Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
NADA HALILLAH
NIM : 11150480000115
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
vi
5. Orang tua dan adik peneliti yang selama ini telah memberikan semangat,
motivasi dan paling terbesar yaitu selalu memberikan doa kepada peneliti
dalam setiap perjalanan untuk pembuatan skripsi ini.
6. Fauzi Wibowo A, S.H yang dari awal telah menemani mendukung,
memberikan motivasi dan saran kepada peneliti. Terimakasih banyak telah
bersama peneliti dari awal perkuliahan sampai saat ini.
7. Sahabat-sahabat yang selalu bersama dan menemani peneliti selama
peneliti mengemban dunia pendidikan sampai saat ini, Inayatul
Mukaromah, Khairunnisa, Nada Audrina, Agung S, Hasbi I, Jamsari,
Aditiya Bestari, Diadjeng F, Bening Setara Bulan, Surya Baskara, Teman
KKN dan Teman-teman penerima beasiswa BI yaitu GENBI UIN Jakarta.
Terimakasih selalu ada untuk memberikan semangat dan semoga
silaturahmi kita tidak terputus hingga tua nanti.
8. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
Tidak ada yang dapat peneliti berikan untuk membalas jasa-jasa kalian
kecuali dengan ucapan doa dan terima kasih.
Peneliti menyadari dalam penelitian skripsi ini banyak terdapat
kekurangan dan perbaikan. Namun, peneliti tetap berharap agar karya ilmiah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan karya ilmiah ini di masa
mendatang. Sekian dan Terima kasih.
Nada Halillah
vii
DAFTAR ISI
viii
B. Analisis Praktik Monopoli dalam Hukum Persaingan Usaha ....... 53
1. Aspek Filosofis ....................................................................... 53
2. Aspek Yuridis ......................................................................... 56
3. Aspek Sosiologis .................................................................... 61
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 64
A. Kesimpulan .................................................................................... 64
B. Rekomendasi .................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67
LAMPIRAN ....................................................................................................... 70
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012), h., 83.
2
Johnny Ibrahim, Hukum Persaingan Usaha (Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya
di Indonesia), (Malang: Bayumedia, 2007), h., 22.
1
2
2. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, maka
peneliti membatasi masalah agar lebih fokus dan tidak meluas dalam
penelitian yang akan dibahas. Oleh karena itu, peneliti membatasi
permasalahan pada pertimbangan hukum oleh hakim dengan mengacu
pada putusan yang telah ada yaitu putusan KPPU Nomor 09/KPPU-
L/2016, putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat perkara Nomor
02/Pdt.Sus.KPPU/2017/PN.Jkt.Brt. dan putusan Mahkamah Agung
Nomor 511 K/Pdt.Sus-KPPU/2018. Kemudian, dengan melihat pada
Undang-Undang yang mendasari dan berkaitan dengan permasalahan
PGN tersebut.
3. Perumusan Masalah
Masalah utama dalam penelitian ini terkait adanya perbedaan hasil
putusan di KPPU, Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan Mahkamah
Agung. Pada putusan majelis komisi KPPU dalam perkara nomor
09/KPPU-L/2016 menyatakan bahwa PGN melakukan monopoli dengan
melanggar pasal 17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
1999 atas kenaikan harga yang dilakukan oleh PGN pada bulan Agustus-
November tahun 2015. Akan tetapi, PGN mengajukan keberatan kepada
Pengadilan Negeri Jakarta Barat dengan perkara Nomor
02/Pdt.Sus.KPPU/2017/PN.Jkt.Brt. Pada putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Barat, hakim membatalkan putusan KPPU karena PGN tidak
terbukti melakukan monopoli yang melanggar pasal 17 Undang-Undang
7
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian
hukum normatif. Penelitian hukum normatif (normative legal research)
adalah penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengkajian
perundang-undangan yang berlaku dan diterapkan terhadap suatu
permasalahan hukum tertentu.4
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
pendekatan perundang-undangan (statutory approach) dan pendekatan
4
Soejono dan H. Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta,
2003), h., 56.
9
5
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Prenada Media, 2008), h., 93.
10
6
Sri Mamudji, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), h., 56.
11
6. Metode Penulisan
Metode penulisan mengacu kepada buku pedoman penulisan
skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017
yang berdasarkan kaidah-kaidah penulisan yang telah ditetapkan oleh
fakultas.
E. Sistematika Penulisan
Secara ringkas, sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini peneliti memaparkan tentang
Latar Belakang, Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian
serta Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM MONOPOLI DALAM HUKUM
PERSAINGAN USAHA. Pada bab ini berisikan tentang
pengertian monopoli, konsep monopoli dan tinjauan (review)
kajian terdahulu yang berkaitan dengan perkara praktek
monopoli.
BAB III MONOPOLI PADA PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA.
Pada bab ini berisikan tentang profil dari PT. Perusahaan Gas
Negara (PGN) dan Kronologi Kasus.
BAB IV ANALISIS HUKUM PRAKTIK MONOPOLI PADA PT.
PERUSAHAAN GAS NEGARA. Pada bab ini akan
dipaparkan hasil penelitian yakni tentang dasar pertimbangan
majelis komisi pada Komisi Pengawas Persaingan Usaha,
hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan Mahkamah
Agung atas praktik monopoli oleh PT. Perusahaan Gas Negara
(PGN) dan analisis praktik monopoli dalam hukum persaingan
usaha.
