Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIK KLINIK PROFESI NERS

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS DI RUMAH SAKIT MELATI

KOTA TANGERANG

Disusun Untuk Mememenuhi Tugas Praktik Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

OLEH
SRI FITRIYANI
NIM. 231030230589

PEMBIMBING
Ns. Ni Bodro Ardi.,S.Kep.,M.Kep
NIDN. 0410048406

PROGRAM PROFESI NERS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K DENGAN KASUS POST OP
SECTIO CAESARIA DENGAN INDIKASI CPD (CEPHALO PELVIC
DISPROPORTION) DIRUANG MELATI RUMAH SAKIT MELATI
KOTA TANGERANG
Disusun untuk memenuhi tugas laporan ners
stase Keperawatan Maternitas

OLEH
SRI FITRIYANI
NIM. 231030230589

PEMBIMBING
Ns. Ni Bodro Ardi.,S.Kep.,M.Kep
NIDN. 0410048406

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

2023
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Sectio Caesarea


1. Pengertian
Sectio caesarea (SC) adalah suatu pembedahan untuk lahirnya janin melalui
satu insisi di dinding perut (laparatomi) dinding uterus. Tindakan tersebut dilakukan
untuk mengeluarkan bayi saat terjadi indikasi seperti prolapus tali pusat, Persalinan
macet. Diproporsi sepalopelvik, Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) dsb (Nisa,
2021)
Sectio Caesarea ialah suatu cara medis dengan cara membelah secara insisi di
perut untuk mengeluarkan bayi (Molly Morita, 2018). Ada beberapa hubungan
antara komplikasi kehamilan yang muncul dengan tindakan sectio caesarea (SC).
Dari hasil penelitian oleh Edwin didapat hasil beberapa alasan medis untuk
melakukan persalinan melalui sectio caesarea, yakni lebih dari 84% alasan tersebut
Riwayat sectio caesarea sebelumnya (37,4%), distosia (23,3%) bayi sungsang
(14,7%) dan gawat janin (10,3%). Riwayat ibu yang pernah melakukan SC bisa
menjadi salah satu faktor untuk dilakukannya tindakan SC berikutnya (Hartuti dkk.,
2019).
Persalinan secara buatan dimana janin dapat dikeluarkan melewati satu insisi
pada dinding peut dan dinding rahim tapi harus disertai rahim harus utuh dan janin
mempunyai berat 500 gram keatas (Ainuhikma Lailia, 2018).

2. Etiologi
Menurut Harmin dan Hardi (2013) indikasi dilakukannya section caesarea sebagai
berikut (Sofyan, 2019) :
a. Indikasi Ibu (Mutlak)
Kehamilan pertama disertai adanya kelainan posisi letak seperti Cefalo
Pelvik Disproportion atau CPD, adanya riwayat persalinan dengan masalah yang
buruk sebelumnya, tidak seimbangnya antara ukuran kepala bayi dengan panggul
ibu, keracunan yang serius saat persalinan, beberapa masalah saat kehamilan
seperti eklampsia berat dan preeklampsia, atas permintaan mandiri pasien,
kehamilan dengan penyakit bawaan, gangguan pada jalanpersalinan seperti
mioma uteri, kista ovarium dan sebagainya.
b. Indikasi bayi
Feetal distress atau biasa dikenal dengan gawat janin kelainan posisi dan
kedudukan janin contohnya, bayi yang berukuran lebih besar (giant baby),
kelainan letak bayi yakni lintang atau sungsang, adapun faktor dari plasenta
seperti plasenta previa, solutio plasenta, plasenta accreta dan vasa previa,
kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti prolapsus tali pusat, terlilit
tali pusat, adanya kegagalan untuk menarik atau forseps ekstraksi dan bayi
terlahir kembar saat persalinan atau multiple pregnancy.

3. Patofisiologi
Persalinan Sectio Caesarea (SC) adalah suatu persalinan dengan dilakukan
pembedahan pada bagian abdomen dan rahim dengan ketentuan rahim dalam
kondisi utuh atau berat janin 500gram keatas. Faktor lain selain dari ibu adalah
panggul sempit yang absolut, persalinan normal tidak terjadi juga dikarenakan
kurangnya adekuat stimulasi, adanya beberapa tumor atau benjolan di jalan lahir
yang memicu adanya kendala atau obstruksi, indikasi lain dilaksanakannya tindakan
SC juga berasal dari janin seperti kelainan letak, menyempitnya tulang belakang
pada vagina, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri membakat
gawat janin, pengembungan pada plasenta, hipoksia janin, misalnya karena
precklamsia (Fahmy dkk., 2018).
Trauma pada jaringan dan putusnya inkontinensia jaringan dapat terjadi akibat
sayatan pada perut dan rahim dan hal tersebut akan menimbulkan beberapa
komplikasi seperti saraf dan juga pembuluh pada darah sekitar bekas insisi.
Tindakan itu dapat memicu terbentuknya histamin dan prostaglandin. Kedua hal
tersebut akan meyebabkan rasa nyeri yang terukur pada daerah bekas insisi. Ketika
nyeri mulai terasa maka selanjutnya dapat memicu munculnya masalah keperawatan
baru seperti hambatan mobilitas fisik. Selanjutnya pemberian ASI tidak akan
maksimal jika ibu kurang pengetahuan mengenai perawatan payudara yang
disebabkan oleh kurangnya terpapar informasi (Sofyan, 2019).

4. Klasifikasi Sectio Caesarea


Ada beberapa jenis pembedahan melalui sectio caesarea yakni sebagai berikut
(Hartuti dkk., 2019) :
a. Sectio caesarea (SC) klasik
Persalinan SC jenis klasik ini dilakukan kearah vertikal di bagian atas rahim.
Tindakan dilakukan melalui sayatan memanjang di bagian yang membesar pada
uteri (korpus) dengan ukuran 10cm. Setelah tindakan ini maka tidak dianjurkan
untuk kehamilan berikutnya.
b. Sectio caesarea (SC) trabsperitonel
Persalinan SC jenis transperitonel profunda adalah tindakan pemberian sayatan
memanjang yang berada di bawah rahim. Sayatan jenis ini dapat dilakukan
apabila bagian bawah rahim tebal atau juga tidak cukup berkembang untuk
untuk dapat dilakukan sayatan jenis transversal. Sebagian dari sayatan vertical
dapat dibuat sayatan sampai ke otot-otot yang berada di bawah rahim.
c. Sectio caesarea (SC) histerektomi
Persalinan SC jenis histerektomi merupakan tindakan yang apabila bayi telah
dikeluarkan atau dilahirkan maka akan diakhiri dengan pengangkatan rahim
berikutnya.
d. Sectio caesarea ekstraperioneal
Persalinan SC jenis ekstraperitoneal, merupakan tindakan pembedahan yang
telah dilakukan berulang pada ibu yang dulunya telah dilakukan persalinan
melalui SC juga. Sectio caesarea jenis ini dilakukan sayatan dengan posisi
berada di atas bekas sayatan sebelumnya. Persalinan SC jenis ini juga dibarengi
11 insisi dinding dan faisa abdomen sementara untuk peritoneum akan dipotong
ke arah kepala agar dapat memaparkan segmen bawah uterus, sehingga uterus
dapat dibuka secara ekstraperitoneum.

5. Komplikasi
Komplikasi serius biasanya muncul ketika selesai tindakam SC seperti
perdarahan, akibat dari kegagalan kontraksi uteri, pelebaran dinding uterus, sulitnya
proses pengeluaran plasenta. Selanjutnya infeksi traktus genitalia, pada insisi,
traktrus urinaria, pada paru-paru dan traktus respiratorius atas. Biasanya komplikasi
ringan yang muncul adalah terjadi kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari
sepanjang post partum (Rini & Susanti, 2018).
Menurut Sugiarti (2018), komplikasi tindakan SC pada ibu adalah perdarahan
yang meningkat, infeksi, lamanya waktu untuk penyembuhan dan terbentuknya
gumpalan darah. Sedangkan komplikasi tindakan SC bagi bayi antara lain
menyebabkan atensi jika tindakan berlangsung dalam waktu yang lama, yang
menyebabkab bayi tidak menangis dan terjadi keterlambatan menangis inilah yang
mengakibatkan kelainan hemodinamika.

6. Pentalaksanaan Medis
Menurut Fajri dkk., (2022) ada beberapa penatalaksanaan medis Post Sectio
Caesarea, yakni :
a. Pemberian Cairan
Pada 24 jam pertama biasanya ibu akan berpuasa fase setelah operasi, kebutuhan
cairan untuk perintavena harus tercukupi dan mengandung elektrolit untuk
meminimalisir terjadinya penurunan suhu tubuh secara drastis, kekurangan
cairan dan muncul komplikasi baru pada organ tubuh lain. Jenis cairan yang
dapat diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan terapi infus RL secara
bergantian dengan jumlah 17 tetes tergantung dengan kebutuhan ibu. Jika kadar
Hb kurang dari batas normal maka sebaiknya dilakukan transfusi darah yang
disesuaikan degan kebutuhan pasien.
b. Diet
Melalui infus, cairan yang diberikan akan dihentikan apabila pasien sudah
mengeluarkan gas (flatus) kemudian akan dimulai dengan diberi minum dan
makan peroral. Minum dengan jumlah yang sedikit dapat dilakukan pada rentan
6 -10 jam pasca operasi, minuman dapat berupa air mineral ataupun air teh
(Pragholapati, 2020).
c. Mobilisasi
Dianjurkan kepada ibu dengan bertahap contohnya, pada 6-10 jam setelah
operasi dianjurkan untuk miring kanan kiri. Selanjutnya latihan bernapas pada
ibu dilakukan dengan cara posisi tidur telentang sedini mungkin setelah sadar.
Hari kedua post operasi, ibu juga dapat dianjurkan untuk duduk selama 5 menit
dan perawat menganjurkan ibu untuk nafas dalam. Kemudian posisi tidur
telentang dan diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler).
d. Kateterisasi
Kateterisasi digunakan sebagai cara untuk meminimalisir rasa nyeri akibat
kandung kemih yang penuh.
e. Therapy atau obat-obatan
1) Antibiotik
2) Analgetik
Jenis obat yang dapat digunakan sebagai pelancar kerja untuk saluran
pencernaan dan obat-obatan.

B. Konsep Dasar Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)


1. Pengertian
Cephalo Pelvic Disproportion (CPD) adalah kondisi dimana kepala atau tubuh
bayi atau letak bayi mempunyai ukuran besar untuk dapat masuk melewati panggul
ibu sehingga hal tersebut membuat proses persalinan macet dan pada akhirnya
sangat sulit untuk seorang ibu bisa melahirkan secara normal (Pervaaginaan)
(Wisnu Prajoko, 2018).
Pada kasus ini, saat kepala janin masih belum bisa masuk ke dalam pintu atas
panggul maka akan dilakukan sectio caesarea karena dapat meningkatkan risiko
pada janin jika persalinan tidak berhasil maju. Selanjutnya jika kepala janin sudah
memasuki pintu panggul, maka pilihannya adalah sectio caesarea elektif atau biasa
disebut dengan percobaan persalinan (Fahmy dkk., 2018).

2. Tanda dan Gejala


Menurut Chairunnisa (2020) tanda gejala CPD sebagai berikut :
a. Ukuran distasi kristarum kurang dari 28-30 cm dan ukuran konjunggata
eksterna diameter kurang dari 18-20 cm
b. Persalinan lebih lama dari yang normal dan janin belum masuk pap pada usia
kehamilan 39 minggu (primipara)
c. Tinggi badan kurang dari 150 cm dan distasi spinarum kurang dari 24-26 cm
d. Ukuran lingkar panggul kurang dari 80-90 cm
e. Pintu atas panggul
1) Ukuran konjunggata vera, dengan diameter antara promotium dan tepi atas
symfisis kurang dari 11 cm
2) Ukuran diameter melintang (transversa), yaitu jarak terlebar antara ke-2
linea inominata kurang dari 13 cm
3) Ukuran diameter oblik (miring)jarak antara artikulasio sakro iliaka dengan
tuberculum pubicum sisi yang bersebelah kurang dari 12 cm
f. Bidang tengah panggul
Bidang ini terbentuk dari titik tengah symfisis, pertengahan acetabulum dan
ruas secrum ke-2 dan ke-3 diameter anteroposterior kurang dari 12,75 cm,
diameter transversal kurang dari 12,5 cm.
g. Pintu Bawah Panggul
1) Diameter anteroposterior yakni ukuran dari tepi bawah symfisis ke ujung
secrum berukuran kurang dari 11,5 cm
2) Diameter segitalis posterior ukuran dari ujung kurang7,5cm

3. Pemeriksaan penunjang
Menurut Jaufuraully dkk., (2022) beberapa pemeriksaan untuk CPD sebagai
berikut :
a. Palpasi abdominal
Tindakan pemeriksaan dilakukan saat kepala bayi masih bisa didorong untuk
memasuki panggul yang artinya tidak ada disporposi atau kesalahan letak di
PAP, Selanjutnya apabila kepala masih belum bisa memasuki panggul maka
perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan.

b. Pemeriksaan vaginal dan abdominopelvic


Berada diatas simpisis pubis dan fundus uteri yang didorong agar terlihat sejauh
mana bagian terendah berpindah posisi, apakah sampai ke ischiadica atau bisa
lebih rendah. Selanjutnya jika dengan dorongan tangan dapat berhasil maka
dapat disimpulkan kontraksi uterus kuat sehingga tidak akan sulit. Juga dapat
diartikan sebagai tindakan memeriksa vagina untuk menentukan dimana posisi,
presentasi, dan dilatasi juga penipisan serviks (Gustirini, 2020)
c. Pemeriksaan radiografis
Untuk beberapa kasus yang meragukan disarankan agar dilakukan pemeriksaan
pelvimetri rontgenologi yang bertujuan agar diperolehnya informasi tambahan
yang berharga.
d. Partus percobaan
Dalam tindakan ini pasien akan dibiarkan untuk mencoba persalinan secara
spontan.
e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan disporsi kepala panggul yang digunakan sebagai pencitraan janin,
bertujuan untuk mengevaluasi ada atau tidaknya distosia jaringan lunak serta
mengukur kapasitas pelvis dan mengukur dimensi kepala
4. Pathway

Indikasi section
caesarea

Indikasi dari ibu : Indikasi dari bayi/janin :


Ketuban pecah dini Giant baby
Disproposi sefalopelvik Kelainan letak bayi
Cephalo pelvic disproportion Fetal Distress
(CPD)
Partus tak maju

Tindakan section
caesarea

Post anastesi Tindakan insisi Psikologis


abdomen

Penurunan kerja otot Penambahan


Jaringan pembuluh darah anggota baru
dan saraf-saraf disekitar
Penurunan gerak
daerah insisi terputus
ekstermitas Bayi menangis
inkonuitas

Kelemahan Tuntutan anggota


Keluarnya histamin dan keluarga baru
prostagandin
Gangguan mobilitas
fisik Gangguan Pola Tidur
Nyeri Akut (D.0055) Hal : 126
(D. 0054) Hal : 124
(D.0077) Hal : 172

Sumber: (Sofyan, 2019) (Pokja Tim SDKI DPP PPNI, 2017; Prasyarat dkk., 2020)
(Setiawan dkk., 2022)
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Mansyur Dahlan (2016) menetapkan pengkajian keperawatan sebagai
berikut :
1. Identitas Pasien dan penanggung jawab
Meliputi nama, usia, alamat, nomor rekam medis, diagnosa, tanggal masuk
rumah sakit status perkawinan, pendidikan, agama suku bangsa, tanggal
pengkajian dan sebagainya terkait pasien dan penanggung jawab
2. Menurut Wahyuningsih Sri, (2019) Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan pasien pada saat
pengkajian pada pasien Post Sectio Caesarea keluhan utamanya berupa
nyeri di daerah bekas operasi.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu diisi dengan riwayat penyakit yang diderita
pasien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang
mungkin dapat mempengaruhi. Selain itu juga diisi dengan riwayat obat
yang pernah dikonsumsi yang berhubungan dengan penyakit yang diderita.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi apa yang dirasakan pasien saat ini .
3. Riwayat Kehamilan
Meliputi masalah saat hamil, riwayat kb yang dipakai, Riwayat menstruasi,
keluhan selama kehamilan.
4. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Tanda-tanda Vital
Meliputi suhu, tekanan darah, nadi, respirasi kesadaran dan keadaan umum.
b. Pemeriksaan Kepala
1) Kepala
Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kulit kepala, apakah
ada lesi atau benjolan.
2) Rambut
Mengkaji kekuatan rambut pasien karena diet yang baik selama masa
hamil akan berpengaruh pada kekuatan dan kesehatan rambut.

3) Wajah
Penampilan, ekspresi terlihat pucat atau menahan sakit,nyeri tekan,
adanya edema pada pipi atau pitting edema pada dahi dan adanya
kloasma gravidarumpada ibu post partum.
4) Mata
Pada pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan
mata,kelompok mata, konjungtiva, cornea, ketajaman pengelihatan. Pada
pasien Post Op Sectio Caesarea biasanya terdapat konjungtiva yang
anemis diakibatkan oleh kondisi anemia atau dikarenakan proses
persalinan yang mengalami perdarahan.
5) Hidung
Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi,
pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada secret,
sumbatan jalan nafas, apakah ada perdarahan atau tidak, apakah ada
polip atau tidak.
6) Telinga
Pada pemeriksaan telinga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan lubang
telinga, kebersihan dan ketajaman pendengaran.
7) Leher
Pada pemeriksaan leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid,
bendungan vena jugularis. Pada ibu post partum biasanya terjadi
pemebesaran kelenjar
8) Mulut dan gigi
Pada pemeriksaan mulut dan orofaring meliputi keadaan bibir, keadaan
gigi, lidah, palatum, orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil
c. Dada/Thorak
a) Inspeksi
Bentuk dada, penggunaan otot bantu nafas, pola nafas.
b) Palpasi
Penilaian voval fremitus.
c) Perkusi
Melakukan perkusi pada semua lapang paru mulai dari atas klavikula
kebawah pada setiap spasiem intercostalis.
d) Auskultrasi
Bunyi nafas, suara nafas, suara tambahan.

d. Payudara
Pada pemeriksaan payudara pada ibu yang mengalami bendungan ASI
meliputi bentuk simetris, keduapayudara tegang, ada nyeri tekan, kedua
putting susu menonjol, areola hitam, warna kulit tidak kemerahan, ASI
belum keluar atau ASI hanya keluar sedikit.
e. Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi lihat luka bekas operasi
apakah ada tanda-tanda infeksi di sekitar luka insisi dan tanda perdaraha
atau Hematoma.Pada hari pertama, tinggifundus uteri (TFU) kira-kira 1 jari
dibawah pusat.
f. Lochea
Mengkaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah yang
keluar dan baunya.
g. Parineum
Pengkajian dilakukan dengan menempatkan ibu pada posisi senyaman
mungkin dan tetap menjaga privasi dengan inspeksi adanya tanda-tanda
"REEDA".
h. Eliminasi
Mengkaji pola eliminasi baik BAK dan BAB.
i. Eksremitas
Adaptasi sistem musculoskeletal ibu yang terjadi saat hamil akan kembali
pada masa nifas. Adaptasi ini termasuk relaksasi dan hipermobilitas sendi
dan perubahan pusat gravid ibu sebagai respon terhadap uterus yang
membesar. Serta adanya perubahan ukuran pada kaki.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht): mengkaji
perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek dari kehilangan
darah pada pembedahan
b. Urinalis: kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang diambil untuk ibu post section caesarea (Pokja Tim SDKI DPP
PPNI, 2017) adalah :
1. Nyeri Akut b.d agen pencidera fisik (D.0007)
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kecemasan (D.0054)
3. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur (D.0055)
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dapat di terapkan pada pasien sesuai SIKI (2017) yakni sebagai
berikut :
1. Nyeri Akut (D.0007)
Intervensi Utama : Tingkat Nyeri menurun (L.08066) Hal : 145
Implementasi Utama : Manajemen Nyeri (1.12391) Hal : 201
a. Observasi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik: durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nveri
4) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
5) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
6) Monitor efek samping penggunaan analgetik
b. Terapeutik :
1) Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi :
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi :
1) Kolaborasi Pemberian Analgetik, jika perlu.
2. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
Intervensi Utama : Mobilitas fisik meningkat (L. 05042) Hal : 65
Implementasi Utama : Dukungan Mobilisasi (1.05173) Hal : 30
a. Observasi :
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
2) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3) Monitor frekuensi jantung dan darah sebelum memulai mobilisasi
4) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
b. Terapeutik
1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
2) Fasilitasi melakukan gerakan jika perlu.
3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan.
c. Edukasi :
1) Jelaskan tuuan dan prosedur mobilisasi.
2) Anjurkan melakukan mobilisasi dini.
3) Ajarkan mobilisai sederhana yang harus dilakukan (mis:duduk ditempat
tidur).
3. Gangguan pola tidur (D.0055)
Intervensi Utama : Pola Tidur membaik (L.05045) Hal : 96
Implementasi Utama : Dukungan Tidur (I.09265) Hal : 48
a. Observasi
1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2) Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan atau psikologis)
3) Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi,
teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum
tidur)
4) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
b. Terapeutik
1) Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras dan
tempat tidur)
2) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3) Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
4) Tetapkan jadwal tidur rutin
5) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat,
pengaturan posisi, terapi akupuntur)
6) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
c. Edukasi
1) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3) Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang mengganggu tidur
4) Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
5) Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(mis. Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja).
6) Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu metode untuk membandingkan hal yang sistematis dan
terencana disertai pembahasan kesehatan pasien sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Dianjurkan dilakukan dengan cara yang berkaitan terhadap pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan lain. Menurut Dwinki (2019) dan Delerema (2022) , evaluasi
keperawatan terbagi kepada dua bagian sebagai berikut :
1. Evaluasi Formatif (proses)
Evaluasi formatif merupakan suatu kegiatan dari proses keperawatan dengan
hasil yang berupa kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Dapat diartikan
sebagai evaluasi yang harus dilakukan segera setelah adanya sebuah
perencanaan (intervensi) keperawatan yang telah diimplementasikan untuk
membantu menilai efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi formatif seharusnya
dilaksanakan terus menerus hingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2. Evaluasi Sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif ialah ulangan singkat serta berupa kesimpulan dari hasil
observasi dan analisa status kesehatan yang sesuai pada waktu dan tujuan yang
sebelumnya telah ditulis. Evaluasi ini terdapat di bagian catatan perkembangan.
Fokus dari evaluasi sumatif berupa perubahan prilaku atau status kesehatan
pasien pada akhir asuhan keperawatan. Contoh dari evaluasi sumatif adalah
SOAP atau dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Subjective (S) merupakan pernyataan juga keluhan yang dirasakan pasien
b. Obective (O) merupakan data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga
c. Analys (A) merupakan kesimpulan dari hasil Subjective dan Obective.
d. Planning (P) merupakan rencana untuk tindakan yang akan dilakukan
berdasar Analys.
DAFTAR PUSTAKA

Ainuhikma Lailia. (2018). Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Post Sectio


Caesarea dengan Fokus Studi Pengelolaan Nyeri Akut di RSUD Djojonegoro
Kabupaten Temanggung
Fahmy, W. M., Crispim, C. A., & Cliffe, S. (2018). Association between maternal
death and cesarean section in Latin America: A systematic literature review.
Midwifery, 59, 88–93. https://doi.org/10.1016/j.midw.2018.01.009
Hartuti, N., Wulandari, I. A., Akademi, E., & Abstrak, P. M. (2019b). Hubungan
Paritas dan Umur Ibu Terhadap Persalinan Sectio Caesarea di Rumah Sakit
Umum Bahagia Makassar Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia,
3(2)
Nasution Sari, S. auliya. (2020). Metode Pengkajian serta Pengumpulan Data dalam
Keperawatan
Nisa, A. H. (2021). Evidence Based Nursing Efektifitas Teknik Relaksasi
Pernafasan dan Teknik Foot and Hand Message Pada Pasien Pasca Persalinan
Sectio Caesarea di Ruang Teratai RSUD dr. Haryoto.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI
Pragholapati, A. (2020). Effect Of Progressive Muscle Relaxation Technique On
Pain In Post Sectio Caesarea. Jurnal Kesehatan dr. Soebandi, 8(2), 112–122.
https://doi.org/10.36858/jkds.v8i2.216
Sofyan, K. S. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ibu Nifas Post
Sectio Caesarea di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.
Wahyuningsih Sri. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Dilengkapi
dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa keperawatan (M. S. C.
Novidiantoko Dwi, Ed.)
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K DENGAN KASUS POST OP
SECTIO CAESARIA DENGAN INDIKASI CPD (CEPHALO PELVIC
DISPROPORTION) DIRUANG MELATI RUMAH SAKIT MELATI
KOTA TANGERANG
Disusun untuk memenuhi tugas laporan ners
stase Keperawatan Maternitas

OLEH
SRI FITRIYANI
NIM. 231030230589

PEMBIMBING
Ns. Ni Bodro Ardi.,S.Kep.,M.Kep
NIDN. 0410048406

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

2023
FORMAT PENGKAJIAN
PADA PASIEN POST PARTUM (SC)

Nama Mahasiswa : Sri Fitriyani


Tanggal pengkajian : 27/11/2023

I. Identitas Pasien
 Nama : Ny. K
 Umur : 29 Tahun (17-04-1994)
 Agama : Budha
 Pekerjaan : Swasta
 Suku bangsa : Indonesia
 Pendidikan : Sarjana
 Alamat : Jl. Raya Jeruk RT/RW 003/007 NO. 10 Benda
Tangerang
 Diagnosa medis : P1A0 post sc atas indikasi CPD
II. Identitas Penanggung Jawab
 Nama : Tn. N
 Umur : 30 thn (22-10-1993)
 Agama : Budha
 Pekerjaan : Swasta
 Suku bangsa : Indonesia
 Pendidikan : Sarjana
 Hubungan dengan pasien : Suami
 Alamat : Jl. Raya Jeruk RT/RW 003/007 NO. 10 Benda
Tangerang
III. Data Umum Kesehatan
 Status obstetrikus : G1P0A0
BB waktu Keadaan bayi Umur
No. Tipe persalinan
lahir waktu lahir sekarang
1. SC 2550 gram Sehat 1 hari
 Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri luka OP, luka di bawah pusar, skala nyeri 6/10, nyeri
dirasakan makin bertambah jika menggerakan badannya, nyeri seperti disayat-sayat,
sulit tidur.
 Masalah prenatal
CPD (Cephalo Pelvic Disproportion) atau ketuban pecah dini
 Riwayat persalinan sekarang
Persalinan SC
 Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien mengatakan tidak mempunyai Riwayat penyakit DM dan hipertensi
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat KB
Pasien mengatakan tidak memakai KB
 Rencana KB
Pasien mengatakan akan menggunakan KB suntik

IV. Pola Aktivitas Sehari-Hari


Jenis aktivitas Di rumah Di rumah sakit
1. Pemenuhan nutrisi Makan 3 x sehari Makan 3 x sehari

2. Eliminasi BAK 3-5 x sehari BAK menggunakan kateter

3. Istirahat dan tidur 6 – 8 jam perhari 6 jam perhari


4. Ambulansi Bergerak bebas Baru bisa mika miki
5. Kebersihan diri Mandi 2x sehari Dimandikan perawat 1x
sehari

V. Pemeriksan Fisik Post Natal


 Keadaan umum : Baik
 Tanda vital : TD : 100/70 mmhg
N : 73 x/mnt
S : 36,0°C
RR : 20 x/mnt
Spo2 : 98%
 Kepala : Bentuk normal tidak ada benjolan
 Muka : Simetris tidak ada kelainan
 Leher : Simetris tidak ada kelainan
 Dada (jantung, paru, payudara) : Irama jantung reguler, paru
vesikuler, payudara normal tidak
ada benjolan dan kelainan
 Abdomen
- Diastasis rectus abdominis (ukuran) : Ukuran sepusat
- Uterus : Kontraksi baik dengan
konsistensi keras
- Luka : Terdapat luka post SC
didaerah perut bagian
bawah
 Perineum
- Utuh, episiotomi, rupture : Utuh
- REEDA sign : Tidak kemerahan, tidak terjadi
bengkak, tidak terdapat rembesan
- Kebersihan : bersih

Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau

 Perdarahan ± 80 cc Merah Cair - Khas darah


pervaginam menstruasi
 Lochea ± 30 cc Merah Cair Tidak Tidak berbau

 Luka Tidak ada - - Tidak Tidak


episiotomy
 Pemasangan
kateterisasi Ya - - Tidak Tidak

 Hemoroid : Tidak ada hemoroid


 Varises : Tidak ada varises
 Homan’s sign : Tidak ada kemerahan, lemas
ataupun nyeri saat kaki
didorsofleksikan
 Ekstremitas atas : Tidak ada edema, terpasang
infus RL
 Ekstremitas bawah : Tidak ada edema

VI. Pemeriksaan Psikososial


 Konsep diri
Pasien mengatakan saat ini dirinya adalah seorang ibu, seorang ibu anak 1 dan
ingin menjadi ibu yang baik untuk anaknya.
 Peran diri
Pasien sangat senang kelahiran bayi pertamanya.
 Identitas diri
Pasien mengatakan sekarang sudah menjadi ibu dan seorang istri dan akan
menjadi ibu dan istri yang baik
 Harga diri
Pasien mengatakan sangat senang sudah melahirkan anak yang selama 37 minggu
dikandungannya.
 Pengetahuan tentang perawatan diri/luka/penyakit
Pasien mengatakan sangat cemas dan tidak mengetahui cara perawatan luka SC,
karena sekarang persalinan pertama.

VII. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan labolatorium sebelum sc (08/11/2023 jam 21:00)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.0 g/dl 10.7-14.7
Leukosit 11.4 103/ul 5.0-10.0
Hematokrit 34 % 37-48
Trombosit 269 103/ul 150-500
Eritrosit 3.69 103/ul 4.0-5.0
Hitung jenis
MCV 92 fl 80-100
MCHC 32 g/dl 32-38
MCH 30 pg 26-34
Golongan Darah O/+
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 85 mg/dL 74-106
IMUNO SEROLOGI
HBsAg Non reaktif - Non reaktif
Syphilis Rapid Negative - Negative
IMUNO SEROLOGI
Anti HIV Non reaktif - Non reaktif
Pemeriksaan darah rutin 12 jam post sc (tanggal 27/11/2023 jam 22:39)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.9 g/dl 10.7-14.7
Leukosit 19.8 103/ul 5.0-10.0
Hematokrit 35.8 % 37-48
Trombosit 206 103/ul 150-500
Eritrosit 4.08 103/ul 4.0-5.0
EKG (tanggal 08/11/2023) : Sinus Rhytem

Therapy yang diberikan :


Obat yang Dosis Indikasi Efek samping
diberikan :
RL 20 tpm Pemenuhan cairan  Asidosis laktat.
dalam tubuh,  Hiperkalemia.
 Pembentukan bekuan darah
(clotting) pada pasien dengan
transfusi.
 Alergi, termasuk pruritus.
 Reaksi lokal
Ceftriaxone 2x1 gr Untuk  Bengkak, kemerahan, atau
(antibiotik) Setelah menghambat nyeri di tempat suntikan
pemberian 2 pertumbuhan  Sakit kepala
kali, ganti bakteri penyebab  Pusing
antibiotic infeksi di dalam  Mual atau muntah
minum tubuh dan untuk  Diare
mencegah infeksi  Gatal pada vagina atau
pada saat operasi keputihan
 Ruam kulit
 Kantuk
 Sakit perut
 Keringat berlebihan
Durogesik patch Untuk 7 hari Untuk mengatasi mual, diare, gangguan
nyeri pernapasan, berkeringat, mulut
kering, ruam pada kulit, gatal,
mengantuk, kelelahan dan pusing,
sakit perut, sakit kepala dan iritasi
lokal disekitar plester
Protofen supp 3x1 Untuk mengatasi nyeri lambung, muntah, mual,
( pemberian 3 nyeri sakit perut, pencernaan yang
kali, terganggu, perut kembung,
setelahnya sembelit, mulut kering, diare,
diganti tukak lambung
therapy
minum)
Clindamycin 2x300 mg Untuk  Gangguan pencernaan, mual,
menghambat muntah, rasa seperti logam di
pertumbuhan mulut, atau diare
bakteri penyebab  Nyeri saat menelan
infeksi di dalam  Nyeri sendi
tubuh, untuk  Rasa panas di area dada
mencegah infeksi (heartburn)
setelah operasi dan  Bercak putih di dalam mulut
mempercepat
 Keputihan yang kental dan
kesembuhan luka
berwarna putih
 Bengkak, rasa gatal, atau
sensasi terbakar pada vagina
Asam mefenamat 3x1 tab Untuk mengatasi  Nafsu makan berkurang;
acid nyeri  Mengalami sariawan;
 Sakit maag;
 Mual dan muntah;
 Diare;
 Mengalami masalah
pencernaan;
 Munculnya ruam di kulit;
 Terasa kelelahan dan
mengantuk
Dulgesic 3x1 tab Untuk mengatasi mual, diare, gangguan
nyeri pernapasan, berkeringat, mulut
kering, ruam pada kulit, gatal,
mengantuk, kelelahan dan pusing,
sakit perut, sakit kepala

VIII. ANALISA DATA


No. Analisa data Etiologi Problem
1. DS: Nyeri akut Agen pencedera fisik
- Pasien mengatakan nyeri (D.0077) (SC)
luka post operasi Hal : 172
- Pasien mengatakan sulit
tidur
DO:
- Tampak meringis
kesakitan
- Terdapat luka post op
tertutup kasa
- P: Nyeri luka op
Q: Seperti disayat-sayat
R: Dibawah pusar
S: Skala nyeri 6
T: Hilang timbul
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi : 73 x/menit
- Rr : 20 x/menit
- Suhu : 36,0 OC
- Spo2 98%
2. DS : Intoleransi Imobilitas
- Pasien mengatakan Aktifitas
belum bisa mika mika (D.0056)
- Pasien mengatakan Hal : 128
pusing, lemah
DO :
- Pasien post sc
- Pasien tampak takut
untuk bergerak
- Pasien tampak tidak
nyaman untuk bergerak
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi : 73 x/menit
- Rr : 20 x/menit
- Suhu : 36,0 OC
- Spo2 98%
3 DS : Resiko infeksi Efek prosedur invasif
- Pasien mengatakan (D.0142)
terdapat luka post op di Hal : 304
bawah pusar, luka
tertutup kasa dan luka
terasa nyeri
DO :
- Tampak terdapat luka
op, balutan luka tertutup
kasa
- Keadaan luka baik,
bersih, tidak ada
rembesan darah
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi : 73 x/menit
- Rr : 20 x/menit
- Suhu : 36,0 OC
- Spo2 98%
- Hasil Lab tgl 27/11/23
jam 22:39 wib
Leukosit : 19.800
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik (SC) ditandai dengan kondisi pembedahan ,
mengeluh nyeri, tampak meringis, sulit tidur (D.0077) Hal :172
2. Intoleransi aktifitas b.d. imobilitas ditandai dengan pasien mengeluh pusing saat
bergerak, merasa lemah, belum bisa mika-miki post op (D.0056) Hal : 128
3. Resiko infeksi d.d. efek prosedur invasif (D.0142) Hal : 304

X. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No . Intervensi (SIKI)
keperawatan Hasil (SLKI)
1. Kategori : Psikologis Luaran Utama : Tingkat Intervensi Utama :
Subkategori : Nyeri Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
dan Kenyamanan Menurun Hal : 201
Nyeri akut b.d. agen Hal : 145
Observasi :
pencedera fisik (SC)
Setelah dilakukan
a. Identifikasi lokasi,
ditandai dengan
tindakan keperawatan
karakteristik, durasi,
kondisi pembedahan,
selama 3x24 jam maka
frekuensi, kualitas,
mengeluh nyeri,
diharapkan tingkat nyeri
intensitas nyeri.
tampak meringis, sulit
menurun dengan kriteria
tidur (D.0077) b. Identifikasi skala nyeri.
hasil :
Hal :172
c. Identifikasi respon nyeri
a. Meringis menurun
non verbal
b. Kesulitan tidur
d. Identifikasi faktor yang
menurun
memperingan dan
c. Keluhan nyeri
memperberat nyeri.
menurun
e. Identifikasi pengetahuan
d. Frekuensi nadi
dan keyakinan tentang
sedang
nyeri.
e. Pola nafas sedang Terapeutik :

f. Tekanan darah f. Berikan teknik


sedang nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(Kompres hangat dan
nafas dalam).

g. Fasilitasi istirahat dan


tidur.
Edukasi :

h. Jelaskan penyebab dan


pemicu nyeri.

i. Jelaskan strategi meredakan


nyeri.

j. Anjurkan memonitor nyeri


secara mandiri.

k. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.

l. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi :

m. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

2. Kategori : Fisiologis Luaran Utama : Intervensi Utama : Manajemen


Subkategori : Toleransi Aktivitas energi (I.05178) Hal : 176
Aktivitas dan Istirahat (L.05047) meningkat Observasi
Intoleransi aktifitas Hal : 149 a. Identifikasi gangguan
b.d. imobilitas Setelah dilakukan tindakan fungsi tubuh yang
ditandai dengan keperawatan selama 1x24 mengakibatkan kelelahan
pasien mengeluh jam diharapkan masalah b. Monitor kelelahan fisik dan
pusing saat bergerak, toleransi aktifitas emosional
merasa lemah, belum meningkat dengan kriteria c. Monitor pola dan jam tidur
bisa mika-miki post sc hasil : d. Monitor lokasi dan
(D.0056) Hal : 128 a. Kemudahan dalam ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas melakukan aktifitas
sehari-hari meningkat Terapeutik
b. Kekuatan tubuh e. Lakukan latihan rentang
bagian bawah gerak pasif atau aktif
meningkat f. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
g. Anjurkan tirah baring
h. Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
3. Kategori : Luaran Utama : Tingkat Intervensi Utama : Pencegahan
Lingkungan Infeksi (L.14137) menurun Infeksi (I.14539) Hal : 278
subkategori : Hal : 139 Observasi
Keamanan dan Setelah dilakukan tindakan a. Monitor tanda dan gejala
Proteksi keperawatan selama 1x24 infeksi lokal dan sistemik
Resiko infeksi jam diharapkan tingkat Terapeutik
(D.0142) d.d. prosedur infeksi menurun dengan b. Batasi jumlah pengunjung
invasif kriteria hasil : c. Berikan perawatan kulit
a. Nyeri menurun pada area edema
b. Kadar sel darah putih d. Pertahankan teknik
membaik antiseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
e. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
f. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
g. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka
h. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

XI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


tgl dan Diagnosa
No. Implementasi Evaluasi
Jam keperawatan
1. 27/11 Nyeri akut b.d. agen 1. Mengidentifikasi S:
2023 pencedera fisik (SC) respon nyeri - Pasien mengatakan
Jam ditandai dengan (pasien nyeri berkurang
19:00 kondisi pembedahan, mengatakan nyeri - Pasien mengatakan
mengeluh nyeri, dibagian pusar skala nyeri 4/10
tampak meringis,
sulit tidur (D.0077) bawah perut) O:
Hal :172 2. Mengidentifikasi - Ku sedang kes CM
skala nyeri - Terpasang IVFD RL
3. Mengidentifikasi 20 tpm
nyeri non verbal - Therapy injeksi
(pasien meringis ceftriaxone 1 gr (iv)
kesakitan) - Therapy supp
4. Memberikan teknik protofen 1 (yang ke
nonfarmakologis 3)
(menganjurkan - Terpasang durogesic
relaksasi nafas patch dari setelah
dalam) operasi (terpasang
5. Mengatur posisi diruang RR)
6. Mengkolaborasi - Terpasang DC +
pemberian therapy (urine 450 cc)
analgetic - Tampak meringis
(durogesic patch, kesakitan berkurang
protofen supp) - P : Nyeri luka post
op
- Q : Seperti
disayat-sayat
- R : Dibawah pusar
- S : Skala nyeri 4
- T : Hilang timbul
- TD : 114/60 mmhg
N : 94x/mnt
S : 36,6
RR : 19x/mnt
Spo2 98%
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitor ku dan ttv
2. Mengkaji skala nyeri
3. Mengatur posisi
4. Melakukan terapi
relaksasi
5. Berkolaborasi
pemberian therapy
analgetik
2. 28/11 Intoleransi aktifitas 1. Monitor ttv dan S:
2023 b.d. imobilitas ku - Pasien mengatakan
19:00 ditandai dengan 2. Anjurkan sudah mulai miring
pasien mengeluh mobilisasi kanan kiri secara
pusing saat bergerak, bertahap bertahap
merasa lemah, belum - Pasien mengatakan
bisa mika-miki post sudah mulai duduk
sc (D.0056) Hal : disebelah tempat
128 tidur, sudah
menapakan kaki
dilantai dan mulai
berjalan sedikit-
sedikit
O:
- Ku sedang kes CM
- Terpasang IVFD RL
20 tpm
- Terpasang DC +
(urine 450 cc)
- TD : 114/60 mmhg
N : 94x/mnt
S : 36,6
RR : 19x/mnt
Spo2 98%
- Pasien tampak
bergerak sedikit
demi sedikit
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitor ttv dan ku
2. Menganjurkan
mobilisasi bertahap
3. 28/11 Resiko infeksi d.d. 1. Memonitor tanda S:
prosedur invasif dan gejala - Pasien mengatakan
2023 (D.0142) infeksi lokal dan sudah tidak terlalu
19:00 sistemik diluka nyeri, tidak ada
post SC (tidak demam
ada tanda-tanda - Pasien mengatakan
infeksi) akan menjaga
2. Mempertahankan kebersihan tubuh
teknik antiseptik O :
pada pasien - Ku sedang kes CM
3. Menjelaskan - Terpasang IVFD RL
tanda dan gejala 20 tpm
infeksi - Therapy injeksi
4. Mengajarkan ceftriaxone 1 gr (IV)
cara mencuci - Terpasang DC +
tangan dengan (urine 450 cc)
benar - TD : 114/60 mmhg
5. Mengajarkan N : 94x/mnt
cara memeriksa S : 36,6
kondisi luka RR : 19x/mnt
Spo2 98%
- Tampak terdapat
luka op, balutan luka
tertutup kasa, tidak
ada rembesan darah
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Monitor ku dan ttv
- Monitor tanda dan
gejala infeksi
- Kolaborasi
pemberian antibiotic
ceftriaxone 2x1 gr
- Rencana
pemeriksaan darah
12 jam post sc

Implementasi hari ke 2
Tanggal
Diagnosa
No. dan Implementasi Evaluasi
keperawatan
Jam
1. 28/11 Nyeri akut b.d. 1. Memonitor ttv dan ku S:
2023 agen pencedera 2. Mengkaji skala nyeri - Pasien
Jam 15:00 fisik (SC) 3. Mengatur posisi mengatakan
ditandai dengan 4. Mengajarkan terapi nyeri
kondisi nonfarmakologi (terapi berkurang
pembedahan, relaksasi) - Pasien
mengeluh nyeri, 5. Kolaborasi pemberian mengatakan
tampak meringis, therapy analgetic skala nyeri 2
sulit tidur O:
(D.0077) Hal :172 - Ku Baik Kes
CM
- IVFD sudah
di aff
- DC sudah di
AFF
- Therapy
oral :
- Clindamycin
2x300 mg
(po)
- Asam
mefenamat
acid 3x1 tab
- Dulgesik 3x1
tab
- Terpasang
durogesic
patch didada
kanan
- P : Nyeri
luka op
- Q : Seperti
disayat-sayat
- R : Dibawah
pusar
- S : Skala
nyeri 2
- T : Hilang
timbul
- TD : 102/60
mmhg
N : 79x/mnt
S : 36,5
RR : 19x/mnt
Spo2 99%
A: Masalah teratasi
P: intervensi tetap
dilanjutkan
1. memonitor
ttv dan ku
2. kaji skala
nyeri
3. kolaborasi
pemberian
therapy
analgetic dan
antibiotic
2. 29/11 Intoleransi 1. Memonitor ttv dan ku S:
2023 aktifitas b.d. 2. Memfasilitasi pasien - Pasien
Jam 15:00 imobilitas untuk mobilisasi mengatakan
ditandai dengan sudah bisa
pasien mengeluh jalan, sudah
pusing saat bisa pipis
bergerak, merasa dikamar
lemah, belum bisa mandi
mika-miki post sc O:
(D.0056) Hal : - Ku Baik Kes
128 CM
- IVFD sudah
di aff
- DC sudah di
AFF
- Therapy
oral :
- Clindamycin
2x300 mg
(po)
- Asam
mefenamat
acid 3x1 tab
- Dulgesik 3x1
tab
- Terpasang
durogesic
patch didada
kanan
- TD : 102/60
mmhg
N : 79x/mnt
S : 36,5
RR : 19x/mnt
Spo2 99%
A: Masalah teratasi
P: Intervensi
dihentikan
3 28/11 Resiko infeksi 1. Memonitor ttv dan S :
2023 d.d. efek prosedur ku - Pasien
Jam 15:00 invasif 2. Memonitor tanda- mengatakan
tanda infeksi luka tidak
terasa nyeri
- Pasien
mengatakan
tidak ada
demam
O : ku sedang kes
CM
Verban bersih,
kering, tidak ada
rembesan darah
TD : 102/60 mmhg
N : 79x/mnt
S : 36,5
RR : 19x/mnt
Spo2 99%

Pemeriksaan darah rutin


12 jam post sc (tanggal
27/11/2023
Hematologi Hasil

Hemoglobin 11.9 g/dl

Leukosit 19.8 103/ul

Hematokrit 35.8 %

Trombosit 206 103/ul

Eritrosit 4.08103/ul

A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Rencana pulang besok
pagi, ganti verban anti air
(opsite)
Therapy pulang :
Clindamycin 2x300 mg
Asmef 3x1 tab
Durogesik 3x1 tab
Tambahan paracetamol
tab 3x2 tab (jika masih
nyeri)

Anda mungkin juga menyukai