Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN

Dengan persalinan Sectio Caesarea


Disusun dalam rangka memenuhi tugas Stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

IMAM RAHMADHAN
N2112317

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding Rahim dengan syarat Rahim dalam keadaan utuh
serta janin diatas 500 gr (Wiknjosastro 2010). Sectio Caesarea adalah jalan alternative
menyambut kelahiran seorang bayi melalui operasi praktis. Pembedahan dilakukan pada
perut dan Rahim ibu. (MT Indiarti dan Khotimah Wahyudi 2014)

Word Health Organization (WHO) menetapkan standart rata-rata SC sebuah Negara


adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia. Rumah sakit pemerintah kira-kira 11%
sementara rumah sakit swasta lebih dari 30% (Gibbsonn L, et al, 2010). Menurut WHO
peningkatan persalinan dengan sectio caesara diseluruh Negara selama tahun 2017- 2018
yaitu 110.000 per kelahiran diseluruh asia (Kounteya, S.2010). Angka persalinan SC yang
ada sebenarnya terlalu tinggi sehingga ada berbagai upaya untuk menguranginya karena
meningkatnya morbiditas dan morbiditas ibu (Ensor, et al., 2010). Pada kasus SC angka
mortalitias 2 kali angka pelahiran pervaginam, disamping itu angka morbiditas yang terjadi
akibat infeksi, kehilangan darah dan kerusakan organ internal lebih tinggi dalam persalinan
SC (kulas, 2008).

Dindonesia sendiri, presentasi operasi SC sekitar 5-15%, dirumah sakit pemerintah


sekitar 11%, sementara dirumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. Menurut Data Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kejadian SC di Indonesia 921.000
dari 4.039.000 persalinan atau 22,8% dari seluruh persalinan. (Marlina, 2014).

Penyebab persalinan dengan bedah Sectio Caesarea ini bisa karena masalah di pihak
ibu maupun bayi. Terdapat dua keputusan bedah Sectio caesarea, pertama keputusan bedah
Sectio Caesarea yang sudah didiagnosa sebelumnya. Penyebab antara lain bayi sungsang,
sebagian kasus mulut tertututpnya plasenta, bayi kembar, kehamilan pada usia lanjut, sesar
sebelumnya, dan sebagainya. Kedua adalah keputusan diambil tiba-tiba karena tuntutan
kondisi darurat. Contoh kasus ini antara lain, persalinan berkepanjangan, bayi belum lahir
lebih dari 24 jam sejak ketuban pecah, kontraksi terlalu lemah dan sebagainya (akhmad,
2008).

Banyak sekali masalah yang seringg dihadapi oleh ibu post Sectio Caesarea
diantaranya rasa nyeri, kecemasan, dan gangguan mobilitas. Gangguan-gangguan tersebut
membuat ibu post Sectio Caesarea merasa tidak nyaman atau menimbulkan
ketidaknyamanan ibu post Sectio Caesarea. Nyeri dirasakan ibu post post Sectio Caesarea
yang berasal dari luka bekas sayatan operasi post Sectio Caesarea berada dibawah perut.
Tingkat keparahan nyeri yang dirasakan oleh ibu post post Sectio Caesarea tergantung pada
psikologis dan fisiologi individu ibu dan toleransi yang di timbulkan nyeri. (Whalley, 2008).

Tindakan SC (Sectio Caesarea) akan memutuskan kontinuitas atau persambungan


jaringan karena insisi yang akan mengeluarkan reseptor nyeri terutama setelah efek anastesi
habis. (Des dan Berlian, 2018). Melahirkan dengan cara operasi memang lebih cepat dan
mudah. Namun, bukan berarti dengan operasi section caesarea ibu akan terbebas dari rasa
nyeri. Melahirkan dengan sectio caesarea memerlukan waktu penyembuhan luka
uterus/rahim yang lebih lama dari pada persalinan normal. Selama luka belum benar benar
sembu, rasa nyeri bisa saja timbul pada luka operasi. Bahkan menurut pengakuan para ibu
yang melahirkan dengan menggunakan prosedur operasi, rasa nyeri memang kerap terasa
sampai beberapa hari setelah operasi, sehingga nyeri berpengaruh negative dan mengganggu
kenyamanan bagi individu yang merasakan. (Maryunani, 2010).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial. Nyeri sangat mengganggu dan
menyulitkan banyak orang dibnding suatu penyakit manapun (Smeltzer, 2010). Tanpa
melihat sifat, pola atau penyebab nyeri, nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai
efek yang membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya, hal ini dapat
mempengaruhi system pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan
imunologik (Yeager dkk, 1987 dalam Smeltzer, 2010). Strategi pelaksanaan nyeri baik
pendekatan farmakologis dan non farnakologis. Semua intervensi akan sangat berhasil bila
dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah dan keberhasilan sering di capai jika beberapa
intervensi diterapkan secara simultan (Smeltzer, 2010)
Upaya yang dapat dilakukan terutama untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien
yaitu dengan melakukan Asuhan keperawatan secara komperhensif mulai dari pengkajian
menggunakan komunikasi terapeutik pada pasien dan mengkaji secara komperhensif dari
nyeri meliputi, lokasi nyeri, kualitas nyeri dan factor persipitasi dari nyeri. Melakukan
evaluasi dari pengalaman nyeri pasien masa lalu. Melakukan perawatan luka post section
cassarea, mengajarkan pasien tekhnik distraksi relaksasi, pasien mobilisasi. Menganjurkan
pasien untuk meningkatkan kualitas tidur dan memberikan analgetik. Tujuan dari intervensi
tersebut adalah mengatasi masalah nyeri

B. TUJUN

1. Untuk mengetahui konsep medis persalinan Sectio Caesarea

2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Sectio Caesarea


A. KONSEP MEDIS

1. DEFINISI

Sectio caesarea yaitu cara agar dapat melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Nurarif & Kusuma, 2015). Sectio
caesarea yaitu persalinan yang dilakukan dengan pembedahan dimana irisan
dilakukan di perut untuk mengeluarkan seorang bayi (Endang Purwoastuti and Siwi
Walyani, 2014).

Sectio Caesarea yaitu tindakan pembedahan dengan cara membuka dindinG


abdomen dan dinding rahim untuk melahirkan janin (Benson & Pernoll, 2008)
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram dan usia
janin > 28 minggu (Syaifuddin, 2009)

2. ETIOLOGI

a. Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan
letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta
previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi
kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).

b. Etiologi yang berasal dari janin

fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).

