Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. Z G5 P2A2

DENGAN SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI PRESENTASE BOKONG

DI RUANG KANA RSUD WONOSARI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :

LELY KURNIAWATI

M230040008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI

YOGYAKARTA

2023/2024
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pasien Ny. Z G5 P2A2 dengan section

caesarea atas indikasi presentase bokong di ruang kana RSUD Wonosari Kabupaten

Gunung Kidul, telah diperiksa oleh Pembimbing Klinik (Clinical Instructure) yang di

sahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Lapangan/ CI Mahasiswi

Retnowati, AMK Lely Kurniawati

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Ns. Maulida Rahmawati Emha M.Kep


1. Konsep Sectio Caesarea

A. Pengertian

Sectio caesarea ialah proses persalinan operasi dengan metode melaksanakan sayatan

pada bilik depan uterus buat menolong proses menghasilkan bayi ataupun bakal anak

(Pragholapati, 2020). Persalinan SC merupakan sesuatu tindakan operatif pada ibu bersalin

dengan melaksanakan insisi pada kulit, bilik perut serta bilik rahim buat menyelamatkan

bunda dan balita. Aksi SC dicoba bunda yang tidak bisa melahirkan secara wajar yang

diakibatkan oleh sesuatu gejala tertentu (Setia & Arifin, 2021).

Sectio Caesarea (SC) merupakan proses pembedahan untuk melahirkan janin melalui

irisan pada dinding perut dan dinding rahim. Persalinan dengan metode SC dilakukan atas

dasar indikasi medis baik dari sisi ibu dan janin, seperti placenta previa, presentasi atau

letak abnormal pada janin (Cunningham, 2018). Sectio Caesarea (SC) adalah proses

persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding

rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Aspiani,

2017).

B. Klasifikasi

Klasifikasi (Sagita, 2019) mengklasifikasi Sectio Caesarea adalah sebagai berikut:

a. Sectio caesarea transperitonealis profunda

Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segemen bawah uterus.

Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.

Keunggulan pembedahan ini:

1) Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak

2) Bahaya peritonitis tidak besar 10


3) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak

besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami

kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

b. Sectio caesarea korporal / klasik

Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini dibuat kepada korpus uteri,pembedahan ini

yang agak mudah dilakukan,hanya disenggelarakan apabila ada halangan untuk

melakukan Sectio caesaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen

uterus.

c. Sectio caesarea ekstra peritoneal

Sectio caesarea ekstra peritoneal yaitu section caesarea berulang pada seorang pasien

yang pernah melakukan section caesarea sebelumnya. Biasanya dilakukan diatas bekas

luka yang sama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinsing dan fasia abdomen

sementara peritoneum dipotong. Pada saat ini pembedahan ini tidak dilakukan lagi

untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal.

d. Sectio caesarea hyteroctomi

Sectio caesarea hyteroctomi adalah suatu pembedahan dimana setelah janin dilahirkan

dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pengangkatan rahim.

C. Indikasi

a. Indikasi dan Kontraindikasi

1) Indikasi Sectio Caesarea

Indikasi perlu dilakukannya persalinan dengan Sectio Caesarea menurut (Anik, 2015)

meliputi

a) Pada Ibu
Panggul sempit absolut (cv kurang dari 8 cm), tumor-tumor jalan lahir, stenosis

serviks atau vagina, plasenta previa totalis/ sub totalis, disporsisi sefalo pelvic,

ruptura uteri membakat, partus lama, preeklamsi berat, ketuban pecah dini, partus

macet, pendarahan, his lemah, primimuda atau tua.

b) Pada Janin

Kelainan letak (letak sungsang atau melintang, gawat janin, janin besar,fetal distres,

hydrocephalus

c) Kontra indikasi Sectio Caesarea

Kontraindikasi merupakan keadaan dimana sectio caesarea tidak layak ataupun

tidak boleh dilakukan seperti janin yang dikandung telah mati, klien dalam keadaan

syok, anemia berat yang belum diatasi dan kelainan koninetal berat pada janin

(Anik, 2015).

D. Patofisiologi

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr dengan

sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi

kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.

Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak sungsang setelah

dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kongitif berupa

kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk

oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari

insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik

dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang

mengakibatkan gangguan rasa nyaman.


Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anastesi bisa bersifat regional dan

umum. Namun anastesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu

anastesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan Upnoe yang tidak dapat

diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anastesi bagi

ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang

keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret

yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini juga

mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus. Seperti yang telah

diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan

bantuan peristalstik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh

memperoleh energi. Akibat dari mobilitas yang menurun maka peristalstik juga menurun.

Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga

menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa

endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola

eliminasi yaitu konstipasi.

(Syaifuddin, 2016).

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang menurut (Manuaba, 2018) yaitu:

a. Hemoglobin atau hematokrit, untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan

mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.

b. USG, untuk menentukan letak implantasi plasenta

c. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

d. Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembekuan darah


e. Urinalisis/kultur urine

f. Pemeriksaan elektrolit

F. Komplikasi

(Sofyan, 2019) menjelaskan komplikasi Sectio Caesarea adalah sebagai berikut:

a. Infeksi Peurperal

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa

nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya

b. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri

ikut terbuka. Darah yang hilang lewat pembedahan Sectio Caesarea dua kali lipat

dibanding lewat persalinan normal.

c. Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan embolisme paru.

d. Komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut pada dinding

uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan

peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah Sectio Caesarea Klasik.

G. Penatalaksanaan

1. Medis

a. Analgesia

Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg meperidin (intra

muskular) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat

disuntikkan dengan cara serupa 10 mg morfin.

a) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis meperidin yang diberikan adalah 50

mg
b) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg meperidin

c) Obat-obatan antimetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-

sama dengan pemberian preparat narkotik

b. Terapi cairan dan diet

Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama

pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output

urin jauh dibawah 30 ml/ jam, pasien harus segera dievaluasi kembali paling lambat

pada hari kedua.

c. Laboratorium

Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi. Hematokrit tersebut harus

segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan

lain yang menunjukkan hipovolemia.

d. Memulangkan pasien dari rumah sakit

Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan

pulang dari rumah sakit pada hari keempat dan kelima post operasi, aktivitas ibu

seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang

lain.
H. Pathways
2. Konsep Sungsang

A. Definisi

a. Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri

dan bokong berada di bagian bawah cavum uteri (Prawirohardjo, 2002)

b. Letak Sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim,

kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Rustam M, 1998).

c. Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang membujur dalam

uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan

dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya (Wiknjosastro, 2002).

B. Klasifikasi

Ada 3 tipe kelainan letak sungsang,yaitu:

a. Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%).

Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas

sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada

pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong

b. Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%).

Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki

c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) (

10-30%).

Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong,

sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah

adalah satu atau dua kaki.


Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding

kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan primigravida.

C. Etiologi

Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang

diantaranya adalah:

a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak

dan kepala anak relatif besar

b. Hidramnion karena anak mudah bergerak.

c. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.

d. Panggul sempit

e. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai

dengan bentuk pintu atas panggul.

Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain umur

kehamilan termasuk diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan multiparitas, multi

fetus, persalinan sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis. Plasenta yang

terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena

plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.

Fianu dan Vaclavinkova (1978) menemukan prevalensi lebih tinggi pada

implantasi plasenta di daerah kornual-fundal pada letak lintang (73 %) dari presentasi

vertex (5 %) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya letak sungsang juga meningkat dengan

adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak sungsang yang berhubungan

dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang kuat antara letak sungsang dengan pelvis

yang menyempit (panggul sempit).


D. Patofisiologi

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan

dalamuterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif

lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian

janindapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang,

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban

relative berkurang.Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar dari

padakepala, makabokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,

sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan

demikian dapat dimengerti bahwa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak

sungsang lebih tinggi,sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar

ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu.Sebagian

dari mereka berada dalam posisi sungsang

E. Manifestasi Klinis

Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa

kehamilannyaterasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian

atas dan gerakanlebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin

belum bisadirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya

apakah adayang sungsang. Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold

ditemukan bahwa Leopold Idifundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala.

Leopold II teraba punggungdisatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba

bokong dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat

memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.
Denyut jantung janin pada umumnyaditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi

daripada umbilicus.

F. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di

bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan

kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi

kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali

wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilannya yang

terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian

bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi

daripada umbilikus.

Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat,

karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air

ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada

keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau

M.R.I. ( Magnetic Resonance Imaging ).

Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai

dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka

harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan

ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang

lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami

edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.


Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari yang

akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang

dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan.

Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong,

sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping

bokong.

Pemeriksaan dengan USG atau rontgen dapat mengetahui letak yang sebenarnya

pada pemeriksaan pervaginam teraba bagian lunak anus juga akan teraba bagian sacrum.

G. Penatalaksanaan dalam Kehamilan

Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa daripada letak sungsang yakni

dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan

uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau

dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi)

Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya

versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin

masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan

karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.Sebelum

melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus

dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit,

perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (1,2,4). Keberhasilan

versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas,

usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi

luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).


H. Mekanisme persalinan letak sungsang

a. Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi apapun) hingga

bokong tampak di vulva.

b. Pastikan bahwa pembukaan sudah benar-benar lengkap sebelum memperkenankan ibu

mengejan.

c. Perhatikan hingga bokong membuka vulva.

d. Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan introitus yang

sudah lebar, episiotomi mungkin tidak diperlukan). Gunakan anestesi lokal sebelumnya.

e. Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah ampak kendorkan. Perhatikan hingga tampak

tulang belikat (skapula) janin mulai tampak di vulva. Jangan melakukan tarikan atau

tindakan apapun pada tahap ini.

f. Dengan lembut peganglah bokong dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar smbu

panggul, sedang jari-jari yang lain memegang belakang pinggul janin.

g. Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan kedua tangan

penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu(melengkung ventrokranial ke arah

perut ibu) sehingga berturut-turut lahir perut, dada, bahu, lengan,dagu, mulut dan seluruh

kepala.

h. Bila pada langkah no.7 tidk ada kemajuan dan atautungkai tidak lahir secara spontan,

maka lahirkan kakisatu per satu dengan cara berikut : Dengan jari telunjuk dan jari tengah

ke belakang paha sebagai bidai lakukan eksorotasi paha sampai tungkai lahir.

i. Tentukan posisi lengan janin dengan cara merabanya di depan dada, diatas kepala, atau

di belakang leher.

j. Lakukan langkah melahirkan lengan dan kepala spontan


A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Data atau fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan objektif dari pasien .

a. Data subjektif

Data subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data pasien melalui anamnesa.yang termasuk data subjektif untuk ibu hamil dengan

kelainan letak sungsang antara lain :

1. Biodata dan Identitas

Yang perlu dikaji : nama, umur, bangsa, agama, dan alamat.Tujuan dilakukan

anamnesa ini adalah untuk mengidentifikasi (mengenal) pasien lebih dekat .

2. Keluhan Utama

Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian

bawah

3. Riwayat Penyakit Kehamilan

Untuk Mengetahui apakah selama kehamilan ibu dari bayi perna mengalami

masalah seperti pendarahan, preeklamsia, eklamsi, hipertensi, diabetes, penyakit

kelamin, anemia dan deteksi dini kelainan pada bayinya. Dari kasus ibu hamil

dengan kelainan letak sungsang, maka perlu penanganan kusus.

4. Riwayat Kehamilan ini

Yang dikaji adalah HPHT untuk menentukan usia kehamilan, TP dan kemungkinan

komplikasi yang terjadi.

5. Pola Kebiasaan
Gunanya untuk mengetahui apakah nutrisi, pola aktifitas ibu, pola hygine, pola

istirahat ibu sudah benar dan cukup atau tidak.

b. Data objektif

Data objektif merupakan data yang dikumpulkan dari pemeriksaan umum dan khusus.

Data objektif mengambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil

laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus.

1. Pemeriksaan umum

Untuk menemukan gambaran keadaan umum pasien baik, yang mencakup:

▪ Kesadaran

▪ Tekanan Darah

▪ Nadi

▪ Pernafasan

▪ Suhu

2. Pemeriksaan Khusus

a) Inspeksi

Yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki. Pemeriksaan

tanda yang dilakukan secara head to toe yaitu:

▪ Kebersihan kulit

▪ Rambut

▪ Muka

▪ Mata : konjungtiva, sklera

▪ Mulut : caries gigi, karang gigi

▪ Leher : pembesaran kelenjer tiroid, pembengkakan kelenjer limfe


▪ Payudara : keadaan puting susu menonjol atau tidak, kolostruum ada

atau tidak

▪ Perut : apakah membesar sesuai dengan tua kehamilan,apakah ada

bekas luka operasi

▪ Ekstremitas atas dan bawah : apakah ada kelainan seperti varises, udem dan

sianosis.

▪ Vulva : apakah bersih, ada varises atau tidak, pengeluaran dari

vagina.

b) Palpasi

Dengan menggunakan secara leopold, kemungkinan yang ditemukan adalah:

▪ Leopold I : Tinggi fundus uteri dalam sentimeter, pada fundus teraba

(keras,melenting) kemungkinan bagian kepala janin.

▪ Leopold II : Pada dinding perut ibu sebelah kiri terba (panjang memapan)

kemungkinan punggung janin, pada dinding perut ibu sebelah kana teraba (

tonjolan-tonjolan kecil) kemungkinan ekstremitas janin.

▪ Leopold III :Pada bagian terbawah perut ibu teraba (lunak, tidak

melenting) kemungkinan bokong janin.

▪ Leopold IV :Untuk mengetahui seberapa masuknya bagian terbawah janin

ke PAP.

c) Auskultasi

Periksa dengar dilakukan untuk mengetahui bunyi jantung janin, frekuensi,

teratur atau tidaknya dan mengetahui posisi punktum maksimum. DJJ (denyut

jantung janin) paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
d) Perkusi

Melakukan pemeriksaan ketuk pada reflek patela kiri dan kanan positif

Pemeriksaan Penunjang.

▪ USG

Mengetahui kemungkinan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan

hidramnion dan derajat kematangan plasenta.

B. Data fokus pengkajian

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, dalam pengkajian ibu post

sectio caesarea dengan risiko infeksi data fokus yang dikaji adalah mengkaji faktor

penyebab mengapa pasien berisiko terjadi infeksi. Menurut Tim Pokja SDKI (2016),

faktor yang dapat menyebabkan risiko infeksi adalah:

a. Efek prosedur invasif

Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan

b. Kurangnya Pengetahuan

c. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer

d. Kerusakan integritas kulit, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya,

Ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder:Penurunan hemoglobin,

imununosupresi.

