SKRISPSI
GIRA RESNANDI
NIM KHGC15031
2019
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke khadirat illahi robbi, karena
Dalam pembuatan Skripsi ini telah banyak bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak baik moril maupun materil, untuk itu pada kesempatan ini peneliti
Husada Garut.
ii
6. Dede Suharta S.Kep.M,Pd, selaku pembimbing kedua yang telah
8. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak berkorban bagi peneliti
10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
ini, hanya dapat berdoa semoga Allah SWT membalasnya lebih dari
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR BAGAN
Bagan ...................................................................................................................33
viii
BAB I
PENDAHULUAN
sembilan juta penduduk dunia menderita TB, Dan terjadi peningkatan pada tahun
2014 menjadi 9,6 juta penduduk. Wilayah dengan kasus TB terbanyak afrika,
Asia tenggara dan Mediterania timur. (WHO ,2014) Indonesia pada taun 2015
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah pasien
TB Basil Tahan Asam (BTA) positif, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
berkembang dalam hal ini menduduki peringkat kedua besar setelah India. (WHO,
2015).
golongan usia dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Tuberkulosis
menular. Dunia pun masih belum bebas dari TBC. Berdasarkan laporan WHO
Pada tahun 2017 kasus TBC di Indonesia sebanyak 420.994 kasus Jumlah
yang besar yaitu Jawa Barat sebanyak 52.328 kasus, Jawa Timur sebanyak 45.239
jawa barat adalah Kabupaten Bogor dengan jumlah Kasus tb sebanyak 8.271
Kabupaten Garut berada di urutan kelima penyakit TB dengan jumlah 3.078 kasus
jumlah TB terendah Sebanyak 318 kasus.. (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2017).
nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang
3
2008).
morbiditas tinggi dan sangat mudah menyebar di udara melalui sputum yang di
buang sembarang di jalan oleh penderita TB paru. TB paru sampai saat ini masih
dengan strategi DOTS (Direct Observed Treatment Shorcourse ). Ada lima kata
kunci dalam strategi DOTS yaitu: komitmen, Diagnosa yang baik dan benar,
persistence. Compliance adalah secara pasif mengikuti saran dan perintah dokter
untuk melakukan terapi yang sedang dilakukan (Osterberg & Blaschke 2012).
Adherence adalah sejauh mana pengambilan obat yang diresepkan oleh penyedia
dilaporkan sebagai persentase dari dosis resep obat yang benar-benar diambil oleh
pasien selama periode yang ditentukan (Osterberg & Blaschke dalam Nurina,
2012).
4
ketika perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yang dianjurkan atau
nasehat yang diusulkan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi yang
diperoleh dari suatu sumber informasi lainnya seperti nasehat yang diberikan
dalam suatu brosur promosi kesehatan melalui suatu kampanye media massa (Ian
yang berada di rumah sakit yang memiliki wewenang merawat pasien dan
diberikan dokter. Salah satu dari komponen DOTS adalah panduan OAT jangka
jangka pendek dan peran Pengawas Menelan Obat (PMO) merupakan strategi
baik terapi apabila penderita tidak berobat dengan teratur maka umumnya hasil
TBC pada tahun 2018. 3 Puskesmas terbesar dengan angka kejadian TBC
yaitu Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut 2018, kasus TBC
sebanyak 112 kasus Puskesmas Wanaraja sebanyak 107 Kasus dan yang lainnya
5
TBC tertinggi pada seluruh kalangan usia yaitu terdapat di Puskesmas kadungora
berada di sebelah utara Kabupaten Garut. Angka kejadian Tuberculosis tahu 2018
Kadungora, angka kunjungan sebanyak 100 kunjungan. Dari hasil studi awal
kambuh dan menggigil, mengkonsumsi obat tidak teratur dan mengabaikan terapi
rutin kontrol ke puskesmas dan mengkonsumsi obat secara teratur sesuai aturan
Kadungora.