BAB V PENUTUP. Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan
saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi,
maka peneliti menarik beberapa kesimpulan dari hasil
penelitian ini untuk menjawab dari rumusan masalah, serta
memberikan saran-saran yang memang dianggap perlu.
BAB II
TINJAUAN UMUM MONOPOLI
DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA
A. Kerangka Konseptual
1. Pengertian Monopoli
Pada dunia bisnis sering terjadi yang namanya persaingan. Untuk
menjaga persaingan agar tetap sehat maka diperlukan seperangkat hukum
yang mengatur tentang etika berbisnis yang baik. Terhadap kegiatan
bisnis, persaingan curang merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari
oleh pelaku usaha. Suatu persaingan pada satu pihak dapat memberikan
keuntungan dan di lain pihak dapat menimbulkan kerugian. Dengan
demikian persaingan ada 2 (dua) macam, yaitu : persaingan jujur atau
sehat dan persiangan tidak wajar atau melawan hukum. Persaingan jujur
dilindungi oleh hukum, sedangkan persaingan curang merupakan
perbuatan melawan hukum. 1
Persaingan terjadi apabila ada beberapa orang pengusaha yang
bergerak dalam bidang usaha yang sama atau sejenis. Bersama-sama
menjalankan perusahaan dalam daerah operasi (pemasaran yang sama),
masing-masing berusaha semaksimal mungkin melebihi yang lain untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.2 Persaingan curang atau tidak
jujur merupakan titik awal persaingan melawan hukum. Salah satu
kegiatan yang dilarang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1999 adalah Monopoli.
Monopoli merupakan suatu permasalahan yang menjadi perhatian
utama dalam setiap pembahasan pembentukan hukum persaingan usaha.
Monopoli itu sendiri sebetulnya bukan merupakan suatu kejahatan atau
1
Wahyu Utami dan Yogabakti Adipradana, Pengantar Hukum Bisnis Dalam Perspektif
Teori Dan Praktiknya Di Indonesia, (Jakarta : Jala Permata Aksara, 2017), h., 97.
2
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang, Cet.14, ( Jakarta : Djambatan, 2007),
h., 134.
12
13
3
Hal ini pernah disampaikan oleh Hakim Douglas dalam perkara: US v Griffith 334 U.S.
100. (Terdapat dalam buku Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia).
4
Hermansyah, Pokok-Pokok Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2008), h., 14.
14
5
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Anti Monopoli, (Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 2002), h., 13.
6
Elyta Ras Ginting, Hukum Antimonopoli Indonesia: Analisis Dan Perbandingan Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001), h., 19.
7
Monopoli tidak hanya terjadi pada sisi penawaran (supply) saja, tetapi ada juga monopoli
pada sisi permintaan (demand) yang kemudian disebut sebagai monopoly of demand (monopsoni),
dan monopoly of demand ini hanya terdapat pada pihak penerima barang dan jasa atau penerima
pasokan/pembeli tunggal. Disamping itu monopoli juga dapat dilakukan oleh suatu kelompok
pelaku usaha (a group of sellers) yang secara bersama-sama membuat keputusan tentang produksi
maupun harga. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian monopoli ini dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang, monopoli sebagai suatu struktur pasar, monopoli dapat pula dipakai untuk
menggambarkan suatu posisi dari pelaku usaha dan monopoli dipakai untuk menggambarkan
kekuatan pelaku usaha untuk menguasai penawaran, menentukan dan memanipulasi harga.
15
8
Suyud Margono, Hukum Anti Monopoli, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), h., 8.
16
9
L. Budi Kagramanto, Mengenal Hukum Persaingan Usaha : Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999, (Surabaya : Laros, 2008), h., 182.
10
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha, h., 16.
11
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha, h., 223
12
Robert J. Thornton, Retrospectives How Joan Robinson and B. L. Hallward, Named
Monopsony, Journal of Economic Perspectives Vol. 18, Number 2- Spring 2004, h., 257-261.
17
13
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika,
2013), h., 442.
14
Suhasril dan Muhammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia, (Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h., 138
15
Sukirno Sadono, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, (Jakarta : Grafindo Persada,2001), h.,
24.
16
Agus Maulana, Pengantar Mikro Ekonomi Jilid 2 Edisi Kesepuluh, (Jakarta : Bina Rupa
Aksara), h., 16.
18
jenis barang atau jasa tertentu dan dua atau tiga pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha menguasai 75% (tujuh puluh lima persen) atau
lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu”.18
Menurut pedoman pasal 17 dalam Peraturan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor 11 Tahun 20011 menyebutkan bahwa pasal-
pasal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999
yang terkait dengan Pasal 17 yaitu Pasal 25. Berdasarkan isi Pasal 17
ayat (2) huruf c, posisi monopoli tidak berarti perusahaan merupakan
satu-satunya pelaku usaha di pasar bersangkutan. Posisi dominan yang
dimiliki pelaku usaha juga merupakan bentuk lain dari pengertian posisi
monopoli. Maka, pengaturan dalam Pasal 17 akan terkait dengan
pengaturan pasal 25 tentang posisi dominan. Aspek penguasan pasar
sebagai prasyarat untuk mengontrol tingkah laku dari pelaku usaha yang
berkuasa dalam pasar berperan penting dalam sejumlah peraturan hukum
anti monopoli.
Selain itu apabila sebuah perusahaan melakukan praktik monopoli
dengan menggunakan kekuatan pasar dan posisi dominannya, berarti
telah terjadi penyalahgunaan posisi dominan yang dimilikinya. Maksud
dari penyalahgunaan posisi dominan berarti proses, cara, perbuatan
menyelewengkan kedudukan yang bersifat sangat menentukan karena
memiliki kekuasaan atau pengaruh (dalam kegiatan ekonomi). Konsep
pokok penyalahgunaan posisi dominan adalah adanya pelaku usaha yang
memiliki posisi dominan di pasar bersangkutan dan adanya perilaku
usaha tertentu (penyalahgunaan) yang mendistorsi pasar bersangkutan
dengan dominasi tersebut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat, melarang penyalahgunaan posisi dominan, yang meliputi :19
18
Tommo Gunawan, Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Terlarang Dalam Hukum
Positif Menurut UU No. 5 Tahun 1999, h., 94.
19
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, h., 402.
21
20
Peraturan Komisi Persaingan Usaha Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pasal 17
(Praktek Monopoli) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
21
Prahtama Rahardja dan Mandala Manulang, Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar,
(Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,1999), h., 231-232.
22
B. Kerangka Teoritis
1. Monopoly by law
Berdasarkan landasan konstitusional Negara Kesatuan Republik
Indonesia yakni menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945), seputar monopoli ini
bukanlah suatu hal yang baru karena UUD 1945 itu sendiri memuat
aturan tentang monopoli, seperti diatur dalam Pasal 33 dan merupakan
suatu hak monopoli oleh negara, karena memang dikehendaki oleh
23
2. Buku yang berjudul “Hukum Anti Monopoli” yang ditulis oleh Suyud
Margono tahun 2013. Dalam buku ini dijelaskan secara komperhensif
mengenai monopoli yang menjelaskan tentang kegiatan yang dilarang
yang berkaitan dengan skripsi peneliti.
3. Jurnal dengan judul “Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha
Terlarang Dalam Hukum Positif Menurut UU No. 5 Tahun 1999” oleh
Tommo Gunawan, NIM 090711378, Fakultas Hukum, Universitas Sam
Ratulangi tahun 2016. Jurnal ini menjelaskan tentang instrumen hukum
perundangan mengatur dan melarang praktik monopoli dalam persaingan
usaha di Indonesia dan jenis monopoli pada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dapat berpindah setelah proses privatisasinya. Sedangkan
skripsi ini menjelaskan tentang kasus praktik monopoli oleh PGN serta
menganalisis dasar pertimbangan majelis komisi pada Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan
Mahkamah Agung atas praktik monopoli oleh PGN dan jurnal ini
memiliki keterkaitan dengan pertimbangan hakim pada Pengadilan
Negeri Jakarta Barat dan Mahkamah Agung atas perkara praktik
monopoli oleh PGN serta konsep monopoli dalam hukum persaingan
usaha.
BAB III
MONOPOLI PADA PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA
26
27
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 15 Desember 2003
dengan kode transaksi perdagangan “PGAS”.
Pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2012, Pembentukan anak
usaha PT. PGAS Telekomunikasi Nusantara, PT. PGAS Solution, PT.
Saka Energi Indonesia, PT. Gagas Energi Indonesia dan PT. PGN LNG
Indonesia. Pada tahun 2016, PGN memulai pembangunan dan
pengelolaan proyek jaringan gas bumi rumah tangga di wilayah Batam,
Surabaya dan Tarakan, setelah sebelumnya ditahun 2015 ditugaskan
mengelola jaringan di 11 wilayah. PGN melakukan transformasi
organisasi bersama anak dan afliasi dalam bentuk ONE PGN,
mengukuhkan langkah ke tahapan selanjutnya menuju perusahaan kelas
dunia di bidang gas. Kemudian, PT Perusahaan Gas Negara Tbk Pada
tanggal 11 April 2018, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 1965, Pemerintah mengalihkan 56,96% saham seri B kepada PT
Pertamina (Persero), Sejalan dengan inisiatif pembentukan Holding
Migas dan PGN sebagai Subholding Gas.
2. Visi Dan Misi
PGN terus memperkuat pondasi dan bertransformasi dari
perusahaan transmisi dan distribusi gas bumi menjadi penyedia solusi
energi terintregasi, yang mendorong pemanfaatan gas bumi untuk
kebutuhan masyarakat dan industri.
Visi
Menjadi perusahaan energi kelas dunia di bidang gas pada tahun 2020.
Misi
Melakukan nilai tambah perusahaan bagi stakeholders melalui :
a. Pelanggan : Solusi pemenuhan kebutuhan energi yang aman,
bernilai tambah, ekonomis dan meningkatkan daya saing.
b. Masyarakat : Peningkatan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan melalui kemandirian energi dan upaya
konservasi lingkungan.
28
1
https://pgn.co.id/tentang-kami diakses pada tanggal 12 April 2018, pukul 17.00 WIB
29
3
Terdapat dalam putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2016.
31
yang menyebutkan bahwa “harga bahan bakar minyak dan gas bumi diatur
dan/atau ditetapkan oleh pemerintah”. Pemerintah melalui Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 21 Tahun 2008, mengatur bahwa
gas bumi yang termasuk ke dalam kategori bahan bakar umum, penetapan
harganya ditetapkan oleh badan usaha. Demikian juga berdasarkan Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 19 Tahun 2009 Kegiatan
Usaha Gas Bumi melalui Pipa, pemerintah mengatur bahwa penetapan harga
jual gas bumi melalui pipa untuk pengguna umum ditetapkan oleh badan
usaha.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 21 Tahun
2008 Tentang Pedoman Penetapan Harga Jual Bahan Bakar Minyak dan Gas
Bumi dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 19
Tahun 2009 Tentang Kegiatan Usaha Gas Bumi Melalui Pipa menyebutkan
bahwa penetapan harga gas bumi yang ditetapkan oleh badan usaha harus
memenuhi kemampuan daya beli konsumen dalam negeri, kesinambungan
penyediaan dan pendistribusian dan tingkat keekonomian dengan marjin yang
wajar.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagaimana diuraikan di
atas, dapat disimpulkan bahwa PGN merupakan badan usaha niaga gas bumi
melalui pipa yang berwenang menetapkan harga gas bumi pada bulan
Agustus-November 2015.
