Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA

OLEH :

INDAH SRI RACHMAWATI

201710300511043

DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN 2021
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Persalinan sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan dengan dilakukan insisi pada dinding perut dan rahim, dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Prawirohardjo, 2010).
Sectio caesarea merupakan suatu tindakan pengeluaran janin dan plasenta
melalui tindakan insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan
utuh (Ratnawati, 2016).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut (Hartanti, 2014). Sectio
caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
pada dinding abdomen dan uterus (Hartanti, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sectio
caesarea merupakan salah satu cara persalinan, yang mana janin dikeluarkan
dengan dilakukan insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus, dengan
syarat berat janin diatas 500 gram dan rahim utuh.

2. Tipe-Tipe Sectio Caesarea


Tipe-Tipe sectio caesarea menurut (Prawirohardjo 2010), antara lain:
a. Sectio caesarea klasik, yaitu pembedahan secara sanger
b. Sectio caesarea transperitoneal profunda (supra cervicalis = lower
segmen caesarean section)
c. Sectio caesarea diikuti dengan histerektomi (caesarean hysterectomy =
seksio histerektomi)
d. Sectio caesarea ekstraperitoneal
e. Sectio caesarea vaginal

Tipe-tipe sectio caesarea menurut Hartanti (2014), yaitu diantaranya:


a. Segmen bawah: insisi melintang
Sectio caesarea tipe ini memungkinkan abdomen dibuka dan uterus
disingkapkan. Lipatan vesicouterina (bladder flap) yang terletak dengan
sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat
melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama
kandung kemih didorong kebawah serta ditarik agar tidak menutupi
lapang pandang.
Keuntungan:
1) Insisinya ada pada segmen bawah uterus.
2) Otot tidak dipotong tetapi dipisah kesamping, cara ini mengurangi
perdarahan.
3) Insisi jarang terjadi sampai plasenta.
4) Kepala janin biasanya dibawah insisi dan mudah diekstraksi .
5) Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah
dirapatkan kembali dibanding segmen atas yang tebal.
Kerugian:
1) Jika insisi terlampau jauh ke lateral, seperti pada kasus bayi besar.
2) Prosedur ini tidak dianjurkan jika terdapat abnormalitas pada segmen
bawah.
3) Apabila segmen bawah belum terbentuk dengan baik, pembedahan
melintang sukar dilakukan.
4) Terkadang vesika urinaria melekat pada jaringan cicatrix yang terjadi
sebelumnya sehingga vesika urinaria dapat terluka.
b. Segmen bawah: insisi membujur
Insisi membujur dibuat dengan skalpel dan dilebarkan dengan gunting
tumpul untuk menghindari cedera pada bayi. Keuntungan tipe ini yaitu
dapat memperlebar insisi keatas apabila bayi besar, pembentukan segmen
bawah tidak baik, terdapat malposisi janin seperti letak lintang atau
adanya anomali janin seperti kehamilan kembar yang menyatu.
Kerugiannya adalah perdarahan dari tepi sayatan yang lebih banyak
karena terpotongnya otot.
c. Sectio Caesarea Klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skalpel kedalam
dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan
gunting berujung tumpul.
Indikasi:
1) Kesulitan dalam menyingkapkan segmen bawah yaitu adanya
pembuluh-pembuluh darah besar pada dinding anterior, vesika
urinaria yang letaknya tinggi dan melekat, serta mioma segmen
bawah.
2) Bayi yang tercekam pada letak lintang.
3) Beberapa kasus plasenta previa anterior.
4) Malformasi uterus tertentu.
Kerugian:
1) Miometrium harus dipotong, sinus-sinus yang lebar dibuka, dan
perdarahannya banyak.
2) Bayi sering diekstraksi dari bokong terlebih dahulu, sehingga
kemungkinan aspirasi cairan ketuban lebih besar.
3) Apabila plasenta melekat pada dinding depan uterus, insisi akan
memotongnya dan akan kehilangan darah dari sirkulasi janin yang
berbahaya
4) Insidensi pelekatan isi abdomen pada luka jahitan uterus lebih tinggi
5) Insiden ruptur uteri pada kehamilan berikutnya lebih tinggi
d. Sectio Caesarea Ekstraperitonial
Pembedahan ini dilakukan guna untuk menghindari perlunya
histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan
mencegah peritonitis generalisata yang sering berakibat fatal. Teknik pada
prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam kavum
peritonei dan insidensi cedera vesika urinaria meningkat.
e. Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan
pengeluaran uterus.

Indikasi:
1) Perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal.
2) Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus plasenta
previa dan abruptioplasenta tertentu.
3) Pada kasus-kasus tertentu kanker serviks atau ovarium.
4) Ruptur uteri yang tidak dapat diperbaiki.
5) Cicatrix yang menimbulkan cacat pada uterus.
Komplikasi:
1) Angka morbiditas sebesar 20%.
2) Lebih banyak kehilangan darah.
3) Kerusakan pada traktus urinarius dan usus termasuk pembentukan
fistula.
4) Trauma psikologis akibat hilangnya uterus.

3. Indikasi
Indikasi dilakukannya sectio caesarea menurut Prawirohardjo (2010),
yaitu sebagai berikut:
a. Indikasi Ibu
1. Panggul sempit absolut
2. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3. Stenosis serviks/vagina
4. Plasenta previa
5. Disproporsi sefalopelvik
6. Ruptura uteri membakar
b. Indikasi Janin
a. Kelainan letak
b. Gawat janin
Pada umumnya sectio caesarea tidak dilakukan pada:
a. Janin mati
b. Syok, anemia berat, sebelum diatasi
c. Kelainan kongenital berat (monster)

4. Patofisiologi Sectio Caesarea


Kelainan/hambatan pada proses persalinan yang dapat menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa sentralis
dan lateralis, panggul sempit, disproporsi sefalopelvik, ruptur uteri
mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamasi, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (Prawirohardjo, 2010).
Proses operasi sebelumnya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah hambatan mobilitas fisik. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri (Prawirohardjo, 2010).
Proses pembedahan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf
di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan masalah nyeri dan terdapat luka post
operasi, yang mana bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah resiko infeksi (Prawirohardjo, 2010).
5. Pathways Sectio Caesarea
Indikasi Ibu: (1) Panggul sempit Indikasi Janin: (1) Kelainan
absolut; (2) Tumor jalan lahir; letak; (2) gawat janin.
(3) Stenosis serviks/vagina; (4)
Plasenra previa; (5) Disproporsi
sefalopelvik; (6) Ruptura uteri.

Sectio caesarea

Dilakukan anestesi Dilakukan insisi

Terjadi immobilasi Defisit Terputusnya jaringan,


Perawatan pembuluh darah, dan
Diri
Hambatan syaraf
Mobilitas Fisik
Terdapat luka post operasi Keluarnya histamin
Post dee entry dan prostaglandin

Resiko Nyeri Akut


Infeksi

Gambar 2.1: Pathways Sectio Caesarea (Prawirohardjo, 2010)

6. Komplikasi Sectio Caesarea


Komplikasi yang timbul akibat dilakukannya tindakan sectio caesarea
menurut (Khasanah, 2014) antara lain:
a. Komplikasi pada Ibu
1) Infeksi luka insisi
2) Perdarahan
3) Luka kandung kemih
b. Komplikasi pada Janin
1) Kematian perinatal
2) Hipoksia janin

7. Perawatan Post Sectio Caesarea


Pasien pasca operasi perlu mendapatkan perawatan sebagai berikut
menurut Hartanti (2014):
a. Ruang Pemulihan
Pasien dipantau dengan cermat di ruang pemulihan, meliputi jumlah
perdarahan dari vagina dan dilakukan palpasi fundus uteri untuk
memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan kuat. Selain itu,
pemberian cairan intravena juga dibutuhkan. Kebutuhan akan cairan
intravena termasuk darah sangat bervariasi. Wanita dengan berat badan
rata-rata dengan hematokrit kurang dari atau sama dengan 30 dan volume
darah serta cairan ekstraseluler yang normal umumnya dapat mentoleransi
kehilangan darah sampai 2000ml.
b. Ruang Perawatan
Beberapa prosedur yang dilakukan di ruang perawatan adalah:
1) Monitor tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang perlu di evaluasi adalah tekanan darah,
nadi, jumlah urin, jumlah perdarahan, status fundus uteri, dan suhu
tubuh.
2) Analgesik
Pasien dengan berat badan rata-rata, dapat diberikan paling banyak
setiap 3 jam untuk menghilangkan nyeri, sedangkan pasien yang
menggunakan opioid, harus diberikan pemeriksaan rutin tiap jam
untuk memantau respirasi, sedasi, dan skor nyeri selama pemberian
dan sekurangnya 2 jam setelah penghentian pengobatan.
3) Terapi cairan dan makanan
Pemberian cairan intravena, pada umumnya mendapatkan 3 liter
cairan memadai untuk 24 jam pertama setelah tindakan, namun
apabila pengeluaran urin turun, dibawah 30ml/jam, wanita tersebut
harus segera dinilai kembali.
4) Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
Kateter vesika urinaria umumnya dapat dilepas dalam waktu 12
jam setelah operasi atau keesokan pagi setelah pembedahan dan
pemberian makanan padat bisa diberikan setelah 8 jam, bila tidak ada
komplikasi.
5) Ambulasi
Mobilisasi pada klien post operasi menurut (Manuaba et al. 2009)
dilakukan secara bertahap meliputi :
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi.
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar.
c) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler).
e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca
operasi.
6) Perawatan luka
Luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit (atau klip) pada
hari keempat setelah pembedahan. Pada hari ketiga pasca persalinan,
mandi dengan pancuran tidak membahayakan luka insisi.
Fase – fase penyembuhan luka post operasi menurut (Kozier et al.
2010) ada 3 (tiga) tahap, diantaranya:

a) Fase I (Fase Peradangan)


Fase peradangan berlangsung selama 3 sampai 4 hari, setelah
pembedahan. Pada fase ini terjadi penumpukan, benang – benang
fibrin dan membentuk gumpalan yang mengisi luka dan
pembuluh darah yang terputus. Leukosit mulai mencerna bakteri
dan jaringan yang rusak.
b) Fase II (Fase Proliferasi)
Fase Proliferasi (tahapan pertumbuhan sel dengan cepat)
berlangsung 3-21 hari setelah pembedahan. Leukosit mulai
berkurang dan luka berisi kolagen. Kolagen terus menumpuk dan
menekan pembuluh darah, sehingga suplai darah ke daerah luka
mulai berkurang. Luka akan tertutup dengan dibantu
pembentukan jaringan – jaringan fibrinous.
c) Fase III (Fase Maturasi)
Biasanya dimulai pada hari ke – 21 dan mucul setengah tahun
setelah perlukaan. Kolagen ditimbun dan luka semakin kecil atau
mengecil, tegang, jaringan elastis berkurang, timbul garis putih.
7) Pemeriksaan laboratorium
Hematokrit diukur setiap pagi hari setelah pembedahan.
Pemeriksaan ini dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan
darah yang banyak selama operasi atau terjadi oliguria atau tanda-
tanda lain yang mengisyaratkan hipovolemia.
8) Menyusui
Menyusui dapat dimulai pada hari pasca operasi sectio caesarea.
9) Pencegahan infeksi pasca operasi
Morbiditas demam cukup sering dijumpai setelah sectio caesarea.
Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab tersering dari
demam dan tetap terjadi pada sekitar 20% wanita walaupun telah
diberi antibiotik profilaksis.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan merupakan serangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien/klien di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Proses keperawatan adalah metode
pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada
individu, kelompok, dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan
pemecahan masalah dari respons pasien terhadap penyakitnya (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses dinamis yang terorganisasi yang meliputi tiga
aktvitas dasar, yaitu mengumpulkan data secara sistematis, memilah dan
mengatur data yang dikumpulkan, mendokumentasikan data dalam format
yang dapat dibuka kembali (Tarwoto & Wartonah, 2010)
Pengkajian pada klien post operasi sectio caesarea menurut Chairani
(2017) yaitu sebagai berikut:
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan
umum tanda vital.
b. Keluhan utama: nyeri pada area post operasi
c. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit yang dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah
pasien operasi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang
sama (plasenta previa)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada juga mempunyai riwayat persalinan yang sama (plasenta previa).
f. Keadaan klien meliputi:
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-
kira 600-800 mL.
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai
wanita.Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
3) Makanan dan cairan: abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet
ditentukan)
4) Neurosensori: kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat
anestesi spinal epidural.
5) Nyeri/ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma
bedah, distensi kandung kemih, efek-efek anesthesia, nyeri tekan
uterus mungkin ada.
6) Pernapasan: bunyi paru-paru vesikuler dan terdengar jelas.
7) Keamanan: balutan badomen dapat tampak sedikit noda/kering dan
utuh.
8) Seksualitas: fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran
lokhea sedang.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasikan
menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau
mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
Masalah-masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien post operasi sectio caesarea menurut NANDA (2015), diantaranya
sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (prosedur bedah)
(00132)
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (00085)
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (00004)
d. Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi
berhubungan dengan kelemahan (00108)
DAFTAR PUSTAKA

Chairani, Nopi. 2015. Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman:Nyeri pada Post Operasi Sectio
Caesarea di R.S Fajar Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia. Diakses tanggal 1
Juni 2018.
<http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2624/142500028.pdf?se
quence=1&isAllowed=y>

Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi


Keenam. Missouri: Mosby Elsevier.

Hartanti, Septi. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Sectio
Caesarea Hari Ke-1 Atas Indikasi Disproporsi Cefalopelvic Di Ruang Bougenvil
Di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Diploma thesis,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Diakses tanggal 29 Mei 2018.
<http://repository.ump.ac.id/2643/>

Khasanah, Rafikatul. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Post SC Atas
Indikasi Janin Letak Sungsang Di Ruang Dewi Kunthi RSUD Kota Semarang.
Diakses tanggal 10 Mei 2018.
<http://repository.unissula.ac.id/1517/3/Rafikatul%20Khasanah%20%2089.331.
61374.pdf>

Mayasari, Wulan. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nyeri Pada Ny. W:


Post SC Indikasi Postmatur Dengan Oligohidramnion Di Bangsal Bougenvil
RSUD Sukoharjo. Diakses tanggal 23 Mei 2018.
<http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/4/01-gdl-wulanmayas-167-
1-wulanma-i.pdf>

Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.


Missouri: Mosby Elsevier.

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi


10. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU M

Nama Mahasiswa : Indah Sri Rachmawati NIM :


201710300511043

Tgl Praktek : 12 April 2021 Tgl Pengkajian : 15 April 2021

Ruang Praktek : Kamar Bersalin Rumah Sakit : RS UMM

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. M
b. No. Rekam Medis : 162xxx
c. Tanggal Lahir : 30-09-1994
d. Usia : 26 Thn - 6 Bln – 14 Hr
e. Pendidikan Terakhir : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Agama : Islam
h. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
i. Alamat : Jl. MT Haryono VI-C/896 Rt.007 Rw/004
Kel. Dinoyo
j. No. Telp : 083xxxxx

II. PENANGGUNG JAWAB (Suami/Keluarga)


a. Nama : Tn. N
b. Hubungan dengan klien : Suami
c. Usia :
d. Pendidikan Terakhir :
e. Pekerjaan : Karyawan Swasta
f. Agama : Islam
g. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
h. Alamat : Jl. MT Haryono VI-C/896 Rt.007 Rw/004
Kel. Dinoyo
i. No. Telp : 089xxxxx

