PENDAHULUAN
suatu pembedahan guna melahirkan bayi lewat insisi pada dinding abdomen dan
uterus. (Warsono dkk, 2019). Permintaan ibu hamil untuk melakukan persalinan
waktu. Angka sectio caesarea terus meningkat dari insidensi 3 hingga 4 persen
pada 15 tahun yang lampau, dan terjadi peningkatan 10 hingga 15 persen pada
ibu hamil yang dilakukan tindakan operasi sectio caesarea meningkat 5 kali
tahun 2013, angka ibu melahirkan dengan SC di Indonesia 9,8% dengan proporsi
pembedahan menjadi lebih aman untuk ibu, dan juga jumlah bayi yang cedera
persalinan secara sectio caesarea juga tidak lepas dari perluasan indikasi yang
dilakukan sectio caesarea dan kemajuan dalam teknik operasi dan anesthesia
1
2
swasta jumlahnya lebih tinggi yaitu sekitar 30 – 80% dari total jumlah persalinan.
Kesehatan bahwa persalinan dengan sectio caesarea, setidaknya tidak lebih dari
didapatkan data bahwa jumlah persalinan sectio caesarea adalah 32% dari 100%
Sectio caesarea memiliki efek samping antara lain beberapa hari pertama
pasca persalinan akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat pada daerah insisi,
disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus yang
kadarnya berbeda-beda pada setiap ibu. Nyeri pada klien dengan sectio caesarea
diakibatkan dari rahim yang sering berkontraksi karena masih dalam proses
kembali ke bentuk semula dan juga rasa nyeri yang muncul dari daerah insisi
(Salawati, 2013).
dengan tujuan untuk mengobati nyeri tersebut dengan cara menghilangkan gejala
yang muncul. Pasien masih merasa nyeri dan tidak mampu beradaptasi dengan
nyeri yang dirasakan apabila efek dari analgetik hilang sehingga dibutuhkan terapi
dalam yang merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan (Smeltzer & Bare,
2010). Tujuan relaksasi napas dalam yaitu agar individu dapat mengontrol diri
ketika terjadi rasa ketegangan dan stress yang membuat individu merasa dalam
signifikan teknik relaksasi napas dalam terhadap perubahan tingkat nyeri pasien
post operasi sectio caesarea di RS Unipdu Medika Jombang (P= 0,000). Hasil
penelitian Sefti dan Mulyadi (2019) di Ruang Nifas RSU GMIM Pancaran Kasih
Manado menyatakan ada pengaruh ada pengaruh teknik relaksasi napas dalam dan
guided imagery pada pasien post operasi sectio caesarea di RSU GMIM Pancaran
relaksasi napas dalam intensitas nyeri mengalami penurunan nyeri sebesar 2,14
pada pasien post operasi sectio caesarea hal ini bisa di sebabkan juga oleh terapi
yang telah dilakukan dengan farmakologi jenis analgesik. Menurut penelitian Dita
Dkk (2018). Rata-rata intensitas nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi napas
dalam didapat skor 5. Rata rata intensitas nyeri sesudah dilakukan teknik relaksasi
napas dalam didapat skor 3. Teknik relaksasi napas dalam berpengaruh terhadap
pada Ny. N dengan teknik relaksasi napas dalam di Ruangan Jade RSUD dr.
pada pasien setelah operasi melahirkan di Ruangan Jade RSUD dr. Slamet
maternitas bagi peserta didik khususnya Prodi Profesi Ners Stikes Karsa
Husada Garut. Hasil ini diproses dapat menjadi dasar atau data yang
pada pasien post operasi sectio caesarea, dan bagi perawat Ruangan Jade bisa
relaksasi napas dalam sebagai salah satu intervensi penurunan nyeri pada
TINJAUAN PUSTAKA
kembali normal, selama masa nifas, akan terjadi perubahan baik fisik maupun
psikologis. Menurut Heriyani (2012), Masa nifas adalah masa 6 minggu setelah
kelahiran. Masa nifas dimulai sejak lahirnya plasenta sampai alat reproduksi
Menurut agama Islam batas waktu nifas adalah berhenti keluarnya darah dari
pembedahan pada bagian perut (Nurarif & Kusuma, 2015). Sectio caesarea (SC)
perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Endang Purwoastuti and Siwi Walyani,
2014).
dari ibu yaitu ada riwayat kandungan dan melahirkan yang tidak baik, panggul
6
7
sempit, pada primigravida sering terjadi plasenta previa, solutsio placenta tingkat
Gawat janin, mal presentasi, dan letak embrio, prolapsus tali pusat dengan
karena adanya kendala pada tahapan melahirkan yang menyebabkan bayi lahir
tidak normal. Seperti panggul sempit, plasenta previa, partus lama dan partus tak
bisa menyebabkan penurunan kerja pons, sehingga otot eliminasi tidak berfungsi
konstipasi.
resiko infeksi. Pasien setelah melahirkan atau masa nifas akan mengalami
kemih akibat edema dan memar di uretra diawali distensi kandung kemih,
anggota baru dan menyebabkan masalah gangguan pola tidur. Pada masa nifas
uterus mengalami involusi adekuat dan tidak adekuat, involusi yang tidak adekuat
laktasi oksitosin menyebabkan ejeksi ASI efektif dan tidak efektif, ejeksi ASI
yang efektif dapat memenuhi nutrisi bayi sementara ejeksi ASI yang tidak efektif
Bagan 2.1
Pathway Sectio Caesarea a.i Post Term
1. Infeksi Puerperal
2. Perdarahan
3. Komplikasi-komplikasi
a. Angka kematian pada ibu dan janin lebih tinggi dari pada persalinan normal,
kematian pada ibu dapat terjadi karena pendarahan, infeksi atau sebab - sebab
lain pada janin diakibatkan karena partus yang lama atau gagal drip oksitosin.
b. Dapat mengakibatkan cedera pada ibu atau bayi. Luka pada sectio caesarea
rahim.
kelahiran dengan operasi. Anastesi kaudal dan efidural, diberikan mendekati skala
sebelum sampai 24 jam pasien dilarang untuk menaikan kepala tetapi hanya boleh
menolehkan kepalanya, tindakan ini untuk mencegah supaya tidak terjadi sakit
kepala sehingga intervensi yang dapat diberikan adalah pengkajian tanda – tanda
a. Payudara
horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar
susu berada dijaringan sub kutan. Ada tiga bagian utama payudara, yaitu korpus
(badan), areola, papilla atau puting. Areola mamae letaknya mengelilingi puting
susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan
pigmen pada kulitnya. Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang
normal/umum, pendek atau datar, namun bentuk puting ini tidak begitu
berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting susu dan
12
areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” kedalam mulut bayi.
Pada hari kedua post partum baik normal maupun post section caesarea, keadaan
payudara sama dengan saat hamil, kira-kira hari ketiga payudara menjadi besar,
keras dan nyeri yang menandakan permulaan sekresi air susu dan kalau areola
payudara dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu, ditambah dengan klien
b. Involusi
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira – kira 2 cm
saklaris. Pada saat ini besar uterus kira – kira sama dengan besar uterus
Pada persalinan normal dan post sectio caesaria setelah plasenta lahir
kembali sebelum hamil, tetapi pada post operasi sectio caesaria mungkin
akan terjadi perlambatan akibat dari adanya luka operasi pada uterus.
13
Tabel 2.1
sympisis
(minggu 2)
3) Vulva
Pada pasien post section caessarea juga terdapat lochea. Lochea adalah
eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa
jaringan desidua dan nekrotik dari dalam uterus (Fuzi, 2019). Proses
Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ke empat masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar.
b) Lochea Sanguilenta
c) Lochea Serosa
lekosit dan robekan / laserasi plasenta. Muncul ada hari ke tujuh sampai
d) Lochea Alba
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir, servik dan
serabut jaringan yang mati. Lochea alba biasanya berlangsung selama dua
4) Perineum
Pada pasien post sectio caesarea tidak akan ada perubahan atau perlukaan.
2. Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan, bising usus terdengar samar atau tidak jelas karena
terjadi penurunan peristaltik usus dua sampai tiga hari bisa disebabkan karena
efek dari anastesi, diet cair atau obat-obatan analgetik selama persalinan.
3. Sistem perkemihan
Kateter mungkin terpasang pada pasien post sectio caessarea, urin jernih,
4. Sistem muskuloskeletal
post operasi sectio caessarea selain menjadi kendur juga terdapat luka post
Pada ektremitas atas dan bawah dampak dari anastesi dapat mendepresikan
terjadi kelemahan.
5. Sistem Endokrin
pengeluaran prolaktin pada saat hamil, sedangkan setelah plasenta lahir maka
6. Sistem Kardiovaskuler
kelahiran melalui sectio caessarea kehilangan darah dapat dua kali lipat. Pada
7. Sistem Hematologi
Setelah post partum, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor – faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen
dan plasma akan menurun tetapi darah akan lebih mengental dengan
1. Fase Taking In
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus
mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cendrung menjadi pasif terhadap
fase ini.
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
hati. Pada saat ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupkan
3. Fase Leting Go
ruangan rawat, catat dan ukur tanda-tanda vital, yaitu tekanan darah, nadi,
frekuensi napas, denyut jantung, intake dan output. Pengukuran dan pencatatan
17
tersebut dilakukan sampai beberapa jam setelah bedah, dan dilakukan beberapa
hasil kolaborasi sangat mendukung penyembuhan luka. Pada luka pasca operasi
bisa diberikan antibiotik zalf atau dengan sofratulle, lalu ditutup dengan plester
plastik sekali pakai (disposible), yang salah satunya dikenal dipasaran dengan
nama dagang tegaderm. Plester plastik ini aman jika dibawa mandi, dan diganti
pada hari 7-8 post operasi atau jika ada rembesan darah, luka basah dan gatal.
Secara umum jarang terjadi, tetapi ada juga yang mengalami komplikasi,
seperti luka basah, rembesan darah dan jahitan lepas sehingga luka jadi terbuka:
Keluarkan semua darah, eksudat ataupun nanah yang masih ada di bawah
kulit dengan cara melakukan pemijatan pada daerah sekitar luka sampai
bersih. Kemudian kompres luka dengan kasa lembab, teteskan cairan steril
18
mempertahankan kasa tetap lembab dan untuk menarik cairan bawah kulit
yang tersisa kasa diganti 2x sehari atau jika telah terlihat kotor.
Apabila masih ada cairan darah atau nanah, lakukan perawatan luka sama
jenis antibiotik yang akan digunakan apabila luka telah bersih, luka dapat
dibuka setelah 3 hari, saat biasanya luka telah menutup. Apabila jahitan luka
terbuka sampai ke lapisan fascia, atau hingga menembus rongga perut, maka
pembiusan yang telah dilakukan pada pasien. Pada pasien yang dibius
dengan anastesi spinal, tidak ada aturan khusus mengenai pemberian cairan
dan diet karena pada prinsipnya, pasien dapat segera minum dan makan
sesudah keadaan mereka stabil. Cairan infus selain sebaigai sumber asupan
Pada pasien yang dibius umum, harus dipuasakan sampai bising usus sudah
terdengar. Selama masa puasa itu, jumlah cairan dan asupan kalori harus
makanan biasa tinggi serat. Pemberian diit cair jarang atau tidak diperlukan
karena pada operasi sectio caesarea, tidak ada masalah serius pada saluran
cerna.
5. Penatalaksanaan nyeri
Dalam 24 jam pertama pasca operasi, pasien akan merasa nyeri sehingga
harus diberikan analgetik yang adekuat. Rasa nyeri pada pasien yang
6. Mobilisasi
diikuti dengan istirahat. Pasien yang dibius secara spinal, pada hari
pertama pasien hanya boleh miring kanan dan miring kiri, melipat kaki
duduk. Pada hari kedua, pasien dibolehkan turun dari tempat tidur dan
urin bisa dilepaskan, pada hari ketiga dan keempat pasien dibolehkan
pulang.
20
7. Kateterisasi
nyeri dan gangguan rasa nyaman, karena visika urinaria penuh dapat
pengeluaran urin dapat diukur secara periodik. Pada pasien yang tidak
dipasang kateter tetap dan belum bisa BAK sendiri disarankan untuk
8. Pemberian obat-obatan
generasi kedua dan ketiga. Golongan antibiotik ini aman dan efektif
sebelum makan dan pemberian antasid deon dapat diberikan jika pasien
kembung.
c. Obat pelancar ASI, seperti laktafit, milmor, dapat diberikan beberapa hari
pasien.
meteorismus.