Berdasarkan karakteristik, fungsi dan harganya, gas bumi yang
disalurkan melalui pipa tidak memiliki substitusi dekat dengan produk
lainnya. Pemilihan bahan bakar tidak dapat dipertukarkan secara mudah dari
jenis bahan bakar yang satu ke bahan bakar yang lain karena pertimbangan
karakteristik alat yang digunakan maka diperlukan modifikasi peralatan untuk
bahan bakar tertentu, terlebih lagi produk PGN menggunakan pipa dalam
penyalurannya sehingga tidak dapat dilakukan penggantian bahan bakar.
Tidak adanya barang substitusi dan tidak adanya barang alternatif pemasok
lain mengakibatkan konsumen tidak memiliki pilihan pada saat PGN
menetapkan harga secara sepihak.
32
Niaga melalui Perjanjian Jual Beli Gas pada tanggal 30 Juni 2015, yang
kemudian dialirkan pertama kali pada tanggal 1 Agustus 2015.
3. Pada tanggal 31 Juli 2015, PGN mengirimkan surat perihal informasi
penyampaian penyesuaian harga jual gas ke pelanggan.
4. Pada tanggal 1 Agustus 2015, pelanggan industri PGN menyatakan
bahwa PGN menaikkan harga gas secara sepihak melalui pemberitahuan
via email pada tanggal 31 Juli 2015 pukul 22.00. Bahwa dengan adanya
kenaikan harga gas per 1 Agustus 2015, para pelanggan menyatakan
tidak mampu membayar dan mengajukan keberatan secara tertulis
kepada terlapor. Para pelanggan merasa tidak mampu membayar karena
tingginya biaya produksi dan tidak bersaingnya produk dengan pesaing
dari daerah lain atau negara lain. Pada saat terjadinya kenaikan harga,
diketahui tidak ada pesaing potensial yang dapat masuk ke dalam pasar
bersangkutan.
5. Pada tanggal 28 Agustus 2015, diketahui PGN menyampaikan surat
kepada Menteri dan Sumber Daya Mineral. Dalam laporan PGN kepada
menteri dan sumber daya mineral, diketahui bahwa harga jual gas
eksisting PGN di area Medan ditetapkan sebesar USD 7,25/MMBTU +
Rp. 660/m3 dan berlaku mulai tanggal 1 September 2011 (setara USD
8,41/MMBTU - @ kurs Rp. 13.500/USD) sudah tidak ekonomis.
Kemudian, PGN menyesuaikan harga jual ke pelanggan menjadi Rp.
167.600/ MMBTU + Rp.750m3 (setara USD 13,85/MMBTU - @ kurs
Rp. 13.500/USD).4
6. Pada tanggal 04 April 2017, gelar perkara mulai bergulir, sidang pertama
dengan agenda pembacaan dan penyerahan salinan laporan dugaan
pelanggaran oleh tim investigator KPPU.
7. Pada tanggal 08 Mei 2017-21 Agustus 2017, diterbitkan surat keputusan
pemeriksaan lanjutan oleh majelis komisi.
4
MMBTU (Million British Thermal Unit) adalah jumlah energi panas yang dibutuhkan
untuk menaikkan 1 lb (1 pound) air sebesar 1° Fahrenheit pada tekanan.
34
5
Terdapat dalam putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat perkara nomor 02/Pdt.Sus-
KPPU/2017/PN Jkt Brt.
35
6
Terdapat dalam putusan Mahkamah Agung Nomor Nomor. 511 K/Pdt.Sus-KPPU/2018.
39
1
Excessive price adalah penetapan harga yang berlebih. Kemudian, ada juga yang disebut
excessive high price adalah perilaku yang merugikan konsumen pada umumnya berupa penetapan
harga yang sangat tinggi. Hal ini tertulis dalam buku Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha
Di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), h., 551.
2
Posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang
berarti di pasar yang bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku
usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar yang bersangkutan dalam kaitan
dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan
untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa tertentu. Hal ini tertulis dalam buku
Suhasril dan Muhammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat di Indonesia, h. 142.
40
41
Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2008) dan bahan bakar umum
adalah bahan bakar yang berasal dari gas bumi atau diolah dari minyak bumi
atau gas bumi yang pemanfaatannya tidak mempengaruhi hajat hidup orang
banyak dan tidak membebani keuangan negara, merupakan bahan bakar yang
tidak diberikan subsidi, sehingga penetapan harganya ditetapkan oleh Badan
Usaha (pasal 1 angka 2 dan pasal 2 angka 3 Peraturan Menteri ESDM Nomor
21 Tahun 2008).
Berdasarkan pasal 5 Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2008
menyatakan bahwa harga jual eceran bahan bakar umum ditetapkan oleh
badan usaha berdasarkan :
1. Kemampuan daya beli konsumen dalam negeri.
2. Kesinambungan penyediaan dan pendistribusian.
3. Tingkat keekonomian dengan marjin yang wajar.
Selanjutnya berdasarkan pasal 21 Peraturan Menteri ESDM Nomor 19
Tahun 2009 Tentang Kegiatan Usaha Gas Bumi Melalui Pipa, diatur bahwa
harga jual gas bumi melalui pipa terdiri dari :
1. Harga jual gas bumi melalui pipa untuk pengguna rumah tangga dan
pelanggan kecil ditetapkan oleh badan pengatur.
