Disusun oleh :
LELY KURNIAWATI
M230040008
YOGYAKARTA
2023/2024
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pasien Ny. Z G5 P2A2 dengan section
caesarea atas indikasi presentase bokong di ruang kana RSUD Wonosari Kabupaten
Gunung Kidul, telah diperiksa oleh Pembimbing Klinik (Clinical Instructure) yang di
sahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
A. Pengertian
Sectio caesarea ialah proses persalinan operasi dengan metode melaksanakan sayatan
pada bilik depan uterus buat menolong proses menghasilkan bayi ataupun bakal anak
(Pragholapati, 2020). Persalinan SC merupakan sesuatu tindakan operatif pada ibu bersalin
dengan melaksanakan insisi pada kulit, bilik perut serta bilik rahim buat menyelamatkan
bunda dan balita. Aksi SC dicoba bunda yang tidak bisa melahirkan secara wajar yang
Sectio Caesarea (SC) merupakan proses pembedahan untuk melahirkan janin melalui
irisan pada dinding perut dan dinding rahim. Persalinan dengan metode SC dilakukan atas
dasar indikasi medis baik dari sisi ibu dan janin, seperti placenta previa, presentasi atau
letak abnormal pada janin (Cunningham, 2018). Sectio Caesarea (SC) adalah proses
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Aspiani,
2017).
B. Klasifikasi
Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami
kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini dibuat kepada korpus uteri,pembedahan ini
uterus.
Sectio caesarea ekstra peritoneal yaitu section caesarea berulang pada seorang pasien
yang pernah melakukan section caesarea sebelumnya. Biasanya dilakukan diatas bekas
luka yang sama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinsing dan fasia abdomen
sementara peritoneum dipotong. Pada saat ini pembedahan ini tidak dilakukan lagi
Sectio caesarea hyteroctomi adalah suatu pembedahan dimana setelah janin dilahirkan
C. Indikasi
Indikasi perlu dilakukannya persalinan dengan Sectio Caesarea menurut (Anik, 2015)
meliputi
a) Pada Ibu
Panggul sempit absolut (cv kurang dari 8 cm), tumor-tumor jalan lahir, stenosis
serviks atau vagina, plasenta previa totalis/ sub totalis, disporsisi sefalo pelvic,
ruptura uteri membakat, partus lama, preeklamsi berat, ketuban pecah dini, partus
b) Pada Janin
Kelainan letak (letak sungsang atau melintang, gawat janin, janin besar,fetal distres,
hydrocephalus
tidak boleh dilakukan seperti janin yang dikandung telah mati, klien dalam keadaan
syok, anemia berat yang belum diatasi dan kelainan koninetal berat pada janin
(Anik, 2015).
D. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak sungsang setelah
dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kongitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk
oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari
insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik
dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
umum. Namun anastesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu
anastesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan Upnoe yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anastesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang
keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret
yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini juga
mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus. Seperti yang telah
diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan
memperoleh energi. Akibat dari mobilitas yang menurun maka peristalstik juga menurun.
Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga
menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola
(Syaifuddin, 2016).
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit, untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
f. Pemeriksaan elektrolit
F. Komplikasi
a. Infeksi Peurperal
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri
ikut terbuka. Darah yang hilang lewat pembedahan Sectio Caesarea dua kali lipat
d. Komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan
G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Analgesia
muskular) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat
a) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis meperidin yang diberikan adalah 50
mg
b) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg meperidin
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama
pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output
urin jauh dibawah 30 ml/ jam, pasien harus segera dievaluasi kembali paling lambat
c. Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi. Hematokrit tersebut harus
segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan
pulang dari rumah sakit pada hari keempat dan kelima post operasi, aktivitas ibu
seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang
lain.
H. Pathways
2. Konsep Sungsang
A. Definisi
a. Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri
b. Letak Sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim,
c. Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang membujur dalam
uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan
B. Klasifikasi
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas
sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada
Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) (
10-30%).
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah
C. Etiologi
Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah:
a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak
c. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
d. Panggul sempit
Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain umur
fetus, persalinan sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis. Plasenta yang
terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena
implantasi plasenta di daerah kornual-fundal pada letak lintang (73 %) dari presentasi
vertex (5 %) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya letak sungsang juga meningkat dengan
adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak sungsang yang berhubungan
dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang kuat antara letak sungsang dengan pelvis
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalamuterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janindapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang,
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relative berkurang.Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar dari
padakepala, makabokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti bahwa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi,sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu.Sebagian
E. Manifestasi Klinis
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa
kehamilannyaterasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian
atas dan gerakanlebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin
ditemukan bahwa Leopold Idifundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala.
Leopold II teraba punggungdisatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba
bokong dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat
memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.
Denyut jantung janin pada umumnyaditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilicus.
F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di
bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan
kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi
kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali
wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilannya yang
terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian
bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilikus.
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat,
karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air
ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka
harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang
lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami
akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang
dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan.
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping
bokong.
Pemeriksaan dengan USG atau rontgen dapat mengetahui letak yang sebenarnya
pada pemeriksaan pervaginam teraba bagian lunak anus juga akan teraba bagian sacrum.
Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa daripada letak sungsang yakni
dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan
uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya
versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin
masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan
karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.Sebelum
melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus
dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit,
versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas,
usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi
mengejan.
d. Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan introitus yang
sudah lebar, episiotomi mungkin tidak diperlukan). Gunakan anestesi lokal sebelumnya.
e. Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah ampak kendorkan. Perhatikan hingga tampak
tulang belikat (skapula) janin mulai tampak di vulva. Jangan melakukan tarikan atau
f. Dengan lembut peganglah bokong dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar smbu
g. Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan kedua tangan
perut ibu) sehingga berturut-turut lahir perut, dada, bahu, lengan,dagu, mulut dan seluruh
kepala.
h. Bila pada langkah no.7 tidk ada kemajuan dan atautungkai tidak lahir secara spontan,
maka lahirkan kakisatu per satu dengan cara berikut : Dengan jari telunjuk dan jari tengah
ke belakang paha sebagai bidai lakukan eksorotasi paha sampai tungkai lahir.
i. Tentukan posisi lengan janin dengan cara merabanya di depan dada, diatas kepala, atau
di belakang leher.
Pengkajian
Data atau fakta yang dikumpulkan adalah data subjektif dan objektif dari pasien .
a. Data subjektif
data pasien melalui anamnesa.yang termasuk data subjektif untuk ibu hamil dengan
Yang perlu dikaji : nama, umur, bangsa, agama, dan alamat.Tujuan dilakukan
2. Keluhan Utama
Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak dibagian
bawah
Untuk Mengetahui apakah selama kehamilan ibu dari bayi perna mengalami
kelamin, anemia dan deteksi dini kelainan pada bayinya. Dari kasus ibu hamil
Yang dikaji adalah HPHT untuk menentukan usia kehamilan, TP dan kemungkinan
5. Pola Kebiasaan
Gunanya untuk mengetahui apakah nutrisi, pola aktifitas ibu, pola hygine, pola
b. Data objektif
Data objektif merupakan data yang dikumpulkan dari pemeriksaan umum dan khusus.
laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus.
1. Pemeriksaan umum
▪ Kesadaran
▪ Tekanan Darah
▪ Nadi
▪ Pernafasan
▪ Suhu
2. Pemeriksaan Khusus
a) Inspeksi
Yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki. Pemeriksaan
▪ Kebersihan kulit
▪ Rambut
▪ Muka
atau tidak
▪ Ekstremitas atas dan bawah : apakah ada kelainan seperti varises, udem dan
sianosis.
vagina.
b) Palpasi
▪ Leopold II : Pada dinding perut ibu sebelah kiri terba (panjang memapan)
kemungkinan punggung janin, pada dinding perut ibu sebelah kana teraba (
▪ Leopold III :Pada bagian terbawah perut ibu teraba (lunak, tidak
ke PAP.
c) Auskultasi
teratur atau tidaknya dan mengetahui posisi punktum maksimum. DJJ (denyut
jantung janin) paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat.
d) Perkusi
Melakukan pemeriksaan ketuk pada reflek patela kiri dan kanan positif
Pemeriksaan Penunjang.
▪ USG
sectio caesarea dengan risiko infeksi data fokus yang dikaji adalah mengkaji faktor
penyebab mengapa pasien berisiko terjadi infeksi. Menurut Tim Pokja SDKI (2016),
b. Kurangnya Pengetahuan
d. Kerusakan integritas kulit, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya,
imununosupresi.
Dalam pengkajian ibu post sectio caesarea dengan defisit pengetahuan data fokus yang
dikaji adalah mengkaji faktor penyebab mengapa pasien menunjukan perilaku yang
tidak sesuai anjuran. Menurut Tim Pokja SDKI (2016), faktor yang dapat
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan penggunaan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
2. Implementasi
Potter, P.A & Perry (2015) menjelaskan implementasi merupakan langkah keempat
komunikasi verbal dan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.
3. Evaluasi
Potter, P.A & Perry (2015) menjelaskan evaluasi keperawatan merupakan langkah
terakhir dari proses keperawtaan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana
tujuan dari rencana keperawtan tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi terdiri dari dua
atau menilai respon klien tersebut berupa penurunan kemampuan atau fungsi dari