9. Perawatan lanjutan
Pada hari ke-7 atau ke-8 pasien dianjurkan datang untuk kontrol luka.
Jika terjadi perembesan darah, terbukanya perban dan rasa nyeri bisa
10. Konsultasi
(Mochtar R, 2011).
2.2.1 Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Langkah ini merupakan langkah awal dan dasar dari proses keperawatan.
i. Identitas
a) Keluhan Utama
Fokus pada apa yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian. Pada
adanya nyeri pada luka insisi dan rasa sakit kepala akibat anestesi.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang
diderita klien saat ini dan apakah ada keluarga klien yang mempunyai
Haid atau menarche pertama kali pada usia berapa, siklus, lamanya,
persalinan.
Sudah berapa lama pasien menikah, Usia suami dan usia istri saat
alasannya.
atau meninggal.
apakah anak dalam keadaan hidup atau mati, berat badan dan
jumlah diuresis.
25
a) Keadaan Umum
b) Sistem Integumen
Apakah ada luka post operasi pada abdomen klien, bagaimana turgor
f) Sistem Persyarafan
maupum umum.
g) Sistem Endokrin
h) Sistem Pernapasan
simetris kiri dan kanan. Pada pasien dengan anestesi umum biasanya ada
i) Sistem Kardiovaskuler
persalinan post sectio caesarea konjungtiva anemis CRT > dari 2 detik,
≥100.
j) Sistem Pencernaan
Efek anestesi mukosa bibir kering, bising usus tidak ada atau
lemah. Adanya mual atau muntah yang disebabkan iritasi lambung atau
aktivitas usus.
k) Sistem Perkemihan
l) Sistem Reproduksi
(1) Payudara
menandakan permulaan sekresi air susu, dan keluar cairan putih dari
puting susu jika areola payudara dipijat. Pada hari kedua payudara
diganti dengan adanya air susu. Tidak ada hormon yang dihasilkan
(2) Uterus
perlambatan akibat dari adanya luka operasi pada uterus, dan pada
(3) Vulva
m) Sistem Muskuloskeletal
Perut menjadi kendur dan terdapat luka operasi panjang luka baru
a) Pola Nutrisi
(1) Makan
(2) Minum
b) Pola Eliminasi
BAB terganggu, biasanya klien takut untuk BAB karena kondisi klien
Tidur klien kurang dari kebutuhan tubuh karena adanya nyeri pada
luka operasi, Hal ini juga bisa disebabkan oleh cemas yang datang
dari klien.
29
v. Aspek Psikologis
a) Keadaan emosi
b) Tingkat kecemasan
keadaan sekarang.
data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
2019). Analisa data yaitu proses intelektual yang meliputi kegiatan menyelidiki,
penyebab dan dampak serta menentukan masalah atau penyimpangan yang terjadi.
31
Tabel 2.2
Analisa Data
No Data Etiologi Problem
operasi SC
cukup, mengeluh
kemampuan
beraktivitas menurun
Data objektif :
panda/kantung mata
32
hitam
Invasi
Resiko infeksi
bergerak fisik
Data objektif :
- Kekuatan otot
terkordinasi, gerakan
oksitosin
Ketidakefektifan
pemberian ASI
berdaya
Data objektif :
- Tampak gelisah,
tidur
35
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir,
tidur.
2. Gangguan pola tidur b.d adanya trauma pada jaringan ditandai dengan
tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak
Data objektif : tidur kurang dari 6 jam, terdapat mata panda/kantung mata
hitam.
Data objektif : ASI tidak menetes/memancar, adanya nyeri atau lecet terus
Tabel 2.3
Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
(D.077) intervensi Observasi :
keperawatan selama - Identifikasi lokasi,
3x24 jam diharapkan karakteristik, durasi,
tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
menurun - Identifikasi respon nyeri
- Meringis menurun non verbal
- Gelisah menurun - Identifikasi faktor yang
- Kesulitan tidur memperberat dan
menurun memperingan nyeri
- Frekuensi nadi - Monitor efek samping
membaik penggunaan analgetik
- Tekanan darah Terapeutik :
membaik - Berikan teknik
- Pola tidur membaik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
38
meningkatkan
kenyamanan
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
mengkonsumsi
makanan/minuman yang
menganggu tidur
- Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologis lainnya
3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
(D.0142) intervensi Observasi
keperawatan selama - Monitor tanda dan gejala
3x24 jam diharapkan infeksi lokal dan sistemik
tingkat infeksi Terapeutik
menurun dengan - Batasi jumlah pengunjung
kriteria hasil : - Berikan perawatan kulit
- Nyeri menurun pada area edema
- Kemerahan - Cuci tangan sebelum dan
menurun sesudah kontak dengan
- Demam menurun pasien dan lingkungan
- Tidak bengkak pasien
- Pertahankan teknik aspek
pada pasien beresiko
tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
40
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Ajarkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
4 Gangguan Setelah dilakukan Edukasi mobilisasi
mobilitas fisik intervensi Observasi :
(D.0054) keperawatan selama - Identifikasi indikasi dan
3x24 jam diharapkan kontraindikasi mobilisasi
kerusakan mobilitas - Monitor kemajuan
fisik menurun pasien/keluarga dalam
dengan kriteria hasil : melakukan mobilisasi
- Pergerakan Edukasi :
ektremitas - Ajarkan cara
meningkat mengidentifikasi
- Kekuatan otot kemampuan mobilisasi
meningkat - Demonstrasikan cara
- Rentang gerak mobilisasi ditempat tidur
meningkat - Demonstrasikan cara
- Nyeri menurun melatih rentang gerak
- Kecemasan menurun - Demonstrasikan miring
- Kaku sendi menurun kanan miring kiri
- Kelemahan fisik
menurun
5 Defisit Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri
perawatan diri intervensi Observasi :
41
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Dukung ibu meningkatkan
kepercayaan diri dalam
menyusui
Edukasi :
- Berikan konseling
menyusui
- Ajarkan 4 posisi menyusui
dan perlekatan
- Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkompres
dengan kapas yang telah
diberikan minyak kelapa
- Ajarkan perawatan
payudara post partum
Menurun menumbuhkan
43
Verbalisasi kepercayaan
kebingungan - Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan,
Perilaku tegang jika memungkinkan
menurun - Pahami situasi yang
membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi :
- Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
- Latih teknik relaksasi
44
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
berikut :
Tahap 1 : Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
Tahap 2 : Intervensi
interdependen.
Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
Evaluasi formatif yaitu penilaian atau hasil dari tindakan saat ini
Evaluasi sumatif yaitu penilaian atau hasil dari diagnosa secara keseluruhan
- Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,
sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perawat perlu untuk
tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab
dokumentasi keperawatan.
46
Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu
tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh
informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis
yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada
dijelaskan didalam (Sin & Bleques, 2017 dalam novi 2019) menyatakan bahwa
tahap awal dalam menyiapkan peran mereka sebagai registered nurses (RN).
memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan. Selain itu
bisa lebih tepat dan lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya perawatan bisa
bukti-bukti.
untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dalam adalah suatu
tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress
sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap efek dan stress sehingga dapat
meningkatkan toleransi terhadap efek nyeri yang dirasakan yeri yang dirasakan.
Menurut Nurdin dkk (2013), prosedur teknik relaksasi napas dalam adalah
sebagai berikut :
c. Menarik napas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
secara perlahan-lahan.
48
l. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernapas secara dangkal dan cepat.
Catatan : Relaksasi ini harus diulang setiap hari selama minimal 5-10 menit
BAB III
1. TINJAUAN KASUS
NIM : KHGD21091
Ruangan : Jade
3.1.1. Biodata
A. Identitas Pasien :
Nama : Ny. N
Umur : 22 Tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Nama : Tn. I
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
ketuban pecah dini. Sehingga klien dilakukan persalinan secara sectio caesarea di
Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah pada daerah sectio caesarea,
Klien mengeluh nyeri perut bagian bawah luka post SC, nyeri yang dirasakan
ngilu, nyeri dirasakan saat ada pergerakan, nyeri nya seperti di sayat-sayat, skala
nyeri 7 (1-10). Nyeri berkurang saat istirahat terlentang dan setelah minum obat.
Klien tampak berbaring di tempat tidur hanya bisa melakukan mobilisasi ringan
seperti miring kiri miring kanan, karena masih lemas dan kakinya masih sulit
Genogram
Laki- Laki
Perempuan
Pasien
Serumah
Garis Keturunan
52
1. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Menstruasi
Pasien mengalami menarche pada usia 13 tahun, lama 5-6 hari dengan siklus
28 hari. Darah yang dikeluarkan cukup banyak, warna merah, encer bau amis.
Pasien berusia perkawinan selama 2 tahun, dan menikah tahun 2019 ini
c. Riwayat Kontrasepsi
kontrasepsi IUD.
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan
P1 A0
Klien merasa hamil 9 bulan (39-40) minggu, keluhan yang dirasakan saat hamil
yaitu klien mengatakan ada cairan yang keluar atau rembes di vagina sehingga
di rujuk ke RSUD, gerakan anak pertama kali pada usia 4 bulan atau sekitar 16
Tabel 3.1
1 Nutrisi
Makan
Minum
Air putih Air putih
- Jenis minuman
8 gelas 8 gelas
- Frekuensi
±2 liter ±2 liter
- Jumlah
Minuman soda Minuman soda
- Pantangan
Tidak ada Tidak ada
- Keluhan
Malam
Siang
± 1 jam
- Berapa jam
54
3 Eliminasi
BAK
BAB
1x sehari Belum BAB
- Frekuensi
- Jumlah ±500 cc
4 Personal Hygiene
Mandi
Berpakaian
2x sehari 1x sehari
- Frekuensi ganti pakaian
kiri
2. Pemeriksaan Fisik
1. Status Obstretik : P1 A0
x/i
Payudara : Bersih, teraba keras, ariola mamae hitam kecoklatan, papilla mamae
menonjol, nyeri tidak ada, colustrum tidak ada, bayi belum menyusui dengan
ada garis striae, tinggi fundus uteri 2 jari di bawah umbilikus/pusat, konsistensi
uterus keras, posisi uterus keras, posisi uterus diantara umbilikus dan simfisis
abdomen dan tidak berlangsung lama, nyeri tekan ada, kandung kemih kosong
karena terpasang kateter, terdapat luka jahitan/ operasi post SC pada dinding
mengatakan nyeri luka bekas operasi dan tidak nyaman dengan lukanya.
Perineum : Utuh/Episiotomi/Ruptur
Tanda : REEDA
R : Kemerahan : Tidak
E : Bengkak : Tidak
E : Echimosis : Tidak
A : Apporximate : Baik/Tidak
Konsitensi : Cair
Bau : Amis
7. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
Ekstremitas atas simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema, tidak
2. Ekstremitas Bawah
tungkai kaki, tidak ada oedema, tidak ada kemerahan pada tungkai,
8. Eliminasi
1. BAK
Pasien terpasang kateter dengan jumlah cairan 200cc/4 jam warna urin
kuning, nyeri +.
2. BAB
Pola tidur : klien mengatakan malam tidur kurang, sering terbangun, tidur
hanya ±2-3 jam sampai saat ini belum tidur lagi. Klien mengatakan tidak
nyaman dengan kondisinya saat ini. Masalah nyeri lokasi : Abdomen (bekas
Saat pengkajian ibu belum menyusui karena bayi masih di Ruang Perinatologi
1. Pola Kognitif/Persepsi
Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu baik, klien sadarkan
3) Sensori:
e) Kulit / Sentuhan : Normal, turgor kulit pasien elastis, warna kulit putih, kulit
g) Vertigo : Tidak
terdekat
c. Suasana hati
Pasien mengatakan sangat senang dan bahagia karena anaknya sudah lahir
dengan keadaan selamat, sehat dan tidak ada yang kurang dalam fisik anaknya.
Pasien merencanakan merawat sendiri bayinya dan siap menyusui bayi nya
d. Hubungan/komunikasi
1) Bicara
terhadap orang, tempat dan waktu baik, klien dapat mengenali setiap orang
yang datang mengunjunginya dan klien bisa menyebutkan tanggal dan hari
apa sekarang.
60
2) Tempat tinggal: klien selama ini tinggal dirumah orang tuanya beserta
keluarganya
3) Kehidupan keluarga
Adat istiadat yang dianut klien adalah adat sunda dalam pembuatan
komunikasi terjadi dengan baik. Keuangan dalam batas normal karna klien
4) Kesulitan dalam keluarga tidak ada masalah selama ini, hubungan dengan
e. Kebiasaan seksual
Pasien belum bisa menjalankan perannya sebagai istri, pasien belum bisa
hari kedepan.
f. Pertahan Koping
2) Yang disukai tentang diri sendiri: klien merasa bangga sebagai anak yang
3) Yang ingin dirubah dari kehidupan : tidak ada karna menurut klien semua
g. Yang dilakukan klien jika stres adalah mencari pemecahan masalah, berdiskusi
Pasien yakin dan percaya sama Allah SWT dan selalu berdo’a akan
waktu karena pasien dalam masa nifas. Pasien mengikuti nilai-nilai serta
✓ Hematokrit : 36 % ✓ Hematokrit : 30 %
3.1.11. Pengobatan
1. IVFD RL : 20 tetes/menit
5. Metronidazole Inj
Tabel 3.2
Analisa Data
seperti disayat-sayat
62
melakukan gerakan-gerakan
Skala nyeri 7
Nadi : 92 x/i
Suhu : 37 0C Pernapasan : 22
x/i
malam Gangguan
± 4 jam
Insomnia
▪ Klien mengatakan tidak
63
Nadi : 92 x/i
Suhu : 37 0C Pernapasan : 22
x/i
Data Objektif :
hari
64
luka ± 12 cm.
▪ Tanda-Tanda Vital :
TD : 100/80 mmHg
Nadi : 92 x/i
Suhu : 37 0C
Pernapasan : 22 x/i
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan akibat post operasi sectio
Data subjektif :
Data objektif :
▪ Skala nyeri 7
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka operasi ditandai dengan
65
Data subjektif :
Data objektif :
Data Subjek :
Data Objektif :
4x12 cm,
Kulit dipinggir luka tampak berwarna merah muda, luka hari pertama
▪ Tanda-Tanda Vital :
Tabel 3.3
Intervensi Keperawatan
nyeri
Edukasi :
Kolaborasi :
68
Tidur (D.055) selama 3x24 jam diharapkan tingkat pola - Identifikasi pola aktifitas dan tidur
- Keluhan sulit tidur menurun - Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu
- Keluhan tidak puas tidur menurun - Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
- Modifikasi lingkungan
Edukasi
69
nonfarmakologis lainnya
infeksi menurun dengan kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
- Tidak bengkak - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Edukasi
Kolaborasi
Tabel 3.4.
Catatan Perkembangan
P : Lanjutkan intervensi
waktu tidur
76
P : Lanjutkan intervensi
77
EBP)
500mg/100 ml
cukup
waktu tidur
EBP)
500mg/100 ml
cukup
waktu tidur
2. PEMBAHASAN
2021 di Ruang Jade RSUD dr. Slamet Garut tahun 2021. Berikut akan
1. Pengkajian
fisik yang diteori timbul pada kasus. Tidak ada kendala berarti selama
melakukan pengkajian karena semua pihak dapat bekerja sama yang baik dan
saling mendukung satu sama lainnya. Data yang terdapat pada tinjauan teori
penulis. Data keluhan utama yang di temukan di tinjauan teori yaitu nyeri
akut pada operasi Sectio Caesarea sama dengan yang di temukan dengan
84
mengatakan bahwa nyeri pada bagian luka Post Sectio Caesarea, nyeri
dirasakan seperti tersayat sayat, skala nyeri 7, nyeri dirasakan lebih saat
mengatakan bahwa ketidak nyaman dengan kondisinya saat ini, pada saat
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir,
episiotomi)
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir,
episiotomi)
4. Intervensi Keperawatan
keperawatan yang mengacu pada teori yang ada, namun disesuaikan dengan
kasus yang ada dan lebih banyak melihat dari kondisi klien, sarana dan
prasarana serta sumber daya dari tim kesehatan. Rencana keperawatan untuk
Pada teori dan kasus intervensi yang akan dilakukan sebagai berikut :
Manajemen nyeri :
Observasi :
Terapeutik :
meredakan nyeri
Edukasi :
86
Kolaborasi :
Dukungan tidur
- Terapeutik
- Modifikasi lingkungan
Edukasi
tidur
87
3. Resiko Infeksi
Observasi
Terapeutik
lingkungan pasien
Edukasi
Kolaborasi
5. Implementasi Keperawatan
perencanaan serta asuhan keperawatan yang diberikan pada klien difokuskan dan
ini, penulis melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan lain sehingga dapat
yang diberikan untuk tiap diagnosa pada pasien yaitu disesuaikan dengan kondisi
implementasi di fokus pada tindakan relaksasi tarik napas dalam, respon yang
ditunjukkan setelah dilakukan relaksasi tarik napas dalam untuk mengurangi nyeri
6. Evaluasi Keperawatan
telah dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Dari tiga diagnosa
Tabel 3.5
Nama Penulis,
No. Judul Jurnal Populasi dan Sampel Desain Penelitian Data Temuan Penting
Tahun
1 Siti Rochimatul Efektifitas Teknik 9 Pasien Post SC Penelitian Hasil penelitian dapat disimpulkan
Lailiyah, Henny Relaksasi Napas eksperimental quasi bahwa kedua intervensi
Pertiwi (2017) Dalam dan Pijatan dengan pendekatan sama-masa menurunkan skala nyeri.
Effleurage terhadap Randomized pretest- Maka dalam penerapannya di lapangan
penurunan skala post test control dapat dilakukan secara bersama-sama
nyeri pada post group design untuk meningkatkan efek penurunan
sectio caesarea skala nyeri. Dilakukan penelitian selama
7 hari.
2 Dita, Fernalia, Pengaruh teknik 30 Pasien Post SC Kuantitatif dengan Hasil analisis data didapatkan bahwa ada
Rika (2018) relaksasi napas desain pre pengaruh yang bermakna penurunan
dalam terhadap eksperimen tanpa intensitas nyeri (p= 0,004) setelah
intensitas nyeri pada kelompok kontrol dilakukan relaksasi napas dalam.
pasien post operasi Dilakukan 5x dalam 2 hari.
Sectio Caesarea di
Rumah Sakit
Bengkulu
3 Manzahri (2017) Teknik Relaksasi 14 Pasien Post SC Eksperimen dengan Hasil penelitian diperoleh bahwa
Napas Dalam Dapat desain quasi penurunan
Menurunkan experiment dengan intensitas nyeri sebesar 2,14. Uji statistic
Intensitas Nyeri rancangan pre and menunjukan hasil p value = 0,000 pada =
Pada Pasien Post Op post test. 0,05 yang berarti
Section Caesarea bahwa ada Pengaruh teknik relaksasi
91
5. Furry, Maruli, Effectiveness of 52 Respondents Post Quasi-experimental The result of this study showed that the
dkk (2021) Deep Breathing SC study using pre-post combination of deep breath relaxation
Relaxation and design with control techniques and music therapy was more
Music group effective in reducing pain severity in
Therapy as a Pain- post-cesarean section patients (p value
Reducing <0.0001; r -0.857) compared to deep
Intervention in Post- breathing relaxation techniques alone (p
Caesarean Section value <0.0001; r -0.766). time 1 month
Patients
93
4. PEMBAHASAN EBP
a. Karakteristik Studi
Indonesia.
b. Karakteristik Responden
melahirkan dengan cara Sectio Caesarea dengan jumlah yang berbeda dan
BAB IV
4.1 Kesimpulan
perut bagian bawah luka post sc, nyeri yang dirasakan ngilu, nyeri dirasakan
saat ada pergerakan, nyeri nya seperti di sayat-sayat, skala nyeri 7 (1-10).
Nyeri berkurang saat istirahat terlentang dan setelah minum obat. Klien
seperti miring kiri miring kanan, karena masih lemas dan kakinya masih sulit
digerakkan. Terdapat luka pada perut bagian bawah ukuran 10 cm. Keadaan
Data subjektif :
Data objektif :
95
▪ Skala nyeri 7
dengan
Data subjektif :
pusing
Data objektif :
Data Subjek :
Data Objektif :
4x12 cm,
Kulit dipinggir luka tampak berwarna merah muda, luka hari pertama
Tanda-Tanda Vital :
teratasi baik.
4.2 Saran
keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan akan membantu
kedepannya.
menurunkan intenstas nyeri. Dan dapat menjadi acuan bagi perawat dalam
mengembangkan penulisan sejenis dan KIA-N ini dapat dijadikan sebagai dasar
dalam memberikan askep mengurangi rasa nyeri pada pasien post operasi seperti
post operasi sectio caesarea dengan menggunakan tekhnik relaksasi napas dalam.