Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

MATERNITAS SECTIO CAESAREA

Dosen Pembimbing

Ns. Andi Mayasari Usman, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh:

Dian Angela Wermasubun

224291517046

UNIVERSITAS NASIONAL FAKULTAS

ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI

PROFESI NERS 2023


LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

A. KONSEP DASAR

1. Definisi sectio caesarea Sectio caesarea adalah persalinan janin melalui sayatan perut
terbuka (laparotomi) dan sayatan di dalam rahim (histerotomi) (Sung and Mahdy, 2020).
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan untuk melahirkan janin melalui insisi pada
dinding abdomen dan uterus Ibu. Sectio caesarea merupakan tindakan medis yang
diperlukan untuk membantu persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat
masalah kesehatan Ibu atau kondisi janin (Ayuningtyas dkk., 2018).

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin > 500 gram (Widiastini, 2014).

2. Indikasi sectio caesarea

Menurut Sung and Mahdy (2020) dan Cunningham et al (2018), menyatakan


indikasi Ibu untuk melakukan operasi caesar yakni sebagai berikut :
a. Persalinan sesar sebelumnya

b. Permintaan Ibu

c. Deformitas panggul atau disproporsi sefalopelvis

d. Trauma perineum sebelumnya

e. Sebelumnya operasi rekonstruksi panggul atau anal / rektal

f. Herpes simpleks atau infeksi HIV

g. Penyakit jantung atau paru

h. Aneurisma serebral atau malformasi arteriovenosa

i. Patologi yang membutuhkan pembedahan intraabdominal secara bersamaan

j. Sesar perimortem
Berdasarkan indikasi uterine/anatomis untuk operasi caesar yakni sebagai
berikut :
a. Plasentasi abnormal (seperti plasenta previa, plasenta akreta)

b. Solusio plasenta

c. Riwayat histerotomi klasik

d. Miomektomi ketebalan penuh sebelumnya

e. Riwayat dehiscence insisi uterus

f. Kanker serviks invasif

g. Trakelektomi sebelumnya

h. Massa obstruktif saluran genital

i. Cerclage permanen

Berdasarkan indikasi janin untuk operasi caesar yakni sebagai berikut :

a. Status janin yang tidak meyakinkan (seperti pemeriksaan doppler tali pusat
abnormal) atau detak jantung janin yang abnormal
b. Prolaps tali pusat

c. Gagal melahirkan pervaginam operatif

d. Malpresentation

e. Makrosomi

f. Anomali kongenital

g. Trombositopenia

h. Trauma kelahiran neonatal sebelumnya

Selain itu menurut Widiastini (2014), menyatakan adapun indikasi


dilakukannya operasi section caesaria antara lain :
a. Postmaturitas (kehamilan lebih dari 42 minggu) yang dapat menyebabkan
insufisiensi plasenta atau gangguan janin
b. Ketuban pecah dini yang dapat meningkatkan risiko infeksi intrauteri
c. Hipertensi gestasional yang dapat bertambah parah

d. Isoimunisasi Rh yang dapat menyebabkan eritroblastosis fetalis

e. Diabetes maternal yang dapat menimbulkan kematian janin akibat insufiensi


plasenta
f. Koriomnionitis

g. Kematian janin

3. Kontraindikasi sectio caesarea

Menurut Sung and Mahdy (2020) dan Cunningham et al (2018), menyatakan


berikut merupakan hal yang menjadi kontraindikasi dilakukannya operasi sectio
caesarea, yaitu :
a. Janin mati

b. Shock

c. Anemia berat

d. Kelainan kongenital berat

e. Infeksi piogenik pada dinding abdomen

f. Fasilitas yang kurang memadai dalam operasi sectio caesarea

Selain itu juga adapun kontraindikasi section caesarea, meliputi janin dalam
keadaan mati, Ibu hamil dengan syok, anemia hebat sebelum diatasii, dan kelainan
kongenital (Manuaba, 2012). Sedangkan menurut Pulungan dkk (2020), menyatakan
kontraindikasi sectio caesarea disebabkan beberapa keadaan antara lain: janin mati,
terlalu prematur untuk bertahan hidup, ada infeksi pada dinding abdomen, anemia berat
yang belum diatasi, kelainan kongenital, tidak ada atau kurang sarana/fasilitas serta
kemampuan.

