Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sectio caesarea merupakan salah satu tindakan medis dimana dilakukan

suatu pembedahan guna melahirkan bayi lewat insisi pada dinding abdomen dan

uterus. (Warsono dkk, 2019). Permintaan ibu hamil untuk melakukan persalinan

secara sectio caesarea mengalami kecenderungan peningkatan dari waktu ke

waktu. Angka sectio caesarea terus meningkat dari insidensi 3 hingga 4 persen

pada 15 tahun yang lampau, dan terjadi peningkatan 10 hingga 15 persen pada

waktu sekarang. World Health Organization (WHO) (2013), menyatakan bahwa

ibu hamil yang dilakukan tindakan operasi sectio caesarea meningkat 5 kali

lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil data RISKESDAS

tahun 2013, angka ibu melahirkan dengan SC di Indonesia 9,8% dengan proporsi

tertinggi di DKI Jakarta 19,9% dan terendah di Sulawesi Tenggara 3,3%.

Sedangkan angka persalinan SC di Jawa Barat sekitar 8,7%

Peningkatan tersebut dapat terjadi karena berbagai alasan seperti,

pembedahan menjadi lebih aman untuk ibu, dan juga jumlah bayi yang cedera

akibat partus lama dan pembedahan traumatic vagina menjadi berkurang.

Perhatian terhadap kualitas dan pengembangan intelektual pada bayi telah

memperluas indikasi sectio caesarea. Penyebab meningkatnya angka kejadian

persalinan secara sectio caesarea juga tidak lepas dari perluasan indikasi yang

dilakukan sectio caesarea dan kemajuan dalam teknik operasi dan anesthesia

serta obat obat antibiotika (Warsono dkk, 2019).

1
2

Jumlah pasien sectio caesarea di Indonesia, terutama rumah sakit

pemerintah adalah 20 – 25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit

swasta jumlahnya lebih tinggi yaitu sekitar 30 – 80% dari total jumlah persalinan.

Hasil penelitian ini sangat tinggi di bandingkan dengan anjuran Departemen

Kesehatan bahwa persalinan dengan sectio caesarea, setidaknya tidak lebih dari

20%. Studi pendahuluan yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Cepu

didapatkan data bahwa jumlah persalinan sectio caesarea adalah 32% dari 100%

persalinan yang dilakukan. (Rekam Medis, 2017 dalam Warsono 2019).

Sectio caesarea memiliki efek samping antara lain beberapa hari pertama

pasca persalinan akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat pada daerah insisi,

disebabkan oleh robeknya jaringan pada dinding perut dan dinding uterus yang

kadarnya berbeda-beda pada setiap ibu. Nyeri pada klien dengan sectio caesarea

diakibatkan dari rahim yang sering berkontraksi karena masih dalam proses

kembali ke bentuk semula dan juga rasa nyeri yang muncul dari daerah insisi

operasi. Hampir semua pasien post oprasi sectio caesarea di RS PKU

Muhammadiyah Cepu mengalami nyeri yang berbeda-beda tingkat dan

intensitasnya, management nyeri biasa diberikan dengan farmakologi / analgesik

(Salawati, 2013).

Penanganan nyeri dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi

dengan tujuan untuk mengobati nyeri tersebut dengan cara menghilangkan gejala

yang muncul. Pasien masih merasa nyeri dan tidak mampu beradaptasi dengan

nyeri yang dirasakan apabila efek dari analgetik hilang sehingga dibutuhkan terapi

non-farmakologis (Sujatmiko, 2013). Perawat berperan besar dalam

penanggulangan nyeri non farmakologis yakni melatih teknik relaksasi napas


3

dalam yang merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan (Smeltzer & Bare,

2010). Tujuan relaksasi napas dalam yaitu agar individu dapat mengontrol diri

ketika terjadi rasa ketegangan dan stress yang membuat individu merasa dalam

kondisi yang tidak nyaman menjadi nyaman.

Hasil penelitian Widiattie (2015) menyatakan terdapat pengaruh yang

signifikan teknik relaksasi napas dalam terhadap perubahan tingkat nyeri pasien

post operasi sectio caesarea di RS Unipdu Medika Jombang (P= 0,000). Hasil

penelitian Sefti dan Mulyadi (2019) di Ruang Nifas RSU GMIM Pancaran Kasih

Manado menyatakan ada pengaruh ada pengaruh teknik relaksasi napas dalam dan

guided imagery pada pasien post operasi sectio caesarea di RSU GMIM Pancaran

Kasih Manado. Hasil penelitian Manzahri (2017) menyatakan setelah diberikan

relaksasi napas dalam intensitas nyeri mengalami penurunan nyeri sebesar 2,14

pada pasien post operasi sectio caesarea hal ini bisa di sebabkan juga oleh terapi

yang telah dilakukan dengan farmakologi jenis analgesik. Menurut penelitian Dita

Dkk (2018). Rata-rata intensitas nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi napas

dalam didapat skor 5. Rata rata intensitas nyeri sesudah dilakukan teknik relaksasi

napas dalam didapat skor 3. Teknik relaksasi napas dalam berpengaruh terhadap

intensitas nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea.

1.2. TUJUAN PENULISAN

1.2.1. Tujuan Umum

Mampu menganalisis asuhan keperawatan post sectio caesarea

pada Ny. N dengan teknik relaksasi napas dalam di Ruangan Jade RSUD dr.

Slamet Garut pada tahun 2021.


4

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan dan menganalisa asuhan keperawatan pada Ny.

N dengan teknik relaksasi pada post sectio caesarea.

b. Mampu menganalisis penerapan intervensi teknik relaksasi napas

dalam yang diberikan berdasarkan evidance based practice.

1.3. MANFAAT PENULISAN

1.3.1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Mengenal keperawatan penurunan nyeri dengan relaksasi napas dalam

pada pasien setelah operasi melahirkan di Ruangan Jade RSUD dr. Slamet

Garut. Dan juga sebagai acuan dalam mengembangkan ilmu keperawatan

maternitas bagi peserta didik khususnya Prodi Profesi Ners Stikes Karsa

Husada Garut. Hasil ini diproses dapat menjadi dasar atau data yang

mendukung untuk pengajaran ilmu keperawatan maternitas.

1.3.2. Manfaat Bagi Perawat

Manfaat penulisan bagi penulis dan perawat adalah menambah

wawasan penelitian tentang penurunan nyeri dengan relaksasi napas dalam

pada pasien post operasi sectio caesarea, dan bagi perawat Ruangan Jade bisa

menjadikan acuan dan menerapkan aplikasi tersebut dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien post operasi sectio caesarea.

1.3.3. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan khususnya perawat agar pihak rumah sakit melakukan penerapan

relaksasi napas dalam sebagai salah satu intervensi penurunan nyeri pada

pasien setelah operasi melahirkan.


5

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Metode penyusunan yang digunakan menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data digunakan secara langsung

dan tidak langsung.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP PENYAKIT

2.1.1 Pengertian Sectio Caesarea

Menurut Purwanti (2012), Nifas adalah masa setelah melahirkan

berlangsung selama 6 minggu, sejak lahirnya plasenta sampai alat reproduksi

kembali normal, selama masa nifas, akan terjadi perubahan baik fisik maupun

psikologis. Menurut Heriyani (2012), Masa nifas adalah masa 6 minggu setelah

kelahiran. Masa nifas dimulai sejak lahirnya plasenta sampai alat reproduksi

kembali normal seperti sebelum mengandung yang dialami selama 42 hari.

Menurut agama Islam batas waktu nifas adalah berhenti keluarnya darah dari

kemaluan akibat persalinan.Waktu yang diperlukan seorang perempuan boleh

melakukan ibadah seperti sholat atau membaca Al-Qur’an setelah persalinan

adalah 40 hari setelah persalinan. (Sahroni, 2012).

Sectio caesarea (SC) adalah suatu cara mengeluarkan bayi dengan

pembedahan pada bagian perut (Nurarif & Kusuma, 2015). Sectio caesarea (SC)

adalah proses melahirkan dengan cara pembedahan dimana irisan dilakukan di

perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Endang Purwoastuti and Siwi Walyani,

2014).

2.1.2 Etiologi Sectio Caesarea

1. Indikasi yang berasal dari ibu

Menurut Manuaba (2012), adapun penyebab sectio caesarea yang berasal

dari ibu yaitu ada riwayat kandungan dan melahirkan yang tidak baik, panggul

6
7

sempit, pada primigravida sering terjadi plasenta previa, solutsio placenta tingkat

I-II, komplikasi kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM),

gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).

2. Indikasi yang berasal dari embrio

Gawat janin, mal presentasi, dan letak embrio, prolapsus tali pusat dengan

tidak ada kemajuan pembukaan, kegagalan persalinan vakum atau forceps

ekstraksi (Nurarif & Kusuma, 2015).

2.1.3 Patofisiologi Sectio Caesarea

Kondisi yang menyebabkan perlu adanya tindakan pembedahan persalinan

karena adanya kendala pada tahapan melahirkan yang menyebabkan bayi lahir

tidak normal. Seperti panggul sempit, plasenta previa, partus lama dan partus tak

maju, pre-eklamsi dan lain-lain. Dalam proses pembedahan dilakukan tindakan

pembiusan, pengaruh dari pembiusan tersebut terjadinya penurunan medula

oblongata sehingga terjadinya penurunan reflek batuk terjadilah akumulasi sekret

yang menyebabkan ketidakefektifan bersihan jalan napas, pengaruh lainnya yaitu

bisa menyebabkan penurunan kerja pons, sehingga otot eliminasi tidak berfungsi

secara normal terjadinya penurunan peristaltik usus yang menyebabkan terjadinya

konstipasi.

Selain tindakan pembiusan proses pembedahan dilakukan tindakan

perlukaan terhadap dinding abdomen / luka operasi dimana terputusnya jaringan

yang merangsang area sensorik menyebabkan gangguan rasa nyaman nyeri.

Apabila jaringan terbuka dengan proteksi kurang akan menyebabkan masalah

resiko infeksi. Pasien setelah melahirkan atau masa nifas akan mengalami

ganguan eliminasi yang disebabkan penuruanan sensitivitas dan sensasi kandung


8

kemih akibat edema dan memar di uretra diawali distensi kandung kemih,

kemudian pasien juga mengalami perubahan psikologis karena penambahan

anggota baru dan menyebabkan masalah gangguan pola tidur. Pada masa nifas

hormon estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan sehingga kontraksi

uterus mengalami involusi adekuat dan tidak adekuat, involusi yang tidak adekuat

akan menyebabkan perdarahan, HB turun, suplai O2 menjadi kurang terjadinya

kelemahan sehingga menimbulkan masalah defisit perawatan diri.

Akibat dari perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan tubuh

kekurangan volume cairan dan elektrolit sehingga terjadinya risiko syok

hipovolemik. Penurunan hormon estrogen dan progesteron dapat merangsang

pertumbuhan kelenjar susu dan peningkatan hormon prolaktin yang merangsang

laktasi oksitosin menyebabkan ejeksi ASI efektif dan tidak efektif, ejeksi ASI

yang efektif dapat memenuhi nutrisi bayi sementara ejeksi ASI yang tidak efektif

disebabkan kurangnya informasi, defisiensi pengetahuan tentang perawatan

payudara sehingga payudara menjadi bengkak dan mengakibatkan bayi kurang

mendapatkan ASI menyebabkan masalah ketidakefektifan pemberian ASI.


9

Bagan 2.1
Pathway Sectio Caesarea a.i Post Term

Sumber : Nurarif & Hardhi 2015 dalam Novi, 2019


10

2.1.5 Komplikasi Sectio Caesarea

1. Infeksi Puerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama

beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis.

2. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-

cabang arterus ikut terbuka atau karena atonia uterus.

3. Komplikasi-komplikasi

Seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru, dan sebagainya

sangat jarang terjadi.

4. Suatu komplikasi yang baru

Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan

berikutnya bisa terjadi ruptur uterus.

2.1.6 Resiko Sectio Caesarea

a. Angka kematian pada ibu dan janin lebih tinggi dari pada persalinan normal,

kematian pada ibu dapat terjadi karena pendarahan, infeksi atau sebab - sebab

lain pada janin diakibatkan karena partus yang lama atau gagal drip oksitosin.

b. Dapat mengakibatkan cedera pada ibu atau bayi. Luka pada sectio caesarea

tidak mungkin sempurna penyembuhannya karena mudah terjadi infeksi pada

rahim.

c. Menimbulkan perlengketan pada organ didalam rongga perut.

d. Biaya mahal karena menggunakan obat-obatan.

e. Gangguan pernapasan pada bayi atau bayi kuning.


11

2.1.7 Jenis Anestesia Yang Digunakan

Analgesik obstetric merupakan pengurangan nyeri dalam persalinan.

Anastesi merupakan penghilangan sensasi nyeri yang cukup untuk memungkinkan

kelahiran dengan operasi. Anastesi kaudal dan efidural, diberikan mendekati skala

satu, pasien dimiringkan dengan posisi sim, dokter menganastesi kulit,

menusukkan jarum dan memasukkan obat kedalam hiatus saklaris. Waktu

pemulihan setelah dilakukan anastesi epidural adalah setelah 24 jam sehingga

sebelum sampai 24 jam pasien dilarang untuk menaikan kepala tetapi hanya boleh

menolehkan kepalanya, tindakan ini untuk mencegah supaya tidak terjadi sakit

kepala sehingga intervensi yang dapat diberikan adalah pengkajian tanda – tanda

vital, memberikan bantuan dalam pemenuhan ADL (Fuzi, 2019).

2.1.8 Adaptasi Fisiologis Ibu Post Partum

Menurut Maryunani (2011) pada masa nifas, terjadi perubahan-perubahan

anatomi dan fisiologis pada ibu diantaranya adalah :

1. Perubahan sistem reproduksi

a. Payudara

Payudara, secara vertikal terletak diantara interkostal II dan IV, secara

horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar

susu berada dijaringan sub kutan. Ada tiga bagian utama payudara, yaitu korpus

(badan), areola, papilla atau puting. Areola mamae letaknya mengelilingi puting

susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan

pigmen pada kulitnya. Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang

normal/umum, pendek atau datar, namun bentuk puting ini tidak begitu

berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting susu dan
12

areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” kedalam mulut bayi.

Pada hari kedua post partum baik normal maupun post section caesarea, keadaan

payudara sama dengan saat hamil, kira-kira hari ketiga payudara menjadi besar,

keras dan nyeri yang menandakan permulaan sekresi air susu dan kalau areola

payudara dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu, ditambah dengan klien

belum menetekan sehingga payudara bengkak.

b. Involusi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.

1) Proses involusi uterus

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira – kira 2 cm

di bawah umbilicus dengan bagian pundus bersandar pada promontoriu

saklaris. Pada saat ini besar uterus kira – kira sama dengan besar uterus

sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1.000 gram.

2) Perubahan – perubahan normal pada uterus selama post partus

Pada persalinan normal dan post sectio caesaria setelah plasenta lahir

konsistensi uterus secara berangsur - angsur menjadi kecil sehingga akhirnya

kembali sebelum hamil, tetapi pada post operasi sectio caesaria mungkin

akan terjadi perlambatan akibat dari adanya luka operasi pada uterus.
13

Tabel 2.1

Perubahan Uterus Masa Nifas

Involusi Tinggi Berat Diameter Palpasi


uteri fundus uteri uterus uterus cervik
Plasenta lahir Setinggi pusat 1.000 gr 12,5 cm Lembut/lunak

7 hari Pertengahan 500 gr 7.5 cm 2 cm

(minggu 1) pusat dan

sympisis

14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm

(minggu 2)

6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit

3) Vulva

Pada pasien post section caessarea juga terdapat lochea. Lochea adalah

eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa

jaringan desidua dan nekrotik dari dalam uterus (Fuzi, 2019). Proses

keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan yaitu :

a) Lochea rubra/ merah (kruenta)

Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ke empat masa post

partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar.

b) Lochea Sanguilenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung

hari ke empat dan ke tujuh post partum.


14

c) Lochea Serosa

Lochea serosa berwarna kuning kecoklatan karna mengandung serum,

lekosit dan robekan / laserasi plasenta. Muncul ada hari ke tujuh sampai

hari ke empat belas post partum.

d) Lochea Alba

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir, servik dan

serabut jaringan yang mati. Lochea alba biasanya berlangsung selama dua

sampai enam minggu post partum.

4) Perineum

Pada pasien post sectio caesarea tidak akan ada perubahan atau perlukaan.

2. Sistem pencernaan

Pada sistem pencernaan, bising usus terdengar samar atau tidak jelas karena

terjadi penurunan peristaltik usus dua sampai tiga hari bisa disebabkan karena

efek dari anastesi, diet cair atau obat-obatan analgetik selama persalinan.

3. Sistem perkemihan

Kateter mungkin terpasang pada pasien post sectio caessarea, urin jernih,

pembentukan urin oleh ginjal meningkat sehingga terjadi diuresis.

4. Sistem muskuloskeletal

a) Dinding perut dan peritoneum

Pembesaran uterus dan persendian, tetapi biasanya akan pulih

kembali dalam waktu 6 sampai 8 minggu setelah persalinan. Pada pasien

post operasi sectio caessarea selain menjadi kendur juga terdapat luka post

operasi pada lapisan perut dan peritoneum.


15

b) Ekstremitas atas dan bawah

Pada ektremitas atas dan bawah dampak dari anastesi dapat mendepresikan

saraf pada sistem muskuloskeletal sehingga tonus otot menurun, sehingga

terjadi kelemahan.

5. Sistem Endokrin

Hormon progesteron dan estrogen dihasilkan oleh plasenta yang menghambat

pengeluaran prolaktin pada saat hamil, sedangkan setelah plasenta lahir maka

hormone prolaktin dengan bebas merangsang produksi ASI.

6. Sistem Kardiovaskuler

Pada persalinan pervagina kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc bila

kelahiran melalui sectio caessarea kehilangan darah dapat dua kali lipat. Pada

persalinan sectio cessarea haemokonsentrasi kembali stabil dan kembali

normal setelah 4-6 minggu.

7. Sistem Hematologi

Setelah post partum, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor – faktor

pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen

dan plasma akan menurun tetapi darah akan lebih mengental dengan

peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

2.1.9 Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Menurut Reva Rubin (1963) dalam Anik Maryuni (2011)

1. Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus

perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Kelelahan membuat ibu


16

cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti

mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cendrung menjadi pasif terhadap

lingkungannya, komunikasi yang baik sangat diperlukan pada

fase ini.

2. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase

taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi, selain itu perasaannya sangat

sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-

hati. Pada saat ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupkan

kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam

merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri

3. Fase Leting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk

merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

2.1.10 Perawatan Masa Nifas

Menurut Amru Sofian (2011) dalam Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri,

perawatan pertama yang dilakukan setelah selesai operasi adalah

pembalutan luka (wound dressing) dengan baik. Sebelum pasien dipindahkan ke

ruangan rawat, catat dan ukur tanda-tanda vital, yaitu tekanan darah, nadi,

frekuensi napas, denyut jantung, intake dan output. Pengukuran dan pencatatan
17

tersebut dilakukan sampai beberapa jam setelah bedah, dan dilakukan beberapa

kali sehari pada hari-hari selanjutnya, termasuk pengukuran suhu badan.

1. Tempat perawatan pasca bedah

Setelah selesai operasi, pasien dipindahkan ke kamar perawatan khusus

(ruang pemulihan). Jika setelah pembedahan keadaan pasien gawat, secepatnya

dipindahkan ke perawatan intensif (intensive unit care) untuk perawatan

bersama dengan unit anastesi karena ICU memiliki peralatan untuk

menyelamatkan pasien yang lebih lengkap. Setelah pasien mulai pulih,

pindahkan pasien ke tempat perawatan semula. Observasi tanda-tanda vital

secara continue dan perawatan luka.

2. Perawatan luka insisi

Lakukan perawatan luka dengan prinsip steril dan pemberian antibiotik

hasil kolaborasi sangat mendukung penyembuhan luka. Pada luka pasca operasi

bisa diberikan antibiotik zalf atau dengan sofratulle, lalu ditutup dengan plester

plastik sekali pakai (disposible), yang salah satunya dikenal dipasaran dengan

nama dagang tegaderm. Plester plastik ini aman jika dibawa mandi, dan diganti

pada hari 7-8 post operasi atau jika ada rembesan darah, luka basah dan gatal.

3. Komplikasi luka operasi

Secara umum jarang terjadi, tetapi ada juga yang mengalami komplikasi,

seperti luka basah, rembesan darah dan jahitan lepas sehingga luka jadi terbuka:

a. Luka operasi berdarah, eksudat, atau nanah.

Keluarkan semua darah, eksudat ataupun nanah yang masih ada di bawah

kulit dengan cara melakukan pemijatan pada daerah sekitar luka sampai

bersih. Kemudian kompres luka dengan kasa lembab, teteskan cairan steril
18

dan antibiotik atau dengan menambahkan rivanol tiap 15 menit untuk

mempertahankan kasa tetap lembab dan untuk menarik cairan bawah kulit

yang tersisa kasa diganti 2x sehari atau jika telah terlihat kotor.

b. Luka operasi yang berlubang

Apabila masih ada cairan darah atau nanah, lakukan perawatan luka sama

seperti nomor 1. Pemeriksaan kultur sangat membantu untuk menentukan

jenis antibiotik yang akan digunakan apabila luka telah bersih, luka dapat

dikompres dengan oxoferin® dan ditutup rapat dengan perban. Perban

dibuka setelah 3 hari, saat biasanya luka telah menutup. Apabila jahitan luka

terbuka sampai ke lapisan fascia, atau hingga menembus rongga perut, maka

harus dilakukan penutupan luka (penjahitan) skunder di kamar bedah.

4. Pemberian cairan dalam infus dan diet

Prinsip pemberian cairan dan diet sebenarnya bergantung pada tindakan

pembiusan yang telah dilakukan pada pasien. Pada pasien yang dibius

dengan anastesi spinal, tidak ada aturan khusus mengenai pemberian cairan

dan diet karena pada prinsipnya, pasien dapat segera minum dan makan

sesudah keadaan mereka stabil. Cairan infus selain sebaigai sumber asupan

cairan, sering juga dipergunakan sebagai tempat pemberian antibiotik dan

analgetik sehingga pasien tidak perlu disuntik berulang kali. Apabila

pemberian antibiotik dan analgetik intravena dianggap sudah mencukupi,

infus dapat segera dilepas dan pemberian obat-obatan dilajutkan peroral.

Pada pasien yang dibius umum, harus dipuasakan sampai bising usus sudah

terdengar. Selama masa puasa itu, jumlah cairan dan asupan kalori harus

dihitung. Secara umum, pemberian infus valamin, futrolit, dan cairan


19

sejenisnya cukup memadai. Diet pada awalnya makanan lunak, dilanjutkan

makanan biasa tinggi serat. Pemberian diit cair jarang atau tidak diperlukan

karena pada operasi sectio caesarea, tidak ada masalah serius pada saluran

cerna.

5. Penatalaksanaan nyeri

Dalam 24 jam pertama pasca operasi, pasien akan merasa nyeri sehingga

harus diberikan analgetik yang adekuat. Rasa nyeri pada pasien yang

mendapat bius spinal timbul sejak tungkai bawah digerakkan. Biasanya

dokter anastesi memberikan penghilang rasa sakitnya dalam tetesan infus

dan selanjutnya diberikan diruang rawat. Analgetik yang biasa digunakan

ketorolac inj 3 x 30 mg dan ditambah ketoprofen supositoria jika pasien

masih mengeluh nyeri, jika pasien masih kesakitan ketorolac inj 10 mg

bisa diberikan extra dengan cara intravena

6. Mobilisasi

Pergerakan sangat bermanfaat untuk menghindari emboli dan

trombosis. Mobilisasi terlalu dini juga tidak dianjurkan, mobilisasi

yang disarankan adalah pergerakan secara bertahap dan teratur, serta

diikuti dengan istirahat. Pasien yang dibius secara spinal, pada hari

pertama pasien hanya boleh miring kanan dan miring kiri, melipat kaki

untuk memperlancar aliran darah, setelah 24 jam pasien baru boleh

duduk. Pada hari kedua, pasien dibolehkan turun dari tempat tidur dan

berjalan secara perlahan-lahan dan apabila telah bisa berjalan, kateter

urin bisa dilepaskan, pada hari ketiga dan keempat pasien dibolehkan

pulang.
20

7. Kateterisasi

Pengosongan kandung kemih biasanya dilakukan untuk mencegah

infeksi, iritasi dan pencemaran luka oleh urin dengan pemasangan

kateter. Selain itu pengosongan kandung kemih juga bisa mengurangi

nyeri dan gangguan rasa nyaman, karena visika urinaria penuh dapat

menghalangi involusi uterus, dan menyebabkan perdarahan. Karena

itu, dianjurkan pemasangan kateter selama 1 sampai 2 hari atau lebih,

tergantung dengan kondisi pasien. Dengan terpasangnya kateter

pengeluaran urin dapat diukur secara periodik. Pada pasien yang tidak

dipasang kateter tetap dan belum bisa BAK sendiri disarankan untuk

pemasangan kateterisasi rutin ± 12 jam pasca bedah. Dan dapat diulang

setelah 8 jam sampai pasien bisa BAK sendiri.

8. Pemberian obat-obatan

a. Antibiotik, kemoterapi, anti inflamasi. Antibiotik yang umum digunakan

adalah sebagai berikut.

 Cefadroxil atau ceftriakson, merupakan golongan sefalosporin

generasi kedua dan ketiga. Golongan antibiotik ini aman dan efektif

pasca operasi melahirkan. Untuk hasil yang memuaskan dikombinasi

dengan pemberian metronidazol untuk kuman- kuman anaerob. Efek

sampingnya mual namun jarang sekali terjadi.

 Pada kasus tertentu, pasien masih dapat terinfeksi, yang

ditandai dengan luka yang basah, bernanah, maupun timbulnya demam.

Jika terjadi demikian, dilakukan uji sensitivitas antibiotik pada kultur


21

spesimen nanah (pus) atau kultur darah. Pemberian antibiotik

disesuaikan dengan hasil uji sensitivitas tersebut.

b. Mobilisasi segera dan banyak minum air hangat akan mencegah

pasien kembung. Pemberian metoklopramid 3x10 mg setengah jam

sebelum makan dan pemberian antasid deon dapat diberikan jika pasien

kembung.

c. Obat pelancar ASI, seperti laktafit, milmor, dapat diberikan beberapa hari

sebelum operasi atau segera sesudah operasi/melahirkan.

d. Vitamin C, B kompleks dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan

pasien.

e. Obat-obat pencegah perut kembung. Untuk memperlancar kerja

saluran cerna dan mencegah kembung pada perut, dapat diberikan

obat-obatan melalui suntikan dan per oral, antara lain : primperan,

prostigmin, dan sebagainya. Tindakan dekompresi dilakukan jika adanya

distensi abdomen yang disertai perut kembung dan

meteorismus.

f. Roboransia dan obat antiflamasi atau transfusi darah diberikan

untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum pasien terutama

pada pasien yang anemis.

9. Perawatan lanjutan

Pada hari ke-7 atau ke-8 pasien dianjurkan datang untuk kontrol luka.

Jika terjadi perembesan darah, terbukanya perban dan rasa nyeri bisa

datang kontrol sebelum jadwal yang ditentukan. Perawatan luka

selanjutnya sama seperti penjelasan pada bagian perawatan luka.


22

Pasien diingatkan untuk segera mengikuti program keluarga berencana

segera sesudah masa nifas 42 hari terlewati.

10. Konsultasi

Pada keadaan dan kasus tertentu, selain kerjasama dengan unit

anastesi, kadang kala diperlukan konsultasi dengan departemen lain,

(Mochtar R, 2011).

2.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan bertujuan untuk

mengidentifikasi dan mendapatkan data sesuai kebutuhan dasar manusia dan

memberikan gambaran tentang keadaan klien. Terdiri dari pengumpulan data,

pengelompokan data, dan perumusan diagnosa keperawatan.

a. Pengumpulan Data

Langkah ini merupakan langkah awal dan dasar dari proses keperawatan.

Klien, keluarga, pemeriksaan medis maupun catatan adalah sumber untuk

pengumpulan data dan mengandung unsur Bio-Psiko-Sosial-Spiritual secara

menyeluruh. Data yang dikumpulkan terdiri atas :

i. Identitas

a. Identitas Klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

status marital, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang rawat, no medrek,

diagnosa medis dan alamat.

b. Identitas Penanggung Jawab : Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.

ii. Riwayat Kesehatan


23

a) Keluhan Utama

Fokus pada apa yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian. Pada

klien post partus dengan tindakan sectio caesarea biasanya mengeluh

adanya nyeri pada luka insisi dan rasa sakit kepala akibat anestesi.

b) Riwayat Penyakit Sekarang

Merupakan kondisi pasien dari awal keluhan sampai dirawat di rumah

sakit. Berkaitan dengan keluhan utama yang dijabarkan dengan PQRST

yang meliputi hal-hal yang meringankan dan memberatkan.

c) Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah pada kehamilan sebelumnya klien pernah menderita penyakit

yang sama atau ada faktor predisposisi terhadap kehamilan.

d) Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan yang

diderita klien saat ini dan apakah ada keluarga klien yang mempunyai

penyakit keturunan dan penyakit menular.

e) Riwayat Ginekologi dan Obstetri

(1) Riwayat Ginekologi

(a) Riwayat Menstruasi

Haid atau menarche pertama kali pada usia berapa, siklus, lamanya,

banyaknya darah, keluhan, sifat darah, haid terakhir dan taksiran

persalinan.

(b) Riwayat Perkawinan

Sudah berapa lama pasien menikah, Usia suami dan usia istri saat

menikah, perkawinan yang keberapa.


24

(c) Riwayat Keluarga Berencana

Apakah klien memakai KB, alat kontrasepsi yang digunakan apa,

adakah gangguan yang dirasakan, kapan mulai berhenti dan apa

alasannya.

(2) Riwayat Obstetri

(a) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Meliputi tanggal partus, umur kehamilan, jenis persalinan,

penolong, tempat, kelainan bayi, berat lahir bayi, kelainan masa

nifas, keadaan masa nifas, keadaan anak sekarang apakah sehat

atau meninggal.

(b) Riwayat Kehamilan Sekarang

Apakah klien memeriksakan kehamilannya, berapa kali, dimana,

teratur apa tidak, mendapat imunisasi lengkap atau tidak, keluhan

yang dirasakan saat hamil, diet selama hamil, adakah perdarahan,

berapa berat badan sebelum hamil, selama hamil, sesudah

melahirkan dan penambahan berat badan saat hamil.

(c) Riwayat Persalinan Sekarang

Dengan sectio caesarea jam masuk kamar operasi, lama operasi,

apakah anak dalam keadaan hidup atau mati, berat badan dan

panjang bayi waktu lahir, jenis anastesi yang digunakan, jenis

operasi yang digunakan, berapa perdarahan yang keluar, berapa

jumlah diuresis.
25

iii. Pemeriksaaan Fisik

a) Keadaan Umum

Kesadaran compos mentis atau terjadi penurunan kesadaran yang

diakibatkan efek anestesis, biasanya klien tampak lemah.

b) Sistem Integumen

Apakah ada luka post operasi pada abdomen klien, bagaimana turgor

kulitnya, keadaan, kebersihan dan distribusi rambut. Apakah ada strie

livide gravidarum, linea nigra, cloasma gravidarum, aerola pada puting

susu, turgor kulit menurun

c) Sistem Persepsi dan Sensori

Anastesi tidak memberi pengaruh pada sistem penciuman, penglihatan,

pengecapan, pendengaran dan peraba.

f) Sistem Persyarafan

Tidak terjadi penurunan kesadaran baik pada anestesi spinal

maupum umum.

g) Sistem Endokrin

Tidak adanya peningkatan kelenjar getah bening dan tiroid.

h) Sistem Pernapasan

Jika terjadi nyeri frekuensi napas cendrung meningkat lebih dari

24x/menit, jalan napas bersih, irama napas vesikuler, gerakan dada

simetris kiri dan kanan. Pada pasien dengan anestesi umum biasanya ada

keluhan batuk tapi tidak semua.


26

i) Sistem Kardiovaskuler

Apakah ada peningkatan vena jugularis, jika ada pendarahan saat

persalinan post sectio caesarea konjungtiva anemis CRT > dari 2 detik,

tetapi jika pendarahan hebat disertai dengan penurunan hemoglobin yang

tajam, terjadinya penurunan kapilaritas akibat gangguan perpusi pada

perifer, jika disertai dengan riwayat pre-eklamsi berat

tekanan darah jadi meningkat dengan sistol ≥140 dan diastolik

≥100.

j) Sistem Pencernaan

Efek anestesi mukosa bibir kering, bising usus tidak ada atau

lemah. Adanya mual atau muntah yang disebabkan iritasi lambung atau

efek sentral dari anastesi, sehingga menimbulkan nyeri tekan

di efigastrium dan terjadinya konstipasi karena terhambatnya

aktivitas usus.

k) Sistem Perkemihan

Terjadinya penurunan laju filtrasi glomerulus yang disebabkan

vasokontriksi pada pembuluh darah ginjal dan mengakibat menurunya

produksi urine. Jika masih terpasang kateter pantau/observasi bagaimana

produksi dan warna urine.

l) Sistem Reproduksi

(1) Payudara

Keadaan payudara setelah melahirkan baik normal maupun

operasi, sama dengan saat hamil, terjadi perubahan pada hari


27

ketiga setelah melahirkan terutama pada ibu yang belum menyusui

bayinya maka payudara menjadi besar, keras dan nyeri yang

menandakan permulaan sekresi air susu, dan keluar cairan putih dari

puting susu jika areola payudara dipijat. Pada hari kedua payudara

dapat menghasilkan colostrum sedangkan pada hari ketiga colostrum

diganti dengan adanya air susu. Tidak ada hormon yang dihasilkan

placenta, kelenjar pitulitari mengeluarkan prolaktin sebagai efeknya

adalah pembuluh darah pada payudara menjadi bengkak berisi darah,

menyebabkan hangat, bengkak dan rasa sakit, sel-sel penghasil susu

berfungsi dibuktikan dengan keluarnya air susu.

(2) Uterus

Pada persalinan dengan operasi pengecilan uterus mengalami

perlambatan akibat dari adanya luka operasi pada uterus, dan pada

persalinan normal konsistensi uterus akan mengecil secara perlahan-

lahan (involusi) sampai kembali normal seperti sebelum hamil.

Penurunan TFU menjadi 1 jari dibawah pusat

(3) Vulva

Lochea merupakan eksresi cairan rahim selama masa nifas

mengandung darah dan sisa jaringan desidua dan nekrotik dari

dalam uterus (Fuzi, 2019). Adanya lochea nigra.

m) Sistem Muskuloskeletal

(1) Peritoneum atau dinding perut

Perut menjadi kendur dan terdapat luka operasi panjang luka baru

bisa dilihat pada hari ketiga


28

(2) Ekstremitas bawah dan atas

Umumnya terjadi kelemahan sebagai dampak anestesi yang

mendefresikan sistem saraf pada musculoskeletal sehingga

terjadinya penurunan tonus otot, kurangnya mobilitas fisik

dapat menyebabkan terjadinya tromboplebitis.

iv. Pola Aktivitas

a) Pola Nutrisi

(1) Makan

Adanya perasaan mual akibat pengaruh dari anestesi tetapi

dapat hilang dengan sendirinya.

(2) Minum

Dianjurkan banyak minum air putih minimal 1 gelas perjam.

b) Pola Eliminasi

Pemenuhan eliminasi BAK pada pasien operasi melahirkan tidak

terganggu. Hari ke 2 kateter masih terpasang. Pemenuhan eliminasi

BAB terganggu, biasanya klien takut untuk BAB karena kondisi klien

yang lemah dan sakit pada derah abdomen.

c) Pola Istirahat Tidur

Tidur klien kurang dari kebutuhan tubuh karena adanya nyeri pada

luka operasi, Hal ini juga bisa disebabkan oleh cemas yang datang

dari klien.
29

d) Pola Personal Hygine

Pemenuhan personal hygiene terganggu seperti mandi, cuci rambut,

gosok gigi, gunting kuku. Karena adanya luka operasi pada

abdomen ditambah kondisi klien yang lemah.

v. Aspek Psikologis

a) Keadaan emosi

Emosi pada pasien setelah operasi melahirkan tidak stabil sehubungan

dengan hospitalisasi. Klien membutuhkan pendamping atau bantuan

dalam memenuhi ADL nya, klien juga menjadi depresi, mudah

menangis karena klien mengalami nyeri pada luka operasi, nyeri

payudara jika klien tidak menyusui.

b) Tingkat kecemasan

Cemas meningkat ditandai dengan menurunya wawasan persepsi

diri terhadap lingkungan.

vi. Aspek Sosial

a. Klien dapat bersosialisasi dengan keluarga, tim kesehatan dan

lingkungan sekitarnya baik.

b. Apakah klien ikut aktif dalam suatu kegiatan organisasi

masyarakat atau tidak.

c. Bagaiman dukungan keluarga terhadap kesembuhan.

vii. Aspek Seksual

 Apakah klien merasakan akan lebih harmonis atas kehadiran anak.


30

 Apakah klien merasa lebih diperhatikan oleh suami dengan

keadaan sekarang.

 Apakah klien merasa perannya sebagai isteri dan ibu lebih

meningkat atau menurun.

viii. Pemeriksaan Laboratorium

Hemoglobin terjadi penurunan (< 10 gr % kalau terjadi pendarahan)

2.3.2 Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan

data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat

kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien (Fuzi,

2019). Analisa data yaitu proses intelektual yang meliputi kegiatan menyelidiki,

mengklasifikasi dan mengelompokan data. Kemudian mencari kemungkinan

penyebab dan dampak serta menentukan masalah atau penyimpangan yang terjadi.
31

Tabel 2.2
Analisa Data
No Data Etiologi Problem

1 Data subjektif : Sectio caesarea Nyeri akut

- Mengeluh nyeri Pasca operatif

Data objektif : Trauma jaringan

- Tampak meringis, Dikontinuitas jaringan

gelisah, frekuensi nadi Nyeri akut

meningkat, sulit tidur

- Tampak luka post

operasi SC

2 Data subjektif : Sectio caesarea Gangguan pola

- Mengeluh sulit tidur, Pasca operatif tidur

mengeluh sering Trauma jaringan

terjaga, mengeluh tidak Dikontinuitas jaringan

puas tidur, mengeluh Nyeri akut

pola tidur berubah, Gangguan pola tidur

mengeluh istirahat tidak

cukup, mengeluh

kemampuan

beraktivitas menurun

Data objektif :

- Tidur kurang dari 6

jam, terdapat mata

panda/kantung mata
32

hitam

3 Data objektif : Sectio caesarea Resiko infeksi

- Terdapat faktor resiko Pasca operatif

infeksi yang muncul Luka bekas insisi

Invasi

Resiko infeksi

4 Data subjektif : Sectio caesarea Gangguan

- Mengeluh sulit Pasca operatif mobilitas fisik

menggerakkan Trauma jaringan

ekstremitas, nyeri saat Dikontinuitas jaringan

bergerak, enggan Nyeri akut

melakukan pergerakan, Kelemahan fisik

merasa cemas saat Gangguan mobilitas

bergerak fisik

Data objektif :

- Kekuatan otot

menurun, rentang gerak

(ROM) menurun, sendi

kaku, gerakan tidak

terkordinasi, gerakan

terbatas, fisik lemah

5 Data subjektif : Sectio caesarea Defisit

- Menolak melakukan Pasca operatif perawatan diri

perawatan diri Trauma jaringan


33

Data objektif : Dikontinuitas jaringan

- Tidak mampu Nyeri akut

mandi/mengenakan Kelemahan fisik

pakaian/makan/ke Kerusakan mobilitas

toilet/berhias mandiri fisik

- Minat melakukan Defisit perawatan diri

perawatan diri kurang

6 Data subjektif : Sectio caesarea Menyusui tidak

- Kelelahan maternal, Post partum efektif

kecemasan maternal Adaptasi psikologis

Data objektif : Taking in, taking hold,

- ASI tidak letting go

menetes/memancar, Penerimaan peran baru

adanya nyeri atau lecet Perubahan peran

terus menerus setelah Ansietas

minggu kedua Menghambat sekresi

oksitosin

Produksi ASI sedikit

Ketidakefektifan

pemberian ASI

7 Data subjektif : Sectio caesarea Ansietas

- Merasa bingung, Post partum

merasa khawatir Adaptasi psikologis

dengan akibat dari Taking in, taking hold,


34

kondisi yang dihadapi, letting go

sulit berkonsentrasi, Penerimaan peran baru

mengeluh pusing, Perubahan peran

anoreksia, merasa tidak Ansietas

berdaya

Data objektif :

- Tampak gelisah,

tampak tegang, sulit

tidur
35

2.3.3 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir,

episiotomi) ditandai dengan

Data subjektif : mengeluh nyeri

Data objektif : tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit

tidur.

2. Gangguan pola tidur b.d adanya trauma pada jaringan ditandai dengan

Data subjektif : mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh

tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak

cukup, mengeluh kemampuan beraktivitas menurun.

Data objektif : tidur kurang dari 6 jam, terdapat mata panda/kantung mata

hitam.

3. Resiko infeksi d.d luka bekas insisi pembedahan

Data objektif : Terdapat faktor resiko infeksi yang muncul.

4. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan fisik ditandai dengan

Data subjektif : mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, nyeri saat

bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak

Data objektif : kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun,

sendi kaku, gerakan tidak terkordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah

5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik ditandai dengan

Data subjektif : Menolak melakukan perawatan diri

Data objektif : Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke

toilet/berhias mandiri dan minat melakukan perawatan diri kurang

6. Menyusui tidak efektif b.d sekresi oksitosin menurun ditandai dengan


36

Data subjektif : kelelahan maternal, kecemasan maternal.

Data objektif : ASI tidak menetes/memancar, adanya nyeri atau lecet terus

menerus setelah minggu kedua.

7. Ansietas b.d adaptasi psikologis ditandai dengan

Data subjektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari

kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, mengeluh pusing, anoreksia,

merasa tidak berdaya.

Data objektif : tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.


37

2.3.4. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.3
Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
(D.077) intervensi Observasi :
keperawatan selama - Identifikasi lokasi,
3x24 jam diharapkan karakteristik, durasi,
tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
menurun - Identifikasi respon nyeri
- Meringis menurun non verbal
- Gelisah menurun - Identifikasi faktor yang
- Kesulitan tidur memperberat dan
menurun memperingan nyeri
- Frekuensi nadi - Monitor efek samping
membaik penggunaan analgetik
- Tekanan darah Terapeutik :
membaik - Berikan teknik
- Pola tidur membaik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
38

periode dan pemicu nyeri


- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Gangguan Pola Setelah dilakukan - Dukungan tidur
Tidur (D.055) intervensi - Identifikasi pola aktifitas
keperawatan selama dan tidur
3x24 jam diharapkan - Identifikasi faktor
tingkat pola tidur pengganggu tidur
membaik dengan - Identifikasi makanan dan
kriteria hasil : minuman yang
- Keluhan sulit tidur mengganggu tidur
menurun - Identifikasi obat tidur
- Keluhan sering yang dikonsumsi
terjaga menurun - Terapeutik
- Keluhan tidak puas - Modifikasi lingkungan
tidur menurun - Batasi waktu tidur siang,
- Keluhan pola tidur jika perlu
berubah menurun - Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Terapkan jadwal tidur
rutin
- Lakukan prosedur untuk
39

meningkatkan
kenyamanan

Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari
mengkonsumsi
makanan/minuman yang
menganggu tidur
- Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologis lainnya
3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
(D.0142) intervensi Observasi
keperawatan selama - Monitor tanda dan gejala
3x24 jam diharapkan infeksi lokal dan sistemik
tingkat infeksi Terapeutik
menurun dengan - Batasi jumlah pengunjung
kriteria hasil : - Berikan perawatan kulit
- Nyeri menurun pada area edema
- Kemerahan - Cuci tangan sebelum dan
menurun sesudah kontak dengan
- Demam menurun pasien dan lingkungan
- Tidak bengkak pasien
- Pertahankan teknik aspek
pada pasien beresiko
tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
40

infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Ajarkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
4 Gangguan Setelah dilakukan Edukasi mobilisasi
mobilitas fisik intervensi Observasi :
(D.0054) keperawatan selama - Identifikasi indikasi dan
3x24 jam diharapkan kontraindikasi mobilisasi
kerusakan mobilitas - Monitor kemajuan
fisik menurun pasien/keluarga dalam
dengan kriteria hasil : melakukan mobilisasi
- Pergerakan Edukasi :
ektremitas - Ajarkan cara
meningkat mengidentifikasi
- Kekuatan otot kemampuan mobilisasi
meningkat - Demonstrasikan cara
- Rentang gerak mobilisasi ditempat tidur
meningkat - Demonstrasikan cara
- Nyeri menurun melatih rentang gerak
- Kecemasan menurun - Demonstrasikan miring
- Kaku sendi menurun kanan miring kiri
- Kelemahan fisik
menurun
5 Defisit Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri
perawatan diri intervensi Observasi :
41

(D.0109) keperawatan selama - Identifikasi kebiasaan


3x24 jam diharapkan aktivitas perawatan diri
perawatan diri sesuai usia
meningkat dengan - Monitor tingkat
krteria hasil : kemandirian
- Kemampuan mandi - Identifikasi kebutuhan alat
meningkat bantu kebersihan diri
- Kemampuan Terapeutik :
mengenakan - Siapkan keperluan pribadi
pakaian meningkat mis : parfum, sikat gigi dll
- Kemampuan - Sediakan lingkungan yang
toileting meningkat terapeutik mis : suasana
- Mempertahankan hangat, rileks dll
kebersihan diri - Dampingi dalam
meningkat melakukan perawatan diri
- Mempertahankan - Fasilitasi untuk menerima
kebersihan mulut keadaan ketergantungan
meningkat Edukasi :
- Ajarkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
6 Menyusui tidak Setelah dilakukan Edukasi Menyusui :
efektif intervensi Observasi :
(D.0028) keperawatan selama - Identifikasi kesiapan dan
3x24 jam diharapkan kemampuan menerima
pemberian ASI efektif informasi
- Identifikasi tujuan dan
keinginan menyusui
Terapeutik :
- Sediakan materi dan
media penkes
42

- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Dukung ibu meningkatkan
kepercayaan diri dalam
menyusui
Edukasi :
- Berikan konseling
menyusui
- Ajarkan 4 posisi menyusui
dan perlekatan
- Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkompres
dengan kapas yang telah
diberikan minyak kelapa
- Ajarkan perawatan
payudara post partum

7 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas


Observasi :
(D.0080) intervensi
- Identifikasi saat tingkat
keperawatan selama
ansietas berubah
3x24 jam diharapkan
- Identifikasi kemampuan
Tingkat ansietas
mengambil keputusan
menurun dengan
- Monitor tanda-tanda
kriteria hasil :
ansietas
 Konsentrasi
Terapeutik:
menurun
 Pola tidur menurun - Ciptakan suasana

 Prilaku gelisah teraupetik untuk

Menurun menumbuhkan
43

 Verbalisasi kepercayaan
kebingungan - Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan,
 Perilaku tegang jika memungkinkan
menurun - Pahami situasi yang
membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan

Edukasi :
- Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
- Latih teknik relaksasi
44

2.3.5. Implementasi Keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan

disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai

tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik

dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah

kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai

berikut :

Tahap 1 : Persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang

diindentifikasi pada tahap perencanaan.

Tahap 2 : Intervensi

Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan

tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.

Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen, dan

interdependen.

Tahap 3 : Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan

akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

2.3.6. Evaluasi Keperawatan

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan

jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.

Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara


45

tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

Jenis evaluasi ada 2 yaitu :

 Evaluasi formatif yaitu penilaian atau hasil dari tindakan saat ini

 Evaluasi sumatif yaitu penilaian atau hasil dari diagnosa secara keseluruhan

Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut

 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria/ rencana yang telah disusun.

 Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah di

rumuskan dalam rencana evaluasi.

Hasil evaluasi terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

- Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai

dengan kriteria yang telah di tetapkan.

- Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,

sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.

- Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan

sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perawat perlu untuk

mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,

tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab

tidak tercapainya tujuan. Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses

keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada 13 pasien,

seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar dalam

dokumentasi keperawatan.
46

2.3. KONSEP EVIDANCE BASE PRACTICE (EBP)

2.3.1. Pengertian EBP

Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu

tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh

informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis

yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada

pasien. Pentingnya evidence based practice dalam kurikulum undergraduate juga

dijelaskan didalam (Sin & Bleques, 2017 dalam novi 2019) menyatakan bahwa

pembelajaran evidence based practice pada undergraduate student merupakan

tahap awal dalam menyiapkan peran mereka sebagai registered nurses (RN).

2.3.2. Tujuan EBP

Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice di dalam

praktek keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan dan

memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan. Selain itu

juga, dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat kesembuhan pasien

bisa lebih tepat dan lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya perawatan bisa

ditekan (Madarshahian et al., 2012 dalam nofi 2019).

2.3.3. Langkah dalam Pembuatan EBP

a) Menumbuhkan semangat menyelidiki

b) Menanyakan pertanyaan klinik dengan menggunakan PICO/PICOT format

c) Mencari dan mengumpulkan bukti-bukti (artikel penelitian) yang paling

relevan dengan PICOT/PICOT

d) Melakukan penilian critis terhadap bukti-bukti (artikel penelitian)


47

e) Mengintegrasikan bukti-bukti (artikel penelitian) terbaik dengan salah satu

ahli di klinik serta memperhatikan keinginan dan manfaatnya bagi pasien

dalam membuat keputusan atau perubahan

f) Mengevaluasi outcome dari perubahan yang telah diputuskan berdasarkan

bukti-bukti.

g) Menyebarluaskan hasil dari EBP

2.3.4. Definisi Tarik Napas Dalam

Menurut Andarmoyo (2013) relaksasi napas dalam adalah suatu tindakan

untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dalam adalah suatu

tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stress

sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap efek dan stress sehingga dapat

meningkatkan toleransi terhadap efek nyeri yang dirasakan yeri yang dirasakan.

2.3.5. Prosedur Tarik Napas Dalam

Menurut Nurdin dkk (2013), prosedur teknik relaksasi napas dalam adalah

sebagai berikut :

a. Ciptakan lingkungan yang tenang

b. Usahakan tetap rileks dan tenang.

c. Menarik napas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara

melalui hitungan 1,2,3

d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan

ekstrimitas atas dan bawah rileks

e. Anjurkan bernapas dengan irama normal 3

f. Menarik napas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut

secara perlahan-lahan.
48

g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

h. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam

i. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

j. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang

k. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

l. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernapas secara dangkal dan cepat.

Catatan : Relaksasi ini harus diulang setiap hari selama minimal 5-10 menit

Sumber : P2PTM Kemenkes RI


49

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

1. TINJAUAN KASUS

Nama Mahasiswa : Hasan Rizal

NIM : KHGD21091

Tanggal Pengkajian : 21-12-2021

Ruangan : Jade

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

3.1.1. Biodata

A. Identitas Pasien :

Nama : Ny. N

Umur : 22 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Tarogong Kidul

Agama : Islam

Suku : Sunda

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No. Register : 01297623

Diagnosa medis post op : P1 A0 Partus Maturus SC Indikasi Gawat Janin + IUD

Tanggal Persalinan : 20-12-2021

Tanggal Masuk : 20-12-2021

Tanggal Pengkajian : 21-12-2021


50

B. Identitas Penanggung Jawab :

Nama : Tn. I

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Buruh

3.1.2. Alasan Masuk RS

Klien dirujuk oleh bidan Puskesmas karena klien awalnya mengalami

ketuban pecah dini. Sehingga klien dilakukan persalinan secara sectio caesarea di

RSUD dr. Slamet Garut.

3.1.3. Keluhan Utama Saat Dikaji

Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah pada daerah sectio caesarea,

sedikit ngilu saat bergerak, dan lemas pusing.

3.1.4. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan ini merupakan pertama kalinya melahirkan secara SC.

Klien mengeluh nyeri perut bagian bawah luka post SC, nyeri yang dirasakan

ngilu, nyeri dirasakan saat ada pergerakan, nyeri nya seperti di sayat-sayat, skala

nyeri 7 (1-10). Nyeri berkurang saat istirahat terlentang dan setelah minum obat.

Klien tampak berbaring di tempat tidur hanya bisa melakukan mobilisasi ringan

seperti miring kiri miring kanan, karena masih lemas dan kakinya masih sulit

digerakkan. Terdapat luka pada perut bagian bawah ukuran 10 cm.


51

3.1.5. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan melakukan imunisasi TT pada saat sebelum dan setelah

menikah, klien tidak mempunyai alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.

Dan klien tidak mempunyai riwayat penyakit apapun sebelum hamil.

3.1.6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan anggota keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit

menular, jiwa, kronik, dll.

Genogram

Laki- Laki

Perempuan

Pasien

Serumah

Garis Keturunan
52

3.1.7. Riwayat Obstetri Ginekologi

1. Riwayat Ginekologi

a. Riwayat Menstruasi

Pasien mengalami menarche pada usia 13 tahun, lama 5-6 hari dengan siklus

28 hari. Darah yang dikeluarkan cukup banyak, warna merah, encer bau amis.

Haid pertama haid terakhir 12-3-2021. Taksiran persalinan 20-12-2021.

b. Riwayat Perkawinan (Suami-Istri)

Pasien berusia perkawinan selama 2 tahun, dan menikah tahun 2019 ini

merupakan pernikahan pertama bagi klien dan suaminya.

c. Riwayat Kontrasepsi

Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun, pasien berencana

mempunyai anak 3. Dan klien mempunyai rencana untuk melakukan

kontrasepsi IUD.

2. Riwayat Obstetri

a. Riwayat Kehamilan

P1 A0

b. Riwayat Kehamilan Sekarang

Klien merasa hamil 9 bulan (39-40) minggu, keluhan yang dirasakan saat hamil

yaitu klien mengatakan ada cairan yang keluar atau rembes di vagina sehingga

di rujuk ke RSUD, gerakan anak pertama kali pada usia 4 bulan atau sekitar 16

minggu. Klien melakukan imunisasi 2x, penambahan BB saat hamil yaitu

sekitar 15 kg. Pemeriksaan kehamilan dilakukan secara teratur di posyandu

ataupun di bidan praktek mandiri dekat rumah.


53

3.1.8. Data Biologis

1. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Tabel 3.1

No ADL Sebelum Operasi Sesudah Operasi

1 Nutrisi

Makan

- Jenis menu Nasi dan lauk pauk Bubur

- Frekuensi 3x1 3x1

- Porsi 1 porsi 1 porsi

- Pantangan Makanan pedas dll Makanan pedas dll

- Keluhan Tidak ada Tidak ada

Minum
Air putih Air putih
- Jenis minuman
8 gelas 8 gelas
- Frekuensi
±2 liter ±2 liter
- Jumlah
Minuman soda Minuman soda
- Pantangan
Tidak ada Tidak ada
- Keluhan

2 Istirahat dan Tidur

Malam

- Berapa jam ± 8 jam ±2-3 jam

- Dari jam ...s.d jam ... 21.00 - 04.30 02.00 - 05.00

- Kesukaran tidur Tidak Iya

Siang
± 1 jam
- Berapa jam
54

- Dari jam ...s.d jam ... 13.00-14.00

- Kesukaran tidur Tidak

3 Eliminasi

BAK

- Frekuensi 5-6 x/hari Terpasang DC

- Jumlah ±1000 cc ±1000 cc

- Warna Kuning jernih Kuning urin

- Bau Pesing khas urin Pesing khas urin

- Kesulitan Tidak ada

BAB
1x sehari Belum BAB
- Frekuensi

- Jumlah ±500 cc

- Warna Kuning khas feces

- Bau Khas feces

- Kesulitan Tidak ada

4 Personal Hygiene

Mandi

- Frekuensi 2x1 sehari Belum Mandi

- Menggunakan sabun Ya sabun cair Tidak

- Frekuensi gosok gigi 3x sehari 1x sehari

- Gangguan Tidak ada Dibantu keluarga

Berpakaian
2x sehari 1x sehari
- Frekuensi ganti pakaian

5 Mobilitas dan Aktivitas


55

- Aktivitas yang dilakukan Jalan jalan pagi/sore Klien hanya bisa

- Kesulitan Tidak ada miring kanan dan

kiri

2. Pemeriksaan Fisik

1. Status Obstretik : P1 A0

2. Keadaan Umum : Baik, kesadaran : CM BB/TB : 65Kg/155 CM

3. Tanda vital : TD : 100/80 mmHg, Nadi : 92 x/i Suhu : 37 0C Pernapasan : 22

x/i

4. Kepala, leher : Normal

Mata : Simetris kiri dan kanan, anemis (-), secret (-)

Hidung : Normal tidak ada secret (-)

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

Masalah khusus : Tidak ada

5. Dada Jantung : Tidak ada lesi, kardiomegali tidak ada

Paru : Vesikuler, Mengi(-/-), Wheezing (-/-).

Payudara : Bersih, teraba keras, ariola mamae hitam kecoklatan, papilla mamae

menonjol, nyeri tidak ada, colustrum tidak ada, bayi belum menyusui dengan

ibunya karena masih di Perinatologi (PRT).

Masalah Khusus : Tidak Ada

Abdomen dinding abdomen kendor (diastesis rektus abdominalis) dan lunak,

ada garis striae, tinggi fundus uteri 2 jari di bawah umbilikus/pusat, konsistensi

uterus keras, posisi uterus keras, posisi uterus diantara umbilikus dan simfisis

(dibawah pusat), saat uterus berkontraksi di rasakan seperti kram/mules pada


56

abdomen dan tidak berlangsung lama, nyeri tekan ada, kandung kemih kosong

karena terpasang kateter, terdapat luka jahitan/ operasi post SC pada dinding

/kulit abdomen, panjang ± 12 cm dengan jenis insisi horizontal, kondisi luka

ditutup perban dengan menggunakan kasa steril ukuran ± 4 x 12 cm, pasien

mengatakan nyeri luka bekas operasi dan tidak nyaman dengan lukanya.

Masalah Khusus : Nyeri Akut

6. Perineum dan Genetalia

Edema : Tidak, ada memar : tidak, ada hematom : Tidak ada

Perineum : Utuh/Episiotomi/Ruptur

Tanda : REEDA

R : Kemerahan : Tidak

E : Bengkak : Tidak

E : Echimosis : Tidak

D : Discharge : Tidak Ada

A : Apporximate : Baik/Tidak

Kebersihan : Bersih, tampak terdapat darah bekas sisa-sisa post op sectio

secarea post partum hari ke 2

Lokia : Jumlah ± 50 cc, ganti pembalut 4-6 x sehari

Jenis lochea : jenis lochea rubra

Konsitensi : Cair

Bau : Amis

Masalah khusus : tidak ada


57

7. Ekstremitas

1. Ekstremitas atas

Ekstremitas atas simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema, tidak

ada varises, rentang gerak agak terbatas karena terpasang infus RL

20 tetes/menit di ekstremitas atas bagian kiri.

2. Ekstremitas Bawah

Ekstremitas bawah simetris kiri dan kanan, tidak ada varises di

tungkai kaki, tidak ada oedema, tidak ada kemerahan pada tungkai,

pasien mengatakan belum mampu menggerakkan kedua

kakinya akibat efek dari obat spinal.

Masalah khusus : Tidak ada

8. Eliminasi

1. BAK

Pasien terpasang kateter dengan jumlah cairan 200cc/4 jam warna urin

kuning, nyeri +.

2. BAB

Saat dilakukan pengkajian pasien belum BAB .

Masalah Khusus : Nyeri Post terpasang cateter

9. Pemeriksaan Fungsi Reflek

a. Bisep : kanan ( + ) kiri ( + )

b. Trisep : kanan ( + ) kiri ( + )

c. Patella : kanan ( + ) kiri ( + )

d. Achiless : kanan ( + ) kiri ( + )


58

e. Babinski : kanan ( + ) kiri ( + )

10. Istirahat dan Kenyamanan

Pola tidur : klien mengatakan malam tidur kurang, sering terbangun, tidur

hanya ±2-3 jam sampai saat ini belum tidur lagi. Klien mengatakan tidak

nyaman dengan kondisinya saat ini. Masalah nyeri lokasi : Abdomen (bekas

post op sectio secarea)

11. Keadaan Mental

Adaptasi psikologis : Taking hold

Penerimaan terhadap bayi : kehadiran bayinya sangat diharapkan

Masalah Khusus : Tidak Ada

12. Kemampuan menyusui

Saat pengkajian ibu belum menyusui karena bayi masih di Ruang Perinatologi

3.1.9. Data Psikososial Spiritual

1. Pola Kognitif/Persepsi

1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis

Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu baik, klien sadarkan

diri dan dapat mengenali setiap orang yang datang mengunjunginya.

2) Nyeri : Klien merasakan nyeri pada bagian luka post op

Manajemen nyeri yang digunakan : teknik relaksasi napas dalam

3) Sensori:

a) Telinga / Pendengaran : Normal

b) Mata / Penglihatan : Normal

c) Hidung / Penghirup : Normal

d) Lidah / Perasa : Normal


59

e) Kulit / Sentuhan : Normal, turgor kulit pasien elastis, warna kulit putih, kulit

tampak bersih, tidak pucat, tidak ada lesi.

f) Baal / Hilang Rasa : Tidak ada

g) Vertigo : Tidak

h) Gangguan Bicara : Tidak ada

b. Toleransi koping terhadap stress/konsep diri

- Fokus perhatian pertama / utama klien sejak dirawat : Keluarga berharap

klien cepat keluar dan pulang dari rumah sakit.

- Status emosional klien : Status emosional klien dalam keadaan baik

- Manajemen stress yang dilakukan : diskusi bersama suami dan keluarga,

selalu sabar dan tabah dalam mengatasi masalah yang ada.

- Adanya kelompok pendukung : Keluarga mengatakan ada, yaitu keluarga

terdekat

c. Suasana hati

Pasien mengatakan sangat senang dan bahagia karena anaknya sudah lahir

dengan keadaan selamat, sehat dan tidak ada yang kurang dalam fisik anaknya.

Pasien merencanakan merawat sendiri bayinya dan siap menyusui bayi nya

sampai anak usia 2 tahun.

d. Hubungan/komunikasi

1) Bicara

Bahasa utama yang digunakan adalah bahasa sunda orientasi pasien

terhadap orang, tempat dan waktu baik, klien dapat mengenali setiap orang

yang datang mengunjunginya dan klien bisa menyebutkan tanggal dan hari

apa sekarang.
60

2) Tempat tinggal: klien selama ini tinggal dirumah orang tuanya beserta

keluarganya

3) Kehidupan keluarga

Adat istiadat yang dianut klien adalah adat sunda dalam pembuatan

keputusan didalamnya keluarga dilakukan dengan cara musyawarah. Pola

komunikasi terjadi dengan baik. Keuangan dalam batas normal karna klien

tinggal dengan keluarganya.

4) Kesulitan dalam keluarga tidak ada masalah selama ini, hubungan dengan

keluarga terjalin dengan baik dibuktikan dengan adanya keluarga

menjenguk selama dirawat dirumah sakit

e. Kebiasaan seksual

Pasien belum bisa menjalankan perannya sebagai istri, pasien belum bisa

memenuhi kebutuhan seksual karena masih dalam masa nifas hingga 42

hari kedepan.

f. Pertahan Koping

1) Pengambilan keputusan klien dibantu oleh suami dan keluarganya.

2) Yang disukai tentang diri sendiri: klien merasa bangga sebagai anak yang

berbakti pada orang tua dan menjadi kakak/adik buat keluarganya.

3) Yang ingin dirubah dari kehidupan : tidak ada karna menurut klien semua

yang dialaminya adalah kehendak Allah SWT.

g. Yang dilakukan klien jika stres adalah mencari pemecahan masalah, berdiskusi

dengan suami dan keluarga.

h. Sistem Nilai Kepercayaan


61

Pasien yakin dan percaya sama Allah SWT dan selalu berdo’a akan

kesembuhannya serta kesehatan bayinya. Pasien tidak melaksanakan sholat 5

waktu karena pasien dalam masa nifas. Pasien mengikuti nilai-nilai serta

peraturan yang ada dirumah sakit.

3.1.10. Data Penunjang

Sebelum operasi : Setelah Operasi :

✓ Hemoglobin : 11 gr/dl ✓ Haemoglobin : 9,6 gr/dl

✓ Leukosit : 10.600 Sel/mm3 ✓ Leukosit 92.000 Sel/mm3

✓ Hematokrit : 36 % ✓ Hematokrit : 30 %

✓ Trombosit : 339.000 Sel/mm3 ✓ Trombosit : 364.000 Sel/mm3

3.1.11. Pengobatan

1. IVFD RL : 20 tetes/menit

2. Injeksi Cefotaxime 2x1 gram

4. Ketorolac inj 3x1 amp

5. Metronidazole Inj

3.2 ANALISA DATA

Tabel 3.2

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 Data subjektif : Agen injury luka Nyeri akut

▪ Pasien mengatakan nyeri operasi

pada bagian luka bekas operasi

▪ Pasien mengatakan nyeri Luka post operasi

seperti disayat-sayat
62

▪ Nyeri dirasakan lebih saat Jaringan terputus

melakukan gerakan-gerakan

tubuh Merangsang area

▪ Nyeri hilang pada saat minum sensorik

obat dan beristirahat terlentang

Data objektif : Gangguan rasa

▪ Wajah Ny. N tampak tidak nyaman

rilek dan meringis


Nyei akut
▪ Klien tampak mengelus-elus

perut bagian post op

 Skala nyeri 7

TTV : TD : 100/80 mmHg

Nadi : 92 x/i

Suhu : 37 0C Pernapasan : 22

x/i

2 Data subjektif : Nyeri luka operasi Gangguan Pola

▪ Klien mengatakan tidur Tidur

malam Gangguan

kurang frekuensi tidur

▪ Klien mengatakan sering

terbangun Frekuensi tidur

▪ Klien mengatakan tidur hanya menurun

± 4 jam
Insomnia
▪ Klien mengatakan tidak
63

nyaman dengan kondisinya

kadang merasa pusing Ketidakpuasan

Data objektif : tidur

▪ Klien terlihat lemas

▪ Klien terlihat mengantuk Gangguan tidur

Klien terdapat kantung mata

TTV : TD : 100/80 mmHg

Nadi : 92 x/i

Suhu : 37 0C Pernapasan : 22

x/i

3 Data Subjek : Luka insisi Resiko Infeksi

▪ Klien ada luka operasi pada

perut operasi bagian bawah Jaringan terbuka

Data Objektif :

▪ Terdapat luka jahitan operasi Proteksi kurang

post Sectio Caesarea (SC) pada


Invasi bakteri
dinding/kulit abdomen, dengan

jenis insisi horizontal.


Resiko infeksi
▪ Kondisi luka ditutup perban

dengan menggunakan kasa

steril ukuran ± 4x12 cm,

▪ Kulit dipinggir luka tampak

berwarna merah muda, luka

hari
64

pertama fase inflamasi, panjang

luka ± 12 cm.

▪ Tanda-Tanda Vital :

TD : 100/80 mmHg

Nadi : 92 x/i

Suhu : 37 0C

Pernapasan : 22 x/i

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan akibat post operasi sectio

secarea ditandai dengan

Data subjektif :

▪ Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka bekas operasi

▪ Pasien mengatakan nyeri seperti disayat-sayat

▪ Nyeri dirasakan lebih saat melakukan gerakan-gerakan tubuh

▪ Nyeri hilang pada saat minum obat dan beristirahat terlentang

Data objektif :

▪ Wajah Ny. N tampak tidak rilek dan meringis

▪ Klien tampak mengelus-elus perut bagian post op

▪ Skala nyeri 7

TTV : TD : 100/80 mmHg

Nadi : 92 x/i Suhu : 37 0C Pernapasan : 22 x/i

2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka operasi ditandai dengan
65

Data subjektif :

▪ Klien mengatakan tidur malam kurang

▪ Klien mengatakan sering terbangun

▪ Klien mengatakan tidur hanya ± 4 jam

▪ Klien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya kadang merasa pusing

Data objektif :

▪ Klien terlihat lemas

▪ Klien terlihat mengantuk

▪ Klien terdapat kantung mata

TTV : TD : 100/80 mmHg Nadi : 92 x/i Suhu : 37 0C Pernapasan : 22 x/i

3) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif ditandai dengan

Data Subjek :

▪ Klien ada luka operasi pada perut operasi bagian bawah

Data Objektif :

 Terdapat luka jahitan operasi post sectio caesarea pada dinding/kulit

abdomen, dengan jenis insisi horizontal.

 Kondisi luka ditutup perban dengan menggunakan kasa steril ukuran ±

4x12 cm,

 Kulit dipinggir luka tampak berwarna merah muda, luka hari pertama

fase inflamasi, panjang luka ± 12 cm.

▪ Tanda-Tanda Vital :

TD : 100/80 mmHg Nadi : 92 x/i Suhu : 37 C Pernapasan : 22 x/i


66

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

Tabel 3.3

Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1 Nyeri Akut (D.077) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen nyeri :

selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri Observasi :

menurun dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

- Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri

- Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri

- Gelisah menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal

- Kesulitan tidur menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan

- Frekuensi nadi membaik nyeri

- Tekanan darah membaik - Monitor efek samping penggunaan analgetik

- Pola tidur membaik Terapeutik :


67

- Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri

- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan

strategi meredakan nyeri

Edukasi :

- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri dengan teknik relaksasi napas dalam (Sesuai EBP)

Kolaborasi :
68

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2 Gangguan Pola Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan tidur

Tidur (D.055) selama 3x24 jam diharapkan tingkat pola - Identifikasi pola aktifitas dan tidur

tidur membaik dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor pengganggu tidur

- Keluhan sulit tidur menurun - Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu

- Keluhan sering terjaga menurun tidur

- Keluhan tidak puas tidur menurun - Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

- Keluhan pola tidur berubah menurun Terapeutik

- Modifikasi lingkungan

- Batasi waktu tidur siang, jika perlu

- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

- Terapkan jadwal tidur rutin

- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan

Edukasi
69

- Jelaskan pentingnya tidur cukup

- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

- Anjurkan menghindari mengkonsumsi

makanan/minuman yang menganggu tidur

- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara

nonfarmakologis lainnya

3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pencegahan Infeksi

(D.0142) selama 3x24 jam diharapkan tingkat Observasi

infeksi menurun dengan kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

- Nyeri menurun Terapeutik

- Kemerahan menurun - Batasi jumlah pengunjung

- Demam menurun - Berikan perawatan kulit pada area edema

- Tidak bengkak - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

dan lingkungan pasien


70

- Pertahankan tekinik aspek pada pasien beresiko tinggi

Edukasi

- Jelaskan tanda dan gejala infeksi

- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

- Ajarkan etika batuk

- Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi

- Ajarkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu


71

3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tabel 3.4.

Catatan Perkembangan

Hari/Tgl Dx Jam Implementasi Evaluasi Nama Perawat

Selasa 1 07.00 1. Melakukan Identifikasi lokasi, S : klien mengatakan nyeri

21-12-21 karakteristik, durasi, frekuensi, pada luka post operasi, nyeri

kualitas, intensitas nyeri dirasakan ngilu seperti disayat

2. Melakukan Identifikasi skala nyeri sayat, nyeri hilang timbul, nyeri

3. Melakukan Identifikasi respon nyeri bertambah jika ada pergerakan

non verbal lebih dan berkurang jika

4. Melakukan Identifikasi faktor yang istirahat dan minum obat, skala

memperberat dan memperingan nyeri nyeri 7 (0-10)

5. Memberikan teknik tarik napas dalam O : Klien tampak meringis dan

untuk mengurangi rasa nyeri gelisah


72

6. Mengajarkan teknik tarik napas dalam TTV : TD : 100/80 mmHg

untuk mengurangi rasa nyeri (Sesuai Nadi : 92 x/i

EBP) Suhu : 370 C Pernapasan : 22

7. Memberikan obat metronidazole infus x/i

500mg/100 ml A : Masalah belum teratasi

8. Memberikan obat ketorolac 1 ml, P : lanjutkan intervensi

cefotaxime 5mg, dexamethasone 1 ml

2 12.00 1. Melakukan Identifikasi pola aktifitas S : klien mengatakan susah

dan tidur tidur dan kurang tidur karena

2. Melakukan Identifikasi faktor nyeri pada luka post op

pengganggu tidur O : klien terlihat lemas dan

3. Menerapkan jadwal rutin tidur mengantuk

4. Menjelaskan pentingnya tidur yang Klien terdapat kantung mata

cukup Jumlah tidur klien 2-3 jam


73

5. Menganjurkan menepati kebiasaan A : Masalah belum teratasi

waktu tidur P : Lanjutkan intervensi

6. Menganjurkan menghindari makanan/

minuman yang mengganggu tidur

7. Mengajarkan relaksasi seperti tarik

napas dalam (Sesuai EBP)

3 07.00 1. Melakukan Monitor tanda dan gejala S : Klien mengatakan nyeri

infeksi lokal dan sistemik pada luka post op

2. Membatasi jumlah pengunjung O : Tidak ada kemerahan,

3. Memberikan penjelasan tentang tanda demam, bengkak

dan gejala infeksi TD : 100/80 mmHg

4. Menganjurkan meningkatkan asupan Nadi : 92 x/i

nutrisi dan cairan Suhu : 37 0C Pernapasan : 22

5. Mengajarkan mencuci tangan dengan x/i


74

benar dan etika batuk A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Rabu 1 07.00 a. Melakukan Identifikasi lokasi, S : klien mengatakan nyeri

22-12-21 karakteristik, durasi, frekuensi, pada luka post operasi, nyeri

kualitas, intensitas nyeri dirasakan ngilu seperti disayat

b. Melakukan Identifikasi skala nyeri sayat, nyeri hilang timbul, nyeri

c. Melakukan Identifikasi respon nyeri bertambah jika ada pergerakan

non verbal lebih dan berkurang jika

d. Melakukan Identifikasi faktor yang istirahat dan minum obat, skala

memperberat dan memperingan nyeri nyeri 5 (0-10)

e. Memberikan teknik tarik napas dalam O : Klien tampak meringis dan

untuk mengurangi rasa nyeri gelisah

f. Mengajarkan teknik tarik napas dalam TTV : TD : 110/70 mmHg

untuk mengurangi rasa nyeri (Sesuai Nadi : 95 x/i


75

EBP) Suhu : 36,50 C Pernapasan : 20

g. Memberikan obat metronidazole infus x/i

500mg/100 ml A : Masalah belum teratasi

h. Memberikan obat ketorolac 1 ml, P : lanjutkan intervensi

cefotaxime 5mg, dexamethasone 1 ml

2 12.00 a. Melakukan Identifikasi pola aktifitas S : klien mengatakan susah

dan tidur tidur dan kurang tidur karena

b. Melakukan Identifikasi faktor nyeri pada luka post op

pengganggu tidur O : klien terdapat kantung

c. Menerapkan jadwal rutin tidur mata, lemas

d. Menjelaskan pentingnya tidru yang Jumlah tidur klien 2-3 jam

cukup A : Masalah belum teratasi

e. Menganjurkan menepati kebiasaan P : Lanjutkan intervensi

waktu tidur
76

f. Menganjurkan menghindari makanan/

minuman yang mengganggu tidur

g. Mengajarkan relaksasi seperti tarik

napas dalam (Sesuai EBP)

3 07.00 a. Melakukan Monitor tanda dan gejala S : Klien mengatakan nyeri

infeksi lokal dan sistemik pada luka post op

b. Membatasi jumlah pengunjung O : Tidak ada kemerahan,

c. Memberikan penjelasan tentang tanda demam, bengkak

dan gejala infeksi TTV : TD : 110/70 mmHg

d. Menganjurkan meningkatkan asupan Nadi : 95 x/i

nutrisi dan cairan Suhu : 36,5 C Pernapasan : 20

e. Mengajarkan mencuci tangan degan x/i

benar dan etika batuk A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
77

Kamis 1 14.00 a. Melakukan Identifikasi lokasi, S : klien mengatakan nyeri

23-12-21 karakteristik, durasi, frekuensi, pada luka post operasi

kualitas, intensitas nyeri berkurang, nyeri dirasakan

b. Melakukan Identifikasi skala nyeri ngilu seperti disayat sayat,

c. Melakukan Identifikasi respon nyeri nyeri hilang timbul, skala nyeri

non verbal 3 (0-10)

d. Melakukan Identifikasi faktor yang O : Klien tampak tenang

memperberat dan memperingan nyeri TD : 120/80 mmHg

e. Memberikan teknik tarik napas dalam Nadi : 95 x/i

untuk mengurangi rasa nyeri Suhu : 36 C Pernapasan : 21 x/i

f. Mengajarkan teknik tarik napas dalam A : Masalah teratasi

untuk mengurangi rasa nyeri (Sesuai

EBP)

g. Memberikan obat metronidazole infus


78

500mg/100 ml

h. Memberikan obat ketorolac 1 ml,

cefotaxime 5mg, dexamethasone 1 ml

2 16.00 a. Melakukan Identifikasi pola aktifitas S : klien mengatakan susah

dan tidur tidur berkurang

b. Melakukan Identifikasi faktor O : klien terdapat kantung mata

pengganggu tidur berkurang

c. Menerapkan jadwal rutin tidur Jumlah tidur klien 5 jam

d. Menjelaskan pentingnya tidur yang A : Masalah teratasi sebagian

cukup

e. Menganjurkan menepati kebiasaan

waktu tidur

f. Menganjurkan menghindari makanan/

minuman yang mengganggu tidur


79

g. Mengajarkan relaksasi seperti tarik

napas dalam (Sesuai EBP)

3 14.00 a. Melakukan Monitor tanda dan gejala S : Klien mengatakan nyeri

infeksi lokal dan sistemik pada luka post op berkurang

b. Membatasi jumlah pengunjung O : Tidak ada kemerahan,

c. Memberikan penjelasan tentang tanda demam, bengkak

dan gejala infeksi TD : 120/80 mmHg

d. Menganjurkan meningkatkan asupan Nadi : 95 x/i

nutrisi dan cairan Suhu : 360 C Pernapasan : 21

e. Mengajarkan mencuci tangan dengan x/i

benar dan etika batuk A : Masalah teratasi

Jumat 1 14.00 a. Melakukan Identifikasi lokasi, S : klien mengatakan nyeri

24-12-21 karakteristik, durasi, frekuensi, pada luka post operasi


80

kualitas, intensitas nyeri berkurang, nyeri dirasakan

b. Melakukan Identifikasi skala nyeri ngilu seperti disayat sayat,

c. Melakukan Identifikasi respon nyeri nyeri hilang timbul, skala nyeri

non verbal 5 (0-10)

d. Melakukan Identifikasi faktor yang O : Klien tampak tenang

memperberat dan memperingan nyeri TD : 110/80 mmHg

e. Memberikan teknik tarik napas dalam Nadi : 93 x/i

untuk mengurangi rasa nyeri Suhu : 36,60 C Pernapasan : 21

f. Mengajarkan teknik tarik napas dalam x/i

untuk mengurangi rasa nyeri (Sesuai A : Masalah teratasi

EBP)

g. Memberikan obat metronidazole infus

500mg/100 ml

h. Memberikan obat ketorolac 1 ml,


81

cefotaxime 5mg, dexamethasone 1 ml

2 16.00 a. Melakukan Identifikasi pola aktifitas S : klien mengatakan susah

dan tidur tidur berkurang

b. Melakukan Identifikasi faktor O : klien terdapat kantung mata

pengganggu tidur berkurang

c. Menerapkan jadwal rutin tidur Jumlah tidur klien 6 jam

d. Menjelaskan pentingnya tidur yang A : Masalah teratasi sebagian

cukup

e. Menganjurkan menepati kebiasaan

waktu tidur

f. Menganjurkan menghindari makanan/

minuman yang mengganggu tidur

g. Mengajarkan relaksasi seperti tarik

napas dalam (Sesuai EBP)


82

3 14.00 a. Melakukan Monitor tanda dan gejala S : Klien mengatakan nyeri

infeksi lokal dan sistemik pada luka post op berkurang

b. Membatasi jumlah pengunjung O : Tidak ada kemerahan,

c. Memberikan penjelasan tentang tanda demam, bengkak

dan gejala infeksi TD : 110/80 mmHg

d. Menganjurkan meningkatkan asupan Nadi : 93 x/i

nutrisi dan cairan Suhu : 36,6 C Pernapasan : 21

e. Mengajarkan mencuci tangan dengan x/i

benar dan etika batuk A : Masalah teratasi


83

2. PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini membandingkan antara teori dengan kasus pada

Ny. N dengan diagnosa Post Sectio Caesarea, pada tanggal 21 Desember

2021 di Ruang Jade RSUD dr. Slamet Garut tahun 2021. Berikut akan

diuraikan pelaksanaan keperawatan pada Ny. N dengan diagnosa Post Sectio

Caesarea sesuai fase dalam tahapan mulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta dilengkapi

pembahasan dokumentasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian pada Ny. N dengan diagnosa Post Sectio Caesarea

dilakukan dengan cara anamnesa (keluhan utama, riwayat yang berhubungan

dengan keluhan utama, pengkajian psikososial, spiritual, observasi,

wawancara pada keluarga klien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

diagnostik). Pengkajian adalah suatu usaha yang dilakukan perawat dalam

menggali permasalahan dari klien meliputi pengumpulan data tentang status

kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan

berkesinambungan (Novi, 2019). Pada pengkajian tidak semua pemeriksaan

fisik yang diteori timbul pada kasus. Tidak ada kendala berarti selama

melakukan pengkajian karena semua pihak dapat bekerja sama yang baik dan

saling mendukung satu sama lainnya. Data yang terdapat pada tinjauan teori

sesuai dengan data yang ditemukan penulis saat melakukan pengkajian.

Tahap – tahap pengkajian dalam tinjauan teori sudah di aplikasikan oleh

penulis. Data keluhan utama yang di temukan di tinjauan teori yaitu nyeri

akut pada operasi Sectio Caesarea sama dengan yang di temukan dengan
84

kasus, pengkajian pada tanggal 21 Desember 2021 didapatkan hasil Ny. N

mengatakan bahwa nyeri pada bagian luka Post Sectio Caesarea, nyeri

dirasakan seperti tersayat sayat, skala nyeri 7, nyeri dirasakan lebih saat

beraktifitas, klien juga mengatakan nyeri hilang timbul, Ny. N juga

mengatakan bahwa ketidak nyaman dengan kondisinya saat ini, pada saat

diobservasi tampak meringis, lemas dan mengantuk. Hasil Tanda-Tanda Vital

: TD : 100/80 mmHg Nadi : 92 x/i Suhu : 37 0C Pernapasan : 22 x/i Tidak

ada kesenjangan antara teori dengan fakta.

2. Diagnosa Keperawatan

Untuk diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan pustaka ada

7 diagnosa keperawatan yang muncul, diantaranya :

1) Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir,

episiotomi)

2) Gangguan pola tidur b.d adanya trauma pada jaringan

3) Resiko infeksi d.d luka bekas insisi pembedahan

4) Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan fisik

5) Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik

6) Menyusui tidak efektif b.d sekresi oksitosin

7) Ansietas b.d adaptasi psikologis

Sedangkan pada kasus yang diagnosa yang muncul adalah :

1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir,

episiotomi)

2. Gangguan pola tidur b.d adanya trauma pada jaringan

3. Resiko infeksi d.d luka bekas insisi pembedahan


85

4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa yang muncul disusun prioritas berdasarkan kebutuhan dasar

manusia menurut Maslow. Setelah diprioritaskan kemudian disusun rencana

keperawatan yang mengacu pada teori yang ada, namun disesuaikan dengan

kasus yang ada dan lebih banyak melihat dari kondisi klien, sarana dan

prasarana serta sumber daya dari tim kesehatan. Rencana keperawatan untuk

masing-masing diagnosa keperawatan diantaranya :

Pada teori dan kasus intervensi yang akan dilakukan sebagai berikut :

1. Nyeri Akut (D.077)

Manajemen nyeri :

Observasi :

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

b. Identifikasi skala nyeri

c. Identifikasi respon nyeri non verbal

d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

e. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik :

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi :
86

- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Gangguan Pola Tidur (D.055)

Dukungan tidur

- Identifikasi pola aktifitas dan tidur

- Identifikasi faktor pengganggu tidur

- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur

- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

- Terapeutik

- Modifikasi lingkungan

- Batasi waktu tidur siang, jika perlu

- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

- Terapkan jadwal tidur rutin

- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan

Edukasi

- Jelaskan pentingnya tidur cukup

- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

- Anjurkan menghindari mengkonsumsi makanan/minuman yang menganggu

tidur
87

- Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologis lainnya

3. Resiko Infeksi

Observasi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik

 Batasi jumlah pengunjung

 Berikan perawatan kulit pada area edema

 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien

 Pertahankan tekinik aspek pada pasien beresiko tinggi

Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala infeksi

 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

 Ajarkan etika batuk

 Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi

 Ajarkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

5. Implementasi Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengan susunan

perencanaan serta asuhan keperawatan yang diberikan pada klien difokuskan dan

penanganannya bersifat menyeluruh. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan

ini, penulis melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan lain sehingga dapat

bekerjasama dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Implementasi


88

yang diberikan untuk tiap diagnosa pada pasien yaitu disesuaikan dengan kondisi

pasien kelolaan yang diberikan asuhan keperawatan oleh kelompok berdasarkan

intervensi keperawatan yang telah ditentukan. Implementasi keperawatan

dilakukan selama tiga hari.

Implementasi diberikan pada pasien berdasarkan intervensi yang telah

ditentukan dengan berpedoman pada panduan SDKI, SLKI, SIKI, namun

implementasi di fokus pada tindakan relaksasi tarik napas dalam, respon yang

ditunjukkan setelah dilakukan relaksasi tarik napas dalam untuk mengurangi nyeri

terlihat pengaruhnya, dibuktikan dengan penurunan skala nyeri, kebutuhan tidur

tepenuhi dan resiko infeksi tidak terjadi.

6. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi adalah menilai keberhasilan asuhan keperawatan yang

telah dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Dari tiga diagnosa

keperawatan yang telah ditegakkan, implementasi yang telah dilakukan sesuai

dengan rencana tindakan keperawatan maka didapatkan hasil yang telah

dicantumkan dalam evaluasi.

3. EVIDENCE BASED PRACTICE

Evidence Based Practice ini dilakukan penganalisaan terhadap beberapa

jurnal pilihan yang sesuai dengan topik permasalahan yang diangkat.


89
90

Tabel 3.5

Hasil Analisa Jurnal

Nama Penulis,
No. Judul Jurnal Populasi dan Sampel Desain Penelitian Data Temuan Penting
Tahun
1 Siti Rochimatul Efektifitas Teknik 9 Pasien Post SC Penelitian Hasil penelitian dapat disimpulkan
Lailiyah, Henny Relaksasi Napas eksperimental quasi bahwa kedua intervensi
Pertiwi (2017) Dalam dan Pijatan dengan pendekatan sama-masa menurunkan skala nyeri.
Effleurage terhadap Randomized pretest- Maka dalam penerapannya di lapangan
penurunan skala post test control dapat dilakukan secara bersama-sama
nyeri pada post group design untuk meningkatkan efek penurunan
sectio caesarea skala nyeri. Dilakukan penelitian selama
7 hari.
2 Dita, Fernalia, Pengaruh teknik 30 Pasien Post SC Kuantitatif dengan Hasil analisis data didapatkan bahwa ada
Rika (2018) relaksasi napas desain pre pengaruh yang bermakna penurunan
dalam terhadap eksperimen tanpa intensitas nyeri (p= 0,004) setelah
intensitas nyeri pada kelompok kontrol dilakukan relaksasi napas dalam.
pasien post operasi Dilakukan 5x dalam 2 hari.
Sectio Caesarea di
Rumah Sakit
Bengkulu
3 Manzahri (2017) Teknik Relaksasi 14 Pasien Post SC Eksperimen dengan Hasil penelitian diperoleh bahwa
Napas Dalam Dapat desain quasi penurunan
Menurunkan experiment dengan intensitas nyeri sebesar 2,14. Uji statistic
Intensitas Nyeri rancangan pre and menunjukan hasil p value = 0,000 pada =
Pada Pasien Post Op post test. 0,05 yang berarti
Section Caesarea bahwa ada Pengaruh teknik relaksasi
91

napas dalam terhadap penurunan


intensitas nyeri pada pasien
postop Sectio Caesarea di RSU Kartini
Kalirejo Tahun 2017. Dilakukan dalam
14 hari.
4 Sri Teknik Relaksasi 23 Pasien post SC One Group Pretest Ada pengaruh teknik relaksasi napas
Suhartiningsih Napas Dalam untuk Posttest Design dalam terhadap penurunan intensitas
(2019) Menurunkan nyeri post operasi Sectio Caesarea di
Intensitas Nyeri Post RSIA Melati Magetan dibuktikan dengan
Operasi Sectio hasil analisis nilai p (0,000). Dilakukan
Caesarea di selama 30 hari.
RSIA Melati
Magetan
Sari Setiarini Pengaruh Teknik 10 Pasien Post SC Quantitative  Nilai skala nyeri responden sebelum
(2018) Relaksasi Napas approach with dilakukan teknik relaksasi napas
Dalam Terhadap experimental quasi dalam yaitu dengan mean rank 5.50.
Penurunan Tingkat design with One  Nilai skala nyeri responden setelah
Nyeri Pada Pasien group Pretest-postest dilakukan teknik relaksasi napas
Post Sectio Cesaria design dalam yaitu dengan mean rank 0.00.
Di Ruang Rawat  Terlihat antara pre test dengan post
Inap Kebidanan test 5.50. dan 0.00 dengan arti kata
RSUD Pariaman skala nyeri pre test lebih tinggi dari
pada post test.
 Terdapat pengaruh teknik relaksasi
napas dalam terhadap pemurunan
tingkat nyeri post sectio cesaria
dengan nilai p= 0.04 (p<0.05).
92

5. Furry, Maruli, Effectiveness of 52 Respondents Post Quasi-experimental The result of this study showed that the
dkk (2021) Deep Breathing SC study using pre-post combination of deep breath relaxation
Relaxation and design with control techniques and music therapy was more
Music group effective in reducing pain severity in
Therapy as a Pain- post-cesarean section patients (p value
Reducing <0.0001; r -0.857) compared to deep
Intervention in Post- breathing relaxation techniques alone (p
Caesarean Section value <0.0001; r -0.766). time 1 month
Patients
93

4. PEMBAHASAN EBP

a. Karakteristik Studi

Pada ke lima jurnal yang dilakukan riview menggunakan Quasy

eksperiment. Tempat penelitian dilakukan di beberapa Rumah Sakit di

Indonesia.

b. Karakteristik Responden

Penelitian pada ke lima jurnal dilakukan pada responden Ibu yang

melahirkan dengan cara Sectio Caesarea dengan jumlah yang berbeda dan

waktu yang berbeda pula.


94

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

a) Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data klien mengatakan bahwa ini

merupakan pertama kalinya melahirkan secara SC. Klien mengeluh nyeri

perut bagian bawah luka post sc, nyeri yang dirasakan ngilu, nyeri dirasakan

saat ada pergerakan, nyeri nya seperti di sayat-sayat, skala nyeri 7 (1-10).

Nyeri berkurang saat istirahat terlentang dan setelah minum obat. Klien

tampak berbaring di tempat tidur hanya bisa melakukan mobilisasi ringan

seperti miring kiri miring kanan, karena masih lemas dan kakinya masih sulit

digerakkan. Terdapat luka pada perut bagian bawah ukuran 10 cm. Keadaan

Umum : Baik Kesadaran : CM BB/TB : 65Kg/155 cm. Tanda Vital : TD :

100/80 mmHg Nadi : 92 x/i Suhu : 37 0C Pernapasan : 22 x/i

b) Setelah pengkajian dilakukan, didapatkan tanda-tanda yang dikelompokkan

menjadi data subjektif dan objektif kemudian melakukan analisa data

Diagnosa keperawatan primer yang muncul adalah :

- Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan akibat post operasi

sectio secarea ditandai dengan

Data subjektif :

▪ Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka bekas operasi

▪ Pasien mengatakan nyeri seperti disayat-sayat

▪ Nyeri dirasakan lebih saat melakukan gerakan-gerakan tubuh

▪ Nyeri hilang pada saat minum obat dan beristirahat terlentang

Data objektif :
95

▪ Wajah Ny.N tampak tidak rilek dan meringis

▪ Klien tampak mengelus-elus perut bagian post op

▪ Skala nyeri 7

TTV : TD : 100/80 mmHg

Nadi : 92 x/i Suhu : 37 0C Pernapasan : 22 x/i

- Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka operasi ditandai

dengan

Data subjektif :

▪ Klien mengatakan tidur malam kurang

▪ Klien mengatakan sering terbangun

▪ Klien mengatakan tidur hanya ± 4 jam

▪ Klien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya kadang merasa

pusing

Data objektif :

▪ Klien terlihat lemas

▪ Klien terlihat mengantuk

▪ Klien terdapat kantung mata

TTV : TD : 100/80 mmHg Nadi : 92 x/i Suhu : 370 C Pernapasan : 22 x/i

- Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif ditandai dengan

Data Subjek :

▪ Klien ada luka operasi pada perut operasi bagian bawah

Data Objektif :

 Terdapat luka jahitan operasi post sectio caesarea pada dinding/kulit

abdomen, dengan jenis insisi horizontal.


96

 Kondisi luka ditutup perban dengan menggunakan kasa steril ukuran ±

4x12 cm,

 Kulit dipinggir luka tampak berwarna merah muda, luka hari pertama

fase inflamasi, panjang luka ± 12 cm.

 Tanda-Tanda Vital :

TD : 100/80 mmHg Nadi : 92 x/i Suhu : 370 C Pernapasan : 22 x/i

c) Rencana asuhan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa yang muncul dan

dibuat berdasarkan rencana asuhan keperawatan secara teoritis.

d) Implementasi dilakukan sesuai rencana keperawatan yang disusun.

e) Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Dari ketiga

diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan dan implementasi yang telah

dilakukan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan didapatkan hasil yang

dicantumkan dalam evaluasi sebagai berikut: semua diagnosa yang ditegakkan

teratasi baik.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu

kesehatan keperawatan maternitas kepada peserta didik sehingga pengetahuan dan

keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan akan membantu

dalam mendukung untuk bahan pengajaran ilmu keperawatan maternitas

kedepannya.

4.2.2 Bagi Perawat

Dengan adanya Karya Ilmiah Akhir Ners ini penulis dapat

mengembangkan pengetahuan serta wawasan khususnya mengenai ilmu riset


97

keperawatan maternitas tentang menganalisis relaksasi napas dalam terhadap

menurunkan intenstas nyeri. Dan dapat menjadi acuan bagi perawat dalam

mengembangkan penulisan sejenis dan KIA-N ini dapat dijadikan sebagai dasar

untuk penulisan lebih lanjut.

4.2.3 Bagi Layanan

Dapat dijadikan pertimbangan pihak rumah sakit khususnya Ruang Jade

RSUD dr. Slamet Garut untuk menggunakan penatalaksanaan non farmakologi

dalam memberikan askep mengurangi rasa nyeri pada pasien post operasi seperti

post operasi sectio caesarea dengan menggunakan tekhnik relaksasi napas dalam.

Anda mungkin juga menyukai