III. KELUHAN UTAMA :

Pasien mengatakan susah bergerak karena perut masih kaku, pasien mengatakan
malas makan namun masih memakan makanan rumah sakit sedikit-sedikit karena
sedang menyusui

IV. RIWAYAT PERKAWINAN :


Status Menikah : ( V ) Ya ( ) Tidak
Menikah :1 kali, Menikah pertama usia 21 tahun
Lama Pernikahan : 5 tahun
Lain-lain, sebutkan :

V. RIWAYAT KONTRASEPSI (KB) :


a. Riwayat kontrasepsi terdahulu : tidak ada
Metode yang pernah dipakai : tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
1. ___________________lama :
___________(Bulan/Tahun)
2. ___________________lama :
___________(Bulan/Tahun)
3. ___________________lama :
___________(Bulan/Tahun)
4. ___________________lama :
___________(Bulan/Tahun)

b. Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan ini :


___________lama : ______(Bln/Thn)
c. Keluhan KB : ( ) Ada, sebutkan
___________________________________ ( ) tidak ada

VI. RIWAYAT OBSTETRI TERDAHULU : G2P1000Ab000

N Tgl/Bln/T Temp Umu Jenis Penolon Penyul BB Hidu


o hn Partus at r Persalin g it Lahi p/
Partus Ham an Persalin r
il an Mati
Pengalaman menyusui : Ya/Tidak Berapa lama :

VII. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengatakan perut bekas operasi masih kaku dan menjadi sulit bergerak

VIII. ADANYA MASALAH LAIN SELAMA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN


GINEKOLOGI TERDAHULU :

Pasien mengatakan tidak ada masalah lain

IX. PEMERIKSAAN UMUM :


a. Status Obstetrik :
b. Keadaan Umum : Pasien terlihat lemah
c. Kesadaran : Compor Mentis
d. Berat Badan : 36 Kg, Tinggi Badan : 143 cm
e. Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 90/60mmHg, Nadi : 77 x/menit

Pernafasan : 20x/menit Suhu :36,5 ºC

X. PEMERIKSAAN FISIK :
a. Kepala :
1. Distribusi rambut :(V) merata ( ) tidak
2. Lesi/pembengkakan :( ) Ya (V) tidak ada
3. Nyeri saat diraba :( ) Ya (V) tidak ada
4. Keluhan :( ) Ya (V) tidak ada
Sebutkan :
b. Wajah :
1. Edema wajah :( ) Ya (V) tidak ada
2. Keluhan :( ) Ya (V) tidak ada
Sebutkan :

c. Mata :
1. Sklera ikterik :( ) Ya ( V )
tidak
2. Konjuntiva anemis :( ) Ya ( V )
tidak
3. Keluhan :( ) Ya (
V) tidak ada
Sebutkan :

d. Hidung :
1. Sekret :( ) Ya ( V )
tidak
2. Polip :( ) Ya (V) tidak
3. Keluhan :( ) Ya (
V) tidak ada
Sebutkan :

e. Mulut dan Bibir :


1. Rongga mulut : ( V ) bersih ( ) kotor ( )
radang
2. Bibir : ( V ) lembab ( ) kering ( )
sianosis
3. Caries gigi : ( ) Ya ( V ) tidak ada
4. Keluhan : ( ) Ya ( V ) tidak ada
Sebutkan :

f. Telinga :
1. Serumen :( ) Ya ( V )
tidak ada
2. Sekresi :( ) Ya (
V) tidak ada
3. Keluhan :( ) Ya (V
) tidak ada
Sebutkan :

g. Leher :
1. Kelejar tiroid :( ) membesar ( V )
tidak
2. Keluhan :( ) Ya (
V) tidak ada
Sebutkan :

h. Ketiak : :
1. Kelenjar limfe :( ) membesar (V) tidak
2. Keluhan :( ) Ya (
V) tidak ada
Sebutkan :

i. Oksigenasi dan ventilasi :


