Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA (SC)

OLEH :

TUTI NOVIANTI, S.Kep

N202101144

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

2021
A. Pengertian
Sectio caesarea merupakan suatu tindakan pengeluaran janin dan plasenta melalui
tindakan insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh
(Ratnawati, 2018).

B. Etiologi
Menurut Johson (2016), penyebab dari timbulnya kelainan panggul seseorang adalah
sebagai berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan:
a. Panggul sempit seluruh
b. Panggul picak
c. Panggul sempit picak
d. Panggul corong
e. Panggul belah yaitu symfisis terbuka
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya:
a. Panggul Rachitis
b. Panggul osteomalasia
c. Radang artikulasi sakroiliaka
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang:
a. Kifosis
b. Skoliosis
4. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah:
a. Koksitis
b. Luksasi
c. Atrofi

C. Tipe-Tipe Sectio Caesarea


Tipe-tipe sectio caesarea menurut Sukarni & Wahyu (2013), yaitu diantaranya:
1. Segmen bawah : insisi melintang
Sectio caesarea tipe ini memungkinkan abdomen dibuka dan uterus
disingkapkan. Lipatan vesicouterina (bladder flap) yang terletak dengan sambungan
segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang, lipatan ini
dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung kemih didorong kebawah
serta ditarik agar tidak menutupi lapang pandang.
2. Segmen bawah : insisi membujur
Insisi membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul
untuk menghindari cedera pada bayi. Keuntungan tipe ini yaitu dapat memperlebar
insisi keatas apabila bayi besar, pembentukan segmen bawah tidak baik, terdapat
malposisi janin seperti letak lintang atau adanya anomali janin seperti kehamilan
jembar yang menyatu. Kerugiannya adalah pendarahan dari tepi sayatan yang lebih
banyak karena terpotong otot.
3. Sectio caesarea klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skapel kedalam dinding
anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting berujung
tumpul.
4. Sectio caesarea ekstraperitonial
Pembedahan ini dilakukan guna untuk menghindari perlunya histerektomi
pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis
generalisata yang sering berakibat fatal. Tekik pada prosedur ini relatif sulit, sering
tanpa sengaja masuk kedalam kavum peritonei dan insidensi cedera vesika urinaria
meningkat.
5. Histerektomi caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan
pengeluaran uterus

D. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, Cephalopelvik Disproportion, rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas.
Efek anestesi juga dapat menimbulkan otot relaksasi dan menyebabkan konstipasi.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut).
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post SC, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko
infeksi.
Setelah kelahiran bayi prolaktin dan oksitosin meningkat menyebabkan efeksi ASI,
efeksi ASI yang tidak adekuat menimbulkan masalah ketidakefektifan pemberian ASI
pada bayi (Wiknjosastro, 2010).

E. Komplikasi Sectio Caesarea


Komplikasi yang timbul akibat dilakukannya tindakan sectio caesarea menurut
(Khasanah, 2014), antara lain:
1. Komplikasi pada ibu:
a. Infeksi luka insisi
b. Pendarahan
c. Luka kandung kemih
2. Komplikasi pada janin
a. Kematian perinatal
b. Hipoksia janin

F. Perawatan Post Sectio Caesarea


Pasien pasca operasi perlu mendapatkan perawatan sebagai berikut (Prawirohardjo,
2010):
1. Ruang Pemulihan
Pasien dipantau dengan cermat diruang pemulihan, meliputi jumlah
pendarahan dari vagina dan dilakukan palpasi fundus uteri untuk memastikan bahwa
uterus berkontraksi dengan kuat. Selain itu, pemberian cairan intravena juga
dibutuhkan. Kebutuhan akan caian intravena termasuk darah sangat bervariasi.
Wanita dengan berat badan rata-rata dengan hematokrit kurang dari atau sama
dengan 30 dan volume darah serta cairan ekstraseluler yang normal umumnya dapat
mentoleransi kehilangan darah sampai 2000 ml.
2. Ruang Perawatan
Beberapa prosedur yang dilakukan diruang perawatan adalah monitor tanda-
tanda vital, analgesik, terapi cairan dan makanan, pengawasan fungsi vesika urinaria
dan usus, ambulansi, perawatan luka, pemeriksaan laboratorium, menyusui, serta
pencegahan infeksi pasca operasi.

G. Pathway
Faktor Ibu Faktor Janin
DAFTAR PUSTAKA

Johson, J. 2016. Keperawatan Maternitas. Jogjakarta : Andi.


Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Ratnawati. 2018. Upaya ibu hamil ririko tinggi untuk mencari layanan persalinan di
puskesmas Waruroyo. Journal Of Community Medicine & Public Health, 67-71
Sukarni, I & Wahyu, P. 2013. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai