PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
melahirkan bayinya dengan sempurna. Persalinan bisa saja berjalan normal, namun
tidak jarang adanya proses persalinan yang mengalami hambatan dan harus
menjalani operasi. Operasi untuk membantu proses persalinan adalah operasi sectio
caesare. Operasi caesar atau sectio caesarea yaitu tindakan pembedahan yang
dilakukan untuk melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus.
Sectio Caesarea adalah keluarnya janin melalui tindakan dari laparatomi dan
dinding perut dan dinding rahim untuk mengeluarkan janin dengan syarat berat
janin diatas 500 gram serta rahim dalam keadaan utuh (Prawirohardjo, 2010). Jadi
sectio caesarea adalah persalinan dengan cara operasi untuk mengeluarkan janin
melalui insisi di dinding perut dengan indikasi dan syarat – syarat tertentu Menurut
caesarea di sebuah negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Di
negara berkembang, proporsi kelahiran dengan cara sectio caesarea berkisar 21,1%
dari total kelahiran yang ada, sedangkan dinegara maju hanya 2%. Menurut studi
The SEA ORCHID (South East Asia Optimising Reproductive and Child Health in
Tenggara sebesar 27%. Menurut WHO terjadi peningkatan persalinan dengan sectio
caesarea di seluruh Negara selama tahun 2017-2018 yaitu 110.000 per kelahiran di
sakit pendidikan maupun di rumah sakit swasta. Menurut Data Survei Demografi
6,8%. Angka kejadian sectio caesarea di Indonesia menurut data survei nasional
pada tahun tahun 2016 sebesar 51,59% dan tahun 2017 sebesar 53,68% (Riskesdas,
2018). Persalinan caesarea di kota jauh lebih tinggi dibandingkan di desa, yaitu 11%
metode sectio caesarea sebesar 9,8% dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun
2017 sampai dengan 2018, dengan porposi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan
Di Provinsi Riau persalinan dengan Sectio Caesarea pada tahun 2020 sebesar
40,5%, hal ini menunjukkan angka kejadian sectio caesarea di Provinsi Riau masih
rahim, yang dapat mengakibatkan timbulnya jaringan parut dan perlengketan pada
masalah pada kehamilan berikutnya baik untuk ibu ataupun bayinya (Suryati, 2018).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang diperoleh dari rekam medik Lili di
RSUD Bangkinang, didapatkan data ibu melahirkan melalui sectio caesarea pada
tahun 2019 sebesar 25,2%, pada tahun 2020 sebesar 71,3%, pada tahun 2021
sebesar 112 dari total 312 persalinan. Pada 2 tahun terakhir persalinan dengan sectio
caesarea terus meningkat setiap tahunnya, dengan puncak tertinggi pada tahun 2021
sebesar 58,2%
Sectio caesarea dilakukan bila terdapat indikasi medis tertentu, baik indikasi
dari ibu maupun janin. Indikasi dari ibu seperti panggul sempit, perdarahan, ada
pembedahan sebelumnya pada uterus, dan lain sebagainya. Sedangkan indikasi dari
janin seperti, gawat janin, cacat atau kematian janin sebelumnya, diabetes maternal
dan lain sebagainya.. Selain itu sectio caesarea juga menjadi alternative persalinan
tanpa indikasi medis karena dianggap lebih mudah dan nyaman. Akan tetapi hanya
sebagian kecil ibu melahirkan dengan sectio caesarea tanpa indikasi dan tidak
2019).
muncul pada ibu post sectio caesarea seperti potensi terjadinya thrombosis, potensi
otot dasar panggul, perdarahan, luka kandung kemih, infeksi, bengkak pada
ekstremitas bawah, dan gangguan laktasi (Rustam, 2018). Akan tetapi masalah
utama dan pertama yang dikeluhkan ibu post sectio caesarea adalah nyeri pada
daerah insisi, dimana nyeri yang dirasakan unik, universal dan bersifat individual
pembedahan pasien akan diberi anastesi, namun ketika efek anastesi berakhir maka
pasien akan merasakan nyeri yang sangat mengganggu. Apabila nyeri tersebut dapat
ditangani dengan tepat maka komplikasi seperti diatas dapat diminimalkan karena
analgetik, yaitu untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri (Prasetyo, 2015).
