TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
gelar Magister Hukum
INDRA TARIGAN
NPM: 072316011
Pembimbing, Pembimbing,
Tanggal............................................. Tanggal.............................................
Ketua, 1) Sekretaris, 2)
Prof. Dr. Ing. H. Soewarto Hardhienata Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H.
Tanggal............................................. Tanggal.............................................
Keterangan:
1) Direktur Program Pascasarjana
2) Ketua Program Studi
i
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PENGUJI TESIS
Ketua
1 Chairijah, S.H., M.H., Ph.D. Penguji
Pembimbing
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tesis yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
Apabila dikemudian hari ditemukan sebagian atau seluruh isi tesis ini
bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,
maka saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya
yang berlaku.
Indra Tarigan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME. karena dengan izin-
Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun guna
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan stusi pada Program Studi
iv
10. Ibu ...................., Ibunda tercinta, serta anakku ...................................
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, perhatian, motivasi dan
semangat kepada Penulis hingga dapat menyelesaikan perkuliahan sampai
penulisan hukum ini selesai dengan baik;
11. Rekan-rekan dari PT. Bank Tabungan Negara Tbk. (Persero) yang telah
dengan ikhlas memberikan bantuan kepada Penulis untuk mendapatkan
data-data, wawancara dengan ikhlas dan dengan pelayanan yang sangat
baik;
12. Rekan-rekan Mahasiswa S 2 Program Studi Ilmu Hukum Pascarasarjana
Universitas Pakuan yang telah mendukung Penulis sehingga dapat
terselesaikannya tesis ini.
Akhirnya, Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi banyak pihak
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
1. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) ................................. 82
2. Riwayat Singkat PT. Pengelolaan Aset Negara (Persero) ... 96
B. Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
dan Kepailitan Terhadap PT. Batam Island Marina ................. 103
C. Putusan Kepailitan dan Segala Akibat Hukumnya terhadap PT.
Batam Island Marina ................................................................ 111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
This study aims to clearly identify the implementation of Article 613 paragraph
(2) of the Civil Code regarding written notification or approval and
acknowledgment by the debtor regarding the transfer of the debt collection rights
(cessie) at the time of Delaying Obligations for Debt Payment (PKPU) as well as
the role of the Supervisory Judge at the time cessie is done in the PKPU process.
This type of research used in writing this thesis is a normative legal research
supported by empirical data. The nature of the research used in this paper is
analytical descriptive. The approach used in this study is the statutory approach
and the case approach. At the time of PT. BIM in the PKPU process at the
Commercial Court, Bank BTN as a creditor transferred the debt collection rights
(cessie) to PT. PPA made by notarial deed. Position of PT. PPA (Receivable /
cesionary buyer) cannot participate in the meetings of creditors in the PKPU
process because it is not permitted by the Supervisory Judge who handles the
PKPU case, so the one who follows the creditors' meeting is Bank BTN (cedent).
This is certainly very detrimental to PT. PPA because they could not vote to
determine the payment scheme for their bills against PT. BIM (in PKPU). Article
613 paragraph 2 of the Civil Code does not actually regulate written notification
to the debtor regarding the transfer of receivables (cessie), the existence of the
cessie has not been binding or has legal consequences to the debtor if it is not
notified in writing or is not acknowledged or approved by the debtor. There was
even a Supreme Court ruling stating that a cessie would be valid if it was
submitted in writing by the Court Bailiff. Ideally, debtors are included in the debt
transfer agreement, so that they are notified directly. But it would be unrealistic if
the debtor was in a bad credit condition or even in the PKPU process, as in this
case, of course the debtor would prevent his interests from being declared
bankrupt by the court. in order to create legal certainty for the Receivable Seller
(cedent) and the Receivable Buyer (cessieonaris), the cessie deed needs to be
made a notarial deed and the notification is given in writing to the debtor at the
hearing through the Panel of Judges or to the Supervisory Judge, because a
statement before the court is a valid statement legally, so that it is no longer
necessary to be submitted by the Court Bailiff.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kembali dana masyarakat (lending). Kegiatan lending atau dikenal juga dengan
produksi usahanya.1
Dalam kasus ini fungsi bank sebagai perantara, mengingat sumber dana
bukanlah dana milik bank sendiri karena modal tiap-tiap bank juga sangat
bank tersebut.
selalu ada. Kredit yang telah diberikan tidak selamanya berkualitas lancar.
Pengalihan hak tagih utang atau cessie biasanya terjadi karena kreditor
akan menerima pembayaran dari debitor pada saat piutang tersebut telah jatuh
1
Widya Padmasari, Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Pengalihan Piutang
(Cessie) Melalui Akta Notaris, Junal Hukum dan Kenotariatan, Volume 2 Nomor 2 Agustus 2018,
(Sidoarjo: Lembaga Perlindungan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LP2SDM), 2018),
hlm. 265.
1
tempo.2 Pengalihan hak tagih utang atau yang dikenal juga dengan kata cessie
adalah suatu pengalihan atau pengoperan hak tagih. Cessie mempunyai sifat
yang dualistis, maksudnya ialah cessie dapat dipandang dari dua sudut yang
berbeda, yaitu dari sudut pandang hukum benda dan dari sudut pandang
hukum perikatan. Cessie diatur dalam Pasal 613 KUHPerdata yang merupakan
barang-barang lain yang tidak bertubuh, dilakukan dengan jalan membuat akta
itu kepada orang lain. Penyerahan ini tidak ada akibatnya bagi yang berutang
memberikannya bersama endosemen surat itu” dan dilihat dari sudut pandang
hukum perikatan, cessie dapat dikategorikan sebagai suatu lembaga dan sarana
selanjutnya disingkat PKPU), jika tidak ingin terjebak dan tidak bisa masuk
perdamaian, maka yang akan membeli piutang harus memastikan bahwa jual-
beli piutang yang akan dilakukan memiliki bukti yang sah agar piutang tetap
bernilai. Salah satunya menggunakan cessie, hal ini biasa di lakukan di Negara
yang menganut sistim hukum civil law. Berbeda dengan negara yang menganut
2
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), hlm. 186.
3
Ibid., hlm. 185.
2
sistem hukum common law yang lebih fleksibel dalam jual beli piutang,
mayoritas negara civil law masih menerapkan cessie hingga saat ini termasuk
Indonesia.
atas nama harus dilakukan dengan jalan membuat akta otentik atau akta di
bawah tangan yang disebut dengan akta cessie, di mana hak-hak atas keadaan
itu dialihkan kepada pihak ketiga sebagaimana penerima pengalihan. Pada ayat
debitor atau disetujui/diakui oleh debitor. Hal ini dipertegas oleh hasil Rapat
Agung No. 7 Tahun 2012 tentang Rumusan Hukum Hasil Rapat Pleno Kamar
kepada debitor atau secara tertulis disetujui dan diakui oleh debitor
4
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk
Wetboek), (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 163 ayat (1).
3
Betapa pentingnya cessie dalam jual-beli piutang di Indonesia, karena
kreditor saat mengetahui piutang yang telah dibeli tidak bernilai karena gagal
tidak memiliki hak suara dalam voting PKPU. Hal ini menyebabkan hak atau
yang tagihannya dibantah dapat ikut serta dalam voting PKPU, dan apabila
dapat ikut serta, berapa batasan jumlah suara yang dikeluarkan oleh kreditor
tersebut.
Seperti dalam kasus PT. Batam Island Marina yang dinyatakan pailit
oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan dengan register perkara
kreditor yaitu PT. Bank Tabungan Negara melakukan pengalihan hak tagih
utang (cessie) terhadap PT. Batam Island Marina kepada PT. Perusahaan
yang diajukan Pemohon yang kemudian menyatakan PT. Batam Island Marina
4
dalam keadaan PKPU Sementara untuk paling lama 45 (empat puluh lima) hari
Hakim Pengawas dan mengangkat Pengurus dan atau Kurator dalam hal PT.
sebagai pihak dalam perkara tersebut akan tetapi sebagai salah satu Kreditor,
mengalihkan hak tagih utang (cessie) terhadap PT. Batam Island Marina
PT. Perusahaan Pengelolaan Aset tidak bisa ikut serta dalam rapat-rapat
Padahal prosedur pengalihan hak tagih tersebut telah dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Tidak jelas alasan Pengurus maupun Hakim Pengawas
PKPU, sehingga PT. Perusahaan Pengelolaan Aset tidak memiliki hak suara
dalam PKPU.
disetujui dan diakui oleh debitor sebagaimana diatur dalam Pasal 613 (2)
2004 tentang Kepailitan dan PKPU dan mengenai pengalihan hak tagih utang
karena tidak dapat mengikuti proses rapat-rapat kreditor bahkan sampai tidak
5
memiliki hak suara dalam voting PKPU, diterima atau tidaknya kreditor
penerima cessie hanya ditentukan oleh Pengurus dan Hakim Pengawas tanpa
adanya dasar hukum dan tidak adanya kepastian hukum, seperti halnya
kerugian yang dialami oleh PT. Perusahaan Pengelolaan Aset selaku penerima
cessie dari PT. Bank Tabungan Negara yang tidak bisa mengikuti rapat-rapat
meliputi juga kepada debitor dan juga kepada Majelis Hakim maupun Hakim
16/Pdt.Sus-PKPU/2018/PN.Niaga.Mdn.).
B. Rumusan Masalah
6
2. Bagaimanakah kedudukan kreditor yang mengambil alih piutang terhadap
penyelesaiannya?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini dan berkaitan pula dengan rumusan
masalah yang akan dibahas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan atau diperoleh dari penelitian ini baik secara
1. Manfaat Teoritis
7
2. Manfaat Praktis
E. Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Teoretis
seorang ilmuwan akan dapat menjelaskan aneka macam gejala sosial yang
analisis.
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet.3, (Jakarta: UI Press, 2008), hlm. 6.
8
Menurut teori kausal, hubungan antara peristiwa perdatanya
akibat. Antara keduanya ada hubungan yang erat sekali dan untuk
dikatakan bahwa salah satu cara untuk memperoleh hak milik adalah
6
Pitlo, Zakenrecht, Hlm. 210, 224; Hofmann, Zakerecht, 168; Asser-Beekhuis, hlm. 157-
158 dalam J. Satrio, Cessie Tagihan Atas Nama, (Jakarta: Yayasan DNC, 2012) hlm. 67.
7
Ibid. hlm. 68.
9
penyerahan. Berpindah Karena tidak beralih, maka hak milik atas
hak milik dan hak kebendaan pada umumnya hak milik pihak yang
benda itu dan pihak yang menyerahkan dapat merevindikasi benda itu,
itu sementara telah dialihkan lagi kepada orang lain oleh cessionaris.8
menyerahkan.10 Dengan
8
J. Satrio, Hukum Perikatan, Tentang Hapusnya Perikatan, Cet. I, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1996) hlm. 7
9
Ibid. hlm. 71
10
Pitlo, Uitleg. hlm. 95; Assr-Beekhuis, hal 161. Dalam J. Satrio. Op. Cit. hlm. 75.
