kelembagaan.
(6) Pembukaan Kantor Cabang dan Kantor Cabang
Pembantu dapat dilaksanakan setelah memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. KSPPS dan USPPS Koperasi melaksanakan kegiatan
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
paling sedikit 3 (tiga) tahun;
b. mempunyai predikat kesehatan paling rendah
“cukup sehat”;
c. mempunyai Anggota paling sedikit 20 (dua puluh)
orang di daerah yang akan dibuka jaringan
pelayanannya; dan
d. Persetujuan pembukaan cabang dan cabang
pembantu dari:
1. bupati atau walikota bagi KSPPS atau USPPS
Koperasi yang wilayah keanggotaannya lintas
daerah kabupaten atau kota dalam 1 (satu)
daerah provinsi; dan
2. bupati atau walikota dan gubernur bagi KSPPS
atau USPPS Koperasi yang wilayah
keanggotaannya lintas daerah provinsi.
(7) Pembukaan Kantor Kas dapat dilaksanakan setelah
Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu
melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah paling singkat 6 (enam) bulan
dengan jumlah Anggota pada Kantor Kas yang akan
dibuka paling sedikit 20 (dua puluh) orang.
(8) Setiap terjadi perubahan data nama Koperasi, dan/atau
nama Pengurus, dan/atau domisili, Pengurus Koperasi
wajib mengajukan surat permohonan perubahan data
izin Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan,

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 22 -

Kantor Kas kepada pejabat yang menerbitkan izin


sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
(9) Dalam hal surat izin Kantor Cabang, Kantor Cabang
Pembantu, dan Kantor Kas hilang atau rusak, atau
perubahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
Pengurus Koperasi wajib mengajukan permohonan
penggantian izin usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah kepada pejabat yang menerbitkan izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
(10) Setiap Koperasi yang mengajukan permohonan izin
Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan Kantor
Kas, perubahan, dan/atau penggantian izin yang hilang
atau rusak tidak dikenakan biaya atau retribusi.

Bagian Kedua
Persyaratan Pembukaan Jaringan Pelayanan

Pasal 9
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi yang akan melakukan
pembukaan Kantor Cabang dan Kantor Cabang
Pembantu harus memenuhi persyaratan dengan
melampirkan dokumen sebagai berikut:
a. alamat Kantor Cabang dan Kantor Cabang
Pembantu yang akan dibuka;
b. fotokopi anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga;
c. modal kerja untuk Kantor Cabang dan Kantor
Cabang Pembantu dibuktikan dengan surat
pernyataan Pengurus menempatkan dana untuk
modal awal pada Kantor Cabang dan Kantor
Cabang Pembantu bersangkutan;
d. fotokopi hasil penilaian kesehatan dengan predikat
kesehatan paling rendah “cukup sehat” dalam 3
(tiga) tahun berturut-turut sebelum pengajuan
pembukaan cabang;
e. daftar sarana kerja beserta kondisi fisiknya;

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 23 -

f. neraca dan perhitungan hasil usaha Koperasi yang


bersangkutan dalam 3 (tiga) tahun terakhir;
g. rencana kerja Kantor Cabang dan Kantor Cabang
Pembantu paling sedikit 3 (tiga) tahun;
h. surat persetujuan kelayakan pembukaan cabang
dan cabang pembantu dari pejabat yang
menerbitkan izin usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah;
i. daftar nama dan riwayat hidup calon pimpinan dan
daftar nama calon karyawan Kantor Cabang dan
Kantor Cabang Pembantu;
j. calon kepala cabang dan/atau kepala cabang
pembantu wajib memiliki sertifikat standar
kompetensi; dan
k. daftar nama Anggota yang dilayani.
(2) KSPPS dan USPPS Koperasi yang akan melakukan
pembukaan Kantor Kas wajib memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. memiliki Kantor Cabang atau Kantor Cabang
Pembantu;
b. nama calon kepala kantor kas; dan
c. alamat kantor kas yang akan dibuka.

Bagian Ketiga
Prosedur Pembukaan Jaringan Pelayanan

Pasal 10
(1) Pengurus mengajukan permohonan pembukaan Kantor
Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas
dengan melampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1), dan ayat (2).
(2) Persetujuan atau penolakan pembukaan Kantor Cabang,
Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas paling lama 7
(tujuh) hari kerja setelah kelengkapan dokumen
persyaratan terverifikasi.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 24 -

(3) Persetujuan pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang


Pembantu, dan Kantor Kas dilakukan dengan
menerbitkan izin oleh pejabat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (4).
(4) Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor
Kas yang telah memiliki izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) wajib sudah melaksanakan kegiatan usaha paling
lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal izin usaha atau surat
keterangan bukti lapor dikeluarkan.
(5) Apabila dalam waktu yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) Koperasi belum melaksanakan
kegiatan usaha maka persetujuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dinyatakan tidak berlaku dan
bersifat final.

Bagian Keempat
Jaringan Layanan Elektronik

Pasal 11
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi dapat mengembangkan
jaringan layanan elektronik bagi usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah dengan memanfaatkan
teknologi informasi.
(2) Layanan elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan secara mandiri dan/atau bekerjasama
dengan penyelenggara Sistem dan Transaksi elektronik
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV
PENGURUS, PENGELOLA, PENGAWAS
DAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH

Bagian Kesatu
Pengurus dan Pengelola

Pasal 12
(1) Pengurus KSPPS dipilih dari dan oleh Anggota Koperasi
serta diangkat dalam rapat anggota.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 25 -

(2) Pengurus KSPPS Sekunder atau Koperasi sekunder yang


melaksanakan usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah berasal dari perwakilan yang diusulkan Koperasi
primer Anggotanya.
(3) Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi Pengurus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) yaitu:
a. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak
pidana yang merugikan Koperasi, korporasi,
keuangan negara, dan/atau yang berkaitan dengan
sektor keuangan dalam waktu 5 (lima) tahun
sebelum pengangkatan;
b. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan
semenda sampai derajat kesatu dengan Pengurus
lain, Pengawas, dan Pengelola;
c. memiliki sertifikat atau surat keterangan telah
mengikuti pendidikan dan pelatihan perkoperasian;
dan
d. persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadi
Pengurus diatur dalam anggaran dasar.
(4) Pengurus bertanggungjawab mengenai segala kegiatan
pengelolaan koperasi dan usahanya kepada rapat
anggota.
(5) Pengurus diberhentikan oleh anggota dalam rapat
anggota.
(6) Setiap Pengurus KSPPS Primer dilarang merangkap
sebagai Pengurus atau Pengawas pada KSPPS Primer
lainnya.

Pasal 13
(1) Pengurus Koperasi yang menjalankan kegiatan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah dapat
mengangkat Pengelola KSPPS dan USPPS Koperasi
dengan mengajukan rencana pengangkatan pada rapat
anggota.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 26 -

(2) Pengelola KSPPS dan USPPS Koperasi diberi wewenang


dan kuasa oleh Pengurus Koperasi untuk mengelola
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah.
(3) Pengelola KSPPS dan USPPS Koperasi bertanggungjawab
kepada Pengurus.
(4) Pengelolaan usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah oleh Pengelola tidak mengurangi tanggung jawab
Pengurus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (4).
(5) Pengelola usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
wajib memiliki sertifikat standar kompetensi yang
dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi profesi yang telah
memperoleh lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(6) Hubungan kerja antara Pengelola usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah dengan Pengurus merupakan
hubungan kerja atas dasar perikatan yang memuat
paling sedikit:
a. jangka waktu perjanjian kerja;
b. wewenang, tanggung jawab, hak dan kewajiban
masing-masing pihak; dan
c. penyelesaian perselisihan.

Bagian Kedua
Pengawas

Pasal 14
(1) Pengawas dipilih dari dan oleh Anggota serta diangkat
pada rapat anggota.
(2) Pengawas Koperasi sekunder berasal dari perwakilan
yang diusulkan Koperasi primer anggotanya.
(3) Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi Pengawas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah:
a. telah menjadi anggota Koperasi paling sedikit 2 (dua)
tahun;

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 27 -

b. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak


pidana yang merugikan korporasi, keuangan negara,
dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan,
dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan;
c. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan
semenda sampai derajat kesatu dengan Pengawas
lain, Pengurus, dan Pengelola;
d. Pengawas Koperasi sekunder berasal dari Koperasi
primer anggotanya; dan
e. persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadi
Pengawas diatur dalam anggaran dasar.
(4) Pengawas bertanggungjawab pada rapat anggota.
(5) Pengawas diberhentikan oleh Anggota dalam rapat
anggota.
(6) Pengawas KSPPS Primer dilarang merangkap sebagai
Pengurus atau Pengawas pada KSPPS Primer lainnya.
(7) Apabila ditemukan permasalahan keuangan yang
berpotensi menjadi kasus hukum, Pengawas dapat
meminta bantuan akuntan publik atau auditor untuk
melakukan audit khusus.

Bagian Ketiga
Dewan Pengawas Syariah

Pasal 15
(1) Dewan Pengawas Syariah ditetapkan oleh rapat anggota.
(2) Dewan Pengawas Syariah paling sedikit 2 (dua) orang dan
minimal 1 (satu) orang wajib memiliki sertifikat
pendidikan dan pelatihan Dewan Pengawas Syariah dari
DSN-MUI dan/atau sertifikat standar kompetensi yang
dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi profesi yang telah
memperoleh lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang–undangan.
(3) Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi Dewan
Pengawas Syariah meliputi:
a. berasal dari anggota atau dari luar Anggota Koperasi;

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 28 -

b. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak


pidana yang merugikan korporasi, keuangan negara,
dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan
dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan;
c. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan
semenda sampai derajat kesatu dengan Pengurus;
d. Dewan Pengawas Syariah Koperasi sekunder dapat
berasal dari Anggota Koperasi primer atau dari luar
Anggota Koperasi; dan
e. persyaratan lain untuk dapat dipilih menjadi Dewan
Pengawas Syariah diatur dalam anggaran dasar.
(4) Dewan Pengawas Syariah yang diangkat dari luar
Anggota ditetapkan untuk masa jabatan 2 (dua) tahun
dan dapat diperpanjang berdasarkan keputusan rapat
anggota.
(5) Dewan Pengawas Syariah bertanggungjawab kepada
rapat anggota.
(6) Dewan Pengawas Syariah diberhentikan oleh Anggota
dalam rapat anggota.
(7) Dewan Pengawas Syariah memiliki tugas sebagai berikut:
a. memberikan nasehat dan saran kepada Pengurus
dan Pengawas serta mengawasi kegiatan Koperasi
agar sesuai dengan Prinsip Syariah;
b. menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah
atas pedoman operasional dan produk yang
dikeluarkan oleh Koperasi;
c. mengawasi pengembangan produk baru;
d. meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru
yang belum ada fatwanya; dan
e. melakukan evaluasi secara berkala terhadap produk
simpanan dan pembiayaan syariah.
(8) Dewan Pengawas Syariah melaporkan pelaksanaan tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b dan huruf e
kepada DSN-MUI paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.
(9) Dewan Pengawas Syariah dapat merangkap jabatan pada
KSPPS/USPPS Koperasi lain.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 29 -

BAB V
STANDAR OPERASIONAL MANAJEMEN

Pasal 16
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi wajib mengatur dan
memberlakukan Standar Operasional Manajemen.
(2) Standar Operasional Manajemen yang berlaku wajib
diterapkan dalam pengelolaan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah.
(3) Ruang lingkup Standar Operasional Manajemen meliputi
4 (empat) bagian yang terdiri atas:
a. Standar Operasional Manajemen kelembagaan
KSPPS atau USPPS koperasi;
b. Standar Operasional Manajemen usaha KSPPS atau
USPPS koperasi;
c. Standar Operasional Manajemen keuangan KSPPS
atau USPPS koperasi; dan
d. Standar Operasional Manajemen pengamanan Aset,
hutang dan modal.
(4) Standar Operasional Manajemen kelembagaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri
atas:
a. organisasi dan manajemen KSPPS atau USPPS
Koperasi;
b. pengelolaan organisasi;
c. pengelolaan Aset KSPPS dan USPPS Koperasi;
d. pembagian dan penggunaan SHU;
e. prosedur penutupan USPPS Koperasi; dan
f. prosedur pembubaran KSPPS.
(5) Standar Operasional Manajemen Usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf b terdiri atas:
a. penghimpunan dan penyaluran dana;
b. produk pinjaman dan pembiayaan;
c. persyaratan calon penerima pinjaman dan
pembiayaan;

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 30 -

d. pelayanan pinjaman dan pembiayaan kepada unit


lain;
e. batasan maksimum pinjaman dan pembiayaan;
f. biaya administrasi pinjaman dan pembiayaan;
g. agunan;
h. pengembalian dan jangka waktu pinjaman dan
pembiayaan;
i. analisis pinjaman dan pembiayaan;
j. pembinaan Anggota oleh KSPPS atau USPPS
Koperasi; dan
k. penanganan pinjaman dan pembiayaan bermasalah.
(6) Standar Operasional Manajemen keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c terdiri atas:
a. keseimbangan arus dana;
b. penggunaan kelebihan dana;
c. penghimpunan dana dari luar;
d. pembagian sisa hasil usaha;
e. pelaporan keuangan; dan
f. pengukuran kinerja KSPPS atau USPPS Koperasi.
(7) Standar Operasional Manajemen pengelolaan Aset,
hutang dan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf d terdiri atas:
a. pencatatan Aset wajib atas nama badan hukum
Koperasi yang bersangkutan;
b. catatan kepemilikan Aset Koperasi yang wajib
dimiliki paling sedikit menjelaskan status
kepemilikan, sumber, harga dan tanggal perolehan
dan spesifikasi harta yang dimiliki beserta kondisi
fisiknya;
c. aset tetap KSPPS paling banyak 40% (empat puluh
persen) dapat dijadikan jaminan hutang dengan
persetujuan rapat anggota;
d. hutang Koperasi wajib dicatat atas sumber, jumlah
dan tanggal perolehannya;

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 31 -

e. hutang Koperasi yang bersumber dari Modal


Penyertaan tidak dapat dikonversi menjadi Modal
Sendiri;
f. hutang Koperasi dengan tenggat waktu jangka
panjang wajib mendapat persetujuan rapat anggota;
dan
g. modal Koperasi terdiri dari Modal Sendiri, Modal
Pinjaman dan Modal Penyertaan.

BAB VI
PERMODALAN

Pasal 17
(1) Modal awal usaha pada pendirian KSPPS Primer dan
KSPPS Sekunder dihimpun dari Simpanan Pokok dan
Simpanan Wajib anggotanya dan dapat ditambah dengan
Hibah.
(2) Modal awal usaha pada setiap pendirian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. dilengkapi dengan bukti penyetoran dari Anggota
kepada Koperasi;
b. dibukukan dalam neraca KSPPS sebagai harta
kekayaan badan hukum KSPPS;
c. Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib tidak boleh
diambil, kecuali keluar dari keanggotaan Koperasi
dan ada modal pengganti dari Anggota baru
dan/atau Dana Cadangan Koperasi; dan
d. Dana Cadangan dan Hibah tidak dapat dibagi
kepada Anggota, kecuali pada saat pembubaran
Koperasi setelah dikurangi beban resiko kerugian
Koperasi.
(3) Modal awal usaha KSPPS Primer sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disimpan pada rekening di bank syariah
dengan ketentuan sebagai berikut:

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 32 -

a. modal awal usaha KSPPS Primer dengan wilayah


keanggotaan dalam daerah kabupaten atau kota
ditetapkan paling sedikit Rp15.000.000,00 (lima
belas juta rupiah);
b. modal awal usaha KSPPS Primer dengan wilayah
keanggotaan lintas daerah kabupaten atau kota
dalam 1 (satu) daerah provinsi ditetapkan paling
sedikit Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta
rupiah); dan
c. modal awal usaha KSPPS Primer dengan wilayah
keanggotaan lintas daerah provinsi ditetapkan paling
sedikit Rp375.000.000,00 (tiga ratus tujuh puluh
lima juta rupiah).
(4) Modal awal usaha KSPPS Sekunder sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disimpan pada rekening di bank
syariah dengan rincian sebagai berikut:
a. modal awal usaha KSPPS Sekunder dengan wilayah
keanggotaan dalam daerah kabupaten atau kota
ditetapkan paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah);
b. modal awal usaha KSPPS Sekunder dengan wilayah
keanggotaan lintas daerah kabupaten atau kota
dalam 1 (satu) daerah provinsi ditetapkan paling
sedikit Rp150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah); dan
c. modal awal usaha KSPPS Sekunder dengan wilayah
keanggotaan lintas daerah provinsi ditetapkan paling
sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 18
Setiap pembentukan USPPS Koperasi Primer atau USPPS
Koperasi Sekunder, wajib menyediakan modal tetap yang
dipisahkan dari Aset Koperasi sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 33 -

a. modal awal pembentukan USPPS Koperasi Primer


paling sedikit Rp15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah); dan
b. modal awal pembentukan USPPS Koperasi Sekunder
paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).

BAB VII
PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA

Bagian Kesatu
Kegiatan Usaha

Pasal 19
(1) Kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
harus berdasarkan Prinsip Syariah.
(2) Akad transaksi kegiatan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah harus disusun berdasarkan fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).
(3) KSPPS dan USPPS Koperasi harus mengutamakan
penggunaan fasilitas transaksi keuangan pada lembaga
keuangan syariah daripada lembaga keuangan
konvensional.
(4) Koperasi yang melaksanakan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah wajib memiliki unit
kegiatan sosial (maal) dan unit kegiatan usaha bisnis
(tamwil).
(5) Ruang lingkup kegiatan usaha KSPPS dan USPPS
Koperasi meliputi:
a. menyelenggarakan kegiatan maal untuk
pemberdayaan Anggota dan masyarakat di bidang
sosial dan ekonomi;
b. menghimpun simpanan berjangka dan tabungan
Koperasi dari Anggota, Calon Anggota, Koperasi lain

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 34 -

dan/atau Anggotanya berdasarkan akad Wadiah


atau Mudharabah;
c. menyalurkan pinjaman kepada Anggota, Calon
Anggota, Koperasi lain dan/atau Anggotanya
berdasarkan akad Qardh;
d. menyalurkan pembiayaan Anggota, Calon Anggota,
Koperasi lain dan/atau Anggotanya berdasarkan
akad Murabahah, Salam, Istishna, Musyarakah,
Mudharabah, Ijarah, Ijarah Muntahiya Bittamlik,
Ijarah Maushufah Fi Zimmah, Musyarokah
Mutanaqishoh, Ju’alah, Wakalah, Kafalah, Hawalah
dan Rahn, atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan syariah; dan
e. akad penyaluran pinjaman dan pembiayaan dapat
dikombinasikan sesuai dengan fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).
(6) Dalam pemberian pinjaman dan pembiayaan harus
menggunakan dana yang berasal dari pendanaan
dengan Akad sesuai dengan Prinsip Syariah.
(7) Calon Anggota Koperasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (5) dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan wajib
menjadi Anggota Koperasi.
(8) Kerjasama usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah dengan Koperasi lain dilakukan melalui
kemitraan yang dituangkan dalam perjanjian tertulis
dengan Akad sesuai Prinsip Syariah.
(9) Kerjasama usaha sektor keuangan lainnya dapat
dilakukan Koperasi melalui kemitraan dengan Koperasi
dan lembaga keuangan lainnya.
(10) KSPPS dan USPPS Koperasi wajib mengelola
keseimbangan sumber dana dan penyaluran simpan
pinjam dan pembiayaan syariah.

Pasal 20
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi wajib melaksanakan
kegiatan usaha dengan menerapkan Prinsip Syariah,
tata kelola yang baik, prinsip kehati-hatian, manajemen
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 35 -

risiko, kepatuhan syariah dan mematuhi peraturan yang


terkait dengan pengelolaan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah.
(2) KSPPS dan USPPS Koperasi dilarang melakukan
kegiatan usaha pada sektor riil secara langsung.

Pasal 21
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi harus memiliki sistem
informasi pelayanan Anggota sebagai alat pengendalian
dan pengambilan keputusan.
(2) Pengelola wajib merahasiakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan Simpanan dan Tabungan, kecuali
untuk kepentingan pengawasan.
(3) Pengurus dan Pengelola wajib memberikan kesempatan
dan bantuan kepada pejabat berwenang untuk
memeriksa buku dan dokumen yang ada untuk
memperoleh kebenaran atas penjelasan dan laporan
yang disampaikan KSPPS dan USPPS Koperasi.

Bagian Kedua
Kegiatan Sosial (Maal)

Pasal 22
(1) KSPPS atau USPPS Koperasi melaksanakan kegiatan
sosial (maal) untuk pemberdayaan anggota dan
masyarakat di bidang sosial dan ekonomi.
(2) Kegiatan sosial (maal) dilakukan melalui penghimpunan,
pengelolaan dan penyaluran dana Zakat, Infak, Sedekah,
dan Wakaf serta dana kebajikan dan sosial lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
Prinsip Syariah.
(3) Kegiatan sosial (maal) wajib dilaporkan dalam laporan
sumber dan penggunaan dana Zakat, Infak, Sedekah,
dan Wakaf serta dana kebajikan dan sosial lainnya,
terpisah dari laporan keuangan kegiatan usaha Koperasi.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 36 -

Bagian Ketiga
Kegiatan Bisnis (Tamwil) Simpanan

Pasal 23
(1) Penerbitan produk Simpanan Koperasi merupakan
wewenang Pengurus setelah mendapat pertimbangan
Dewan Pengawas Syariah.
(2) Simpanan diberikan imbalan berupa bagi hasil dan
imbal jasa atau bonus yang besarnya ditentukan oleh
rapat anggota.
(3) Perhitungan bagi hasil untuk simpanan yang
menggunakan akad Mudharabah berasal dari
pendapatan operasional utama KSPPS atau USPPS
Koperasi.
(4) Perhitungan imbal jasa atau bonus yang bersifat
sukarela untuk Simpanan yang menggunakan akad
wadiah didasarkan kepada kebijakan operasional KSPPS
atau USPPS Koperasi.
(5) KSPPS dan USPPS Koperasi wajib menjamin keamanan
Simpanan dan Tabungan Anggota, Calon Anggota,
Koperasi lain dan/atau Anggotanya.

