Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK MATERNITAS


SECTIO CAESAREA

Disusun Oleh:
DESI ADAYANI
NIM. 211133046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PROFESI NERS
2021/2022
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis  Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KLINIK MATERNITAS

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik


(Clinical Teacher) dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).

Telah disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing akademik pembimbing klinik

Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding Rahim dengan syarat

Rahim dalam keadaan utuh serta janin diatas 500 gr (Wiknjosastro 2015).

Sectio Caesarea adalah jalan alternative menyambut kelahiran seorang bayi

melalui operasi praktis. Pembedahan dilakukan pada perut dan Rahim ibu

(MT Indiarti dan Khotimah Wahyudi 2016)

Word Health Organization (WHO) menetapkan standart rata-rata SC

sebuah Negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia. Rumah

sakit pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta lebih dari 30%

(Gibbsonn L, et al, 2010). Menurut WHO peningkatan persalinan dengan

sectio caesara diseluruh Negara selama tahun 2017- 2018 yaitu 110.000 per

kelahiran diseluruh asia (Kounteya, S.2010). Angka persalinan SC yang ada

sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada berbagai upaya untuk menguranginya

karena meningkatnya morbiditas dan morbiditas ibu . Pada kasus SC angka

mortalitias 2 kali angka pelahiran pervaginam, disamping itu angka

morbiditas yang terjadi akibat infeksi, kehilangan darah dan kerusakan organ

internal lebih tinggi dalam persalinan SC (Cunningham, 2016).

Penyebab persalinan dengan bedah Sectio Caesarea ini bisa karena

masalah di pihak ibu maupun bayi. Terdapat dua keputusan bedah

Sectiocaesarea, pertama keputusan bedah Sectio Caesarea yang sudah


didiagnosa sebelumnya. Penyebab antara lain bayi sungsang, sebagian kasus

mulut tertututpnya plasenta, bayi kembar, kehamilan pada usia lanjut, sesar

sebelumnya, dan sebagainya. Kedua adalah keputusan diambil tiba-tiba

karena tuntutan kondisi darurat. Contoh kasus ini antara lain, persalinan

berkepanjangan, bayi belum lahir lebih dari 24 jam sejak ketuban pecah,

kontraksi terlalu lemah dan sebagainya (akhmad, 2008).

Banyak sekali masalah yang seringg dihadapi oleh ibu post Sectio

Caesarea diantaranya rasa nyeri, kecemasan, dan gangguan mobilitas.

Gangguan-gangguan tersebut membuat ibu post Sectio Caesarea merasa

tidak nyaman atau menimbulkan ketidaknyamanan ibu post Sectio Casarea.

Nyeri dirasakan ibu post post Sectio Caesarea yang berasal luka bekas

sayatan operasi post Sectio Caesarea berada dibawah perut. Tingkat

keparahan nyeri yang dirasakan oleh ibu post post Sectio Caesarea

tergantung pada psikologis dan fisiologi individu ibu dan toleransi yang di

timbulkan nyeri. (Whalley, 2008).

Tindakan SC (Sectio Caesarea) akan memutuskan kontinuitas atau

persambungan jaringan karena insisi yang akan mengeluarkan reseptor

nyeri terutama setelah efek anastesi habis. (Des dan Berlian, 2018).

Melahirkan dengan cara operasi memang lebih cepat dan mudah. Namun,

bukan berarti dengan operasi section caesarea ibu akan terbebas dari rasa

nyeri. Melahirkan dengan sectio caesarea memerlukan waktu

penyembuhan luka uterus/rahim yang lebih lama dari pada persalinan

normal. Selama luka belum benar benar sembu, rasa nyeri bisa saja timbul
pada luka operasi. Bahkan menurut pengakuan para ibu yang melahirkan

dengan menggunakan prosedur operasi, rasa nyeri memang kerap terasa

sampai beberapa hari setelah operasi, sehingga nyeri berpengaruh negative

dan mengganggu kenyamanan bagi individu yang merasakan. (Maryunani,

20).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial.

Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang dibnding suatu

penyakit manapun (Smeltzer, 2010). Tanpa melihat sifat, pola atau

penyebab nyeri, nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek

yang membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya,

Upaya yang dapat dilakukan terutama untuk mengatasi nyeri yang

dialami pasien yaitu dengan melakukan Asuhan keperawatan secara

komperhensif mulai dari pengkajian menggunakan komunikasi terapeutik

pada pasien dan mengkaji secara komperhensif dari nyeri meliputi, lokasi

nyeri, kualitas nyeri dan factor persipitasi dari nyeri. Melakukan evaluasi

dari pengalaman nyeri pasien masa lalu. Melakukan perawatan luka post

section cassarea, mengajarkan pasien tekhnik distraksi relaksasi, pasien

mobilisasi. Menganjurkan pasien untuk meningkatkan kualitas tidur dan

memberikan analgetik. Tujuan dari intervensi tersebut adalah mengatasi

masalah nyeri.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana penurunan nyeri pada pasien
post sectio caesarea.

C. TUJUAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara
penurunan nyeri pada pasien post sectio caesarea .
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2016). Sedangkan menurut (Gulardi & Wiknjosastro, 2017)
Sectio caesarea adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh.
Menurut (Mansjoer,2017) Sectio caesarea ialah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding parut dan dinding rahim.
Kesimpulan bahwa Sectio Caesarea adalah suatu tindakan
pembedahan yang menjadi alternatif bila ibu dan janin terganggu untuk
mengeluarkan janin dengan cara melakukan sayatan pada dinding abdomen
dan dinding uterus.
2. Etiologi
Menurut Manuaba (2016) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea
adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa
penyebab sectio sebagai berikut :
a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu
tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin ketika akan lahir
secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
b. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternatal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KDP ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.
d. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio
caesarea. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu,
bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya
jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1. Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya
kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau
mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian
kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang
terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %. c) Presentasi dahi, posisi kepala antara
fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasnya dengan sendirinya
akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2. Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi
bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong tidak
sempurna dan presentasi kaki.
3. Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat di atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. Indikasi dilakukan tindakan sc yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan janin lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik aspek
kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat kurang informasi dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosin
yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit,
luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu
perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah satu utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum.
Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin
maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam
keadaan upnou yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin
bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini
juga mempengaruhi saluran pencarnaan dengan menurunkan mobilitas
usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancur dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada
di lambung akan menumpung dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sengat motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan
pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo,
2017).
4. Tanda dan gejala
Menurut Saifuddin (2017), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :
a. Pusing
b. Mual muntah
c. Nyeri sekitar luka operasi
d. Peristaltic usus menurun.
5. Komplikasi
Menurut Cunningham (2016) yang sering terjadi pada ibu SC :
a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi atas :
1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
3) Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.
b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri ikut terbuka atau karena atonia uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
d. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur.
Yang sering terjadi pada bayi : Kematian perinatal.
6. Web Of Caution (WOC)
sumber: Mansjoer,2017

7. Pemeriksaan diagnostic
a. Elektroensefalogram (EEG) Untuk membantu menetapkan jenis dan
fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti Resonance Imaging (MRI) Menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat bila
menggunakan pemindaian CT.
d. Uji laboratorium
1) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) AGD
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah
8. Penatalaksanaan Medik
Menurut Cunningham (2016) penatalaksanaan klien post Sectio
Caesarea ialah :
Keperawatan
a. Perawatan awal
1) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.
2) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
3) Transfusi darah jika perlu
4) Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinanan terjadi perdarahan pasca
bedah.
b. Diet Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu di mulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah bleh dilakukan
pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar.
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
d. Fungsi gastrointestinal
1) Jika tindakan tidak berat beri pasien diet cair
2) Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
3) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
4) Pemberian infis diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.
5) Perawatan funsi kandung kemih
6) Pembalutan dan perawatan luka
Medis
a. Cairan IV sesuai indikasi.
b. Anestesi regional atau general
c. Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.
d. Tes laboratorium sesuai indikasi
e. Pemberian oksitosin sesuai indikasi
f. Tanda vital per protokol ruang pemulihan
g. Persiapan kulit pembedahan abdomen
h. Persetujuan ditandatangani
i. Pemasangan kateter fole.
BAB III
EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE (EBNP)

1. PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI


PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA ( Yoahana pransiska,2019)

Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan


metode penelitian preeksperimen, menggunakan rancangan one group pre test
- post test design. Pembahasan: Memberikan kompres hangat yang aman dan
menguntungkan adalah cara yang tepat. Penggunaan kompres hangat yang telah
dijadikan suatu tindakan memudahkan ibu dengan cara meletakkan kompres
hangat dibagian nyeri sehingga ibu tidak repot dan tidak harus dipusingkan
dengan peralatan atau tindakan yang membuat diaterganggu dengan proses
adaptasi post SC yang sedang dijalaninya. Hasil : 5 responden yang mengatakan
keberhasilan penatalaksaan terhadap nyeri post operasi dapat meningkatkan
kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat (tenaga
kesehatan) didapatkan kesimpulan bahwa dengan adanya kesadaran dan
perhatian terhadap nyeri yang dirasakan oleh pasien post operasi serta
dilakukannya intervensi untuk mengurangi keluhan nyeri akan meningkatkan
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan walaupun nyeri yang
dialaminya dikategorikan nyeri sedang dengan skala 5 sampai berat dan harus
beraktivitas saat mengalami sensai nyeri tersebut. Prinsip kerja kompres hangat
dengan mempergunakan buli-buli panas atau kantong air panas yang dibungkus
kain dan diletakkan abdomen bawah yaitu dengan secara konduksi dimana terjadi
pemindahan panas antara benda dengan suhu yang berkontak langsung satu sama
lain. Panas berpindah mengalami penurunan gradient termal dari benda yang
lebih panas yang berbeda bersangkutan satu sama lain, molekul yang lebih panas
dan bergerak lebih cepat, sehingga molekul yang lebih dingin itu menjadi lebih
hangat
2. LITERATURE REVIEW : PENGARUH KOMPRES HANGAT
TERHADAP NYERI POST OPERASI (Rizky Eka Yuniarti,2020)

Metode: penelitian ini menggunakan metode tinjauan pustaka (systematic


literature review), pencarian dengan electronic data base. Kriteria inklusi yang
digunakan yaitu artikel dengan pasien post operasi yang mengalami nyeri ringan,
sedang, berat dapat diakses full text. Tahun jurnal yang digunakan dibatasi 2013-
2020. Hasil : berdasarkan telaah literatur pada 4 jurnal ditemukan ada penurunan
nyeri pada responden setelah dilakukan kompres hangat dari skala 4 hingga turun
menjadi skala 3. Kompres hangat mampu mengurangi spasme otot dan
memberikan rasa nyaman pada pasien. Kesimpulan: dapat disimpulkan
pemberian kompres hangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri pada pasien
post operasi. Kompres hangat dapat diberikan dengan menggunakan handuk
panas atau silika gel yang telah dipanaskan atau botol yang telah diisi air panas
atau bantalan pemanas. Dapat juga langsung dengan menggunakan shower air
panas langsung pada bahu, perut atau punggungnya jika ibu merasa nyaman,
kompres hangat yang paling efektif untuk mengurangi nyeri adalah
menggunakan handuk yang direndam dalam air kemudian diperas dan
dikompreskan ke punggung bawah atau perut ibu .

3. Literatur Riview Terapi Kompres hangat Untuk Menurunkan Nyeri Pada


Pasien Post Sectio Caesarea(Ervira Marthia (2021) 

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian


kompres hangat terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca operasi section
caesarea di RSUD Wates. Metode: Penelitian ini menggunakan desain Quasy-
eksperimen dengan pre-test and post-test with control group design. Responden
yang masuk dalam kriteria inklusi diambil 16 orang untuk masing-masing
kelompok intervensi dan kontrol. Pengukuran skala nyeri menggunakan
Numerical Rating Scales, dimana skala nyeri diukur sebelum dan setelah
pemberian intervensi selama 2 hari, dimana setiap hari diberikan 2 kali
intervensi. Rata-rata skala nyeri kelompok intervensi sebesar 3,38, ini lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol dimana rata-rata sebesar 4,71
(skala 1-10). Kesimpulan: Teknik kompres hangat berpengaruh terhadap
intensitas nyeri pada pasien pasca operasi section caesarea di RSUD Wates.
Kompres panas pada abdomen bawah mengurangi nyeri karena panas
meningkatkan sirkulasi darah sehingga menurunkan anoksia jaringan yang
disebabkan kontraksi dan ketegangan. Efektivitas kompres hangat terhadap
penurunan nyeri post operasi section caesarea ditunjang oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah media yang digunakan, yaitu dengan menggunakan handuk
sebagai media pengompresan; suhu air, dimana suhu yang paling efektif untuk
menurunkan nyeri dan aman adalah pada suhu kehangatan 38-40ºC. dan terakhir
adalah lamanya pengompresan, waktu pengompresan yang efektif adalah 20
menit.

4. PERBEDAAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK MASASE


UNTUK MENGURANGI NYERI POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI BPS NINING HARYUNI DAN BPS NURHASANAH DI BANDAR
LAMPUNG (Dessy Rosalinda,2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan teknik kompres hangat
dan teknik masase untuk mengurangi nyeri post operasi SC. Subjek penelitian
ini adalah seluruh ibu bersalin yang memasuki post operasi SC. Objek penelitian
ini adalah nyeri post operasi section caesarea. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah kuasi eksperimen. Besar sampel yang digunakan yaitu 60
responden . Variabel Independen dalam penelitian ini adalah teknik kompres
hangat dan teknik masase. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Nyeri
post operasi section caesarea. Data diolah secara manual dengan analisis
univariat dan bivariat menggunakan t-test dengan derajat kesalahan 0,05 %.
Hasil penelitian didapat proporsi penurunan nyeri pada teknik kompres hangat
yaitu 27 pasien (90%) dan proporsi penurunan nyeri pada teknik masase yaitu 24
pasien (80%). Hasil uji statistik mengetahui perbedaan teknik kompres hangat
dan teknik masase dalam mengurangi nyeri post operasi section caesarea didapat
t-hitung >t-tabel yaitu 3,05>2,00. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada
perbedaan teknik kompres hangat dan teknik masase untuk mengurangi nyeri
post operasi section caesarea di BPS Nining Haryuni dan BPS Nurhasanah di
Bandar Lampung. Di harapkan bidan dapat menggunakan teknik kompres hangat
atau masase untuk mengurangi nyeri post operasi section caesarea. Untuk
memasangkan kompres hangat, Anda dapat menggunakan medium, seperti
kain, handuk, botol, maupun pad khusus untuk mengisi air hangat. Sebelum
digunakan, medium seperti botol dan pad khusus terlebih dahulu diisi air
hangat dengan suhu 33-37,7°C.Sementara medium seperti kain dan handuk
dapat dicelupkan pada air dengan suhu yang sama. Selanjutnya, letakkan
kompres hangat pada area abdomen atau punggung pasien . kompres
hangat juga dapat diganti per 20 menit sekali.

5. PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP


PERBEDAAN WAKTU FLATUS PADA PASIEN POST OPERASI
SECTIO CAESAREA (Darwis A Suhananto,2015)

Penelitian ini bersifat asosiatif analitik dengan rancangan quasi eksperiment


(eksperimen semu). Penelitian dilakukan pada bulan desember - februari 2011
dengan jumlah sampel sebesar 30 pasien. Teknik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling. Hasilnya setelah dilakukan analisa data dengan
menggunakan uji statistik t test independent maka didapatkan hasil nilai t hitung
= -27,021 dan nilai signifikansi ( ? ) 0,000, sehingga jika dibandingkan dengan t
tabel = ± 2.048 dan ? = 5%, maka t hitung > t tabel dan ? < 0,05, sehingga Ho
ditolak. Kesimpulannya adalah ada pengaruh pemberian kompres hangat
terhadap perbedaan waktu flatus pada pasien post operasi caesar. kompres hangat
yang paling efektif untuk mengurangi nyeri adalah menggunakan handuk yang
direndam dalam air kemudian diperas dan dikompreskan ke punggung bawah
atau perut ibu selama 15 menit dan boleh diulang kembali sampai nyeri menurun.
6. PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT DENGAN AROMA
LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA
PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RS. DETASEMEN KESEHATAN
TENTARA (DKT) BENGKULU (Haifa Wahyu,2019)\

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan metode penelitian


pre-eksperiment, menggunakan rancangan one group pre test - post test design.
Sampel sebanyak 15 responden yang diambil dengan teknik purposive sampling.
Hasil analisis univariat diperoleh intensitas nyeri pasien post SC sebelum
dilakukan kompres hangat dengan aroma lavender yaitu 15 orang (100%)
responden mengalami nyeri sedang dengan rentang skala 4-6. Sedangkan
intensitas nyeri pasien post SC sesudah dilakukan kompres hangat dengan aroma
lavender yaitu 12 orang (80,0%) responden mengalami nyeri ringan dengan
rentang skala 1-3, dan 3 orang (20,0%) responden dengan intensitas nyeri sedang
dengan rentang skala 4-6. Hasil analisis bivariat menunjukan ada pengaruh terapi
kompres hangat dengan aroma lavender terhadap penurunan intensitas nyeri pada
pasien post SC di RS. DKT Bengkulu . Efektivitas kompres hangat terhadap
penurunan nyeri post operasi section caesarea ditunjang oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah media yang digunakan, yaitu dengan menggunakan handuk
atau buli-buli yang dibalut kain sebagai media pengompresan, waktu
pengompresan yang efektif adalah 20 menit.

7. EFEKTIVITAS FOOT MASSAGE DAN KOMPRES HANGAT


TERHADAP NYERI POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUMAH
SAKIT ISLAM KLATEN (Devi Permata Sari,2019)

Latar Belakang: Penerapan terapi nonfarmakologi yang sedikit mempunyai


dampak negative terhadap pasien, mudah dilakukan juga tidak memakan biaya
yang banyak sehingga dapat mengurangi skala nyeri post pembedahan terutama
SC yang signifikan,Tujuan: Untukk mengetahui Efektifitas Foot Massage dan
Kompres Hangat terhadap tingkat nyeri Post Operasi Sectio caesarea.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
desain eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan rancanganpretest postest
non-equivalent control group. Populasi dalam penelitian ini semua pasien
bersalin yang dilakukan dengan cara SC di RSI Klaten pada bulan April sampai
Juni 2018 dengan jumlah 330 pasien dengan menggunakan teknik sampling
purposive sampling didapatkan sebanyak 20 orang. Hasil: Nyeri pasien post
caesarea sebelum diberikan foot massage adalah denganrerata skor 4,6 dan
setelah diberikan intervensi foot massage adalah dengan skor
3,7.Nyeri pasien post caesarea sebelum diberikan intervensi kompres hangat
adalah dengan rerata skor 5 dan setelah diberikan kompres hangat dengan rerata
skor 2,80. Kesimpulan. Kompres hangat lebih efektif dibandingkan dengan foot
massage terhadap penurunan nyeri pasien post operasi caesarea. Untuk
memasangkan kompres hangat,dapat menggunakan media seperti kain, handuk,
botol, maupun pad khusus untuk mengisi air hangat. Sebelum digunakan,
medium seperti botol dan pad khusus terlebih dahulu diisi air hangat dengan suhu
33-37,7°C. Selanjutnya, letakkan kompres hangat pada area abdomen atau
punggung pasien . kompres hangat juga dapat diganti per 20 menit sekali.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan
meliputi distres janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit,
nomor registrasi, dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan
untuk menentukan prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada
post operasi SC biasanya adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan
sakit pinggang.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat pada saat sebelum inpartus di
dapatkan cairan yang keluar pervaginan secara spontan kemudian
tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
2) Riwayat kesehatan dahulu Didapatkan data klien pernah riwayat SC
sebelumnya, panggul sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi
penyakit yang lain dapat juga mempengaruhi penyakit sekarang.
3) Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit turunan dalam keluarga
seperti jantung, HT, TBC, DM, penyakit kelamin, abortus yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan
rambut, dan apakah ada benjolan.
b) Mata Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sclera kuning.
c) Telinga Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
d) Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
e) Mulut dan gigi Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering /
lembab.
2) Leher Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar
tiroid, karna adanya proses penerangan yang salah.
3) Thorak
a) Payudara Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada
payudara, areola hitam kecoklatan, putting susu menonjol, air
susu lancer dan banyak keluar.
b) Paru-paru I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak
terlihat pembengkakan. P : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak
teraba massa P : Redup / sonor A : Suara nafas Vesikuler /
ronkhi / wheezing
c) Jantung I : Ictus cordis teraba / tidak P : Ictus cordis teraba /
tidak P : Redup / tympani A : Bunyi jantung lup dup
4) Abdomen I : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban,
adanya strie gravidarum P : Nyeri tekan pada luka,konsistensi
uterus lembek / keras P : Redup A : Bising usus
5) Genetalia Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air
ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan
letak anak.
6) Eksremitas Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan
karena membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena
penyakit jantung atau ginjal.
7) Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada post partum
tekana darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh
turun.

2. Diagnosis yang muncul


a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan tampak
meringis.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan
merasa lemah.
d. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dibuktikan
dengan tidak mampu mandi/berpakaian secara mandiri.
e. Gangguan mobilitan fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis
(anestesi) dibuktikan dengan fisik lemah.
f. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur
pembedahan dibuktikan dengan perdarahan.

Rencana asuhan keperawatan


no Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan (SIKI)
Keperawatan (SDKI) (SLKI)

1. Nyeri akut Setelah dikakukan Observasi :


berhubungan dengan tindakan keperawatan • Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen cedera fisik 1x24jam diharapkan frekuensi, intensitas nyeri
Tingkat nyeri menurun. • Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil : • Identifikasi factor penyebab nyeri
• Keluhan nyeri menurun • Monitor efek samping penggunaan
(5) analgetik
•Tampak meringis Terapeutik :
menurun (5) • Berikan teknik nonfarmakologis
• Sikap protektif menurun (tarik nafas dalam, kompre hangat
(5) atau dingin)
• Kontrok lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu,
pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
• Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi pereda nyeri
• Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
• Anjurkan teknik nonfarkamkologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian analgetik
(jika perlu)
2. Resiko infeksi Setelah melakukan Observasi :
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1x 8 • Monitor tanda dan gejala infeksi
kerusakan integritas jam diharapkan Tingkat local dan sistemik
kulit. infeksi menurun. Kriteria Terapeutik :
Hasil : • Batasi jumlah pengunjung
• Kebersihan tangan • Berikan perawatan kulit pada area
meningkat (5) edema
• Kebersihan badan • Cuci tangan sebelum dan sesudah
meningkat (5) kontak dengan pasien dan
• Nyeri menurun (5) lingkungan pasien
• Pertahankan teknikn aseptic pada
pasein beresiko tinggi
Edukasi :
• Jelaska tanda dan gejala infeksi
• Ajarkan cuci tangan dengan benar
• Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
• Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian antibiotok
ataupun imusisasi (jika perlu)

3. Intoleransi aktivitas Setelah melakukan Observasi :


berhubungan dengan tindakan keperawaran • Identifikasi keterbatasan fungsi dan
imobilitas 1x24 jam diharapkan gerak sendi
Toleransi aktivitas • Monitor lokasi dan sifat
meningkat. Kriteria Hasil : ketidaknyamanan atau rasa sakit
• Kemudahan dalam selama bergerak atau beraktivitas
melakukan aktivitas Terapeutik :
sehari-hari meningkat (5) • Lakukan pengendalian nyeri sebelum
• Kecepatan berjalan memulai latihan
meningkat (5) • Berikan posisi tubuh optimal untuk
• Jarak berjalan meningkat gerakan sendimpasif atau aktif
(5) • Fasilitasi menyusun jadwal latihan
• Perasaan lemah menurun rentang gerak aktif atau pasif
(5) • Berikan penguatan positif untuk
melakukan latihan bersama
Edukasi :
• Jelaskan kepada pasien atau keluarga
tujuan dan rencanakan latihan
bersama
• Anjurkan pasien duduk ditempat
tidur, disisi tempat tidur (menjuntai)
atau di kursi
• Anjurkan melakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif secara
sistematis

4. Defisit perawatan diri Setelah dikakukan Observasi :


berhubungan dengan tindakan keperawatan • Monitor tingkat kemandirian
kelemahan fisik 1x24 jam diharapkan • Identifikasi kebutuhan alat bantu
Perawatan diri meningkat. dlam melakukan kebersihan diri,
Kriteria Hasil : berpakaian, berhias, dan makan.
•Kemampuan mandi • Monitor integritas kulit pasien.
meningkat (5) Observasi :
• Kemampuan • Monitor tingkat kemandirian
mengenakan pakaian • Fasilitasi kemandirian klien
secara mandiri meningkat • Jadwalkan rutinitas perawatan diri
(5) Edukasi :
• Mempertahankan • Anjurkan melakukan perawatan diri
kebersihan diri meningkat secara konsisten sesuai kemampuan
(5) • Anjurkan ke toilet secara mandiri

5. Gangguan mobilitas Setelah dikakukan Observasi :


fisik berhubungan tindakan • Identifikasi adanya nyeri atau
dengan efek agen keperawatan 1x24 jam keluhan fisik lainnya
farmakologis diharapkan • Identifikasi toleransi fisik
(anestesi) Mobilitas fisik meningkat. melakukan pergerakan
Kriterian Hasil : Terapeutik :
• Nyeri menurun (5) • Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan
• Kelemahan fisik alat bantu
menurun (5) • Libatkan keluarga untuk membantu
• Kekuatan otot meningkat pasien dalam meningkatkan
(5) pergerakan
• Gerakan terbatas Edukasi :
menurun (5) • Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
• Anjurkan mobilisasi dini
• Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. duduk di
tempat tidur, pindah dari tempat
tidur ke kursi)
6. Resiko Setelah dikakukan Observasi :
ketidakseimbangan tindakan • Monitor frekuensi dan kekuatan
cairan berhubungan keperawatan 1x24 jam nadi
dengan prosedur diharapkan • Monitor tekana darah
pembedahan Keseimbangan cairan • Monitor jumlah dan warna urin
meningkat. • Monitor inteka dan output cairan
Kriteria Hasil : Terapeutik :
• Asupan cairan meningkat • Atur waktu pemantauan sesuai
(5) dengan kondisi klien
• Kelembaban membrane • Dokumentasikan hasil pemantauan
mukosa meningkat (5) Edukasi :
• Membrane mukosa • Jelaskan tujuan dan prosedur
membaik pemantauan
(5) • Informasikan hasil pemantauan
• Turgor kulit membaik (5)
BAB IV

A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan mengenai pengaruh kompres panas terhadap
penurunan skala nyeri pada ibu primipara post seksio sesaria diperoleh
bahwa :Ada pengaruh pemberian kompres panas terhadap penurunan skala
nyeri pada ibu post seksio sesaria.

B. SARAN
Untuk saran di harapkan manajemen nyeri berupa tindakan kompres
hangat dapat lebih intensif di lakukan di rumah sakit dan di rumah oleh
perawat, pasien dan keluarga pasien guna mengefektifkan penurunan rasa
nyeri pada pasien post operasi sectio caesarea.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, 2016. Penatalaksanaan Post SC

Ilmu Kebidanan, 2016. Buku Masa Nifas. Jakarta

Sarwono, 2016. Buku Ibu Post Partum. Jogjakarta : Mitra Cendika Press

Gulardi & Wiknjosastro, 2017. Buku Sistem Organ Reproduksi pada Post Partum.
Jakarta

Manuba Ida, Bagus, Gde, Prof. Dr. SpOG, 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta

Mansjoer,2017. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta : EGC

PPNI, 2017, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Cetakan III, Jakarta : DPP PPNI

Saifuddin, 2017. Buku Maternitas Dasar. Jakarta:EGC

Tim Pokja SDKI PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai