SKRIPSI
Oleh:
Ahmad Fauzan Nasrulloh
NIM 11140460000036
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penyelesaian Utang Melalui Subrogasi (Studi Komparatif Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016)”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, tabi’in dan berharap sampai
kepada kami selaku ummatnya di akhir zaman ini.
Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana
Hukum (S.H.) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan
disetiap prosesnya. Kemudian penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah (Muamalah) dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A., selaku
Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah).
3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H. selaku dosen pembimbing
skripsi yang senantiasa meluangkan waktu memberikan arahan dan
masukan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Syahrul ‘Adam, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik
penulis selama 4 (empat) tahun terakhir.
5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta atas bimbingan dan pengajaran yang telah diberikan
selama masa perkuliahan penulis.
6. Pimpinan dan Staf Karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
dan Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
v
vi
Penulis
DAFTAR ISI
vii
viii
LAMPIRAN……………………………………………………………… 100
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang “OJK: Aset Bank Syariah tumbuh 20,65% per
Februari 2018”, Kontan, 11 April 2018 diakses dari http://kontan.co.id/news/ojk-aset-bank-
syariah-tumbuh-2065-per-februari-2018/
2
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah Februari 2018, (Jakarta:OJK, 2018)
h.9
3
Lit Septityaningsih, “NPF Tinggi, Bank Syariah Diimbau Cermat Salurkan Pembiayaan”,
Republika, 11 September 2017 diakses dari http://republika.co.id/amp_version/ow3j5a/
4
Yohana Arta Uli. “Data OJK Ungkap Kredit Bermasalah Bank Syariah 4,12%, Lebihi
Konvensional 2,96%”, Okezone, 15 Desember 2017 diakses dari
http://economy.okezone.com/amp/2017/12/15320/1831077/data-ojk-ungkap-kredit-
bermasalah-bank-syariah-4-12-lebihi-konvensional-2-96/
1
2
5
Misahardi Wilamarta, Eksistensi Kredit Sindikasi dalam Perjanjian Kredit Perbankan,
(Depok: CELS, 2006) h. 46
6
Misahardi Wilamarta dan Zulfadli Barus, “Manfaat Analisis Yuridis dan Sosiologis yang
Bersifat Komplementer dalam Perjanjian Kredit Untuk Meminimalisir Resiko Bank Sebagai
Kreditor”, Yustisia Vol. 1 No. 2 (Mei-Agustus 2012), h. 164
3
perbedaan yang mendasar (pada sebab) antara Hawalah dalam hukum islam
dengan konsep Subrogasi pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Perdata).7
7
Ismail, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Subrogasi Dalam Hukum Perdata (Skripsi S-1
Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1990) h.60
8
Ma’ruf Amin, Solusi Hukum Islam (Makharij Fiqhiyyah) Sebagai Pendorong Arus Baru
Ekonomi Syariah di Indonesia (Malang: Orasi Ilmiah UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017) h.6
4
3. Perumusan Masalah
a. Bagaimana persamaan dan pebedaan teori subrogasi dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dengan Subrogasi Berdasarkan
Prinsip Syariah dalam Fatwa DSN MUI?
b. Bagaimana persamaan dan perbedaan praktik subrogasi dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah dalam Fatwa DSN MUI?
6
9
Kamaliah, Subrogasi Menurut Pandangan Hukum Postif dan Hukum Islam (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)
10
Ah. Azharuddin Latif, “Harmonisasi KHES, Fatwa DSN MUI dan Kodifikasi Produk
Perbankan Syariah Sebagai Sumber Hukum Material Sengketa Keuangan Syariah”, Seminar
Bulanan MES : Ekonomi dan Keuangan Syariah (Jakarta, 11 Oktober 2017)
8
11
Baerin Oktaviani, Perbandingan Konsep Anjak Piutang Syariah DSN MUI dan Konsep
Akad Hawalah dalam Surat Edaran Bank Indonesia (Malang: Jurnal Hukum dan Syariah UIN
Maulana Malik Ibrahim Volume 6, 2015)
12
Muhammad Rizaldy, Pelaksanaan Take Over Pembiayaan di PT Bank Syariah Mandiri
Cabang Medan, (Medan: Premise Law Jurnal Universitas Sumatera Utara Volume 12, 2016)
9
b. Subrogasi Syariah
c. Perjanjian
C. Asser’s sebagaimana dikutip M. Yahya Harahap dalam
bukunya Segi-segi Hukum Perjanjian menjelaskan Perjanjian atau
Verbintenis adalah suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda
antara dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan hak pada
satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan
pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.15
d. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah Kitab
Hukum yang masih digunakan sebagai sumber hukum perdata di
Indonesia sebagi hasil terjemahan dari hukum perdata Belanda
sejak masa kolonial, yakni Bugerlijk Wetboek (BW).16 Kitab
tersebut terdiri dari empat bagian yaitu:
1) Buku I tentang Orang
2) Buku II tentang Kebendaan
13
M Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1982) h.129
14
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-MUI/XI/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, (Jakarta: 2016), h. 7
15
Ibid., h. 6
16
Edukasi PPKN, Pengertian/Definisi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)
dan hukum perdata di Indonesia. Artikel diakses pada 20 Februari 2018 dari
http://www.edukasippkn.com/2015/10/pengertian-definisi-kitab-undang-undang.html?m=1//
10
17
Fellin Kinanti, Studi Perbandingan, Les Journals. Artikel diakses pada 20 Februari 2018
dari http://www.fellinkinanti-fisip10.web.unair.ac.id//
18
Sunarjati Hartono, Kapita Selekta Perbandingan Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1991) h.1
11
19
R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Ed.1 Cet.7 (Jakarta: Sinar Gafika, 2007) h. 6
20
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Pers, 1984) h. 258
21
Ibid.,
22
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta: Rajawali Press, 1986) h. 99
12
a. Constantinesco
Ia mempelajari proses perbandingan hukum dalam tiga Fase:
Fase pertama, mempelajari konsep-konsep yang diperbandingkan
dan menerangkannya menurut sumber aslinya. Mempelajari
konsep-konsep itu di dalam kompleksitas, teoritas dan sumber-
sumber hukum dengan pertimbangan yang sungguh-sungguh, yaitu
dengan melihat hirarki sumber hukum itu dan menafsirkannya
dengan menggunakan metode yang tepat atau sesuai dengan tata
hukum yang bersangkutan. Fase kedua, memahami konsep-konsep
yang diperbandingkan, yang berarti mengintegrasikan konsep-
konsep itu kedalam tata hukum mereka sendiri. Dengan memahami
pengaruh-pengaruh yang dilakukan terhadap konsep-konsep itu
dengan menentukan unsur-unsur dari system dan faktor diluar
hukum, serta mempelajari sumber-sumber social dari hukum
positif. Fase ketiga, melakukan penjabaran konsep-konsep itu
untuk diperbandingkan; fase ketiga ini, merupakan fase yang agak
rumit dimana metode-metode hukum yang sesungguhnya
digunakan. Melakukan deskripsi, analisis dan eksplanasi yang
membuat generalisasi dan harus cukup luas meliputi
pengidentifikasian hubungan-hubungan dan sebab-sebab dari
hubungan-hubungan itu.
b. Kamba
Dengan menekankan, bahwa penjelasan mengenai
perbedaan dan persamaan merupakan suatu yang seharusnya ada
pada perbandingan hukum, ia juga membicarakan tiga fase:
deskripsi, analisis dan eksplanasi. Ia juga menekankan pendekatan
fungsional dan pendekatan pemecahan masalah sebagai sesuatu
yang sangat diperlukan bagi perbandingan lintas budaya ialah
membandingkan budaya-budaya yang berbeda.
13
c. Schmidlin
Ia mengemukakan tiga pendekatan: analisis menurut hukum
(legal analysis); Analisis menurut morfologi structural; dan
Analisis yang bersifat evolusi historis dan fungsional.
SUBROGASI
PERSAMAAN, PERBEDAAN,
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
TEORI DAN PRAKTIK SUBROGASI
DALAM KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA DAN FATWA
DEWAN SYARIAH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
15
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian hukum normatif memiliki beberapa pendekatan. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan pendekatan komparatif
(Comparative Approach), yaitu dengan membandingkan peraturan
hukum dengan peraturan hukum yang lain dalam tema hukum yang
sama23. Peraturan yang dibandingkan di dalam penelitian ini adalah
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai salah satu
doktrin hukum ekonomi syariah di Indonesia. Pendekatan selanjutnya
penulis menganalisis sejauh mana kesesuaian konsep subrogasi ketika
dituangkan ke dalam perjanjian, baik berdasarkan KUH Pedata
maupun Ftawa. Serta bagaimana perbandingan antara praktik hukum
keduanya di dalam kontrak perjanjian.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian normatif.
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang difokuskan untuk
mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum
positif. Dalam penelitian hukum normatif, peneliti melakukan
pengumpulan bahan-bahan, baik yang terpublikasi maupun yang tidak,
yang berkenaan dengan bahan hukum positif yang dikaji. 24
3. Data Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer,
data sekunder dan data tersier, yaitu:
a. Data Primer, ialah data yang didapatkan seorang peneliti langsung
dari objeknya25. Dalam penelitian normatif, yang menjadi sumber
data primer dalam penelitian yang adalah peraturan perundang-
23
Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metodologi Penelitian Hukum, Cet. I (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004) h.118
24
Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010) h.38
25
Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, diakses pada tanggal 31 Juli 2018 dari
http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Data%20primer/
16
26
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 141
27
Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, diakses pada tanggal 31 Juli 2018 dari
http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Data%20sekunder/
28
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Cet. VI (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003) h.114
29
Saifullah, Tipologi Penelitian Hukum (Malang: Intelegensia Media, 2015), h. 265.
17
30
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, h.145
31
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Cet. VI, h.97
32
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: FSH UIN
Jakarta, 2015) h.39
18
A. Subrogasi
Subrogasi adalah penggantian kedudukan kreditur oleh pihak ketiga
dalam perjanjian, sebagai akibat pembayaran yang dilakukan oleh pihak
ketiga atas utang debitur kepada pihak kreditur.1 Pembayaran sendiri
merupakan setiap pemenuhan prestasi secara sukarela dan mengakibatkan
hapusnya perikatan antara kreditur dan debitur.2 Dari pengertian tersebut
maka tidak heran pembayaran tidak dapat dipisahkan dari subrogasi. Karena
subrogasi sendiri terjadi sebagai akibat pihak ketiga melakukan pembayaran
atas piutang kreditur. Atau pihak ketiga telah meminjami debitur sejumlah
apa yang menjadi utang, guna dibayarkan kepada kreditur. Pembayaran
tersebut menjadikan pihak ketiga tadi mengambil alih kedudukan kreditur
lama untuk nantinya mendapatkan pembayaran dari debitur.
Pokok subrogasinya adalah terjadi penggantian kreditur. Sedangkan
perjanjian dan isinya tidak berubah.3 Mengenai skema atau proses terjadinya
subrogasi terdapat beberapa pendapat. Misalnya pendapat bahwa dengan
terjadi pembayaran maka perikatan antara kreditur yang lama menjadi hapus
dan kemudian dihidupkan lagi untuk kepentingan pihak ketiga sebagai
kreditur baru. Pendapat ini sama seperti yang diungkapkan oleh R Subekti
sebagai mana dikutip oleh Suharnoko dan Endah Hartati yang menerangkan
bahwa dalam subrogasi, utang piutang yang lama hapus biarpun hanya satu
detik, untuk kemudian dihidupkan lagi bagi kepentingan kreditur baru.4
Pendapat lain, C. Asser mengatakan bahwa hanya perikatan antara
kreditur lama dengan debitur yang hapus, maka kreditur lama tidak dapat lagi
1
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian (Bandung: Alumni, 1982) h. 129
2
Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi, dan Cessie (Jakarta: Kencana,
2008), h. 1
3
M. Yahya harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, h. 129
4
Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi, dan Cessie, h. 101
19
20
Pasal 1400
Subrogasi atau perpindahan hak kreditur kepada seorang pihak ketiga
yang membayar kepada kreditur, dapat terjadi karena persetujuan atau
karena Undang-Undang.
5
Ibid., h. 2
6
Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris (Jakarta: PT Ichtiar Baru
van Hoeve, 2007) h. 683
7
Republik Indonesia, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1400-1403
21
Pasal 1401
Perpindahan itu terjadi karena persetujuan:
1. bila kreditur, dengan menerima pembayaran dan pihak ketiga,
menetapkan bahwa orang ini akan menggantikannya dalam
menggunakan hak-haknya, gugatan-gugatannya, hakhak istimewa
dan hipotek-hipoteknya terhadap debitur; Subrogasi ini harus
dinyatakan dengan tegas dan dilakukan bersamaan dengan waktu
pembayaran.
2. bila debitur menjamin sejumlah uang untuk melunasi utangnya, dan
menetapkan bahwa orang yang meminjamkan uang itu akan
mengambil alih hak-hak kreditur, agar subrogasi ini sah, baik
perjanjian pinjam uang maupun tanda pelunasan, harus dibuat
dengan akta otentik, dan dalam surat perjanjian pinjam uang harus
diterangkan bahwa uang itu dipinjam guna melunasi utang
tersebut; sedangkan dalam surat tanda pelunasan harus diterangkan
bahwa pembayaran dilakukan dengan uang yang dipinjamkan oleh
kreditur baru. Subrogasi ini dilaksanakan tanpa bantuan kreditur.
Pasal 1402
Subrogasi terjadi karena Undang-Undang:
1. untuk seorang kreditur yang melunasi utang seorang debitur kepada
seorang kreditur lain, yang berdasarkan hak istimewa atau
hipoteknya mempunyai suatu hak yang lebih tinggi dan pada
kreditur tersebut pertama;
2. untuk seorang pembeli suatu barang tak bergerak, yang memakai
uang harga barang tersebut untuk melunasi para kreditur, kepada
siapa barang itu diperikatkan dalam hipotek;
3. untuk seorang yang terikat untuk melunasi suatu utang bersama-
sama dengan orang lain, atau untuk orang lain dan berkepentingan
untuk membayar utang itu;
4. untuk seorang ahli waris yang telah membayar utang-utang warisan
dengan uangnya sendiri, sedang ia menerima warisan itu dengan
hak istimewa untuk mengadakan pencatatan tentang keadaan harta
peninggalan itu.
Pasal 1403
Subrogasi yang ditetapkan dalam pasal-pasal yang lalu terjadi, baik
terhadap orang-orang penanggung utang maupun terhadap para
debitur, subrogasi tersebut tidak dapat mengurangi hak-hak kreditur
jika ia hanya menerima pembayaran sebagian; dalam hal ini ia dapat
melaksanakan hak-haknya mengenai apa yang masih harus dibayar
kepadanya, lebih dahulu daripada orang yang memberinya suatu
pembayaran sebagian.
22
C. Unsur-Unsur Subrogasi
Setidaknya ada tiga unsur-unsur subrogasi sebagaimana terkandung
dalam pasal 1400 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:8
1. Perpindahan Hak Kreditur kepada Pihak Ketiga
Penggantian atau perpindahan hak kreditur kepada pihak ketiga
merupakan akibat dari subrogasi. Hak kreditur disini adalah hak-hak
yang dimiliki oleh kreditur terhadap debiturnya. Sedangkan pihak ketiga
adalah pihak yang bukan kreditur maupun debitur. Pihak ketiga
memperoleh subrogasi tersebut karena ia membayar utang debitur.
kondisi demikian, bukan berarti setiap pembayaran yang dilakukan pihak
ketiga atas utang debitur dapat dikategorikan peristiwa subrogasi. Karena
pada prinsipnya, pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga tidak
menimbulkan subrogasi atau bahkan tagihan baru. Hanya saja dalam
kondisi-kondisi tertentu Undang-Undang menentukan lain.
2. Pembayaran oleh Pihak Ketiga
Pihak ketiga baru mendapatkan hak-hak subrogasi jika
pembayaran yang dilakukan kepada kreditur atas piutang yang sah dan
dapat dilakukan subrogasi. Kalau debitur ternyata tidak punya utang
kepada kreditur, dalam hal sudah dilakukan pembayaran. Maka tidak
terjadi subrogasi, dan pihak ketiga tidak dapat menagih debitur untuk
uang yang telah dibayarkan kepada kreditur.
3. Terjadinya Melalui Perjanjian dan Undang-Undang
Unsur terakhir ini sebagaimana tertuang dalam pasal 1402 dan
1403 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Unsur ini akan dijelaskan
kemudian pada sub bab mengenai pembagian subrogasi.
D. Akibat Hukum
Akibat hukum subrogasi yang paling nyata adalah beralihnya hak
tuntutan dan kedudukan kepada pihak ketiga. Sehingga setelah dilakukan
subrogasi, debitur harus membayar utangnya kepada pihak ketiga. Peralihan
8
J. Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie dan Pencampuran Utang (Bandung:
Alumni, 1999) h. 50
23
kedudukan itu, meliputi segala hak dan tuntutan.9 Pinjam meminjam uang
merupakan suatu perjanjian pokok yang biasanya diikuti oleh berbagai
perikatan lainnya, seperti gadai, fidusia, hipotek dan hak tanggungan sebagai
perjanjian accesoir. Sifat suatu perjanjian accesoir adalah mengikuti
perjanjian pokoknya. Sehingga dengan subrogasi, maka hak kreditur sebagai
pemegang gadai, fidusia, hipotek dan hak tanggungan juga beralih kepada
pihak ketiga sebagai kreditur baru.10
Namun demikian perlu juga diperhatikan keabsahan perjanjian
pokoknya, yaitu perjanjian pinjam meminjam uang ataupun perjanjian kredit.
Sebab pembebanan jaminan seperti gadai, fidusia, hipotek dan hak
tanggungan adalah perjanjian yang bersifat accesoir, artinya sah atau
tidaknya perjanjian accesoir tergantung pada keabsahan perjanjian pokoknya.
Selain itu perlu diperhatikan, hak dan tuntutan hanya sebatas apa yang
dimiliki oleh kreditur lama. Tidak boleh pihak ketiga menambah hal-hal
diluar yang telah ada. Sebagai mana ditegaskan oleh M. Yahya Harahap
sebagai berikut:11
1. Sesuai prinsip peralihan, pihak ketiga dapat menuntut pembatalan
perjanjian, sebab tuntutan pembatalan bukan “hak tambahan”
(nevenrechten), tetapi semata-mata masih tetap merupakan
“tuntutan pokok” yang melekat pada perjanjian. Sepanjang
tuntutan masih merupakan tuntutan pokok yang melekat pada
setiap perjanjian, harus dianggap sebagai “akibat peralihan” (akibat
hukum) yang melekat pada subrogasi.
2. Demikian juga keadaanya “meng-anulir perjanjian” karena alasan
tidak cakap (onbekwaam), salah sangka (dwaling), pemaksaan
(dwang) dan penipuan (bedrog). Masih merupakan tuntutan pokok
yang beralih kepada pihak ketiga sebagai akibat subrogasi.
3. Tuntutan “ganti rugi” (schadevergoeding) adalah tuntutan pokok
yang melekat pada setiap perjanjian, bukan hak tambahan.
Karenanya tuntutan pihak yang menerima subrogasi atas ganti rugi
wajib dipenuhi oleh debitur. Malah hakikat ganti rugi, bukan saja
tuntutan pokok yang beralih kepada pihak ketiga sebagai akibat
subrogasi. Tapi ganti rugi adalah tuntutan yang berdiri sendiri
berdasar kekuatan Undang-Undang yang diberikan oleh Undang-
9
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, h. 130
10
Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi, dan Cessie, h. 16
11
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, h. 131
24
E. Pembagian Subrogasi
1) Subrogasi berdasarkan Perjanjian
Subrogasi berdasarkan perjanjian disebut juga dengan
subrogasi kontraktual, sebagaimana tertuang dalam pasal 1401 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Maksudnya adalah seluruh proses
subrogasi merupakan persetujuan antara kreditur dan pihak ketiga. 12
Sehingga tidak bisa dilakukan secara sepihak.
Subrogasi berdasarkan perjanjian, sebagaimana pasal 1401
menentukan bagaimana subrogasi terjadi hanya ada dua kemungkinan
yang limitatif, Artinya tidak ada subrogasi lain berdasarkan perjanjian
selain yang telah diatur pada pasal tersebut.13 Dua kemungkinan
tersebut sebagaimana dijelaskan pada pasal 1401 ayat (1) dan (2)
adalah sebagai berikut.14
12
M. Yahya harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, h. 132
13
Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris (Jakarta: PT Ichtiar Baru
van Hoeve, 2007) h. 683
14
Republik Indonesia, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1401
25
15
Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, h. 684
26
16
Ibid.
17
J. Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie dan Pencampuran Utang, h. 72
18
Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, h. 685
19
Republik Indonesia, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1402
27
20
Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, h. 688
21
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, h. 142
28
Subrogasi Novasi
1. Perjanjiannya merupakan perjanjian 1. Perjanjian sebelumnya hapus dan
yang sama, Namun kedudukan lahir perjanjian baru dengan para
kreditur diganti oleh pihak ketiga pihak baru juga
2. Terjadi melalui pembayaran 2. Terjadi bukan melalui
29
pembayaran
dengan teori tersebut menjadi hal yang penting, karena dapat memberikan
celah terjadinya sengketa dikemudian hari, bahkan pembatalan perjanjian
demi hukum. Oleh karena itu penulis membandingkan sebuah Draft
Perjanjian Utang Piutang Subrogasi dengan teorinya yang telah penulis
paparkan di atas. Draft perjanjian tersebut akan penulis lampirkan pada
akhir skripsi ini. Setelah penulis menganalisis keduanya, terdapat beberapa
perbedaan antara pelaksanaan perjanjian subrogasi dengan teori atau
aturan hukum subrogasi, yaitu sebagai berikut:
Teori Praktik
1. Pihak ketiga merupakan pihak luar 1. Pihak ketiga memiliki hubungan
yang tidak memiliki hubungan perikatan dengan pihak pertama
perikatan, baik dengan kreditur (kreditur).
maupun debitur Pihak ke-2 berutang kepada pihak ke-1
Pihak ke-1 berutang kepada pihak ke-3
Sehingga terjadi pengalihan utang
menjadi Pihak ke-2 berutang kepada
pihak ke-3
Kondisi ini serupa dengan Novasi
subjektif aktif dan pasif (Double
Novasi)
2. Pembayaran Pihak ketiga ditujukan 2. Pembayaran pihak ketiga ditujukan
untuk melunasi/membayar utang untuk memberi utang kepada pihak
debitur pertama (kreditur)
3. Subrogasi dilakukan dengan tegas 3. Subrogasi tidak dilakukan dengan
bersamaan pada saat pembayaran tegas bersamaan pada saat pembayaran
berlangsung pihak ketiga berlangsung
4. Sejak tanggal perjanjian subrogasi, 4. Kreditur lama (pihak Pertama) masih
Kreditur lama (pihak pertama) sudah berhak untuk meminta pelaksanaan dan
35
22
Republik Indonesia, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1401
36
23
Tan Thong Kie, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, h. 684
37
24
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, h. 147
BAB III
1
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid ke-6 (Edisi Indonesia) (Depok: Gema
Insani, 2007) h. 84
2
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo,2002), h. 99
3
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid ke-6 (Edisi Indonesia), h.85
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, h.100
38
39
Dari berbagai pendapat di atas dapat kita lihat persamaan, bahwa hawalah adalah
sebuah akad mengalihkan utang dari pihak debitur (muhĭl) kepada pihak ketiga
(muhăl ‘alaihi) yang bersedia menggantikan posisinya untuk membayar utang
tersebut kepada kreditur (muhăl).
Adapun landasan hukum dari hawalah adalah Firman Allah SWT dalam Al-
Qur’an (QS. Al-Maidah [5]: 2)
Ayat ini merupakan prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dengan siapa
pun selama tujuannya adalah kebajikan dan ketakwaan.6 Allah menganjurkan untuk
melakukan kerjasama dalam hal kebaikan dan meninggalkan hal-hal yang munkar.
Maka ayat ini bisa menjadi dasar hukum umum bagi hawalah, karena asas yang
terkandung dalam konsep hawalah pun merupakan tolong menolong dalam
kebaikan. Selanjutnya, secara khusus Hawalah diatur dalam hadis yang
diriwiyatkan oleh al-Bukhari:
5
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997) h.
560
6
M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol.3 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.17
40
7
Sahih Bukhari, Hadits Nomor 2125
8
Rachmadi Usman, Produk Dan Akad Perbankan Syariah Di Indonesia, Implementasi Dan
Aspek Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), h. 280
41
9
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008
tentang Konfilasi Hukum Ekonomi Syariah, h.84
10
M Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (fiqh muamalat) (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), h.222
42
a. Muhăl bih harus berupa al-dain (harta yang berupa utang), maksudnya pihak
muhĭl memang memiliki tanggungan utang kepada pihak muhăl. Apabila
tidak, maka akad tersebut adalah akad wakalah (perwakilan) sehingga
selanjutnya secara otomatis hukum dan peraturan yang berlaku adalah hukum
dan peraturan akad wakalah. Berdasarkan syarat ini maka tidak sah
mengadakan akad hawalah dengan muhăl bih berupa harta al-ain (barang,
harta yang barangnya berwujud secara konkrit, kebalikan dari al-dain) yang
barangnya masih ada, belum rusak atau binasa. Karena al-Ain tersebut bukan
merupakan sesuatu yang berada dalam tanggungan.
b. Tanggungan utang yang ada sudah positif dan bersifat mengikat (lăzim) seperti
utang dalam akad pinjaman uang (qardh). Oleh karena itu tidak sah pada masa
lalu akad hawalah dengan muhăl bih adalah harga al-Mukatabah (sejumlah
uang yang dibayarkan oleh si budak kepada majikannya sebagai syarat
kemerdekaannya), sedangkan si budak adalah sebagai muhăl ‘alaihi. Karena
apa yang harus dibayar oleh budak mukatab agar dirinya bisa merdeka itu tidak
bersifat mengikat. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa setiap tanggungan
utang yang tidak sah dijadikan makful bih, juga tidak sah dijadikan sebagai
muhăl bih. Harus berupa utang yang hakiki, sudah nyata dan positif, tidak
bersifat spekulatif dan masih mengandung kemungkinan ada dan tidak. Yaitu
utang yang biasanya para fuqaha menyebutnya dengan utang yang shahih.
Mengenai syarat muhăl bih ini terdapat perbedaan pandangan dari ulama
Hanabilah yang memperbolehkan hawalah terhadap utang berupa mukatabah
11
Wahbah az-Zuhaili, Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid ke-6 (Edisi Indonesia),
h. 90
44
dan utang berupa harga pembelian selama masa khiyar. Sedangkan ulama
Syafi’iyah memperbolehkan utang tersebut belum positif dan mengikat, akan
tetapi akan berujung positif dan mengikat dengan sendirinya. Seperti utang
berupa harga pembelian yang dibarengi dengan khiyar di dalam akad, mahar
sebelum si suami menggauli istri, dan biaya sewa atau upah sebelum
terpenuhinya kemanfaatam barang yang disewa atau kemanfaatan tenaga orang
yang dipekerjakan.
Kemudian, ditinjau dari segi objek akad, maka hawalah dapat dibagi menjadi:
12
Ibid.
45
‘alaih, yaitu orang yang berutang kepada muhĭl dan wajib membayar utang
kepada muhtal, muhăl bih, yaitu utang muhĭl kepada muhtal, dan sighat (ijab-
qabul).13
Tentu dengan pengaturan rukun tersebut menjadikan makna hawalah
menjadi sempit. Bahkan Ismail dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam terhadap Subrogasi dalam Hukum Perdata”14 menyimpulkan bahwa letak
perbedaan subrogasi dengan hawalah adalah pada sebab terlaksananya transaksi
masing-masing. Meskipun terlihat mirip, namun memiliki perbedaan yang
mendasar, yaitu sebab terlaksananya hawalah memang karena pihak ketiga
memiliki utang kepada debitur, maka sudah menjadi kepentingannya pihak ketiga
untuk melakukan pembayaran kepada kreditur atas utang debitur tersebut.
Otomatis beliau menyimpulkan bahwa transaksi hawalah memang merupakan
kepentingan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Sedangkan subrogasi
merupakan pemindahan hak tagih dari kreditur lama kepada kreditur baru, dalam
hal ini pihak ketiga (kreditur baru) tidak memiliki kepentingan awalnya. Hanya
saja dengan terlaksananya subrogasi pihak ketiga ini berubah kedudukannya
menjadi kreditur.
Sekilas kesimpulan di atas memang seperti memiliki perbedaan. Tapi
jika di telaah kembali maka akan terlihat kemiripan antara dua hal yang
dibandingkan dengan pembagian hawalah dari segi objeknya sebagaimana telah
penulis paparkan di atas, yaitu hawalah al-Dain dan Hawalah al-Haq.
Kesimpulan tersebut pantas terjadi, berhubung fatwa yang lahir sepuluh
tahun kemudian setelah penulisan skripsi itupun masih menjadikan pemilikan
utang muhăl ‘alaihi kepada muhĭl sebagai rukun terjadinya hawalah. Dengan
keadaan tersebut, maka kebutuhan keuangan berupa transaksi pengalihan utang
menjadi belum terakomodir. Sehingga tidak heran keadaan ini mendorong
keluarnya Fatwa No: 58/DSN-MUI/V/2007 tentang Hawalah Bil Ujrah. Hal ini
13
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 12/DSN-MUI/IV/2000 tentang Hawalah, h. 2
14
Ismail, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Subrogasi Dalam Hukum Perdata (Skripsi S-1
Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1990) h.60
46
15
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid ke-6 (Edisi Indonesia), h.95
47
16
Ibid., h. 96
48
17
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarka Prinsip Syariah, h. 7
18
Ibid.
49
a. Biaya subrogasi yang timbul menjadi beban da'in lama dan da'in baru sesuai
kesepakatan;
b. Bentuk subrogasi yang disertai dengan kompensasi dalam hukum perdata
Indonesia dikenal dengan Cessie;
c. Pengalilian piutang (melalui jual beli) harus memenuhi ketentuan-ketentuan
khusus berikut:
1) Piutang uang (al-dain al-naqdi) hanya boleh dialihkan dengan barang
(sil'ah) sebagai alat bayar (tsaman);
2) Piutang yang akan dialihkan harus jelas jumlah dan spesifikasinya;
3) Piutang yang dialihkan tidak sedang dijadikan jaminan (al-rahn). Piutang
yang sedang dijadikan jaminan boleh dijual setelah mendapat izin dari
penerima jaminan;
4) Barang (sil'ah) yang dijadikan sebagai alat pembayaran (tsaman) harus
barang yang halal, jelas jenis serta nilainya sesuai kesepakatan;
5) Ketika transaksi pengalihan piutang dilakukan, da'in baru harus sudah
memiliki sil'ah yang akan dijadikan tsaman, baik dibeli di Bursa maupun
di luar Bursa, baik dibeli sendiri maupun melalui wakil;
6) Pembayaran harga atas pengalihan piutang harus dilakukan secara tunai;
dan
7) Subrogasi hanya boleh dilakukan atas piutang yang sah berdasarkan
syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
19
Ibid., h. 9
50
B. Dasar Hukum
Dasar hukum Subrogasi syariah ini adalah Fatwa Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 104/DSN-MUI/X/2016 tentang
Subrogasi Berdasarkan Prinsip Syariah.
C. Pembagian Subrogasi Syariah
Surbrogasi syariah terdiri dari dua jenis, yaitu:20
1. Subrogasi Tanpa Kompensasi (‘iwadh)
Subrogasi tanpa kompensasi (‘iwadh) adalah pergantian hak da'in lama
oleh da'in baru karena piutang da'in lama dilunasi oleh da'in baru berdasarkan
prinsip syariah tanpa adanya kompensasi (iwadh) yang di dapatkan oleh para
pihak (da’in). Kompensasi (‘Iwadh) disini memiliki pengertian imbalan
(prestasi) yang diterima para pihak (da’in lama dan da’in baru) pada subrogasi
yang disertai pertukaran prestasi, baik bersifat menguntungan atau tidak.
Subrogasi jenis ini memiliki mekanisme sebagai berikut:
a. Da 'in memiliki piutang kepada madĭn;
b. Da'in mengajukan penawaran kepada pihak ketiga (calon da'in baru) untuk
mengalihkan piutangnya; dan pihak ketiga rnenyetujuinya;
c. Da'in (lama) dan pihak ketiga (da'in baru) melakukan akad subrogasi
pengalihan piutang; dan
d. Da'in baru menerima pembayaran dari nasabah secara bertahap sesuai
kesepakatan
2. Subrogasi Dengan Kompensasi (‘iwadh)
Subrogasi dengan kompensasi (‘iwadh) merupakan proses pergantian
hak da’in lama oleh da’in baru karena piutang da’in lama dilunasi oleh da’in
baru berdasarkan prinsip syariah dengan menyertakan imbalan (prestasi) yang
di terima oleh para pihak (da’in lama dan da’in baru) baik bersifat
20
Ibid., h. 8
51
E. Bai al-Dain
Bai al-dain adalah akad jual beli yang objeknya berupa piutang/tagihan.
Wahbah az-Zuhaili dalam karyanya Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid ke-5 membagi
jual beli piutang sebagai berikut:21
1. Menjual Piutang Dengan Utang
Dalam fiqih, transaksi ini dikenal dengan bai al-dain bi al-dain atau
dalam hadits dikenal dengan bai al kali bi al-kali. Hukum jual beli seperti ini tidak
boleh. Alasan pelarangan tersebut adalah hadits Nabi SAW..
سلَّ َم نَ َهى ع َْن بَ ْي ِع ا ْلكَا ِل ِئ ِبا ْلكَا ِل ِئ
َ علَ ْي ِه َو َ ع ْنهُ أَنَّ النَّ ِب َّى
َ ُص َّلى الله َ ُع َم َر َر ِض َي الله
ُ ع َِن ا ْب ِن
Artinya: “Dari Ibnu Umar ra bahwasanya Nabi SAW.
melarang jual beli utang dengan utang.”22
Menjual piutang dengan utang ini memiliki dua bentuk, yaitu:
a. Bai al-dain lil Madĭn merupakan transaksi jual beli piutang oleh seseorang
kepada orang yang berutang tersebut. Contohnya adalah jika seseorang
membeli barang yang akan diserahkan pada waktu tertentu, lalu pada saat
jatuh tempo, penjual tersebut tidak mendapatkan barang untuk menutupi
utangnya. Lantas berkata kepada pembeli “juallah barang ini kepadaku
dengan tambahan waktu lagi, dengan imbalan tambahan barang, kemudian
pembeli tersebut menyetujuinya tanpa terjadi serah terima barang. Cara
seperti ini merupakan riba karena terjadi penambahan waktu dan jumlah
barang.
b. Bai al-dain li Ghairi madĭn adalah menjual piutang kepada orang lain yang
bukan berutang. Seperti halnya seseorang berkata kepada orang lain “saya
jual 50 Kg beras milikku yang dipinjam oleh A dengan harga sekian dan
kamu bisa membayarnya kepadaku setelah satu bulan.” Maka transaksi juga
termasuk jual beli yang tidak diperbolehkan.
21
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid ke-5 (Edisi Indonesia) (Depok: Gema
Insani, 2007) h. 97
22
Daruquthni, Kitab al-Buyu’, Hadits Nomor 3105
54
23
Rizka Maulan, Hukum Bai Ad-Dayn (Jual Beli Piutang), diakses pada tanggal 3 Juli 2018 dari
http://www.rizkamaulan.blogspot.com/2013/04/hukum-bai-ad-dayn-jual-beli-piutang.html?m=0/
55
3) Harga harus berupa sesuatu yang bukan sejenis piutang tetapi harus ada
persamaan jumlahnya;
4) Harga tidak boleh emas jika yang jadi piutangnya adalah perak;
5) Adanya kemungkinan kuat dilunasinya utang oleh debiitur;
6) Debitur harus mengakui kepemilikan utangnya;
7) Debitur merupakan orang yang mampu membayar utangnya;
8) Tidak ada konfllik antara debitur dengan pembeli piutang.
ُاحبُه
ِ صَ ب ال َّد ْي ِن أ َ ْو َلى إِذَا أَدَّى ِمثْ َل الَّذِي أَدَّى
ُ اح
ِ صَ َعلَى َر ُج ٍل ف
َ ع َد ْينًا
َ َم ِن ا ْبتَا
Artinya: "Siapa saja yang membeli piutang dari pihak lain, maka pihak
yang berutang lebih berhak untuk membelinya apabila harganya sama
dengan jumlah yang harus dibayar oleh pihak yang berutang.” 25
24
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah h. 3
25
Ibid, h. 4
56
س ْل َع ٍة ُم َع َّينَ ٍة
ِ َب ْي ُع ال َّد ْي ِن ِب: ص ْو ِر َب ْي ِع ال َّد ْي ِن ا ْل َجا ِئ َز ِة
ُ ِم ْن
Artinya: “Di antara bentuk-bentuk bai al-dain2 yang dibolehkan adalah
menjual piutang dengan komoditas tertentu.” (Keputusan Lembaga
Fikih Islam OKI no. 158 [17/7] tentang bai al-dain)26
26
Ibid, h. 6
27
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 28/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual Beli Mata
Uang (al-Shaf), h. 3
57
Tabel 3.2 Perbedaan Teori dan Praktik Subrogasi Berdasarkan Prinsip Syariah
Kategori Teori Praktik
Mekanisme Da’in lama mengajukan Nasabah (madin) mengajukan
subrogasi kepada da’in baru pinjaman kepada bank (da’in
baru) untuk melunasi utangnya
kepada da’in lama
Subjek Nasabah (madin) bukan Nasabah (madin) menjadi pihak,
Hukum merupakan para pihak dalam bahkan yang mempunyai inisiatif
akad subrogasi, bersifat pasif melakukan subrogasi
bahkan bisa saja tidak
mengetahui bahwa telah terjadi
penggantian da’in
Transaksi 1. Piutang uang harus dialihkan 1. Piutang uang dialihkan dengan
dengan barang (sil’ah) sebagai uang
alat tukarnya (tsaman) 2. Ujrah merupakan sejumlah
2. Kompensasi (iwadh) uang yang dibayarkan oleh
merupakan imbalan para pihak nasabah (madin) sebagai imbalan
atas pertukaran prestasi baik jasa bank (pihak ketiga) sehingga
untung maupun rugi terdapat selisih antara yang
dibayarkan bank (da’in baru)
kepada da’in lama dengan yang
harus dibayarkan oleh nasbah
(madin) sebesar Rp
22.077.474.095,24.
Instrumen 4.Pengalihan Piutang (Hawalah 4. Pengalihan utang berupa
Akad al-Haq) Hawalah al-Dain Mutlaqah
58
Beban Biaya Biaya subrogasi yang timbul Biaya subrogasi yang timbul
menjadi beban da’in lama dan menjadi beban nasabah (madin)
da’in baru
Objek Subrogasi hanya dilakukan atas Merupakan utang yang hanya sah
piutang yang sah berdasarkan berdasarkan peraturan perundang-
syariah dan peraturan undangan saja
perundang-undangan
Hapusnya Perjanjian lama tidak hapus Terjadi hapus perjanjian
Perjanjian hanya penggantian hak piutang sebelumnya antara nasabah dan
oleh da’in baru Bank Nusantara, sebagai akibat
pembayaran oleh da’in baru
Denda Jikalau dikenakan denda, harus Pengenaan biaya administrasi
berupa denda yang telah untuk keterlambatan sebesar 0,069
diperjanjiakan dengan da’in persen dari besar angsuran perhari
sebelumnya, dengan penentuan keterlambatan.
besaran denda sejak awal dan
denda tersebut masuk menjadi
dana social (Fatwa No: 17/DSN-
MUI/IX/2000)
28
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah h. 9
29
Ibid.
60
30
Ibid., h. 9
31
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang Sanksi Atas
Nasabah Yang Menunda-nunda Pembayaran, h. 3
61
1. Definisi
Pada penjelasan (definisi) mengenai subrogasi pada KUH Perdata
dan Fatwa DSN MUI memiliki persamaan dan perbedaan. Pasal 1400
KUH Perdata menerangkan bahwa “Subrogasi atau perpindahan hak
1
Djazuli, Kaidah-kaidah Fiqh: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah Praktis Cet. 3, (Jakarta: Kencana, 2006) h. 130
62
63
2
Republik Indonesia, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1400
3
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-?MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, h. 7
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada tanggal 3 Juli 2018 dari
https://kbbi.web.id/kreditor
5
Kamus Hukum Online Indonesia, diakses pada tanggal 3 Juli 2018 dari
http://kamushukum.web.id/arti-kata/kreditur/
6
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-?MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, h. 7
64
2. Dasar Hukum
Dasar Hukum Subrogasi dalam hukum perdata adalah Buku Ketiga
tentang Perikatan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1400
sampai dengan pasal 1403. Berbeda dengan subrogasi syariah yang
memiliki dasar hukum berupa doktrin hukum yaitu Fatwa Dewan Syariah
7
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian (Bandung: Alumni, 1982), h. 6
8
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-?MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, h. 8
9
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun
2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, h. 10
65
10
Republik Indonesia, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1401
11
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, h. 8
66
4. Objek Hukum
Objek hukum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi subjek
hukum dan dapat menjadi objek dalam suatu hubungan hukum, contoh:
benda/barang (segala barang dan hak yang dapat dimiliki dan bernilai
ekonomis).13 Objek hukum di dalam subrogasi adalah piutang itu sendiri.
12
Sahih Bukhari, Hadits Nomor 2125
13
Kamus Hukum Online Indonesia, diakses pada tanggal 3 Juli 2018 dari
https://kamushukum.web.id/arti-kata/objek+hukum/
67
Pasal 1320
Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu pokok persoalan tertentu;
4. suatu sebab yang tidak terlarang.16
Tentu sejauh kriteria piutang harus sesuai dengan Undang-Undang,
keduanya memiliki persamaan. Tetapi ada syarat lain pada piutang
subrogasi syariah, yaitu piutang yang sah berdasarkan syariah. Kondisi ini
seakan berlaku asas lex specialis derogat legi generalis, yaitu asas
penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus
mengesampingkan hukum yang bersifat umum.17
14
Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi, dan Cessie, h. 8
15
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, h. 9
16
Republik Indonesia, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1320
17
Bagir Manan, Hukum Positif Indonesia, (Yogyakarta: FH UII Pers, 2004), h. 56
68
18
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu Jilid Ke-6 (Edisi Indonesia) (Depok: Gema
Insani, 2007) h. 90
19
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, h.130
69
membuat suatu lukisan tertentu yang hanya bisa dilakukan oleh debitur.
Sehingga pembayaran pada subrogasi berdasarkan KUH Perdata bisa
dilakukan menggunakan uang atau barang dengan syarat hal tersebut bisa
dilakukan oleh pihak ketiga.
5. Unsur-Unsur
Unsur-unsur yang melekat pada subrogasi berdasarkan KUH
Perdata sebagaimana telah penulis uraikan pada bab sebelumnya, yaitu
terdiri dari:20
a. kreditur dan debitur
b. Pembayaran yang dilakukan pihak ketiga kepada kreditur
c. Terjadi karena perjanjian dan Undang-Undang
Ketiga unsur itulah yang harus ada dalam subrogasi. Jika salah satunya
tidak ada, maka bisa disimpulkan perjanjian subrogasi tidak dapat
dilaksanakan. Kenapa demikian, karena unsur adalah bagian terkecil yang
harus ada bagi sesuatu, dalam hal ini subrogasi.
20
J. Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie dan Percampuran Utang,
(Bandung: Alumni, 1999) h. 50
70
22
Republik Indonesia, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1403
23
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, h. 7
24
Kamus Hukum Online Indonesia, diakses pada tanggal 2 Juli 2018 dari
https://kamushukum.web.id/arti-kata/akibat+hukum/
25
Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi, dan Cessie, h. 15
71
26
Republik Indonesia, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1401
27
Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi, dan Cessie, h. 16
72
28
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, h. 8
29
Republik Indonesia, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1401
30
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, h. 8
73
31
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, h. 9
74
8. Penyelesaian Hukum
Sengketa adalah kondisi adanya perbedaan pendapat yang saling
dipertahankan antara para pihak. Dalam konteks hukum, sengketa
merupakan perbedaan pendapat antar para pihak yang perbedaan tersebut
memiliki akibat hukum. Penyebab sengketa adalah terjadinya perbedaan
pendapat dalam memahami suatu perjanjian, baik isi, pelaksanaan maupun
penafsirannya.32 Upaya penyelesaian sengketa dapat ditempuh melalui dua
cara, yakni melalui litigasi (pengadilan) dan non litigasi. Upaya hukum
melalui jalur pengadilan lebih dikenal rumit dan berbiaya mahal, terlebih
masa sidang yang sangat panjang. Maka banyak lembaga yang
direkomendasikan oleh pemerintah sebagai lembaga alternatif
penyelesaian sengketa.33
32
Kamus Hukum Online Indonesia, diakses pada tanggal 2 Juli 2018 dari
https://kamushukum.web.id/arti-kata/sengketa/
33
Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS), (Jakarta:
PT Fikahati Aneska dan BANI, 2002), h. 32
76
34
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Alternatif
Penyelesaian Sengket, Pasal 1
35
Dewan Syariah Nasional, Fatwa Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, h. 9
36
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Pasal 52
77
a. Musyawarah
b. Mediasi Perbankan
c. Arbitrase, umumnya diselesaikan oleh BASYARNAS (Badan
Arbitrase Syariah Nasional)
9. Akta Otentik
Akta otentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai
umum yang berwenang membuat akta (Notaris, PPAT, Panitera
Pengadilan, KUA dan Catatan Sipil) dalam bentuk yang ditentukan oleh
Undang-Undang. Akta ini memiliki kekuatan pembuktian paling kuat
dibandingkan alat bukti lainnya di hadapan pengadilan.38
Pada subrogasi berdasarkan KUH Perdata, jenis yang
mengharuskan dibuatkan akta otentiknya adalah subrogasi atas inisiatif
debitur. Sesuai dengan pasal 1401 ayat (2):
bila debitur menjamin sejumlah uang untuk melunasi utangnya,
dan menetapkan bahwa orang yang meminjamkan uang itu akan
mengambil alih hak-hak kreditur, agar subrogasi ini sah, baik perjanjian
pinjam uang maupun tanda pelunasan, harus dibuat dengan akta otentik,
dan dalam surat perjanjian pinjam uang harus diterangkan bahwa uang itu
dipinjam guna melunasi utang tersebut; sedangkan dalam surat tanda
pelunasan harus diterangkan bahwa pembayaran dilakukan dengan uang
yang dipinjamkan oleh kreditur baru. Subrogasi ini dilaksanakan tanpa
bantuan kreditur.39
37
Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah Agung No. 14 tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah.
38
Kamus Hukum Online Indonesia, diakses pada tanggal 2 Juli 2018 dari
Http://kamushukum.web.id/arti-kata/akta+otentik/
39
Republik Indonesia, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1401
78
Tabel 4.3 Perbedaan Teori Subrogasi Berdasarkan KUH Perdata dan Fatwa
DSN MUI
Perbedaan
Kategori
KUH Perdata Fatwa DSN MUI
Definisi 1. Tidak mengatur hal tersebut 1. Mengharuskan seluruh akad
2. Sebagian Subrogasi dalam subrogasi sesuai dengan
KUH Perdata ada tanpa tuntunan Syariah (Al-Qur’an
melalui perjanjian, bahkan da Hadis)
otomatis terjadi dan dilindungi 2. Subrogasi dalam Fatwa
Undang-Undang DSN MUI hanya bisa
3. Pembayaran sebagian dilaksanakan melalui
piutang kreditur tetap perjanjian (akad)
menyebabkan subrogasi, 3. Subrogasi terjadi jika
dengan peralihan hak sebesar piutang dibayar lunas
yang dibayarkan.
Dasar Hukum Buku III Kitab Undang- Fatwa Dewan Syariah
Undang Hukum Perdata Pasal Nasional (DSN) Majelis
1400 sampai dengan Pasal Ulama Indonesia (MUI)
1403 Nomor: 104/DSN-
MUI/X/2016 tentang
Subrogasi berdasarkan Prinsip
Syariah
Subjek 1. Kreditur atau da’in lama 1. Kreditur atau da’in lama
Hukum tidak terlibat menjadi para selalu menjadi bagian dari para
pihak pada subrogasi atas pihak di dalam akad subrogasi
inisiatif debitur 2. Pada akad subrogasi debitur
2. Pada perjanjian Subrogasi (madin) bukan termasuk para
debitur menjadi bagian dari pihak
para pihak (terlebih dalam
subrogasi atas inisiatif
80
debitur)
Objek Hukum 1. Tidak mensyaratkan 1. Piutang yang sah sesuai
demikian syariah (Al-Qur’an dan Hadis)
2. Piutang berbentuk benda 2. Piutang Uang (al-Dain) saja.
bergerak atau benda tidak 3. Pada subrogasi dengan
bergerak dan benda berwujud kompensasi wajib menjadikan
atau benda tidak berwujud. barang (sil’ah) sebagai alat
3. Pembayaran piutang bisa bayar (tsaman)
menggunakan uang dan
barang, dengan syarat bisa
diserahkan oleh pihak ketiga
Unsur-Unsur 1. kreditur dan debitur 1. Para pihak (da’in lama dan
2. Pembayaran piutang da’in baru)
(subrogasi tetap terjadi 2. Pelunasan piutang
meskipun pembayarannya (subrogasi terjadi jika piutang
hanya sebagian piutang saja) dibayar lunas)
3. Terjadi karena perjanjian 3. Terjadi melalui akad
dan Undang-Undang (perjanjian).
1. Hubungan Hukum
Hubungan hukum para pihak pada perjanjian utang piutang
subrogasi dan akad pengalihan utang memiliki perbedaan. Jika pada
praktik subrogasi syariah, menunjukkan bahwa pihak ketiga sebelumnya
tidak mempunyai hubungan atau kepentingan hukum. Sedangkan
kedudukan pihak ketiga pada perjanjian utang piutang subrogasi, memiliki
perikatan utang piutang dengan kreditur.
Hal tersebut dapat dilihat dari ketentuan yang tertuang dalam draft
perjanjian utang piutang subrogasi, yaitu “berdasarkan dokumen transaksi
1, pihak kedua telah benar-benar dan sah serta dengan ini pihak kedua
mempunyai utang kepada pihak pertama” 40
dan “berdasarkan dokumen
transaksi 2 pihak pertama telah benar-benar dan sah serta dengan ini pihak
pertama mengakui bahwa pihak pertama mempunyai utang kepada pihak
ketiga”41 kedua ketentuan tersebut memberikan gambaran bahwa pihak
kedua berutang kepada pihak pertama dan dalam jumlah yang sama pihak
40
Draft Perjanjian Utang Piutang Subrogasi, h. 2
41
Ibid.
83
42
Ibid., h. 6
84
43
Ibid., h. 4
85
44
Ibid.
45
Akta Akad Pembiayaan Pengalihan Utang.
86
Dengan begitu, total utang Nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank
sebesar Rp 57.937.474.095,24 padahal pokok utang yang dialihkannya
hanya sebesar Rp 35.860.000.000,00. Ini menunjukan bahwa dengan
adanya akad pengalihan utang ini, mengakibatkan kewajiban (utang)
Nasabah menjadi hampir dua kali lipat lebih besar dari sebelumnya.
46
Draft Perjanjian Utang Piutang Subrogasi, h. 6
47
Akta Akad Pembiayaan Pengalihan Utang
48
Draft Perjanjian Utang Piutang Subrogasi, h. 3
87
49
Akta Akad Pengalihan Utang
50
Perjanjian Utang Piutang Subrogasi, h. 7
88
oleh 3 (tiga) orang saksi. Sedangkan pada Perjanjian Utang Piutang Subrogasi,
tidak dibuat di hadapan notaris dan tidak dihadiri oleh saksi. Dari analisis
perbandingan di atas, penulis menuangkannya ke dalam sebuah tabel sederhana
agar mudah dipahami oleh pembaca, yaitu sebagai berikut:
1. Pada dasarnya baik subrogasi pada KUH Perdata maupun Fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) memiliki kelebihan pada sisi tabarru-nya
(berasaskan tolong menolong). Meskipun pada beberapa jenis subrogasi
teermasuk transaksi berbasis laba. Nilai tabarru ini terletak pada tidak
adanya pengambilan keuntungan pada transaksi subrogasi (KUH Perdata)
dan Subrogasi tanpa kompensasi (‘iwadh). Sedangkan nilai tabarru yang
ada pada subrogasi dengan kompensasi (‘iwadh) adalah pengambil alihan
piutang dari seseorang yang sedang tidak mampu (da’in lama). Pembelian
piutang ini tidak semata-mata terjadi, jika da’in lama masih memiliki
kemampuan. Sehingga pada transaksi subrogasi, pasti ada orang yang
merasa tertolong. Jika pada subrogasi menurut KUH Perdata, pihak yang
tertolong bisa debitur atau kreditur. Sedangkan pada subrogasi berdasarkan
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), da’in lama lah yang merasa
tertolong.
2. Indonesia sebagai Negara mayoritas muslim, memberi perhatian besar
terhadap perkembangan industri keuangan syariah. Hadirnya fatwa
tentang subrogasi syariah menyebabkan bertambahnya alternatif bagi
muslim Indonesia untuk tetap melaksanakan bisnis sesuai tuntunan agama.
Sehingga jelas, subrogasi syariah memiliki kelebihan dari segi spiritual
dibandingkan dengan subrogasi pada KUH Perdata. Terlebih pelaku bisnis
91
pada industri syariah tidak hanya muslim, melainkan nonmuslim pun ikut
berpartisipasi di dalamnya.
3. Dari segi mekanisme pelaksanaan, subrogasi syariah memiliki keunggulan
dari subrogasi berdasarkan KUH Perdata. Mekanisme dalam Fatwa
dijelaskan secara detail, sehingga akan meminimalisir kesalahan dalam
akad pelaksanaan, terlebih mencegah terjadinya sengketa dikemudian hari.
Berbeda dengan subrogasi pada KUH Perdata, meskipun dalam pasalnya
seperti diberikan contoh langsung dari jenis-jenis subrogasi. Namun, hal
tersebut menurut penulis masih membuka peluang penafsiran yang
berbeda oleh setiap orang. Sehingga para pihak akan berimprovisasi di
lapangan mengenai teknis perjanjian subrogasi. Akhirnya berdampak pada
besarnya kemungkinan perselisihan para pihak dikemudian hari.
4. KUH Perdata merupakan salah satu dari peraturan hukum yang masuk
dalam Hirarki peraturan Perundang-Undangan di Indonesia. Sebagaimana
tercantum dalam pasal 7 Undang-Undang No 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Kedudukan tersebut
menjadikan subrogasi berdasarkan KUH Perdata memiliki kelebihan bisa
dijadikan sumber hukum secara langsung. Berbeda dengan fatwa yang
hanya merupakan salah satu doktrin hukum di Indonesia. Sehingga dalam
pelaksanaanya, ketentuan fatwa ini masih harus dilakukan positifisasi
menjadi Peraturan Perundang-undangan (dalam industri keuangan biasa di
positifisasi menjadi SEOJK atau POJK). Sebagaimana tercantum pada
pasal 26 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, yaitu:
Pasal 26
(1) Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, pasal
20, dan pasal 21 dan/atau produk dan jasa syariah, wajib
tunduk kepada prinsip syariah.
(2) Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia.
92
51
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Pasal 26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pada bab iv, maka penulis dapat
mengemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Persamaan konsep subrogasi pada KUH Perdata dan Fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI), antara lain:
perubahan kedudukan pihak ketiga (da’in baru) menjadi kreditur,
pembayaran atau pelunasan oleh pihak ketiga (da’in baru) atas piutang
kreditur (da’in lama), sebagian subrogasi (KUH Perdata) dan semua
subrogasi (Fatwa) terjadi melalui akad (perjanjian), keduanya sama-
sama mensyaratkan piutang yang sesuai dengan Undang-undang dan
memiliki jalur penyelesaian sengketa Litigasi dan Non Litigasinya
masing-masing. Sedangkan Perbedaan konsep subrogasi pada KUH
Perdata dan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama
Indonesia (MUI), antara lain: hukum halal dan haram dalam pandangan
islam, pembayaran sebagian tetap menyebabkan subrogasi pada KUH
Perdata sedangkan menurut fatwa harus lunas, Keterlibatan debitur yang
tidak ada dalam subrogasi syariah, piutang harus sah sesuai syariah pada
subrogasi syariah, subrogasi dapat terjadi berdasarkan Undang-Undang
pada subrogasi menurut KUH Perdata, jenis jenis subrogasi dari
keduanya, kebijakan tentang akta otentik dan lembaga penyelesaian
sengketa.
2. Persamaan praktik subrogasi pada KUH Perdata dan fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) berupa
pengalihan hak kreditur kepada pihak ketiga. Sedangkan perbedaan
praktik subrogasi pada KUH Perdata dan Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) antara lain: dari segi
hubungan hukum para pihak pada saat sebelum pejanjian, subjek hukum
yang terlibat yaitu ketiganya terlibat pada subrogasi berdasarkan Hukum
93
94
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, penulis merekomendasikan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Pemerintah dalam hal ini Otoritas Jasa Keungan diharapkan segera
melakukan upaya regulasi terhadap seluruh ketentuan yang ada pada
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016 tentang Subrogasi Berdasarkan Prinsip
Syariah guna mengisi kekosongan hukum mengenai subrogasi pada
Lembaga Keuangan Syariah.
2. Para pelaku bisnis syariah hendaklah menjadikan konsep subrogasi ini
sebagai salah satu instrument untuk mengatasi angka Non Performing
Finance (NPF). Dan sebelum melakukan subrogasi, pelaku bisnis harus
mencari dan meningkatkan wawasan mengenai teori subrogasi, baik
pada Kitab Undang Undang Hukum Perdata maupun Fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Terlebih
pelaku bisnis syariah yang harus menguasai dengan benar dan
menyeluruh mengenai prinsip-prinsip syariah, khususnya terkait
subrogasi syariah. Hal tersebut agar kontrak perjanjian yang dibuat
sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya, tanpa sedikitpun celah bagi
terjadinya sengketa para pihak dikemudian hari.
3. Bagi pembaca, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih
terperinci berkenaan dengan konsep subrogasi pada Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata dan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: 104/DSN-MUI/X/2016
tentang Subrogasi Berdasarkan Prinsip Syariah yang belum sempat
dilaksanakan dikarenakan keterbatasan penulis dalam penelitian ini.
Permasalah tersebut salah satunya berupa perbandingan Subrogasi
dengan Kompensasi dengan Cessie berdasarkan KUH Perdata dan
bagaimana fatwa dalam menyikapi empat peristiwa hukum subrogasi
berdasarkan Undang-Undang (pasal 1402).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Amin, Ma’ruf, Solusi Hukum Islam (Makharij Fiqhiyyah) Sebagai Pendorong Arus
Baru Ekonomi Syariah di Indonesia. Malang: Orasi Ilmiah UIN Maulana
Malik Ibrahim, 2017.
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997.
96
97
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta:
FSH UIN Jakarta, 2015.
Hasan, M Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (fiqh Muamalat), Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2004.
Ismail, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Subrogasi Dalam Hukum Perdata. Skripsi
S-1 Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1990.
Kamaliah, Subrogasi Menurut Pandangan Hukum Postif dan Hukum Islam, Skripsi
S-1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, Diakses pada Tanggal 3 Juli 2018 dari
https://kbbi.web.id/
Kamus Hukum Online Indonesia, Diakses pada tanggal 2 Juli 2018 dari
https://kamushukum.web.id/
Kie, Tan Thong, Studi Notariat dan Serba Serbi Praktek Notaris, Jakarta: PT Ichtiar
Baru van Hoeve, 2007.
Kinanti, Fellin, Studi Perbandingan, Les Journals, Artikel diakses pada 20 Februari
2018 dari http://www.fellinkinanti-fisip10.web.unair.ac.id//
Latif, Ah. Azharuddin, Harmonisasi KHES, Fatwa DSN MUI dan Kodifikasi
Produk Perbankan Syariah Sebagai Sumber Hukum Material Sengketa
Keuangan Syariah, Seminar Bulanan MES : Ekonomi dan Keuangan
Syariah. Jakarta, 11 Oktober 2017.
Maulan, Rizka, Hukum Bai Ad-Dayn (Jual Beli Piutang), diakses pada tanggal 3
Juli 2018 dari http://www.rizkamaulan.blogspot.com/2013/04/hukum-
bai-ad-dayn-jual-beli-piutang.html?m=0/
98
Oktaviani, Baerin, Perbandingan Konsep Anjak Piutang Syariah DSN MUI dan
Konsep Akad Hawalah dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Malang:
Jurnal Hukum dan Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Volume 6, 2015.
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah Februari 2018, Jakarta: OJK,
2018.
Sahih Bukhari.
Soeroso, R., Perbandingan Hukum Perdata, Ed.1 Cet.7, Jakarta: Sinar Gafika,
2007.
Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi, dan Cessie, Jakarta:
Kencana, 2008.
99
Uli, Yohana Arta, “Data OJK Ungkap Kredit Bermasalah Bank Syariah 4,12%,
Lebihi Konvensional 2,96%”, Okezone, 15 Desember 2017 diakses dari
http://economy.okezone.com/amp/2017/12/15320/1831077/data-ojk-
ungkap-kredit-bermasalah-bank-syariah-4-12-lebihi-konvensional-2-96/
_____________ dan Zulfadli Barus, “Manfaat Analisis Yuridis dan Sosiologis yang
Bersifat Komplementer dalam Perjanjian Kredit Untuk Meminimalisir
Resiko Bank Sebagai Kreditor”, Yustisia Vol. 1 No. 2 Mei-Agustus 2012.
PERJANJIAN UTANG PIUTANG SUBROGASI
Pihak Pertama, Pihak Kedua dan Pihak Ketiga selanjutnya secara bersama-sama
disebut sebagai “Para Pihak” dan masing-masing dari mereka disebut “Pihak”.
(A). BAHWA, Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah menandatagani Perjanjian
Pinjaman Hutang Piutang _____ Nomor ______ tertanggal ___________
(“Perjanjian I”)
(B). BAHWA, sesuai dengan ketentuan dalam Perjanjian I, Pihak Kedua juga
telah menandatangani dokumen-dokumen sebagai berikut:
1. [masukkan dokumen tambahan yang ditandatangani oleh Pihak
Kedua dalam rangka pelaksanaan perjanjian]
2. [masukkan dokumen tambahan yang ditandatangani oleh Pihak
Kedua dalam rangka pelaksanaan perjanjian]
Pasal 1
SUBROGASI
Pasal 2
1. Pihak Kedua mengakui dan sepakat bahwa sejak tanggal perjanjian ini,
setiap pelaksanaam kewajiban berdasarkan Dokumen Transaksi wajib
dilaksankan kepada Pihak Ketiga seolah-olah Pihak Ketiga merupakan
pihak asli dari Dokumen Transaksi.
2. Jika, setelah tanggal perjanjian ini, terdapat pelaksanaan kewajiban
berdasarkan Dokumen Transaksi yang dilakukan oleh Pihak Kedua kepada
Pihak Pertama, maka pelaksanaan tersebut tidak akan dianggap sah dan
berlaku dan tidak melepaskan kewajiban pihak kedua berdasarkan
Dokumen Transaksi sampai dengan Pihak Ketiga menerima pelaksanaan
kewajiban tersebut dari Pihak Kedua sesuai dengan Dokumen Transaksi dan
dengan sebagaimana mestinya.
3. Jika, setelah tanggal Perjanjian ini, Pihak Pertama menerima suatu
pembayaran dari Pihak kedua, maka Pihak Pertama wajib menyimpan dan
menerima pembayaran tersebut untuk dan atas nama Pihak Ketiga. Paling
lambat dalam waktu 2 (dua) hari setelah diterimanya pembayaran tersebut
oleh pihak pertama, Pihak Pertama wajib membayarkan secara penuh
jumlah yang diterimanya dari pihak kedua kepada pihak ketiga tanpa biaya
dan potongan apapun. Dalam hal Pihak Pertama terlambat melaksanakan
pembayaran tersebut kepada Pihak Ketiga, maka Pihak Pertama wajib
membayar bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah yang harus dibayarkan
kepada Pihak Pertama.
Pasal 3
1. Masing-masing Pihak dengan ini tanpa syarat dan tanpa dapat ditarik
kembali menyatakan dan menjamin kepada Pihak lainnya sebagai berikut:
a. Untuk Pihak Pertama dan Pihak Ketiga, adalah __________ dengan
sebagaimana mestinya dan dikelola sah berdasarkan hukum
Republik Indonesia.
b. Untuk Pihak Kedua, dirinya adalah ________________, cakap dan
mampu melaksanakan perbuatan hukum serta tidak berada di bawah
pengampuan atau perwalian serta telah memperoleh seluruh
persetujuan yang diperlukan untuk penandatanganan dan
pelaksanaan perjanjian ini.
c. Pihak mewakili hak dan kewenangan yang penuh yang
dipersyaratkan berdasarkan anggaran dasarnta (bagi Pihak Pertama
dan Pihak Ketiga) dan peraturan yang berlaku untuk membuat,
menandatangani dan menyerahkan Perjanjian ini dan untuk
melaksanakan secara pernuh kewajibannya berdasarkan perjanjian
ini.
d. Bahwa perjanjian ini telah ditandatangani dan diserahkan secara sah
dan dengaan sebagaimana msetinya olehnya dan merupakan
kewajibannya yang sah, berlaku dan mengikat.
e. Bahwa dirinya tidak diwajibkan untuk memperoleh persetujuan dari
pihak lain untuk penandatanganan, penyerahan atau pelaksanaan
perjanjian ini tidak akan melanggar ketentuan dari perjanjian
manapun dimana dirinya menjadi pihak atau terikat; atau perjanjian
ini tidak akan bertentangan dengan ketentuan anggaran dasarnya
(bagi Pihak Pertama dan Pihak Ketiga), atau melanggar atau
berlawanan dengan atau menyebabkan pelanggaran hukum,
penetapan atau keputusan pengadilan, keputusan atau peraturan
yang mengikatnya atau yang mengikat usaha, property dan asetnya.
f. Bahwa dirinya tidak telah melakukan suatu tindakan apapun, serta
tidak terdapat adanya tindakan atau proses hukum yang dilakukan
pihak ketiga terdahadap dirinya yang dapat mengakibatkan
kepailitan, kebangkrutan atau pembubaran terhadapnya.
2. Pihak Pertama dan Pihak Kedua dengan ini tanpa syarat dan tanpa ditarik
kembali menyatakan dan menjamin kepada pihak ketiga hal-hal sebagai
berikut:
a. Dokumen transaksi telah ditandatangani secara sah oleh Pihak
Pertama dan Pihak Kedua, tidak pernah dibatalkan, diubah atau
dicabut kembali dan tetap berlaku penuh secara sah serta merupakan
kewajibannya yang sah berlaku dan mengikat serta dapat
dilaksanakan oleh masing-masing pihak di dalamnya.
b. Pihak apertama dan Pihak Kedua tidak telah atau pernah
melaksanakan perjumaan utang atas kewajiban masing-masing
pihak pertama dan Pihak Kedua yang mengakibatkan kewajiban
pihak kedua kepada pihak pertama berdasarkan Dokumen Transaksi
menjadi lunas atau menjadi lebih kecil daripada utang.
c. Pihak Pertama dan Pihak Kedua tidak telah atau pernah mengajukan
gugatan hukum ke lembaga peradilan yang berwenang sehubungan
dengan Dokumen Transaksi dan tidak ada proses peradilan yang
sedang berjalan sehubungan dengan Dokumen Transaksi di
Pengadilan maupun tingkat pemeriksaan apapun.
d. Dokumen transaksi tidak pernah dan atau sedang menjadi objek
sengketa pada Pengadilan maupun dan pada tingkat pemeriksaan
apapun.
3. Pihak Petama dan Pihak kedua dengan ini melepaskan dan membebaskan
Pihak Ketiga dari biaya-biaya, gugatan, ongkos, kewajiban serta kerugian
yang mungkin timbul atau dialami oleh Pihak Ketiga akibat ketidakbenaran,
kesalahan, atau pelanggaran atas pernyataan dan jaminan yang diberikan
oleh Pihak Pertama dan Pihak Kedua sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat
(2) di atas.
Pasal 4
Pihak Pertama dan Pihak Kedua dari waktu ke waktu, sebagaimana diminta oleh
Pihak Ketiga, sekarang atau pada setiap saat dikemudian hari, wajib melakukan
atau menyebabkan dilakukannya tindakan-tindakan dan atau menandatangani
atau menyebabkan ditandatanganinya dokumen-dokumen yang dianggap perlu
oleh pihak ketiga untuk memberikan keberlakuan penuh terhadap Perjanjian ini
sesuai dengan ketentuan dan persyaratannya atau untuk memenuhi manfaat
penuh atas hak dan kewenangan berdasarkan Perjanjian ini dan Dokumen
Transaksi.
Pasal 5
PENGALIHAN
Pasal 6
KETERPISAHAN
Dalam hal pengadilan atau majelis tribunal dari juridiksi yang berwenang
menentukan bahwa suatu ketentuan atau sebagian dari ketentuan tersebut adalah
illegal dan tidak dapat dilaksanakan, maka ketentuan tersebut atau bagian
daripadanya harus dianggap dihapus dari Perjanjian ini seolah-olah ketentuan
tersebut bukan merupakan bagian dari perjanjian ini sejak awal dan ketentuan
lainnya dari perjanjian ini atau bagian lainnya dari ketentuan tersebut, mana
yang dapat diterapkan, tidak akan terpengaruh dengan cara apapun dan tetap
berlaku penuh dan mengikat.’
Pasal 7
1. Perjanjian ini diatur dengan dan ditafsirkan sesuai dengan hukum Indonesia.
2. Setiap peselisihan atau perbedaan yang timbul antara para pihak
sehubungan dengan perjanjian ini (“Sengketa”) wajib diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat dalam jangka waktu 30 hari. Apabila sengketa
tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu tersebuut setelah dimulainya
musyawarah, maka sengketa wajib diselesaikan di Kantor Pengadilan
Negeri Jakarta ___________ [masukka pengadilan negeri yang menjadi
Pilihan].
Demikianlah perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh Para Pihak pada hari dan
tanggal sebagaimana tersebut di atas.
FATWA
DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJELIS ULAMA INDONESIA
NO: I 04/DSN-MUllxl2}l 6
Tentang
91 ra
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUl) setelah,
.. )4L,ir$t;t Gi'4ju
"Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu... "
D ew an Sy ar i ah N as io n al - M aj e I i.s LI I am a I ndo n e s i a
.si Berdasarkan Prin.siP SYariah
U)Ot'
""Dari lbn (Jmar ra, dulu aku menjttal tmta di Baqi
menjualnya dengan dinar dan menerima pembayarannya dengan
dirham. lku (iuga) menjualnya dengan dirham dan menerinta
(pembayarannya) clengan dinar. Aku mengambil ini untuk itu, dan
nremberi itu unttrk ini (maksttdnya; dinar dan dirham)- Lalu aku
mendatangi Ra.sulullah SAW. Saat ittt beliau sedang di rumah
Hafshah.
Aku ber1anya, "l4/ahai Rasulullah. Sebentar, aku ingin bertanya
kepadamu, aku menjual unta di Baqi'. Aku meniualnya dengan
dinar clan menerimrt (pembayarannya) dengan dirham. Aku
|ugo) meniualnya dengan dinar dan menerima (pembayarannya)
dengan dinar. Aku mengantbil ini untuk itu, dan memberi itu
untuk ini."
*Tidak ada masalah
Rasulullah SAW menjawab, .jika kamu
ntenerimanya dengan harga di hari itu dan kalian berdua tidak
berpisah .sementara nta,sih ada sesuatu (yang belum dibayar)'"
(H.R. Abu Dawud)
"Siapa saja yang membeli piutang dari pihak [ain, maka pihak
yang berutang lebih berhak untuk membelinya apabila harganya
sama dengarr .jumlah yang harus dibayar oleh pihak yang
berutang."
b. Atsar shaliabat, Jabir Ibn Abdillah ra, yaitu:
i ,,-
-.. ..r
,1,-
J!' *)r- - )?
.?
/yq+}i)' s4t rL:'-i;l'l * 4t -;iL'
. : :t t-.-i. i.. i..-r1, r: j ir l, ; 2
y. 5+ Jl 4-i-,sl g'D c|#t
,"
6):,ri f :. ' i)ry i :*\A\
s;nt ji *lztpt ,\ .tp)J: ;z: \i J.JJ\ ^)v. ,yr
errirp S"Gy ,+kirl^ ;<"ii,-4)t5 J'3\t 1;r;:r3
-i,.i, ,r. ,h-\.-
.9,-f,)jrr.J). ^lnj]t -s,;6t
9.
ooDewan pengawa:; syariah telah menelaah pertanyaan yang
diajttkan oleh perusahaan asuransi syariah tentang hukunt
ntengalihkan akad nturabahah dari satu nasabah ke pihak lain
dengan sisa cicilannya. Menurut Dewan pengawas syariah'
pengalihan tersebut termasttk hawalah dan bukan termasuk
pengalihan murabahah, karena akad murabahah antara perusahaan
dengan nasabah yang pertama ,sudah berakhir, dan akadnya tidak
bisa dialihkan, tetapi yang mungkin adalah ntengalihkan kewaiiban
(iltizam) yang ditimbulkan akad mttrabahah dengan akad hawalah."
5. Fatwa-fatwa kontelnporer:
a. Keputusan Lernbaga Fikih Islam OKI
i 5 ,3 a., , 1, tr,
lJ Ci )* >
1. ,i..tol, lrti..i
j\ y:4 b tr -, *, " -i,
i'lJJ\ te ? Jri*-'
o'1
Jt r,6\ * t' u
t,l\r i, ", ..ii, .':
, ,i.-j
u J*y )--. ry
,'. trt,
t
lctl:ir.?
:*- v{ LvX\ | o
MEMUTUSKAN:
2. jika di
Fatwa ini berlaku se.iak tanggalditetapkan dengan ketentuan
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 29 Dzulhi-ijah 1436 H
01 Oktober2016 M
---------------Pasal 1---------------
------------------------------DEFINISI-------------------------------
-Hawalah : Akad pemindahan utang NASABAH kepada-
BANK atas pemindahan utang tersebut, - - - -
BANK memperoleh imbalan/atau Fee /atau - -
Ujrah yang besarnya ditentukan sesuai - - - - -
kesepakatan antara BANK dan NASABAH .- -
-Fee /atau Ujrah : sejumlah uang sebagai imbalan jasa BANK.- -
-Syariah : Hukum Islam yang bersumber dari al Qu'ran- -
dan al Hadist (sunnah) yang mengatur segala-
hal yang mencakup bidang ibadah mahdhah- -
dan ibadah muamalah. - - - - - - - - - - - - - - - -
-Utang : Kewajiban NASABAH kepada perseroan - - -
terbatas PT. Bank Nusantara xxxxxx,- - -
Terbuka, berkedudukan di Bandung. - - - - - - -
-Pembiayaan : Pagu atan plafond dana yang disediakan- - - - -
BANK. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-Surat Pengakuan : Surat NASABAH mengenal pengakuan - - - -
NABABAH mempunyai utang kepada BANK
yang dibuat dan ditandatangani NASABAH- -
dan diterima serta diakui oleh BANK sehingga
karenanya berlaku dan bernilai sebagal bukti- -
sah tentang adanya kewajiban pembayaran- - -
dari NASABAH kepada BANK sebasar yang-
terutang. Surat Pengakuan utang tidak terbatas
pada wesel, promes dan/atau instrument- - - - -
lainnya. -----------------------
-Hari kerja BANK : Hari kerja Bank Indonesia. - - - - - - - - - - - - -
-------------Pasal 2------------
-----------------PEMBIAYAAN DAN PENGGUNAAN ---------------
1. NASABAH mengikatkan diri untuk mengalihkan utang-nya kepada
BANK berupa utang kepada perseroan terbatas PT. Bank- - - - - -
Nusantara Parahyangan, Terbuka, berkedudukan di Bandung.- - - -
2. BANK dengan hal ini telah setuju untuk mengambil alih Utang- - -
tersebut dengan cara melunasinya dengan limit atau plafond- - - - -
Pembiayaan sebesar Rp. 35.860.000.000,- .(tigapuluh lima milyar-
delapanratus enampuluh juta rupiah). Atas pengalihan tersebut- - - -
BANK akan menggantikan kedudukan NASABAH sebagai tertagih
dengan segala hal-hal yang melekat pada Utang tersebut. - - - - - - -
3. Oleh karena itu, NASABAH dengan ini mengaku telah berutang-
kepada BANK sejumlah uang dengan Ketentuan sebagai berikut: -
--Limit Pembiayaan sebesar Rp. 35.860.000.000.,- - - - - - - - - - - -
(tigapuluh lima milyar delapanratus enampuluh juta rupiah) sesuai-
dengan nilai outstanding NASABAH di perseroan terbatas PT. - - -
Bank Nusantara Parahyangan, Terbuka, tersebut yang juga sesuai-
dengan nilai bangunan Mall Indonesia International Trade Center.-
--Fee/atau Ujrah dan/atau Margin kepada BANK terkait dengan
Akad ini dan/atau Qardh dan/atau akad Pembiayaan Al Murabahah
yang telah dan/atau akan dibuat antara NASABAH dan BANK
yang menjadi satu kesatuan dengan Akad ini adalah sebesar Rp
22.077.474.095,24 (duapuluh dua milyar tujuhpuluh tujuh juta
empatratus tujuhpuluh emapat ribu sembilanpuluh lima korna dua
empat rupiah).- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
--Sehingga total Pembiayaan yang diangsur oleh NASABAH- - - - -
kepada BANK adalah sebesar Rp. 57.937.474.095,24 (limapuluh-
tujuh milyar sembilanratus tigapuluh tujuh juta empatratus - - - -
tujuhpuluh empat ribu sembilanpuluh lima Koma dua empat- - - - -
rupiah). - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-------------Pasal 3-------------
-------------------------JANGKA WAKTU----------------------
-Fasilitas Hawalah ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun- - -
terhitung sejak pencairan Pembiayaan pertama kali termasuk grace- - -
period untuk angsurari pokok pembiayaan selama 1 (satu) tahun- - -
dengan ketentuan bahwa setiap penerimaan NASABAH dari hasi1- -
penjualan atau sewa atas Mall Indonesia International Trade Center
(IITC) di Jalan K.H Wahid Hasyim (Kopo), Kelurahan Cirangrang,
Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung harus disalurkan melalui
rekening NASABAH di BANK yang harus digunakan untuk- - - - - -
membayar seluruh kewajiban NASABAH kepada BANK, sehingga- -
jangka waktu pembiayaan dapat lebih cepat dari 5 (lima) tahun atau- -
dapat dilakukan percepatan pelunasan. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-----------------Pasal 4----------------
-----------------------SYARAT-SYARAT PEMBIAYAAN---------------
-Dengan tetap memperhatikan dan mentaati ketentuan-ketentuan - - -
tentang pembatasan penyediaan dana yang ditetapkan oleh yang- - - -
berwenang, BANK berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk
mengizinkan NASABAH menarik Pembiayaan secara sekaligus atau
bertahap sesuai besarnya Utang atau outstanding NASABAH di- - - -
perseroan terbatas PT. Bank Nusantara Parahyangan, Terbuka - - - -
tersebut dan jumlahnya berdasarkan surat keterangan atau dokumen
resmi lainnya dari perseroan terbatasi PT. Bank Nusantara - - - - - - -
Parahyangan, Terbuka, tersebut yang dapat diterima dan telah - - -
diverifikasi oleh BANK dengan jumlah maksimum pembiayaan- - -
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Akad ini dan apabila ada- - - -
kekurangan, maka hal tersebut harus dipenuhi dan/atau dibayar oleh
NASABAH sendiri, kesemuanya setelah NASABAH memenuhi- - - -
persyaratan sebagai berikut : - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
a) NASABAH telah menyerahkan Surat Penegasan Persetujuan-
Pembiayaan (SP3) yang telah ditandatangani oleh pengurus-
NASABAH dan bermeterai cukup; - - - - - - - - - - - - - - - - - -
b) NASABAH telah membuka rekening di BANK; - - - - - - - - -
c) NASABAH telah menyetor dana pada rekening NASABAH di
BANK untuk pencadangan pembayaran segala biaya yang
timbul dari persetujuan pembiayaan, termasuk namun tidak
terbatas pada biaya administrasi, biaya jasa notaris, biaya- - -
materai, dan premi asuransi terkait fasilitas pembiayaan yang-
diterima NASABAH dari BANK;- - - - - - - - - - - - - - - - - - -
d) NASABAH atau pihak ketiga pemilik jaminan telah- - - - - - - -
menyerahkan kepada BANK berupa seluruh Dokumer- - - - -
Jaminan untuk selanjutnya dilakukan pengecekan pada- - - - -
instansi berwenang dan hasilnya harus positif agar dapat- - - -
dijadikan jaminan atas pembiayaan; - - - - - - - - - - - - - - - - - -
e) NASABAH telah menyerahkan surat kuasa kepada BANK- - -
untuk melakukan pendebetan dana di rekening NASABAH di
BANK untuk pembayaran angsuran pembiayaan tiap - - - - - -
bulannya, biaya keterlambatan, biaya administrasi, biaya jasa
notaris, premi asuransi, dan biaya lainnya yang timbul dan- - -
menjadi Kewajiban NASABAH dalam kaitannya dengan- - - -
fasilitas pembiayaan dari BANK kepada NASABAH; - - - - -
f) NASABAH telah menyediakan dana sinking fund sebesar 1- -
(satu) kali angsuran yang harus sudah ada pada rekening- - - -
NASABAH di BANK sebagai saldo minimum; - - - - - - - - -
g) NASABAH telah menyerahkan kepada BANK berupa- - - - -
rekening koran yang menjelaskan tentang mutasi (penerimaan
utang dan pembayarannya) pinjaman NASABAH kepada- - -
pihak Ketiga, kesemusnya agar dapat dilakukan verifikasi- - -
oleh BANK atas utang yang akan dilunasi (take over) dengan
dana pembiayaan dari BANK; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
h) NASABAH telah menyerahkan kepada BANK berupa semua
legalitas NASABAH sebagai badan hukum dan legalitas- - - -
usaha serta copy atas bukti identitas pengurus NASABAH
serta melakukan perpanjangannya apabila sudah jatuh tempo;
i) NASABAH telah melunasi seluruh biaya yang timbul dan
menjadi kewajiban NASABAH sehubungan dengan - - - - - - -
pembiayaan ini; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
j) NASABAH telah menyerahkan kepada BANK berupa Surat
Permohonan Realisasi Pembiayaan (SPR) disertai dengan- - -
surat pengakuan utang (promes) dan/atau Tanda Terima Uang
Nasabah (TTUN), kesemuanya diatas materai Rp.6.000,-
(enamribu rupiah); - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
k) NASABAH telah menandatangani akad pembiayaan yang- - - -
menjadi satu kesatuan dengan Akad ini dan akta pengikatan- -
jaminan secara sempurna; - - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - -
l) Untuk perraohonan pencairan pembiayaan yang kedua dan- - -
selanjutnya, maka NASABAH harus telah menyerahkan- - - -
kepada BANK berupa bukti penggunaan dana pembiayaan
yang telah ditarik sebelumnya; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
m) NASABAH telah menyerahkan kepada BANK berupa- - - - -
Feasibility Study dari konsultan independen yang menjadi- - -
rekanan BANK dan apabila ternyata hasilnya negatif maka- -
pembiayaan yang dimaksud dalam Akad ini dapat dibatalkan;
-Selain syarat-syarat tersebut diatas, maka selama masa pembiayaan,
NASABAH juga harus memenuhi seluruh ketentuan-ketentuan- - - - -
lainnya, yaitu : ---------------------------------
a) Mempergunakan pembiayaan yang diberikan sesuai dengan- -
ketentuan yang telah ditetapkan; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
b) Kelurahan Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota- - -
Bandung, Propinsi Jawa Barat, yang terdaftar atas nama Tuan
CENG CENG NAMARA L dan Nyonya MILAN SARI- - - -
NAMARA M tersebut; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
c) Setiap penerimaan NASABAH dari hasil penjualan atau- - - - -
penyewaan Mall Indonesia International Trade Center (IITC)-
tersebut harus disalurkan melalui rekening NASABAH di- - - -
BANK dan harus digunakan untuk pembayaran seluruh- - - - -
kewajiban NASABAH kepada BANK; - - - - - - - - - - - - - - - -
d) Mengumumkan pendirian dan anggaran dasarnya dalam Berita
Negara Republik Indonesia; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
e) Melakukan konversi atas utang NASABAH kepada para- - - - -
pemegang sahamnya menjadi tambahan modal disetor oleh- - -
para penegang saham tersebut ke dalam perseroan; - - - - - - - -
Memperkenankan BANK untuk sewaktu-waktu menugaskan- -
konsultan dan atau akuntun publik dan atau pihak-pihak lain- -
untuk melakukan hal-hal yang dianggap perlu oleh BANK- - -
antara lain melakukan pengawasan dan membuat laporan- - - -
penggunaan pembiayaan. Apabila dianggap perlu disebabkan-
atas suatu pertimbangan resiko yang dipikul, BANK juga- - - -
berhak untuk : - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
--Menjual barang jaminan dan menerima hasilnya guna - - - - -
pelunasan seluruh kewajiban NASABAH kepada BANK; - - -
-Mengoperasikan dan mengambil alih pengalolaan- - - - - - - - -
NASABAH baik oleh BANK sendiri ataupun pihak lain yang
ditunjuk oleh BANK; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
f) Pembayaran angsuran kepada BANK adalah prioritas pertama
NASABAH sebelum pembayaran kewajiban kepada pihak- - -
lain; --------------------------------------
g) Mempertahankan status atau legalitas NASABAH sebagai- - -
suatu perseroan terbatas serta perijiinan usaha, termasuk untuk
memperbaharuinya jika akan berakhir masa berlakunya; - - - -
h) Merawat dan memelihara jaminan dengan sebaik-baiknya; - - -
i) Selalu terbuka dan kooparatif dengan BANK, memberikan-
ijin dan kemudahan bagi petugas BANK atau pihak yang- - - -
ditunjuk untuk melakukan peninjauan jam manataupun- - - - - -
melakukan pemeriksaan terhadap segala hal yang berkaitan- - -
dengan fasilitas pembiayaan; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
----------------Pasal 5---------------
-------------------- UTANG YANG DIALIHKAN ----------------------
-NASABAH menjamin dan dongan ini mengi katkan diri bahwa
Utang yang dialihkan adalah Utang yang timbul dan memenuhi
persyaratan dari suatu transaksi yang sah, tidak bertentangan dengan
peraturan perundangan serta tidak tersangkut dalam suatu perkara.
--------------Pasal 6-------------
------------------ENDORSEMENT ATAS UTANG------------------
-NASABAH mengikatkan diri untuk melaksanakan endorsement:- - -
(pengesahan) atas asli setiap dokimen-dokumen yang berkenaan- - - -
dengan pengalihah Utang sebagaimana dimaksud dalam Akad ini. - - -
---------------Pasal 7---------------
-----------------------CARA PEMBAYARAN-----------------------
1. NASABAH dengan ini berjanji untuk membayar angsuran atas
Pokok Pembiayaan dan Fee /atau Ujrah dan/atau Margin terkait- -
dengan Akad ini dan/atau Qardh dan/atau akad Pembiayaan Al- -
Murabahah yang telah dan/atau akan dibuat antara NASABAH- -
dan BANK yang menjadi satu kesatuan dengan Akad ini pada- -
saat jatuh tempo perbulannya dengan ketentuan sebagai berikut: -
a. -Angsuran bilan ke-1 (pertama) sampai dengan bulan ke-12
(keduabelas) adalah sebesar Rp.463.191.667,67,-- - - - - - - - - -
(empatratus.jenampuluh tiga juta seratus sembilanpuluh satu- -
ribu enamratus enampuluh tujuh koma enam tujuh rupiah); - -
b. -Angsuran bulan ke-12 (keduabelas) sampai dengan bulan- - - -
ke-60 (keena/npuluh) adalah sebesar Rp.1.091.232.794,65- - -
(satu milyar sembilanpuluh satu juta duaratus tigapuluh dua
ribu tujuhratus sembilanpuluh empat koma enam lima rupiah)
2. Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran oleh NASABAH
kepada BANK, maka NASABAH berjanji dan dengan ini- - - - - -
mengikatkan diri untuk membayar biaya administrasi kepada
BANK sebesar 0,00069 (enampuluh sembilan perseratus ribu)
dari angsuran perhari untuk tiap-tiap hari keterlambatan terhitung
sejak saat kewajiban pembayaran tersebut jatuh tempo sampai
dengan tanggaldilaksanakannya pembayaran kembali,- - - - - - - -
kesemuanya berdasarkan catatan pembukuan BANK. - - - - - - - -
3. Setiap pembayaran kembali atau pelunasan Utang yang timbul- -
berdasarkan akad ini, oleh NASABAH kepada BANK dilakukan-
di kantor BANK atau tempat lain yang ditunjuk BANK atau- - - -
dilakukan melalui rekening yang dibuka oleh dan atas nama- - - -
NASABAH di BANK. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4. Dalam hal pembayaran dilakukan melalui rekening NASABAH di
BANK, maka dengan ini NASABAH memberikan kuasa penuh
kepada BANK untuk mendebet rekening NASABAH yang ada
pada BANK Kuasa mana tidak dapat dicabut dan tidak berakhir
karena sebab-sebab yang tercantum dalam Pasal 1813, 1814, 1816
Kitab Undang Undang Hukum Perdata Republik Indonesia serta
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Akad ini. - - - - - - -
5. Dalam hal pembayaran kembali/atau pelunasan Utang bertepatan
dengan hari libur, NASABAH berjanji dan dengan ini- - - - - - - -
mengikatkan diri untuk melakukan pembayaran pada hari kerja- -
berikutnya. ---------------------------------
---------------Pasal 8---------------
---------------------BIAYA, POTONGAN DAN PAJAK------------------
-NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk - - - - - -
menanggung segala biaya yang diperlukan berkenaan dengan - - - - -
pelaksanaan Akad ini, termasuk tidak terbatas pada biaya jasa notaris,
asuransi dan total biaya administrasi dari seluruh fasilitas pembayaran
Line Facility yang diterima oleh NASABAH dari BANK sebesar 1%
dari Plafond pembiayaan Line facility, sepnnjang hal itu diberitahukan
BANK kepada NASABAH sebelum ditandatanganinya Akad ini dan
NASABAH menyatakan persetujuannya. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-Setiap pembayaran kembali/atau pelunasan utang sehubungan- - - - -
dengan Akad ini dan/atau akad-akad pembiayaan lainnya yang- - - - -
menjadi satu kesatuan dengan Akad ini, dilakukan oleh NASABAH -
kepada BANK tanpa potongan, pungutan, bea, pajak dan/atau biaya-
biaya lainnya, kecuali jika potongan tersebut diharuskan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. - - - - - - - - - - - - - - - - -
-NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri bahwa terhadap
setiap potongan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku akan dilakukan pembayarannya oleh NASABAH- - - - -
melalui BANK. ---------------------------------
----------------Pasal 9---------------
---------------------------------JAMINAN-------------------------------
-Untuk menjamin tertibnya pembayaran kembali/atau pelunasan atas.
utang pokok pembiayaan, Fee/atau Ujrah serta biaya-biaya lainnya- - -
yang timbul dari pembiayaan tepat pada waktu yang telah disepakati-
kedua belah pihak berdasarkan Akad ini dan/atau akad turunannya
dan/atau catatan pembukuan BANK, berikut dengan segala- - - - - - -
perubahan, penambahan dan penggantian yang kiranya akan dibuat- -
dikemudian hari antara NASABAH dan BANK yang merupakan satu
kesatuan dengan Akad ini, maka NASABAH berjanji dan dengan ini
mengikatkan diri untuk menyerahkan jaminan dan membuat- - - - - -
pengikatan jaminan kepada BANK sesuai dengan peraturan- - - - - - -
perundang-undangan yang berlaku, yaitu berupa: -------------
a. -30 (tigapuluh) bidang tanah berikut segalasesuatu yang menjadi- - -
turutannya termasuk bangunan Mall Indonesia International bidang-
tanah berikut segala sesuatu mutannya termasuk bangunan Mall- - -
Indonesia Trade Center yang berada diatasnya maupun segala- - -
sesuatu yang akan ada dikemudian hari yang menurut sifat dan- - - -
peruntukannya (merupakan satu kesatuan dengan bidang-bidang- -
tanah tersebut yang terletak di Propinsi Jawa Barat, Kota Bandung,-
Kecamatan Babakan Ciparay, Desa Cirangrang, dengan bukti- - - - -
kepemilikan berupa 30 (tigapuluh) Sertipikat Hak Milik, berturut-
turut Nomor : - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
1510/Cirangrang, 452/Cirangrang, 1511/Cirangrang, - - - - - - - - - -
1512/Cirangrang. 1513/Cirangrang, 1514/Cirangrang, - - - - - - - - - -
1528/Cirangrang. 1529/Cirangrang, 475/Cirangrang, - - - - - - - - - -
00582/Cirangrang, 00583/Cirangrang, 00584/Cirangrang, - - - - - -
00585/Cirangrang, 00586/Cirangrang, 00587/Cirangrang, - - - - - -
00588/Cirangrang, 00589/Cirangrang, 00590/Cirangrang, - - - - - -
00591/Cirangrang, 481/Cirangrang, 01537/Cirangrang, - - - - - - - -
230/Cirangrang, 231/Cirangrang, 232/Cirangranng,- - - - - - - - - -
233/Cirangrang, 234/Cirangrang, 1663/Margahayu,- - - - - - - - - - -
1717/Cirangrang, 1591/Cirangrang, dan Nomor 01536/Cirangrang;
-Bidang-bidang tanah mana yang akan dibebani dengan Hak - - - - -
Tanggungan peringkat I (pertama) untuk kepentingan BANK- - - -
dengan total nilai penjaminan sebesar Rp.120.000.000.000,- - - - - -
(seratus duapuluh milyar rupiah). - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
b. -Pemberian jaminan secara kepercayaan (fidusia) atas semua dan-
cetiap hak, wewenang, tagihan atau piutang dagang serta klaim- - -
yang sekarang telah dan/atau yang dikemudian hari akan dimiliki,-
diperoleh serta dapat dijalankan oleh NASABAH kepada para- - - -
pihak ketiga terkait dengan penjuaian dan penyewaan Gedung- - -
Indonesia International Trade Ceneter tersebut dengan nilai- - - - -
penjaminan untuk kspentingan BANK sebesar Rp.6.000.000.090,-
(enam milyar rupiah). Sebagaimana ternyata dari Daftar Tagihan
yang diterbttkan NASABAH tertanggal 04-06-2007 (empat Juni
duaribu tujuh) yang dibuat dibawah tangan dan bermaterai cukup
yang aslinya dilekatkan pada minuta Akad ini, berikut dengan
segala dan setiap perubahan, penambahan dari atau penggantiannya
yang mungkin ada dikemudian hari; ------------------
c. -Jaminan Pribadi (Personal-Guarantee) dari Tuan ---------------- L
tersebut; ----------------------------
-Bahwa atas seluruh obyek jaminan tersebut dalam pasal ini akan
diIakukan pengikatan jaminan tersendiri antara BANK dan- - - - - -
NASABAH atau pihak ketiga pemilik jaminan; - - - - - - - - - - - - - -
-Bahwa atas seluruh objek jaminan dimaksud dalam pasal ini juga-
akan menjadi jaminan bagi seluruh fasilitas pembiayaan yang- - - -
merupakan turunan dari Line Facility, Kesemuanya berikut dengan-
segala akad perubahan, penarnbahan dan atau penggantiannya yang
mungkin ada dikemudian hari (Cross Collateral). - - - - - - - - - - - -
-------------------Pasal 10------------------
-------------------------CEDERA JANJI----------------------
-Menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 3 dan 7 Akad ini, BANK
berhak untuk menuntut /atau menagih pembayaran dari NASABAH
atau siapa pun juga yang memperoleh hak darinya, atas sebagian /atau
seluruh jumlah utang NASABAH kepada BANK berdasarkan Akad
ini beserta akad-akad pembiayaan dan/atau perjanjian lainnya yang
menjadi satu kesatuan dengan dengar. Akad ini (berikut dengan segala
perubahan, penambahan dan/atau penggantian yang kiranya akan
dibuat dikemudian hari antara NASABAH dan BANK), untuk dibayar
dengan seketika dan sekaligus tanpa diperlukan adanya surat
pemberitahuan, surat teguran /atau surat lainnya, kesemauanya apabila
terjadi salah satu hal /atau peristiwa tersebut dibawah ini ("Event Of
Default") : --------------------------------------
1. -NASABAH tidak melaksanakan kewajiban pembayaran /atau- - -
pelunasan tepat tiada waktu yang diperjanjikan sesuai dengan- - -
tanggal jatuh tempo dan/atau NASABAH tidak memenuhi
kewajiban-kewajiban lainnya sebagaimana ditetapkan dalam akad
ini atau akad lainnya yang menjadi satu turunan dan satu kesatuan
dengan Akad ini, termasuk namun tidak terbatas pada kewajiban
pembayaran angsuran atas utang pokok pembiayaan dan Margin
dan/atau Fee atau Ujrah; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2. – dokumen, pernyataan, pengakuan, laporan atau keterangan yang
diserahkan /atau diberikan NASABAH kepada BANK adalah- - -
palsu, tidak sah /atau tidak benar; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3. -NASABAH dinyatakan dalam keadaan pailit, ditaruh dibawah
pengampuan, dibubarkan, insolvensi dan/atau dilikuidasi; - - - - - -
4. -NASABAH atau pihak ketiga telah memohon pailit NASABAH
kepada instansi yang berwenang; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
5. -NASABAH terlibat dalam suatu perkara didepan pengadilan atau
lembaga atau instansi lainnya; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
6. -NASABAH tidak dapat memenuhi dan/atau melanggar sebagian
atau seluruh syarat atau katentuan yang tersebut dalarn Akad ini
dan/atau Surat Penegasan Persetujuan Pembiayaan dan/atau Surat
Persetujuan Pencairan yakni akan disebut yang dibuat atau- - - -
mungkin dibuat antara pihak yang menjadi satu kesatuan (dengan
Akad ini dan/atau rnelanggar ketentuan dalam : - - - - - - - - - - - -
-- Akad Komitmen Limit Fasilitas Pembiayaan (Line Facility),- -
Nomor : 2; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
--Akad Qardh, Nomor : 5 keduanya tertangga 1 hari Akad ini; - -
--Akad Pembiayaan Al Murabahah yang akan dibuat oleh para - -
pihak setelah Akad ini; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-kesemuanya berikut dengan segala dan setiap perubahan,- - - -
penambahan dan/atau penggantian yang mungkin dibuat- - - - - - -
dikemudian hari. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
7. -Apabila berdasarkan peraturan perundang-undangan yang- - - - -
berlaku atau keraudian berlaku, HASABAH tidak dapat /atau- - -
tidak berhak menjadi NASABAH;- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
8. -Apabila karena sesuatu sebab Akad ini dan/atau akad- - - - - - -
turunannya dan/atau sebagian atau seluruh Akta Jaminan- - - - - -
ternyata dinyatakan batal berdsarkan Putusan Pengadilan atau- -
Badah Arbitrase; ----------------------------
9. -Apabila pihak yang mewakili NASABAH dalam Akad ini- - - - -
menjadi pemboros, pemabuk, atau dihukum berdasar Putusan- -
Pengadilan yang telah berkelakuatan tetap dan pasti (in kracht- - -
vani gewijsde) karena perbuatan kejahatan yang dilakukannya- - -
yang diancam dengan hukuman penjara atau kurungan 1 (satu)- -
tahun atau lebih; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
10. -NASABAH tercantum dalam daftar kredit macet Bank- - - - - -
Indonesia; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
---------------Pasal 11----------------
----------------------AKIBAT CEDERA JANJI----------------------
1. -Apabila NASABAH tidak melaksanakan pembayaran seketika- -
dan sekaligus dan/atau karena terjadi suatu hal atau peristiwa- - -
tersebut dalam Pasal 10 Akad ini, maka BANK berhak menarik- -
seluruh pembiayaan yang telah diberikan kepada NASABAH dan
NASABAH wajib melunasi secara sekaligus dan seketika atas- - -
utang pokok pembiayaan berikut Fee atau Ujrah dan/atau- - - - - -
kewajiban finansia lainnya kepada BANK, kesemuanya sesuai- - -
dengan catatan pembukuan BANK; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-Apabila dalam jangka waktu tertentu atas suatu pertimbangan
resiko BANK terkait dengan keadaan diatas, maka BANK berhak
menjual barang jaminan dan uang hasil penjualan barang jaminan
tersebut digunakan BANK untuk membayar /atau melunasi utang
atau sisa utang NASABAH kepada BANK. - - - - - - - - - - - - - - -
2. -Apabila penjualan barang jaminan dilakukan BANK melalui- - -