2. Harga jual gas bumi melalui pipa untuk pengguna tertentu ditetapkan
oleh Menteri.
3. Harga jual gas bumi melalui pipa untuk pengguna umum ditetapkan oleh
badan usaha dan wajib dilaporkan kepada menteri.
Kemudian keterangan ahli dari Direktorat Jenderal Minyak Dan Gas
Bumi Kementerian ESDM, pada pokoknya menyatakan bahwa mekanisme
penentuan harga gas di hilir dilakukan secara business to business dan badan
usaha melakukan pelaporan atas transaksi tersebut kepada menteri sebagai
bentuk pengawasan.
Terkait kebijakan pemerintah terkait harga gas bumi nasional,
berdasarkan ketentuan majelis komisi menyimpulkan bahwa pada prakteknya
kebijakan pemerintah terkait dengan harga gas bumi untuk pengguna umum
(bukan untuk rumah tangga, pelanggan kecil dan pengguna tertentu atau
43
3
Pada buku Sugiarto tentang Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif yang dimaksud
dengan barang substitusi (close substitute) adalah barang yang dapat mengganti fungsi barang
yang lain. Kemudian, apabila terdapat istilah no close substitute adalah barang dan/atau jasa
tertentu yang diproduksi atau dipasok tersebut tidak memiliki barang atau jasa pengganti terdekat.
45
6. Unsur satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai
lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau
jasa tertentu.
a. PGN merupakan satu-satunya pelaku usaha yang menguasai 100%
(seratus persen) pangsa pasar 4 penjualan dan penyaluran gas bumi
yang disalurkan melalui pipa distribusi PGN untuk Pelanggan
Industri di area Medan, Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan bahwa
PGN menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu.
b. Maka, unsur satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu
jenis barang atau jasa tertentu terpenuhi.
7. Unsur mengakibatkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak
sehat
a. Pengertian praktik monopoli dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 1 angka 2 adalah pemusatan
kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan/atau pemasaran atas
barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan
usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
b. Pengertian pemusatan ekonomi menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 1 angka 3 adalah penguasaan
yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku
usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan jasa.
5
c. Secara teoretis, penyalahgunaan posisi Dominan merupakan
perilaku yang didalamnya mengandung unsur: (i) pencegahan,
pembatasan, dan penurunan persaingan, dan (ii) eksploitasi.
4
Pangsa pasar adalah suatu analisis untuk mempelajari besarnya bagian atau luasnya total
pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan yang biasanya dinyatakan dalam prosentase yang
disebut dengan istilah masrket share. Hal ini ditulis dalam buku Sofian Assauri, Manajemen
Pemasaran Dasar dan Strategi, (Jakarta : Rajawali Pers, Cet 3, 2000), h., 95.
5
Pada prinsipnya bentuk penyalahgunaan posisi dominan, ialah semua praktik yang
mengakibatkan harga lebih tinggi dan pasokan barang lebih sedikit karena dalam kaitan dengan
46
pelaku sebagai pemilik posisi dominan dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan posisi
dominan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 terdapat tiga bentuk
penyalahgunaan posisi dominan yaitu menetapkan syarat-syarat dengan tujuan untuk mencegah
dan/atau menghalangi konsumen memperoleh barang dan/atau jasa yang bersaing baik dari segi
harga maupun kualitas, membatasi pasar dan/atau teknologi dan menghambat pelaku usaha lain
yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki pasar yang bersangkutan. Hal ini tertulis dalam
buku Suhasril dan Muhammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia, h., 143.
6
Klausula baku adalah isi atau bagian dari suatu perjanjian. Perjanjian yang menggunakan
klausula baku ini disebut dengan perjanjian baku. Didalam suatu perjanjian baku tercantum
klausula-klausula tertentu yang dilakukan oleh pihak–pihak yang memiliki kedudukan yang lebih
kuat yang mengakibatkan sangat merugikan pihak yang lemah yang dapat menimbulkan
penyalahgunaan keadaan. Hal ini ditulis dalam buku Ahmadi Miru dan Sutarman, Hukum
Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2015), h., 115.
47
badan usaha yang dalam perkara ini merupakan konsumen atau pelanggan
PGN. Kemudian, keberatan dari PGN mengenai KPPU tidak memliki
kewenangan untuk memeriksa dan memutus perkara karena hal tersebut
menurut PGN merupakan kewenangan dari BPSK, menurut majelis hakim
keberatan tersebut tidak beralasan dan harus ditolak.
Selain hal tersebut diatas, majelis hakim mempertimbangkan tentang
apakah kegiatan yang dilakukan oleh PGN dalam menentukan harga
berlebihan (excessive price) yang melanggar pasal 17 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999.
Pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas
Bumi, yang di dalam pasal 28 ayat (2) nya menyatakan bahwa “Harga bahan
bakar minyak dan harga gas bumi diserahkan pada mekanisme persaingan”.
