Disusun Oleh :
IMAM RAHMADHAN
N2112317
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding Rahim dengan syarat Rahim dalam keadaan utuh
serta janin diatas 500 gr (Wiknjosastro 2010). Sectio Caesarea adalah jalan alternative
menyambut kelahiran seorang bayi melalui operasi praktis. Pembedahan dilakukan pada
perut dan Rahim ibu. (MT Indiarti dan Khotimah Wahyudi 2014)
Penyebab persalinan dengan bedah Sectio Caesarea ini bisa karena masalah di pihak
ibu maupun bayi. Terdapat dua keputusan bedah Sectio caesarea, pertama keputusan bedah
Sectio Caesarea yang sudah didiagnosa sebelumnya. Penyebab antara lain bayi sungsang,
sebagian kasus mulut tertututpnya plasenta, bayi kembar, kehamilan pada usia lanjut, sesar
sebelumnya, dan sebagainya. Kedua adalah keputusan diambil tiba-tiba karena tuntutan
kondisi darurat. Contoh kasus ini antara lain, persalinan berkepanjangan, bayi belum lahir
lebih dari 24 jam sejak ketuban pecah, kontraksi terlalu lemah dan sebagainya (akhmad,
2008).
Banyak sekali masalah yang seringg dihadapi oleh ibu post Sectio Caesarea
diantaranya rasa nyeri, kecemasan, dan gangguan mobilitas. Gangguan-gangguan tersebut
membuat ibu post Sectio Caesarea merasa tidak nyaman atau menimbulkan
ketidaknyamanan ibu post Sectio Caesarea. Nyeri dirasakan ibu post post Sectio Caesarea
yang berasal dari luka bekas sayatan operasi post Sectio Caesarea berada dibawah perut.
Tingkat keparahan nyeri yang dirasakan oleh ibu post post Sectio Caesarea tergantung pada
psikologis dan fisiologi individu ibu dan toleransi yang di timbulkan nyeri. (Whalley, 2008).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial. Nyeri sangat mengganggu dan
menyulitkan banyak orang dibnding suatu penyakit manapun (Smeltzer, 2010). Tanpa
melihat sifat, pola atau penyebab nyeri, nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai
efek yang membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya, hal ini dapat
mempengaruhi system pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan
imunologik (Yeager dkk, 1987 dalam Smeltzer, 2010). Strategi pelaksanaan nyeri baik
pendekatan farmakologis dan non farnakologis. Semua intervensi akan sangat berhasil bila
dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah dan keberhasilan sering di capai jika beberapa
intervensi diterapkan secara simultan (Smeltzer, 2010)
Upaya yang dapat dilakukan terutama untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien
yaitu dengan melakukan Asuhan keperawatan secara komperhensif mulai dari pengkajian
menggunakan komunikasi terapeutik pada pasien dan mengkaji secara komperhensif dari
nyeri meliputi, lokasi nyeri, kualitas nyeri dan factor persipitasi dari nyeri. Melakukan
evaluasi dari pengalaman nyeri pasien masa lalu. Melakukan perawatan luka post section
cassarea, mengajarkan pasien tekhnik distraksi relaksasi, pasien mobilisasi. Menganjurkan
pasien untuk meningkatkan kualitas tidur dan memberikan analgetik. Tujuan dari intervensi
tersebut adalah mengatasi masalah nyeri
B. TUJUN
1. DEFINISI
Sectio caesarea yaitu cara agar dapat melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Nurarif & Kusuma, 2015). Sectio
caesarea yaitu persalinan yang dilakukan dengan pembedahan dimana irisan
dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Endang Purwoastuti and Siwi
Walyani, 2014).
2. ETIOLOGI
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan
letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta
previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi
kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).
3. PATOFISIOLOGI
Pada proses persalinan ada hambatan dapat menyebabkan bayi tidak dapat
dilahirkan secara normal, seperti : plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis,
panggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distoksia service dan
mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio caesarea( SC ). Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri pasien secara madiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan
post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Terjadi kelainan pada
ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak memungkinkan
dan akhirnya harus dilakukan tindakan Sectio caesarea, bahkan sekarang Sectio
caesarea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010)
4. KLASIFIKASI
Menurut arah sayatan pada rahim, Sectio caesarea dapat dilakukan yaitu :
Caranya membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-
kira sepanjang 10 cm (Nurarif & Kusuma, 2015)
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemantauan EKG
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan Darah
7. Urinalis
6. KOMPLIKASI
a. Infeksi peurperal
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
b. Perdarahan
7. PENATALAKSANAAN POST OP
Menurut (Hartanti, 2014), ibu post sectio caesarea perlu mendapatkan perawatan
sebagai berikut :
A. Ruang Pemulihan
Pasien dipantau dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan dilakukan
palpasi fundus uteri untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan kuat.
Selain itu, pemberian cairan intravena juga dibutuhkan karena 6 jam pertama
penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan intravena harus cukup
banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Wanita dengan berat badan rata-rata
dengan hematokrit kurang dari atau sama dengan 30 dan volume darah serta
cairan ekstraseluler yang normal umumnya dapat mentoleransi kehilangan darah
sampai 2.000 ml.
B. Ruang perawatan
Tanda-tanda vital yang perlu di evaluasi adalah tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan, jumlah urine, jumlah perdarahan, dan status fundus uteri.
b. Pemberian obat-obatan
Kateter umumnya dapat dilepas dalam waktu 12 jam pasca operasi atau
keesokan paginya setelah pembedahan dan pemberian makanan padat bisa
diberikan setelah 8 jam, bila tidak ada komplikasi.
e. Ambulasi
Ambulasi dilakukan 6 jam pertama setelah operasi harus tirah baring dan
hanya bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung jari kaki dan
memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta
menekuk dan menggeser kaki. Setelah 6 jam pertama dapat dilakukan miring
kanan dan kiri. Latihan pernafasan dapat dilakukan sedini mungkin setelah
ibu sadar sambil tidur telentang. Hari kedua post operasi, pasien dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya. Pasien dapat diposisikan setengah duduk atau semi
fowler. Selanjutnya pasien dianjurkan untuk belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke tiga sampai hari
ke lima pasca operasi.
f. Perawatan Luka
Luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit, bila balutan basah dan
berdarah harus segera dibuka dan diganti. Perawatan luka juga harus rutin
dilakukan dengan menggunakan prinsip steril untuk mencegah luka terinfeksi.
g. Pemeriksaan Laboratorium
h. Menyusui
1. PENGKAJIAN
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pusat,
abrupsio plasenta dan plasenta previa. Pengkajian terdiri dari :
a. Identitas Klien
Terdiri dari identitas klien yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, status marital, tanggal masuk RS, tanggal
operasi, nomor CM, ruang / kamar, diagnosa medis, tanggal pengkajian, alamat.
Identitas penanggung jawab terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, alamat.
3. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling menonjol dan yang paling dirasakan oleh klien
dengan post partum seksio sesarea. Pada saat dilakukan pengkajian pada
umumnya klien mengeluh nyeri luka operasi di daerah abdomen.
Klien mengeluh nyeri di bagian abdomen, nyeri dirasakan terus menerus seperti
disayat benda tajam, nyeri bertambah saat bergerak atau batuk.
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin dan abortus
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat Obstetri
Pada pasien post operasi yang dicurigai indikasi sectio caesarea umumnya
mengalami kelainan letak bayi (letak sunsang dan letak lintang), factor
plasenta (plasenta previa, solution plasenta, plasenta accrete, vasa previa),
kelainan tali pusat (prolapses tali pusat, telilit tali pusat), bayi kembar
(multiple pregnancy), pre eklamsia berat (PEB) , dan ketuban pecah dini
(KPD).
Pada pemeriksaan bagian abdomen tampak ada striae, linea alba, ada
sayatan dibawah umbilicus. Kontraksi uterus keras, dan tinggi fundus
uteri 2 jari diatas umbilicus. Kaji keluhan pada daerah luka post operasi
pada saat bergerak.
b. Riwayat Ginekologi
- Riwayat Menstruasi
Umur klien dan suami pada waktu nikah, lama menikah, berapa kali
menikah.
- Riwayat Kontrasepsi
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Keadaan umum pada pasien post operasi sectio caesarea 30 menit pertama
kesadaran samnolen, 30 menit kemudian pasien sadar penuh dengan kesadaran
composmentis. Pasien tampak lemas.
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah normal atau menurun < 120/90 mmHg, nadi meningkat > 80
kali permenit, suhu meningkat 37,5 ºC dan respirasi meningkat (takipnue,
dispneu, napas dangkal).
b) Sistem Integumen
Keadaan luka operasi pada abdomen (apakah ada infeksi atau ada nanah, apakah
lukanya kering), skala nyeri, turgor kulit, striase gravidarum, warna rambut,
penyebaran rambut, kebersihan kulit kepala dan rambut, keadaan dan warna kuku
klien.
c) Sistem Sensori
- Mata
Keadaan konjungtiva (merah segar atau merah pucat) , sklera (putih atau
kuning), pupil (isokor kanan dan kiri) reflek terhadap cahaya (miosis
atau mengecil), alat bantu penglihatan.
- Telinga
- Hidung
Keadaan lubang hidung bersih, apakah terdapat polip atau tidak, kebersihan
(apakah terdapat serumen atau tidak), apakah ada sumbatan jalan nafas.
- Mulut
Mukosa bibir, keadaan gigi, fungsi pengecapan dan menelan, keadaan lidah,
palatum, orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil.
- Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar getah bening, kaji adanya distensi vena
jugularis kelenjar thyroid dan keluhan.
d) Abdomen
Pada pemeriksaan terdapat sayatan bekas operasi, adanya perban luka pada
abdomen. Pasien mengalami nyeri post sectio caesarea, lokasi nyeri pada
abdomen bagian bawah. Mengkaji luka jahitan post operasi sectio caesarea yang
meliputi kondisi luka (melintang atau membujur, kering atau basah, adanya
nanah atau tidak), dan mengkaji kondisi jahitan (jahitan menutup atau tidak,
terdapat tanda-tanda infeksi serta warna kemerahan pada sekitar area jahitan luka
post sectio caesarea atau tidak).
e) Dada
- Paru-paru
hipersonor.
- Payudara
f) Sistem Kardiovaskuler
Apakah ada peningkatan vena jugularis, jika ada pendarahan saat persalinan post
sectio caesarea konjungtiva anemis, tetapi jika pendarahan hebat disertai dengan
penurunan hemoglobin yang tajam, terjadinya penurunan kapilaritas akibat
gangguan perpusi pada perifer, jika disertai dengan riwayat pre-eklamsi berat
tekanan darah jadi meningkat dengan sistol ≥140 dan diastolik ≥100.
g) Sistem Pencernaan
Efek anestesi mukosa bibir kering, bising usus tidak ada atau lemah. Adanya
mual atau muntah yang disebabkan iritasi lambung atau efek sentral dari anastesi,
sehingga menimbulkan nyeri tekan di efigastrium dan terjadinya konstipasi
karena terhambatnya aktivitas usus.
h) Sistem Perkemihan
Perut menjadi kendur dan terdapat luka operasi Panjang, luka baru bisa dilihat
pada hari ketiga
- Sistem Reproduksi
Merah hitam (lochea rubra), bau biasa, tidak ada bekuan darah atau
butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil), jumlah perdarahan yang
ringan atau sedikit. Abnormalnya : merah terang, bau busuk,
mengeluarkan darah beku, perdarahan hebat. Periksa keadaan
perineum yang perlu diperhatikan : kemerahan pada perineum, adakah
edema atau pembengkakan pada labia, adakah lebam pada labia/
perdarahan bawah kulit, pengeluaran pervagina, adakah pertautan atau
pelekatan pada jaringan.
1) Nutrisi
Ibu post partum harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, pil zat
besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40 hari pasca
bersalin, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup, mengonsumsi kapsul vitamin A, agar
bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya (Saifuddin,
2001 dalam Siti, dkk 2013). Makanan bergizi terdapat pada sayur hijau,
seperti bayam, sawi, kol dan sayur hijau lainnya. Lauk pauk dapat memilih
daging ayam, ikan telur dan sejenisnya, beserta buah-buahan segar. Ibu
post sectio caesarea harus menghindari makanan dan minuman yang
mengandung bahan kimia, pedas dan menimbulkan gas (Simkin dkk, 2007
dalam Siti dkk, 2013).
2) Cairan
a) Eliminasi
b) Istirahat Tidur
Tidur klien kurang dai kebutuhan tubuh karena adanya nyeri pada luka
operasi, Hal ini juga bisa disebabkan oleh cemas yang datang dari klien.
c) Personal Hygiene
Pemenuhan personal hygine terganggu seperti mandi, cuci rambut, gosok gigi,
gunting kuku. Karena adanya luka operasi pada abdomen ditambah kondisi
klien yang lemah
d) Aktivitas
e) Aspek Psikologis
- Keadaan emosi
- Tingkat kecemasan
f) Aspek Sosial
2) Apakah klien ikut aktif dalam suatu kegiatan organisasi masyarakat atau
tidak
2) Perawatan payudara
g) Aspek Spiritual
Mengkaji apa agama klien, keadaan ibadah klien sebelum sakit dan sesudah
nifas.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur Operasi) dibuktikan
dengan mengeluh nyeri
Terapeutik
Edukasi
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pemberian analgesik
Tindakan
Observasi
- Identifikasi karakteristik
nyeri( mis.pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Terapeutik
- Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar
dalam serum
- Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
Kolaborasi
Tindakan
Observasi
Terapeutik
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
Edukasi
- Anjurkan memposisikan
tubuh senyaman mungkin (mis,
duduk, baring)
penuh
- Demontrasikan menarik
napas selama 4 detik, menahan
napas selama 2 detik dan
menghembuskan napas selama
8 detik
Konseling laktasi
Tindakan
Observasi
- Identifikasi keadaan
emosional ibu saat akan
- Identifikasi permasalahan
yang ibu alami selama proses
menyusui
Terapeutik
- Gunakan teknik
mendengarkan aktif (mis.
duduk sama tinggi, dengarkan
permasalahan ibu)
Edukasi
Pemberian kesempatan
menghisap pada bayi
Tindakan
Observasi
Terapeutik
Edukasi
- Anjurkan memberi
kesempatan bayi sampai lebih
dari 1 jam atau sampai bayi
menunjukkan tanda-tanda siap
menyusui
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Nama Mahasiswa : Asriani Tgl. Pengkajian : 19/11/2021
NIM 14420211064 Jam : .10.00
RS/Ruangan : RSUD Kota
kendari/AZALEA
NO. RM 25 69 96
A. Pengkajian
1. DATA UMUM PASIEN
a) Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
1) Inisial pasien : Ny. H Insial Suami : Tn. I
2) Usia : 21 tahun Usia : 22 tahun
3) Status perkawinan : Kawin Status Perkawinan : Kawin
4) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
5) Pendidikan
: SMA Pendidikan : SMA
terakhir
terakhir
b) Riwayat kehamilan yang lalu
No Thn Tipe Penolong Jenis BBL Keadaan bayi Masalah
Persalinan kelamin waktu lahir keperawatan
- - - - - - - -
d) Kepala Leher
Kepala : Tampak bersih, tidak ada benjolan
Mata : Tampak simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan
alat bantu
Hidung : Tampak bersih, tidak tampak sekret
Mulut : Tampak bersih, tidak ada caries pada
gigi
Telinga : Tampak bersih, tidak menggunakan alat bantu
Leher : Tampak bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Masalah khusus : Pasien mengatakan tidak ada masalah
e) Dada
Jantung : Normal, tidak ada bunyi tambahan
Paru : Normal, tidak ada bunyi tambahan
Payudara : Simetris kiri/kanan
Puting susu : Menonjol keluar, areola hitam
Pengeluaran ASI : Baik
Masalah khusus : tidak ada masalah
f) Abdomen
Fundus uteri : Kontraksi: baik, Posisi: setinggi pusat
Fungsi pencernaan : Baik
Masalah khusus : Nyeri luka bekas operasi
P: pasien mengeluh nyeri pada luka post op
Q: Nyeri tajam
R: nyeri tembus ke belakang
S: Skala 6
T: ± 15 menit, dirasakan hilang timbul
g) Perineum dan Genital
Vagina : Integritas kulit: Baik
Edema: Tidak tampak adanya edema
Memar: Tidak tampak memar
Hematom: Tidak ada kumpulan darah
Perineum : Utuh
Tanda REEDA
R: Kemerahan : Tidak ada
E: Edema : Tidak ada
E: Ekimosis : Tidak ada
D: Dischargeserum : Tidak ada
A: Approximate : Baik
Kebersihan: area perineum tampak darah
Lokia : Jumlah: Pasien tampak menggunakan pembalut
Jenis/warna: Warna merah gelap
Konsistensi: Cair disertai sedikit gumpalan
Bau: Tidak ada
Hemorrhoid : Derajat: Tidak ada
Lokasi: Tidak ada
Berapa lama: Tidak ada
Nyeri: Tidak nyeri
Masalah khusus: Pasien mengatakan tidak ada masalah
h) Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Edema: Tidak ada
Varises: Tidak ada
Ekstremitas Bawah : Edema: Tidak ada
Varises: Tidak ada
Masalah khusus : Pasien mengatakan tidak ada masalah
i) Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAK
BAK saat ini: pasien tampak terpasang kateter urine, jumlah
urine saat pengkajian 200 ml, pasien tampak
menggunakan pembalut
Nyeri: Tidak ada
Fekal : Kebiasaan BAB
BAB saat ini: Pasien mengatakan sudah BAB setelah post op
SC H1
Konstipasi: Setelah persalinan pasien sudah BAB
Masalah khusus: Pasien mengatakan tidak ada masalah
j) Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur
Kebiasaan tidur : Lama 7-8 jam/hari
Frekuensi 2x/hari
Pola tidur saat ini : Lama 4-5 jam/hari
Frekuensi tidak teratur
Keluhan ketidaknyamanan: pasen merasa agak tidak nyaman karena
terbatas pergerakannya
Masalah khusus : Pasien mengatakan susah tidur karena nyeri
perut post op
k) Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi : Sudah bisa miring kanan/kiri
Latihan/senam : Belum ada
Masalah khusus : Pasien mengatakan segala aktifitas di bantu
oleh keluarga
l) Nutrisi dan Cairan
asupan nutrisi : Sebelum persalinan, nafsu makan baik,
3x/hari, porsi 1 piring dihabiskan, tidak ada
pantangan, tidak ada alergi
setelah bersalin sudah makan tapi porsi tidak
dihabiskan.
asupan cairan : Sebelum persalinan, 7 gelas/hari
setelah bersalin belum ada minum
masalah khusus : tidak ada masalah
m) Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : Orientasi baik
Penerimaan terhadap bayi: Baik
Masalah khusus : Pasien mengatakan cemas
n) Kemampuan menyusui:
Pasien mengatakan belum punya kemampuan menyusui, pasien pernah
memberikan ASI melalui dot
o) Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini:
1) Cefotaxime 1 gram / 8 jam
Manfaat : mencegah infeksi pada luka operasi
2) Ketorolac 1 ampul / 8 jam
Manfaat : obat untuk meredakan nyeri dan peradanagn. Obat ni
sering digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa
menyebabkan nyeri
3) Ranitidine 1 ampul /8 jam menangani gejala produksi asam
berlebihan di dalam lambung
3. RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN
a) Masalah:
1) Pasien mengatakan nyeri luka post operasi tembes kebelakang
2) PQRST
P: pasien mengeluh nyeri pada luka post op
Q: Nyeri tajam
R: nyeri tembus ke belakang
S: Skala 6
T: ± 15 menit, dirasakan hilang timbul
3) Pasien mengatakan belum mempunyai kemampuan menyusui
4) Pasien mengatakan susah melakukan aktivitas
5) Pasien mengatakan susah tidur
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
Pasien mengatakan nyeri pada luka pasien tampak lemah
post operasi tembus kebelakang PQRST
Pasien mengatakan belum P: pasien mengeluh nyeri pada luka
mempunyai kemampuan menyusui post op
Pasien mengeluh susah tidur Q: Nyeri tajam
karena nyeri yang di rasakan R: nyeri tembus ke belakang
pasien mengatakan ketika miring S: Skala 4
kiri miring kanan di bantu oleh T: ± 15 menit, dirasakan hilang timbul
keluarganaya Pasien tampak meringis kesakitan
pasien mengatakan segala aktivitas Segala aktvitas pasien tampak di bantu
di bantu oleh keluarga oleh keluarga
pasien mengeluh nyeri saat Pasien tampak terpasang kateter
bergerak Pola tidur saat ini : Lama 4-5 jam/hari,
Frekwensi tidak teratur
Gerakan pasien tampak terbatas
Tampak ada balutan luka post operasi
Pasien tampak menenguap
Vital sign:
Tekanan Darah: 430/80 mmHg
Nadi: 80 x/menit
Pernapasan: 21 x/menit
Suhu: 36.7°C
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1. DS: Op Sectio Caesarea Nyeri akut
Pasien mengatakan ↓
nyeri pada luka post Terputusnya kontinuitas
operasi tembus jaringan
kebelakang ↓
DO: Merangsang area sensorik
Pasien tampak meringis ↓
kesakitan\ Nyeri akut
PQRST
P: pasien mengeluh nyeri
pada luka post op
Q: Nyeri tajam
R: nyeri tembus ke
belakang
S: Skala 6
T: ± 15 menit, dirasakan
hilang timbul
Tampak ada balutan luka
post operasi
Vital sign:
Tekanan Darah: 140/70
mmHg
Nadi: 80 x/menit
Pernapasan: 21 x/menit
Suhu: 36.8°C
2. DS : Adanya luka section Gangguan
pasien mengatakan ketika caesare Mobilitas Fisik
miring kiri miring kanan ↓
di bantu oleh Terputusnya kontinuitas
keluarganaya jaringan
pasien mengatakan segala ↓
aktivitas di bantu oleh Merangsang tubuh,
keluarga mengeluarkan protagladin,
pasien mengeluh histamine, serotonin
nyeri saat bergerak ↓
DO : Impuls di kirim ke
pasien tampak lemah thalamus korteks selebri
Segala aktvitas pasien ↓
tampak di bantu oleh Nyeri
keluarga ↓
Gerakan pasien Kelemahan fisik
tampak terbatas ↓
Pasien tampak terpasang Gangguan mobilitas fisik
kateter
3. DS : Nyeri post op Gangguan Pola
Pasien mengeluh susah ↓ Tidur
tidur karena nyeri yang di Terbangun
rasakan ↓
DO : Susah untuk tidur lagi
pasien tampak lemah ↓
pasien tampak menguap Gangguan pola tidur
Pola tidur saat ini :
Lama 4-5 jam/hari
Frekwensi tidak teratur
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
(D.0077)
2. Gangguan moblitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Hambatan fisik (mis. Nyeri)
(D.0055)
C. Intervensi Keperawatan
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA
TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
sabtu, 20 Nov Nyeri akut 1) mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : klien mengeluh nyeri pada luka post op
2021 berhubungan dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
O : KU lemah, klien tampka meringis
agen pencedera fisik hasil :
10.00 kesakitan, skala nyeri 6
(prosedur operasi) P: pasien mengeluh nyeri pada luka post op
(D. 0077) Q: Nyeri tajam A : nyeri akut belum teratasi di tandai dengan
Sab tu, 22 Nov Nyeri akut 1) mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : klien masih mengeluh nyeri pada luka
2021 berhubungan dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
O : pasien meringis cukup menurun, skala nyeri
agen pencedera fisik hasl
16.00 2
(prosedur operasi) P: pasien mengeluh nyeri pada luka post op
(D. 0077) Q: Nyeri tajam A : nyeri akut belum teratasi di tandai dengan
R: nyeri tembus ke tingkat nyeri cukup menurun
belakang S: Skala 2
P : Lanjut intervensi :
T: ± 15 menit, dirasakan hilang timbul
2) memberikan teknik nonfarmakologis untuk 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
sabtu, 20 Nov Gangguan mobilitas 1) mengidentifikasi adanya nyeri atau S : Pasien mengeluh susah untuk bergerak
2021 fisik berhubungan keluahan fisik lainnya
O : -Pasien tampak lemah
hasil : pasien mengeluh nyeri pada luka post
dengan nyeri -Terdapat luka post op
10.21 op
(D.0054) 2) melibatkan keluarga untuk membantu -Terpasang kateter
pasien dalam meningkatkan pergerakan
A : masalah gangguan moblitas fisik belum
hasil : pasien di bantu oleh keluarga jka
teratasi di tandai dengan segala pemenuhan
melakukan pergerakan, mis. Miring kiri
ADL pasien dibantu oleh kelurga pasien
miring kanan dan kebutuhan lainnya
P : lanjut ntervensi
3) menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
hasil : pasien dan keluarga pasien dapat 1) identifikas adanya nyeri atau keluahan fisik
lainnya
mengerti tujuan dari moblisasi 2) libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
3) jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
sabtu, 20 Nov Gangguan mobilitas 1) mengidentifikasi adanya nyeri atau S : Pasien masih mengeluh susah untuk
2021 fisik berhubungan keluahan fisik lainnya bergerak
hasil : pasien mengeluh nyeri pada luka post
dengan nyeri O : -Pasien tampak lemah
15.00 op
(D.0054) 2) melibatkan keluarga untuk membantu -Terdapat luka post op
pasien dalam meningkatkan pergerakan -Terpasang kateter
hasil : pasien di bantu oleh keluarga jka
A : masalah gangguan moblitas fisik belum
melakukan pergerakan, mis. Miring kiri
teratasi di tandai dengan segala pemenuhan
miring kanan dan kebutuhan lainnya
ADL pasien masih dibantu oleh kelurga
3) menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
pasien
hasil : pasien dan keluarga pasien dapat
P : lanjut ntervensi
mengerti tujuan dari moblisasi
1) identifikas adanya nyeri atau keluahan fisik
lainnya
2) libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
3) jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
sabtu, 21 Nov Gangguan mobilitas 1) mengidentifikasi adanya nyeri atau S : tidak ada keluhan
fisik berhubungan keluahan fisik lainnya
2021 dengan nyeri hasil : pasien mengeluh nyeri pada luka post O : -Terdapat luka post op
(D.0054) op
16.00 A : masalah gangguan moblitas fisik teratasi di
2) melibatkan keluarga untuk membantu
tandai dengan ADL pasien sudah bisa di
pasien dalam meningkatkan pergerakan
lakukan sendiri
hasil : pasien di bantu oleh keluarga jka
P : pertahankan intervensi
melakukan pergerakan, mis. Miring kiri
miring kanan dan kebutuhan lainnya
3) menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
hasil : pasien dan keluarga pasien dapat
mengerti tujuan dari moblisasi
Nama : Ny. H
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosis Keperawatan III: Gangguan pola tidur berhubungan dengan Hambatan fisik (mis. Nyeri)
(D.0055)
Hari/Tanggal : 19/11/2021
Diagnosa medis : Post Sectio Caesarea
No. RM 25 69 96
Hari/ Diganosa Implementasi Keperawata Evaluasi
tanggal/jam keperawatan
Sabtu, 20 Nov Gangguan pola tidur 1) mengidentifikasi faktor pengganggu tidur S : klien mengeluh susah untuk untuk tidur
2021 berhubungan dengan hasil : pasien mengeluh susah tidur ketika
O : KU tampak lemah, klien sering menguap
hambatan fisik timbul nyeri pada luka post op
10.21
(nyeri) (D.0055) 2) Memodifikasi lingkungan A : gangguan pola tidur belum teratasi di tandia
Hasil : memberikan tempat tidur yang dengan pasien mengeluh susah tidur
Sabtu, 20 Nov berhubungan dengan 1) mengidentifikasi faktor pengganggu tidur S : pasien masih mengeluh susah untuk untuk
2021 hambatan fisik hasil : pasien mengeluh susah tidur tidur
(nyeri) (D.0055) berkurang
15.21 O : KU tampak lemah
2) Memodifikasi lingkungan
Hasil : memberikan tempat tidur yang A : gangguan pola tidur belum teratasi di tandia
nyaman dan tenang, pola tidur klien tampak dengan pasien mengeluh susah tidur