Anda di halaman 1dari 26

DIKLAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN

MODUL 4

PEMBIAYAAN
PROYEK PERUMAHAN
OLEH: HOUSING FINANCE CENTER BTN
.2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang dengan selesainya penyusunan Modul PEMBIAYAAN
PERUMAHAN. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta
pendidikan dan pelatihan di bidang pembiayaan perumahan yang
berasal dari kalangan pegawai pemerintah daerah dan Aparatur Sipil
Negara (ASN).
Modul PEMBIAYAAN PERUMAHAN ini disusun dalam 3 bab yang terdiri
dari Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan Modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam
memahami segala kebutuhan terkait pembiayaan perumahan.
Penekanan orientasi pembelajaran pada pedoman ini diisi oleh adanya
pergeseran aktivitas peserta latih dan pelatih yakni dengan menonjolkan
peran serta aktif peserta latih.
Akhirmya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan
kepada tim penyusun atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk
mewujudkan pedoman ini. Penyempurnaan maupun perubahan
pedoman di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan
mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang
terus menerus terjadi. Harapan kami tidak lain pedoman ini dapat
memberikan manfaat.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR INFORMASI VISUAL .......................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan Pembelajaran .................................................................... 2
1.3 Agenda Pembelajaran ................................................................. 2
BAB II MATERI POKOK
2.1 Proses Pembangunan Proyek Perumahan dan Resikonya ... 3
2.2 Pembiayaan proyek perumahan dari Bank BTN ...................... 9
2.3 Aspek Regulasi dalam Pembiayaan Konstruksi ........................ 17
2.4 Latihan ............................................................................................ 17
2.5 Rangkuman ..................................................................................... 19
BAB III PENUTUP
3.1 Kunci Jawaban .............................................................................. 20

ii
DAFTAR INFORMASI VISUAL

Daftar Gambar
Gambar 2.1 Alur Proses Pembangunan Proyek Perumahan ............... 3
Gambar 2.2 Pertimbangan Pemilihan Lahan ........................................ 5
Gambar 2.3 Biaya-biaya Pembangunan Poyek Perumahan .............. 6
Gambar 2.4 Pembiayaan Proyek Perumahan dari Bank BTN ............ 9
Gambar 2.5 Penarikan (Pencairan) dan Pengembalian Pinjaman.... 12
Gambar 2.6 Skema Kredit Konstruksi melalui Bank ................................ 12
Gambar 2.7 Proses Pemberian Kredit Modal Kerja Konstruksi Bank BTN 13
Gambar 2.8 Aspek-Aspek Analisa Kredit ................................................. 15

Daftar Tabel
Tabel 2.1 Risiko dalam Pembangunan Proyek Perumahan ................ 8
Tabel 2.2 Aspek Regulasi dalam Pembiayaan Konstruksi .................... 17

iii
PEMBIAYAAN PROYEK PERUMAHAN
Oleh : Housing Finance Center
PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Uraian tentang latar belakang diperlukannya pengetahuan dan
keterampilan terkait Pembiayaan proyek perumahan dalam rangka
memenuhi kebutuhan hunian yang layak dan terjangkau.
1. Pembiayaan proyek untuk mendanai pengembangan tanah (land
development) dan konstruksi bangunan (building construction) sering
terabaikan dalam sistem pembiayaan perumahan nasional.
Akibatnya, rumah baru di negara berkembang sering disediakan
melalui konstruksi informal (rumah tidak sesuai standar) atau dibangun
sendiri secara swadaya, yang berujung pada meluasnya area kumuh
(slum).
2. Pembiayaan proyek perumahan menjadi vital dalam sistem pasokan
rumah (housing supply system) untuk memenuhi tantangan naiknya
permintaan rumah formal.
3. Dalam prakteknya, pengembang menggunakan berbagai bentuk
Pembiayaan proyek: modal sendiri, deposit uang dari pembeli (uang
muka, termasuk penjualan dini atau presales), pembiayaan
pengembang kepada pembeli (misalnya cash bertahap dalam
installment sales), penyediaan pembiayaan proyek oleh lembaga jasa
keuangan kepada pengembang, dan yang terakhir, pasar modal
obligasi melalui sekuritisi kredit konstruksi.
4. Sisi pasokan menjadi terbatas akibat masih sulitnya pengembang
dalam mendapatkan pembiayaan, mengakses tanah, dan perijinan

1
terkait konstruksi (misalnya ijin mendirikan bangunan). Akibatnya,
harga jugal rumah menjadi mahal. Tanpa adanya Pembiayaan
proyek, pengembang terpaksa harus menginventasikan modalnya ke
dalam proyek perumahan. Hal ini membuat pengembang terpaksa
mengurangi ukuran dan jumlah proyek yang bisa mereka tangani,
dan ini mendorong pengembang untuk lebih berorientasi
memproduksi rumah kelas menengah ke atas karena mereka lebih
berpeluang untuk membayar secara tunai atau lebih layak kredit
(creditworthy) bagi pengembang untuk diberikan program penjualan
secara bertahap (installment sales program) dari pengembang.
5. Di banyak negara, lembaga jasa keuangan membatasi eksposur
kredit kepada pengembang karena adanya risiko kredit yang cukup
besar akibat dari terbatasnya modal pengembang, kurangnya
pengalaman dan pengetahuan pengembang dalam membangun
perumahan, atau rendahnya pengalaman dan pengetahuan dalam
aspek pengelolaan proyek (project management: hukum,
administrasi, akuntansi, keuangan, dll). Untuk itu diperlukan adanya
pemahaman yang mendasar dalam membiayai proyek perumahan
sehingga dapat lebih mendorong pasokan rumah layak huni yang
lebih terjangkau.
1.2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi pembelajaran mata diklat ini peserta diklat
diharapkan mampu :
1. Memahami latar belakang dan pentingnya pembiayaan proyek
perumahan dalam sistem pembiayaan perumahan.
2. Mengetahui berbagai praktek yang dilakukan pengembang dalam
membiayai proyek perumahan, termasuk mengidentifikasi potensi
risiko yang mungkin terjadi dan pola mitigasinya.
3. Memahani praktek pembiayaan proyek perumahan di Indonesia.

2
4. Melakukan diskusi dan mengelaborasi bagaimana membuat
kerangka kebijakan dalam mengembangkan pembiayaan proyek
perumahan yang lebih terjangkau, lebih mudah diakses, dan lebih
berkelanjutan.
1.3. AGENDA PEMBELAJARAN
1. Proses pembangunan proyek perumahan dan risikonya.
2. Pembiayaan proyek perumahan dari Bank BTN: proses, perencanaan
RAB, studi kelayakan proyek, analisa kelayakan, dll.
3. Aspek regulasi dalam pembiayaan proyek perumahan.

3
BAB II
MATERI POKOK

2.1. PROSES PEMBANGUNAN PROYEK PERUMAHAN & RISIKO NYA

1) Alur Proses Pembangunan Proyek Perumahan

Gambar 2.1 Alur Proses Pembangunan Proyek Perumahan

Penjelasan :
1. Penetapan Konsep
Konsep diperlukan untuk memperkirakan biaya pembangunan,
mencari lokasi yang sesuai, dan pasar sasaran.
2. Survey Lahan
Setelah konsep pembangunan ditetapkan, maka pengembang
telah mempunyai gambaran atas lokasi yang sesuai dan dapat
mulai mencari lahan sesuai konsep. Hal yang menjadi

4
pertimbangan dalam memilih lahan adalah kestrategisan lokasi,
kondisi lingkungan di sekitar lokasi, topografi lahan, fasilitas sosial di
sekitar lokasi.
3. Pembelian Lahan
Sebelum melakukan pembelian lahan, Developer harus
memastikan legalitas tanah telah sesuai dengan legalitas yang
disampaikan penjual. Selain itu juga harus dipastikan bahwa
penjual adalah pihak yang sah untuk menjual tanah tersebut.
4. Perencanaan Proyek
Hal yang dilakukan dalam perencanaan proyek adalah
menetapkan tipe rumah yang akan dibangun, jumlah rumah,
fasilitas yang akan disediakan, dan metode pembangunan, dan
sumber pembiayaan pembangunan proyek perumahan. Sumeber
pembiayaan dapat berasal dari modal Developer sendiri, dari
kredit bank, dari uang muka dan pembayaran bertahap
konsumen, dari pasar modal, atau kombinasi dari sumber – sumber
pembiayaan tersebut.
5. Pengurusan Perizinan
Setelah lahan diakuisisi dan perencanaan proyek selesai dilakukan,
maka selanjutnya Pengembang dapat mengurus perizinan yang
diperlukan untuk membangun proyek perumahan. Perizinan yang
diperlukan antara lain Site Plan yang dilegalisasi, IMB, Peil Banjir, Izin
Penggunaan Jalan Masuk, dan sebagainya.
6. Sertifikasi Tanah
7. Pembangunan & Pemasaran
Pembangunan dan pemasaran rumah sebaiknya dilakukan
bersamaan. Hal ini bertujuan untuk mengatur aliran dana masuk
dan dana keluar.

5
8. Serah Terima kepada End User
Serah terima dilakukan ketika End User telah melakukan pelunasan
terhadap rumah yang dibeli.
9. Penyerahan Sarana & Prasarana ke Pemda
10. Pengelolaan Kawasan Perumahan
Kawasan perumahan harus dikelola agar kawasan perumahan
tetap indah, tertata, tidak banjir, sehingga nilai pasar kawasan
tidak turun. Pengelolaan kawasan juga menyangkut pelayanan
jasa – jasa terkait perumahan seperti pembayaran air, listrik,
kebersihan, keamanan, dan sebagainya.

2) Pertimbangan Pemilihan Lahan

Gambar 2.2 Pertimbangan Pemilihan Lahan

Penjelasan :
1. Harus ditetapkan konsep perumahan yang akan dibangun. Jika
lokasi berada di tengah kota/area perkantoran, maka lokasi
tersebut tidak cocok jika dibangun rumah sederhana. Karena
harga jual sudah pasti tidak akan menutupi biaya tanah. Jika lokasi
berada di pinggiran kota, maka cek jarak lokasi tersebut ke pusat
perkantoran, ke stasiun, terminal bus, pintu masuk jalan tol. Karena

6
variabel ini akan menentukan nilai pasar lokasi tersebut dan konsep
perumahan yang dapat diterima pasar (rumah sederhana, atau
rumah menengah).
2. Status tanah mempengaruhi risiko yang dapat muncul, waktu yang
dibutuhkan untuk membebaskan lahan dan sertifikasi tanah. Juga
harus diselidiki apakah developer membeli tanah dari orang yang
mempunyai hak untuk menjual tanah tersebut.
3. Harga tanah adalah salah satu faktor pembentuk Harga Pokok
Penjualan. Bentuk dan kontur lahan juga akan mempengaruhi
biaya yang akan timbul, oleh sebab itu Developer harus dapat
mengestimasi total biaya untuk membeli dan menyiapkan lahan
sebelum memutuskan untuk membeli lahan tersebut.

3) Biaya Pembangunan Proyek Perumahan

Gambar 2.3 Biaya-biaya Pembangunan Proyek Perumahan

Penjelasan
1. Biaya Akuisisi Lahan , terdiri dari :

7
a. Pembelian Lahan
b. Biaya Sertifikat: Biaya pengukuran, perubahan dari HGB ke HM
atau sebaliknya
c. Pajak
2. Biaya Pematangan Lahan, terdiri dari :
a. Land Clearing
b. Gerbang dan pos jaga
c. Pagar pembatas
d. Saluran air
e. Jalan lingkungan
f. Jembatan jalan umum (jika ada)
g. Taman
3. Biaya Perizinan
a. Keterangan penggunaan jalan & saluran
b. Izin Lokasi
c. Site Plan
d. Peil Banjir
e. Rekomendasi PLN & PDAM
f. Hasil tes air bersih dari Laboratorium
g. Izin Pemanfaatan Ruang
4. Biaya Overhead
a. Kantor
 Sewa Kantor
 Perlengkapan Kantor
b. Utilitas
 Tagihan listrik, air, telepon
c. Gaji Karyawan
 Komisaris, Direksi dan Staf
 Project Manager

8
 Keuangan
 Marketing, dll
d. Promosi
 Event marketing
 Billboard,Brosur, Flyer
 Iklan
5. Biaya Bangunan, Sarana & Prasarana
a. RAB Bangunan
• RAB Bangunan per tipe rumah
b. RAB Sarana
• Jembatan masuk rumah
• Car port
• Tempat sampah
• Pagar
c. RAB Prasarana
• Jalan
• Jembatan
• Saluran air
• Jaringan listrik induk
• Penerangan Jalan Umum
6. Biaya Administrasi dan Bunga (jika ada)
Biaya ini akan muncul jika Pengembang memanfaatkan pinjaman
Bank untuk membangun proyek perumahan.
7. Biaya Pajak

4) Risiko Dalam Pembangunan Proyek Perumahan

9
Tabel 2.1 Risiko dalam Pembangunan Proyek Perumahan

2.2. PEMBIAYAAN PROYEK PERUMAHAN DARI BANK BTN

Pembiayaan
Proyek Kredit pemilikan
Lahan (KPL)
Perumahan
dari Bank BTN,
mencakup dua
Kredit Modal Kerja
macam Konstruksi Bank BTN
pembiayaan : (KYG)

Gambar 2.4 Pembiayaan Proyek Perumahan dari Bank BTN


1) Kredit Pemilikan Lahan (KPL)
“KPL” adalah fasilitas kredit untuk membeli lahan yang selanjutnya
akan dipergunakan untuk dibangun Perumahan bersubsidi yang
pembangunan konstruksinya menggunakan fasilitas Kredit
Konstruksi Perumahan
Adapun syarat dan kondisi untuk mendapatkan KPL:
Persyaratan Lahan :

10
2.3. Status Lahan
 Lahan tidak dalam sengketa / bermasalah dan tidak sedang
dalam pembebanan Hak Tanggungan (free and clear)
 Sertifikat HGB a/n Pengembang atau minimal Surat Keterangan
Hak Guna Bangunan (SKHGB) a/n Pengembang
2.4. Peruntukkan Lahan
 Lahan diperuntukkan untuk pembangunan perumahan Sejahtera
Sehat (bersubsidi)
 Dibuktikan dengan Izin Lokasi atau dokumen-dokumen lainnya
yang setara yang diterbitkan oleh pihak berwenang (Instansi
Pemerintah), yang di dalamnya memuat pemberian Izin
Pembangunan Perumahan Sejahtera Sehat
2.5. Luas Lahan
 Luas lahan yang dapat dibiayai maksimum seluas 20 Ha
 Penetapan luas lahan berpedoman pada luas lahan yang tertera
dalam Sertifikat HGB atau SKHGB, dikurangi dengan Luas lahan
yang telah terjual, baik melalui KPR maupun tunai serta luas lahan
yang dipergunakan untuk pembangunan rumah komersil
2.6. Kondisi Lahan
 Lahan dalam kondisi tanah matang dalam arti berdasarkan
penilaian Bank lahan sudah dalam kondisi siap bangun
 Dalam satu hamparan dan tidak terpisahkan oleh lahan milik pihak
lain yang secara material dapat memberikan dampak 11egative
terhadap proses pembangunan dan pemasaran proyek
perumahan
2.7. Lokasi Lahan
 Lahan berada di wilayah yang dialokasikan untuk perumahan dan
permukiman (sesuai Rencana Umum Tata Ruang / RUTR)
 Lahan terletak di areal yang menurut penilaian bank

11
1) Memiliki kemudahan untuk dijual (marketable)
2) Didukung oleh letak strategis
3) Relatif dekat dengan fasilitas umum (seperti pasar , perkantoran
dll)
4) Memiliki kemudahan untuk dijangkau,
5) Akses jalan ke lokasi lahan tidak bermasalah,
6) Mudah untuk dilakukan monitoring dan/atau pembinaan kredit
Persyaratan Pemohon :
1. Pemohon adalah pengembang perumahan yang berbentuk
badan usaha berbadan hukum, badan usaha, atau koperasi.
2. Pemohon perorangan atau non badan usaha tidak
diperkenankan untuk memperoleh KPL
3. Pemohon telah memiliki pengalaman sebagai pengembang
perumahan sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun atau
sebagai pengurus
4. Pernah menjadi pengurus (direksi atau komisaris) pada
perusahaan pengembang sekurang-kurangnya selama 2 (dua)
tahun dengan performance baik.
Maksimum Pembiayaan
 Maksimum pembiayaan Bank sebesar 50% (lima puluh persen)
dari total biaya pembelian lahan dengan peruntukan RsH
(sesuai SE No. 386DIR/CMLD/2013)
Maksimum Kredit
 Maksimum kredit setinggi-tingginya sebesar Rp. 7.500.000.000,- –
sesuai SE No. 386DIR/CMLD/2013
Penetapan Biaya
 Biaya pembelian lahan maksimal sebesar nilai pasar wajar
berdasarkan penilaian appraisal independent atau penilai

12
intern Bank yang tanggal penilaiannya belum melampaui 12
(dua belas) bulan
 Nilai pasar yang dimaksud adalah taksiran dan pendapat atas
nilai ekonomis dari agunan berdasarkan analisa terhadap
fakta-fakta objektif dan relevan menurut metode dan prinsip-
prinsip yang berlaku umum yang ditetapkan oleh Masyarakat
Profesi Penilai Indonesia
Agunan
 Agunan KPL adalah tanah dan bangunan yang juga
merupakan agunan Kredit Konstruksi BTN
Penarikan, dan Pengembalian

Gambar 2.5 Penarikan (Pencairan) dan Pengembalian Pinjaman


2) Kredit Konstruksi Melalui Bank

13
Gambar 2.6 Skema Kredit Konstruksi melalui Bank

Proses Pemberian Kredit Modal Kerja Konstruksi Bank BTN

Gambar 2.7 Proses Pemberian Kredit Modal Kerja Konstruksi Bank BTN
Penjelasan :
1. Penerimaan Proposal/Permohonan Kredit

14
2. Cek Persyaratan Kredit
3. Tinjauan Lokasi
4. Proses Analisa
5. Persetujua n Kredit
6. Pengikatan Kredit
7. Pencairan Kredit
8. Pembinaan Pengembang (Pemberian Konsultasi)
Permohonan Kredit Modal Kerja Konstruksi Bank BTN
Proposal Kredit
Ditandatangani oleh orang yang sah dan berwenang sesuai
Anggaran Dasar
Persyaratan Dokumen Proposal Kredit :
1. Data Perusahaan
a. Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk Koperasi beserta Akta
Perubahan
b. Pengesahan dari Depkeh/Depkop
c. TDP, NPWP, SIUP, Izin Gangguan, SIUJK, Surat Keterangan Domisili
Perusahaan, SITU
2. Data Proyek
a. Izin Lokasi, Site Plan yang telah disetujui, IMB, Bukti Penguasaan
Lahan
b. Peil Banjir, Rekomendasi PLN dan PDAM, Hasil Tes Air Bersih
3. Data Keuangan
a. Laporan Keuangan 2 tahun terakhir
b. RAB Tanah, RAB Bangunan, RAB Sarana & Prasarana
4. Data Lain
a. Data Pemasaran disertai calon konsumen
b. Feasibility Study (Permohonan > Rp. 15 milyar)
c. Penilaian agunan dari appraisal independen

15
Studi Kelayakan
Aspek-Aspek yang dinilai dalam melakukan Studi Kelayakan adalah sebagai
berikut :
1. Aspek Legal
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
3. Aspek Manajemen dan SDM
4. Aspek Teknis
5. Aspek Keuangan
6. Aspek Sosial dan Lingkungan
Analisa Kredit

Gambar 2.8 Aspek –Aspek Analisa Akredit


Penjelasan :
Penilaian aspek Manajemen, meliputi:
• Penilaian kemampuan pemohon dan pengurus dalam menjalankan
perusahaan dan proyek.
• Performance sebagai debitur Bank (jika ada)
• Performance melaksanakan proyek perumahan (jika ada)
Penilaian aspek pemasaran, meliputi :

16
• Penilaian harga jual
• Penilaian persaingan
• Penilaian strategi pemasaran
Penilaian aspek teknis, meliputi:
• Penilaian kestrategisan lokasi proyek
• Penialaian rencana pembangunan (jadwal, tipe rumah, manajemen
pembangunan)
• Penilaian dan Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Proyek
• Perhitungan Pembiayaan Bank
• Penilaian kemampuan pengembalian dari hasil penjualan
Penilaian aspek keuangan, meliputi :
• Penilaian Neraca dan Rugi/Laba Perusahaan
• Penilaian perubahan modal perusahaan
• Penilaian terhadap rasio-rasio keuangan (Profitability ratio, Liquidity ratio,
Leverage Ratio)
• Penilaian terhadap cash flow
Penilaian aspek agunan, meliputi:
• Status penguasaan lahan
• Nilai agunan dibandingkan dengan jumlah kredit
• Agunan tambahan yang diperlukan
• Agunan lain

Persetujuan Pemberian Kredit


Hal-hal yang diatur dalam Persetujuan Pemberian Kredit:
1. Maksimal kredit
2. Peruntukan
3. Jangka waktu
4. Suku bunga
5. Provisi

17
6. Cadangan biaya
7. Agunan
8. Mekanisme penarikan kredit
9. Mekanisme pengembalian kredit
10. Hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan Debitur selama
memperoleh kredit
11. Klausul tambahan

2.3. ASPEK REGULASI DALAM PEMBIAYAAN KONSTRUKSI

Tabel 2.2 Aspek Regulasi dalam Pembiayaan Konstruksi

2.4. LATIHAN
1. Yang termasuk sumber pembiayaan proyek perumahan adalah:
a. Bank
b. Developer
c. Pasar modal
d. Semua benar
2. Maksimum pembiayaan Bank untuk KPL adalah:

18
a. 60% dari total biaya pembelian lahan
b. 50% dari total biaya pembelian lahan
c. 70% dari total biaya pembelian lahan
d. 75% dari total biaya pembelian lahan
3. Sebelum membeli lahan, hal yang harus dilakukan pengembang
adalah:
a. Mempelajari Rencana Tata Ruang Wilayah
b. Membuat RAB
c. Mengurus perizinan
d. Mematangkan lahan
4. Yang termasuk dalam RAB Prasarana adalah:
a. Jaringan listrik induk
b. Penerangan jalan umum
c. Saluran drainase
d. Semuanya benar
5. Biaya land clearing termasuk dalam komponen biaya:
a. RAB bangunan
b. RAB sarana
c. RAB tanah
d. RAB prasarana
6. Penilaian aspek manajemen meliputi:
a. Penilaian kemampuan pemohon dan pengurus dalam
menjalankan perusahaan dan proyek
b. Performance sebagai debitur Bank (jika ada)
c. Performance melaksanakan proyek perumahan (jika ada)
d. Semuanya benar
7. Proposal kredit Pembiayaan Proyek Pembangunan Perumahan harus
ditandatangani oleh:
a. Komisaris Perusahaan

19
b. Direktur Utama Perusahaan
c. Orang yang sah dan berwenang sesuai Anggaran Dasar
Perusahaan
d. Direktur Utama dan Komisaris Perusahaan
8. Risiko yang dapat timbul dalam proses penyerahan sarana dan
prasarana kepada Pemda adalah:
a. Tidak adanya dukungan Pemda dalam pemeliharaan sarana,
prasarana, dan utilitas
b. Jadwal pembangunan rumah semakin cepat
c. Spesifikasi bangunan tidak sesuai
d. Terjadi kasus tanah
9. Laporan keuangan yang diperlukan dalam proses analisa kredit
adalah:
a. Laporan keuangan 1 tahun terakhir
b. Laporan keuangan 6 bulan terakhir
c. Laporan keuangan 2 tahun terakhir
d. Laporan keuangan 3 tahun terakhir
10. Maksimum kredit untuk pembiayaan pembelian lahan sesuai SE No.
386DIR/CMLD/2013 adalah sebesar :
a. Rp. 5.000.000,-
b. Rp. 6.000.000,-
c. Rp. 7.000.000,-
d. Rp. 7.500.000,-

2.5. RANGKUMAN
1. Alur Proses Pembangunan Proyek Perumahan, meliputi :
Penetapan Konsep  Survey Lahan  Pemberlian lahan 
Perencanan Proyek (termasuk pembiayaan)  Pengurusan Perizinan
 sertifikasi tanah  pembangunan & pemasaran  serah terima

20
kepada end user  penyerahan sarana dan prasarana ke Pemda
 pengelolaan kawasan perumahan.
2. Proses Pemberian Kredit Modal Kerja Konstruksi Bank BTN, meliputi :
Penerimaan Proposal/Permohonan Kredit  Cek Persyaratan Kredit
 Tinjauan Lokasi  Proses Analisa  Persetujuan Kredit 
Pengikatan Kredit  Pencairan Kredit  Pembinaan Pengembang
(Pemberian Konsultasi)

21
BAB III
PENUTUP
KUNCI JAWABAN
1) D. Semua benar
2) B. 50% dari total biaya pembelian lahan
3) A. Mempelajari Rencana Tata Ruang Wilayah
4) D. Semuanya benar
5) C. RAB tanah
6) D. Semuanya benar
7) C. Orang yang sah dan berwenang sesuai Anggaran Dasar
Perusahaan
8) A. Tidak adanya dukungan Pemda dalam pemeliharaan sarana,
prasarana, dan utilitas
9) C. Laporan keuangan 2 tahun terakhir
10) D. Rp. 7.500.000,-

22

Anda mungkin juga menyukai