10
menyerahkan. Penafsiran itu membawa dampak dalam akibat lebih
lanjut.11
ini dicontohkan sama yaitu dengan perjanjian jual beli dan pengalihan
saja penyerahannya tetap sah. Hal ini tetap harus mengingat Pasal 584
hak milik atas suatu barang tidak dapat diperoleh selain dengan
atas barang tersebut atau pemilik yang sah. Teori abstrak di sini dalam
ternyata barang atau piutang tersebut telah dialihkan lagi kepada pihak
11
Ibid. hlm. 76.
11
c. Teori Kepastian Hukum dari Gustav Radbruch
Negara.
ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, kebijakan dan perilaku alat
maupun penduduk.13
12
kebenaran itu ada di undang-undang, tetapi juga menganut paham the
tersandera undang-undang.
status sosial dan ekonomi, ada yang di sebut stratifikasi sosial dan
14
Didi Nazmi Yunas, Konsepsi Negara Hukum, (Padang: Angkasa Raya, 1992), hlm. 23.
15
Satjipto Rahardjo dalam Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung:
Citra Aditya bakti, 2004, hlm. 181-182.
16
Satjipto Rahardjo, Watak Cultural Hukum Modern, Jakarta: Buku Kompas 2007, hlm.
32.
13
Untuk benar-benar menjamin kepastian hukum peraturan
dimengerti.17
pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak
hukum dibuat pun ada tujuannya, tujuannya ini merupakan suatu nilai
yang ingin diwujudkan manusia, tujuan hukum yang utama ada tiga,
17
Bagir Manan, Pembinaan Dalam Hukum Nasional, (Bandung: Alumni, 2000), hlm.
253 dalam Aswanto, Hukum dan Kekuasaan Relasi Hukum, Politik dan Pemilu, (Yogyakarta:
Rangkang Education, 2013), hlm. 9.
18
Sakhiyatu Sova, Tiga Nilai Dasar Hukum menurut Gustav Radbruch, (Semarang:
Fakultas Hukum Diponegoro, 2013), hlm. 3.
19
Muhamad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi krisi terhadap hukum, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm. 123.
14
Pemikiran para pakar hukum, bahwa wujud kepastian hukum
pada umumnya berupa peraturan tertulis yang dibuat oleh suatu badan
satu asas dalam tata pemerintahan yang baik, dengan adanya suatu
2. Kerangka Konseptual
atau pedoman yang lebih konkret dari kerangka teoretis yang seringkali
penelitian.21
20
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, (Bandung: Bina Cipta, 1983), hlm. 15
21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986), hlm. 133.
15
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak mengenal istilah cessie
atau Pengalihan hak tagih utang, tetapi di dalam Pasal 613 ayat (1)
jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang
dan wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak
debitor;23
22
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang hukum Perdata (Burgerlijk
Wetboek), (Jakarta: Pradnya Paramita, 1995), Pasal 163 ayat (1).
23
Indonesia, Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang. UU Nomor 37 Tahun 2004 LN No. 131 Tahun 2004. TLN No. 4443, Pasal 1 angka 6.
16
c. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau
pengadilan;25
e. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang
undang ini;26
F. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
24
Ibid, Pasal 1 angka 2
25
Ibid, Pasal 1 angka 4.
26
Ibid, Pasal 1 angka 1.
27
Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, Cet. Pertama, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm.
37.
17
kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-
b. Sifat Penelitian
analistis, yaitu data hasil penelitian, baik yang berupa data hasil studi
2. Pendekatan
(PKPU) serta tentang pengalihan hak tagih utang (cessie), di mana di dalam
pengaturannya masih terdapat hal-hal penting yang tidak diatur secara tegas
dan jelas. Pendekatan kasus digunakan sebagai referensi bagi suatu isu
28
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Cet. Ke-1, (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2004), hlm. 191.
18
pengaturan dan pelaksanaannya tidak terjadi hambatan-hambatan yang
berasal dari berbagai sumber dan yang dipublikasikan secara luas serta
sekunder.
sampling yang dilakukan bebas dengan para pihak, antara lain dengan
29
Ibid, hlm. 81.
30
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Cet. Ke-2, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),
hlm. 95.
19
beberapa akademisi, institusi peradilan, kreditor, debitor, yang dinilai
4. Analisis Data
mengatur tentang cessie dan kepailitan. Analisis data dalam penelitian ini
hukum itu terjadi dan mengapa hal itu terjadi; serta apa yang perlu
1. Waktu Penelitian
20
yang meliputi penyajian dalam bentuk tesis dan proses bimbingan
berlangsung.
2. Tempat Penelitian
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
21
BAB III PENGALIHAN HAK TAGIH UTANG (CESSIE) TERHADAP
DEBITUR DALAM PROSES PENUNDAAN KEWAJIBAN
PEMBAYARAN UTANG (PKPU)
Dalam bab ini akan diuraikan tentang: riwayat singkat PT. Bank
Tabungan Negara (Persero), PT. Pengelolaan Aset Negara
(Persero) dan PT. Batam Island Marina, permohonan penundaan
kewajiban pembayaran utang terhadap PT. Batam Island Marina
dan putusan kepailitan dan segala akibat hukumnya terhadap PT.
Batam Island Marina.
22
BAB II
A. Kepailitan
Kepailitan, kita tidak akan menemui satu rumusan atau ketentuan dalam
31
Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, (Jakarta: Rajawali
Press, 1999), hlm 11.
23
Kepailitan adalah suatu sitaan dan eksekusi atau seluruh kekayaan
yang menyatakan:
dimaksud dengan kreditor dalam ayat ini adalah baik kreditor konkuren,
UU Kepailitan dan PKPU tetapi juga segala sesuatu yang berkaitan dengan
undangan.
32
Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 24.
24
Asas hukum kepailitan Indonesia secara umum diatur dalam Pasal
PKPU.
kepentingan pihak-pihak terkait dalam hal ini kreditor dan debitor, atau
dimaksud yaitu:
juga pada suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang dinyatakan pailit pada
saat ini akan membawa dampak dan pengaruh buruk, bukan hanya pada
25
merupakan salah satu sebab pelaku bisnis keluar dari pasar. Apabila
pelaku bisnis sudah tidak mampu lagi untuk bermain di arena pasar, maka
dapat keluar dari pasar. Di dalam hal seperti inilah kemudian lembaga
nasional harus merupakan suatu kesatuan yang utuh dari sistem hukum
perdata (hukum perdata materiil) dan hukum acara perdata (hukum perdata
34
Sudargo Gautama, Komentar Atas Peraturan Kkepailitan Untuk Indonesia, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 1998), hlm. 205.
26
mengatur keduanya, baik kepailitan orang perseorangan maupun kepailitan
badan hukum. Apabila dalam UU Kepailitan dan PKPU tidak cukup diatur
dasar hukum.35
tentu saja para kreditor akan berusaha untuk menempuh jalan untuk
piutang dari kreditor, kreditor lain yang tidak melakukan gugatan tidak
persyaratan pailit tersebut, maka jatuhlah sita umum atas semua harta
kekayaan debitor dan sejak itu pula semua sita yang telah dilakukan
35
Syamsudin M. Sinaga, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Tatanusa, 2012), hlm. 34-35
36
Khairandy, Perlindungan Dalam Undang-Undang Kepailitan, (Jakarta: Jurnal Hukum
Bisnis, 2002), hlm. 108.
37
Ibid, hlm. 115.
27
kreditor, atau dengan kata lain untuk mencegah penyitaan dari eksekusi
kepailitan itu hanya berkaitan dengan harta benda debitor, bukan pribadi
debitor, maka debitor tetap dapat menjalankan haknya diluar lingkup harta
benda, seperti hak nya sebagai keluarga, hak sebagai orang tua maupun
sebagai berikut:
pembagian secara pro rata dan pari passu. Dengan demikian, jelas
28
bahwa debitor tidak dapat dituntut pailit, jika debitor tersebut hanya
1) Kreditor Konkuren
Kreditor konkuren adalah para kreditor dengan hak pari passu dan
38
Jono, Hukum Kepailitan, Cet. Ke-3, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 5.
29
2) Kreditor Preferen (yang diistimewakan)
KUHPerdata)
3) Kreditor Separatis
KUHPerdata disebut dengan nama gadai dan hipotek. Pada saat ini,
a) Hipotek
Hipotek diatur dalam Pasal 1162 s.d Pasal 1232 Bab XXI
b) Gadai
30
c) Hak Tanggungan
atas tanah.
d) Fidusia
preferen.40
39
Ibid, hlm. 4-8.
40
Ibid., hlm. 10.
31
Pengertian debitor dan kreditor juga terbagi terbagi di
dalam 2 bagian, yaitu dalam arti luas dan sempit. Debitor dalam
sempit adalah pihak yang memiliki tagihan atau hak tagih berupa
Kepailitan, jelaslah bahwa definisi utang harus ditafsir secara luas, tidak
41
Adrian Sutedi., Op.Cit, hlm. 32.
32
undang-undang atau perjanjian yang dapat dinilai dengan sejumlah
uang.42
c. Syarat Cukup Satu Utang yang Telah Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih
Syarat bahwa utang harus telah jatuh waktu dan dapat ditagih
schuld dan haftung). Dengan demikian, jelas bahwa utang yang lahir
lahir dari perjudian. Meskipun utang yang lahir dari perjudian telah
jatuh waktu hal ini tidak melahirkan hak kepada kreditor untuk menagih
tidak berhak memajukan permohonan pailit atas utang yang lahir dari
perjudian.43
a. Debitor Sendiri
33
debitor masih terikat dalam pernikahan yang sah, permohonan hanya
c. Kejaksaan
44
Ibid., hlm. 12.
34
sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.”45
Keuangan.
4. Akibat Hukum
45
Indonesia, Undang-Undang tentang Otoritas Jasa Keuangan. UU Nomor 21 Tahun
2011 LN No. 111 Tahun 2011. TLN No. 5253, Pasal 6.
46
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaya, Op.Cit, hlm. 16
35
atas budel. Ia menjadi pemilik dari budel itu, tetapi ia tidak boleh lagi
kepada hakim pengawas dan kurator yang ditunjuk dari pengadilan niaga,
kepailitan.
kecuali :
47
Mohammad Chaidir Ali, Kepailitan dan Penundaan Pembayaran, (Bandung: Mandar
Maju), hlm. 102.
36
b) Segala sesuatu yang diperoleh debitor dari pekerjaannya
hadiah atau warisan. Jika benda milik istri atau suami telah dijual
oleh suami atau istri dan harganya belum dibayar atau uang hasil
penjualan belum tercampur dalam harta pailit maka istri atau suami
48
Jono, Op.Cit, hlm. 107.
37
harta. Artinya bahwa seluruh harta istri atau suami yang termasuk
pailit.
tidak lagi dapat dibayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut
pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator. Dalam hal tuntutan
PKPU)
49
Sunarmi, Hukum Kepailitan, (Medan: USU Press, 2009), hlm. 106.
38
diberikan batasan yang jelas mengenai perbuatan hukum debitor
kreditor;
dibuat;
utang yang belum jatuh tempo dan/ atau belum atau tidak
dapat ditagih ;
derajat ketiga;
39
sendiri-sendiri maupun bersama-sama, ikut serta secara
kepentingan:
40
debitor lebih dari 50% dari modal disetor atau dalam
41
derajat ketiga ikut serta secara langsung atau tidak
yang disetor.
adalah berada pada pundak debitor pailit dan pihak ketiga yang
42
putusan pernyataan pailit yang membawa kerugian bagi kepentingan
tertentu dari debitor dengan pihak ketiga dalam jangka waktu 1 (satu)
dengan pihak ketiga dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun sebelum
ada dua pihak, di mana satu pihak adalah pihak yang wajib
berprestasi (debitor) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas
50
Jono, Op.Cit, hlm. 107-111.
43
terdiri atas satu atau lebih orang, bahkan dengan berkembangnya
ilmu hukum, pihak tersebut dapat juga terdiri atas satu atau lebih
badan hukum.51
sepihak, yaitu suatu perjanjian di mana hanya ada satu pihak yang
51
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op.Cit, hlm. 92.
52
Ridwan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Alumni,
1992), hlm. 239.
44
kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan perjanjian tersebut
dalam jangka waktu yang disepakati oleh Kurator dan pihak
tersebut.
jatuh pailit maka pihak lawan dapat tampil dalam rapat verifikasi
tersebut.53
53
Victor M. Situmorang & Hendri Soekarso, Pengantar Hukum Kepailitan Di Indonesia,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 85.
45
perjanjian ini berlaku peraturan-peraturan yang biasanya
a) Perjanjian Hibah
Hibah diatur dalam Bab X mulai dari Pasal 1666 s.d Pasal
54
Siti Hartono, Pengantar Hukum Kepaillitan dan Penundaan Pembayaran, (Yogyakarta:
Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1993), hlm. 25.
46
hibah itu meliputi benda-benda yang baru akan ada di kemudian
47
hibah tersebut dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
b) Perjanjian sewa-menyewa
antara lain:
48
Sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan, uang
sewa merupakan utang harta pailit.
dibayar? Dalam hal ini, utang sewa dari debitor akan menjadi
Dagangan.
49
Apabila dalam perjanjian timbal balik telah diperjanjikan
50
karena itu, jelas bahwa pekerja yang belum memperoleh bayaran
51
antara debitor (pailit) dan tergugat, di luar tanggungan harta
pailit.
pengadilan .
sejak itu tidak ada suatu putusan yang dapat dilaksanakan termasuk
52
bukan penahanan dalam kasus pidana, tetapi gijzeling (pesoalan
memerintahkan pencoretan.
utang dapat dilihat dalam Pasal 1425 KUHPerdata yaitu: “jika dua
orang saling berutang satu pada yang lain, maka terjadilan antara
dengan suatu piutang atas tunjuk atau piutang atas pengganti, wajib
53
orang tersebut dengan itikad baik sudah menjadi pemilik surat atas
ganti rugi kepada harta pailit. Hak pihak ketiga atas benda yang
54
bahwa yang bersangkutan mengetahui adanya putusan
55
dia tidak mengetahui putusan pernyataan pailit tersebut. Jika
56
a) Dapat dibuktikan bahwa pada waktu penerbitan surat tersebut,
a) Pewaris;
b) Ahli waris;
c) Harta warisan.
sesuatu benda, sampai suatu piutang yang bertalian dengan benda itu
tercerai-berai, yaitu dalam Pasal, 567, 575, 576, 579, 834, 715, 1159,
57
Undang-Undang Kepailitan mengakui eksistensi hak retensi
atau hak menahan. Hal ini dapat dilihat dala Pasal 61 Undang-
untuk menahan benda milik debitor, tidak kehilangan hak karena ada
kreditor tersebut. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 18 ayat
untuk menahan suatu benda, sehingga benda itu masuk kembali dan
55
Jono, Op. Cit., hlm. 107-134.
58
harta debitor pailit di bawah pengawasan Hakim Pengawas sesuai
dengan Undang-Undang ini.
harta pailit. Dalam Pasal 70 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU, yang dapat
lainnya.56
pelayanan jasa hukum di bidang kepailitan dan PKPU serta bidang lainnya
Untuk jenis Kurator lainnya, dalam Pasal 70 ayat (2) huruf (a) UU
Kepailitan dan PKPU disebutkan, yaitu kurator yang bukan Balai Harta
yaitu:
56
Benard Nainggolan, Peranan Kurator Dalam Pemberesan Boedel Pailit, (Bandung:
Alumni, 2014), hlm. 47.
57
Syamsudin M.Sinaga, Op.Cit, hlm. 16.
59
a. Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia,
yang mempunyai keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka
mengurus dan atau membereskan harta pailit.
b. Telah terdaftar pada Kementrian yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.58
Hakim Pengawas yang ditunjuk oleh Pengadilan dalam putusan pailit atau
pernyataan pailit.59
putusan pailit tersebut terhitung sejak pukul 00.00 waktu setempat. Maka
6. Berakhirnya Kepailitan
60
menawarkan pembayaran sebagian dari utangnya dengan syarat bahwa
oleh lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam
rapat dan yang haknya diakui atau yang untuk sementara diakui, yang
mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah seluruh piutang
konkuren yang diakui atau yang untuk sementara diakui dari kreditor
konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut, seperti yang
tercantum dalam Pasal 151 UU Kepailitan dan PKPU. Maka dari itu,
61
Bernadette Waluyo, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
(Bandung: Mandar Maju, 1999), hlm. 63.
61
7. Perbedaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
dengan Kepailitan
belum mengerti apa itu PKPU, meskipun kedua hal ini memiliki
pailit.
prinsipil, yaitu:62
kepailitan
kepailitan.
62
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada. 2002), Hlm. 103-104
62
Apabila permohonan kepailitan itu bersamaan masuknya
Keadaan semula
terhadap harta bendanya dan bahkan masih berhak atas hartanya itu.
Pengurus (bewindvoerder)
Hakim Pengawas
63
itu harus diserahkan/disediakan pada Kepaniteraan Pengadilan Niaga
b. Dalam hal debitor adalah persero atau suatu firma, pengadilan yang
63
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op. Cit., hlm. 16.
64
dalam bidang perniagaan yang dibentuk dalam lingkungan pengadilan
umum.
(LPS).64
pada Pengadilan Niaga Tingkat Pertama hanya bisa dilakukan oleh hakim
perkara yang pada tingkat pertama diperiksa dan diputus oleh hakim
tunggal.
seluruh wilayah Indonesia. Dalam Pasal 281 ayat (2) Perpu No. 1 Tahun
64
Pengertian Pengadilan Niaga, https://id.wikipedia.org/wiki/PengadilanNiaga, artikel
diakses pada tanggal 24 Maret 2020.
65
Keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 1999, pemerintah membentuk
Yogyakarta.
9. Pembuktian Sederhana
menggunakan istilah dengan dua kata, yaitu: proof dan evidence. Adapun
66
dalam hukum Belanda disebut bewijs. Arti membuktikan itu sendiri
pembuktian itu sendiri tentu terlebih dahulu harus memahami arti dari
didalilkan oleh para pihak, dan menjadi objek perselisihan. Pasal 163 HIR
menyatakan:
jo. Perpu Nomor 1 Tahun 1998 kecuali dalam hal gugatan Actio Pauliana.
secara sumir merupakan syarat yang diatur dalam Pasal 8 ayat (4) UU
Kepailitan dan PKPU jo. Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 4 Tahun
67
persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 ayat (1) telah dipenuhi.
secara sederhana adalah adanya fakta dua atau lebih kreditor dan fakta
utang yang telah jatuh tempo dan tidak dapat dibayar. Perbedaan besarnya
jumlah utang yang didalilkan oleh pemohon dan termohon pailit tidak
Jika kita perhatikan ketentuan yang diatur dalam Pasal 8 ayat (4)
UU Kepailitan dan PKPU tersebut di atas, maka jelas apa yang dimaksud
Dalam hal adanya fakta atau keadaan bahwa debitor telah tidak
membayar utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih pemohon
melakukan pembuktian fakta atau keadaan yang diajukan ini, maka hakim
terpaksa akan menyatakan bahwa fakta atau keadaan tidak terbukti. Alasan
yang layak bagi Pasal 8 ayat (4) UU Kepailitan dan PKPU adalah siapa
Hakim akan menentukan apa yang harus dibuktikan dan pihak mana
66
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Pedoman Menangani Perkara Kepailitan,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 141.
68
ini tidak boleh berat sebelah, dalam hal ini hakim harus bertindak adil dan
1. Pengertian
suatu hak pada orang lain. KUHPerdata tidak mengenal istilah cessie,
endosmen.
Dari Pasal 613 ayat (1) KUHPerdata di atas dapat dilihat dua hal
bahwa di sana disebutkan dua jenis penyerahan tagihan yaitu tagihan atas
69
Rachmad Setiawan dan J. Satrio berpendapat bahwa cessie
dipindahkan kepada kreditor baru, jadi tidak pada waktu akta itu
bahwa cessie merupakan suatu cara untuk mengalihkan piutang atas nama
dari kreditor lama (cedent) kepada kreditor baru (cessionaris) yang mana
67
J. Satrio, Rachmad Setiawan, Penjelasan Hukum Tentang Cessie, (Jakarta: Gramedia,
2010), hlm. 1.
68
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2005), hlm. 71.
70
harus dilakukan dengan memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Pasal
serta pihak cessus (pihak yang berutang kepada kreditor lama (cedent)
tidak berwujud yang merupakan tagihan, selain itu juga cessie memiliki
69
J. Satrio, Rachmad Setiawan, Op. Cit. hlm. 55.
71
Pasal 613 KUHPerdata hanya mengatur cara melakukan cessie
agar sah menurut hukum dan mempunyai akibat hukum. Pasal tersebut
a. Kesepakatan;
b. Kecakapan;
c. Suatu hal tertentu; dan
d. Sebab yang halal.
dan sepanjang prestasi yang wajib dilakukan tersebut bukanlah suatu yang
dilarang. Hal ini didukung dengan Pasal 1336 KUHPerdata yang berbunyi:
Jika tidak dinyatakan suatu sebab, tetapi ada sebab yang tidak
dilarang atau jika ada sebab selain daripada yang dinyatakan itu,
perjanjian itu adalah sah.
terjadi atau dasar dibentuknya perjanjian tertentu yang ada di antara para
72
pihak. Undang-undang hanya menentukan apakah prestasi yang
pihak.
mengenai sebab yang halal menjadi sebab yang tidak terlarang, yaitu:
Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perihal susila yang
berkaitan dengan adab dan sopan santun.71 Adab dan sopan santun di
setiap masyarakat berbeda, sehingga tidak dapat dijadikan tolak ukur yang
70
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja,Po. Cit., hlm. 56.
71
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pengertian Asusila, http://kbbi.web.id/susila, artikel
diakses pada tanggal 25 Maret 2020.
72
R. Wirjono Projodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Mandar Maju,
2011), hlm. 38.
73
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa cessie tidak boleh
umum. Selain itu cessie juga harus dilandaskan dengan asas-asas yang
terkandung dalam perjanjian, agar kelak cessie yang dilakukan oleh cedent
tagihan yang ada atau cessie dengan akibat hukum yang penuh, terdapat
juga cessie dengan akibat hukum terbatas (cessie parsial). Cessie dengan
akibat hukum terbatas dapat dilakukan untuk sebagian dari tagihan yang
ada dari suatu kontrak. Beliau mendasarkan bahwa cessie parsial ini tidak
dilarang karena memang tidak ada dasar yang kuat untuk melarangnya.
bahwa tidak selamanya cessie dibenarkan oleh hukum. Cessie yang tidak
oleh hukum karena substansi dari objek cessienya, jadi cessie sebagian
73
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Buku Kedua,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 160.
74
Hal ini dikarenakan cessie sebagian hanyalah suatu istilah untuk prosedur
3. Mekanisme Pelaksanaan
atau sebagian piutang adalah sama. Cessie diatur dalam Buku II Pasal 613
akta otentik atau akta di bawah tangan, dengan mana hak-hak kebendaan
tersebut dilimpahkan kepada orang lain. Selanjutnya Pasal 613 ayat (2)
lama kepada kreditor baru mempunyai akibat hukum kepda debitor, maka
sebagai berikut:
74
Suharnoko dan Endah Hartati, Doktrin Subrogasi, Novasi, dan Cessie, (Jakarta:
Kencana, 2008), hlm. 102.
75
Apabila hak milik kreditor berupa piutang telah ada, maka
milik dari kreditor, hal ini dapat ditemukan pada Pasal 584
terjadinya cessie.
75
Wawan Inawan, Cessie: Piutang Kredit, Hak dan Perlindungan bagi Kreditor Baru,
(Jakarta: Djambatan, 2005), hlm. 33
76
J. Satrio dan Rachmad Setiawan, Op. Cit. hlm. 10.
76
pihak, yaitu kreditor berkewajiban menyerahkan hak milik atas
hak milik atas piutang tersebut. Namun untuk mendapatkan hak milik
dasar cessie tidak disyaratkan suatu bentuk tertentu, jadi bisa lisan
kepada kreditor baru. Jika cessie tidak dituangkan dalam bentuk akta,
77
maka cessie batal demi hukum karena melanggar ketentuan
perundang-undangan.
bawah tangan adalah akta yang tidak dibuat oleh atau di hadapan
saja.77 Akta cessie yang dibuat dalam bentuk akta otentik maupun akta
dikemukakannya:
78
akta di bawah tangan, yang disebut akta cessie yang
melimpahkan hak-hak atas barang-barang itu kepada orang
lain. Penyerahan itu tidak ada akibatnya bagi berhutang
sebelum penyerahan itu diberitahukan kepadanya, atau
disetujui secara tertulis atau diakuinya. 78
secara tertulis.
bahwa dengan selesainya akta cessie, maka hak milik sudah berpindah
persetujuan cessus bukan merupakan syarat sah dari cessie. Hal ini
79
Pasal 613 ayat (2) KUHPerdata tidak mengatur siapa yang
cessie kepada cessus. Dengan demikian siapa saja baik cedent maupun
secara tertulis saja kepada cessus, yang penting adalah adanya bukti
memiliki hak tagih atas piutang terhadap cessus. Jadi cessus harus
80
Ibid, hlm. 23
80
melunasi piutangnya yang telah dibagi dua, sebagian dibayarnya
berikut:81
adanya itikad tidak baik dari para pihak yang terlibat dalam cessie,
81
BAB III
PT. Bank Tabungan Negara Tbk. atau biasa dikenal dengan Bank
BTN ini merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang
jasa keuangan. Bank Tabungan Negara sebagai bank milik Negara ini
82
ditetapkan dengan UU No. 20 Tahun 1968 tanggal 19 Desember 1968. PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau dikenal dengan Bank BTN
merupakan salah satu lembaga keuangan yang juga turut menyalurkan dana
dalam bentuk kredit. Bank BTN memiliki sejarah yang sangat panjang di
industri perbankan di Indonesia. Bank BTN telah berdiri sejak tahun 1897
Bank Tabungan Pos dan kemudian berganti nama lagi menjadi Bank
Efek Beragun Aset (KIK-EBA). Sebagai Bank yang fokus pada pembiayaan
83
http://www.btn.co.id diakses pada tanggal 28 Maret 2020.
83
atas. Sebagai bank yang fokus pada pembiayaan perumahan, Perseroan juga
2) Misi
menengah;
teknologi terkini;
84
Ibid
85
Ibid
84
d) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan
BTN;
85
dari pengabdian yang didasari oleh semangat kesediaan
dalam bidangnya
profesinya.
86
a) Melayani secara ikhlas, sopan, dan santun semua nasabah
Secara umum, bidang usaha yang menjadi fokus pada Bank BTN adalah:
Deposito.
3) Perbankan Syariah
87
a) Produk pembiayaan terbagi menjadi dua, yaitu Pembiayaan
a) Deposito terdiri:
uang USD.
b) Tabungan, terdiri:
nasabah;
BTN;
88
Tabungan BTN Juara, yaitu tabungan untuk edukasi dan sesuai
tahun.;
ditentukan;
haji reguler;
Agama;
(Persero);
89
Tabungan Simpanan Pelajar (SimPel), yaitu tabungan untuk
pertama.
membeli rumah.
c) Giro, terdiri:
90
Perumahan Rakyat dengan suku bunga rendah dan cicilan
91
Kredit Bangun Rumah BTN, yaitu kredit untuk membangun
tertentu;
perumahan;
92
pemborong untuk membantu modal kerja didalam
tersebut dijual;
menengah;
93
kebutuhan finansial lainnya yang bersifat rutin bagi karyawan
pengguna jasa;
c) Inkaso, yaitu jasa penagihan warkat atau cek dalam mata uang
negeri;
94
j) SKBDN, yaitu Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri yang
dalam SKBDN.
melakukan perjalanan;
95
f) Executive Lounge Bandara, yaitu fasilitas ruang tunggu
prioritas tersebut.
24 Maret 2004 untuk jangka waktu lima tahun dan untuk selanjutnya dapat
86
http://ptppa.com diakses pada tanggal 28 Maret 2020.
96
Melalui Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2008 tanggal 4
c. kegiatan investasi;
tugas PPA dari lima tahun menjadi tidak terbatas (going concern).
Visi
Misi
kepentingan melalui:
strategis;
97
2) peran sebagai katalis dalam upaya meningkatkan nilai dan/atau
berkesinambungan;
berintegritas tinggi;
b. Tujuan Instansi
Menteri Keuangan;
(BUMN);
3) kegiatan Investasi;
c. Nilai-nilai Perusahaan
jawab;
98
4) Prudence. Menerapkan sikap kehati-hatian yang tinggi dengan
obyektif;
d. Landasan Pengelolaan
99
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 178/PMK.01/2009 tentang
jawabnya.
100
penentu keberhasilan PPA di dalam menjalankan tugas-tugasnya.Dan
datang.
a) restrukturisasi aset;
aset;
101
d) penjualan.
g. Business Advisory
e. Investasi
kuasi ekuitas. Jenis kegiatan investasi yang dilakukan PPA antara lain
102
Kegiatan tersebut bertujuan untuk:
jumlah dana dan waktu yang terukur. Dana yang belum digunakan
Berjangka.
terhadap PT. Batam Island Marina selaku Termohon diajukan oleh PT. Boon
Meng Enginering Indonesia selaku Pemuhon PKPU I dan PT. Pratama Widya
PKPU/2018/PN.Niaga.Mdn.
103
Dalil-dalil permohonan PKPU terhadap PT. Batam Island Marina pada
ratus sembilan puluh sembilan juta delapan puluh dua ribu tiga
ratus rupiah);
Hutang tersebut terbit dari sewa alat kerja berupa engine generator
87
Putusan, Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan, Nomor: 16/Pdt.Sus-
PKPU/2018/PN.Niaga.Mdn.
104
sehingga atas status pemakaian dan status standby tersebut
milyar lima ratus sembilan puluh sembilan juta delapan puluh dua
ribu tiga ratus rupiah), yang seluruh tagihan tersebut telah jatuh
dua puluh satu juta empat ratus delapan puluh ribu enam ratus
enam puluh tujuh rupiah) yang timbul dari Surat Perintah Kerja
2015;
105
BTM/I/001 dan adanya denda keterlambatan bayar sebesar Rp 1%
10.200.667,- sepuluh juta dua ratus ribu enam ratus enam puluh
tujuh rupiah) namun hingga saat ini belum juga dibayar oleh
Termohon PKPU.
PKPU pula memiliki hutang yang telah jatuh tempo dari para kreditor
lain, yakni:
ini, maka Termohon PKPU secara nyata telah memiliki kewajiban berupa
utang yang telah jatuh tempo dan belum dibayar terhadap Para Pemohon
PKPU dan para kreditor lain akan tetapi Termohon PKPU tetap tidak
5. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 225 ayat (3) dan guna memastikan
106
dengan ini para Pemohon PKPU mengusulkan agar Pengadilan Niaga
o Bpk. Deni Amsari Purba, SH., LLM yakni pengurus yang terdaftar
permohonan dikabulkan.
tidak dapat dilanjutkan, menjadi PKPU tetap, dan/atau dalam hal usulan
mengangkat:
o Bpk. Deni Amsari Purba, SH., LLM yakni pengurus yang terdaftar
sesuai dengan Pasal 15 ayat (3) jo. Pasal 225 ayat (3) jo. Pasal 234 ayat
(1), maka dengan ini pula kami lampirkan bukti konfirmasi tidak adanya
perkara kepailitan.
dengan ini memohon agar Ketua Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
107
Medan melalui Majelis Hakim pemeriksa perkara ini berkenan untuk
seluruhnya;
4. Mengangkat Bpk. Bpk. Deni Amsari Purba, SH., LLM yakni pengurus
1. Dalam Eksepsi
a. PT. Pratama Widya demi hukum tidak dapat dianggap sebagai pihak
108
Warodat Law Firm untuk mewakili PT. Pratama Widya Cacat
Hukum;
Negeri;
Termohon PKPU;
sederhana;
secara sederhana;
109
i. Perselisihan Termohon PKPU dengan PT. Widya Putra Pertama
PKPU;
Termohon PKPU;
Pertama karena PT. Widya Putra Pertama telah cidera janji kepada
Termohon PKPU;
karena PT. Multi System telah cidera janji kepada Termohon PKPU.
Berdasarkan fakta-fakta yang sah, dalil-dalil dan dasar hukum yang telah
Yang Mulia majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan
Dalam Eksepsi
110
1. Menerima Eksepsi yang diajukan Termohon PKPU dalam perkara
aquo;
Verklaard);
Island Marina
Setelah para pihak yang berperkara tersebut di atas yaitu Para Pemohon
111
Terhadap Eksepsi
menurut hukum acara kepailitan tidak mengenal adanya eksepsi, oleh karena
Selain itu, menurut Majelis Hakim materi eksepsi Termohon PKPU adalah
dapat diajukan oleh debitor atau kreditor dan sesuai Pasal 1 angka 11 UU
Pembayaran Utang bahwa debitor atau kreditor bisa perorangan atau badan
hukum.
diajukan oleh kreditor berdasarkan ketentuan Pasal 222 ayat (3) UU Nomor 37
melanjutkan pembayaran utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih,
112
untuk memungkinkan debitor mengajukan rencana perdamaian yang meliputi
maka pengadilan dalam waktu 20 (dua puluh) hari sejak didaftarkannya Surat
Hakim Pengawas serta mengangkat 1 (satu) atau lebih pengurus yang bersama
Termohon PKPU memiliki utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
lima ratus sembilan puluh sembilan juta delapan puluh dua ribu tiga
ratus rupiah); di mana hutang tersebut terbit dari sewa alat kerja
2015;
dua puluh satu juta empat ratus delapan puluh ribu enam ratus senam
puluh enam tujuh rupiah) yang timbul daru Surat Perintah Kerja
113
nomor 031/BIM-SPK/F1/X/2015 tanggal 05 Oktober 2015 untuk
lainnya, yaitu:
milyar seratus dua belas juta sembilan ratus lima puluh enam ribu
enam ratus tiga puluh delapan juta lima puluh tiga ribu seratus empat
milyar tiga ratus sembilan puluh enam juta lima belas ribu sembilan
puluh delapan juta sembilan ratus delapan ribu delapan ratus tiga
puluh rupiah)
Pembayaran Utang (2) jo. Pasal 8 ayat (4) UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang
114
syaratnya adalah sebaga UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
PKPU mempunyai hutang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Pasal 222 ayat (1) dan (3), Pasal 224 ayat (1) dan (3), Pasal 225 ayat (3) dan
115
(4) UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
berbunyi:
MENGADILI
DALAM EKSEPSI
- Menolak eksepsi Termohon seluruhnya;
DALAM POKOK PERKARA
1. Mengabulkan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) yang diajukan oleh Para Pemohon;
2. Menyatakan Termohon yaitu PT. Batam Island Marina, suatu perseroan
terbatas (badan hukum) yang didirikan menurut hukum Negara Republik
Indonesia, berkedudukan di IBN Executive Longe, Sekupang Ferry
Terminal Jl. RE. Martadinata, Sekupang, Kota Batam Propinsi Kepulauan
Riau, dalam keadaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
Sementara untuk paling lama 45 (empat puluh lima) hari terhitung sejak
putusan diucapkan;
3. Menunjuk Sdra. Masrul, SH., MH. Hakim Niaga pada Pengadilan Negeri
Medan sebagai Hakim Pengawas dalam proses Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU);
4. Mengangkat Bpk. Bpk. Deni Amsari Purba, SH., LLM yakni pengurus
yang terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM, beralamat kantor di Jl.
Setia Budi Business Point Blik BB No. 7, Medan, sebagai pengurus dalam
hal permohonan dikabulkan dan Termohon PKPU diberikan PKPU
sementara, dan/atau mengangkat Bpk. Deni Amsari Purba, SH., LLM.
Sebagai kurator dalam hal Termohon PKPU dinyatakan pailit;
5. Menetapkan bahwa sidang permusyawaratan Majelis Hakim tentang
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sementara (PKPUS) ini akan
dilaksanakan pada hari: Kamis, tanggal 6 Desember 2018, pukul 09.00
WIB bertempat di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan
Jalan Pengadilan Nomor 8, Kota Medan;
6. Memerintahkan kepada Pengurus untuk memanggil Termohon Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) atau debitor dan para Kreditor
yang dikenal dengan surat tercatat atau melalui kurir agar datang pada
hari sidang yang ditetapkan;
7. Menetapkan biaya pengurusan dan imbalan jasa bagi pengurus akan
ditetapkan kemudian setelah Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
berakhir;
8. Membebankan biaya perkara permohonan PKPUS kepada Termohon
PKPU sejumlah Rp. 4.981.000,- (empat juta sembilan ratus delapan puluh
satu ribu rupiah).
116
Dalam Sidang Permusyawaratan Majelis Hakim tentang Penundaan
Kamis, tanggal 6 Desember 2018, PT. Batam Island Marina selaku debitor
117
Pengurus telah melaksanakan rapat-rapat kreditor yang dipimpin oleh
berikut:
2. Bahwa telah dan dilakukan Rapat Kreditor tanggal 28 Januari 2019 untuk
3. Bahwa pada Rapat Kreditor pada hari Jumat tanggal 8 Februari 2019
tiga ratus enam belas juta sembilan puluh sembilan ribu delapan ratus
118
empat milyar dua ratus enam puluh lima juta enam ratus dua ribu dua
(Pertama) pada hari senin tanggal 11 Februari 2019 maka pada Rapat
pada Rapat Kreditor pada hari Jumat tanggal 8 Februari 2019 diadakan
PKPU Tetap yang ke II (dua) yang akan berakhir pada hari Senin tanggal
11 Februari 2019. Rapat dipimpin oleh Hakim Pengawas dan dibantu oleh
Separatis diwakili oleh Kuasa sah dan Kreditor Konkuren diwakili oleh
Kuasa sah. Kreditor Separatis PT. Timur Properti Investindo, PT. Bank
Pasal 229 ayat (1) UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir dan mewakili
119
yang paling tagihan yang diakui atau yang sementara diakui dari
dan
hipotik, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, yang hadir dan
untuk perpanjangan PKPU Tetap, dengan hak suara sebanyak 73,471 atau
tidak setuju untuk perpanjangan PKPU Tetap, dengan hak suara sebanyak
33,567 atau sebesar 1 kreditur dengan total hak suara 165 atau 0,49%.
6. Bahwa terhadap hasil pemungutan suara tersebut di atas dengan ini kami
120
Hakim Pemutus guna memberitahukan bahwa Kreditor Separatis menolak
(dalam PKPU).
2019, setelah mendengar para pihak atas laporan Pengurus dan Hakim Pengawas
disertai keterangan dari kreditor konkuren yang setuju perpanjangan PKPU Tetap
yang menyatakan bahwa berdasarkan Penjelasan Pasal 228 ayat (6) UU Nomor 37
yang berbunyi: “yang berhak untuk menentukan apakah kepada debitor akan
dengan alasan yang dikemukakan oleh debitor konkuren yang setuju untuk
diberikan lagi perpanjangan PKPU Tetap yang kedua, maka Majelis Hakim
setelah melalui bantahan dari debitor terhadap piutang para kreditor, disertai
121
2/HP/16/Pdt.Sus-PKPU/2018/PN.Niaga.Mdn. tanggal 3 Desember 2018,
telah terverifikasi para kreditor dalam Daftar Piutang Tetap sebagai berikut:
empat milyar dua ratus enam puluh lima juta enam ratus dua ribu dua
sebesar Rp. 337.316.099.878.77,- (tiga ratus tiga puluh tujuh milyar tiga
ratus enam belas juta sembilan puluh sembilan ribu delapan ratus tujuh
tetapi telah memohon perpanjangan PKPU Tetap dan seluruh kreditor secara
PKPU Sementara menjadi PKPU Tetap selama dua bulan dan berakhir
karena masih menunggu proses due diligent dari investor debitor guna
memastikan proses investasi pada proyek debitor. Sehingga pada saat sidang
122
tetapi beberapa kreditor tidak menyetujui adanya perpanjangan PKPU Tetap
tidak ada laporan secara terperinci dari proses due diligent tersebut dan
4. Pada Rapat Kreditor tanggal 8 Februari 2019, para kreditor tidak secara
Utang;
123
konkuren setuju untuk perpanjangan PKPU Tetap, dengan hak suara
yang tidak setuju sebanyak 10 kreditor dengan total hak suara 8,956
suara sebanyak 33,567 atau sebesar 1 kreditur dengan total hak suara
haknya diakui atau sementara diakui yang hadir dan mewakili yang paling
tagihan yang diakui atau yang sementara diakui dari debitor konkuren atau
dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau hak
agunan atas kebendaan lainnya, yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3
(dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan kreditor atau kuasanya yang hadir
kualifikasi Pasal 229 ayat (1), karena sebanyak lebih dari ½ (satu perdua) kreditur
atau sebanyak 2 dari 3 kreditor yang hadir yang mewakili lebih dari 2/3 (dua
124
pertiga) atau sebesar 99,51 % dari seluruh tagihan telah menyatakan tidak setuju
pembayaran utang tetap atau perpanjangannya sudah diberikan, tetap sampai batas
waktu sebagaimana dalam Pasal 228 ayat (6) belum tercapai persetujuan terhadap
memberitahukan hal itu melalui Hakim Pengawas kepada Pengadilan yang harus
pemutus berkaitan dengan uraian tersebut di atas yang menyatakan bahwa hasil
pemungutan suara tidak memenuhi ketentuan Pasal 229 ayat (1) untuk
hak-haknya dalam proses PKPU sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka
pengadilan sesuai dengan hasil pemungutan suara dari para kredit UU Nomor 37
konkuren dan separatis dan sesuai ketentuan Pasal 229 ayat (1) dan Pasal 230 ayat
125
Pembayaran Utang haruslah menyatakan debitur PT. Batam Island Marina berada
Tetap kepada debitor PKPU harus ditolak, karena berdasarkan Pasal 228 ayat (6)
perpanjangan kepada PKPU Tetap, melainkan bukan dari PKPU Tetap untuk
diperpanjang lagi PKPU Tetap yang kedua dan seterusnya, sehingga dengan
demikian, pendapat Majelis Hakim bahwa alasan yang dikemukakan oleh kreditor
126
6. Menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa Kurator akan ditetapkan
kemudian setelah Kurator selesai menjalankan tugasnya dan proses
kepailitan berakhir;
7. Menghukum termohon untuk membayar biaya perkara yang sampai hari
ini ditetapkan sejumlah Rp. 3.581.00,00 (tiga juta lima ratus delapan
puluh satu ribu rupiah).
BAB IV
D. Pengalihan Hak Tagih Utang (Cessie) dari PT. Bank Tabungan Negara
127
Berkaitan dengan rumusan masalah yaitu mengenai pengalihan
piutang (cessie) kreditor kepada pihak ketiga dari debitor dalam proses PKPU
ditemui dalam bisnis perbankan, apabila ada debitor yang mulai mengalami
lembaga cessie, apabila ada calon pembeli piutang yang berminat baik itu
orang pribadi ataupun subyek hukum (badan hukum). Calon pembeli piutang
bisa juga selain bank sebagai badan hukum, yaitu orang pribadi. Dasar
oleh debitor dengan bank selaku kreditor awal. Di mana perjanjian kredit
128
pokoknya sebesar Rp. 243.000.000.000,- (dua ratus empat puluh tiga miliar
Kredit tersebut juga telah dijamin dengan agunan yang memadai dan telah
atas nama PT. BIM tercatat lancar dalam membayar kewajiban bunganya.
Namun Menurut catatan perusahaan, kredit PT. BIM mulai bermasalah ketika
lapangan.
88
Wawancara dengan Achmad Chaerul selaku Corporate Secretary PT. Bank Tabungan
Negara, Tbk. (Persero), pada tanggal 10 Juli 2020
129
Guna mencari penyelesaian terbaik agar dalam menjalankan bisnisnya
lancar, maka Bank BTN melakukan pengalihan hak tagih utang (cessie) atas
Pengalihan hak tagih utang (cessie) Bank BTN ke PT. PPA terhadap
PT. BIM dilakukan dengan Akta Notaris pada tanggal 31 Desember 2018
(PKPU) terhadap PT. Batam Island Marina yang diajukan oleh PT. Boon
16/Pdt.Sus-PKPU/2018/PN.Niaga.Mdn.
Pihak dalam Akta Notaris Nomor 115 tersebut yaitu PT. Bank
PT. Batam Island Marina (PT. BIM) yang berkedudukan di Batam, beralamat
di Kota Batam, Ruko Seraya Mas Center Blok B nomor 1, Seraya, Batu
130
- Akta Addendum I Perjanjian Kredit nomor 25 tanggal 29
September 2015;
dengan:
Debitor (PT. BIM) yang timbul berdasarkan Perjanjian Kredit yaitu atas
seluruh kewajiban pembayaran Debitor yang telah jatuh tempo, dan PT.
sepakat untuk melaksanakan jual beli piutang ini dengan syarat-syarat sebagai
berikut:
Pasal 1
DEFINISI
Kecuali secara tegas dinyatakan lain, semua istilah yang didefinisikan dalam
Akta Jual Beli ini mempunyai pengertian sebagai berikut:
1. “Akta Pengalihan Piutang” (Cessie) berarti akta yang akan
ditandatangani oleh Penjual Piutang dan Pembeli Piutang
sehubungan dengan pengalihan piutang pada Tanggal Penyelesaian;
2. “Tanggal Penyelesaian” berarti tanggal penandatanganan Akta
pengalihan Piutang (Cessie) oleh Para Pihak;
131
3. “Daftar Dokumen Piutang” berarti rincian dokumen-dokumen yang
menjadi obyek jual beli Piutang sebagaimana dimuat dalam lampiran
akta ini;
4. Judul-judul dari tiap pasal hanya dimaksudkan untuk kemudahan dan
tidak dipergunakan atau dipertimbangkan di dalam penafsiran setiap
pasal atau ayat dari Akta Jual Beli ini;
5. Setiap dan seluruh lampiran Akta Jual Beli ini merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari Akta Jual Beli ini, yang tanpa
dibuat dan ditandatanganinya lampiran-lampiran dimaksud maka
Akta Jual Beli ini tidak akan pernah dibuat dan ditandatangani;
Pasal 2
JUAL BELI
1. Para Pihak setuju bahwa Penjual Piutang dengan ini menjual
kepada Pembeli Piutang dan Pembeli Piutang dengan ini membeli
dari Penjual Piutang semua hak dan kepemilikan dan manfaat atas
Piutang dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Semua hak, kepemilikan dan manfaat yang melekat kepada
Piutang akan dialihkan kepada Pembeli Piutang sejak Tanggal
Penyelesaian; dan
b. Hak Penjual Piutang (baik saat ini atau di kemudian hari, baik
yang aktual atau yang tidak pasti) untuk meminta, mengklaim,
menuntut, mendapatkan kembali, menerima dan memberi
tanda terima, manfaat semua pernyataan, janji-janji dan ganti
rugi dari Debitor berdasarkan atau sehubungan dengan
Piutang akan dialihkan kepada Pembeli Piutang.
2. Jumlah Piutang yang dialihkan kepada Pembeli Piutang
berdasarkan Akta Jual Beli ini senilai Rp. 300.669.553.328,77,-
(tiga ratus miliar enam ratus enam puluh sembilan juta lima ratus
lima puluh tiga ribu tiga ratus dua puluh delapan koma tujuh puluh
tujuh Rupiah) berdasarkan pengajuan Klaim/ tagihan terhadap PT.
Batam Island Marina (dalam PKPUS) bulan Nopember 2018 (dua
ribu delapan belas) tanpa tanggal, yang fotokopinya dilekatkan pada
minuta akta ini;
3. Dengan dipenuhinya hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
huruf a pada tanggal penyelesaian, Piutang akan menjadi
beralihkan beserta seluruh hak yang melekat padanya;
4. Penjual Piutang dan Pembeli Piutang sepakat bahwa jual beli
Piutang berdasarkan Akta Jual Beli ini akan dilakukan dengan
harga Rp. 243.000.000.000,- (dua ratus empat puluh tiga miliar
Rupiah) (untuk selanjutnya disebut “Harga pembelian Piutang”;
5. Para Pihak setuju bahwa Pembeli Piutang akan membayar Harga
Pembelian Piutang pada tanggal ditandatanganinya Akta Jual Beli
dan mentransfer dananya pada Rekening Giro Escrow di PT. Bank
Tanbungan Negara (Persero) Tbk Cabang Harmoni nomor 00014-
01-32-000758-3 atas nama PT PPA (persero). Harga pembelian
piutang akan didebet oleh Penjual Piutang pada Tanggal
Penyelesaian berdasarkan kuasa dari Pembeli Piutang,
132
sebagaimana format kuasa yang akan tertuang sebagaimana
Lampiran 2, yang merupakan satu-kesatuan dalam Akta Jual Beli
Pasal 3
PENYELESAIAN DAN PENGALIHAN
1. Untuk memenuhi ketentuan Pasal 613 KUHPerdata, maka Penjual
Piutang dan Pembeli Piutang akan menandatangani Akta
Pengalihan Piutang (Cessie);
2. Tanpa mengesampingkanketentuan Pasal 3.1 di atas, hak
kepemilikan dan manfaat serta risiko-risiko yang mungkin timbul
atas Piutang secara efektif akan berpindah pada Tanggal
Penyelesaian;
3. Segala keuntungan atau kerugian serta risiko-risiko yang mungkin
timbul yang didapat atas piutang, mulai tanggal penyelesaian akan
berpindah kepada dan menjadi milik serta dipikul oleh Pembeli
Piutang.
Pasal 4
PERNYATAAN DAN JAMINAN
1. Penjual Piutang dengan ini menjamin Pembeli Piutang bahwa:
a. Kekuasaan dan Kewenangan
Penjual Piutang (i) mempunyai kewengangan untuk
menandatangani Akta Jual Beli ini, dan (ii) akan
melaksanakan semua tindakan yang wajib dilaksanakan
menurut Akta Jual Beli ini;
b. Kewajiban Yang Mengikat
Penandatangan dan pelaksanaan Akta Jual Beli ini oleh
Penjual Piutang telah memenuhi ketentuan anggaran dasar,
dan pada saat penandatanganannya, Akta Jual Beli ini sah
menurut hukum dan mengikat Penjual Piutang;
c. Tidak ada Pelanggaran
Pelaksanaan transaksi yang dimaksud dalam Akta Jual Beli ini
serta pemenuhan syarat-syarat di dalamnya oleh Penjual
Piutang tidak akan bertentangan dengan: (i) peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau (ii) syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan berdasarkan perjanjian-perjanjian lain
dengan pihak lain dimana Penjual Piutang terikat;
d. Kekuasaan dan Kewenangan untuk menjual Piutang
Penjual Piutang mempunyai kuasa dan wewenang untuk
menjual dan menyerahkan Piutang kepada Pembeli Piutang;
e. Tidak ada Tuntutan Hukum
Sepanjang diketahui oleh Penjual Piutang pada saat
penandatanganan Akta Jual Beli ini, tidak ada tuntutan hukum
yang sedang berjalan antara Penjual Piutang dengan Debitor,
atau tuntutan oleh Instansi Pemerintah yang mempunyai
wewenang hukum ata Piutang, yang: (i) dapat menyebabkan
ketidakabsahan Akta Jual Beli; atau (ii) meminta pengadilan
mengeluarkan putusan yang mungkin berpengaruh terhadap
pelaksanaan kewajiban debitor terhadap Penjual Piutang atau
133
berpengaruh terhadap keabsahan atau tidak dapat
dilaksanakanya Akta Jual Beli ini.
f. Tidak Diperlukannya Persetujuan Instansi Pemerintah
Tidak ada persetujuan dari, atau tindakan lain oleh, atau
pemberitahuan kepada, atau pendaftaran kepada Instansi
Pemerintah yang diperlukan untuk penandatanganan,
penyerahan dan pelaksanaan oleh Penjual Piutang atas Akta
Jual Beli ini.
2. Pembeli Piutang dengan ini menjamin Penjual Piutang bahwa:
a. Kekuasaan dan Kewenangan
Pembeli Piutang (i) mempunyai kewengangan untuk
menandatangani Akta Jual Beli ini, dan (ii) akan
melaksanakan semua tindakan yang wajib dilaksanakan
menurut Akta Jual Beli ini;
b. Kewajiban yang Mengikat
Sesuai ketentuan dan kewenangan Pembeli Piutang,
Penandatangan dan pelaksanaan Akta Jual Beli ini oleh
Pembeli Piutang telah memenuhi ketentuan anggaran dasar,
dan pada saat penandatanganannya sah menurut hukum dan
mengikat Pembeli Piutang;
c. `Tidak ada Pelanggaran
Pelaksanaan transaksi yang dimaksud dalam Akta Jual Beli ini
serta pemenuhan syarat-syarat di dalamnya oleh Pembeli
Piutang tidak akan bertentangan dengan: (i) peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau (ii) syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan berdasarkan perjanjian-perjanjian lain
dengan pihak lain dimana Pembeli Piutang terikat;
d. Kekuasaan dan Kewenagan untuk membeli Piutang
Pembeli Piutang mempunyai kuasa dan wewenang untuk
membeli Piutang dari penjual Piutang;
e. Tidak Diperlukannya persetujuan Instansi Pemerintah
Tidak ada persetujuan dari, atau tindakan lain oleh, atau
pemberitahuan kepada, atau pendaftaran kepada Instansi
Pemerintah yang diperlukan untuk penandatanganan,
penyerahan dan pelaksanaan oleh Pembeli Piutang atas Akta
Jual Beli ini.
3. Jika terdapat pernyataan dan jaminan yang ternyata tidak benar
oleh salah satu Pihak pada saat pernyataan dan jaminan tersebut
diberikan, maka Pihak tersebut berhak meminta secara tertulis
kepada Pihak yang telah memberika pernyataan dan jaminan yang
keliru tersebut untuk memperbaikinya.
Jika dapat diperbaiki, Pihak tersebut wajib memperbaiki pernyataan
yang tidak benar tersebut dalam waktu 10 (sepuluh) hari Kerja sejak
diterimanya pemberitahuan tersebut. Jika hal tersebut diperbaiki,
dalam batas waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja, pihak yang
memperbaiki wajin memberikan pemberitahuan tertulis mengenai
perbaikan yang dilakukannya kepada Pihak yang lain, paling lambat
5 (lima) hari kerja sejak perbaikan tersebut dilakukan.
134
Jika pernyataan dan jaminan tersebut tidak dapat diperbaiki, atau,
jika dapat diperbaiki tetapi tidak diperbaiki dalam 10 (sepuluh) Hari
Kerja sejak tanggal diterimanya pemberitahuan tersebut di atas,
maka Pihak tersbut wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis
kepada Pihak lainnya pada Hari Kerja pertama segera setelah
lewatnya jangka waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja tersebut di atas,
bahwa pelanggaran terhadap pernyataan dan jaminan belum
diperbaiki.
Pasal 5
PELEPASAN TANGGUNG JAWAB
Penjual Piutang setuju untuk membebaskan Pembeli Piutang, setiap dari
direktur, staf, karyawan, agen, perwakilan dan kuasa Pembeli Piutang dari
dan terhadap setiap dan semua tindakan, tuntutan, pengaduan,
tanggungjawab, kerugian, biaya, pengeluaran atau tanggungjawab lainnya
yang mungkin dimintakan kepada atau diderita Pembeli Piutang, atau setiap
masing-masing direktur, staf, karyawan, agen, perwakilan atau kuasa
sebagai akibat dari atau sehubungan dengan pernyataan dan jaminan yang
diberikan Penjual Piutang sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Akta Jual
Beli ini.
Pasal 6
PEMBERITAHUAN
1. Komunikasi Secara Tertulis
Setiap pemberitahuan dan komunikasi sehubungan Akta jual Beli ini
disampaiakan atau dibuat secara tertulis (termasuk melalui faksimili atau
surat elektronik (email) kepada alamat tersebut di bawah atau pada
alamat sebagaimana akan ditentukan dari waktu ke waktu
2. Alamat...dst.
3. Penyampaian
Setiap komunikasi atau dokumen yang dibuat atau diserahkan kepada
suatu pihak sehubungan dengan Akta Jual Beli ini hanya akan berlaku
....dst.
Pasal 7
HUKUM YANG BERLAKU
Akta Jual beli ini tunduk pada dan dilaksanakan sesuai hukum negara
Republik Indonesia.
Pasal 8
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Setiap perselisihan yang timbul antara Para Pihak dalam Akta Jual
Beli ini wajib diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat dalam
waktu 60 (enam puluh) hari kalender sejak penerimaan
pemberitahuan tertulis mengenai perselisihan oleh salah satu pihak
2. Apabila cara musyawarah tidak dapat diselesaikan dalam waktu 60
(enam puluh) hari kalender sejak timbulnya perselisihan atau
perbedaan pendapat yang diberitahukan secara tertulis dari salah
satu pihak kepada pihak lain, maka Para Pihak sepakat
menyelesaikan perselisihan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
135
Dasar pengalihan piutang (cessie) tersebut di atas sangat terkait
dengan suatu perjanjian yang dilakukan oleh pihak Kreditor (Bank BTN) dan
Debitor (PT. BIM), dimana Bank BTN memberikan pinjaman kredit kepada
PT. BIM yang pokoknya sepesar Rp. 243.000.000.000,- (dua ratus empat
puluh tiga milyar Rupiah), sedangkan jumlah piutang yang dialihkan kepada
ratus miliar enam ratus enam puluh sembilan juta lima ratus lima puluh tiga
ribu tiga ratus dua puluh delapan koma tujuh puluh tujuh Rupiah)
cessionaris (kreditor baru/PT. PPA) dan cessus (debitor/PT. BIM) dalam hal
dibuat notariil sebagaimana diatur dalam Pasal 613 KUH Perdata. Istilah
teknis hukum yang berkaitan dengan cessie, orang yang menyerahkan tagihan
piutang atas nama dan barang-barang lain yang tidak bertubuh, dilakukan
dengan jalan membuat akta otentik atau dibawah tangan yang melimpahkan
136
Pasal 613 ayat 2 KUH Perdata berbunyi :“Penyerahan ini tidak ada
proses cessie adalah penyerahan tagihan atas nama dari cedent ke cessionaris.
Telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tagihan atas nama adalah
tagihan atau piutang yang jelas atas nama kreditornya (dalam hal ini apabila
cessie belum dilakukan maka tagihan atau piutang masih atas nama kreditor
lama). Dalam tagihan atas nama jelas kepada siapa utang tersebut harus
dibayar.
Dalam proses cessie ini, tindakan penyerahan dari Bank BTN tidak
sesuatu yaitu adanya kewajiban PT. BIM selaku debitor, dalam hal ini adalah
adanya penyerahan dari PT. BIM disini disebut sebagai hubungan hukum
Hubungan hukum obligatoir dalam proses cessie termasuk yang timbul dari
137
kreditor dan pihak lain berkedudukan sebagai debitor. Jadi peristiwa perdata
menjadi dasar cessie dikenal dengan nama perjanjian jual beli dan pengalihan
piutang, yaitu perjanjian Jual Beli Piutang dari Bank BTN (kreditor asal) ke
dengan rumusan teori kausal dan teori abstrak, masih banyak perdebatan
demikian juga tindakan penyerahannya adalah batal atau dengan kata lain
pihak penerima piutang (kreditor baru) tidak berhak untuk menerima piutang
tersebut.90
didasarkan atas titel yang sah Sebagai akibatnya apabila titelnya batal, maka
penyerahan yang didasarkan atasnya juga tidak sah. Dengan adanya syarat
titel yang sah, maka bila titelnya batal, hak atas tagihan yang diserahkan tidak
beralih kepada cessionaris, dengan demikian hak milik atas tagihan yang
89
Rachmad Setiawan, J. Satrio, Penjelasan Hukum tentang Cessie, (Jakarta: National
Legal Reform Program, 2010), hlm. 4
90
Ibid. hlm. 14
138
Dalam praktik, disini apabila terjadi perjanjian jual beli dan
perjanjian obligator dalam hal ini penulis contohkan sama yaitu dengan
perjanjian jual beli dan pengalihan piutang, apabila perjanjian tersebut batal
atau dibatalkan maka bisa saja penyerahannya tetap sah. Hal ini tetap harus
mengingat Pasal 584 KUH Perdata tentang cara memperoleh hak milik yang
berbunyi hak milik atas suatu barang tidak dapat diperoleh selain dengan
untuk pemindahan hak milik, yang dilakukan oleh orang yang berhak untuk
barang tersebut atau pemilik yang sah. Teori abstrak disini dalam praktik
91
Ibid. hlm. 15-16
139
atau piutang tersebut telah dialihkan lagi kepada pihak pembeli terakhir yang
beritikad baik.
dialihkan kepada kreditor lain. Dan sesuai bunyi Pasal 613 angka 2 KUH
Perdata: “…tidak ada akibatnya bagi yang berutang sebelum penyerahan itu
maka dapat diartikan bahwa cessie yang telah terjadi antara cedent (kreditor
secara tertulis atau diakuinya. Tidak ada akibat hukum disini artinya cessus
(debitor) tetap menganggap bahwa kreditornya pada saat itu adalah kreditor
(kreditor baru).
Disini ada semacam itikad baik atau tidak baik dari cessus (debitor),
maka tindakannya masih bisa dibenarkan, akan tetapi apabila cessus (debitor)
140
tidak memperoleh perlindungan hukum dengan dinyatakan pembayarannya
kepada cedent (kreditor awal) tidak sah, dan perlindungan hukum kepada
pemberitahuan tersebut kepada cessus (debitor), juga tidak diatur siapa yang
pihak Notaris sebagai pihak ketiga yang mempunyai kedudukan netral apabila
akta perjanjian jual beli dan pengalihan piutang tersebut dibuat secara notariil.
bahwa kreditor yang bersangkutan saat ini adalah sudah bukan lagi cedent
141
beli dan pengalihan piutang, tentu saja cessus (debitor) tidak mengetahui
identitas cessionaris (kreditor baru)nya. Wajar dalam hal ini apabila cessus
(debitor) tidak serta merta percaya apabila ada pihak yang mengaku telah
menerima pengalihan piutang atas namanya dengan tanpa ada dokumen yang
kepada cessus adalah dengan meminta asli salinan akta perjanjian jual beli
accessoir. Hak dan kewajiban atau prestasi atas perjanjian pokok yang beralih
dari cedent (kreditor awal) kepada cessionaris (kreditor baru), juga ikut
jaminannya.
segala hak dan kewajiban dari hak tanggungan ikut beralih kepada
92
Indonesia, Undang-Undang tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. UU Nomor 4 Tahun 1996 LN No. 42 Tahun 1996. TLN
No. 3632, Pasal 16.
142
1. Jika piutang yang dijamin dengan hak tanggungan beralih karena
cessie, subrogasi, pewarisan, atau sebab-sebab lain, hak tanggungan
tersebut ikut beralih karena hukum kepada kreditor yang baru;
2. Beralihnya hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
wajib didaftarkan oleh kreditor yang baru kepada Kantor Pertanahan;
3. Pendaftaran beralihnya hak tanggungan dilakukan oleh Kantor
Pertanahan dengan mencatatnya pada buku-tanah hak tanggungan dan
buku-tanah hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan serta
menyalin catatan tersebut pada sertifikat hak tanggungan dan sertifikat
hak atas tanah yang bersangkutan;
4. Tanggal pencatatan pada buku-tanah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) adalah tanggal hari ketujuh setelah diterimanya secaralengkap
surat-surat yang diperlukan bagi pendaftaran beralihnya hak
tanggungan dan jika hari ketujuh itu jatuh tempo pada hari libur,
catatan itu diberi bertanggal hari kerja berikutnya;
5. Beralihnya hak tanggungan mulai berlaku bagi pihak ketiga pada hari
tanggal pencatatan.
perjanjian pokok, tidak perlu dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat
143
Apabila hak tanggungan disini dibebankan untuk menjamin hutang
hak tanggungan disini relatif dapat dilakukan dengan mudah dan cepat karena
tidak melibatkan banyak pihak. Akan lebih kompleks apabila jaminan hak
diberikan oleh lebih dari satu kreditor seperti yang terjadi pada kredit
piutang maupun hak tanggungannya akan lebih rumit dan memakan waktu
kredit. Sebagai penerima hak tagih, cessionaris (kreditor baru) dapat dengan
segera menerima dokumen jaminan yaitu sertipikat hak milik, sertipikat hak
di Kantor Pertanahan setempat dengan melihat wilayah hukum dari objek hak
dari hasil penjualan agunan, sebagaimana bunyi pasal 6 dan Pasal 20 ayat 1
144
Undang-undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah
berdasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (1) juncto Pasal 16 ayat (2) Undang-
Undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak tanggungan atas tanah beserta benda-
Notaris nomor 115 tertanggal 31 Desember 2018 antara bank BTN sebagai
Penjual Piutang dengan PT. PPA sebagai Pembeli Piutang merupakan suatu
perjanjian yang sah menurut hukum sebagaimana dimaksud pasal 613 KUH
Perdata dan juga telah memenuhi syarat sah suatu perjanjian sebagaimana
dimaksud Pasal 1320 KUH Perdata, sehingga PT. PPA berhak untuk
menerima penyerahan yaitu menerima hak untuk menagih utang kepada PT.
BIM serta berhak pula atas jaminan yang diagunkan maupun atas hak
145
disebutkan mengenai pemberitahuan kepada PT. BIM selaku debitor, tidak
mengakibatkan perjanjian jual beli piutang menjadi tidak sah ataupun batal.
Pengalihan hak tagih utang dari Bank BTN kepada PT. PPA terhadap
Debitor PT. BIM dilakukan melalui Akta Notaris Nomor 115 tanggal 31
PT. PPA sebagai Pembeli Piutang telah sah secara hukum menjadi Kreditor
yang dapat menagih piutangnya terhadap PT. BIM (dalam proses PKPU).
tidak diterima sebagai Kreditor oleh Hakim Pengawas dan Pengurus yang
menangani perkara PKPU. Hal ini tentunya merugikan PT. PPA sebagai
Pembeli Piutang karena tidak memiliki hak suara untuk menentukan skema
yang tagihannya dibantah dapat ikut serta dalam voting PKPU, dan apabila
dapat ikut serta, berapa batasan jumlah suara yang dikeluarkan oleh kreditor
tersebut.
Dalam kasus ini baik Pengurus maupun Hakim Pengawas tidak dapat
memberikan alasan hukum kepada PT. Perusahaan Pengelola Aset untuk dapat
146
ikut dalam rapat-rapat PKPU, namun hanya menolak begitu saja dan hanya
mengizinkan kepada Bank BTN sebagai kreditor untuk ikut dalam rapat-rapat
BIM dilakukan oleh Bank BTN berdasarkan Surat Kuasa dari PT. PPA Nomor
lagi sebagai Kreditor dalam PKPU kasus ini karena hak tagih utangnya sudah
mempunyai pengaruh bagi debitor dan harta bendanya. Bagi debitor, sejak
2. Kurator.
93
Zaenal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 63
147
Hakim Pengawas dituntut memiliki kemampuan dan kecermatan serta
selain dapat membina hubungan kerjasama yang baik dengan semua pihak
dan membereskan harta Debitor Pailit. Kurator bisa berasal dari perseorangan,
mengawasi setiap tindakan kurator. Hal ini dimuat dalam Pasal 65 Undang–
Pembayaran Utang.
148
Dalam pasal 1 ayat 8 UU No. 37 Tahun 2004 disebutkan bahwa
“Hakim Pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh pengadilan dalam putusan
pengawas diantaranya:94
94
Sutan Remy Sjahdeni, Op. Cit. hlm. 236-240
149
12. Menentukan waktu diadakan rapat kreditor pertama dalam jangka
waktu 30 hari setelah putusan pernyataan pailit ditetapkan;
13. Dalam jangka waktu 3 hari setelah putusan pernyataan pailit diterima
oleh hakim pengawas dan kurator, hakim pengawas wajib
menyampaikan kepada kurator rencana penyelenggaraan rapat
kreditur pertama;
14. Mengetuai rapat kreditur;
15. Menentukan waktu diadakan rapat kreditur berikutnya bila hakim
pengawas menganggap hal itu perlu;
16. Memberikan izin kepada debitor pailit apabila selama dalam
kepailitan akan meninggalkan domisilinya;
17. Paling lambat 14 hari setelah putusan pernyataan pailit diucapkan,
hakim pengawas harus menetapkan batas akhir pengajuan tagihan,
batas akhir verifikasi pajak, dan menetapkan waktu diadakan
pencocokan piutang;
18. Meminta agar debitor pailit yang hadir dalam rapat pencocokan
piutang memberikan keterangan sebenarnya mengenai sebab
kepailitan dan keadaan harta pailit;
19. Dalam rapat pencocokan piutang, membacakan daftar piutang yang
diakui sementara dan daftar hutang yang dibantah oleh kurator;
20. Mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa sehubungan dengan
piutang yang terhadapnya dilakukan bantahan atau memeriksa
perselisihan antara pihak-pihak tersebut;
21. Memerintahkan kepada pihak –pihak yang berselisih mengenai
piutang yang terhadapnya dilakukan bantahan untuk menyelesaiakan
perselisihan itu melalui pengadilan.
pengurusan dan pemberesan harta pailit oleh kurator. Hakim Pengawas tidak
tindakan hakim pengawas yang tidak sesuai dengan kehendak kreditor (yang
merugikan kreditor)? Apa yang dapat dilakukan oleh kreditor? Dalam hal ini,
Hakim Pengawas, dalam waktu 5 hari setelah penetapan tersebut di buat, dapat
150
Ketentuan Pasal 68 ayat (1) UU Kepailitan bukan tanpa pengecualian.
Pasal 33, Pasal 84 ayat (3), Pasal 104 ayat (2), Pasal 106, Pasal 125 ayat (1),
Pasal 127 ayat (1), Pasal 183 ayat (1), Pasal 184 ayat (3), Pasal 185 ayat (1),
ayat (2) dan ayat (3), Pasal 186, Pasal 188, dan Pasal 189 UU Kepailitan.
apapun terhadap PT. PPA sebagai Kreditor yang berasal dari penyerahan hak
tagih utang dari Bank BTN berdasarkan Akta Notaris Nomor 115 tanggal 31
Desember 2018, sehingga PT. PPA tidak dapat mengajukan keberatan dengan
Hal ini tentunya sangat merugikan PT. PPA karena tidak bisa mengikuti rapat-
rapat kreditor untuk mempertahankan hak piutangnya termasuk juga tidak bisa
penetapan tentang tidak diizinkannya PT. PPA masuk sebagai pihak kreditor
untuk bisa melakukan rapat-rapat kreditor, tentunya PT. PPA bisa mengajukan
tidak didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Hendaknya pada
pailit, juga termasuk dapat menetapkan jika ada pengalihan hak tagih utang
dari kreditor lama ke kreditor baru serta jika perlu adanya sanksi bagi Hakim
151
Pengawas apabila terbukti menyimpang dalam tugasnya. Hal ini penting
kepailitan pasca putusan secara adil, cepat, terbuka dan efektif guna
Penyelesaiannya
(cessie) dari Bank BTN ke PT. PPA dilakukan dengan Akta Notaris pada
Pengawas. Hal ini tentunya sangat merugikan PT. PPA sebagai Kreditor
BIM. Alasan Hakim Pengawas tidak jelas karena hanya ucapan lisan saja
banding ke pengadilan.
Pengalihan hak tagih utang (cessie) Dalam Akta Jual Beli Piutang
Nomor 115 tertanggal 31 Desember 2018 tersebut di atas, tidak ada klausul
152
yang menyebutkan siapa pihak yang harus memberitahukan kepada Debitor
langsung pada saat terjadinya penandatangan akta cessie oleh dan antara
Pembeli Piutang (kreditor baru) serta Penjual Piutang (kreditor lama). Hal
demikian memang ideal akan tetapi menjadi tidak realistis karena terganjal
dan terbentur dengan praktik jika cessie baru ditawarkan atau dijual kepada
kreditor baru ketika debitor telah bersatus kredit macet bahkan dalam proses
PKPU seperti dalam kasus ini, sehingga tentunya debitor akan sangat sulit
diberitahu telah terjadinya pengalihan hak tagih utang terhadapnya. Hal ini
wajar saja karena sudah tentu debitor yang dalam proses PKPU mempunyai
tidak jelasnya suatu peraturan yang sumir seperti terdapat dalam Pasal 613
KUH Perdata yang tidak memuat aturan tertulis bagaimana cara dan siapa
yang harus memberitahukan kepada debitor jika terjadi pengalihan hak tagih
utang, akan tetapi dalam praktik ada preseden terkait “syarat formal peralihan
153
Dalam praktik, ternyata ada putusan pengadilan yang menyatakan
tagih utang (cessie), pemberitahuan mana secara resmi kepada debitor lewat
karena Indonesia bisa menganut paham legisme di mana kebenaran itu ada di
undang-undang, tetapi juga menganut paham the rule of law bahwa hakim
debitor.
154
Pasal 613 KUHPerdata yang demikian sumir, karena tidak ditegaskan
Jurusita Pengadilan.
sudah dinyatakan seperti yang dimaksud dalam Pasal 613 ayat (2) KUH
sebagai pihak saat penandatangan Akta Cessie, sehingga debitor tidak dapat
lagi membantah tidak sahnya cessie serta pihak Kreditor tidak lagi membuat
maka debitor akan dianggap seketika itu juga telah mengetahui sekaligus
keadaan sehat financialnya, lalu bagaimana jika debitor dalam keadaan kredit
macet atau bahkan sedang dalam proses PKPU seperti kasus ini? Menurut
155
disampaikan oleh kreditor lama ataupun kreditor baru kepada debitor melalui
hari berikutnya oleh Majelis Hakim, jika pihaknya hadir maka tidak perlu lagi
adanya aturan yang jelas mengenai peralihan piutang (cessie) khususnya yang
dilakukan pada saat proses PKPU, demikian juga tidak adanya aturan bagi
hukum bagi pihak-pihak yang terkait, perlu dibuat aturan hukum tertulis
merupakan suatu nilai yang ingin diwujudkan manusia, tujuan hukum yang
95
Muhamad Erwin, Filsafat Hukum: Refleksi krisi terhadap hukum, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm. 123.
156
utama ada tiga, yaitu: keadilan untuk keseimbangan, kepastian untuk
157
BAB V
A. Kesimpulan
dilakukan dengan suatu akta otentik atau di bawah tangan, dan agar
dilakukan dalam proses PKPU harus dibuat dengan akta Notaris, dan
akta cessie tersebut disampaikan oleh kreditor yang lama dan/atau yang
rapat kreditor dalam proses PKPU karena tidak diizinkan oleh Hakim
158
pembeli piutang/cesionaris untuk mengikuti rapat-rapat kreditor, karena
ke pengadilan.
3. Pasal 613 ayat 2 KUH Perdata tidak secara nyata mengatur pemberitahuan
debitor jika tidak diberitahukan secara tertulis atau tidak diakui atau
menyatakan cessie akan menjadi sah jika disampaikan secara tertulis oleh
akan menjadi tidak realistis jika debitor dalam keadaan kredit macet atau
bahkan dalam keadaan proses PKPU seperti dalam kasus ini, tentunya
Pembeli Piutang, akta perjanjian cessie perlu dibuatkan akta notaris dan
159
B. Saran
1. Cessie tidak secara tegas diatur dalam KUH Perdata, sehingga perlu
hal ini tentunya untuk menjamin kepastian hukum bagi kreditor dan
debitor;
memerlukan waktu yang lama di DPR. Agar tidak terulang seperti kasus
dalam penulisan ini, maka hakim pengawas harus diberi wewenang untuk
160
DAFTAR PUSTAKA
A. Peraturan Perundang-undangan
B. Buku
Aria Suyudi, Eryanto Nugroho dan Herni Sri Nurbayanti. Kepailitan di Negeri
Pailit. Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan di Indonesia, 2004
_______. Hukum Pailit 1998 (Dalam Teori dan Praktek). Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2002.
_______. Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2014.
Nating, Imran, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator Dalam Pengurusan dan
Pemberesan Harta Pailit, Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005.
Yunas, Didi Nazmi. Konsepsi Negara Hukum. Padang: Angkasa Raya, 1992.
C. Lain-lain
Surat Edaran Mahmakah Agung No. 7 Tahun 2012 tentang Rumusan Hukum
Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung.
https://kontan.co.id/news/skandal-cessie-bank-bali-berbau-politik, diakses
pada tanggal 27 Maret 2020.
LAMPIRAN
GLOSARIUM
Actio Paulina = pembatalan segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh Debitor
terhadap harta kekayaannya melalui pengadilan berdasarkan permohonan Kreditor
(Kurator apabila dalam Kepailitan) yang diketahui oleh Debitor perbuatan tersebut
merugikan Kreditor.
Boedel Pailit = kekayaan subyek hukum yang telah dinyatakan pailit yang
pengurusannya dilakukan oleh Kurator (Perseorangan atau Balai Harta
Peninggalan).
F
Funding = kegiatan bank untuk menghimpun dana dari masyarakat.
Hakim Pengawas = hakim yang ditunjuk oleh pengadilan dalam putusan pailit
atau putusan penundaan kewajiban pembayaran utang.
Kepailitan = sita umum atas harta kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini (UUK).
Kurator = Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh
pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta debitor pailit.
P
Pari passu pro rata parte = harta kekayaan jaminan bersama untuk para kreditor
dan hasilnya harus dibagikan secara proporsional antara mereka.