pelelangan dimuka umum, maka NASABAH dan BANK berjanji
dan dengan ini mengikatkan diri untuk menerima harga yang- -
terjadi setelah dikurangi biaya-biaya sebagai harga jual barang- -
jaminan. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3. -Apabila penjualajji barang jaminan dilakukan dibawah tangan- -
maka NASABAH dan BANK sepakat, harga penjualan barang
jaminan ditetapkan oleh BANK dengan harga yang wajar menurut
harga pasar ketika barang jaminan dijual. - - - - - - - - - - - - - - - -
4. -Jika, hasil penjualan-barang jaminan tak mencukupi untuk- - - - -
membayar utang NABABAH kepada BANK, maka NASABAH
berjanji dan dengan ini mengikatkan dibentuk tetap- - - - - - - - -
bertanggung jawab melunasi sisa utangnya yang belum dibayar
sesuai dengan pembukuan BANK sanpai dengan lunas dan- - - -
sebaliknya apabila hasil penjualan barang jaminan melebihi- - -
jumlah uang atau sisa utang NASABAH kepada BANK, maka-
BANK berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk- - - - - - - -
menyerahkan kelebihan tersebut kapada NASABAH. - - - - - - -
--------------Pasal 12---------------
------------------PENGAKUAN DAN JAMINAN-----------------
-NASABAH dengan ini menyatakan mengaknai kepada BANK,
sebagaimana BANK menerima pernyataan pengakuan NASABAH
tersebut bahwa : ---------------------------------
a. NASABAH berhak dan berwenang sepenuhnya- - - - - - - - -
menandatangani Akad ini dan selurnh Dokumen yang- - - - - -
menyertainya serta telah memperoleh izin-izi yang diperlukan
untuk menjalankan usahanya. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
b. NASABAH menjamin, bahwa segala dokumen dan akta yang
telah ditandatangani oleh NASABAH berkaitan dengan Akad
ini, keberadaannya tidak melanggar atau bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan atau anggaran dasar- - - - - - - -
NASABAH yang berlaku, sehingga sah, berkekuatan hokum- -
serta mengikat NASABAH dalam menjalankan Akad ini dan
demikian pula tidak dapat menghalang-halangi- - - - - - - - - - -
pelaksanaannya. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
c. NASABAH menjamin bahwa pada saat penandatangan Akad
ini, para pemegang saham, direksi serta komisaris perseroan- -
NASABAH telah mengetahui dan memberikan persetujuannya
terhadap akad ini, dan demikian pula NASABAH menjamin
dan karenanya membebaskan BANK dari segala tuntutan atau
gugatan yang diajukan oleh pihak ketiga terhadap NASABAH;
d. NASABAH tidak sedang terlibat sengketa atau perkara yang
sedang dihadapi atau persoalan hokum yang masih harus
diselesaikan dan dapat menimbulkan akibat kurang baik
terhadap keadaan keuangan NASABAH - - - - - - - - - - - - - - -
e. NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri apabila
diminta oeh bank dari waktu ke waktu menyerahkan kepada
BANK jaminan tambahan dan dinilai cukup oleh BANK
selama kewajiban membayar utang atau sisa utang kepada
BANK belum lunas - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
f. Nasabah berjanji sekarang dan dikemudian hari untuk- - - - - -
menanggung segala sebab dan biaya apabila terjadi cost over-
run atas fasilitas pembiayaan ini. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
g. Nasabah berjanji untuk menanggung segala biaya yang timbul
dari seluruh transaksi yang timbul berdasarkan akad- - - - - - - -
pembiayaan ini. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
h. NASABAH menjamin bahwa semua dan setiap informasi,
keterangan, laporan, data da/atau dokumen yang diserahkan
NASABAH kepada BANK adalah sebenernya; - - - - - - - - - -
------------------------------------
------------------Pasal 13-----------------
------PEMBATASAN TERHADAP TINDAKAN NASABAH------
-Nasabah berjanji dan dengan ini mengikatkan diri, bahwa selama- - -
masa berjalannya akad ini, berikut dengan segala dan setiap akad- - - -
turunannya, kecuali setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari- - - -
BANK, NASABAH tidak akan melalukan sebagian atau seluruhnya- -
dari perbuatan-perbuatan sebagai berikut ("Negative Convenant”): - - -
1. Mengadakan Rapat Umum pemegang Saham atau mekanisme lain
yang rnempunyai kekuatan yang sama dengan Rapat Umum- - - -
Pemegang Saham dengan agenda dan keputusannya antara lain- -
adalah untuk mengubah status, anggaran dasar, susunan modal
dan pengurus dan/atau untuk membubarkan NASABAH; - - - - -
2. Membagikan deviden kepada para pemegang saham NASABAH;
3. Melakukan pembayaran utang jangka panjang kepada para- - - -
pemegang saham NASABAH; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4. Mengeluarkan pernyataan berutang dalam bentuk pinjaman,- - - -
penyewaan atau garansi kepada pihiak lain; - - - - - - - - - - - - - - -
5. Meminta pembiayaan baru atau tambahan dari bank atau
lemabaga pembiayaan lainnya untuk proyek yang sama yang telah
dibiayai BANK; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
6. Melakukan merger atau penggabungan dengan perusahaan lain
atau mengakuisiai /atau pengambilalihan perusahan lain/atau- - - -
memohon pailit kepada instnsi yang berwenang; - - - - - - - - - - -
7. Melakukan penjualan dan/atau mentransfer dan/atau- - - - - - - -
menjaminkan dan/atau membebani dengan kewajiban atas- - - - - -
sebagian atau seluruh kekayaan (asset) NASABAH yang telah- - -
ada atau yang akan ada dikemudian hari atau asset pihak ketiga-
yang telah dijaminkan kepada BANK; - - - - - - - - - - - - - - - - - -
---------------Pasal 14--------------
-----------------------------ASURANSI--------------------------
-NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menutup
asuransi berdasarkan ketentuari Syari'ah atas beban NASABAH
terhadap saluruh jaminan bagi pembiayaan berdasar akad ini dan/atau
akad lainnya yang menjadi turunan dan/atau satu kesatuan dengan
Akad ini, kesemuanya pada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh
BANK dengan klasula all risk dan bersifat roll over dan dengan
menunjuk dan menetapkan BANK sebagai pihak yang berhak
menerima pembayaran klaim asuransi tersebut: (banker's clause
BANK).
-------------------Pasal 15------------------
------------------------PENGAWASAN------------------------
-NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk- - - - - - -
memberikan izin kepada BANK atau pihak /atau petugas yang- - - - - -
ditunjuknya untuk melakukan hal-hal sebagai berikut : - - - - - - - - - - -
1. Melaksanakan pengawasan /atau pemeriksaan terhadap barang- - -
maupun barang jaminan, serta perabukuan dan catatan pada setiap
saat selama berlangsungnya Akad ini, dan kepada wakil BANK- -
tersebut diberi hak untuk membuat fotocopy dari pembukuanan
catatan yang bersangkutan; -----------------------
2. Menugaskan konsultan dan/atau akuntan publik dan/atau pihak-
pihak lain untuk melakukan hal-hal yang dianggap perlu oleh
BANK, antara lain melakukan pengawasan dan membuat laporan
penggunaan pembiayaan; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3. Apabila dianggap perlu disebabkan suatu pertimbangan resiko
yang dipikul, BANK berhak untuk melakukan tindakan lain yang
dianggap perlu dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada
NASABAH; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-Untuk hal-hal tersebut diatas, maka NASABAH dengan ini- - - - - - -
memberikan kuasa dan wewenang khusus kepada BANK untuk- - - - -
melakukan negosiasi /atau perundingan dengan pihak-pihak yang
dianggap perlu, termasuk menetapkan biayanya yang menjadi beban
NASABAH. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
------------------Pasal 16-----------------
-------------------------------KUASA------------------------------
-Dengan di tandatanganinya Akad ini oleh para pihak sajak saat ini
dan untuk waktu-waktu selanjutnya bilamana saja diperlukan Akad
ini berlaku sebagai pemberian kuasa khusus dari NASABAH kepada
BANK untuk tidak dapat ditarik kembali dan/atau berakhir karena
sebab-sebab yang di tentukan dalam pasal 1813, 1814, 1816 Kitab- - -
Undang-Undang Hukum Perdata, Republik Indonesia, untuk - - - - - - -
melakukan segala tindakan hukum apapun tanpa ada- - - - - - - - - - - -
yangdikecualikan, guna menjalankan hak-hak yang terbit karena- - - -
fasilitas pembiayaan ini dan pemberian jaminan. -------------
------------------Pasal 17-----------------
-----------------PENYELESAIAN PERSELISIHAN ---------------
-Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam memahami atau- - - - - -
menafsirkan bagian-bagian dari isi Akad ini atau terjadi perselisihan-
dalam melaksanakan Akad ini, maka NASABAH dan BANK akan
berusaha untuk manyelesaikan secara musyawarah dan mufakat.- - -
-Apabila usaha menyelesaikan perbedaan pendapat atau perselisihan
melalui musyawarah untuk mufakat tidak menghasilkan keputusan
yang disepakati oleh kedua belah pihak, maka dengan ini NASABAH
dan BANK sepakat untuk menunjuk dan menetapkan serta member
kuasa kapada BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL
(BASYARNAS) untuk memberikan putusannya, menurut tata cara
dan prosedur berarbitrase yang ditetapkan oleh dan berlaku di Badan
tersebut yang bersifat final dan mengikat.
---------------Pasal I8---------------
---------------------------LAIN-LAIN-------------------------
1. -Selama syarat-syarat yang disebutkan dalnm pasal dan/atau
ketentuan-ketentuan lain, dalam Akad ini. akad /atau perjanjian
lainnya yang menjadi satu-kesatatu dengan Akad ini (berikut
dengan segala perubahan, penambahan dan/atau penggantianya
yang mungkin dibuat dikemudian hari) belum dilaksanakan,
terjadi suatu perubahan kebijakan pembiayaan di BANK yang
disebabkan adanya perubahan regulasi pemerintah ataupun
perubahan peraturan pembiayaan internal BANK yang tidak
terbatas pada pengaturan pendanaan atau likuiditas sehingga
menyebabkan pemberian fasilitas pembiayaan sebagaimana
dimaksud dalam Akad ini harus ditinjau ulang, maka BANK
berhak menunda atau membatalkan fasilitas pembiayaan dan
NASABAH bersedia dengan ini membebaskan BANK dari
tuntutan ganti rugi apapun atas perabatalan tersebut. - - - - - - - - -
2. -Perubahan Akad ini hanya dapat dilakukan secara tertulis dan
ditandatangani oleh BANK dan NASABAH. - - - - - - - - - - - - - -
3. -Akad ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari : - - - - - -
--Surat Penagasan Persetujuan Pembiayaan, tertanggal 31-05-
2007 (tigapuluh satu Mei duaribu tujuh) Nomor : 9/021-3/DPBI -
--Surat persetujuan Pencairan tertanggal 04-06-2007 (empat Juni
duaribu tujuh) Nomor : 9/030-3/GP/DPB4; - - - - - - - - - - - - - - - -
-yang kedua asliniya diperlihatkan kepada saya, Notaris dan
fotocopy sesuai aslinya dilekatkan pada minuta Akte ini; - - - - - -
--Akad Komitmen Limit Fasilitas Pembiayaan (Line Faciiity),
tertanggal hari Akad ini, Nomor : 2; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
--Akad Qardh, tertanggal hari Akad ini, Nomor : 5; - - - - - - - - - -
-yang keduanya dibuat dihadapan saya, Notaris; - - - - - - - - - -
--Akad Pembiayaan Al Murabahah yang akan dibuat oleh pihak -
setelah Akad ini; ----------------------------
--Kesemuanya berikut dengan segala dan setiap perubahan- - - - - -
penambahan dan/atau penggantiannya yang mungkin dibuat- - - - -
dikemudian hari ; - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4. -Kelalaian atau keterlambatan BANK dalam menggunakan hak
kekuasaannya sesuai dengan isi Akad ini tidak berarti sebagi
pelepasan hak. ---------------------------------
5. -Lain-lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada BANK dan
atau akan ditetapkan kemudian oleh BANK ; - - - - - - - - - - - - - -
----------------Pasal 19---------------
-------------------------------KOMUMIKASI------------------------------
-Setiap pemberitahuan dan komunikasi sehubungan dengan Akad ini
dianggap telah disanipaikan secara baik dan sah, apabila dikirim
dengan surat tercatat atau disampaikan secara pribadi dengan tanda
terima ke alamat dibawah ini :
----------------------NASABAH------------------
Nama : PT. ---------------------- - - - - - - - - - -
Alamat : Jalan Pungur Nomor xxx, ----------------, Jawa Barat;
-------------------------------BANK------------------------------
Nama : PT. -------------------------- - - - - - - - - -
Alamat : Gedung Bank - - - - - - - - - - - - -
-
-----------------Pasal 20---------------
--------------------------------PENUTUP---------------------------------
-Apabila ada hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam
Akad ini, maka NASABAH dan BANK akan mengaturnya bersama -
Secara musyawarah untuk mufakat melalui surat menyurat atau dalam
suatu Addendum tersendiri yang merupakan satu kesatuan dan tidak
dapat dipisahkn dari akad ini. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-Para pihak menyatakan dengan ini menjamin akan kebenaran
identitas masing-masing sesuai tanda pengenal yang disampaikan
kepada saya, Notaris dan menyatakan bertanggung jawab sepenuhnya
atas hal tersebut dan selanjutnya para pihak juga menyatakan telah
mengerti serta memahami isi Akad ini.
NOTARIS