3. PATOFISIOLOGI

Pada proses persalinan ada hambatan dapat menyebabkan bayi tidak dapat
dilahirkan secara normal, seperti : plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis,
panggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distoksia service dan
mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio caesarea( SC ). Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri pasien secara madiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan
post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Terjadi kelainan pada
ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak memungkinkan
dan akhirnya harus dilakukan tindakan Sectio caesarea, bahkan sekarang Sectio
caesarea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010)

4. KLASIFIKASI

Menurut arah sayatan pada rahim, Sectio caesarea dapat dilakukan yaitu :

1. Bentuk sayatan memanjang

2. Bentuk sayatan melintang


3. Bentuk sayatan huruf T

1. Sectio caesarea klasik

Caranya membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang


10 cm.

2. Sectio caesarea ismika

Caranya membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-
kira sepanjang 10 cm (Nurarif & Kusuma, 2015)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

2. Pemantauan EKG

3. JDL dengan diferensial

4. Elektrolit

5. Hemoglobin/Hematokrit

6. Golongan Darah

7. Urinalis

8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.

10. Ultrasound sesuai pesanan.

6. KOMPLIKASI

Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2012) komplikasi Sectio Caesarea adalah


sebagai berikut :

a. Infeksi peurperal

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
b. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-


cabang arteri ikut terbuka. Darah yang hilang lewat pembedahan Sectio Caesarea
dua kali lipat dibanding lewat persalinan normal.

7. PENATALAKSANAAN POST OP

Menurut (Hartanti, 2014), ibu post sectio caesarea perlu mendapatkan perawatan
sebagai berikut :

A. Ruang Pemulihan

Pasien dipantau dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan dilakukan
palpasi fundus uteri untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan kuat.
Selain itu, pemberian cairan intravena juga dibutuhkan karena 6 jam pertama
penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan intravena harus cukup
banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Wanita dengan berat badan rata-rata
dengan hematokrit kurang dari atau sama dengan 30 dan volume darah serta
cairan ekstraseluler yang normal umumnya dapat mentoleransi kehilangan darah
sampai 2.000 ml.

B. Ruang perawatan

a. Monitor tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital yang perlu di evaluasi adalah tekanan darah, nadi, suhu,
pernafasan, jumlah urine, jumlah perdarahan, dan status fundus uteri.

b. Pemberian obat-obatan

Analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk menghilangkan


nyeri seperti, Tramadol, Antrain, Ketorolak. Pemberian antibiotik seperti
Ceftriaxone, Cefotaxime, dan sebagainya.

c. Terapi Cairan dan Diet


Pemberian cairan intravena, pada umumnya mendapatkan 3 liter cairan
memadai untuk 24 jam pertama setelah dilakukan tindakan, namun apabila
pengeluaran urine turun, dibawah 30 ml/jam, wanita tersebut harus segera
dinilai kembali. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 1%, garam
fisiologi dan RL sevara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan.
Bila kadar Hb rendah dapat diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
Pemberian cairan infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus, lalu
dianjurkan untuk pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam
pasca operasi, berupa air putih.

d. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus.

Kateter umumnya dapat dilepas dalam waktu 12 jam pasca operasi atau
keesokan paginya setelah pembedahan dan pemberian makanan padat bisa
diberikan setelah 8 jam, bila tidak ada komplikasi.

e. Ambulasi

Ambulasi dilakukan 6 jam pertama setelah operasi harus tirah baring dan
hanya bisa menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung jari kaki dan
memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta
menekuk dan menggeser kaki. Setelah 6 jam pertama dapat dilakukan miring
kanan dan kiri. Latihan pernafasan dapat dilakukan sedini mungkin setelah
ibu sadar sambil tidur telentang. Hari kedua post operasi, pasien dapat
didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya. Pasien dapat diposisikan setengah duduk atau semi
fowler. Selanjutnya pasien dianjurkan untuk belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke tiga sampai hari
ke lima pasca operasi.

f. Perawatan Luka
Luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit, bila balutan basah dan
berdarah harus segera dibuka dan diganti. Perawatan luka juga harus rutin
dilakukan dengan menggunakan prinsip steril untuk mencegah luka terinfeksi.

g. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah diperlukan setiap pagi hari setelah pembedahan, untuk


mengukur Hematokrit apabila terdapat kehilangan darah yang banyak pada
saat pembedahan atau terjadi oliguria atau tanda-tanda lain yang
mengisyaratkan hipovolemia.

h. Menyusui

Menyusui dapat dimulai pada hari pasca operasi Sectio Caesarea.


B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pusat,
abrupsio plasenta dan plasenta previa. Pengkajian terdiri dari :

a. Identitas Klien

Terdiri dari identitas klien yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, status marital, tanggal masuk RS, tanggal
operasi, nomor CM, ruang / kamar, diagnosa medis, tanggal pengkajian, alamat.

b. Identitas Penanggung Jawab

Identitas penanggung jawab terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, alamat.

3. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan yang paling menonjol dan yang paling dirasakan oleh klien
dengan post partum seksio sesarea. Pada saat dilakukan pengkajian pada
umumnya klien mengeluh nyeri luka operasi di daerah abdomen.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengeluh nyeri di bagian abdomen, nyeri dirasakan terus menerus seperti
disayat benda tajam, nyeri bertambah saat bergerak atau batuk.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi,DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin dan abortus
4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah terdapat anggota keluarga yang mengidap penyakit menular dan


diturunkan, seperti penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan lain -lain.

5) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

a. Riwayat Obstetri

- Riwayat Kehamilan Sekarang

Pada pasien post operasi yang dicurigai indikasi sectio caesarea umumnya
mengalami kelainan letak bayi (letak sunsang dan letak lintang), factor
plasenta (plasenta previa, solution plasenta, plasenta accrete, vasa previa),
kelainan tali pusat (prolapses tali pusat, telilit tali pusat), bayi kembar
(multiple pregnancy), pre eklamsia berat (PEB) , dan ketuban pecah dini
(KPD).

- Riwayat Persalinan Sekarang

Pasien melahirkan dengan cara sectio caesarea dibantu oleh dokter,


perawat dan bidan. Sebelum dilakukan tindakan sectio caesarea pasien
diberikan anastesi spinal.

- Riwayat Nifas Sekarang

Pada pemeriksaan bagian abdomen tampak ada striae, linea alba, ada
sayatan dibawah umbilicus. Kontraksi uterus keras, dan tinggi fundus
uteri 2 jari diatas umbilicus. Kaji keluhan pada daerah luka post operasi
pada saat bergerak.

b. Riwayat Ginekologi

- Riwayat Menstruasi

Umur pertama mengalami haid, lama haid, banyaknya perdarahan, siklus,


HPHT, taksiran persalinan, dan usia kehamilan.
- Riwayat Perkawinan

Umur klien dan suami pada waktu nikah, lama menikah, berapa kali
menikah.

- Riwayat Kontrasepsi

Mengenai jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan


lamanya penggunaan, masalah yang dihadapi dengan menggunakan
kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan
sekarang.

4. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum

Keadaan umum pada pasien post operasi sectio caesarea 30 menit pertama
kesadaran samnolen, 30 menit kemudian pasien sadar penuh dengan kesadaran
composmentis. Pasien tampak lemas.

- Tanda-tanda vital

Tekanan darah normal atau menurun < 120/90 mmHg, nadi meningkat > 80
kali permenit, suhu meningkat 37,5 ºC dan respirasi meningkat (takipnue,
dispneu, napas dangkal).

b) Sistem Integumen

Keadaan luka operasi pada abdomen (apakah ada infeksi atau ada nanah, apakah
lukanya kering), skala nyeri, turgor kulit, striase gravidarum, warna rambut,
penyebaran rambut, kebersihan kulit kepala dan rambut, keadaan dan warna kuku
klien.
c) Sistem Sensori

- Mata

Keadaan konjungtiva (merah segar atau merah pucat) , sklera (putih atau
kuning), pupil (isokor kanan dan kiri) reflek terhadap cahaya (miosis
atau mengecil), alat bantu penglihatan.

- Telinga

Bentuk simetris, fungsi pendengaran (baik), kebersihan (apakah ada serumen),


alat bantu yang di gunakan dan keluhan.

- Hidung

Keadaan lubang hidung bersih, apakah terdapat polip atau tidak, kebersihan
(apakah terdapat serumen atau tidak), apakah ada sumbatan jalan nafas.

- Mulut

Mukosa bibir, keadaan gigi, fungsi pengecapan dan menelan, keadaan lidah,
palatum, orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil.

- Leher

Apakah ada pembesaran kelenjar getah bening, kaji adanya distensi vena
jugularis kelenjar thyroid dan keluhan.

d) Abdomen

Pada pemeriksaan terdapat sayatan bekas operasi, adanya perban luka pada
abdomen. Pasien mengalami nyeri post sectio caesarea, lokasi nyeri pada
abdomen bagian bawah. Mengkaji luka jahitan post operasi sectio caesarea yang
meliputi kondisi luka (melintang atau membujur, kering atau basah, adanya
nanah atau tidak), dan mengkaji kondisi jahitan (jahitan menutup atau tidak,
terdapat tanda-tanda infeksi serta warna kemerahan pada sekitar area jahitan luka
post sectio caesarea atau tidak).
e) Dada

- Paru-paru

Bentuk dada simetris, pengembangan dada sama. Amati pernafasan pasien


hitung frekuensi dan irama pernafasan pasien. Perkusi dinding thoraks amati
bunyi yang ditimbulkan apakah sonor, redup, pekak atau

hipersonor.

- Payudara

Pada pemeriksaan payudara pada ibu yang mengalami bendungan ASI


meliputi bentuk simetris, kedua payudara tampak tegang, ada nyeri tekan,
kedua putting susu menonjol, aerola hitam, warna kulit tidak kemerahan, ASI
belum keluar atau ASI hanya keluar sedikit.

f) Sistem Kardiovaskuler

Apakah ada peningkatan vena jugularis, jika ada pendarahan saat persalinan post
sectio caesarea konjungtiva anemis, tetapi jika pendarahan hebat disertai dengan
penurunan hemoglobin yang tajam, terjadinya penurunan kapilaritas akibat
gangguan perpusi pada perifer, jika disertai dengan riwayat pre-eklamsi berat
tekanan darah jadi meningkat dengan sistol ≥140 dan diastolik ≥100.

g) Sistem Pencernaan

Efek anestesi mukosa bibir kering, bising usus tidak ada atau lemah. Adanya
mual atau muntah yang disebabkan iritasi lambung atau efek sentral dari anastesi,
sehingga menimbulkan nyeri tekan di efigastrium dan terjadinya konstipasi
karena terhambatnya aktivitas usus.

h) Sistem Perkemihan

Terjadinya penurunan laju filtrasi glomerulus yang disebabkan vasokontriksi


pada pembuluh darah ginjal dan mengakibat menurunnya produksi urine. Jika
masih terpasang kateter pantau/observasi bagaimana produksi dan warna urine.
i) Sistem Muskuloskeletal

- Peritoneum atau dinding perut

Perut menjadi kendur dan terdapat luka operasi Panjang, luka baru bisa dilihat
pada hari ketiga

- Ekstremitas bawah dan atas

Umumnya terjadi kelemahan sebagai dampak anestesi yang mendefresikan


sistem saraf pada musculoskeletal sehingga terjadinya penurunan tonus otot,
kurangnya mobilitas fisik dapat menyebabkan terjadinya tromboplebitis.

- Sistem Reproduksi

1. Mamae: Bentuk, keadaan puting susu, keluhan.

2. Genetalia: Kaji keadaan lochea, lochea normalnya :

Merah hitam (lochea rubra), bau biasa, tidak ada bekuan darah atau
butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil), jumlah perdarahan yang
ringan atau sedikit. Abnormalnya : merah terang, bau busuk,
mengeluarkan darah beku, perdarahan hebat. Periksa keadaan
perineum yang perlu diperhatikan : kemerahan pada perineum, adakah
edema atau pembengkakan pada labia, adakah lebam pada labia/
perdarahan bawah kulit, pengeluaran pervagina, adakah pertautan atau
pelekatan pada jaringan.

3. Uterus: Tinggi Fundus Uteri.

Pada persalinan dengan operasi pengecilan uterus mengalami


perlambatan akibat dari adanya luka operasi pada uterus, dan pada
persalinan normal konsistensi uterus akan mengecil secara perlahan-
lahan (involusi) sampai kembali normal seperti sebelum hamil.
5. Aktivitas sehari -hari

a) Nutrisi dan cairan

1) Nutrisi

Ibu post partum harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, pil zat
besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40 hari pasca
bersalin, makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup, mengonsumsi kapsul vitamin A, agar
bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya (Saifuddin,
2001 dalam Siti, dkk 2013). Makanan bergizi terdapat pada sayur hijau,
seperti bayam, sawi, kol dan sayur hijau lainnya. Lauk pauk dapat memilih
daging ayam, ikan telur dan sejenisnya, beserta buah-buahan segar. Ibu
post sectio caesarea harus menghindari makanan dan minuman yang
mengandung bahan kimia, pedas dan menimbulkan gas (Simkin dkk, 2007
dalam Siti dkk, 2013).

2) Cairan

Kaji tentang jenis, frekuensi, jumlah per hari, keluhan.

a) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan BAB dan BAK


meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, bau serta masalah eliminasi
(Anggraini, 2010). Pada pasien post section caesarea biasanya 2-3 hari
mengalami kesulitan buang air besar (konstipasi) hal ini dikarenakan
ketakutan akan rasa sakit pada daerah sekitar post operasi, takut
jahitan terbuka karena mengejan (Handayani, 2011).

b) Istirahat Tidur

Tidur klien kurang dai kebutuhan tubuh karena adanya nyeri pada luka
operasi, Hal ini juga bisa disebabkan oleh cemas yang datang dari klien.
c) Personal Hygiene

Pemenuhan personal hygine terganggu seperti mandi, cuci rambut, gosok gigi,
gunting kuku. Karena adanya luka operasi pada abdomen ditambah kondisi
klien yang lemah

d) Aktivitas

Pada pasien post sectio caesarea didapatkan keterbatasan aktivitas karena


mengalami kelemahan dan nyeri

e) Aspek Psikologis

- Keadaan emosi

Emosi pada pasien setelah operasi melahirkan tidak stabil sehubungan


dengan hospitalisasi. Klien membutuhkan pendamping atau bantuan
dalam memenuhi ADLnya, klien juga menjadi depresi, mudah menangis
karena klien mengalami nyeri pada luka operasi, nyeri payudara jika klien
tidak menyusui.

- Tingkat kecemasan

Cemas meningkat ditandai dengan menurunya wawasan persepsi diri


terhadap lingkungan.

f) Aspek Sosial

1) Klien dapat bersosialisasi dengan keluarga, tim kesehatan dan lingkungan


sekitarnya baik.

2) Apakah klien ikut aktif dalam suatu kegiatan organisasi masyarakat atau
tidak

3) Bagaimana dukungan keluarga terhadap kesembuhan

Pengetahuan Klien dan Keluarga Mengenai:


1) Immunisasi

2) Perawatan payudara

3) Teknik pemberian ASI

4) Keluarga Berencana (KB)

g) Aspek Spiritual

Mengkaji apa agama klien, keadaan ibadah klien sebelum sakit dan sesudah
nifas.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur Operasi) dibuktikan
dengan mengeluh nyeri

2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan payudara bengkak, ketidakefektifan


refleks oksitosin, ketidakadekuatan refleks menghisap bayi, dibuktikan dengan
bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, Asi tidak menetes/memancar, bayi
menghisap tidak terus menerus

3. Resiko infeksi dibuktikan dengan tindakan invasive

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen, imobilitas, tirah baring, kelemahan dibuktikan dengan merasa
lemah, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (mis, pencahayaan,


jadwal tindakan), kurang kontrol tidur, kurang privasi, dibuktikan dengan mengeluh
sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur
berubah, mengeluh istirahat tidak cukup, mengeluh kemampuan beraktivitas
menurun
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri

berhubungan keperawatan selama 1 x 24 Tindakan Observasi


dengan
jam, di harapkan tingkat :
agen pencedera
nyeri menurun dengan - Identifikasi lokasi,
fisik
karakterisik, durasi, frekuensi,
kriteria hasil:
(prosedur operasi), kualitas dan intensitas nyeri
• Keluhan nyeri menurun
dibuktikan dengan - Identifikasi skala nyeri
• Meringis menurun
mengeluh nyeri - Identifikasi respon nyeri
• Gelisah menurun non verbal

• Frekuensi nadi membaik - Identifikasi faktor

• Pola napas membaik yang memperberat dan


memperingan nyeri
• Tekanan darah membaik
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup

- Monitor keberhasilan terapi


komplementer yang sudah
diberikan

- Monitor efek samping


penggunaan analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis,
hipnosis, akupresur, terapi
musik, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin,)

- Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri (mis,
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan


nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri


secara mandiri

- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

- Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Pemberian analgesik

Tindakan

Observasi

- Identifikasi karakteristik
nyeri( mis.pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)

- Identifikasi riwayat alergi


obat

- Identifikasi kesesuaian jenis


analgesik (mis. narkotika, non-
narkotik) dengan tingkat
keparahan nyeri

- Monitor tanda-tanda vital


sebelum dan sesudah
pemberian analgesik

- Monitor efektifitas analgesik

Terapeutik

- Diskusikan jenis analgesik


yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu

- Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar
dalam serum

- Tetapkan target efektifitas


analgesik untuk
mengoptimalkan respons
pasien

- Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan

Edukasi

- Jelaskan efek terapi dan efek


samping obat

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian dosis


dan jenis

analgesik, sesuai indikasi

Edukasi teknik napas

Tindakan

Observasi

- Identifikasi kesiapan dan


kemampuan menerima
informasi

Terapeutik

- Sediakan materi dan media


Pendidikan kesehatan

- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan

- Berikan kesempatan untuk


bertanya

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan manfaat


teknik napas

- Jelaskan prosedur teknik


napas

- Anjurkan memposisikan
tubuh senyaman mungkin (mis,
duduk, baring)

- Anjurkan menutup mata dan


berkonsentrasi

penuh

- Ajarkan melakukan inspirasi


dengan menghirup udara
melalui hidung secara perlahan

- Ajarkan melakukan ekspirasi


dengan menghembuskan udara
mulut mencucu secara perlahan

- Demontrasikan menarik
napas selama 4 detik, menahan
napas selama 2 detik dan
menghembuskan napas selama
8 detik

2 Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan Edukasi menyusui


efektif
keperawatan selama 1 x 24 Tindakan Observasi
berhubungan
dengan payudara jam, di harapkan status menyusui - Identifikasi kesiapan dan

bengkak, membaik dengan kemampuan menerima


informasi
ketidakefektifan kriteria hasil:
- Identifikasi tujuan atau
refleks oksitosin, • Perlekatan bayi pada payudara ibu
keinginan menyusui
ketidakadekuatan meningkat
Terapeutik
refleks menghisap • Kemampuan ibu memposisikan
bayi dengan benar meningkat - Sediakan materi dan media
bayi, dibuktikan Pendidikan kesehatan
• Miksi bayi lebih dari 8 kali/24 jam
dengan bayi tidak - Jadwalkan Pendidikan
meningkat
mampu melekat kesehatan sesuai kesepakatan
• Berat badan bayi meningkat
pada payudara ibu, - Berikan kesempatan untuk
• Tetesan/pancaran Asi meningkat bertanya
Asi tidak
• Suplai Asi adekuat meningkat - Dukung ibu meningkatkan
menetes/memancar,
kepercayaan diri dalam
• Puting tidak lecet setelah 2 minggu
bayi menghisap menyusui
Melahirkan meningkat
tidak terus menerus - Libatkan sistem pendukung :
• Kepercayaan diri ibu meningkat
suami, keluarga, tenaga
• Bayi tidur setelah menyusu kesehatan dan masyarakat

• Hisapan bayi meningkat Edukasi

- Berikan konseling menyusui

- Jelaskan manfaat menyusui


bagi ibu dan bayi

- Ajarkan 4 (empat) posisi


menyusui dan perlekatan (latch
on) dengan benar

- Ajarkan perawatan payudara


antepartum dengan
mengkompres dengan kapas
yang telah diberikan minyak
kelapa

- Ajarkan perawatan payudara


postpartum (mis, memerah Asi,
pijat payudara, pijat oksitosin)

Konseling laktasi

Tindakan

Observasi

- Identifikasi keadaan
emosional ibu saat akan

dilakukan konseling menyusui

- Identifikasi keinginan dan


tujuan menyusui

- Identifikasi permasalahan
yang ibu alami selama proses
menyusui

Terapeutik

- Gunakan teknik
mendengarkan aktif (mis.
duduk sama tinggi, dengarkan
permasalahan ibu)

- Berikan pujian terhadap


perilaku ibu yang benar

Edukasi

- Ajarkan teknik menyusui


yang tepat sesuai kebutuhan
ibu

Pemberian kesempatan
menghisap pada bayi

Tindakan

Observasi

- Monitor pernapasan bayi

- Monitor tanda vital dan


perdarahan selama melahirkan

Terapeutik

- Berikan ibu kesempatan


untuk rawat gabung (rooming )

- Fasilitasi ibu untuk posisi


semi fowler

- Fasilitasi ibu menemukan


posisi yang nyaman

- Buka pakaian bagian atas ibu

- Hindari membersihkan dada


ibu dari keringat
- Buka pakaian bayi, kenakan
popok dan topi bayi

- Letakkan bayi dengan posisi


tengkurap di antara payudara
ibu

- Berikan kehangatan dengan


menyelimuti punggung bayi
dan kenakan topi

- Berikan waktu kepada


bayi apabila menyusu
dimulai

- Berikan kesempatan ibu


untuk memposisikan dan
menggendong bayi dengan
benar

- Pindahkan bayi setelah


selesai menyusu dengan
melepas sendiri puting ibu

- Letakkan bayi disamping ibu


atau tempat tidur ibu, sehingga
memudahkan memulai lagi
kegiatan menyusui

Edukasi

- Anjurkan memberi
kesempatan bayi sampai lebih
dari 1 jam atau sampai bayi
menunjukkan tanda-tanda siap
menyusui
DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Nama Mahasiswa : Asriani Tgl. Pengkajian : 19/11/2021
NIM 14420211064 Jam : .10.00
RS/Ruangan : RSUD Kota
kendari/AZALEA
NO. RM 25 69 96

A. Pengkajian
1. DATA UMUM PASIEN
a) Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
1) Inisial pasien : Ny. H Insial Suami : Tn. I
2) Usia : 21 tahun Usia : 22 tahun
3) Status perkawinan : Kawin Status Perkawinan : Kawin
4) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
5) Pendidikan
: SMA Pendidikan : SMA
terakhir
terakhir
b) Riwayat kehamilan yang lalu
No Thn Tipe Penolong Jenis BBL Keadaan bayi Masalah
Persalinan kelamin waktu lahir keperawatan
- - - - - - - -

c) Riwayat Kehamilan saat ini


No Thn Tipe Penolong Jenis BBL Keadaan Masalah
Persalinan kelamin bayi waktu keperawatan
lahir
1. 2021 Sectio Dokter Perempuan 2900gram Baik Tidak ada
Caesarea

Pengalaman menyusui: Pasien mengatakan belum ada pengalaman


menyusui
d) Riwayat kehamilan saat ini
1) Berapa kali periksa kehamilan: 3X
2) Masalah kehamilan: Pasien mengatakan mual muntah di sertai
sakit kepala dan susah jalan dekat-dekat waktu melahirkan
e) Riwayat Persalinan
1) Jenis persalinan: Sectio Caesarea
Tanggal/jam: 18-11-2021/09.30WITA
2) Jenis kelamin bayi: Perempuan, BB : 2900 gram , PB : 50 cm
3) Perdarahan: ± 150 cc
4) Masalah dalam persalinan: post op SC H1 + PEB (Pre Eklamsia
Berat)
f) Riwayat Ginekologi
1) Masalah ginekologi: Pasien mengatakan tidak ada masalah
2) Riwayat KB: Pasien mengatakan belum pernah KB karena ini
kehamilan pertama
2. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
a) Status Obstertik
G1 P0 A0 Bayi Rawat Gabung: Tidak
b) Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : E : 4, V : 5, M: 6 = 15 Composmentis
BB/TB : 65 kg/154 cm
c) Vital sign
Tekanan Darah : 140/70 mmHg
Frekwensi Nadi : 80 x/menit
Frekwensi Pernapasan: 21 x/menit
Suhu : 36.5°C

d) Kepala Leher
Kepala : Tampak bersih, tidak ada benjolan
Mata : Tampak simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan
alat bantu
Hidung : Tampak bersih, tidak tampak sekret
Mulut : Tampak bersih, tidak ada caries pada
gigi
Telinga : Tampak bersih, tidak menggunakan alat bantu
Leher : Tampak bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Masalah khusus : Pasien mengatakan tidak ada masalah