1. Frekuensi pernafasan (RR) : 20x/menit
2. Irama nafas : ( V ) reguler ( ) irreguler
3. Suara nafas : ( V ) vesikuler ( ) ronchi
( ) wheezing
4. Suara jantung S1-S2 : ( V ) normal ( ) murmur
( ) galop
5. Capilary refil : ( V ) < 3 detik ( ) > 3 detik
6. Tekanan darah : 9-/60 mmHg
7. frekuensi nadi : 77x/menit
8. Irama nadi : ( V ) reguler ( ) irreguler
9. Keluhan : ( ) Ya (V) tidak ada
Sebutkan :

j. Payudara :
1. Puting : ( ) eksverted ( V ) datar ( )
inverted ( ) lecet
2. Pengeluaran ASI : ( V ) Ya ( ) tidak ada
3. Bentuk : ( V ) simetris ( ) tidak
simetris
4. Teraba :( ) ada massa (V) hangat (
) tidak ada massa
5. Kebersihan : Bersih
6. Keluhan : ( ) Ya (V) tidak ada
Sebutkan :

k. Abdomen :
Involusio Uteri
1. Tinggi fundus uteri : Kontraksi : ( ) Ya ( )
Tidak
2. Diastasis rektus Abdominis : ( ) < 2 jari / 2 cm ( ) > 2 jari / 2
cm
3. Kandung kemih :
4. Keluhan :( ) Ya ( ) tidak ada
Sebutkan :

l. Perineum dan Genetalia :


1. Vagina :
2. Edema : ( ) Ya ( V ) tidak
3. Memar : ( ) Ya ( V ) tidak
4. Hematom : ( ) Ya ( V ) tidak
5. Perineum : Utuh/Episiotomi/Ruptur (lingkari)
Tanda REEDA
R : Kemerahan :( ) Ya ( ) tidak
E : Bengkak :( ) Ya ( ) tidak
E : Echimosis : ( ) Ya ( ) tidak
D: Discharge : ( ) Ya ( ) tidak
Serum/Pus/Darah
A : Approximate : ( ) Baik ( ) tidak
6. Kebersihan : ( V ) Ya ( ) tidak
7. Lochea : Pasien dalam masa nifas
Jumlah : 300cc
Jenis/warna : Merah
Konsistensi : Cair
Bau : Khas
8. Hemorrhoid :
Derajat : , Lokasi :
Berapa lama : , Nyeri : ( ) Ya (
) Tidak
Masalah Khusus :

9. Keluhan :( ) Ya (V) tidak ada


Sebutkan :

m. Extremitas :
1. Ektremitas Atas :
a) Edema :( ) Ya ( V )
tidak
b) Varises :( ) Ya ( V )
tidak
2. Ektremitas Bawah :
a) Edema :( ) Ya ( V )
tidak
b) Varises :( ) Ya ( V )
tidak
c) Tanda Hoffman :( ) + (
V) -
3. Keluhan :( ) Ya (
V) tidak ada
Sebutkan :

n. Masalah Khusus : tidak ada masalah


1. Eliminasi :
BAB : 1 hari sekali

BAK : sering, normal

2. Istirahat dan kenyamanan :


Tidur 8 jam, pada pukul 21.00 – 05.00

3. Mobilisasi dan latihan :


Pasien mengatakan selama dirumah sakit tidak mau bergerak karena perut
masih kaku
4. Nutrisi dan cairan :
Pasien mengatakan makan sehari 3x tapi sedikit, minum air putih 1,5 liter
sehari

5. Keadaan Psikologis :
Keadaan psikologi pasien baik

6. Kemampuan Menyusui :
Pasien memiliki kemampuan menyusui yang baik namun asi tidak keluar
banyak

XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


XII. TERAPI (Advice Dokter, dll, sebutkan) :

XIII. Lain-lain:

Pemberian obat dexa 25mg single deso

Cek DL PT APTT

Kaltopren sup 2

Cefazolin 2gr

Metokloramid 1amp

Ranitidin 1mg

Malang, 15 April 2021


Ttd

(.........................................)
Analisa Data

No. Data Penunjang Etiologi Masalah

1. Ds : Pasien mengatakan sulit Kekakuan Sendi Gangguan Mobilitas Fisik


bergerak karena perut masih kaku

Do :

- TTV : TD : 90/60

Nadi : 77x/menit

RR : 20x/menit

- Pasien tampak kesulitan


bergerak

2. Ds : Kurangnya Asupan Makanan Defisit Nutrisi

- Pasien mengatakan malas


makan namun masih
memaksa makan sedikit
karena sedang menyusui

Do :

- Pasien tampak kurang


berat badan

- BB sebelum melahirkan :
46kg

Sesudah melahirkan :
36kg

TB : 143cm

LLA : 20

Prioritas Diagnosa

1. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi d.d pasien mengatakan sulit bergerak
karena perut masih kaku

2. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan d.d berat badan pasien 36kg
Asuhan Keperawatan

Diagnosa Luaran Intervensi

Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan Latihan Rentang Gerak
kekakuan sendi d.d pasien keperawatan selama 1x24 jam
mengatakan sulit bergerak karena diharapkan mobilitas fisik dengan
perut masih kaku kriteris hasil:
Observasi
- Mobilitas fisik membaik - Identifikasi indikasi dilakukan latihan
Ds : Pasien mengatakan sulit - Berat badan membaik - Identifikasi keterbatasan pergerakan
bergerak karena perut masih kaku
- Keseimbangan membaik sendi

- Koordinasi pengetahuan - Monitor lokasi ketidaknyamanan atau


Do : nyeri pada saat bergerak
meningkat
- TTV : TD : 90/60 Terapeutik
- Motivasi meningkat
Nadi : 77x/menit - Gunakan pakaian yang longgar
- Pergerakan sendi
RR : 20x/menit meningkat - Fasilitasi mengoptimalkan posisi
- Status neurologi tubuh untuk pergerakan sendi yang
- Pasien tampak kesulitan
membaik aktif dan pasif
bergerak
- Status nutrisi membaik - Lakukan geraka pasif dengan bantuan
sesuai dengan indikasi
- Toleransi aktivitas
Edukasi
meningkat
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan

- Anjurkan melakukan rentang gerak


pasif dan aktif secara stematis

- Anjurkan duduk ditempat tidur atau


kursi, jika perlu

- Ajarkan rentang gerak aktif sesuai


dengan program latihan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan fisioterapis


mengembangkan program latihan,
jika perlu

Defisit nutrisi b.d kurangnya Setelah dilakukan tindakan Edukasi Nutrisi


asupan makanan d.d berat badan keperawatan selama 1x24 jam
pasien sebelum melahirkan 46kg diharapkan defisit nutrisi dengan
dan sesudah melahirkan 36kg kriteris hasil:
Observasi
- Status nutrisi meningkat - Periksa status gizi, status alergi,
program diet, kebutuhan dan
Ds : - Berat badan meningkat kemampuan pemenuhan kebutuhan
gizi
- Pasien mengatakan - Eliminasi fekal
malas makan namun membaik - Identifikasi kemampuan dan waktu
masih memaksa makan yang tepat menerima informasi
sedikit karena sedang - Fungsi gastrointestinal
menyusui membaik Terapeutik

- Nafsu makan membaik - Persiapkan materi dan media seperti


jenis-jenis nutrisi, tabel makanan
Do : - Perilaku meningkatkan penukar cara mengelola, cara
berat badan membaik menakar makanan
- Pasien tampak kurang
berat badan - Status menelan - Jadwalkan pendidikan kesehatan
membaik sesuai kesepakatan
- BB sebelum melahirkan
: 46kg Edukasi

Sesudah melahirkan : - Jelaskan pada pasien dan keluarga


36kg alergi makanan, makanan yang harus
dihindari, kebutuhan jumlah kalori,
TB : 146cm
jenis makanan yang dibutuhkan
LLA : 20 pasien

- Demonstrasikan cara mengatur posisi


saat makan

- Ajarkan pasien/keluarga memonitor


asupan kalori dan makanan (mis.
menggunakan buku harian)

- Ajarkan pasien dan keluarga


memantau kondisi kekurangan nutrisi
Implementasi Dan Evaluasi

Tanggal Implementasi Evaluasi

Jumat, - Identifikasi indikasi dilakukan latihan S:

16-04-2021 - Identifikasi keterbatasan pergerakan - Pasien mengatakan berbaring


sendi ditempat tidur berganti posisi
secara bergantian setiap pagi,
- Monitor lokasi ketidaknyamanan atau siang dan malam miring ke
nyeri pada saat bergerak kanan dan ke kiri dengan
- Lakukan geraka pasif dengan bantuan bantuan keluarganya
sesuai dengan indikasi - Pasien mengatakan perutnya
masih kaku

O:

- Pasien tampak lemas

- TD : 90/60

RR : 18x/menit

Nadi : 80x/menit

Suhu : 36,5

- Pasien dapat berganti posisi


miring ke kanan dan ke kiri
secara bergantian dengan
bantuan keluarga

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Sabtu, - Fasilitasi mengoptimalkan posisi S:


tubuh untuk pergerakan sendi yang
17-04-2021 - Pasien mengatakan dapat
aktif dan pasif
berganti posisi miring ke
- Lakukan geraka pasif dengan bantuan kanan dan kiri secara
sesuai dengan indikasi bergantian setiap pagi, siang
dan malam sekali tanpa
- Anjurkan melakukan rentang gerak bantuan
pasif dan aktif secara stematis
- Pasien mengatakan bahwa
- Anjurkan duduk ditempat tidur atau perutnya sudah tidak begitu
kursi, jika perlu kaku
- Ajarkan rentang gerak aktif sesuai - Pasien mengatakan latihan
dengan program latihan duduk setiap pagi, siang dan
malam ditempat tidur dengan
bantuan keluarga

O:

- Pasien dapat berganti posisi


di tempat tidur tanpa bantuan

- Pasien dapat duduk ditempat


tidur dengan bantuan
keluarga

- TD : 100/80

Nadi : 80

Suhu : 36,2

RR : 18

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Jumat, - Identifikasi kemampuan dan waktu S:


yang tepat menerima informasi
16-04-2021 - Pasien mengatakan tidak
- Demonstrasikan cara mengatur posisi pernah menghabiskan
saat makan makanan dari rumah sakit

- Ajarkan pasien/keluarga memonitor - Pasien mengatakan masih


asupan kalori dan makanan (mis. merasa malas makan
menggunakan buku harian)
- Pasien mengatakan ingin
- Ajarkan pasien dan keluarga meningkatkan nafsu
memantau kondisi kekurangan nutrisi makannya

O:

- Pasien tampak lemas

- LLA : 20

BB : 36kg

TB : 143cm

- Pasien tampak tidak


menghabiskan makanannya

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Sabtu, - Identifikasi kemampuan dan waktu S:


yang tepat menerima informasi
17-04-2021 - Pasien mengatakan mulai
- Demonstrasikan cara mengatur posisi makan sedikit tapi sering
saat makan
- Pasien mengatakan bahwa
- Ajarkan pasien/keluarga memonitor mau mencoba memakan
asupan kalori dan makanan (mis. makanan yang tinggi serat
menggunakan buku harian) dan protein seperti buah-
buahan dan daging
- Ajarkan pasien dan keluarga
memantau kondisi kekurangan nutrisi - Pasien mengatakan dapat
makan dengan nyaman
diposisi duduk di tempat tidur

O:

- Pasien tampak lemas

- LLA : 20

BB : 36kg

TB : 143cm

- Nafsu makan pasien tampak


membaik

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai