Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H.)
Oleh :
Tiada yang sempurna di dunia ini, begitu juga dalam hal penulisan skripsi
ini yang mungkin tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, tetapi harapan
penulis, setidaknya skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk siapapun
membacanya, atau menjadi sumber inspirasi untuk penelitian-penelitian
berikutnya.
Tidak lupa juga ucapan terimakasih untuk semua pihak yang telah
memberikan bantuan tanpa pamrih baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat, ucapan terimakasih ingin
penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S,Ag., S.H., M.H., M.A. selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. AM. Hasan Ali, M.A. dan Dr. Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Ketua
Program Studi dan Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Muhammad Maksum., SH., MA., MDC selaku dosen pembimbing
skripsi. Terimakasih telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis, keikhlasan hati, kesabaran dan kontribusi dalam
penyelesaian skripsi ini, atas kritik maupun saran sehingga dapat
memotivasi penulis.
5. Bapak Singgih Purbahantoro,S.E selaku pihak BPRS Amanah Insani Kc
Mawar yang menjabat sebagai Assistant Manager yang telah bersedia
i
meluangkan waktunya dan memberikan informasi-informasi BPRS
Amanah Insani Kc Mawar demi mendukung penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Ima Rahmayanty, selaku pihak BPRS Patriot Bekasi yang menjabat
sebagai SDI dan Umum yang telah bersedia meluangkan waktunya dan
menerima penulis untuk melakukan penelitian di BPRS Patriot Bekasi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, arahan dan masukannya, serta bersedia memberikan segala
datadata yang penulis perlukan, sehingga penulisan ini terselesaikan.
8. Seluruh staff dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta. Terimakasih banyak karena
dengan kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi
dari buku, jurnal, maupun informasi lainnya.
9. Untuk kedua orang tua penulis Bapak Rakhmat dan Ibu Endang
Suratiningsih, S.E yang sangat saya sayangi dan cintai, terimakasih selalu
sabar dan selalu mensupport penulis dari dulu hingga sekarang sampai
nanti. Terimakasih telah sabar mengahadapi penulis dan berusaha dengan
jerih payah untuk menyekolahkan penulis sampai ke jenjang perguruan
tinggi ini. Serta doa yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah selalu melindungi dan
memberikan keberkahan hidup kepada kalian. Aamiin Yaa Rabbal
„Alamin.
10. Untuk seorang yang teristimewa dalam hidupku suami tercinta Guswana
Akhbar, S.A.B yang turut memberi dukungan baik moril maupun materil
sehingga sangat mendorong penulis untuk terus berusaha dalam
menyelesaikan skripsi ini dan demi terwujudnya cita-cita untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum.
11. Kepada kakak penulis yaitu Yuliana Ningtyas Rakhmawati, S.H dan adik-
adik penulis yaitu Yolanda Ningrum Rakhmawati dan Amanda Shafira
Rakhmawati. Terimakasih atas kebaikannya telah memberikan dukungan
moril dan menjadi penawar kesulitan penulis dalam mengerjakan skripsi
ii
ini. Semoga Allah selalu memberikan kesuksesan dimanapun kalian
berada. Aamiin Yaa Rabbal „Alamin.
12. Kepada seluruh teman-teman, sahabat-sahabat yaitu Venny, Vesil, Opet,
Ines, Bella, dan Tumi, serta pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan pikiran maupun tenaga sehingga skripsi
ini dapat selesai dengan baik.
Semoga doa, motivasi dan bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak
tersebut mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah Subhanahu wa
Ta‟ala, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
iv
2. Landasan Hukum Musyarakah…………………………..31
3. Jenis-jenis Musyarakah ………………………………….32
4. Ketentuan Hukum dalam Syirkah ……………………….34
5. Aplikas Musyarakah dalam Aplikasi Perbankan ………..36
6. Berkahirnya Akad Musyarakah …………………………37
v
BAB V PENUTUP ...................................................................................64
A. Kesimpulan ………………………………………………….64
B. Saran ………………………………………………………...64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan salah satu institusi yang beroprasi di sektor keuangan
dan suatu lembaga yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan
dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi dalam lalu lintas pembayaran.
Indonesia merupakan negara yang menerapkan sistem perbankan ganda atau
dual banking system pada sistem perbankan yang terdiri dari sistem perbankan
konvensional dan sistem perbankan syariah. Di Indonesia kehadiran bank
yang berdasarkan syariah relatif baru yaitu pada awal 1990-an, Prakarsa untuk
mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada 18-19 Agustus 1990.1 Namun, diskusi tentang Bank
Syariah sebagai basis ekonomi Islam sudah mulai dilakukan pada awal 1980.
Sejak tahun 1992, Perkembangan perbankan syariah di Indonesia sampai saat
ini mengalami kemajuan yang sangat pesat sebagai salah satu infrastruktur
sistem perbankan nasional. Hal ini dipicu oleh UU No.10 tahun 1998 dan
undang-undang terbaru mengenai perbankan syariah yaitu UU No. 21 tahun
2008 adalah Bank Syariah yang melaksanakan kegiatan usahanya tidak
memberikan jasa lalu lintas dalam pembayaraan.2 Bank Syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
(UUS), mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya dengan tidak mengandalkan pada bunga3.
Perbankan Syariah dapat menciptakan harmonisasi antara sektor
keuangan dengan sektor riil yang tercermin dari fungsi pokok Bank Syariah
sebagai penghimpun dana (funding), penyaluran dana (financing), dan
1
Lihat dari https://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/15/konsep-dasar-bank-syariah/,
pada 17 november 2018
2
Rizal Yahya, Akuntansi Perbankan Syariah (BI, PAPS) Edisi 2,( Jakarta : Erlangga),
2014, h. 20
3
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 1,
2009), h. 4
1
2
4
Andiwarman Karim, , Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 97
5
Saparuddin Siregar, “Performance Appraisal Pada BPRS”, Jurnal Manajemen bisnis,
Volume 1, Nomor 1, (Januari 2008), h. 27
3
6
Veithzal Rivai, Islamic Banking, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 681
4
bertentangan dengan konsep musyarakah itu sendiri apalagi sifat bank syariah
yaitu mengedepankan prinsip keadilan dan kemitraan.
Dalam hubungan pembiayaan antara bank dan nasabah yang dibiayai
tidak diposisikan sebagai kreditur (pemberi pinjaman) dan debitur (penerima
pinjaman), tetapi bank adalah mitra (partner) nasabah dalam bekerja sama
untuk suatu usaha dan apabila diperoleh hasil dari usaha bersama tersebut,
akan dibagi sesuai kesepakatan dengan porsi masing-masing pihak di dalam
usaha.11 Hubungan antara debiturkreditur secara konsep hanya diterapkan
pada bank konvensional.12
Dalam praktiknya setiap transaksi pembiayaan musyarakah selalu
diterapkan kontrak baku. Kontrak tersebut telah disediakan oleh pihak bank
untuk diisi dan ditandangani oleh nasabah. Sebelumnya nasabah diberi
kesempatan untuk membaca kontrak tersebut. Pihak bank juga menjelaskan
sekilas mengenai isi atau klausul-klausul kontrak yang berupa syarat-syarat
atau ketentuan ketentuan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh
nasabah dengan tujuan untuk membantu nasabah dalam memahami isi kontrak
baku. Pihak nasabah diberi pilihan untuk menerima perjanjian kontrak tersebut
atau menolaknya.
Penggunaan kontrak baku dalam pembiayaan musyarakah ini dinilai
tidak fair, terutama bagi nasabah. Karena kontrak baku cenderung
mengabaikan prinsip keadilan, kerelaan, dan kemitraan. Kontrak baku
menganut prinsip take it or leave it, sehingga ada unsur keterpaksaan dari
pihak mitra untuk menerimanya atau menolaknya, dimana pihak yang
memiliki dominasi atau kedudukan lebih kuat yang menentukan isi kontrak,
sedangkan pihak yang lebih lemah karena keadaan dan kebutuhan, terpaksa
menerima isi kontrak tanpa diberi kesempatan untuk memahami ataupun
bernegosiasi kontrak baku tersebut.
11
Yusak Laksmana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank
Syariah,(Jakarta: elex Media komputindo, 2014), h. 11
12
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan Perasuransian Syariah di
Indonesia, Cetakan kedua, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 64
6
Kontrak baku atau perjanjian baku dikatakan sebgai perjanjian yang tidak
seimbang, yang selalu menempatkan pihak pelaku usaha dalam posisi yang
lebih kuat. Seharusnya perjanjian kontrak harus memenuhi syarat sahnya
perjanjian yaitu sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal,
sebagaimana di tentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dengan
terpenuhinya empat syarat sahnya perjanjian tersebut maka suatu perjanjian
menjadi sah dan mengikat secara hukum bagi pihak yang membuat perjanjian.
Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip syariah Islam. Dimana hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam kontrak syari‟ah adalah hal yang diperjanjikan
dan objek transaksi harus halal menurut syari‟ah, tidak terdapat ketidakjelasan
(gharar) dalam rumusan akad maupun prestasi yang diperjanjikan, para
pihaknya tidak menzalimi dan tidak dizalimi, transaksi harus adil, transaksi
tidak mengandung unsur perjudian (maysir), terdapat prinsip kehati-hatian,
tidak membuat barang-barang yang tidak bermanfaat dalam Islam ataupun
barang najis dan tidak mengandung riba.13 Sehingga penerapan kontrak baku
yang selama ini diterapkan di perbankan syariah khususnya di Pembiayaan
musyarakah menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat terutama di
kalangan para ahli hukum. Terkait dengan Surat Edaran Otoritas Jasa
Keuangan (selanjutnya disingkat OJK) yakni SE OJK Nomor.
13/SEOJK.07/2014 Tentang Perjanjian Baku, bank wajib menerapkan asas
keseimbangan dalam kontrak pembiayaan. Asas keseimbangan adalah asas
yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian
yang telah disepakati.14
Adanya kondisi diatas, maka akan dilakukan sebuah penelitian dengan
judul ”Penerapan Kontrak Baku Pada Akad Musyarakah Di BPRS
Amanah Insani Kc Mawar Dan BPRS Patriot Bekasi (Ditinjau Dari
Fatwa DSN MUI dan KUH Perdata)”. Alasan lain melakukan penelitian ini
13
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 207
14
Ibnu Rusyidi, “Asas Kebebasan Berkontrak dalam Pembiayaan Mudharabah pada
Perbankan Syariah”, Jurnal Manajemen bisnis, Volume 6, Nomor 1, (Maret 2018), h. 104
7
B. Identifikasi Masalah
1. Adanya peluang ketidaksesuaian kontrak baku akad musyarakah dalam
Fatwa DSN MUI No.08/DSN-MUI/IV/2000 dan pasal 1338 KUH Perdata
mengenai perjanjian baku pada BPRS sehingga dapat mempengaruhi
standarisasi pelaksanaan akad musyarakah.
2. Adanya perumusan penulisan kontrak baku yang berbeda pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan mencapai tujuan sesuai yang diharapkan,
maka penulis membatasi permasalahan pada analisis kontrak baku akad
musyarakah di BPRS Amanah Insani Kc Mawar Dan BPRS Patriot Bekasi.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan kontrak baku pada akad musyarakah di BPRS
Amanah Insani Kc Mawar dan kontrak baku akad musyarakah pada BPRS
Patriot Bekasi?
2. Bagaimana kontrak baku pada BPRS Amanah Insani Kc Mawar Dan
BPRS Patriot Bekasi ditinjau dari Fatwa DSN-MUI No.08/DSN-
MUI/IV/2000 dan KUH Perdata?
Manfaat Penelitian:
1. Bagi peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu dapat mengetahui lebih dalam
tentang kontrak baku pada pembiayaaan akad musyarakah di dalam BPRS,
serta dapat menambah pengetahuan penulis mengenai Bank pembiayaan
Rakyat Syariah di Indonesia.
2. Bagi akademisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi
bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan bahan perbandingan penelitian
yang telah ada maupun yang akan dilakukan. Penelitian ini juga dapat
memperluas khasanah ilmu pengetahuan mahasiswa, khususnya
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.
3. Bagi praktisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan adanya tolak ukur dan acuan bagi
para investor dalam melakukan investasi melalui akad musyarakah dilihat
dari jenis dan tempat berinvestasi yang baik dengan procedure yang
sesuai dengan Syariah.
G. Metode Penelitian
Peran metode penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun
data yang diperlukan dalam penelitian, dengan kata lain metode penelitian
akan memberikan petunjuk dalam pelaksanaan atau petunjuk bagaimana
penelitian ini dilakukan. Dalam metode penelitian ini dijelaskan mengenai
cara, prosedur atau proses penelitian yang meliputi:
9
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian
dengan jenis pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka,15dimana
kajian yang dilakukan menyelaraskan masalah dengan hukum islam,
Fatwa Dewan Syariah Nasional, hadits Rasulullah SAW, dan perundang-
undangan.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif yaitu dengan menguraikan,
menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara analitis bagaimana
kesesuaian kontrak baku pada transaksi pembiayaan musyarakah di BPRS
menurut hukum Islam. Tujuan peneliti menggunakan metode deskriptif ini
adalah untuk memberi gambaran dalam menganalisa dan memecahkan
permasalahan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.
3. Sumber Data
Ada dua macam sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian
ini untuk mendukung informasi atau data yang dignakan dalam penelitian,
dua sumber data tersebut adalah:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan
data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. Data
ini diperoleh langsung dari pihak Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Harta Insan Karimah Bekasi dan Amanah Insani dengan
teknik wawancara.
15
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Rajawali
Press, 2011), h. 13
10
Adapun teknik penarikan sampel yang penulis gunakan berupa sampel non
random, dimana subjek dan objek penelitian sudah penulis tentukan.
6. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul baik data primer maupun data sekunder
kemudian data tersebut di organisir sesuai dengan permasalahan yang ada,
kemudian dilakukan analisa dengancara berikut:
a. Editing, yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti kembali
mengenai kelengkapannya, kejelasannya dan kebenarannya sehingga
terhindar dari kekurangan dan kesalahan.
b. Sistematisasi, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada
tiap-tiap pokok pembahasan secara sistematis.
7. Metode Analisis Data
Analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif
artinya menguraikan data yang diolah secara rinci kedalam bentuk
kalimat-kalimat deskriptif, analisis yang dilakukan bertitik tolak dari
analisis empiris yang dalam pendalamannya dilengkapi dengan analisis
normatif. Berdasarkan hasil analisis ditarik kesimpulan secara dedukatif,
yaitu cara berfikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum
untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan bersifat khusus.
H. Kerangka Teori
Akad berasal dari kata Al-„aqd, yang berarti mengikat, menyambung atau
menghubungkan (ar-rabth). akad adalah pernyataan ijab dan qabul sebagai
pernyataan kehendak dua pihak atau lebih umtuk melahirkan suatu akibat
hukum pada objeknya.16 Jadi yang dimaksud akad oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah pertemuan ijab yang mempresentasikan kehendak dari
satu pihak dan qabul yang menyatakan kehendak lain. Dengan adanya kad
tersebut menimbulkan pindahnya, munculnya atau berakhirnya suatu hak dan
kewajiban dari pihak nasabah dan BPRS sesuai dengan kontrak atau perjanjian
hukum syariah.
16
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
h. 68
12
ال ََ ْع َجخِكَ إِنَ ٰٗ َِ َعا ِج ِّ ۖ َٔإِ ٌَّ َك ِثيشًا ِيٍَ ْان ُخهَطَا ِء نَ َيب ِْغي َ ًَ َقَا َل نَقَ ْذ ظَه
ِ ك بِ ُس َؤ
َ َٔ ۗ ث َٔقَهِي ٌم َيا ُْ ْى
ٍَّ ظ ِ ْط إِ ََّّل انَّ ِزيٍَ آ َيُُٕا َٔ َع ًِهُٕا انصَّانِ َحا ٍ ضُٓ ْى َعهَ ٰٗ بَع ُ بَ ْع
۩ اب َ َََدَا ُٔٔ ُد أَََّ ًَا فَخََُّاُِ فَا ْسخَ ْغفَ َش َسبَُّّ َٔ َخ َّش َسا ِكعًا َٔأ
17
Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah,(Jakarta: Graha Ilmu, 2010),
h. 67
13
18
Imam Abu Daud, Sunan Abi Daud, (beirut : Dar al-Fikr, 1994) Juz III, h. 226
14
Kerangka Konseptual:
KONTRAK BAKU
Akad Musyarakah
Analisa Perbandingan
BPRS Amanah
Insani Kc Mawar
Dan BPRS Patriot
Bekasi.
persamaan Perbedaan
Hasil
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan dan menjelaskan tentang Latar
Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian serta Sistematika
Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas rivew studi terdahulu yang relevan
dengan penelitian, hipotesis penelitian dan kerangka
berfikir penelitian.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BPRS AMANAH
INSANI KC MAWAR DAN BPRS PATRIOT BEKASI
Bab ini membahas tentang gambaran umum berupa
definisi, desain dari penelitian, subyek atau tempat yang
dijadikan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data.
BAB IV ANALISA DAN TEMUAN
Bab ini berisi deskripsi dari hasil penelitian. Berisi pula
analisis data berserta alasan yang telah penulis peroleh dari
hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bagian penutup yang berisi tentang
kesimpulan dan saran yang relevan untuk disampaikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hukum Kontrak
1. Pengertian
Istilah kontrak sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract.
Menurut Black‟s Law Dictionary, kontrak diartikan sebagai suatu
perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk
berbuat atau tidak berbuat sesautu hal yang khusus (contract is an
agreement between two or more persons which creates an obligation to
do or not to do a peculiar things).1 Subekti mengatakan, perjanjian
adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau
dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
Sedangkan perikatan adalah perhubungan hukum antara dua orang atau
dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu
hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan tersebut.2
Hukum Kontrak merupakan salah satu bidang kajian hukum yang
selalu berkembang seirama dengan perkembangan masyarakat. Faktor
penyebab tumbuh dan berkembangnya hukum kontrak adalah karena
pesatnya kegiatan bisnis yang dilakukan dalam masyarakat modern dan
pesatnya transkasi yang dilakukan oleh pemerintah dengan pihak lainnya
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.3 Faktor lain dari
penyebab tumbuh dan berkembangnya hukum kontrak adalah karena
adanya asas kebebasan berkontrak (party autonomy), sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata bahwa kebebasan itu yang
1
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 11-12.
2
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, (ed.), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cetakan 9,
(Jakarta: Pradnya Paramita, 2006), h. 338
3
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2003) h. 3
16
17
8
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2003) h. 3-4
9
Mariam Darus, kompilasi hukum perikatan, (Bandung: Citra Aditya bhakti, 2002), h.65
10
Gemala Dewi dkk, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cetakan ke-2. (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2006), h. 3
19
3. Adanya prestasi
Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban
debitur. Prestasi terdiri dari:
a. Memberikan sesuatu
b. Berbuat sesuatu, dan
c. Tidak berbuat sesuatu
4. Kata sepakat
Di dalam Pasal 1320 KUH Perdata ditentukan empat syarat sahnya
perjanjian salah satunya adalah kata sepakat (konsensus).
Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara pihak.
5. Akibat hukum
Setiap perrjanjian yang dbuat oleh para pihak akan menimbulkan
akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban.11
Sedangkan Ahmadi Miru dalam bukunya, menjelaskan lebih detail tentang
unsur-unsur yang ada di dalam suatu kontrak, antara lain:12
a. Unsur Esensiali, merupakan unsur yang harus ada dalam suatu kontrak
karena tanpa adanya kesepakatan tentang unsur esensiali ini maka
tidak ada kontrak. Contoh, dalam kontrak jual beli harus ada
kesepakatan mengenai barang dan harga karena tanpa kesepakatan
tersebut, maka kontrak dapat batal demi hukum sebab tidak ada hal
tertentu yang diperjanjikan.
b. Unsur Naturalia, merupakan unsur yang telah diatur dalam undang-
undang sehingga apabila tidak diatur dalam kontrak, maka undang-
undang yang mengaturnya. Dengan demikian, unsur ini merupakan
unsur yang selalu dianggap ada dalam kontrak. Sebagai contoh, jika
dalam kontrak tidak diperjanjikan tentang cacat tersembunyi, secara
11
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2003) h. 5
12
Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007), h. 31-32.
21
ًيَا أَيَُّٓا انَّ ِزيٍَ آ َيُُٕا ََّل حَأْ ُكهُٕا أَ ْي َٕانَ ُك ْى بَ ْيَُ ُك ْى بِ ْانبَا ِط ِم إِ ََّّل أَ ٌْ حَ ُكٌَٕ حِ َجا َسة
۩َّللاَ َكاٌَ ِب ُك ْى َس ِحي ًًا َّ ٌَّ ِاض ِي ُْ ُك ْى ۚ َٔ ََّل حَ ْقخُهُٕا أَ َْفُ َس ُك ْى ۚ إ
ٍ ع ٍَْ حَ َش
Yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu”.
Asas ini menyatakan bahwa segala transaksi yang dilakukan harus atas
dasar kerelaan antara masing-masing pihak. Bentuk kerelaaan dari para
pihak tersebut telah wujud pada saat terjadinya kata sepakat tanpa
perlu dipenuhinya formalitas-formalitas tertentu.15
13
Faturrahman Djamil, Penenrapan Hukum Perjanjjian Dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) h. 15
14
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), h. 10.
15
Faturrahman Djamil, Penenrapan Hukum Perjanjjian Dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) h. 22
23
16
Mohammad Daud Ali, Asas-asas Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali, 2000), h. 115.
24
17
Faturrahman Djamil, Penenrapan Hukum Perjanjjian Dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) h. 10
18
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), h. 10-11
25
19
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), h. 12
20
Salim H.S dkk, perancangan kontrak dan memorandum of understanding (MOU),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 9
26
4. Berakhirnya kontrak
Berakhirnya kontrak merupakan selesai atau hapusnya sebuah
kontrak yang dibuat antara dua pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur
tentang suatu hal, pihak kreditur adalah pihak atau orang yang berhak
21
Salim H.S dkk, perancangan kontrak dan memorandum of understanding (MOU),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 11
22
Salim H.S dkk, perancangan kontrak dan memorandum of understanding (MOU),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 16
27
Hak untuk mengakhiri kontrak diatur dalam Pasal 7.3.1 ayat 1 yang
berbunyi: “suatu pihak dapat mengakhiri kontrak tersebut di mana
kegagalan unutk melaksanakan suatu kewajiban sesuai dengan kontrak
tersebut mencapai pada tingkat ketidakpelaksanaan yang mendasar”.23
Disamping itu, dalam KUH Perdata juga telah diatur tentang berakhirnya
perikatan. Berakhirnya perikatan diatur dalam Pasal 1381 KUH Perdata.
Cara berakhirnya perikatan dibagi menjadi sepuluh cara, yaitu:
a. Pembayaran.
b. Konsignasi,
c. Novasi (pembaruan utang),
d. Kompensasi,
e. Konfusio (percampuran utang),
f. Pembebasan utang,
g. Musnahnya barang terutang,
h. Kebatalan atau pembatalan,
i. Berlaku syarat batal,
j. Daluarsa.
23
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), h. 163
28
24
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), h. 165
25
Miru ahmadi, hukum kontrak perancangan kontrak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 39
26
Soebekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2002), h. 1
29
27
Gatot Supramono, Perjanjian utang Piutang, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 20
28
Lihat Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
30
B. Akad Musyarakah
1. Pengertian
Musyarakah atau dikenal dengan sebutan Syirkah secara Bahasa
berarti (ikhtilath), yaitu percampuran antara sesuatu dengan yang
lainnya.29 Secara terminologi Dewan Syariah nasional MUI dan PSAK
No. 106 mendefinisikan musyarakah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak atau lebih unutk usaha tertentu di mana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
dengan kesepakatan.30
Pembiayaan musyarakah juga telah diatur dalam ketentun Fatwa
DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April 2000. Disebutkan
bahwa kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan
usaha terkadang memerlukan dana dari pihak lain, antara lain melalui
pembiayaan musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama
29
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 165
30
M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),
h. 90
31
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama.31
ال ََ ْع َجخِكَ إِنَ ٰٗ َِ َعا ِج ِّ ۖ َٔإِ ٌَّ َك ِثيشًا ِيٍَ ْان ُخهَطَا ِء نَ َيب ِْغي َ ًَ َقَا َل نَقَ ْذ ظَه
ِ ك بِ ُس َؤ
َ َٔ ۗ ث َٔقَهِي ٌم َيا ُْ ْى
ٍَّ ظ ِ ْط إِ ََّّل انَّ ِزيٍَ آ َيُُٕا َٔ َع ًِهُٕا انصَّانِ َحا ٍ ضُٓ ْى َعهَ ٰٗ بَع ُ بَ ْع
۩ اب َ َََدَا ُٔٔ ُد أَََّ ًَا فَخََُّاُِ فَا ْسخَ ْغفَ َش َسبَُّّ َٔ َخ َّش َسا ِكعًا َٔأ
Yang artinya: “Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebagian dari mereka berbuat dzolim kepada sebagian lain
kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih (QS. Shad (38):
24).
Pada ayat diatas menunjukan perkenan dan pengakuan Allah SWT
akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Terdapat dalam surah
An-Nisaa‟ ayat 12 perkongsian terjadi secara otomatis (jabr) karena
waris, sedangkan dalam surah Shaad ayat 24 terjadi atas dasar akad
(ikhtiyar).
Menurut Hadist diantaramya sebagai berikut:
Dari Abi Hurairah, Rasulullah saw berkata: “sesungguhnya Allah
azza wajalla berfirman: Aku pihak ketiga dari orang yang bersyarikat
selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya.” (HR. Abu Daud).
Menurut Ijma‟ Ibnu Qudamah dalam kitabnya, Al Mughni
mengatakan bahwa “Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap
legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan
pendapat dari beberapa elemennya”.
31
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta : Gajah Mada
University, 2009), h. 135
32
32
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syari‟ah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 52
33
3. Jenis-jenis Musyarakah
Secara garis besar musyarakah dikategorikan menjadi dua jenis yaitu,
perserikatan dalam kepemilikan (syirkah al amlak) dan perserikatan
berdasaskan perjanjian (syirkah al „aqd). Musyarakah kepemilikan tercipta
karena adanya warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan
pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah
akad tercipta dengan cara kesepakatan, dimana dua orang atau lebih setuju
bahwa tiap orang mereka memberikan kontribusi modal musyarakah,
mereka pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Akad musyarakah
terbagi menjadi : syirkah al „inan, al mufawadhah, al a‟maal, dan syirkah
al wujuh.33
a. Syirkah Al-„Inan
Merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih dimana besarnya
penyertaan modal dari masing-masing anggota tidak harus sama
besarnya, masing-masing anggota mempunyai hak penuh untuk aktif
dalam mengelola usaha, namun yang bersangkutan dapat
menggugurkan hak tersebut, pembagian keuntungan dapat didasarkan
atas presntase modal masing-masing atau dapat pula berdasarkan
negosiasi/kesepakatan dan kerugian dibagi bersama sesuai pernyataan
modal. Syirkah Al-„Inan merupakan bentuk perkongsian yang paling
banyak digunakan antar lain dapat diterapkan dalam perseroan terbatas,
Joint Venture, penyertaan saham, dan proyek khusus (special
investment).34
b. Syirkah Al Mufawadhah
Merupakan kerja sama antara dua orang atau lebih di mana besarnya
penyertaan modal ari masing-masing anggota sama, setiap anggota
menjadi wakil dan penjamin (kafil) bagi partner lainnya, mempunyai
33
Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka SM,
2007), h. 39
34
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 167
34
35
Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah Indonesia, (Yogyakarta : Pustaka SM,
2007), h. 40
36
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam ( Fiqh Muamalat ), (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2003), h. 164
35
37
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h 169-170
38
Muhammad Ridwan, Kontruksi Bank Syari‟ah Indonesia, (Yogyakarta :Pustaka SM,
2007), h. 66
37
2) Bank tidak akan terbebani biaya dana tetap (fix cost of funds),
tetapi hanya menanggung beban biaya bagi hasil atas dana dari
nasabah penyimpan sesuai dengan pendapatan dari nasabah
peminjam atau mitra musyarakah nya. Dengan demikian bank
syari‟ah tidak akan mengalami kerugian karena biaya dana
(negative spread).
3) Nasabah akan merasa terbantu, karena tidak akan menanggung
beban tetap. Bagi hasil baru bisa diketahui setelah ada pendapatan
usaha dan bukan sebelum usaha dimulai. Nasabah tidak akan
pernah menanggung beban biaya diatas pendapatan usahanya.
4) Nasabah akan tetap mampu menjaga stabilitas cash flow
perusahaannya, karena pengambilan cicilan pokok disesuaikan
dengan jadwal cash flow yang disepakati bersama.
5) Nasabah akan mendapatkan konsultasi usaha dari bank, karena
skema musyarakah memungkinkan bank untuk melakukan
pendampingan dan konsultasi usaha bagi nasabah dan mitra.
6) Bank akan lebih lebih berhati-hati dalam menentukan investasinya,
karena pendapatan bank sangat dipengaruhi oleh pendapatan usaha
nasabah.
7) Nasabah akan lebih mudah mendapatkan remisi jangka waktu dan
beban bagi hasilnya, karena jika usahanya merugi bank syariah
tidak akan menagih secara rigid, melainkan akan dilakukan
evaluasi ulang terutama menyangkut penyebab kerugian dan
kemungkinan prospek usaha selanjutnya.39
6. Berakhirnya Akad Musyarakah
Hal-hal yang menyebabkan berakhirnya suatu akad syirkah secara umum
yaitu:
a. Salah satu pihak membatalkannya meskipun tanpa persetujuan pihak
yang lainnya (mengundurkan diri).
39
Muhammad Ridwan, Kontruksi Bank Syari‟ah Indonesia, (Yogyakarta :Pustaka SM,
2007), h. 67
38
40
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 134-135
39
1
Artikel ini diakses pada tanggal 15 Maret 2019 https://www.amanahinsani.co.id/sejarah/
43
44
45
2. Visi Misi
BPRS Patriot Bekasi memiliki visi yaitu menjadi BPR yang sehat,
menguntungkan dan besar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Serta memiliki beberapa misi yaitu diantaranya:3
a. Menjadi motor penggerak pemberdayaan ekonomi rakyat.
b. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat.
c. Mengembangkan ekonomi rakyat sesuai syariah.
d. Memasyarakatkan dienul Islam dalam bidang ekonomi dan dunia
usaha.
BPRS Patriot Bekasi memiliki asas legalitas diantaranya: 4
1. Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor: 8/62/KEP.GBI/2006
Tanggal 31 Agustus 2006 Tentang Pemberian Izin Usaha PD. Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Kota Bekasi.
2. Keputusan Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia Nomor:
12/1/KEP. Dir.PbS/2010 Tanggal 14 Mei 2010 Tentang Izin Usaha PT.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pemerintah Kota Bekasi.
3. Keputusan Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia Nomor:
15/2/KEP. Dir.PbS/2013 Tanggal 27 Desember 2013 Tentang Izin
Usaha PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi.
3
Artikel ini diakses pada tanggal 29 Maret 2019 https://www.bprspatriot.com/profile/visi-
dan-misi/
4
Artikel ini diakses pada tanggal 29 Maret 2019
https://www.bprspatriot.com/profile/legalitas/
46
48
49
1
Hasil wawancara dengan Assistant Manager BPRS Amanah Insani, Singgih Purbhantoro
pada Tanggal 13 Maret 2019
50
2
Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2009) h. 43
51
r) Penutup
Berisi apabila terdapat hal-hal yang belum diatur, maka
bank dan nasabah akan mengaturnya bersama secara
musyawarah untuk mufakat melalui surat menyurat.
Walaupun kenyataannya, setelah kontrak ini terbit, nasabah
biasanya menyatakan persetujuannya tanpa adanya musyawarah
kedepannya.
Kontrak baku di sini adalah klausul-klausulnya yang berupa
isi/syarat/ketentuan-ketentuan yang telah dibakukan oleh bank dalam kontrak
perjanjian ini. Tujuannya untuk menyeragamkan setiap transaksi pembiayaan
yang sama yang dilakukan dalam jumlah yang banyak, juga untuk
menghemat waktu, sehingga waktu yang digunakan lebih efisien. Selain itu
juga, untuk lebih menguntungkan pihak bank dan menghindarinya dari
terjadinya kerugian.
Praktik penerapan kontrak baku di PT. Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Patriot Bekasi khususnya di pembiayaan musyarakah, bersifat final
artinya tidak dapat diganggu gugat atau direvisi oleh nasabah. Selama
nasabah telah menyetujui SP3 (Surat Penegasan Persetujuan Pembiayaan),
maka nasabah telah dianggap setuju untuk bekerjasama dengan bank dan
menaati segala aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh bank.
Semua ketentuan-ketentuan yang dimaksud tertera di dalam kontrak baku
pembiayaan musyarakah yang telah disiapkan oleh Bank Syariah Mandiri.
Kontrak baku tersebut menjadi pedoman/pegangan bagi nasabah selama
bekerjasama dengan bank.
B. ANALISIS TERHADAP KONTRAK BAKU PADA BPRS PATRIOT
BEKASI DAN AMANAH INSANI
Saat ini, kebanyakan kontrak yang terdapat pada perbankan syariah
dibuat secara baku dimana beberapa klausul yang terdapat pada kontrak
tersebut dapat memberatkan salah satu pihak saja. Memberatkan salah satu
pihak maksudnya adalah adanya pencantuman klausul kontrak yang
59
pembiayaan yang mereka ajukan karena posisi nasabah adalah pihak yang
lemah sehingga mau tidak mau nasabah akan menerima dan menyetujui
setiap syarat yang disebutkan dalam klausul kontrak. Pasal 31 Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, menjelaskan bahwa paksaan adalah
segala hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
diridhainya dan tidak merupakan pilihan bebasnya.4
Berikut ini merupakan contoh klausul pada kontrak baku pembiayaan
musyarakah di PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Patriot Bekasi yang
dianggap menyimpang dari konsep musyarakah dan memberatkan sebelah
pihak:
Pada Pasal 6 “Pembayaran Kembali” Dalam hal pembayaran dilakukan
melalui rekening nasabah di bank, maka dengan ini nasabah memberi kuasa
yang tidak dapat berakhir karena sebab–sebab yang ditentukan dalam
Pasal 1813 Kitab Undang–Undang Hukum Perdata kepada bank untuk
mendebet rekening nasabah guna membayar/melunasi kewajiban nasabah
kepada bank.
Klausul ini mengandung unsur paksaan bagi nasabah, dimana nasabah
harus menyetujui bahwa bank berhak mendebet (mengambil uang) rekening
nasabah untuk melunasi kewajiban nasabah, dan mau tidak mau nasabah
harus rela jika sewaktu- waktu pihak bank mendebet rekening nasabah.
Pembiayaan ini lebih terkesan seperti pembiayaan dengan akad utang piutang.
Selain itu dalam akad pembiayaan musyarakah di Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Insani tidak terdapat klausul pembagian
kerugian. Sedangkan menurut Fatwa MUI08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan musyarakah dijelaskan bahwa kerugian harus dibagi di antara
para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal.
Satu hal lagi pelaksanaan akad pembiayaan musyarkah tidak sesuai dengan
fatwa MUI nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Musyarkah
4
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta, 2011) h. 19
61
Hal lain terjadi juga pada BPRS Amanah Insani seperti terdapat pada
Pasal 9 “Biaya, Potongan, dan Pajak.” Ayat pertama, nasabah berjanji dan
dengan ini mengikatkan diri untuk menanggung segala biaya yang diperlukan
berkenaan dengan pelaksanaan Akad ini, termasuk jasa Notaris dan jasa
lainnya, sepanjang hal itu diberitahukan bank kepada nasabah sebelum
ditandatanganinya Akad ini, dan nasabah menyatakan persetujuannya.
Klausula di atas membebankan setiap biaya pelaksanaan akad tersebut
kepada nasabah yang merupakan mitra kerjanya (bank). Sehingga ada rasa
tidak fair terhadap nasabah karena setiap jasa notaris dan jasa-jasa lainnya
dibebankan kepada nasabah. Ditandai dengan adanya kata-kata “jasa
lainnya” yang harus ditanggung biayanya oleh nasabah, yang belum jelas
jasa apa-apa saja nantinya yang harus ditanggungnya. Seharusnya sesama
mitra kerja dalam perjanjian kerjasama, hal itu ditanggung bersama-sama
tidak ditanggung oleh nasabah seorang.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Insani dalam Pasal
15 “Asuransi” Nasabah berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk tetap
menutup asuransi atas bebannya terhadap seluruh barang yang menjadi
jaminan bagi Pembiayaan berdasar Akad ini, pada perusahaan asuransi yang
ditunjuk oleh bank, dengan menunjuk dan menetapkan bank sebagai pihak
yang berhak menerima pembayaran claim asuransi tersebut (banker‟s
clause).
Pada klausul di atas, nasabah dibebankan untuk membayar premi
asuransi atas barang jaminannya sendiri ke perusahaan asuransi yang
ditunjuk oleh bank dengan menetapkan pihak bank sebagai pihak yang
menerima pembayaran claim (ganti rugi) atas peristiwa yang terjadi
pada barang jaminan. Sedangkan status barang jaminan yang dijaminkan
kepada bank pada hakikatnya adalah milik bank, meskipun secara fisik
ada barang jaminan yang tidak dikuasai oleh bank. 5 Sehingga pihak banklah
yang seharusnya mengasuransikan barang jaminan tersebut.
5
Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2009), h. 217
62
6
Miru Ahmadi, Hukum Kontrak Bernuansa Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 59
63
kontrak yang ditetapkan di setiap bisnis syariah di zaman modern ini adalah
kontrak baku yaitu kontrak yang telah dibakukan klausul atau isinya. Jadi
mau tidak mau nasabah harus menerima dan mengikuti kontrak baku
tersebut, jika tidak nasabah akan lebih mudharat lagi sebab tidak dapat
menjalankan usahanya karena tidak mendapatkan pembiayaan atau tambahan
modal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di uraikan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam penerapan kontrak baku pada pembiayaan musyarakah di BPRS
Amanah Insani Kc Mawar dan BPRS Patriot Bekasi sama-sama melalui 3
tahap. Pertama, pengajuan pembiayaan. Kedua, tahap analisa bank.
Ketiga, tahap penerbitan SP3 (Surat Penegasan Persetujuan Pembiayaan).
Akhirnya diberlakukannya kontrak baku pembiayaan musyarakah yang
bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat atau direvisi oleh nasabah.
Dalam hal ini nasabah hanya mempunyai dua pilihan yaitu take it or leave
it (terima atau tinggalkan) tanpa ada kesempatan untuk negosiasi.
2. Akad pembiayaan musyarakah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Amanah Insani tidak terdapat klausul pembagian kerugian.
Sedangkan menurut Fatwa MUI 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan musyarakah dijelaskan bahwa kerugian harus dibagi di antara
para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam
modal. Satu hal lagi pelaksanaan akad pembiayaan musyarakah tidak
sesuai dengan fatwa MUI nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan musyarakah.
3. Akad pembiayaan musyarakah di BPRS Amanah Insani Kc Mawar dan
BPRS Patriot Bekasi secara keseluruhan sama-sama sesuai menurut KUH
Perdata pasal 1380 tentang kebebasan berkontrak dan telah
mengemukakan bahwasannya dalam setiap klausul-klausulnya tidak
melanggar hukum yang terdapat pada pasal 1380 KUHP Perdata tersebut.
B. Saran
Mengakhiri skripsi ini penulis mengajukan saran-saran bagi pihak
pembuat kontrak baku sebagai berikut:
65
1. Sebaiknya klausul-klausul kontrak yang memberatkan sebelah pihak
dihilangkan, agar terciptanya kontrak baku yang adil, seimbang dan
saling ridha di antara kedua belah pihak yang berkontrak dan
membuka peluang bagi nasabah untuk menegosiasikan isi kontrak,
karena sifat musyarakah itu sendiri yaitu kerjasama, dimana kedua
belah pihak selain bekerjasama dalam hal kontribusi dana, juga
bekerjasama dalam pembuatan kontrak. Tujuannya adalah untuk
menciptakan kebebasan para pihak dalam berkontrak demi mencapai
keadilan dan kesetaraan hak dan kewajiban masing-masing pihak.
2. Sebaiknya terdapat klausul pembagian kerugian. sesuai Fatwa
MUI08/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan musyarakah
dijelaskan bahwa kerugian harus dibagi di antara para mitra secara
proporsional menurut saham masing-masing dalam modal.
Demikianlah beberapa kesimpulan dan Rekomendasi yang
berkaitan dengan pembahasan skripsi ini, semoga bermanfaat bagi para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
Abu, Imam Daud. Sunan Abi Daud. Juz III. Beirut: Dar al-Fikr, 1994
Ahmadi, Miru. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.
Ali, Muhammad Daud. Asas-Asas Hukum Islam. Jakarta: Rajawali, 2000.
Anshori, abdul Ghofur. Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gajah
Mada University, 2009.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Anwar, Syamsul. Hukum Perjanjian Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006
Burhanudin S. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Graha Ilmu,
2010.
Darus, Mariam. Kompilasi Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Bandung: Citra
Aditya Bhakti, 2002.
Dewan Syariah Nasioanal (DSN). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional.
Jakarta: DSN, 2014.
Dewi, Gemala dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Cet ke-2. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2006.
Dewi, Gemala. Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian
Syariah di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2006.
Djamil, Faturrahman. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era
Globalisasi. Ed Revisi. Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2005.
H.S, Salim. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta:
sinar Grafika, 2003.
H.S, Salim. Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008.
H.S, Salim. Perancangan Kontrak dan Memorendum Of Understanding (MOU).
Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
67
68
Hasan M. Ali. Berbagi Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Mualat). Jakarta: PT.
Rajawali Grafindo Persada, 2003.
Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah. Jakarta: Rajawali press,
2009.
Karim, Andiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES). Jakarta: KHES, 2011.
Laksmana, Yusak. Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank
Syariah. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2014.
Laksamana, Yusak. Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2009.
Ridwan, Muhammad. Kontruksi Bank Syariah Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
SM, 2007.
R. Tjitrosubdibio, R. Subekti. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta:
Pradnya Paramita, 2008.
Rivai, Veitzhal. Islamic Banking. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.
Soebekti. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa, 2002
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali
Press, 2011.
Suhendi, Hendi. Fiqh Mualamah. Jakarta: Pustaka SM, 2007
Supramono, Gatot. Perjanjian Utang-Piutang. Jakarta: Kencana 2013
Yahya, Rizal. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Erlangga, 2014
Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim, 2003.
Jurnal Ilmiah:
Sinaga, Anita niru. “ Peranan Asas-Asas Hukum Perjanjian Dalam Mewujudkan
tujuan Perjanjian”. Jurnal Bina Mulya Hukum. Vol. 7, N0. 2, Desember
2018.
Rusyidi, Ibnu. “Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Pembiyaan Mudharabah Pada
Perbankan Syariah”. Jurnal Menejemen Bisnis. Vol. 6, No. 1, Maret, 2018.
Sinegar, Saparudin. “Performance Appraisal Pada BPRS”. Jurnal Menejemen
Bisnis. Vol. 1, No. 1, Januari, 2008.
69
Lain-lain:
https://www.bprspatriot.com/profile/legalitas/
https://www.amanahinsani.co.id/sejarah/
Fatwa DSN-MUI No.08/DSN-MUI/IV/2000 tentang akad Musyarakah.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
KUH Perdata Pasal 1320 tentang Syarat Sahnya Perjanjian
KUH Perdata Pasal 1338 tentang Asas Kebebasan Berkontrak