Puskesmas Kadungora
kadungora.
kinerja yang telah dicapai dalam pengobatan Tbc, sehingga dapat mengetahui
memberikan manfaat dan masukan untuk menjadi studi perpustakaan yang dapat
TINJAUAN PUSTAKA
ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar dinding kuman
terdiri dari asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga
disebut bakteri tahan asam (BTA). Kuman dapat tahan hidup pada udara kering
maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal
ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman
dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.
oleh kuman karena banyak mengandung lipid (Amin & Bahar, 2009).
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
klinis yang paling sering dibandingkan dengan organ lain. Penularan penyakit ini
8
9
sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya
yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya
ultraviolet, ventilasi yang buruk, dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi
ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan
paru. Partikel ini dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari
akan terbawa masuk ke organ lainnya. Kuman yang bersarang di dalam paru akan
membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau
sarang (fokus) Ghon. Sarang ini bisa terdapat di seluruh bagian jaringan paru. Bila
menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat masuk
seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis
10
maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier. Kuman yang
AIDS, malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, gagal ginjal (Amin & Bahar, 2009).
a) Kasus baru
pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
rujukan/pindah.
12
golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala
sistemik. Gejala respiratorik: batuk lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, sesak
nafas, nyeri dada.Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada
gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita
terdiagnosis pada saat medical check up. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala
tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari
kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis,
sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri
dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan. Gejala sistemik: malaise,
sulit sekali menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah
lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior ,serta daerah apex
lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
a) Pemeriksaan Bakteriologik.
b) Pemeriksaan Radiologik
apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus
14
Kompleks ranke
Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu
tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada
analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa darah
d) Pemeriksaan darah
spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah (LED) jam pertama dan
kedua sangat dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai indikator tingkat
meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak
e) Uji tuberkulin
alat bantu diagnostik kurang berarti, apalagi pada orang dewasa. Uji ini
akan mempunyai makna bila didapatkan konversi dari uji yang dilakukan
satu bulan sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar
tuberkulosis (OAT).
dalam jumlah yang cukup dan dosis yang tetap sesuai dengan kategori
16
Pada tahap ini penderita mendapatkan obat setiap hari dan perlu
besar pasien dengan BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.
2. Tahap lanjutan
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
kedua
menjadi:
1. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
positif, pasien TB paru BTA negatif foto thoraks positif, dan pasien TB
ekstra paru.
2. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
instruksi medikasi yang dianjurkan (Gough, 2011). Kepatuhan minum obat sendiri
yang berhubungan dengan waktu, dosis, dan frekuensi pengobatan untuk jangka
waktu pengobatan yang dianjurkan (Petorson, 2012).La Greca dan Stone (1985)
dalam Bart Smet (1997) menyatakan bahwa perilaku kepatuhan lebih rendah
20
untuk penyakit kronis, saran untuk gaya hidup umum dan kebiasaan lama,
Depkes tahun 2000 dalam Wihartini (2009), penderita TB paru yang patuh
berobat adalah yang menyesuaikan pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa
Tidak patuh, tidak hanya diartikan sebagai tidak minum obat, namun bisa
memuntahkan obat atau mengkonsumsi obat dengan dosis yang salah sehingga
patuh dan tidak patuh belum ada, sehingga banyak peneliti yang mendefinisikan
patuh sebagai berhasil tidaknya suatu pengobatan dengan melihat hasil, serta
melihat proses dari pengobatan itu sendiri. Hal- hal yang dapat meningkatkan
faktor ketidakpatuhan bisa karena sebab yang disengaja dan yang tidak disengaja.
Ketidakpatuhan yang tidak disengaja terlihat pada penderita yang gagal mengingat
atau dalam beberapa kasus yang membutuhkan pengaturan fisik untuk meminum
keyakinan tentang pengobatan antara manfaat dan efek samping yang dihasilkan
(Chambers, 2010)
sekian lama.
21
pengobatan 1-2 bulan atau lebih, keluhan akan segera berkurang atau
hilang sama sekali sehingga pasien akan merasa sembuh dan malas untuk
pengobatan.
d. Pengobatan yang lama merupakan beban yang dilihat dari segi biaya
e. Efek samping obat walaupun ringan tetap akan memberikan rasa tidak
medis, faktor sosial ekonomi dan budaya, sikap, dan perilaku yang sangat
berikut:
petugas kesehatan yang baik, dan pemberian regiment OAT yang adekuat.
TB paru, cara pengobatan dan bahaya akibat berobat tidak adekuat, cara
22
istirahat, hidup teratur dan tidak minum alkohol atau merorok, cara
cukup besar untuk mendapat lebih banyak sinar matahari, sikap tidak perlu
merasa rendah diri atau hina karena TB paru adalah penyakit infeksi biasa
penderita yang sedang sakit dan memberi semangat agar tetap rajin
berobat.
dalam buku panduan WHO tahun 2003 mengenai pengobatan jangka lama.
sosial yang rendah membuat penderita untuk menentukan hal yang lebih
1. Dukungan Penilaian
kejadian depresi dengan baik dan strategi koping yang dapat digunakan
2. Dukungan Instrumental
Support Material Support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan
3. Dukungan Informasi
dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan
4. Dukungan Emosional
memberikan semangat.
b. Faktor Penderita
nilai dan tempat dimana mereka berobat (baik biaya maupun kepercayaan
penderita.
dalam Widyaningsih (2004) dinyatakan bahwa ada tiga faktor yang menentukan
factor.
kesehatan.
kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh
pasien.
30
pasien.
kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarga.
agar mau berobat teratur, mengingkatkan pasien untuk periksa ulang dahak
PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil obat dari unit
pelayanan kesehatan.
pencegahannya.
pertolongan ke UPK.
obat sesuai konferensi WHO tahun 2003 yaitu faktor sosial ekonomi dan sosial
transportasi yang mahal, budaya dan kepercayaan terhadap sakit dan pengobatan,
mengenai penyakit kronis, jam kerja yang berlebihan, imbalan biaya yang tidak
sebelumnya dapat dilihat dalam bentuk kerangka teori yang dapat dilihat pada
gambar 1.
33
predisposing factor
pengetahuan
sikap
kepercayaan
nilai-nilai
karakteristik
demografi
dll
enabling factor
fasilitas-fasilitas
PMO dan Kepatuhan
sarana-sarana pada pasien tuberculosis
kesehatan
reinforcing fator
keluarga
lingkungan
tokoh masyarakat
antara variabel (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini mencari hubungan dari
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time approach) atau penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor
resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data
PMO.
35
36
minum obat.
37
Definisi
Variabel Parameter Instrumen Skala Kriteria Skor
Operasional
Variabel Pengawas menelan Tugas seorang PMO Kuesioner Nominal PMO PMO
bebas : obat merupakan 1. Mengawasi mendukung mendukung
Pengawas keluarga yang penderita TBC skor > 7,5 skor = 1
Menelan mendampingi pasien agar menelan obat
Obat TBC dan secara teratur. Peran PMO PMO tidak
(PMO). mengingatkan untuk 2. Memberikan tidak mendukung
meminum obat dorongan kepada mendukung skor = 0
penderita agar skor < 7,5
mau berobat
secara teratur.
3. Mingingatkan
penderita untuk
segera periksa
ulang dahak pada
waktu-waktu yang
telah ditentukan.
4. Memberi
penyuluhan
kepada anggota
keluarga penderita
TBC yang
mempunyai
gejala-gejala yang
38
muncul untuk
segera
memeriksakan
dirinya ke unit
Kesehatan
Variabel Kepatuhan adalah 1. Apakah pernah Kuesioner Nominal Kepatuhan Skor untuk
terikat : karakteristik pasien kadang-kadang/lupa MMAS-8 tinggi skor yang
Kepatuhan TBC dalam minum obat. responden : 8 menjawab :
penderita mengkonsumsi 2. Dalam dua minggu Kepatuhan IYA : 0
TBC dalam obat TBC pada apakah pernah sedang skor TIDAK : 1
menjalani ketentuan tidak minum obat. responden :
pengobatan pengobatan yang 3. Jika keadaan 6-7
telah diberikan bertambah buruk Kepatuhan
Oleh petugas karena obat, rendah skor
kesehatan apakah berhenti responden :
meminum obat. 0-5
4. Ketika bepergian
apakah kadang-
kadang membawa
obat.
5. Apakah kemarin
minum obat.
6. Jika kondisi lebih
baik, apakah
berhenti minum
obat.
7. Apakah pernah
merasa terganggu
39
karena rencana
pengobatan.
8. Seberapa sering
mengalami
kesulitan dalam
mengingat
penggunaan obat.
40
3.4.1 Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang berada di wilayah dan mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang dapat menjadi bahan untuk mempelajari
3.4.2 Sampel
digunakan dalam penelitan dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan
mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini
Rumus :
N : Ukuran populasi
41
Sehingga rentang sampel yang dapat di ambil dari teknik Slovin adalah antara 5%
( )
disediakan.
memepermiudah pada saat analisis data dan juga memepercepat pada saat
kuisioner ini telah diuji validitas kuesioner. Uji coba kuesioner serta uji
yang mempunyai nilai korelasi < 0,5140, didapatkan alpha cronbach pada
kepada 10 responden mempunyai nilai korelasi diatas > 0,50 didapatkan alpha
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
Hasil uji Reabilitas pada kuisioner dukungan keluarga Sebesar 0.798 Maka
a. Analisis univariat
penelitian dan dianalisis untuk mengetahui distribusi dan persentase dari tiap
P= x 100%
Keterangan :
P : Presentase
Analisis dari hasil uji statistik (chi square, z test, t test dan sebagainya).
Melihat dari hasil uji statistik ini akan dapat disimpulkan adanya hubungan dua
variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna. Dari hasil uji statistik ini dapat
terjadi misalnya antara dua variabel tersebut secara persentase berhubungan tetapi
Analisis keeratan hubungan antara dua variabel, dengan melihat Odd Ratio
Keterangan :
= Nilai Chi-Square
4) Instrumentasi
5) Pengumpulan Data
6) Analisis Data
Lokasi ini dipilih peneliti karena memiliki jumlah penderita TB Paru yang
maksimal.
BAB VI
pemeriksaan dahak, tes mantoux, dan pembagian obat untuk penderita TBC.
Namun untuk fasilitas rontgen masih belum ada. Program pemberantasan TBC ini
dilakukan dengan sangat teliti dan hati- hati karena sudah menjadi program
nasional dimana paket obat pada penderita baik anak maupun dewasa sudah
dikemas dalam satu paket, sehingga kesalahan dan missing dalam pengobatan
kelompok untuk 1 minggu sekali mereka memantau apakah penderita minum obat
sesuai
47
48
4.2 Umum
Responden.
memiliki PMO yang berasal dari keluarga dengan status suami/ istri sebanyak 30
berstatus sebagai cucu sebanyak 3 responden (5,5%). Selain itu, ada 3 responden
50
(5,5%) yang memiliki PMO bukan berasal dari keluarganya, seperti petugas
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah
sedikit bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 3 orang (5,5%), dan yang tidak
orang (3.6%).
52
Puskesmas Kadungora.
2 Mendukung 38 69,1
Total 55 100,0
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang
(70,9%).
Puskesmas Kadungora
Total 55 100,0
(67,3%).
Puskesmas Kadungora.
Jumlah 15 2 17
Tidak mendukung
% 88,2% 11,8% 100%
Jumlah 3 35 38
Mendukung
% 7,9% 92,1% 100%
Jumlah 18 37 55
Total
% 32,7% 67,3% 100%
P Value 0,000
rhitung 0,621
PMO (Pengawas Menelan Obat) tidak mendukung dan kepatuhan rendah minum
54
minum obat sebanyak 3 responden (7,9%), sedangkan PMO yang mendukung dan
Kadungora dengan menggunakan uji chi square tetapi dikarena jumlah sel < 5
maka menggunakan uji anternatif yaitu fisher’s exact test. Uji ini digunakan untuk
obat.
diterima yang berarti ada hubungan antara Pengawas Menelan Obat (PMO)
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Bagi PMO
55
56
2. Bagi Penderita
pengobatan bisa berjalan dengan baik dan selesai sampai tuntas. Penderita
penyakit tidak bertambah buruk, seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan
tempat tinggal.
Selain itu, petugas kesehatan perlu untuk meningkatkan kinerja terutama dalam
mengalami TBC karena jika informasi tidak diberikan dikhawatirkan akan terjadi
kesehatan tentang arti penting kinerja PMO dan diharapkan pada pihak institusi
DAFTAR PUSTAKA
UI Pers, Jakarta
http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-
http://dokumen.tips/documents/skala-ukur-kepatuhan-minum-obat.html.
Cipta, Jakarta.
Aziz Alimul Hidayat. (2009) Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Laporan Tahunan UPTD Puskesmas DTP Kadungora Tahun 2018. (2018). Garut.
Laporan Tahunan UPTD Puskesmas DTP Kadungora Tahun 2018. (2018). Garut.
Jakarta. . (2007).
Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Price & Wilson. (2006)
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php/pages/detailparent/2014/183/C
Kepada
Yth. Calon
Responden Di
Tempat
Dengan hormat,
Nim KHGC15031
ini, saya mohon kesedian saudara/i untuk bersedia menjadi responden dalam
penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akan
sangat kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan
penelitian.
Gira resnandi
KHGC15031
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk pengisian :
Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi jawaban atau memberikan
tanda centang (√) pada kotak yang tersedia di bawah ini!
Wawancara :
JAMKESMAS JKN
JAMKESDA
Tidak memiliki kartu asuransi
kesehatan
LEMBAR KUESIONER
PETUNJUK PENGISIAN
Mohon diisi dengan memberikan tanda checklist
sesuai dengan yang anda lakukan.
1. Usia Responden
Statistics
Usia
N Valid 55
Missing 0
Mean 47.69
Median 45.00
Mode 45
Variance 200.958
Skewnes s .506
Kurtosis -.428
Range 59
Minimum 19
Maximum 78
Sum 2623
2. Jenis Kelamin Responden
jenis_kelamin
tinggal_bersama_keluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Iya 46 83.6 83.6 63.6
Tidak 9 16.4 16.4 100.0
Total 55 100.0 100.0
status_hubungan_responden_dengan_PMO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Anak 11 20.0 20.0 20.0
Cucu 3 5.5 5.5 25.5
orang tua 8 14.5 14.5 40.0
suami/istri 30 54.5 54.5 94.5
Lainnya 3 5.5 5.5 100.0
Total 55 100.0 100.0
5. Pendidikan Responden
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak sekolah 6 10.9 10.9 10.9
SD 16 29.1 29.1 40.0
SMP 22 40.0 40.0 80.0
SMA 11 20.0 20.0 100.0
Total 55 100.0 100.0
6. Pekerjaan Responden
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Petani 20 36.4 36.4 36.4
Wiraswasta 11 20.0 20.0 56.4
Swasta 9 16.4 16.4 72.7
PNS 3 5.5 5.5 78.2
ibu rumah tangga 9 16.4 16.4 94.5
tidak bekerja 3 5.5 5.5 100.0
Total 55 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
kepatuhan kepatuhan
rendah tinggi Total
mendukung Count 3 35 38
Total Count 18 37 55
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
33.808 1 .000
Association
N of Valid Casesb 55
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.56.
N of Valid Cases 55
Risk Estimate
For cohort kepatuhan minum obat = kepatuhan rendah 11.176 3.721 33.569
For cohort kepatuhan minum obat = kepatuhan tinggi .128 .035 .471
N of Valid Cases 55
DATA TABULASI
KUESIONER PMO