e) Dada
Jantung : Normal, tidak ada bunyi tambahan
Paru : Normal, tidak ada bunyi tambahan
Payudara : Simetris kiri/kanan
Puting susu : Menonjol keluar, areola hitam
Pengeluaran ASI : Baik
Masalah khusus : tidak ada masalah
f) Abdomen
Fundus uteri : Kontraksi: baik, Posisi: setinggi pusat
Fungsi pencernaan : Baik
Masalah khusus : Nyeri luka bekas operasi
P: pasien mengeluh nyeri pada luka post op
Q: Nyeri tajam
R: nyeri tembus ke belakang
S: Skala 6
T: ± 15 menit, dirasakan hilang timbul
g) Perineum dan Genital
Vagina : Integritas kulit: Baik
Edema: Tidak tampak adanya edema
Memar: Tidak tampak memar
Hematom: Tidak ada kumpulan darah
Perineum : Utuh
Tanda REEDA
R: Kemerahan : Tidak ada
E: Edema : Tidak ada
E: Ekimosis : Tidak ada
D: Dischargeserum : Tidak ada
A: Approximate : Baik
Kebersihan: area perineum tampak darah
Lokia : Jumlah: Pasien tampak menggunakan pembalut
Jenis/warna: Warna merah gelap
Konsistensi: Cair disertai sedikit gumpalan
Bau: Tidak ada
Hemorrhoid : Derajat: Tidak ada
Lokasi: Tidak ada
Berapa lama: Tidak ada
Nyeri: Tidak nyeri
Masalah khusus: Pasien mengatakan tidak ada masalah
h) Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Edema: Tidak ada
Varises: Tidak ada
Ekstremitas Bawah : Edema: Tidak ada
Varises: Tidak ada
Masalah khusus : Pasien mengatakan tidak ada masalah
i) Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAK
BAK saat ini: pasien tampak terpasang kateter urine, jumlah
urine saat pengkajian 200 ml, pasien tampak
menggunakan pembalut
Nyeri: Tidak ada
Fekal : Kebiasaan BAB
BAB saat ini: Pasien mengatakan sudah BAB setelah post op
SC H1
Konstipasi: Setelah persalinan pasien sudah BAB
Masalah khusus: Pasien mengatakan tidak ada masalah
j) Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur
Kebiasaan tidur : Lama 7-8 jam/hari
Frekuensi 2x/hari
Pola tidur saat ini : Lama 4-5 jam/hari
Frekuensi tidak teratur
Keluhan ketidaknyamanan: pasen merasa agak tidak nyaman karena
terbatas pergerakannya
Masalah khusus : Pasien mengatakan susah tidur karena nyeri
perut post op
k) Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi : Sudah bisa miring kanan/kiri
Latihan/senam : Belum ada
Masalah khusus : Pasien mengatakan segala aktifitas di bantu
oleh keluarga
l) Nutrisi dan Cairan
asupan nutrisi : Sebelum persalinan, nafsu makan baik,
3x/hari, porsi 1 piring dihabiskan, tidak ada
pantangan, tidak ada alergi
setelah bersalin sudah makan tapi porsi tidak
dihabiskan.
asupan cairan : Sebelum persalinan, 7 gelas/hari
setelah bersalin belum ada minum
masalah khusus : tidak ada masalah
m) Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : Orientasi baik
Penerimaan terhadap bayi: Baik
Masalah khusus : Pasien mengatakan cemas

n) Kemampuan menyusui:
Pasien mengatakan belum punya kemampuan menyusui, pasien pernah
memberikan ASI melalui dot
o) Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini:
1) Cefotaxime 1 gram / 8 jam
Manfaat : mencegah infeksi pada luka operasi
2) Ketorolac 1 ampul / 8 jam
Manfaat : obat untuk meredakan nyeri dan peradanagn. Obat ni
sering digunakan setelah operasi atau prosedur medis yang bisa
menyebabkan nyeri
3) Ranitidine 1 ampul /8 jam menangani gejala produksi asam
berlebihan di dalam lambung
3. RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN
a) Masalah:
1) Pasien mengatakan nyeri luka post operasi tembes kebelakang
2) PQRST
P: pasien mengeluh nyeri pada luka post op
Q: Nyeri tajam
R: nyeri tembus ke belakang
S: Skala 6
T: ± 15 menit, dirasakan hilang timbul
3) Pasien mengatakan belum mempunyai kemampuan menyusui
4) Pasien mengatakan susah melakukan aktivitas
5) Pasien mengatakan susah tidur
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
 Pasien mengatakan nyeri pada luka  pasien tampak lemah
post operasi tembus kebelakang  PQRST
 Pasien mengatakan belum P: pasien mengeluh nyeri pada luka
mempunyai kemampuan menyusui post op
 Pasien mengeluh susah tidur Q: Nyeri tajam
karena nyeri yang di rasakan R: nyeri tembus ke belakang
 pasien mengatakan ketika miring S: Skala 4
kiri miring kanan di bantu oleh T: ± 15 menit, dirasakan hilang timbul
keluarganaya  Pasien tampak meringis kesakitan
 pasien mengatakan segala aktivitas  Segala aktvitas pasien tampak di bantu
di bantu oleh keluarga oleh keluarga
 pasien mengeluh nyeri saat  Pasien tampak terpasang kateter
bergerak  Pola tidur saat ini : Lama 4-5 jam/hari,
Frekwensi tidak teratur
 Gerakan pasien tampak terbatas
 Tampak ada balutan luka post operasi
 Pasien tampak menenguap
 Vital sign:
Tekanan Darah: 430/80 mmHg
Nadi: 80 x/menit
Pernapasan: 21 x/menit
Suhu: 36.7°C
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1. DS: Op Sectio Caesarea Nyeri akut
 Pasien mengatakan ↓
nyeri pada luka post Terputusnya kontinuitas
operasi tembus jaringan
kebelakang ↓
DO: Merangsang area sensorik
 Pasien tampak meringis ↓
kesakitan\ Nyeri akut
 PQRST
P: pasien mengeluh nyeri
pada luka post op
Q: Nyeri tajam
R: nyeri tembus ke
belakang
S: Skala 6
T: ± 15 menit, dirasakan
hilang timbul
 Tampak ada balutan luka
post operasi
 Vital sign:
Tekanan Darah: 140/70
mmHg
Nadi: 80 x/menit
Pernapasan: 21 x/menit
Suhu: 36.8°C
2. DS : Adanya luka section Gangguan
 pasien mengatakan ketika caesare Mobilitas Fisik
miring kiri miring kanan ↓
di bantu oleh Terputusnya kontinuitas
keluarganaya jaringan
 pasien mengatakan segala ↓
aktivitas di bantu oleh Merangsang tubuh,
keluarga mengeluarkan protagladin,
 pasien mengeluh histamine, serotonin
nyeri saat bergerak ↓
DO : Impuls di kirim ke
 pasien tampak lemah thalamus korteks selebri
 Segala aktvitas pasien ↓
tampak di bantu oleh Nyeri
keluarga ↓
 Gerakan pasien Kelemahan fisik
tampak terbatas ↓
 Pasien tampak terpasang Gangguan mobilitas fisik
kateter
3. DS : Nyeri post op Gangguan Pola
 Pasien mengeluh susah ↓ Tidur
tidur karena nyeri yang di Terbangun
rasakan ↓
DO : Susah untuk tidur lagi
 pasien tampak lemah ↓
 pasien tampak menguap Gangguan pola tidur
 Pola tidur saat ini :
Lama 4-5 jam/hari
Frekwensi tidak teratur

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
(D.0077)
2. Gangguan moblitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Hambatan fisik (mis. Nyeri)
(D.0055)
C. Intervensi Keperawatan
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA
TUJUAN/ KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

DIAGNOSA I Tujuan : Setelah dilakukan (I.08238) Manajemen Nyeri


tindakan keperawatan selama 1x8
Nyeri akut Observasi - Untuk menentukan tindakan
jam maka diharapkan tingkat nyeri
berhubungan dengan selanjutnya
menurun: 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen pencedera fisik - Skala nyeri digunakan untuk
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
(prosedur operasi) (D. KH : (L.108066) menilai tingkat keparahan rasa
nyeri
0077) sakit yang dirasakan
Tingkat nyeri 2) Identifikasi skala nyeri
- Pemberian teknik nonfarmakologis
Terapeutik
 Keluhan nyeri menurun pada pasien nyeri dapat diberikan
 Meringis menurun 3) Berikan teknik nonfarmakologis untuk untuk mengurangi rasa nyeri dan
 Pola nafas membaik mengurangi rasa nyeri (kompres kecemasan.
 Pola tidur membak hangat atau dingin) - Pasien dapat meredakan nyeri
Edukasi secara mandiri
4) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk - Manajemen nyeri farmakologis
mengurangi rasa nyeri dengan pemberian Analgetik yang
Kolaborasi berfungsi sebagai pereda nyeri.
5) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
DIAGNOSA II Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisas (I.05173)
Gangguan mobilitas keperawatan selama 1x8 jam maka Observasi
fisik berhubungan diharapkan gangguan mobilitas 1) identifikas adanya nyeri atau keluahan 1) tngkat aktivitas atau latihan
dengan nyeri (D.0054) fisik fisik lainnya tergantung dari perkembangan
2) identifkasi toleransi fisik melakukan resolusi proses inflamasi
KH : mobilitas fisik (L.05042)
pergerakan 2) menentukan batas gerakan yang
 Pergerakan ekstermitas 3) monitor kondisi umum selama akan dilakukan
meningkat melakukan moblisasi 3) Mengetahui perkembangan pasien
 kekuatan otot meningkat terapeutik 4) Untuk memudah pasien dalam
 rentang gerak (ROM) melakukan pergerakan
4) libatkan keluarga untuk membantu
meningkat 5) Agar pasien beserta keluarga
pasien dalam meningkatkan
 nyeri menurun mengetahui dan memahami prosedur
pergerakan
 kecemasan menurun mobilisasi
Edukasi
 gerakan terbatas menurun 6) Untuk membantu pasien dalam
 kelemahan fisik menurun 5) jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi meningkatkan pergerakan
6) ajarkan moblisasi sederhana yang harus
di lakukan (mis. Duduk ditempat
tidur)
DIAGNOSA III Tujuan : Setelah dilakukan Dukungan tidur (I.09265)
Gangguan pola tidur tindakan keperawatan selama 1x8
observasi
berhubungan dengan jam maka diharapkan pola tidur 1) Mengetahui permasalan klien dalam
Hambatan fisik (mis. membaik 1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur pemenuhunan kebutuhan istirahat
Nyeri) (D.0055) 2) Identifikasi faktor pengganggu tidur tidur
KH : pola tidur (L.05045)
Terapeutik 2) Untuk mengetaui penyebab nyeri
 Keluhan sulit tidur menurun dan dapat di batasi aktifitas tersebut
3) Modifikasi lingkungan
 Keluhan istirahat tidak cukup 4) Lakukan prosedur untuk meningkatkan 3) Agar klien dapat tidur dengan

menurun kenyamanan (mengatur posisi) tenang

edukasi 4) Untuk meningkatkan tidur yang


 Keluhan pola tidur berubah
nyaman
menurun 5) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
5) Mempercepat proses pemulihan
sakit
 Kemampuan beraktivitas penyakit
meningkat
D. Implementasi Keperawatan
Nama : Ny. H
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosis Keperawatan I : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) (D. 0077)
Hari/Tanggal : 19/11/2021
Diagnosa medis : Post Sectio Caesarea
No. RM 25 69 96
Hari/ Diganosa Implementasi Keperawata Evaluasi
tanggal/jam keperawatan

sabtu, 20 Nov Nyeri akut 1) mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : klien mengeluh nyeri pada luka post op
2021 berhubungan dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
O : KU lemah, klien tampka meringis
agen pencedera fisik hasil :
10.00 kesakitan, skala nyeri 6
(prosedur operasi) P: pasien mengeluh nyeri pada luka post op
(D. 0077) Q: Nyeri tajam A : nyeri akut belum teratasi di tandai dengan

R: nyeri tembus ke tingakt nyeri sedang

belakang S: Skala 6 P :lanjut intervensi :


T: ± 15 menit, dirasakan hilang timbul
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
2) memberikan teknik nonfarmakologis untuk frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
mengurangi rasa nyeri (memberikan teknik 2) Identifikasi skala nyeri
distraksi/ mengalihkan perhatian ) 3) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
hasil : klien tampak sedikit merasa nyaman mengurangi rasa nyeri
3) mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk 4) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi mengurangi rasa nyeri
nafas dalam) 5) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
hasil : mengajar teknik relaksasi nafas
dalam, klien tampak sedikit merasa nyaman
4) berkolaborasi pemberian analgetik
hasil : memberikan medikasi Ketorolac 1
ampul / 12 jam, nyeri klien tampak sedikit
berkurang
sabtu, 20 Nov Nyeri akut 1) mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : klien masih mengeluh nyeri pada luka post
2021 berhubungan dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri op
agen pencedera fisik hasil :
14.00 O :KU tampak lemah, meringis cukup
(prosedur operasi) P: pasien mengeluh nyeri pada luka post op
menurun, skala nyeri 4
(D. 0077) Q: Nyeri tajam
R: nyeri tembus ke belakang A : nyeri akut teratasi sebagian di tandai
S: Skala 4 dengan tigkat nyeri cukup menurun
T: ± 15 menit, dirasakan hilang timbul
P : Lanjut intervensi :
2) memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (memberikan teknk 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
distraksi/ mengalihkan perhatian ) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

hasil : klien tampak sedikit merasa nyaman 2) Identifikasi skala nyeri

3) mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk 3) Berikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi mengurangi rasa nyeri

nafas dalam) 4) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk

hasil : mengajar teknik relaksasi nafas mengurangi rasa nyeri

dalam, klien tampak sedikit merasa nyaman 5) Kolaborasi pemberian analgetik

4) berkolaborasi pemberian analgetik


hasil : memberikan medikasi ketorolac 1
ampul/ 12 jam , nyeri klien tampak cukup
berkurang