Dalam pengkajian ibu post sectio caesarea dengan defisit pengetahuan data fokus yang

dikaji adalah mengkaji faktor penyebab mengapa pasien menunjukan perilaku yang

tidak sesuai anjuran. Menurut Tim Pokja SDKI (2016), faktor yang dapat

menyebabkan defisit pengetahuan adalah:


a. Keteratasan kognitif

b. Gangguan fungsi kognitif

c. Kekeliruan mengikuti anjuran

d. Kurang terpapar informasi

e. Kurang minat dalam belajar

f. Kurang mampu mengingat

g. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

1. Diagnosa keperawatan yang sering muncul menurut (Mitayani, 2017) yaitu:

a. Resiko perdarahan (D.0012)

b. Nyeri akut (D.0077)

c. Resiko infeksi (D.0142)

d. Gangguan pola tidur (D.0055)

e. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)

f. Menyusui efektif (D.0028)

g. Ketidaknyamanan pasca partum (D.0075)

h. Defisit pengetahuan (D.0111)


Intervensi

Tabel Intervensi Keperawatan


No SDKI SLKI SIKI
1 Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan (I.02067)
perdarahan keperawatan 3x24 jam
diharapkan tidak ada tanda- 1. Observasi
tanda perdarahan dengan - Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil : perdarahan
- Monitor nilai
Tingkat Perdarahan hematokrit/hemoglobin sebelum
(L.02017) dan setelah kehilangan darah
- Monitor tanda-tanda vital
Setelah dilakukan tindakan ortostatik
keperawatan selama 3x24 - Monitor koagulasi
jam diharapkan kehilangan 2. Terapeutik
darah menurun. Dengan - Pertahankan bed rest selama
kriteria hasil : perdarahan
1. Kelembapan membran - Batasi tindakan invasif, jika perlu
mukosa - Gunakan kasur pencegah dekubitus
2. Kelembapan kulit baik - Hindari pengukuran suhu rektal
3. Hemoglobine 3. Edukasi
membaik - Jelaskan tanda dan gejala
4. Hematokrit membaik perdarahan
5. Tekanan darah - Anjurkan menggunakan kaus kaki
membaik saat ambulasi
6. Suhu tubuh membaik - Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk menghindari
konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) keperawatan 3x24 jam
diharapkan pasien 1. Observasi
mampu mengontrol nyeri d - Identifikasi lokasi, karakteristik,
engan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Tingkat nyeri (L.08066) - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non
- Keluhan nyeri menurun verbal
- Meringis menurun - Identifikasi faktor yang
- Kesulitan tidur memperberat dan memperingan
menurun nyeri
- Frekuensi nadi - Identifikasi pengetahuan dan
membaik keyakinan tentang nyeri
Control nyeri (L.08063) - Identifikasi budaya terhadap
- Melaporkan nyeri respon nyeri
terkontrol meningkat - Identifikasi pengaruh nyeri
- Kemampuan terhadap kualitas hidup
menggunakan teknik - Monitor keberhasilan terapi
non-farmakologis komplementer yang sudah
meningkat diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
2. Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresusr, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat
dingin)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

3. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan penggunaan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik

Pemberian analgetik (I.08243)


1. Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis
analgesic dengan tingkat keparahan
nyeri
- Monitor tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian analgesic
- Mobitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesic yang
disukai untuk menvcapai analgesia
optimal
- Pertimbangkan penggunaan infus
kontinu atau bolus aploid untuk
mempertahankan kadar dalam
serum
- Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk mengoptimalkan
respons pasien
- Dokumentasikan respons terhadap
efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
3. Edukasi
- jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik

Terapi Relaksasi (I.09326)


1. Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat
energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang
mengganggu kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan,
dan penggunaan teknik sebelumnya.
- Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
- Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
2. Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman
- Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara kembut dengan
irama lambat
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
- Jelaskansecara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)
(D.0142) tindakan keperawatan
selama 3x24 jam 1. Observasi
diharapkan tidak ada - Monitor tanda dan gejala infeksi
tanda-tanda infeksi 2. Terapeutik
dengan kriteria hasil : - Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area
Kontrol resiko (L.14128) edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
- Kemampuan mencari kontak dengan pasien dan lingkungan
tentang informasi pasien
tentang faktor resiko - Pertahankan teknik aseptik pada
meningkat pasien beresiko tinggi
- Kemampuan 3. Edukasi
mengidentifikasi - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
faktor resiko - Ajarkan cara mencuci tangan yang
meningkat benar
- Kemampuan - Ajarkan etika batuk
melakukan strategi - Ajarkan cara memeriksa kondisi
control resiko luka atau luka operasi
meningkat - Anjurkan meningkatkan asupan
Status nutrisi nutrisi
(L.03030) - Anjurkan meningkatkan asupan
- Porsi makan yang cairan
dihabiskan meningkat 4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi
Perawatan luka (I.14564) :
1. Observasi
- Monitor karakteristik luka (mis.
Drainase, warna, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
2. Terapeutik
- Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
- Cukur rambut disekitar daerah luka
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksis
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai ke kulit
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat
dan drainase
- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2
jam atau sesuai kondisi pasien
3. Edukasi
- Jelaskan tnda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridemen
- Kolaborasi pemberian antibiotik

Perawatan area insisi (I.14558)


1. Observasi
- Periksa lokasi insisi adanya
kemerahan, bengkak, atau tanda-
tanda eviserasi
- Identifikasi karakteristik drainase
- Monitor proses penyembuhan area
insisi
- Monitor tnda dan gejala infeksi
2. Terapeutik
- Bersihkan area insisi dengan
pembersih yang tepat
- Usap area insisi dari yang bersih
menuju area yang kurang bersih
- Bersihkan area di sekitar tempat
pembuangan atau tabung drainase
- Pertahankan posisi tabung
drainase
- Berikan salep antiseptik
- Ganti balutan luka sesuai jadwal
3. Edukasi
- Jelaskan prosedur kepada pasien
dengan menggunakan alat bantu
- Ajarkan meminimalkan tekanan
pada insisi
- Ajarkan cara merawat area insisi
4 Gangguan Pola Setelah dilakukan Dukungan tidur (I.09265)
Tidur (D.0055) tindakan keperawatan
selama 3x24 jam 1. Observasi
diharapkan pola tidur - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
membaik dengan kriteria - Identifikasi faktor pengganggu tidur
hasil : (fisik, psikologis)
- Identifikasi makanan dan minuman
Pola tidur (L.05045) yang mengganggu tidur (mis. Kopi,
the, alcohol, makan mendekati
- Keluhan sulit tidur waktu tidur)
menurun - Identifikasi obat tidur yang
- Keluhan sering terjaga dikonsumsi
menurun 2. Terapeutik
Status - Modifikasi lingkungan (mis.
kenyamanan(L.08064) Pencahayaan, kebisingan, suhu,
- Keluhan tidak nyaman matras dan tempat tidur
menurun - Batasi waktu tidur siang
- Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur peningkatan
kenyamanan
- Sesuaikan jadwal pemberian obat
atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
3. Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung supresor
terhadao tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi lainnya

Manajemen Nyeri (I.08238)


1. Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non
verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
terhadap kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
2. Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresusr,
terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat
dingin)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan penggunaan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
5 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi (I.06171)
Mobilitas Fisik tindakan keperawatan
(D.0054) selama 3x24 jam 1. Observasi
diharapkan terjadi - Identifikasi adanya nyeri atau
peningkatan mobilitas keluhan fisik lainnya
fisik dengan criteria - Identifikasi toleransi fisik
hasil : melakukan ambulasi
- Monitor frekuensi jantung dan
Mobilitas Fisik tekanan darah sebelum memulai
(L.05042) ambulasi
- Monitor keadaan umum selama
- Pergerakan melakukan ambulasi
ekstremitas meningkat 2. Terapeutik
- Rentang gerak - Fasilitasi aktivotas ambulasi dengan
meningkat alat bantu
- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
- Libatkan keluarga dalam membantu
pasien meningkatkan ambulasi
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan proedur
ambulasi
- Anjurkan melakukan ambulasi dini
- Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. Miring kanan
miring kiri, latihan duduk , latihan
berjalan ke kamar mandi)

Manajemen Nyeri (I.08238)


1. Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non
verbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
terhadap kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
2. Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresusr,
terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat
dingin)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan penggunaan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik

6 Menyusui Setelah dilakukan tindakan Konsultasi Laktasi (I.03094)


efektif ( D.0028) keperawatan selama 3x24
jam diharapkan status 1. Observasi
menyusui pasien - Identifikasi keadaan emosional ibu
meningkat dengan kriteria saat akan dilakukan
hasil : - Identifikasi keinginan dan tujuan
menyusui
Status menyusui - Identifikasi permasalahan yang ibu
(L.03029) alami selama proses menyusui
2. Terapeutik
- Perlekatan bayi pada - Gunakan teknik mendengarkan aktif
payudara ibu (mis. Duduk sama tinggi, dengarkan
meningkat permasalahan ibu)
- Kemampuan ibu - Berikan pujian terhadap perilaku ibu
memposisikan bayi yang benar
dengan benar 3. Edukasi
meningkat - ajarkan teknik menyusui yang tepat
- Miksi bayi >8x/24jam sesuai kebutuhan ibu.
meningkat Promosi ASI Eksklusif (I.03135)
- Berat badan bayi
meningkat 1. Observasi
- Tetesan pancaran ASI
meningkat
- Suplai ASI adekuat - Identifikasi kebutuhan laktasi bagi
meningkat ibu pada antenatal, intranatal, dan
postnatal
2. Terapeutik
- Fasilitasi ibu untuk melakukan IMD
- Fasilitasi ibu untuk rawat gabung
atau rooming in
- Gunakan sendok atau cangkir jika
bayi belum bisa menyusu
- Dukung ibu menyusui dengan
mendampingi ibu selama kegiatan
menyusui berlangsung
- Diskusikan dengan keluarga tentang
ASI Eksklusif
- Siapkan kelas menyusui pada masa
prenatal minimal 2x dan periode
pascapartum minimal 4x
3. Edukasi
- Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu
dan bayi
- Jelaskan pentingnya menyusui di
malam hari untuk mempertahankan
dan meningkatkan produksi ASI
- Jelaskan tanda-tanda bayi cukup
ASI (mis. Berat badan meningkat,
BAK leboh dari 10x/hari, warna
urine tidak pekat)
- Jelaskan manfaat rawat gabung
- Anjurkan ibu menyusui segera
mungkin setelah melahirkan
- Anjurkan ibu menyusui sesering
mungkin setelah lahir sesuai
kebutuhan bayi
- Anjurkan ibu menjaga produksi ASI
dengan memerah, walaupun kondisi
ibu atau bayi terpisah.
Pijat laktasi (I.12466)
1. Observasi
- Monitor kondisi mamme dan putting
- Identifikasi keinginan ibu untuk
menyusui
- Identifikasi pengetahuan ibu tentang
menyusui
2. Terapeutik
- Posisikan bahu ibu dengan nyaman
- Pijat mulai dari kepala leher bahu
punggung dan payudara
- Pijat dengan lembut
- Pijat secara melingkar
- Pijat secara rutin setiap hari
- Dukung ibu meningkatkan
kepercayaan diri dalam menyusui
dengan memberikan pujian terhadap
perilaku positif ibu
- Libatkan suami dan keluarga
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
tindakan
- Jelaskan manfaat tindakan

7 Ketidaknyamana Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)


n Pasca Partum keperawatan selama 3x24
(D.0075) jam diharapkan perasaan 1. Observasi
nyaman pasien meningkat - Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Status kenyamanan pasca - Identifikasi skala nyeri
partum (L.07061) - Identifikasi respons nyeri non
verbal
- Keluhan tidak nyaman - Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan memperingan
- Meringis menurun nyeri
- Kontraksi uterus - Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
- Berkeringat menurun - Identifikasi budaya terhadap
- Merintih menurun respon nyeri
- Payudara bengkak - Identifikasi pengaruh nyeri
meningkat terhadap kualitas hidup
- Tekanan darah - Monitor keberhasilan terapi
menurun komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgetik
2. Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresusr, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat
dingin)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan penggunaan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik

Terapi Relaksasi (I.09326)


1. Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat
energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang
mengganggu kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan,
dan penggunaan teknik sebelumnya.
- Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
- Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
2. Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman
- Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi yang tersedia
- Jelaskansecara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi

8 Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan (I.12383)


Pengetahuan keperawatan selama 3x24
(D.0111) jam diharapkan status 1. Observasi
menyusui pasien - Identifikasi kesiapan dan
meningkat dengan kriteria kemampuan menerima informasi
hasil : - Identifikasi faktor-faktor yang
dapat meningkatkan dan
Tingkat pengetahuan menurunkan motivasi perilaku
(L.12111) hidup bersih dan sehat
2. Terapeutik
- Perilaku sesuai anuran - Sediakan materi dan media
meningkat pendidikan kesehatan
- Verbalisasi minat - Jadwalkan pendidikan kesehatan
dalam belajar sesuai kesepakatan
meningkat - Berikan kesempatan untuk
- Kemampuan bertanya
menjelaskan 3. Edukasi
pengetahuan tentang - Jelaskan faktor risiko yang dapat
suatu topik meningkat mempengaruhi kesehatan
- Pertanyaan tentang - Ajarkan perilaku hidup bersih dan
masalah yang dihadapi sehat
menurun - Ajarkan strategi yang dapat
- Persepsi yang keliru digunakan untuk meningkatkan
terhadap masalah perilaku hidup bersih dan sehat
menurun
- Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat menurun
- Perilaku membaik

2. Implementasi

Potter, P.A & Perry (2015) menjelaskan implementasi merupakan langkah keempat

dalam tahap proses keperawtan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan

(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan yang dirancang untuk mencapai


tujuan sesuai dengan diagnosa dan rencanan keperawtaan. Hasil yang diharapkan

mendukung atau meningkatkan status kesehatan. Setiap tindkaan keperawtaan harus

didokumentasikan karena untuk komunikasi dengan tim kesehatan lainya selain

komunikasi verbal dan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.

3. Evaluasi

Potter, P.A & Perry (2015) menjelaskan evaluasi keperawatan merupakan langkah

terakhir dari proses keperawtaan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana

tujuan dari rencana keperawtan tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi terdiri dari dua

kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung

atau menilai respon klien tersebut berupa penurunan kemampuan atau fungsi dari

jantung, pembuluh darah, paru-paru, terganggunya metabolisme tubuh, gangguan

fungsi ginjal, kerusakan kuit, serta gangguan pada proses pencernaan.


DAFTAR PUSTAKA

Achadiat. (2010). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.


Carpenito, L.J. 2009. Buku saku diagnosa keperawatan (Alih bahasa: Monica
Ester). Edisi 10. Jakarta: EGC
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009. Modul Kebidanan. Semarang:
Dinkes
Jensen, Lowdermilk dan Bobak. 2005. Keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta:
EGC
Manuaba. 2009.Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Mansjoer, A. Kuspuji Riyanti. Rakhmi Savitri. Wahyu Ika Wardhani dan Wiwiek
Setiowulan. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3 Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius
Mitayani, 2011. Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Medika
Saleha, S. 2009. Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Siswosudarmo, R. 2008. Obstetri Fisiologi. UGM: Pustaka Cendikiawan
Sulistyawati, A. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika.
Bulechek, G. (2013). Nursing Interventions Classification. Indonesia: Elsevier.
Irna Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang. Universitas Andalas.
Heardman, H. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020 Edisi 10. Jakarta: RGC.
Moorhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classifications. Indonesia: Elsevier.
Nuruzzaman, M. Rifki. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. M
Nursalam.(2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis. Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai