Anda di halaman 1dari 16

Nama : Mayang Sukma KD

NIM : 23040413879439

Program Studi : Alih Jenjang S1 Kebidanan

Mata Kuliah : UAS Bahasa Indonesia


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan proses fisiologis yang dialami oleh setiap

ibu hamil dan merupakan saat ibu hamil menantikan untuk melihat dan

menggendong bayinya. Persalinan dapat terjadi melalui jalan lahir

(vagina) atau melalui sayatan di dinding perut dan rahim (Seksio

Cesaria). Setiap wanita ingin melahirkan dengan lancar, dan bisa

melahirkan bayi dengan sempurna. Persalinan dapat dilakukan secara

normal, namun tidak jarang menemui kendala saat persalinan dan harus

dilakukan dengan pembedahan. Banyak tanda ibu dan janin memerlukan

operasi caesar (ACOG, 2013).

Menurut WHO (World Health Organization) selama hampir 30

tahun, tingkat operasi caesar yang ideal adalah antara 10 dan 15% yang

dianggap sebagai tingkat intervensi kelangsungan hidup maksimum

melalui operasi caesar. Pada tahun 2004, rata-rata angka operasi caesar di

AS meningkat menjadi 29,1%, dan di Inggris dan Wales juga mencapai

21,4%, peningkatan lima kali lipat sejak tahun 1971. Selain itu, angka

kejadian seksio sesarea di Kanada adalah 22,5% dari tahun 2001 hingga

2003 (WHO, 2021). Data ini menunjukkan bahwa angka persalinan

melalui seksio sesaria sangat tinggi di seluruh dunia, terutama di negara-

negara maju. Pada tahun 1970-an, kebutuhan operasi caesar adalah 5%,
saat ini lebih dari 50% ibu hamil menginginkan operasi caesar

(Ayuningtyas et al., 2018). Menurut studi terbaru yang dilakukan oleh para

peneliti melalui The Lancet, studi tersebut menggunakan data dari data

WHO tahun 2014 standar rata-rata operasi SC sekitar 10-15%, tidak

kurang dari 22,5% data dari WHO Global Maternal and Perinatal Health

Survey menunjukkan 46,1% dari total kelahiran CS, 3509 kasus CS

(Marlina 2016:58).

Angka kejadian seksio sesaria terus meningkat di seluruh dunia

dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di Indonesia. Di era jaminan

kesehatan nasional saat ini, angka kejadian seksio sesaria terus meningkat.

Pandangan ini mulai berubah sebagai akibat dari kemajuan teknologi

medis baru-baru ini, yang memungkinkan pilihan lain untuk melahirkan

bayi melalui operasi caesar. Dengan ditemukannya operasi caesar

memang dapat mempermudah proses persalinan, oleh karena itu meskipun

persalinan sebenarnya dapat berjalan dengan normal, banyak ibu hamil

yang masih lebih memilih memilih operasi caesar. Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) melalui "Pernyataan WHO tentang Operasi Caesar 2015"

juga menunjukkan bahwa operasi caesar dapat secara efektif

menyelamatkan nyawa ibu dan bayi di masa depan, tetapi premisnya

adalah bahwa operasi caesar diperlukan karena alasan medis.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan angka

operasi caesar di Indonesia 17,6%, DKI Jakarta tertinggi (31,1%), Papua

terendah (6,7%) dan Sumatera Selatan peringkat 28 dari 34 besar. yang


diperoleh dari Dinas Kesehatan Sumsel sebesar 90,2%, dimana 9,4%

diantaranya dilakukan pembedahan. Di seluruh Indonesia, angka

persalinan sesar meningkat drastis setiap tahun. Berdasarkan hasil

penelitian (Sihombing et al., 2017) menunjukkan bahwa faktor yang

menentukan kejadian persalinan operasi sesar adalah status ekonomi,

wilayah tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan responden dan kepemilikan

jaminan kesehatan, usia saat lahir, jumlah janin yang dikandung, usia ibu,

tinggi badan ibu, indikasi persalinan, komplikasi kehamilan, komplikasi

kelahiran dan riwayat kelahiran hidup.

Sectio caesaria (SC) adalah pembedahan melahirkan janin melalui

sayatan pada dinding perut dan rahim sehingga janin lahir utuh dan sehat

(Jitawiyono, 2012). Tindakan SC cenderung dipilih oleh ibu hamil

dibandingkan metode persalinan pervaginam. Proses persalinan sering

dianggap sebagai proses persalinan yang sulit dan menyakitkan. Minat

masyarakat yang meningkat terhadap operasi seksio sesaria juga

meningkatkan pelayanan perioperatif (TT, Tika, 2022).

Tindakan SC adalah alternatif untuk persalinan yang dipilih oleh

seorang wanita. Selain indikasi medis dan non medis, tindakan SC akan

menentukan kontinuitas atau pertalian jaringan karena insisi, yang akan

melepaskan reseptor nyeri. Teknik relaksasi, metode transfer nyeri non

farmakologis, dapat mengurangi bagian sensorik nyeri pasca operasi.

Mobilisasi dini juga merupakan komponen yang dapat mengurangi nyeri

pasca operasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Warmiyati

dan Ratnasari (2022), masalah yang sering muncul pada pasien post SC

adalah ketakutan akan mobilisasi dini karena nyeri. Sekitar 60% pasien

mengalami nyeri sangat berat, 25% nyeri sedang, dan 15% nyeri

ringan. Metode SC ERACS dikatakan dapat mengurangi rasa sakit setelah

operasi dan mempercepat pemulihan.

Enhanced Recovery After Caesarean Section (ERACS) pertama

kali diperkenalkan yaitu oleh Kehlet pada tahun 1997 dan merupakan

program pemulihan pasca operasi caesar yang dinilai dapat memberikan

hasil pemulihan fungsional yang lebih cepat, serta manfaat lainnya seperti

meminimalisir komplikasi, dan penghematan waktu rawat

inap. Implementasi program ERACS juga memiliki manfaat lain, seperti

meningkatkan kualitas perawatan dan mengurangi paparan dan

ketergantungan pada opioid. Saat ini metode ERACS tengah populer dalam

penyembuhan lebih cepat saat operasi, baru tahun-tahun terakhir ini mulai

digunakan di Indonesia. Mengurangi rawat inap, lebih sedikit komplikasi

dan pemulihan fungsional yang lebih cepat adalah beberapa keunggulan

teknik ERAS dibandingkan dengan sectio caesarea standar (Liu, Du, dan

Yao, 2020). Implementasi ERACS memiliki tiga unsur yaitu persiapan

praoperasi, perawatan intraoperatif, dan perawatan pascaoperasi. Persiapan

praoperasi meliputi edukasi persalinan, penentuan waktu puasa, pemberian

antibiotik, dan optimalisasi hemoglobin. Manajemen intraoperatif meliputi

manajemen cairan dan tekanan darah, manajemen suhu, pemberian


anestesi, analgesik, dan uterotonika, penundaan penjepitan tali pusat,

penundaan penjepitan tali pusat, dan inisiasi menyusui dini (IMD).

Perawatan pasca operasi meliputi pengobatan awal dengan obat oral,

analgesia, mobilisasi dini dan kateterisasi urin dini (Meng et al, 2021).

Nyeri persalinan bersifat individual, setiap individu akan

mempersepsi nyeri secara berbeda terhadap rangsangan yang sama

tergantung dari ambang nyeri yang dimilikinya. Nyeri persalinan

merupakan kontraksi otot rahim yang merupakan proses fisiologis dengan

intensitas yang bervariasi pada setiap individu (Rejeki, 2020).

Masalah yang kerap muncul pada pasien setelah SC adalah pasien

merasa takut untuk mobilisasi lebih awal karena ketakutan pada rasa nyeri

(Markhamah & Sulastri, 2016). Pada persalinan metode SC Konvensional

pasien bisa sangat lama dalam kondisi imobilisasi, hal tersebut selain

akibat takut rasa nyeri, pasien juga dilarang bergerak selama 12 jam.

Sehingga pasien baru bisa melakukan mobilisasi dini setelah 24 jam pasca

operasi (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012). Dalam persalinan SC metode

ERACS pasien bisa duduk dengan nyaman setelah 2 jam pasca operasi.

Bahkan, kurang dari 24 jam, pasien sudah dapat melakukan aktivitas

ringan, seperti buang air kecil maupun berjalan secara mandiri tanpa perlu

takut muncul rasa nyeri (Risanda Alaika Selma et al., 2021).

Menurut Depkes (2022), nyeri adalah suatu bentuk

ketidaknyamanan, baik sensorik maupun emosional, yang terkait dengan


risiko aktual atau cedera pada jaringan tubuh, yang terjadi ketika jaringan

rusak dan menyebabkan individu harus merespons pereda nyeri.

Studi pendahuluan yang dilakukan di RS UMMI Bogor peneliti

mengambil data persalinan SC Konvensional dan SC ERACS dalam 6

bulan. Tercatat mulai bulan Juli sebanyak 23 pasien dari 198 pasien SC

(8,6%), bulan Agustus 23 pasien dari 86 pasien SC (3,7%), bulan

September 26 pasien dari 227 pasien SC (8,7%), bulan Oktober 24 pasien

dari 176 pasien SC (7,3%), bulan November 12 pasien dari 125 pasien SC

(10,4%), dan bulan Desember 7 pasien dari 50 pasien SC (7,1%).

Survei awal yang peneliti lakukan pada bulan Oktober tahun 2022

dari hasil wawancara terhadap 10 orang ibu nifas dengan post sc metode

Konvensional dan metode ERACS di RS UMMI Bogor. Hasil wawancara

terhadap 5 ibu post sc dengan metode ERACS didapatkan data bahwa 4

(40%) dari 5 ibu post sc dengan metode ERACS mengatakan bahwa nyeri

yang mereka rasakan tidak terlalu berat, sehingga setelah kurang dari 6

jam mereka sudah bisa bergerak dan beraktifitas ringan. Hasil berbeda

didapatkan saat wawancara dengan 5 pasien pasca operasi sc metode

Konvensional, 3 (30%) dari 5 ibu post sc dengan metode konvensional

mengeluhkan sangat nyeri dari luka bekas operasinya sehingga ibu merasa

sangat takut untuk bergerak sehingga baru berani melakukan mobilisasi

dini setelah 24 jam pasca operasi. Data data skala nyeri yang didapat oleh

penulis terkaji dalam standar skala nyeri yang biasa digunakan di RS

UMMI Bogor.
Berdasarkan latar belakang dan uraian masalah tersebut, penulis

tertarik untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang “ Perbedaan

Tingkat Nyeri Ibu Post Sectio Caesaria dengan Metode Konvensional dan

Metode ERACS di RS UMMI Bogor Tahun 2022”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil merumuskan

pertanyaan tentang “Apakah ada Perbedaan Tingkat Nyeri Ibu Post Sectio

Caesaria dengan Metode Konvensional dan Metode ERACS di Rumah

Sakit UMMI Bogor Tahun 2022?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbedaan tingkat nyeri antara Ibu Post Sectio Caesaria dengan

Metode Konvensional dan Metode ERACS di RS UMMI Bogor Tahun

2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi ibu post Sectio Caesaria dengan metode

konvensional dan metode ERACS di RS UMMI Bogor Tahun 2022.

b. Mengidentifikasi tingkat nyeri pasien post Sectio Caesaria dengan

metode konvensional dan metode ERACS di RS UMMI Bogor

Tahun 2022.

c. Mengidentifikasi Perbedaan Tingkat Nyeri Ibu Post Sectio

Caesaria dengan Metode Konvensional dan Metode ERACS di RS


UMMI Bogor Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

a. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi ilmiah untuk

penelitian selanjutnya dengan masalah dan judul yang

berbeda.

b. Mengetahui perbedaan tingkat nyeri ibu nifas post sc dengan

metode konvensional dan metode ERACS dapat dijadikan

acuan untuk menambah pengetahuan dan secara intesif

mendekati ibu nifas untuk mengetahui apa yang perlu

dilakukan untuk mengurangi nyeri post tindakan sc.

2. Untuk Tempat Penelitian

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembuka

wawasan dan pandangan yang lebih luas dalam bidang

persalinan dan khususnya kesehatan ibu dan anak.

b. Sebagai bahan acuan untuk bahan penyuluhan pada ibu nifas

pasca sc.
3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan

serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.

E. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penelitian yang mencakup dalam 5W 1H

(what, where, why, when, who dan how) sebagai berikut :

1. What ( Apa yang di teliti )

“Perbedaan Tingkat Nyeri Ibu Post Sectio Caesaria dengan Metode

Konvensional dan Metode ERACS di Rumah Sakit UMMI Bogor

Tahun 2022”

2. Where ( Dimana penelitian dilakukan )

Penelitian akan dilakukan Di RS UMMI Bogor yang beralamat di

Jl. Empang II no. 2.

3. Why ( Mengapa dilakakukan penelitian )

Untuk mengetahui Perbedaan Tingkat Nyeri Ibu Post Sectio

Caesaria dengan Metode Konvensional dan Metode ERACS di

Rumah Sakit UMMI Bogor Tahun 2022.

4. When (Kapan dilakukan penelitian)

Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan April 2023 sampai

dengan Juli 2023.

5. Who (Siapa yang akan di teliti)


Ibu Post SC dengan metode konvensional dan Ibu Post SC dengan

Metode ERACS.

6. How (Bagaimana penelitian tersebut dilakukan)

Untuk metode penelitiannya, Peneliti menggunakan tekhnik

pengambilan sample dengan metode simple random sampling.

Penelitian pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain

deskriptif sekunder, karena peneliti ingin melihat hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen dengan pendekatan

cross sectional. Dan untuk penentuan jumlah sample yang akan

diambil peneliti menggunakan rumus slovin.


F. Keaslian Penelitian

N Peneliti dan Judul Metode Rancanga Variabel Hasil Perbedaan


o. Tahun n
Penelitian

1. Warmiyati,F Pengaruh Metode Desain Variable mobilis Hasil


ebi Sectio penelitian dalam independ asi; ibu analisis
Ratnasari Caesarea yang penelitia ent bersalin univariat
(2022) Metode digunakan n ini SC ; SC; menunjuk
Eracs adalah adalah Metode ERACS kan rata-
Terhadap quasy quasi ERACS rata
Percepatan eksperimen eksperi pelaksana
Mobilisasi t dengan men Variable an
pada Ibu rancangan depende mobilisasi
Bersalin di nonequival nt pada SC
RS Hermina ent pretest- Percepat konvensio
Daan Mogot posttest an nal adalah
Tahun 2022 control mobilisa 20,41 jam
group si setelah
design. operasi,
dan pada
SC
ERACS
adalah 10
jam
setelah
operasi.
Hasil
analisis
bivariat
menunjuk
kan
terdapat
pengaruh
SC
metode
ERACS
terhadap
percepata
n
mobilisasi
pada ibu
bersalin
pasca SC.
Kesimpul
an ada
pengaruh
SC
metode
ERACS
terhadap
percepata
n
mobilisasi
pada ibu
bersalin
pasca SC
di RS
Hermina
Daan
Mogot
tahun
2022

2. Cici intan Pengruh Desain Desain Variable Hasil Perbedaan


(2018) ambulasi penelitian penelitian independent penelitian pada
dini terhadap ini ini Ambulasi menunjukka penelitian
ini tentang
intensitas menggunak mengguna dini post SC n bahwa
ambulasi
nyeri post an desain kan desain sebelum dini pada
sectio pra- pra- Variable pemberian post SC
caresarea di eksperimen eksperime dependent ambulasi
RSUD one group n one Tingkat dini ada 6 Persanaanny
Jombang pra-post group pra- nyeri responden a adalah
tahun 2018 test design, post dengan meneliti
populasiny test design nyeri tentang
a seluruh ringan, 19 tingkat nyeri
pasien post post sectio pada pasien
sectio caesarea post sc
caesarea dengan dengan
yaitu 25 nyeri metode
responden, sedang, konvensiona
besar dan. Nyeri l dan metode
sample 25 ringan pada eracs
responden, lansia
metode bertambah
yang menjadi 18
digunakan dengan
dalam presentase
pengambila 72%,
n sample dikarenakan
yaitu nyeri
consecutiv sedang
sampling, yang
variabel dialami
penelitian responden
ini ada menurun
variabel menjadi
independen nyeri
t yaitu ringan. Dari
ambulasi hasil SPSS
dini, dan dengan uji
variabel Wilcoxon
dependent didapatkan
post sc. nilai p =
Analisa 0,000 yang
data yang lebih kecil
digunakan dari alpha
adalah uji (0,05), H1
wilcoxon diterima.
dengan Artinya ada
αlpa < 0,05 pengaruh
ambulasi
dini
terhadap
intensitas
nyeri post
sectio
caesarea

3. Akbar dkk Hubungan Penelitian Jenis Variable Dari hasil Perbedaan


(2014) antara ini penelitian independent uji statistik penelitian
tingkat merupakan ini Kecemasan menunjuka ini meneliti
penelitian n ada tentang
kecemasan kuantitatif, pre operasi
kuantitatif hubungan hubungan
pre-operasi melalui dengan yang yang
dengan pendekatan desain Variable signifikan signifikan
derajat nyeri Cross penelitian dependent antara antara
pada pasien Sectional, Analitik Tingkat tingkat tingkat
post sectio dengan Kuantitatif nyeri kecemasan kecemasan
caesarea sampel dengan pre operasi pre operasi
penelitian dengan dengan
dirumah pendekatan
pasien pre derajat derajat
sakit dan post Cross nyeri post nyeri post
muhammadi operasi Sectional sectio sectio
yah sectio caesarea caesarea
palembang caesarea, dengan p dan teknik
tahun 2014 tehnik value atau metode
pengambil 0,010. dalam sc
an sampel
dengan Persamaann
Purposive ya sama-
Sampling, sama
instrument
meneliti
dalam
penelitian tingkat nyeri
ini pada pasien
mengguna post sectio
kan caesarea
checklist
dan skala
numerikal.
Penelitian
ini
dilaksanak
an pada 17
Maret
sampai 29
Maret
2014
dengan
responden
sebanyak
46
responden.
Uji
statistik
yang
digunakan
adalah Chi
Square.

4. Risna dkk Gambaran Jenis Metode Variable Hasil Perbedaan


(2020) cemas, penelitian penelitian independent penelitian pada
mobilisasi, ini dengan yang Cemas, didapatkan penelitian
ini tentang
dan nyeri metode digunakan mobilisasi bahwa
tingkat
pada pasien deskriptif adalah pada pasien kecemasan cemas,
post operasi kuantitatif. deskriptif post sc sebagian mobilisasi
sectio Jumlah kuantitatif besar 16 dan nyeri
sesarea di responden Variable responden yang
RSUD dr. sebanyak dependent (41.0%) dirsakan
Slamet 39 orang Tingkat pada pada pasien
post sectio
Garut dengan nyeri kecemasan
caesarea
teknik ringan, 36 dengan
accidental responden perbedaan
sampling. (92.3%) metode
Pengumpul melakukan eracs
an data mobilisasi
menggunak dini baik Persamaann
an data pada hari ya sama-
primer ke-1 dan 21 sama
yaitu responden meneliti
menggunak (53.8%) tingkat nyeri
an lembar pada hari pada pasien
observasi ke-2, dan post sectio
mobilisasi, tingkat caesarea
kuesioner nyeri
tingkat didapatkan
cemas 21
HRS-A dan responden
instrumen (66.6%)
penilaian pada nyeri
nyeri NRS. sedang
Analisa
data yang
digunakan
adalah
analisa
univariat
distribusi
frekuensi

Anda mungkin juga menyukai