Terdapat Peraturan Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penetapan
Harga Jual Bahan Bakar Minyak Dan Gas Bumi, dalam peraturan menteri
tersebut ditetapkan adanya 2 (dua) kategori bahan bakar gas yaitu bahan
bakar tertentu dan bahan bakar umum.
Berdasarkan pasal 5 Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2008
menyatakan bahwa harga jual eceran bahan bakar umum ditetapkan oleh
badan usaha berdasarkan :
1. Kemampuan daya beli konsumen dalam negeri.
2. Kesinambungan penyediaan dan pendistribusian.
3. Tingkat keekonomian dengan marjin yang wajar.
Selanjutnya berdasarkan pasal 21 Peraturan Menteri ESDM Nomor 19
Tahun 2009 Tentang Kegiatan Usaha Gas Bumi Melalui Pipa, diatur bahwa
harga jual gas bumi melalui pipa terdiri dari :
1. Harga jual gas bumi melalui pipa untuk pengguna rumah tangga dan
pelanggan kecil ditetapkan oleh badan pengatur.
2. Harga jual gas bumi melalui pipa untuk pengguna tertentu ditetapkan
oleh Menteri.
3. Harga jual gas bumi melalui pipa untuk pengguna umum ditetapkan oleh
badan usaha dan wajib dilaporkan kepada Menteri.
49
karena permohonan kasasi dari KPPU ditolak, maka KPPU harus dihukum
untuk membayar biaya perkara pada tingkat kasasi.
7
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, h., 232.
8
Tommo Gunawan, Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Terlarang Dalam Hukum
Positif Menurut UU No. 5 Tahun 1999, h., 92.
55
9
Mohd. Hatta, Penjabaran Pasal 33 UUD 1945 Cet II, (Jakarta : Mutiara, 1980), h., 28.
56
Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) dan atau badan
atau lembaga lain yang dibentuk dan atau ditunjuk oleh pemerintah.10
2. Aspek Yuridis
Persaingan usaha yang tidak sehat tidak dapat bisa dihindari tapi
hal tersebut bisa dicegah dengan adanya peraturan yang mengatur
terhadap pelaku usaha khususnya di Indonesia. Karena pelaku usaha
harus tunduk dan patuh terhadap peraturan yang berlaku. Apabila pelaku
usaha melanggar peraturan yang ada dalam ruang lingkup persaingan
usaha akan mengakibatkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat.
Salah satu bentuk tindakan yang dapat mengakibatkan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah penguasaan atas
produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa. Pengaturan dalam
Pasal 17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah
sebagai berikut:
(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
(2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggp melakukan penguasaan atas
produksi dan/atau pemasaran barang da/ atau jasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a. Barang dan/atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya;
atau
b. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam
persaingan usaha barang dan/atau jasa yang sama ; atau
10
Marshias Mereapul Ginting, Pengecualian Praktek Monopoli Yang Dilakukan Oleh
Bumn Sesuai Pasal 51 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999, Jurnal Hukum
Ekonomi, Volume II Nomor 2 Juni 2013, h. 2.
57
3. Aspek Sosiologis
PGN diduga melalukan praktik monopoli dengan objek penetapan
harga tinggi pada bulan Agustus-November 2015. Kenaikan harga
tersebut dimulai pada tanggal 1 Agustus 2015 yang disinyalir merugikan
konsumen dan tidak mempertimbangkan kemampuan daya beli
konsumen. Pada laporan PGN kepada menteri dan sumber daya mineral,
diketahui bahwa harga jual gas eksisting PGN di area Medan ditetapkan
sebesar USD 7,25/MMBTU + Rp. 660/m3 dan berlaku mulai 1
11
Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, h., 391-392.
62
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai praktik monopoli oleh PT.
Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai studi analisis ditemukan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Menurut pertimbangan majelis komisi, PGN memenuhi unsur melakukan
monopoli dengan melanggar pasal 17 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Sedangkan, menurut pertimbangan
majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Barat menyatakan bahwa
PGN tidak melanggar pasal 17 karena PGN merupakan objek yang
dikecualikan dalam pasal 50 huruf a Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Demikian, sama dengan majelis hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Barat menurut Mahkamah Agung bahwa
kegiatan PGN yang menetapkan harga jual gas bumi melalui pipa area
Medan pada bulan Agustus-November 2015 merupakan objek yang
dikecualikan pasal 50 huruf a Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dan tidak dapat dinyatakan melanggar
pasal 17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
2. Aspek Filosofis
Bahwasanya tidak semua monopoli itu merupakan monopoli dalam
konotasi yang negatif. Terdapat juga monopoli yang yang terjadi karena
memang diperbolehkan oleh undang-undang (monopoly by law). Pada
umumnya monopoli berdasarkan hukum merupakan monopoli yang
diberikan sebagai hak istimewa oleh negara kepada BUMN atau badan
atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk untuk melaksanakan hak
64
65
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penulisan
skripsi ini maka saya sebagai peneliti ingin memberikan beberapa saran yang
dianggap peneliti perlu untuk dilakukan yaitu :
1. Perlu adanya reformulasi terhadap Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, agar peraturan yang menjadi dasar atau
pedoman terhadap permasalahan dalam ruang lingkup persaingan usaha
bisa mengikuti perkembangan yang ada dalam pelaku usaha dan
masyarakat.
2. Komisi Pengawas Persaingan Usaha di Indonesia dalam menyelidiki
kasus dalam persaingan usaha harus lebih baik lagi agar dugaan-dugaan
pelanggaran yang dibuktikan oleh KPPU tepat pada sasaran dan tidak
melakukan kesalahan.
3. Pelaku usaha yang mempunyai hak monopoli khususnya menguasai
cabang-cabang produksi dan kekayaan alam untuk hajat hidup orang
banyak, seharusnya agar lebih berhati-hati dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Tidak boleh melakukan pelanggaran-pelanggaran yang telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adi Nugroho, Susanti. 2012. Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia. Jakarta :
Kencana Prenada Media Gruop.
Agung Abdul Rasul, dkk. 2013. Ekonomi Mikro Dilengkapi Sistem Informasi
Permintaan (Edisi 2). Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media.
Fahmi Lubis, Andi. dkk. 2017. Hukum Persaingan Usaha. Jakarta : Komisi
Pengawas Persaingan Usaha.
Halim, Ridwan. 2005. Pengantar Ilmu Hukum Dalam Tanya Jawab. Bogor :
Ghalia Indonesia.
Hatta, Mohd. 1980. Penjabaran Pasal 33 UUD 1945 Cet II. Jakarta: Mutiara.
Hermansyah. 2008. Pokok-Pokok Persaingan Usaha di Indonesia. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Ibrahim, Johny. 2007. Hukum Persaingan Usaha (Filosofi, Teori, dan Implikasi
penerapannya di Indonesia). Malang : Bayumedia.
Kagramanto, L. Budi. 2008. Mengenal Hukum Persaingan Usaha : Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Surabaya : Laros.
Lukman dan Indoyama Nasarudin. 2007. Pengantar Mikro Ekonomi. Jakarta :
UIN Jakarta Press.
Mahmud Marzuki, Petter. 2008. Penelitian Hukum. Jakarta : Prenada Media.
Miru, Ahmadi dan Sutarman. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Margono, Suyud. 2013. Hukum Anti Monopoli. Jakarta : Sinar Grafika.
Mashudi dan Kuntana Magnar. 1995. Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi
Suatu Negara. Bandung : Mandar Maju.
Maulana, Agus. Pengantar Mikro Ekonomi Jilid 2 Edisi Kesepuluh. Jakarta : Bina
Rupa Aksara.
P. Rahardja dan M. Manurung. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta : Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
________________________. 1999. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar.
Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Purwosutjipto. 2007. Pengertian Pokok Hukum Dagang. Cet.14. Jakarta :
Djambatan.
67
68
Ras Ginting, Elyta. 2001. Hukum Anti Monopoli Indonesia: Analisis Dan
Perbandingan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999. Bandung : Citra Aditya
Bakti.
Rokan, Kamal. 2012. Hukum Persaingan Usaha Teori dan Praktiknya di
Indonesia. Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
Sadono, Sukirno. 2001. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Grafindo
Persada.
Sofian Assauri. 2000. Manajemen Pemasaran Dasar dan Strategi. Jakarta :
Rajawali Pers. Cet 3.
Soejono dan H. Abdurrahman. 2003. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : Rineka
Cipta.
Sugiarto, dkk. 2002. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Suhasril dan Muhammad Taufik Makarao. 2010. Hukum Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia. Bogor : Penerbit
Ghalia Indonesia.
Usman, Rachmadi. 2013. Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia. Jakarta : Sinar
Grafika.
Wahyu Utami dan Yogabakti Adipradana. 2017. Pengantar Hukum Bisnis Dalam
Perspektif Teori Dan Praktiknya Di Indonesia. Jakarta : Jala Permata
Aksara.
Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. 1999. Anti Monopoli. Jakarta : Penerbit
Rajawali Pers.
______________________________. 2002. Anti Monopoli. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada.
Jurnal :
Ginting, Marshias Mereapul. 2013. Pengecualian Praktek Monopoli Yang
Dilakukan Oleh Bumn Sesuai Pasal 51 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1999, Jurnal Hukum Ekonomi, Volume II Nomor 2.
Perundang-undangan:
Peraturan Menteri ESDM Nomor 19 Tahun 2009 Tentang Kegiatan Usaha Gas
Bumi Melalui Pipa
Internet:
https://pgn.co.id/tentang-kami
ir.pgn.co.id/static-files/7278a212-9c4d-48ea-86eb-f653b2563927 Laporan
Tahunan PGN Tahun 2018
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
PUTUSAN
R
Nomor 511 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
si
ne
ng
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAH AGUNG
memeriksa perkara perdata khusus tentang sengketa persaingan usaha
do
gu pada tingkat kasasi memutus sebagai berikut dalam perkara antara:
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK
In
A
INDONESIA, yang diwakili oleh Ketua Komisi Persaingan
Usaha, Muhammad Syarkawi Rauf, berkedudukan di Jalan Ir.
ah
lik
H. Juanda Nomor 36 Jakarta, dalam hal ini memberi kuasa
kepada Gopprera Panggabean, S.E., Ak., Direktur Pendidikan,
Deputi Bidang Penegakkan Hukum, Komisi Pengawas
m
ub
Persaingan Usaha dan kawan-kawan, berdasarkan Surat
ka
Lawan
R
si
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (Persro) Tbk., yang diwakili
oleh Direktur Utama, Jobi Triananda Hasjim, dalam hal ini
ne
ng
do
gu
ub
berikut:
ah
s
Halaman 1 dari 6 hal. Put. Nomor 511 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
1. Menyatakan bahwa Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan
si
melanggar Pasal 17 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999;
2. Menghukum Terlapor denda sebesar Rp9.923.848.407,00 (sembilan
ne
ng
millar sembilan ratus dua puluh tiga juta delapan ratus empat puluh
delapan ribu empat ratus tujuh rupiah) dan disetor ke Kas Negara
do
gu sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan
usaha satuan kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
In
A
Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
3. Bahwa setelah Terlapor melakukan pembayaran denda, maka salinan
ah
lik
bukti pembayaran denda tersebut dilaporkan dan diserahkan ke KPPU;
Bahwa terhadap amar putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha,
m
ub
Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan di depan persidangan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat agar memberikan putusan sebagai berikut:
ka
si
09/KPPU-L/2016 tanggal 14 November 2017;
3. Menyatakan Termohon Keberatan tidak memiliki kewenangan untuk
ne
ng
do
gu
lik
ub
s
Halaman 2 dari 6 hal. Put. Nomor 511 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
8. Membebaskan Pemohon Keberatan untuk membayar biaya perkara dan
si
membebankannya kepada Termohon Keberatan;
Apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang memeriksa
ne
ng
perkara a quo berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono);
do
gu Bahwa terhadap permohonan keberatan tersebut dibatalkan oleh
Pengadilan Negeri Jakarta Barat dengan putusan Nomor 02/Pdt.Sus.KPPU/
2017/PN Jkt.Brt., tanggal 1 Februari 2018 dengan amar sebagai berikut:
In
A
1. Menerima dan mengabulkan permohonan keberatan dari Pemohon;
2. Membatalkan putusan KPPU Register Perkara Nomor 09/KPPU-L/2016,
ah
lik
tanggal 14 November 2017 tersebut di atas ;
Mengadili Sendiri:
m
ub
1. Menyatakan Pemohon tidak terbukti melanggar Pasal 17 Undang
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
ka
si
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat
tersebut telah diucapkan dengan hadirnya Termohon Keberatan pada
ne
ng
do
gu
lik
Februari 2018;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-
m
ub
dapat diterima;
ah
s
Halaman 3 dari 6 hal. Put. Nomor 511 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
Bahwa berdasarkan memori kasasi yang diterima tanggal 26
si
Februari 2018 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Putusan ini,
Pemohon meminta agar:
ne
ng
1. Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi untuk
seluruhnya;
do
gu 2. Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat 02/Pdt.Sus.
KPPU/2017/PN JKt.Brt., tanggal 1 Februari 2018;
Mengadili Sendiri:
In
A
1. Menyatakan menguatkan Putusan KPPU 09/KPPU-L/2016 tanggal 14
November 2017;
ah
lik
2. Menolak Keberatan Para Termohon Kasasi (dahulu Para Pemohon
Keberatan) untuk seluruhnya;
m
ub
3. Menghukum Termohon Kasasi untuk membayar seluruh biaya perkara;
Bahwa terhadap memori kasasi tersebut, Termohon Kasasi telah
ka
si
Agung berpendapat:
Bahwa alasan-alasan kasasi Pemohon Kasasi tersebut tidak dapat
ne
ng
do
gu
lik
ub
2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak Dan Gas Bumi menyatakan
ah
s
Halaman 4 dari 6 hal. Put. Nomor 511 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
bahwa harga bahan-bakar minyak dan gas bumi diatur dan/atau
si
ditetapkan oleh Pemerintah, sehingga kegiatan Pemohon yang
menetapkan harga jual gas bumi melalui pipa area Medan pada bulan
ne
ng
Agustus 2015 sampai dengan bulan November 2015 merupakan objek
yang dikecualikan sebagaimana maksud Pasal 50 huruf a Undang
do
gu Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, dan Pemohon tidak dapat dinyatakan
melanggar Pasal 17 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tersebut;
In
A
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
ternyata putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 02/Pdt.Sus.KPPU/
ah
lik
2017/PN Jkt.Brt., tanggal 1 Februari 2018 dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, oleh karena itu
m
ub
permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi KOMISI
PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA tersebut harus
ka
ditolak;
ep
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon
ah
Kasasi ditolak, maka Pemohon Kasasi harus dihukum untuk membayar biaya
R
si
perkara;
Memperhatikan, Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
ne
ng
do
gu
lik
ub
rupiah);
ep
s
Halaman 5 dari 6 hal. Put. Nomor 511 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am
ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
a
pada hari Kamis tanggal 28 Juni 2018 oleh H. Hamdi, S.H., M.Hum., Hakim
si
Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis,
H. Panji Widagdo, S.H., M.H., dan Dr. Ibrahim, S.H., M.H., LL.M., Hakim-
ne
ng
hakim Agung sebagai Hakim Anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri Para
do
gu Hakim Anggota tersebut dan oleh N.L. Perginasari A.R., S.H., M.Hum.,
Panitera Pengganti dan tidak dihadiri oleh para pihak.
In
A
Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,
ah
lik
ttd./ ttd./
m
ub
ttd./
ka
ep
Dr. Ibrahim, S.H.,M.H., LL.M.
ah
R
Panitera Pengganti,
si
ttd./
ne
ng
do
gu
Biaya-biaya:
1. M e t e r a i…………….. Rp 6.000,00
2. R e d a k s i…………….. Rp 5.000,00
In
3. Administrasi kasasi……….. Rp489.000,00
A
lik
Untuk Salinan
MAHKAMAH AGUNG R.I.
a.n. Panitera
Panitera Muda Perdata Khusus
m
ub
ka
ep
s
Halaman 6 dari 6 hal. Put. Nomor 511 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M
ne
ng
do
gu
In
A
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6