Pemberian terapi farmaka efektif untuk mengurangi nyeri sedang dan berat. Namun
dengan pemberian manajemen nyeri farmaka bahkan lebih efektif dan efisien
relaksasi nafas dalam, hipnotis atau hipnoterapi, dan guided imagery. Tindakan
tindakan tersebut sangat aman dan efektif dalam penggunaannya. Salah satu terapi
non farmaka yang dapat digunakan yaitu relaksasi genggam jari. (Virgona dan
Nur’aeni, 2019).
Relaksasi genggam jari adalah terapi yang berhubungan dengan pengelolaan
mengalir dalam tubuh, pikiran dan jiwa. Emosi juga seperti perasaan yang
berlebihan dalam tubuh serta pikiran yang menyebabkan aliran energi dalam tubuh
sepanjang jari - jari tangan manusia, terdapat saluran atau meridian energi yang
bernafas dalam, dapat melancarkan aliran energi emosional dan perasaan, sehingga
jari dapat mengurangi nyeri dan mengontrol diri ketika terjadi perasaan yang tidak
nyaman juga dapat menenangkan pikiran dan mengontrol emosi (Liana, 2018).
Mekanisme kerja terapi relaksasi genggam jari melalui saluran atau meridian
energi yang terdapat di sepanjang jari - jari tangan. Titik - titik refleksi pada tangan
menuju ke otak kemudian diterima otak dan diproses dengan cepat lalu diteruskan
menuju syaraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan di
jalur energi organ tersebut menjadi lancer. Terapi relaksasi genggam jari dapat
membantu tubuh, pikiran, dan jiwa untuk mencapai titik relaksasi (Cane, 2013).
endorfin, hormon ini merupakan analgesik alami dari tubuh sehingga nyeri akan
Dari hasil observasi dan wawancara pada 5 pasien di Ruang Kebidanan RSUD
perawat Ruang Kebidanan RSUD Bangkinang meskipun telah diberi terapi farmaka
(analgetik) dan terapi non farmaka (teknik nafas dalam), nyeri pada pasien post
sectio caesarea masih belum bisa teratasi, dibuktikan dengan nyeri yang dirasakan
nyeri pada Ny. A dengan post sectio caesarea di Ruang Kebidanan RSUD
Bangkinang”
B. Rumusan Masalah
masalah pada kasus ini adalah “Bagaimanakah penerapan teknik relaksasi genggam
jari terhadap intensitas nyeri pada Ny. A dengan post sectio caesarea di Ruang
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan teknik relaksasi genggam jari terhadap intensitas nyeri pada
2. Tujuan Khusus
e) Mampu melaksanakan evaluasi pada pada Ny. A dengan post sectio caesarea
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
manfaat dan dapat diaplikasikan serta dijadikan sebagai salah satu tindakan
nyeri pada pasien post sectio caesarea, khususnya dengan relaksasi genggam
jari.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
a. Definisi
dilakukan untuk melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan
dan histerektomi. Sectio caesarea merupakan tindakan insisi pada dinding perut
dan dinding rahim untuk mengeluarkan janin dengan syarat berat janin diatas
melalui insisi di dinding perut dengan indikasi dan syarat - syarat tertentu.
pervaginal bisa saja terlaksana tetapi ada suatu keadaan sedemikian rupa yang
menjadikan kelahiran lewat sectio caesarea akan aman bagi ibu, anak ataupun
(Aprianto, 2019).
Pada umumnya, sectio caesarea tidak dapat dilakukan pada janin yang
mati, keadaan syok, anemia berat yang belum diatasi, dan kelainan kongenital
berat (bayi besar). Kontraindikasi dilakukannya sectio caesarea ada tiga, yaitu
1) Janin dalam rahim berada dalam keadaan yang tidak baik sehingga
2) Jika jalan lahir ibu mengalami infeksi luas dan tidak tersedia fasilitas untuk
Sectio caesarea tipe ini, merupakan prosedur yang sering dipilih karena
adalah insisi dilakukan pada segmen bawah uterus, otot tidak dipotong
tetapi dipisah kesamping, cara ini dapat mengurangi perdarahan. Lapisan
otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah dirapatkan kembali
generalisata.
Pada tipe ini sayatan bisa diperlebar atau diperluas ke atas. Pelebaran ini
diperlukan jika bayinya besar, terdapat malposisi janin, seperti letak lintang
perdarahan dari tepi sayatan yang lebih banyak, karena terpotongnya otot.
Tidak jarang pula adanya luka insisi tanpa dikehendaki meluas ke segmen
dalam menyingkapkan segmen bawah. Akan tetapi teknik ini hampir sudah
tidak dilakuka lagi karena adanya resiko pelengketan isi abdomen pada
luka jahitan uterus dan insiden ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.
bersifat fatal. Teknik peda prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja
multiple dan luas, kasus - kasus kanker cerviks atau ovarium, ruptura
uterus yang tidak dapat diperbaiki. Tipe ini juga sebagai metode sterilisasi
jika kelanjutan haid tidak dikehendaki demi alasan medis dan pada ibu
anak dan tidak ingin menambah lagi. Sebagai metode sterilisasi, prosedur
Namun demikian, ada beberapa komplikasi pada tipe ini sehingga prosedur
ini tidak dianjurkan sebagai prosedur rutin sterilisasi (Oxorn dan Forte,
2014).
pasca sectio caesarea adalah akibat dari tindakan anastesi, jumlah darah yang
perdarahan pasca sectio caesarea juga dapat terjadi karena atonia uteri,
pelebaran insisi uterus, kesulitan mengeluarkan plasenta, dan hematoma
ligamentum latum. Komplikasi serius yang bisa muncul pada ibu post sectio
fistula di traktus urinaria dan usus, infeksi insisi, serta obstruksi usus.
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa
hari selama nifas. Komplikasi lainnya adalah nyeri pasca operasi sectio
caesarea, setelah efek anastesi habis, biasanya pasien akan merasakan nyeri di
abdomen bekas insisi operasi. Nyeri dapat bersifat ringan hingga berat
maka akan timbul masalah lain seperti potensi penurunan kekuatan otot perut
karena adanya sayatan pada dinding perut dan adanya penurunan kekuatan otot
seiring dengan membesarnya janin dalam uterus. Selain dampak di atas juga
adanya nyeri dan kondisi ibu yang masih lemah (Basuki, 2017).
a. Definisi
juga merupakan proses patologis pada tubuh. Nyeri adalah sesuatu yang
menyakitkan pada tubuh individu yang mengalaminya dan dapat terjadi kapan
tidak hanya melibatkan respon fisik dan mental tetapi juga merupakan reaksi
individu bermacam - macam, seperti pegal, linu, ngilu, keju, kemeng, dan lain
sebagainya. Meskipun rasa nyeri hanya satu rasa protopatik (primer), tapi pada
dasarnya rasa nyeri adalah rasa majemuk yang dikombinasi dari nyeri,
panas/dingin dan rasa tertekan. Jadi dari beberapa pengertian diatas, dapat
adanya kerusakan jaringan aktual maupun potensial. Rasa nyeri antar individu
berbeda - beda karena nyeri bersifat subjektif dan individual (Muttaqin, 2015).
b. Klasifikasi Nyeri
1) Nyeri Akut
dirasakan seseorang selama kurang dari enam bulan. Nyeri akut umumnya
kerusakan maka berlangsung tidak lama dan tidak ada penyakit sistemik,
Beberapa pustaka lain mengatakan nyeri akut yaitu kurang dari 12 minggu.
Nyeri 6-12 minggu adalah nyeri sub akut dan nyeri diatas 12 minggu
2) Nyeri Kronis
dengan tetap dan sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak
pastinya.
c. Mekanisme Nyeri
disebut sebagai neuron aferen primer. Jaringan saraf yang naik dari medula
spinalis ke batang otak dan talamus disebut dengan neuron penerimaan kedua,
penerima ketiga.
nyeri yang masuk ke kornus posterior sehingga asupan nyeri dapat ditekan. Jasi
modulasi merupakan proses desendern yang dikontrol oleh otak seseorang, pada
fase modulasi terdapat suatu interaksi dengan system inhibisi dan transmisi
berjam-jam sampai dengan berhari-hari. Fase ini dimulai pada saat dimana
nosiseptor telah mengirimkan sinyal pada formatio reticularis dan juga talamus,
sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran dan efek sinyal ini kemudian
dilanjutkan ke area system limbik. Area ini mengandung sel-sel yang dapat
dimengerti, sensitive terhadap dosis, jenis kelamin dan perbedaan etnis. NRS
adalah skala nyeri yang lebih banyak digunakan khususnya pada kondisi pasien
1-3 : nyeri ringan ( ada rasa nyeri dan masih dapat ditahan)
4-6 : nyeri sedang (ada rasa nyeri, terasa menganggu, memerlukan usaha yang
tertahankan.
e. Manajemen Nyeri
Obat merupakan salah satu bentuk pengendalian nyeri, obat nyeri terbagi
(amitriptilin).
(2012) ada beberapa teknik dan juga metode yang dapat dilakukan dalam
upaya untuk mengatasi nyeri antara lain yaitu distraksi, hipnotis, meditasi,
terapi musik, akupuntur, pijat, kompres panas dan dingin, teknik relaksasi nafas
1) Analgetik
susunan saraf pusat. Efek samping dari pemberian analgesik opioid adalah
tanda vital klien harus dievaluasi setiap 4 jam sekali. Jumlah urin dan
jumlah darah yang hilang serta keadaan fundus uteri harus diperiksa,
adanya abnormalitas harus dilaporkan, selain itu, suhu juga perlu diukur.
4) Ambulasi Pada hari pertama post operasi, klien dengan bantuan perawat
5) Perawatan luka. Luka insisi diinspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka
harus segera dicek kembali bila terdapat kehilangan darah atau bila
1) Definisi
Teknik genggam jari adalah cara yang mudah untuk mengelola emosi dan
energi yang mengalir di dalam tubuh, pikiran, dan jiwa. Saat kita merasakan
perasaan yang berlebihan, aliran energi di dalam tubuh kita menjadi tersumbat
terhubungkan dengan berbagai organ dan emosi, dengan memegang setiap jari
(Cane, 2013).
a) Dapat mengurangi nyeri dan dan mengontrol diri ketika terjadi perasaan
merasa merana.
hati
3) Mekanisme Kerja Relaksasi Genggam Jari
meridian energi yang terdapat di sepanjang jari - jari tangan. Titik - titik
gelombang kejut atau listrik menuju ke otak kemudian diterima otak dan
diproses dengan cepat lalu diteruskan menuju syaraf pada organ tubuh yang
menjadi lancer. Terapi relaksasi genggam jari dapat membantu tubuh, pikiran,
dan jiwa untuk mencapai titik relaksasi. Secara ilmiah, dalam keadaan
analgesik alami dari tubuh sehingga nyeri akan berkurang (Cane, 2013).
Cara melakukan teknik genggam jari menurut Cane (2013) dan Liana (2008),
adalah :
a) Genggam tiap jari mulai dari ibu jari selama 2 - 5 menit, anda bisa memulai
d) Rasakan getaran atau rasa sakit keluar dari setiap ujung jari - jari tangan.
Lakukan cara diatas beberapa kali pada jari tangan lainnya. Tindakan
Relaksasi Genggam Jari dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari atau saat
nyeri terasa.
B. Diagnosa Keperawatan
Adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat,
sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial (NANDA 2015). Masalah keperawatan yang muncul pada
pasien sectio caesarea adalah ;
1. Nyeri Akut bd Agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik bd nyeri
3. Konstipasi bd penurunan tonus otot
4. Menyusui tidak efektif bd ketidakadekuatan suplai ASI
5. Resiko infeksi bd adanya luka insisi
C. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawa untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (potter & pretty, 2011).
5. Evaluasi
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan
tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukkan
perubahan sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai
sebagaian apabila jika klien menunjukkan perubahan pada sebagaian
kriteria hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien
menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.
(Suprajitno dalam Wardani,2013)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Klien
Nama : Ny.A
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Nama : Tn..R
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
merasa kontraksi terus menerus lalu di bawah ke klinik ngampit tempat pasien
kontrol, pasien di periksa tekanan darah pasien tinggi 180/120 bidan pun
tekanan darah pasien tetap tinggi lalu tim medis di RSUD merencanakan
tindakan operasi SC dengan indikasi PEB (pre eklampsi berat),operasi
dilakukan pada jam 09.00 dan selesai jam 11.00 dan bayi lahir dengan BB
daerah insisi, luka post sc rasanya seperti terbakar dan tersayat-sayat nyeri di
2. Riwayat Obsetri
a. Riwayat Menstruasi
4) Siklus : lancar
Genogram
Laki-laki
Perempuan
Sudah meninggal
Pasien
.......... Tinggal 1 rumah
a. Persalinan Sekarang
1) Kala persalinan
d) Kala IV :
Jumlah :5 cc
(3)) K
: (√ ) Baik ( ) Tidak
1) Melaksanakan KB : (√ ) ya
3. Riwayat Kesehatan
4. Pemeriksaan Fisik
5. Pemeriksaan Fisik
Nadi: 83x/menit,
Suhu: 36,4ºC,
Respirasi:20x/menit.
6. Sistem pernafasan
Inspeksi: Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot bantu nafas, pola
antara kanan dan kiri sama, Perkusi thorax resonan, tidak memakai alat
7. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi: Tidak ada nyeri dada , tidak ada cyanosis, irama jantung regular.
Palpasi : pulsasi kuat di ICS V midklavikula sinistra, CRT < 2 detik, tidak
8. Sistem persyarafan
ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada nyeri kepala. Klien
mengatakan saat dirumah tidur siang selama 4 jam dari jam 10.00 sampai
jam 14.00, tidur malam selama 9 jam dari jam 20.00 sampai jam 05.00.
tubuh.
9. Sistem genetourinaria
Inspeksi: Bentuk alat kelamin normal, uretra normal, alat kelamin bersih,
produksi urin 1500 ml/hr, warna jernih, bau khas urine, tempat yang
digunakan toilet, tidak ada alat bantu yang digunakan. klien mampu
melakukan tugas fisik dan aktivitas seperti perawatan diri secara mandiri,
klien diseka sehari sekali oleh keluarganya terkadang tidak diseka, selalu
mengganti bajunya jika kotor. Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada bladder.
bersih, pasien rajin menggosok gigi, keadaan gigi tidak ada caries,
lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas feses, tempat yang digunakan
toilet, tidak ada pemakaian obat pencahar, perkusi: abdomen tidak terjadi
otot ekstremitas atas (5,5), ekstremitas bawah (5,5). Tidak ada fraktur,
tidak ada dislokasi, akral hangat, turgor baik, kembali <3 detik, tidak ada
(HGB)
TERAPI
- Oral :
PQRST:
R:Pada abdomen
S: Dengan skala 6
Do: jaringan
kesadaran:composmentis darah .
-GCS : 4-5-6
-TTV:
N :83x/Menit
RR: 20 x/Menit
-Pasien tampak meringis saat
bergerak
Tampak luka vertikal post SC
Hambatan
h\\\\\
Diagnosa Keperawatan
TUJUAN /
No. INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. Setelah diberikan 1. Bina Hubungan Saling Agar tercipta
asuhan keperawatan Percaya hubungan saling
selama 2x24 jam percaya antara
diharapkan nyeri perawat dan pasien
dapat berkurang
dengan Kriteria hasil 2. Lakukan observasi Mengetahui sejauh
: nyeri secara mana nyeri yang
1. Pasien mampu komprehensif (lokasi, dirasakan pasien
mengenali nyeri karakteristik, durasi, berkurang atau tidak
(skala, intensitas, frekuensi, kualitas)
frekuensi, dan tanda
nyeri) 3. Observasi TTV Mengetahui kondisi
2. Pasien mengatakan umum peningkatan
rasa nyaman dan pasien
melaporkan bahwa
nyeri telah berkurang 4. Ajarkan teknik non Agar pasien dapat
3. Mampu mengontrol farmakologi seperti mengontrol nyeri
nyeri distraksi dan relaksasi
4. Tanda tanda vital
dalam batas rentang 5. Kolabari pemberian Pemberian analgesik
normal anallgesik dengan tim dapat mengurangi
2. Setelah diberikan 1. Observasi kemampuan Mengetahui
asuhan keperawatan pasien dalam mobilisasi kemampuan klien
selama 2x24 jam dalam mobilisasi
diharapkan klien
mampu beraktivitas 2. Jelaskan tentang Menambah
kembali dengan latihan ROM kemampuan klien
Kriteria Hasil : sebelum dilakukan
1. Mengerti tujuan
dari peningkatan mobilisasi
mobilitas fisik
3. Ajarkan kepada klien
2. Memverbalisasikan Memudahkan klien
tentang latihan ROM
perasaan dalam dalam melatih
meningkatkan kekuatan fisik dalam
kekuatan dan melakukan gerakan
kemampuan berpindah secara bertahap
3. Kemampuan klien
4. Dampingi dan bantu
meningkat dalam Membantu klien
pasien saat mobilisasi
aktivitas fisik dalam mika miki dan
dan bantu penuhi
4. Bantu untuk dapat membantu
kebutuhan ADL
mobilisasi kebutuhan ADL
Implementasi
No. Dx TANGGAL JAM IMPLEMENTASI
1. 04/08/2022 08.00 1. Membina hubungan saling percaya
dengan cara perawat mengenalkan
Hari je 2
08.25 - N = 86 x/m
- S = 36.5oc
- RR = 21 x/m
08.30 2. Mengobservasi
karakteristik nyeri dan
skaa nyeri
- skala nyeri turun menjadi
08.32
4, terasa panas
3. Menganjurkan melakukan
10.05 teknik relaksasi
4. Memberikan posisi yang
nyaman
5. Mengkolaborasikan
pemberian analgesic
- injeksi iv Ketorolac 10mg
10.06
6. Memberikan terapi melalui
IV
- injeksi iv Cefuroxime
250mg
- injeksi iv Metoclopramid
10mg
2 05-08-2022
1. Mengobservasi kemampuan
pasien dalam nmobilisasi
2. Membantu pasien saat
mobilisasi
3. Memberikan dukungan dan
bantuan keluarga atau orang
terdekat pada latihan gerak
pasien
Evaluasi
DIAGNOSA CATATAN
TANGGAL PARAF
KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
31/03/2022 Nyeri Akut b/d S : Ibu mengatakan nyeri
terputusnya kontinuitas pada luka operasinya
jaringan akibat luka O : K/U cukup
pembedahan TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
S : 36.5oc
RR : 21 x/m
P : Luka bekas operasi
Q : Nyeri terasa panas
R : Luka bekas operasi
di bagian bawah
abdomen
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri timbul saat
ibu mobilisasi
-Wajah tampak
menyeringai
-Ibu memegangi
perutnya
-Adanya nyeri tekan
pada luka bekas
operasi
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
(no 2,3,4,5)
Hari kedua
DIAGNOSA CATATAN
TANGGAL PARAF
KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
01/04/2022 Nyeri Akut b/d S : Pasien mengatakan
nyeri berkurang pada luka
terputusnya kontinuitas
bekas operasinya
jaringan akibat luka O : K/U cukup
pembedahan TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/m
S : 36oc
RR : 20 x/m
P : Luka bekas operasi
Q : Nyeri terasa tidak
panas
R : Luka bekas
operasi di bagian
bawah abdomen
S : Skala nyeri 2
T : Nyeri timbul saat
ibu mobilisasi
-Wajah tampak rilex
-Ibu jarang
memegangi perutnya
A : Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
S : Pasien sudah
bisa melakukan
aktivitas walaupun
perlahan lahan
O : K/U cukup
TD : 120/80 mmHg
N : 86 x/m
S : 36oc
RR : 20 x/m
-Pasien dapat mika
miki
-ADL sendiri
-tidak terpasang infus
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Implementasi Evidence Based Nursing (EBN) :
1. Persiapan
melakukan diskusi jurnal tentang pemberian teknik relaksasi genggam jari dengan
Pasien yang akan diberikan intervensi harus sesuai dengan kriteria inklusi
yang ada pada EBN yaitu pasien post SC, kesadaran penuh dan menyadari waktu
dan tempat, memiliki pernapasan spontan. tidak memiliki asma, alergi, paru
obstruktif kronis dan penyakit paru-paru lainnya, dermatitis kontak dengan zat
2. Pelaksanaan
pasien post operasi. Pemberian genggam jari dilakukan 3 kali sehari saat nyeri
nyeri pasien dengan menggunakan pengkajian nyeri Visual Analogue Scale dengan
3. Evaluasi
skala 5 (sedang) turun menjadi skala 2 (ringan). Pada saat pengkajian tampak
Pada 2 jam pertama skala nyeri pasien masih berada di skala 5 (sedang).
Pada jam 13.00 dilakukan pengkajian nyeri kembali dan pasien mengatakan
skala nyeri sudah berkurang dan tampak skala nyeri yang dirasakan pasien di
skala 4.
Pada jam 15.00 pasien mendapatkan terapi medis berupa paracetamol 4×500
mg. Pada jam 14.00 dilakukan pengkajian nyeri kembali dan pasien mengatakan
skala nyeri berkurang dan tampak skala nyeri yang dirasakan pasien di skala 3.
PEMBAHASAN
Teknik relaksasi genggam jari efektif terhadap penurunan skala nyeri pada
pasien post sc 6 jam. Hal ini berhubungan dengan pengaruh intervensi genggam
jari yang dilakukan pada setiap ujung jari dimana area ini merupakan saluran
tubuh serta emosi yang berkaitan. Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan
dan mengembalikan emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks sehingga
Hal ini dapat dijelaskan pada teori Gate Control dimana adanya stimulus
nyeri pada area luka bedah menyebabkan keluarnya mediator nyeri yang akan
menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen non nosiseptor.
sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang. Teori two gate control
menyatakan bahwa terdapat satu “pintu gerbang” lagi di thalamus yang mengatur
dan fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Relaksasi genggam jari merupakan salah satu cara mengurangi
Teknik relaksasi genggam jari merupakan cara yang mudah mengelola emosi dan
terdapat saluran atau meridian energi yang terhubung dengan berbagai organ dan
emosi. Teknik relaksasi genggam jari membantu tubuh, pikiran dan jiwa untuk
jari selama 30 menit yaitu 15 menit dijari-jari tangan kanan pada 15 menit dijari-
jari tangan kiri untuk mengetahui perubahan intensitas nyeri post operasi sectio
caesarea. Dari hasil pengamatan dan penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian
operasinya.
Responden juga dapat menunjukkan lokasi nyeri yang dirasakan serta
relaksasi genggam jari ini merupakan salah satu manajemen nyeri non
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Setelah dilakukan pengkajian tidak semua pemeriksaan fisik yang ada diteori
2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik dan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, Rencana
4. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Dari semua diagnosa
B. Saran
1. Bagi Responden
Dengan penelitian ini diharapkan ibu post sectio caesarea dan masyarakat
dapat menerima informasi tentang relaksasi genggam jari dan aromaterapi lemon
sebagai salah satu terapi non farmakologi untuk menurunkan intensitas nyeri post
sectio caesarea. Selain itu, diharapkan ibu post sectio caesarea mau dan mampu
untuk menggunakan terapi relaksasi genggam jari dan aromaterapi lemon untuk
keperawatan dalam mengatasi masalah nyeri pada pasien post sectio caesarea tidak
hanya memberikan terapi farmaka saja, akan tetapi dapat dikembangkan dengan
memberikan relaksasi genggam jari dan aromaterapi lemon sebagai salah satu
post sectio caesarea serta dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi RSUD
Bangkinang, bahwa pemberian terapi relaksasi genggam jari dapat dijadikan SOP
dalam pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif pada ibu post sectio
keperawatan pada pasien post sectio caesarea. Bagi institusi pendidikan agar dapat
komplementer.
DAFTAR PUSTAKA