Bagian Keempat
Kegiatan Bisnis (Tamwil) Pinjaman dan Pembiayaan Syariah

Pasal 24
(1) Pelaksanaan pemberian pinjaman dan pembiayaan
syariah oleh KSPPS dan USPPS Koperasi wajib
memperhatikan prinsip pemberian pinjaman dan
pembiayaan syariah yang sehat.
(2) Besarnya marjin, nisbah bagi hasil, imbal jasa dan
bonus ditentukan oleh rapat anggota.
(3) Pemberian pinjaman dan pembiayaan diutamakan
untuk memenuhi kebutuhan Anggota.
(4) Pada transaksi akad Musyarakah, KSPPS atau USPPS
Koperasi wajib melakukan pembinaan kepada Anggota

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 37 -

untuk memisahkan antara harta pribadi dengan harta


yang digunakan untuk usaha.

Bagian Kelima
Kegiatan Usaha KSPPS Sekunder atau USPPS Koperasi
Sekunder

Pasal 25
(1) KSPPS Sekunder atau USPPS Koperasi Sekunder
menyelenggarakan kegiatan:
a. usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah
antar Koperasi;
b. kegiatan sosial (maal);
c. mengelola manajemen resiko;
d. pendidikan dan pelatihan;
e. bimbingan dan konsultasi manajemen usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah;
f. standarisasi manajemen dan Sumber Daya Manusia
(SDM);
g. standarisasi sistem akuntansi dan pemeriksaan
untuk anggotanya;
h. monitoring dan evaluasi, supervisi dan bantuan
teknis; dan
i. pengadaan sarana usaha anggotanya.
(2) KSPPS Sekunder dan Koperasi Sekunder yang memiliki
USPPS Koperasi dilarang memberikan pinjaman dan
pembiayaan secara langsung kepada perorangan.

Bagian Keenam
Kelebihan Dana

Pasal 26
Dalam hal terdapat kelebihan dana setelah melaksanakan
kegiatan pemberian pinjaman dan pembiayaan syariah kepada
Anggota, Calon Anggota, Koperasi lain dan/atau Anggotanya
maka KSPPS dan USPPS Koperasi sesuai dengan ketentuan

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 38 -

yang diatur dalam anggaran dasarnya, dapat menempatkan


kelebihan dana tersebut dalam bentuk:
a. Simpanan pada KSPPS sekundernya;
b. giro, tabungan pada bank syariah dan lembaga keuangan
syariah lainnya; dan
c. mengembangkan dana melalui sarana investasi lainnya
meliputi pembelian saham, obligasi, reksadana, surat
perbendaharaan negara dan investasi di sektor keuangan
berdasarkan Prinsip Syariah dengan persetujuan rapat
anggota.

Bagian Ketujuh
Jaminan

Pasal 27
(1) Untuk mengurangi risiko pemberian pinjaman dan
pembiayaan, KSPPS dan USPPS Koperasi dapat
menetapkan:
a. Simpanan wajib pinjaman atau pembiayaan
syariah;
b. sistem tanggung renteng diantara Anggota;
c. jaminan atas pinjaman atau pembiayaan yang
dapat berupa barang atau hak tagih;
d. agunan berupa barang yang secara fisik tetap
berada pada pemiliknya (fidusia); dan
e. kewajiban melindungi nilai pinjaman dan
pembiayaan melalui penjaminan atau asuransi
syariah.
(2) Dalam hal KSPPS dan USPPS Koperasi memiliki agunan
yang telah jatuh tempo dan tidak mungkin lagi ditebus
oleh peminjam, dapat dilakukan tindakan sesuai dengan
isi perjanjian.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 39 -

BAB VIII
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu
Pembinaan

Pasal 28
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan
kebijakan yang mendorong koperasi tumbuh menjadi
kuat, sehat, mandiri, dan tangguh.
(2) Pembinaan terhadap KSPPS dan USPPS Koperasi Primer
dan Sekunder dilakukan oleh Menteri.
(3) KSPPS/USPPS Koperasi memperoleh bimbingan dan
pembinaan teknis usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
kabupaten atau kota dilakukan oleh bupati atau
walikota;
b. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
kabupaten atau kota dalam 1 (satu) daerah provinsi
dilakukan oleh gubernur; dan
c. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah provinsi
dilakukan oleh Menteri.
(4) Menteri mendelegasikan pelaksanaan bimbingan dan
pembinaan teknis usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c
kepada Deputi Bidang Pembiayaan.
(5) Bupati atau walikota melakukan bimbingan dan
pembinaan teknis usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah pada Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu
dan Kantor Kas KSPPS dan USPPS Koperasi yang
berkedudukan di wilayahnya.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 40 -

(6) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat


(3), dan ayat (4) meliputi upaya untuk mengembangkan
iklim usaha yang kondusif, kemudahan dan
perlindungan pada usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah.

Pasal 29
(1) Bimbingan pelaksanaan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (3) meliputi:
a. penerapan prinsip kehati-hatian usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah oleh Koperasi;
b. pelaksanaan pemberdayaan dan pengembangan
usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh
Koperasi;
c. penerapan penilaian kesehatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah oleh Koperasi
secara mandiri;
d. peningkatan akses pembiayaan melalui perkuatan
permodalan;
e. pengembangan berbagai skim pembiayaan; dan
f. pemanfaatan modal penyertaan, obligasi syariah
dan surat utang syariah atau sukuk Koperasi.
(2) Pembinaan teknis usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah oleh Koperasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (3) meliputi:
a. pemberdayaan dan pengembangan KSPPS dan
USPPS Koperasi;
b. pengelolaan dan pendayagunaan kegiatan maal;
c. penumbuhan KSPPS dan USPPS Koperasi;
d. literasi keuangan syariah;
e. pengembangan jaringan kerjasama antar KSPPS
atau USPPS Koperasi melalui Koperasi sekunder;
dan
f. pelaksanaan Prinsip Syariah bagi usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah oleh Koperasi.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 41 -

Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 30
(1) Pengawasan terhadap KSPPS dan USPPS Koperasi
dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan Anggota
dan para pihak terhadap Koperasi.
(2) Pengawasan usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
kabupaten atau kota dilakukan oleh bupati atau
walikota;
b. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
kabupaten atau kota dalam 1 (satu) daerah provinsi
dilakukan oleh gubernur; dan
c. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah provinsi
dilakukan oleh Menteri.
(3) Menteri mendelegasikan pengawasan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c kepada Deputi Bidang Pengawasan.
(4) Bupati atau walikota melakukan pengawasan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah pada Kantor
Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Kas
KSPPS dan USPPS Koperasi yang berkedudukan di
wilayahnya.
(5) Dalam hal pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terdapat bukti bahwa Kantor Cabang, Kantor Cabang
Pembantu, dan Kantor Kas tidak memenuhi peraturan
dalam usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah,
bupati atau walikota dapat memberikan sanksi dan
mengusulkan pemberian sanksi pencabutan izin
pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu,
dan Kantor Kas yang berkedudukan di wilayahnya

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 42 -

kepada pejabat pemberi izin sebagaimana dimaksud


pada Pasal 8 ayat (4) huruf b, dan huruf c.
(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pengawasan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh Koperasi
diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga
Pelaporan

Pasal 31
(1) Pengurus KSPPS atau Koperasi yang memiliki USPPS
wajib memberikan laporan kepada Pengawas dan rapat
anggota.
(2) KSPPS dan USPPS Koperasi melalui Koperasi yang
bersangkutan wajib menyampaikan laporan keuangan
secara triwulanan, dan tahunan kepada pejabat yang
melaksanakan bimbingan dan pembinaan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3).
(3) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyampaikan kompilasi laporan keuangan KSPPS dan
USPPS Koperasi berkala secara triwulan, dan tahunan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. bupati atau walikota menyampaikan kompilasi
laporan keuangan KSPPS dan USPPS Koperasi
Primer atau Sekunder yang wilayah keanggotaannya
dalam 1 (satu) daerah kabupaten atau kota kepada
gubernur;
b. gubernur menyampaikan kompilasi laporan bupati
atau walikota sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan kompilasi laporan keuangan KSPPS dan USPPS
Koperasi Primer atau Sekunder yang wilayah
keanggotaannya lintas daerah kabupaten atau kota
dalam 1 (satu) daerah provinsi kepada Deputi
Bidang Pembiayaan;
c. Deputi Bidang Pembiayaan menyampaikan
kompilasi laporan gubernur sebagaimana dimaksud

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 43 -

dalam huruf b dan kompilasi laporan keuangan


KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
yang wilayah keanggotaannya lintas daerah provinsi.
(4) Pelaksanaan teknis penyampaian pelaporan kegiatan
usaha KSPPS dan USPPS Koperasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan media
pengiriman dan/atau memanfaatkan teknologi informasi
yang disampaikan secara berkala.

Pasal 32
Pengurus KSPPS atau USPPS Koperasi wajib
menyelenggarakan pengawasan dan pelaporan transaksi
keuangan mencurigakan.

BAB IX
PENILAIAN KESEHATAN

Pasal 33
(1) Penilaian kesehatan KSPPS dan USPPS Koperasi
merupakan penilaian kinerja yang dilakukan pemerintah
dan pemerintah daerah untuk mengukur tingkat
kesehatan Koperasi dalam kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah.
(2) Penilaian Kesehatan KSPPS dan USPPS Koperasi
dilakukan sebagai berikut:
a. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer atau Sekunder
dengan wilayah keanggotaan dalam daerah
kabupaten/kota dilakukan oleh bupati/walikota;
b. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer/Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi
dilakukan oleh gubernur; dan
c. KSPPS dan USPPS Koperasi Primer/Sekunder
dengan wilayah keanggotaan lintas daerah provinsi
dilakukan oleh Menteri.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 44 -

(3) Menteri mendelegasikan penilaian kesehatan KSPPS dan


USPPS Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c kepada Deputi Bidang Pengawasan.
(4) KSPPS dan USPPS Koperasi yang mempunyai total Aset
paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
dalam 1 (satu) tahun buku wajib diaudit oleh akuntan
publik dan melaporkan hasilnya kepada rapat anggota.
(5) Penilaian kesehatan KSPPS dan USPPS Koperasi
dilakukan setiap tahun, setelah diperoleh hasil audit
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan setelah
dilaksanakan rapat anggota tahunan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelaksanaan Penilaian
Kesehatan KSPPS dan USPPS Koperasi diatur dengan
Peraturan Menteri.

BAB X
SANKSI

Pasal 34
(1) KSPPS dan USPPS Koperasi yang melakukan pelanggaran
atas sebagian dan/atau seluruh bagian dalam Peraturan
Menteri ini akan dikenakan sanksi administratif berupa:
a. teguran tertulis pertama dan kedua;
b. usulan pemberhentian sementara terhadap
Pengurus dan/atau Pengelola;
c. pembekuan sementara izin usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah;
d. pencabutan izin usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah; dan
e. penutupan USPPS Koperasi atau pembubaran
KSPPS.
(2) KSPPS dan USPPS Koperasi yang melakukan pelanggaran
atas ketentuan Pasal 2 ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6)
dan ayat (7), Pasal 4 ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan ayat
(7), Pasal 5 ayat (4), ayat (5) dan ayat (6), Pasal 6 ayat (1),
ayat (5) dan ayat (6), Pasal 8 ayat (3), Pasal 13 ayat (5),
Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 45 -

Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 16 ayat (1) dan ayat
(2), Pasal 17 ayat (2), Pasal 18, Pasal 19 ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), ayat (6), ayat (7) dan ayat (10), Pasal 20
ayat (1) dan ayat (2), Pasal 21 ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3), Pasal 22 ayat (3), Pasal 23 ayat (5), Pasal 24 ayat (1)
dan ayat (4), Pasal 25 ayat (2), Pasal 31 ayat (2), Pasal 32,
Pasal 33 ayat (5) dikenakan sanksi administrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 35
(1) Koperasi yang telah menjalankan kegiatan usaha jasa
keuangan syariah atau kegiatan usaha simpan pinjam
dan pembiayaan syariah pada saat Peraturan Menteri ini
berlaku, dapat tetap melaksanakan usahanya dengan
ketentuan wajib menyesuaikan anggaran dasar dengan
Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu 2 (dua) tahun
sejak berlakunya Peraturan Menteri ini.
(2) KSP yang telah melaksanakan kegiatan usaha simpan
pinjam dan pembiayaan syariah sebelum Peraturan
Menteri ini berlaku, wajib melaksanakan pemisahan
USPPS Koperasi menjadi KSPPS paling lambat 2 (dua)
tahun sejak Peraturan Menteri ini ditetapkan.
(3) Koperasi yang memiliki usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah yang operasionalnya hanya berjalan
USPPS Koperasinya saja, dalam jangka waktu paling
lambat 3 (tiga) tahun wajib melakukan perubahan
anggaran dasar menjadi KSPPS.
(4) Kelompok masyarakat yang telah melakukan usaha
simpan pinjam dan pembiayaan syariah tetapi belum
memenuhi ketentuan pelaksanaan kegiatan usaha

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 46 -

simpan pinjam oleh Koperasi wajib menyesuaikan


dengan Peraturan Menteri ini.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 36
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, peraturan
pelaksanaan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Nomor 16/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah oleh Koperasi dinyatakan masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Menteri ini.

Pasal 37
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
16/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1495),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Pasal 38
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM
- 47 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Desember 2017

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL


DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,

AAGN. PUSPAYOGA

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari 2018

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 86

Draft :
SM.1.4 Dep.2.5 Dep.2 Dep.1 Dep.6 SM

Anda mungkin juga menyukai