Sab tu, 22 Nov Nyeri akut 1) mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : klien masih mengeluh nyeri pada luka
2021 berhubungan dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
O : pasien meringis cukup menurun, skala nyeri
agen pencedera fisik hasl
16.00 2
(prosedur operasi) P: pasien mengeluh nyeri pada luka post op
(D. 0077) Q: Nyeri tajam A : nyeri akut belum teratasi di tandai dengan
R: nyeri tembus ke tingkat nyeri cukup menurun
belakang S: Skala 2
P : Lanjut intervensi :
T: ± 15 menit, dirasakan hilang timbul
2) memberikan teknik nonfarmakologis untuk 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

mengurangi rasa nyeri (memberikan teknk frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

distraksi/ mengalihkan perhatian ) 2) Identifikasi skala nyeri

hasil : klien tampak merasa nyaman 3) Berikan teknik nonfarmakologis untuk

3) mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi 4) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk

nafas dalam) mengurangi rasa nyeri

hasil : mengajar teknik relaksasi nafas 5) Kolaborasi pemberian analgetik

dalam, klien tampak merasa nyaman


4) berkolaborasi pemberian analgetik
hasil : memberikan medikasi ketorolac 1
ampul/ 12 jam, nyeri klien tampak
menurun
Nama : Ny. H
Umur :21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosis Keperawatan II: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
Hari/Tanggal : 19/11/2021
Diagnosa medis : Post Sectio Caesarea
No. RM 25 69 96
Hari/ Diganosa Implementasi Keperawata Evaluasi
tanggal/jam keperawatan

sabtu, 20 Nov Gangguan mobilitas 1) mengidentifikasi adanya nyeri atau S : Pasien mengeluh susah untuk bergerak
2021 fisik berhubungan keluahan fisik lainnya
O : -Pasien tampak lemah
hasil : pasien mengeluh nyeri pada luka post
dengan nyeri -Terdapat luka post op
10.21 op
(D.0054) 2) melibatkan keluarga untuk membantu -Terpasang kateter
pasien dalam meningkatkan pergerakan
A : masalah gangguan moblitas fisik belum
hasil : pasien di bantu oleh keluarga jka
teratasi di tandai dengan segala pemenuhan
melakukan pergerakan, mis. Miring kiri
ADL pasien dibantu oleh kelurga pasien
miring kanan dan kebutuhan lainnya
P : lanjut ntervensi
3) menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
hasil : pasien dan keluarga pasien dapat 1) identifikas adanya nyeri atau keluahan fisik
lainnya
mengerti tujuan dari moblisasi 2) libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
3) jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
sabtu, 20 Nov Gangguan mobilitas 1) mengidentifikasi adanya nyeri atau S : Pasien masih mengeluh susah untuk
2021 fisik berhubungan keluahan fisik lainnya bergerak
hasil : pasien mengeluh nyeri pada luka post
dengan nyeri O : -Pasien tampak lemah
15.00 op
(D.0054) 2) melibatkan keluarga untuk membantu -Terdapat luka post op
pasien dalam meningkatkan pergerakan -Terpasang kateter
hasil : pasien di bantu oleh keluarga jka
A : masalah gangguan moblitas fisik belum
melakukan pergerakan, mis. Miring kiri
teratasi di tandai dengan segala pemenuhan
miring kanan dan kebutuhan lainnya
ADL pasien masih dibantu oleh kelurga
3) menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
pasien
hasil : pasien dan keluarga pasien dapat
P : lanjut ntervensi
mengerti tujuan dari moblisasi
1) identifikas adanya nyeri atau keluahan fisik
lainnya
2) libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
3) jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

sabtu, 21 Nov Gangguan mobilitas 1) mengidentifikasi adanya nyeri atau S : tidak ada keluhan
fisik berhubungan keluahan fisik lainnya
2021 dengan nyeri hasil : pasien mengeluh nyeri pada luka post O : -Terdapat luka post op
(D.0054) op
16.00 A : masalah gangguan moblitas fisik teratasi di
2) melibatkan keluarga untuk membantu
tandai dengan ADL pasien sudah bisa di
pasien dalam meningkatkan pergerakan
lakukan sendiri
hasil : pasien di bantu oleh keluarga jka
P : pertahankan intervensi
melakukan pergerakan, mis. Miring kiri
miring kanan dan kebutuhan lainnya
3) menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
hasil : pasien dan keluarga pasien dapat
mengerti tujuan dari moblisasi
Nama : Ny. H
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosis Keperawatan III: Gangguan pola tidur berhubungan dengan Hambatan fisik (mis. Nyeri)
(D.0055)
Hari/Tanggal : 19/11/2021
Diagnosa medis : Post Sectio Caesarea
No. RM 25 69 96
Hari/ Diganosa Implementasi Keperawata Evaluasi
tanggal/jam keperawatan

Sabtu, 20 Nov Gangguan pola tidur 1) mengidentifikasi faktor pengganggu tidur S : klien mengeluh susah untuk untuk tidur
2021 berhubungan dengan hasil : pasien mengeluh susah tidur ketika
O : KU tampak lemah, klien sering menguap
hambatan fisik timbul nyeri pada luka post op
10.21
(nyeri) (D.0055) 2) Memodifikasi lingkungan A : gangguan pola tidur belum teratasi di tandia

Hasil : memberikan tempat tidur yang dengan pasien mengeluh susah tidur

nyaman dan tenang, pola tidur klien tampak P : lanjutkan intervensi :


sedikit meningkat
1) mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
3) menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
2) Memodifikasi lingkungan
sakit
Hasil : pasien dan keluarga pasien dapat 3) menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
memahami manfaat tidur bagi kesehatan. sakit
istirahat yang cukup dapat meningkatkan
kebugaran pada tubuh dan mempercepat proses
pemulihan

Sabtu, 20 Nov berhubungan dengan 1) mengidentifikasi faktor pengganggu tidur S : pasien masih mengeluh susah untuk untuk
2021 hambatan fisik hasil : pasien mengeluh susah tidur tidur
(nyeri) (D.0055) berkurang
15.21 O : KU tampak lemah
2) Memodifikasi lingkungan
Hasil : memberikan tempat tidur yang A : gangguan pola tidur belum teratasi di tandia
nyaman dan tenang, pola tidur klien tampak dengan pasien mengeluh susah tidur

sedikit meningkat P : lanjutkan intervensi :


3) menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
1) mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
sakit
2) Memodifikasi lingkungan
Hasil : pasien dan keluarga pasien dapat
3) menjelaskan pentingnya tidur cukup
memahami manfaat tidur bagi kesehatan.
selama sakit
istirahat yang cukup dapat meningkatkan
kebugaran pada tubuh dan mempercepat
proses pemulihan
sabtu, 21 Nov berhubungan dengan 1) mengidentifikasi faktor pengganggu tidur S : tidak ada keluhan
2021 hambatan fisik hasil : keluhan susah tidur membaik
O:-
(nyeri) (D.0055) 2) Memodifikasi lingkungan
17.00
Hasil : memberikan tempat tidur yang A : gangguan pola tidur teratasi di tandia
nyaman dan tenang, pola tidur klien tampak dengan tidak ada keluhan susah tidur

sedikit meningkat P : pertahanakan intervensi


3) menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
Hasil : pasien dan keluarga pasien dapat
memahami manfaat tidur bagi kesehatan.
istirahat yang cukup dapat meningkatkan
kebugaran pada tubuh dan mempercepat
proses pemulihan

Anda mungkin juga menyukai