4. Etiologi sectio caesarea

Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), menyatakan etiologi operasi sectio


caesarea ada dua, yaitu sebagai berikut :
a. Etiologi yang berasal dari Ibu

Etiologi yang berasal dari Ibu yaitu pada primigravida dengan kelainan letak,
primipara tua disertai kelainan letak, ada disporporsi sefalo pelvik (disproporsi
janin/panggul), terdapat sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, placenta previa terutama pada primigravida, solutsio placenta
tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi-eklampsia, kehamilan yang
disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium,
mioma uteri, dan sebagainya).

b. Etiologi yang berasal dari janin

Etiologi yang berasal dari janin yaitu fetal distress/gawat janin, mal presentasi
dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, dan
kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi.

5. Klasifikasi sectio caesarea

Menurut Manuaba (2012), menyatakan bentuk pembedahan sectio caesarea


dapat diklasifikasikan menjadi, yaitu :

a. Sectio caesarea klasik

Sectio caesarea klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan
dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kirrakira sepanjang 10 cm.
Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina apabila
sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
b. Sectio caesarea trabsperitonel

Sectio caesarea transperitonel profunda disebut juga low cervical yaitu sayatan
vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian bawah
rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk memungkinkan dibuatnya
sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal dilakukan sampai ke otototot bawah
rahim.
c. Sectio caesarea histerektomi

Sectio caesarea histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah janin


dilahirkan dengan sectio caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan rahim.

d. Sectio caesarea ekstraperioneal

Sectio caesarea ekstraperitoneal, yaitu sectio caesarea berulang pada seorang


pasien yang sebelumnya melakukan sectio caesarea. Biasanya dilakukan di atas bekas
sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan 11 insisi dinding dan faisa abdomen
sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah
uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.

6. Komplikasi sectio caesarea

Beberapa komplikasi yang paling banyak dari operasi adalah akibat tindakan
anestesi selain itu juga jumlah darah yang dikeluarkan oleh Ibu selama operasi
berlangsung, komplikasi penyulit, endometriosis (radang endometrium),
tromboplebitis (pembekuan darah pembuluh balik), embolisme (penyumbatan
pembuluh darah paru-paru), dan perubahan bentuk serta letak rahim menjadi tidak
sempurna (Manuaba, 2012). Menurut Pulungan dkk (2020), menyebutkan beberapa
kompliasi yang serius pasca tindakan sectio caesarea adalah perdarahan karena atonia
uteri, pelebaran insisi uterus, kesulitan mengeluarkan plasenta, hematoma ligamentum
latum (broad ligament). Selain itu infeksi pada traktus genitalia, pada insisi, traktrus
urinaria, pada paru-paru dan traktus respiratorius atas. Komplikasi lain yang bersifat
ringan adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari selama masa nifas.

7. Dampak psikologis pre operasi sectio caesarea

Preoperatif merupakan masa sebelum dilakukan tindakan pembedahan, dimulai


sejak ditentukannya keputusan pembedahan sampai pasien berada di meja operasi
(Brunner and Suddarth, 2013). Respon paling umum pada pasien preoperatif adalah
sebanyak 90% pasien preoperatif mengalami kecemasan (Carpenito, 2013).
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas disertai perasaan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan (Stuart and Keliat, 2019).
Sectio Cesarea (SC) disebabkan oleh perasaan takut terhadap prosedur asing
yang akan dijalani, penyuntikan, nyeri luka post operasi, menjadi bergantung pada
orang lain, ancaman kematian akibat prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan,
termasuk juga timbulnya kecacatan atau bahkan kematian. Dampak dari terjadinya
kecemasan pre operasi dikaitkan dengan peningkatan rasa sakit pasca operasi,
kebutuhan analgesik, peningkatan masa rawat inap di rumah sakit, serta kejadian
depresi postpartum (Ahsan, Lestari dan Sriati, 2017).

8. Patofisiologi

Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan
Sectiocaesarea, bahkan sekarang Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan
persalinan (Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan bayi
tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis
dan lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi,
distokksia service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu
adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC). Dalam proses
operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan pasien mengalami
mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah deficit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini
akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan
menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah
insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi
9. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

b. Pemantauan EKG

c. JDL dengan diferensial

d. Elektrolit

e. Hemoglobin/Hematokrit

f. Golongan Darah

g. Urinalis

h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

i. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.

j. Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker,Susan martin,1998. Dalam buku Aplikasi


Nanda 2015).
10. Pathway
11. Perawatan Post op Sectio Caesarea

Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis memerlukan observasi


ketat setelah resiko Setiocaesarea. Bangsal persalinan adalah tempat untuk
memulihkan dan perawatan. Fasilitas perawatan intensif atau ketergantungan
tinggi harus siap tersedia dirumah sakit yang sama. Perawatan umum untuk
semua ibu meliputi :
a. Kaji tanda-tanda vital dengan interval diats (15 menit). Pastikan kondisinya stabil.
b. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka

c. Pertahankan keseimbangan cairan.

d. Pastikan analgesa yang adekuat.

e. Penggunaan analgesa epidural secara kontinu sangat berguna

f. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk Sectio Caesarea,


misalnya kondisi medis deperti diabetes.
g. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jika tidak ada koontraindikasi.

h. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan keadaan


dan jawab pertanyaan-pertanyaan pasien.
i. Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca melahirkan
guna memastikan penyembuhn total, mendiskusikan kehamilan berikutnya dan
memastikan tindak lanjut perawatan untuk kondisi medisnya. (Fraser, 2012)

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Proses management terdiri atas tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah
di sempurnakan secara berkala. Proses di mulai dengan pengumpulan data dasar dan
berakhir denga evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka
lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa pun. Akan tetapi, setiap langkah
dapat di uraikan lagi menjadi langkah – langkah yang lebih detail dan bisa berubah
sesuai dengan kebutuhan klien.
A. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar.

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan


semua data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap yaitu, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya,
meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium
dan membandingkannya dengan hasil studi.
B. Langkah II : Interpretasi Data Dasar.

Pada tahapan ini bidan mengidentifikasi diagnosa atau masalah dan kebutuha
klien secara tepat berdasatrkan interpretasi data yang akurat. Data dasar yang telah
dikumpulkan kemudian diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa sama – sama digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan layaknya diagnosa, tetapi
membutuhkan penanganan yang tertuang dalam sebuah rencana asuhan bagi klien.
Masalah sering kali berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh
bidan sesuai dengan arahan. Masalah ini sering kali menyertai diagnosis.
C. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial.

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah di identifikasi
sebelumnya. Langkah ini membutuhkan upaya antisipasi, atau bila
memungkinkan upaya pencegahan, sambil mengamati kondisi klien. Bidan
diharapkan dapat bersiap – siap bila diagnosis / masalah potensial ini benar – benar
terjadi.
D. Langkah IV : Mengidentifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan

Segera.

Pada tahapan ini, bidan mengidentifikasi perlu / tidaknya tindakan segera oleh
bidan maupun dokter, dan / atau kondisi yang perlu di konsultasikan atau
ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah ke empat mencerminkan kesinambungan proses management kebidanan.
Dengan kata lain, management bukan hanya dilakukan selama pemberian asuhan
primer berkala atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut
bersama bidan.
E. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh.

Pada tahapan ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan


menurut langkah – langkah sebelumnya. Tahapan ini merupakan kelanjutan
management diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisispasi
sebelumnya, dan bidan dapat segera melengkapi informasi / data yang tidak
lengkap.
F. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan.

Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke – 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagaian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Dalam upaya
kolaborasi dengan dokter untuk menganani klien yang mengalami komplikasi,
bidan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana asuhan bersama tersebut.
Management yang efisien akan menghemat waktu dan biaya serta meningkatkan
mutu asuhan klien.

G. Langkah VII : Evaluasi.

Pada langkah ini bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah


diberikan. Ini mencakup evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan, apakah
benarbenar telah terpenuhi sesuai dengan masalah dan diagnosa yang telah
teridentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif apabila memang telah
dilaksanakan secara efektif. Bila saja sebagian dari rencana tersebut telah efektif,
sedangkan sebagian lagi belum. Mengingat management asuhan kebidanan
merupakan suatu kontineum. Bidan perlu mengulang kembali dari awal sampai
asuhan yang tidak efektif melalui proses management tersebut tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan. Langkah – langkah pada proses
management umunnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang mempengaruhi tindakann serta berorientasi pada proses klinis.
Proses management tersebut berlangsung di dalam tatanan klinis, dan dua langkah
terakhir bergantung pada klien dan situasi klinik (saminem,2010).
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif


yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan
(Suara et al, 2010).

Diagnosa yang ditemukan pada pasien dengan sectio caesarea adalah sebagai
berikut:
1) Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas pasca prosedur operasi

2) Gangguan intregitas kulit/ jaringan

3) Gangguan mobilitas fisik

4) Resiko infeksi

5) Resiko pendarahan
2. PERENCANAAN/INTERVENSI

INTERVENSI
NO DX DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

1. Nyeri akut Setelah dilakukan catatan Manajemen nyeri (I.08238) hal 201
keperawatan selama 1x8 jam Observasi
Tingkat Nyeri L.08066 dapat 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
teratasi dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun(5) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun(5) 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingankan
3. Sikap protektif menurun(5) nyeri
4. Gelisah menurun (5) 4. Monitor efek samping penggunaan analgetic
5. Kesulitan tidur menurun Terapeutik
(5) 5. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( missal suhu,
6. Mual dan muntah menurun ruangan , kebisingan)
(5) 6. Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Fungsi berkemih membaik Edukasi
(5) 7. Jelaskan penyebab , periode, dan pemicu nyeri
8. Nafsu makan membaik 8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
(5) 9. Ajarkan Teknik nonfarmalogis untuk menurangi rasa nyeri
9. Pola tidur membaik (5) Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian analgetic
3. IMPLEMENTASI

Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk


mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di mulai setelah rencana tindakan
di susun dan di tujukan pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang
di harapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Harahap, 2019).

4. EVALUASI

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan


terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan
(Harahap, 2019).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respons klien terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Iyer
et al., 1996 dalam Nursalam 2013) :

1. Mengakhiri rencana asuhan keperawatan (jika klien telah mencapai tujuan


yang ditetapkan).
2. Memodifikasi rencana asuhan keperawatan (jika klien mengalami kesulitan
untuk mencapai tujuan).
3. Meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan).
C. REFERENSI

Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. EGC. Jakarta. Tanto, Chris. 2014.

Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaplus.

Asuhan Pesalinan dan Bayi. Baru Lahir. Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS. Widiastini,


Luh Putu (2014

Makassar; 2020. 16. Sung S, Mahdy H. Cesarean Section. In: Statpearls. Treasure Island
(Fl):. Statpearls Publishing; 2021.

Ayuningtyas et al, (2018). Analisa Situasi Kesehatan Mental Pada Masyarakat di.

Indonesia dan Strategi Penanggulangannya.

Nurarif & Kusuma, 2016). (2016). Terapi Komplementer Akupresure. Journal of.
Chemical. Information and Modeling

Ahsan, Lestari, R. dan Sriati (2017) 'Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Kecemasan Pre
Operasi Pada Pasien Sectio Caesarea di Ruang Instalasi.

Sugeng. 2010. Asuhan keperawatan post operasi. Yogyakarta : Nuha. Medika. Liu, David
T.Y. 2008. Manual persalinan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai